LAPORAN PRAKTIKUM BIOFARMASI – FARMAKOKINETIKA MODUL 5 UJI DIFUSI IN VITRO KELOMPOK 4B
Nuni Nurjanah
(1!"11""# (1!"11""#
Ar$iah Tu Tuan%&''a an%&''a
(1!"11"4#
Anniha I)ania
(1!"11"5# (1!"11"5#
Ni*a Mah*a Ani*a (1!"11"+# Pu'ri An*ini
(1!"11",#
-ARI.TAN//AL PRAKTIKUM
0 Ra Rau.4 D2 D22)2r 3 31"
-ARI ARI. TA TAN//A N//AL L PEN PENERA ERA-AN
0 Ra Rau. 11 D2 D22)2 )2r 31" 1"
ASISTEN
0 Naia S6Far)
PRO/RAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PEN/ETA-UAN ALAM UNIVERSITAS ISLAM BANDUN/ 31"
I6
Tujuan Pra%'i%u)
-
Untuk mengetahui prinsip dan cara pengujian difusi suatu zat dari sediaan transdermal atau topikal.
II6
T2&ri Daar
Kulit merupakan organ tubuh yang penting yang merupakan permukaan luar organism dan membatasi lingkungan dalam tubuh dengan lingkungan luar (Mutschler,11 hal !""#. $ungsi kulit (Mutschler,11 hal !""#% -
Melindungi jaringan terhadap kerusakan kimia dan fisika, terutama
-
kerusakan mekanik dan terhadap masuknya mikroorganisme. Mencegah terjadinya pengeringan berlebihan, akan tetapi penguapan
-
air secukupnya tetap terjadi (perspiration insensibilis#. &ertindak sebagai pengatur panas denga melakukan kontriksi dan
-
dilatasi pembuluh darah kulit serta pengeluaran keringat. 'engan pengeluaran keringat ikut menunjang kerja ginjal, dan &ertindak sebagai ala pengindera dengan reseptor yang dimilikinya yaitu reseptor tekan, suhu dan nyeri.
Kulit terdiri atas (Mutschler,11 hal !""#% -
&agian ectoderm yaitu epidermis (kulit luar# dan kelengkapannya
-
(kelenjar, rambut, kuku# &agian jaringan ikat, yaitu korium (kulit jangat#.
pidermis terdiri dari beberapa lapisan yaitu stratum corneum (lapisan tanduk#, stratum lucidum (lapisan keratohialin, hanya terdapat pada telapak kaki dan tangan#, stratum granulosum (lapisan bergranul# dan stratum germinati)um (lapisan yang bertumbuh#, yang dapat dibagi lagi menjadi stratum spinosum (lapisan berduri# dan stratum basal (lapisan basal# (Mutschler,11 hal !""-!"*#. &agian atas kulit yang disebut stratum korneum terdiri atas sel tak berinti yang disusun oleh brick (komponen selnya+korneosit# dan mortasr (kandungan lipid interselular#. tratum kornemum dapat itembus oleh senyaa obat atau zat kimia yang diaplikasikan ke permukaannya disebut pemberian obat secara perkutan. ujuan pengobatan obat secara perkutan dapat ditunjukkan untuk pengobatan local hanya dipermukaan kulit atau pada
jaringan yang lebih dalam seperti otot dan dapat pula ditunjukkan untuk pengobatan sistemik. Mekanisme kerja obat pemberian secara perkutan harus mampu berpenetrasi kedalam kulit melalui stratum koneum, terjadi proses difusi pasif. 'ifusi dapat terjadi melalui stratum korneum (jalur transdermal#, atau dapat juga melalui kelenjar keringat, minyak, atau melalui folikel rambut (jalur transapendagel+transfolikular#. 'ifusi pasif merupakan proses perpindahan masa dari tempat yang berkonsentrasi tinggi ke tempat yang berkonsentrasi rendah. Kecepatan penetrasi obat dikulit melalui mekanisme difusi sehingga terjadi
sesuai dengan hokum fick. /0 fluks per satuan luas K0 koefisien partisi obat dalam membrane dan pembaa h 0 tebal membrane ' 0 koefisien difusi obat s 0 konsentrasi obat dalam pembaa2 0 konsentrasi obat dalam medium reseptor $actor yang mempengaruhi difusi zat melalui kuli -
ifat fisiko kimia dari zat aktif (bobot molekul, kelarutan, koefisien
partisi# - Karakteristik sediaan - Karakteristik basis - 3at-zat tambahan dalam sediaan 3at tambahan yang perlu ditambahkan adalah zat untuk meningkatkan penembusan zat aktif (penetrant enhancer#, contohnya golongan sulfoksid ('M4#, alcohol, asam lemak dan surfaktan. Mekanisme peningkatan penetrasi tersebut dapat melalui beberapa jalur. Kemungkinan pertama adalah melalui interaksi antara kepala polar lipid. nhancer yang bersifat hidrofilik akan menimbulkan gangguan pada kepala polar lipid dan menginduksi gangguan susunan lipid, kemudian pada akhirnya menyebabkan fasilitasi transpor obat hidrofilik. 5angguan kepala polar lipid
tersebut juga menimbulkan pengaruh terhadap bagian hidrofobik lipid dan menyebabkan penataan ulang pada susunan lipid bilayer. 6al inilah yang menyebabkan peningkatan penetrasi untuk obat lipofilik Kemungkinan lain adalah interaksi antara enhancer lipofilik dengan rantai hidrokarbon lipid bilayer. 5angguan pada hidrokarbon lipid tersebut menyebabkan terjadinya fluidisasi rantai hidrokarbon dan memfasilitasi penetrasi obat lipofilik. 7erubahan tersebut juga mempengaruhi susunan kepala polar sehingga juga dapat meningkatkan penetrasi obat-obat hidrofilik. Pir&%i%a)
7iroksikam merupakan deri)ate-benzothiazin berkhasiat analgetik, antipiretis, anti radang kuat bekerja lama (plasma-t1+8-nya rata-rata !9 jam#. Kompleksnya
dengan
betade:
lebih
cepat
resorpsinya
dari
usus,
tetapindiperlambat oleh makanan.4bat ini sering digunakna, juga untuk nyeri haid dan serangan encok (jay dan ;ahardja, 899" hal <<=#. 'osis% oral, rectal dan intra muscular 1 dd 89 mg (d.c.+p.c.#, dysmenorrea primer % 1 dd =9 mg selama 8 hari, lalau bila perlu 1 dd 89 mg. pada serangan encok% permulaan =9 mg, lalu 8 dd 89 mg selama =-> hari (jay dan ;ahardja, 899" hal <<=# S72%'r&$&r&)2'ri
pektrofotometri merupakan salah satu cabang analisis instrumental yang mempelajari interaksi anatara atom atau molekul dengan radiasi elektromagnetik. ?nteraksi
antara atom atau molekul dengan radiasi
elektromagnetik dapat berupa hamburan (scattering#, absorpsi (absorption#, emisi (emission#. ?nteraksi antara radiasi elektromagnetik dengan atom atau molekul yang berupa absorbsi melahirkan spektrofotometri absorpsi antara lain spektrofotometri ultra)iolet (U@#, spektrofotometri sinar tampak (@?#, spektofotometri infra merah (?;#. 7rinsip dari spektrofotometri adalah electron-elektron pada ikatan di dalam molekul menjadi tereksitasi sehingga menempati keadaan kuantum yang lebih tinggi dan dalam proses menyerap sejumlah energy yang meleati larutan tersebut. emakin longgar electron tersebut ditahan di dalam ikatan
molekul, semakin panjang panjang gelombang (energy lebih rendah# radiasi yang diserap (Aatson, 899!. 6al 19!# pektrofotometri u)-)is mengacu pada hukum Bambert-&eer. Cpabila cahaya monokromatik melalui suatu media (larutan#, maka sebagian cahaya tersebut akan diserap, sebagian dipantulkan dan sebagian lagi akan dipancarkan. (Aatson, 899!. 6al 119# 7enerapan dalam analisis farmasi% (Aatson, 899!. 6al 19!-19># -
Metode yang kuat dan terandalkan untuk kuantifikasi obat-obat dalam
-
formulasi yang tidak ada interferensi dari eksipien. 7enentuan nilai pKa beberapa obat 7enentu koefisien partisi dalam kelarutan obat. 'igunakan untuk menentukan pelepasan obat dari formulasi seiiring
-
aktu, misalnya dalam uji disolusi. 'apat digunakan untuk memantau kinetika reaksi penguraian obat. pectrum U@ suatu obat sering digunkan sebgai salah satu dari sejumlah pemeriksaan identitas pada farmakope.
Kelebihan% (Aatson, 899!. 6al 19># -
Metode yang mudah digunakan, murah, dan terandalkan memberikan presisi yang baik untuk melakukan pengukuran kuantitatif obat-obat
-
dalam formulasi. Metode rutin untik menentukan beberapa sifat fisikokimia obat, yang
-
harus diketahui untuk tujuan formulasi. &eberapa masalah pada metode dasar dapat dipecahkan dengan penggunaan spectrum deri)ati)e.
Kekurangan% (Aatson, 899!. 6al 19># -
elekti)itasnya sedang. elekti)itas metode ini tergantung pada kromofor masing-masing obat, misalnya suatu obat yang diarnai dengan kromofor yang diperpanjang lebih khas daripada obat dengan
-
kromofor cincin benzene sederhana. idak mudah diterapkan pada analisis campuran.
Kur)a kalibrasi digunakan untuk% (Aatson, 899!. 6al 118# -
Untuk mengurangi atau menghilangkan kesalahan akibat dari galat alat
-
(noise# 'igunakan senyaa murni pada beberapa konsentrasi
III6
;entang konsentrasi melingkupi konsentrasi sampel. &erdasar pada persamaan ;egresi Binier Aa' *an Bahan
-
Clat % 1. 8. <. =. !. >. ". *. .
-
&ahan % 1. 8. <. =. !. >.
IV6 •
•
pektrofotometer U@ /am + pengukur aktu Deraca analitik Kalkulator patula 5elas kimia Clat uji difusi puit pin bar + stirring bar
5el piroksikam CEuadest Barutan piroksikam+ ketoprofen ! ppm 'apar fosfat p6 ",= Membran (kulit ular# Barutan piroksikam+ ketoprofen 8 F 1= ppm
Pr&2*ur
7embuatan dapar fosfat p6 ",= 1. 'iambil K6874= sebanyak !9 ml 8. 'iambil Da46 sebanyak <, 1 ml <. 'icampurkan keduanya =. 'itambahkan aEuadest sampai 899 ml !. 'icek p6 dapar sampai ",= 7engujian difusi in )itro 1. 'itentukan panjang gelombang maksimum piroksikam+ ketoprofen dengan dibuat larutan piroksikam+ ketoprofen dengan konsentrasi ! 8.
ppm dalam dapar fosfat p6 ",= 'ibuat kur)a kalibrasi piroksikam+ ketoprofen dengan dibuat larutan dengan konsentrasi 8 F 1= ppm. 'iukur serapannya pada panjang
<. =.
!. >.
gelombang maksimum yang telah ditentukan sebelumnya 'imasukkan aEuadest ke alat uji difusi melalui pipa yang kecil 'imasukkan dapar fosfat p6 ",= sebanyak 1< ml ke alat uji difusi melalui pipa yang besar 'imasukkan stirring bar ke alat uji difusi 'ipotong kulit ular 1:1 cm 8
".
*. . 19. 11. 18. 1<.
1=. 1!. 1>.
1".
1*.
1. 89. 81.
'irendam dan dicuci membran (kulit ular# dalam larutan dapar fosfat p6 ",= etelah direndam dan dicuci, membran (kulit ular# dikeluarkan 'ipanaskan alat uji difusi pada suhu >9G di atas penangas air 'iukur suhu aEuadest pada alat uji difusi sampai <"G etelah <"G, maka diturunkan suhu penangas air menjadi =!G 'itimbang 8 gram sediaan gel piroksikam 'ioleskan secara merata ke permukaan kulit ular sebanyak 8 gram sediaan gel piroksikam 'ijepit kulit ular di alat uji difusi 'ilakukan pengujian selama 8 jam (189 menit# uplikan diambil dengan digunakan spuit 8ml dan setiap pengambilan selalu diganti dengan dapar fosfat p6 ",= uplikan diambil dengan selang aktu 1! menit, <9 menit, >9 menit, 9 menit, dan 189 menit ampel diukur serapannya dengan spektrofotometer U@ pada panjang gelombang maksimum 'itentukan kadar zat terdifusi setiap inter)al aktu pengujian 'ilakukan perhitungan faktor koreksi 'ibuat grafik difusi piroksikam+ ketoprofen gel yang menghubungkan antara berat piroksikam+ ketoprofen terdifusi per luas membran (mg+ cm8# dengan aktu
V6
-ai 72n8a)a'an *an P2rhi'un8an
7embuatan 'afar $ospat ",= K6874= 9,8 MF Mr 0 1<*,9> Da46 9,8 D F Mr 0 =9 K6874= !9 ml Da46 <,1 ml ad 899 ml aEuadest kemudian cek p6 ",= K6874= M0 9,8 0
1B
: :
0 8",>18 gr Da46
1B
0
:
9,8 0
:
D
0 9,8 H =9 0 * gr
4K 1999 ppm didalam 8! ml dapar 1999 ppm 0 1999 Ig+ml 9,1 mg+ml 0 8! mg + 8! ml dapar posfat ",= Aaktu+ menit 1! <9 >9 9 189
7ersamaan Binear dari Kur)a &aku J 0 b: a J 0 9,9==: 9,9=<* ; 8 0 9, J 0 9,9==: 9,9=<* 9,98> 0 9,9==: 9,9=<* H1! 0
H<9
0 -9,<> Ig+ml J 0 9,98= J 0 9,9==: 9,9=<* 9,98= 0 9,9==: 9,9=<* H<9 0
H>9
0 -9,=9 Ig+ml J 0 9,98= J 0 9,9==: 9,9=<* 9,98= 0 9,9==: 9,9=<* H>9 0
Cbsorbansi 9,98> Cbs 9,98= Cbs 9,98= Cbs 9,98= Cbs 9,98< Cbs
0 -9,=9 Ig+ml J 0 9,98= J 0 9,9==: 9,9=<* 9,98= 0 9,9==: 9,9=<*
H9
H9 0 0 -9,=9 Ig+ml
H189
J 0 9,98< J 0 9,9==: 9,9=<* 9,98< 0 9,9==: 9,9=<* H189 0 0 -9,=8 Ig+ml
Konsentrasi H1! - 9,<> Ig+ml : 1< ml 0 - =,>* Ig H<9 - 9,=9 Ig+ml : 1< ml 0 - !,8 Ig H>9 - 9,=9 Ig+ml : 1< ml 0 - !,8 Ig H9 - 9,=9 Ig+ml : 1< ml 0 - !,8 Ig H189 - 9,=8 Ig+ml : 1< ml 0 - !,=> Ig $aktor Koreksi HL1! 0 :1! 0 -=,>* Ig H<9 0 H<9
0 - !,8 Ig
:1!
(-=,>*#
0 -,"< Ig H>90 H>9
0 !,8 Ig 0 -1=,> Ig
H<9 H1!
(-!,8 (-=,>*##
H90 H9
H>9 H<9 H1!
0 !,8 Ig
(-!,8# (-!,8# (-=,>*# #
0 -89,1
0 !,8 Ig
H9 H>9 H<9 H1!
(-!,8#
(-!,8# (-!,8# (-=,>*# #
0 -8!,! Ig
umbu J H1! - =,>* Ig % 1999 0 - 9,99=" mg H<9 -,"< Ig % 1999 0 -9,99" mg H>9 -1=,>Ig % 1999 0 -9,91! mg H9 -89,1< Ig % 1999 0 -9,989 mg H189 -8!,! Ig % 1999 0 -9,98> mg Buas membran N r 8 0 <,1= : 1,8!8 0 =,1 cm 8
J1! 0 0 - ,! : 19 -= mg + cm 8 J< 9 0 0 - 1,* : 19 -= mg + cm 8 J>9 0 0 - <,9> : 19 -= mg + cm8
J9 0 0 - =,9* : 19 -< mg + cm 8 0 9,= : 19-= mg + cm8 J189 0 0 - !,<1 : 19 -< mg + cm 8 0 9,! : 19-= mg + cm8
5ambar 1. Kur)a hubungan antara berat piroksikam terdifusi persatuan membran dengan aktu VI6
7embahasan
7ada praktikum kali ini dilakukan pengamatan untuk untuk mengukur konsentrasi obat yang terdifusi kedalam kulit dan mengetahui konsentrasi obat terhadap aktu yang dilakukan secara in)itro dengan melihat jumlah obat yang terdifusi pada luas membran terhadap aktu. 7engujian difusi in )itro dilakukan untuk pengujian pada sediaan transdermal. 7emberian secara transdermal menghasilkan pelepasan obat ke tubuh melalui kulit (hargel, 1**#. ;ute pemberian obat secara transdermal memberikan beberapa keuntungan, diantaranya, mengurangi metabolisme lintas pertama obat (first pass effect#, tidak mengalami degradasi gastrointestinal, penghantaran obat jangka panjang, dan penghantaran terkontrol. Ckan tetapi, hanya sedikit molekul obat yang dapat diformulasikan ke dalam patch transdermal dikarenakan permeabilitas kulit yang rendah. 7engujian dilakukan dengan menggunakan gel 7irofel O yang mengandung piroksikam !mg+ml. 7iroksikam merupakan salah satu 4C?D (4bat Cnti ?nflamasi Don teroid dengan struktur oksikam. ecara luas digunakan sebagai analgetik dan antiinflamasi pada rematik arthritis, osteoarthritis. 7iroksikam menyebabkan efek samping di saluran cerna dan ulkus peptic bila diberikan secara oral. ediaan transdermal dibuat untuk menghindari efek samping di saluran cerna. 7eroksikam merupakan senyaa yang poten dengan dosis 89 mg sehari. alah satu bentuk sediaan yang diberikan melalui kulit adalah dalam bentuk gel, dimana gel merupakan sistem semi padat terdiri dari suspensi yang dibuat dari partikel anorganik yang kecil atau molekul organik yang besar, yang terpenetrasi oleh suatu cairan. 'imana dilakukan pada rentang aktu 1!P <9P >9P 9P 189 menit. 7roses tudi difusi in )itro obat dapat dilakukan dengan menggunakan metode difusi dalam gel dan difusi melalui membran. Damun yang kami lakukan di laboratorium menggunakan pengujian difusi melalui membrane kulit ular. 'igunakan kulit ular karena kulit ular memiliki struktur stratum korneum hampir sama dengan manusia. tratum korneum, merupakan suatu barier penetrasi obat ke dalam tubuh. Kebanyakan senyaa obat tidak memiliki kemampuan meleati stratum korneum, sehingga diperlukan peningkatan profil penetrasi perkutan obat. 7engaturan dan peningkatan penetrasi perkutan obat dapat dilakukan dengan zat
peningkat penetrasi (metode kimia#. 3at peningkat penetrasi merupakan molekul yang dapat menurunkan kemampuan barier dari stratum korneum melalui reaksi dengan komponen penyusun stratum korneum seperti lipid, protein dan keratin. Cdapun syarat-syarat zat peningkat penetrasi antara lain yaitu tidak mempunyai efek farmakologi, tidak meyebabkan iritasi alergi atau toksik, dapat bercampur secara fisika dan kimia dengan banyak zat,
dan dapat dibuat dalam berbagai
sediaan (Cgoes, 1<#. 7eningkat penetrasi yang ditambahkan pada pengujian ini adalah propilenglikol. 7ropilenglikol dalam sediaan farmasi berfungsi sebagai humektan, pelarut, pelicin, dan sebagai penghambat fermentasi dan pertumbuhan jamur, desinfektan, dan untuk meningkatkan kelarutan (Aeller., et al, 1=#. elain itu juga penambahan propilenglikol pada sediaan topikal juga dapat meningkatkan laju difusi (Cgoes dkk, 1*<#. erta propilenglikol memenuhi semua persyaratan zat peningkat penentrasi. Mekanisme difusi terjadi saat piroksikam di dalam gel (konsentrasi lebih besar# menembus membran kulit ular (konsentrasi lebih kecil# yang dihubungkan dengan jumlah piroksikam yang terpenetrasi per satuan luas membran terhadap aktu (hukum fick#. 7ada pengujian suhu diatur hingga <" 9, pengkondisian suhu tersebut dilakukan agar uji sesuai dengan suhu tubuh orang normal. elain itu digunakan dapar fosfat ",= sebagai pelarut yang bertujuan untuk mengkondisikan cairan seperti p6 tubuh normal, yaitu tubuh manusia normal mempunyai kisaran p6 ", gram dan Da46 * garam dalam air 1 liter (perhitungan lengkap terlampir di atas#. etelah itu p6 diukur dengan p6 meter sampai tercapai p6 ",=. 7engkondisian p6 dan suhu sesuai dengan p6 dan suhu manusia normal dimaksudkan untuk menghasilkan nilai pengukuran yang mendekati atau sama dengan bila pengujian dilakukan langsung terhadap tubuh manusia. 7ada pengujian uji in )itro pada kulit ular, sampel diukur dengan menggunakan
spekrtofotometer u)
karena piroksikam memiliki kromofor yaitu ikatan atau gugus fungsi spesifik dalam molekul yang bertanggung jaab atas penyerapan cahaya pada panjang
gelombang tertentu. Kromofor ini dapat ditandai dengan adanya ikatan rangkap terkonjugasi, gugus karbonil dan atau gugus anorganik. 6asil yang didapat pada tiap aktu yaitu 1! menit0 9,98>absP <9 menit0 9,98= absP >9 menit0 9,98= absP 9 menit0 9,98= absP 189 menit0 9,98< abs. Cbsorbansi yang dihasilkan tidak memenuhi syarat karena absorbansi yang baik pada rentang 9,8-9,*. &ila lebih kecil 9,8 dan lebih besar dari 9,* tingkat kesalahan akan semakin besar. etelah itu dilakukan perhitungan konsentrasi piroksikam dengan cara memasukkan nilai absorbansi yang didapat ke dalam persamaan kur)a kalibrasi yang sebelumnya sudah dihitung. Konsentrasi yang didapat adalah bukan nilai yang sebenarnya sehingga harus dilakukan perhitungan faktor koreksi untuk mendapatkan konsentrasi yang sebenarnya. elanjutnya hasil faktor koreksi dikalikan dengan 1999 yang merupakan nilai kon)ersi dari Ig ke mg. 6asil dari kon)ersi dibagi dengan luas membrane sehingga didapat konsentrasi per satuan luas. Damun hasil perhitungan yang kami peroleh bernilai negati)e (-#. 6al ini tidak sesuai yang seharusnya yaitu (positif#. 6asil yang bernilai negati)e ini kemungkinan terjadi karena beberapa hal, yaitu dapar fosfat yang tidak fresh (baru dibuat#. 'apar fosfat yang digunakan dibuat beberapa hari sebelum praktikum dilakukan sehingga kemungkinan sudah terjadi penurunan p6 dari dapar tersebut. elain dapar fosfat yang tidak fresh, yaitu karena kulit ular yang kelompok kami gunakan terlalu tebal. Kulit ular yang kami gunakan adalah kulit bagian punggung, Kulit bagian ini lebih tebal daripada kulit bagian perut. 6al ini sesuai dengan hukum fick yang menyatakan tebal membrane (h# berbanding terbalik dengan fluks per satuan luas (/#. Maka semakin tebal membrane semakin banyak aktu yang dibutuhkan untuk berdifusi meleati kulit. elain kedua hal tersebut kemungkinan yang menyebabkan hasil perhitungan negatif karena kur)a kalibrasi tidak dilakukan di kondisi yang sama. Maksud suasana yang sama adalah pelarut yang sama, membran yang sama. ehingga akan terjadi perbedaan kondisi, yang menyebabkan terjadinya tingkat kesalahan yang semakin besar ('ay dan Underood#. etelah didapat hasil lalu dibuat grafik antara berat piroksikam terdifusi per satuan luas membrane dengan aktu. Damun hasil grafik tidak bagus karena
konsentrasi piroksikam bernilai negatif dan terjadi kesalahan pada aktu >9 menit yang seharusnya berat piroksikam lebih besar dari menit ke <9. eharusnya grafik yang dihasilkan semakin lama aktu piroksikam yang terdifusi per satuan aktu semakin meningkat (hargel, 1**#.
VII6
-
Kesimpulan
7irosikam merupakan obat yang berpotensi untuk dikembangkan menjadi sediaan transdermal, namun pada formulasinya perlu ditambahkan enchancer (peningkat penetrasi# agar permeasi ke dalam kulitnya lebih
-
baik. 7ropilen glikol dapat meningkatkan permeasi piroksikam ke dalam kulit
-
khususnya stratum korneum. 7ada uji in )itro perlu dilakukan pengaturan kondisi agar menyerupai kondisi tubuh yang sebenarnya (misalnya struktur membrane, suhu dan p6#.
VIII6 Da$'ar Pu'a%a •
Cgoes 5, 'arijanto .. 1<. Teknologi Farmasi Likuida dan Semi
•
Solida. 7usat Cntar Uni)ersitas &idang ?lmu 6ayati ?&. &andung. Cgoes, 5,et.al. 1*>. Penelitian Difusi Asam Salisilat dan Kloramfenikol dari Sediaan Semisolida dengan Pembawa Vaselin, Campuran Vaselin Propilenglikol dan Vaselin Lemak ulu Domba se!ara
"n #itro. Ccta
7harmaceutica ?H(<#. &andung. ?&. •
Mutschler, . 11. Dinamika $bat . ?&. &andung.
•
hargel, Cndre. 1**. iofarmasetika dan Farmakokinetika Terapan. disi Kedua. 7enerbit % Cirlangga Uni)ersity-7ress. urabaya.
•
jay, an 6oan dan Kirana ;ahardjan.899".4bat-obat 7enting. 7enerbit 7 le: Media Komputindo Kelompok 5ramedia. /akarta.
•
Underood, C. B. 1*. Analisis Kimia Kuantitatif% &disi Keempat% 7enerbit rlangga. /akarta.
•
Aatson, 'a)id.5 . 899. Analisis Farmasi edisi '% 5. /akarta.
•
Aeller 7./., ;oe ;.. 1=. (andbook of P)arma!euti!al &*!ipients% $ourth dition. Bondon % he 7harmaceutical 7ress.