SKENARIO 1. ANYANG-ANYANG ANYANG-ANYANGEN EN
Seorang pria usia 35 tahun,supir bus antar propinsi, datang ke praktek dokter umum dengan keluhan sakit di suprapubis selama 2 minggu, buang air kecil : anyang-anyangen, sakit dan terasa panas
STEP I IDENTIFIKASI KATA SULIT
1. Anyang Anyang-an -anyan yangen gen : suatu sensasi sensasi dimana dimana saat buang buang air kecil kecil terasa sakit, sakit, dan ada rasa ingin buang air kecil lagi tapi tidak dapat keluar,kalaupun keluar sedikit dan terasa sakit serta panas 2. Supra pubis pubis adalah adalah salah satu satu region region di abdomen abdomen yang yang terletak terletak diantara diantara regio regio lumbalis lumbalis dextra dan lumbalis sinistra serta di bawah region umbilikalis.
STEP II II IDENTIFIKASI IDENTIFIKASI MASALAH
1. Apa diagnosa diagnosa bandin banding g dari kasus kasus tersebut?d tersebut?dan an apa diagnose diagnose sementaran sementaranya? ya? 2. Mengap Mengapaa terasa terasa sakit sakit di regi regio o supra supra pubis pubis?? 3. Apakah Apakah hubungan hubungan profesi profesi pasien sebagai sebagai sopir sopir bus dengan dengan keluhan keluhan yang yang dirasakan? dirasakan?
STEP III ANALISA MASALAH
1. a. Infe Infeks ksii Sal Salur uran an Kemi Kemih h b. Urolitiasis (Batu saluran Kemih) c. Benigna Hiperplasia Prostat (BPH) Dalam kasus ini kami menarik diagnosis sementaranya adalah Infeksi Saluran Kemih (ISK) (ISK) yang yang di sertai sertai dengan denganada adanya nya urolit urolitias iasis is (batu (batu saluran saluran kemih) kemih),sed ,sedang angkan kan Benign Benignaa Prostat Prostat Hiperp Hiperplasi lasiaa (BPH) (BPH) tidak tidak mungki mungkin n karena karena usia usia pasien pasien masih masih 35 tahun,sedangkan BPH lebih banyak di derita pada pria yang usianya diatas 60 tahun. 2. Di dala dalam m supr supraa pubi pubicc terda terdapa patt orga organ n siste sistema ma urop uropoi oiti tika ka dan dan siste sistema ma geni genita tali lia, a, sedangkan pada kasus terdapat keluhan susah buang air kecil dan terasa panas,dimana seba sebagi gian an besa besarr kelu keluha han n ters terseb ebut ut kare karena na adan adanya ya infe infesk sksi si salu salura ran n kemi kemih h dan dan Urolitiasis,yang keduanya merupakan penyakit yang terdapat di sistema uropoitika. 3. Ada, Ada,bi bias asan anya ya kebi kebias asaan aan dari dari supi supirr adal adalah ah serin sering g mena menaha han n miks miksii buan buang g air air keci kecil, l, apalagi supir bus antar propinsi. Padahal di ketahui dalam urin terdapat berjuta-juta bakteri yang mestinya harus di keluarkan,tapi karena di tahan maka bakteri tersebut
akan berkembang biak di dalam saluran kemih dan akan mengakibatkan infeksi saluran kemih, dapat juga karena urine terlalu lama dalam saluran kemih maka akan membentuk batu-batu kristal yang dapat menghambat dan menyumbat saluran kemih, sehingga saat buang air kecil akan terasa sakit.
STEP IV SKEMA
Pria 35 tahun Seorang supir
Anamnesis: Sakit di region supra pubik selama 2 minggu, BAK : anyang-anyangen Sakit dan terasa panas
Px. Fisik: …???
px.penunjang: ……??
DD : ISK,Urolitiasis, BPH
Penatalaksanaan
STEP V SASARAN BELAJAR
1. Anatomi Fisiologi Sistema Uropoitika Pria 2. Infeksi Saluran Kemih: a) Definisi b) Etiologi c) Patofisiologi d) Faktor resiko e) Macam-macam ISK f) Penegakkan diagnose : Anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang g) Komplikasi h) Penatalaksanaan 3. Urolitiasis : a) Definisi b) Patofisiologi c) Penegakkan diagnose : Anamnesis, pemeriksaan fisik dan penunjang d) Manifestasi Klinis e) Diagnosa banding f) Komplikasi g) Penatalaksanaan
STEP VI PEMBAHASAN HASIL SASARAN BELAJAR ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM UROPOITIKA PRIA
A. Ginjal (Ren) Ginal merupakan organ tubuh manusia yang berfungsi mensekresi serta mengekskresi sebagian besar produk sisa metabolism tubuh. Ginjal berbentuk seperti kacang kedelai dengan warna coklat kemerahan. Dalam setiap manusia normal memiliki 2 buah ginjal (dextra dan sinistra) yang terletak di belakang peritoneum, disamping kanan dan kiri columna vertebralis. Ginjal dextra letaknya sedkit lebih rendah dibandingkan ren sinistra, hal ini di karenakan di bagian superior dari rend extra terdapat lobus hepar dexter yang besar. Ren mendapat inervasi melalui serabut plexus renalis yang masuk ke ren melalui nervi thoracici 10, 11, dan 12. Ren mendapat vaskularisasi darah melalui arteri renalis yang kemudian bercabang menjadi arteraei segmentales yang kemudian arteri ini bercabang lagi menjadi arteriae lobares. Arteriae lobares
kemudian bercabang menjadi arteriae interlobares yang akan bercabang lagi menjadi arteionale aferen glomerolus. Sepasang ginjal pada manusia memiliki lebih kurang 2,4 juta nefron dimana nefron merupakan satuan fungsional terkecil dari ren. Setiap nefron memiliki glomerolus dan tubulus. Di dalam glomerolus, darah dari arteriae aferen akan di filtrasi di dalam capsula bowman yang terdapat dalam glomerolus yang akan menghasilkan filtrate glomerolus. Filtrate ini kemudian mengalir ke tubulus proksimalis yang kemudian berlanut mengalir menuju ansa Henle dan tubulus distalis dan bermuara ke tubulus koligens. Selama di dalam tubulus, filtrate glomerolus mengalami proses reabsorbsi dimana air dan zat - zat yang masih dibutuhkan oleh tubuh diserap kembali. Sisa dari proses reabsorbsi inilah yang kemudian disebut dengan urin. Urin keluar dari tubulus koligens menuju pelvis renalis yang kemudian dikeluarkan dari ginjal menuju uretra. Ren, selain sebagai organ yang berfungsi mensekresi dan mensekresi produk sisa metabolisme juga berfungsi mengatur keseimbangan air dan elektrolit dalam tubuh serta berfungsi sebagai pengatur keseimbangan asam – basa darah. 1,2. B. Ureter Ureter merupakan organ muskuler yang menghubungkan ginjal dengan bagian posterior vesika urinaria. Urin yang berjalan dalam ureter di dorong oleh gerakan peristaltic tunika muskularis dan di bantu oleh tekanan dari filtrasi glomerolus. Setiap ureter memiliki panjang sekitar 25 cm. Ureter memiliki tiga penyempitan sepanjang alirannya. Penyempitan itu terdapat pada ditempat pelvis renalis berhubungan dengan ureter, di tempat ureter melengung waktu menyilang aperture pelvis superior dan saat ereter menembus dinding vesika urinaria. Ureter mendapatkan vaskularisasi dari
Ujung atas ureter
:
arteri renalis
Bagian tengah
:
arteri testicularis
Di dalam pelvis
:
arteri vesicalis superior
Ureter mendapat inervasi dari plexus
renalis,
testicularis, dan plexus
hypogastricus.1 C. Vesica urinaria Vesica urinaria merupakan organ muscular berbentuk pyramid yang terletak tepat di belakang pubis di dalam cavitas pelvis. Vesivca urinaria berfungsi sebagai
penampung urin sebelum dikeluarkan. Pada orang dewasa vesica urinaria mampu menampung urin sekitar 500 ml. Vesica urinaria mendapatkan aliran darah dari arteri vesicalis superior dan inferior, cabang arteri iliaca interna. Vesica urinaria dipersarafi oleh plexus hypogastricus inferior. Rerflek berkemih terjadi saat volume urin dalam vesica urinaria mencapai sekitar 300 ml. Hal ini akan merangsang reseptor dalam dinding vesica urinaria untuk mengirimkan impuls ke saraf pusat melalui nervi splanchnici pelvic dan masuk ke medulla spnalis segmen sacralis 2, 3, dan 4 untuk melakukan miksi. Dari segmen sacralis 2, 3, dan 4 ini, impuls eferen parasimpatis kemudian berjalan ke dinding vesica urinaria melalui nervi splanchnici pelvic dan melalui plexus hypogastricus inferior masuk ke dinding vesica urinaria. Hal ini akan merangsang otot – otot di dinding vesica urinaria utuk berkontraksi dan otot sphincter vesicae berrelaksasi sehingga urin keluar melalui uretra.1 D. Uretra Saluran muskuler yang berfungsi untuk mengeluarkan urin dari vesica urinaria. Pada laki – laki panjang uretra mencapai 18 – 20 cm, sedangkan pada wanita hanya sekitar 4 cm. Karena alasan ini lah, pada wanita lebih rentan terkena infeksi saluran kemih.1 INFEKSI SALURAN KEMIH
A. Definisi Merupakan istilah umum yang dipakai untuk mengakatan adanya invasi mikroorganisme pada saluran kemih. B. Etiologi Beberapa jenis mikroorganisme yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih seperti Eschericia coli. Bekteri ini merupakan penyebab tersering pada infeksi saluran kemih. Penyebab lain pada infeksi saluran kemih ini atara lain jamur dan virus. Beberapa penyakit lain yang menjadi penyebab ISK antara lain Infeksi ginjal dan BPH. C. Patofisiologi Mikroorganisme dapat masuk ke dalam saluran kemih melalui beberapa cara seperti :
1. Endogen Penyebaran terjadi melalui kontak langsung. 2. Hematogen Penyebaran melalui peredaran darah. 3. Limfogen Penyebaran melalui pembuluh limfe 4. Eksogen Penyebaran mikroorganisme melalui kontaminasi dari pemakaian alat seperti kateter, sistokopi, dll.
Infeksi yang paling sering terjadi sebagai akibat dari mikroorganisme yan terdapat pada feses yang naik dari perineum menuju uretra dan kandung kemih. Mikroorganisme kemudian melekat dan berkoloni di epithelium traktus urinarius untuk menghindari pembilasan melalui berkemih. D. Faktor Resiko Ada beberapa hal yang dapat menigkatkan angka kejadian infeksi saluran kemih seperti : 1. Inflamasi 2. Abrasi mukosa uretra 3. Pengosongan kandung kemih yang tidak lengkap 4. Gangguan status metabolisme misalnya Diabetusmelitus,Kehamilan, dsb. 5. Imunosupresi E. Macam – macam ISK Infeksi Saluran Kemih dibagi menjadi : 1. Uretritis Merupakan peradangan yang terjadi pada uretra. Uretritis di golongkan menjadi dua golongan, yaitu :
a. Gonoreal Golongan ini adalah uretritis yang disebabkan oleh kuman Nesseria gonorhoeae. Penularan terjadi melalui kontak langung misalnya pada hubungan seks yang beresiko.
b. Nongonoreal Uretritis jenis ini disebabkan oleh kuman selain Nesseria gonorhoeae, biasanya disebabkan oleh infeksi Clamidia frakomatik atau urea plasma urelytikum. Manifestasi klinis dari uretritis antara lain : a. Mukosa hiperemis dan oedem b. Terdapat ciran eksudat yang purulen c. Adanya ulserasi pada uretra d. Rasa gatal e. Good morning sign f. Nanah pada awal miksi g. Nyeri pada saat miksi h. Kesulitan untuk memulai miksi i. Nyeri pada abdomen bagian bawah 2. Sistisis Merupakan inflamasi pada kandung kemih. Sistisis ini paling sering dikarenakan oleh menyebarnya infeksi dari uretra yang disebabkan oleh refluks urin dari uretra ke vesica urinarinaria, kontaminasi fekal, pemakaian kateter atau sistokopi. Sistisis memiliki gejala klinis seperti a. Disuria b. Peningkatan frekwensi berkemih c. Perasaan ingin berkemih d. Ada leukosit dalam urin e. Nyeri supra pubis f. Demam dengan disertai adanya darah dalam urin pada kasus yang parah. 3. Pielonefritis Pielonefritis merupakan radang pada ginjal. Pielonefritis dibagi menjadi pielonefritis akut dan kronis. Pada pielonefritis akut biasanya terjadi akibat infeksi kandung kemih ascenden. Penularan dapat terjadi melalui cara hematogen, dan dapat menyerang salah satu atau kedua ginjal. Sementara pada pielonefritis kronis dapat terjadi karena infeksi yang berulang, biasanya terjadi
pada penderita dengan batu ginjal, obstruksi lain, atau refluks vesikoureter. Pielonefritis memiliki beberapa manifestasi klinis seperti : a. Demam b. Menggigil c. Nyeri pinggang d. Disuria3 F. Penegakan diagnosis 1. Anamnesis Dalam menganamnesis penderita infeksi saluran kemih perlu digali beberapa informasi seperti a. Keluhan utama b. Onset Sudah berapa lama keluhan tersebut dirasakan ? c. Kronologi Bagaimana keluhan tersebut muncul ? d. Faktor pencetus e. Factor yang memperberat ? f. Factor yang memperingan ? g. Gejala penyerta •
Adakah darah saat berkemih ?
•
Adakah rasa nyeri saat berkemih ?
•
Adakah pengosongan yang tidak lengkap ?
•
Adakah colik ureter ?
•
Adakah pancaran urin yang melemah ?
h. Riwayat Penyakit Dahulu i. Riwayat penyakit Keluarga j. Riwayat sosial ekonomi
2. Pemeriksaan Fisik a. Inspeksi abdomen dan vesica urinaria Dalam melakuakan inspeksi, dilihat adalkah benjolan di daerah supra pubis ? ; bagaimana bentukna ? b. Auskultasi
Bagaimana gerakan peristaltic ? c. Palpasi Untuk palpasi, diraba daerah supra pubis apakah ada benjolan atau tidak? ;bagaimana konsistensinya? ;adakah nyeri tekan ? ; palpasi ginjal ; nyeri ketok ginjal? d. Perkusi Menentukan batas pekak – timpani diatas vesica urinaria 4 3. Pemeriksaan Penunjang a. Urinanalisis 1. Leukosuria / piuria, terdapat lebih dari 5/ lpb sedimen air kemih 2. Hematuria, 5 – 10 eritrosit/lpb sedimen air kemih. b. Bakteriologi 1. Mikroskopis Dalam pemeriksaan mikroskopis ditemukan lebih dari 100.000 bakteri/lpd. 2. Biakan bakteri 3. Tes Kimiawi Tes reduksi griess nitrat berupa perubahan warna pada uji carik. 3 G. Komplikasi Infeksi saluran kemih yang tidak tertangani dengan baik dapat mengakibatkan komplikasi lebih lanjut berupa pembentukan abses ginjal atau bahkan gagal ginjal.6 H. Penanganan Terapi antibiotoik 1. Cotrimoksazol Dosis : anak diatas 2 bln : 6 -12 mg trimetropim/kgBB/hari yang dibagi dalam dua dosis; Dewasa : 2 kali sehari, 2 tablet atau 2 kali sehari 1 kaplet forte. 2. Ciprofloksazin Dosis dewasa 250 mg / 12 jam. 5
UROLITIASIS 1. Definisi
Urolitiasis adalah adanya pembentukan batu pada saluran kemih. 2. Patofisiologi
Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah dari jenis asam urat, oksalat, fosfat, sistein dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan merupakan batu idiopatik. Batu campuran oksalat kalsium dan fosfat biasanya juga idiopatik, diantaranya berkaitan dengan sindroma alkali atau kelebihan vitamin D. Batu fosfat dan kalsium kadang disebabkan hiperkalsiuria (tanpa hiperkalsemia). Batu fosfat amonium magnesium didapatkan pada infeksi kronik yang disebabkan bakteri yang menghasilkan urease sehingga urin menjadi alkali karena pemecahan ureum. Batu asam urin disebabkan hiperuremia pada artritis urika. Batu urat pada anak terbentuk karena pH urin rendah
(3,6)
Pada kebanyakan penderita batu kemih ditemukan penyebab yang jelas. Faktor predisposisi berupa stasis, infeksi dan benda asing. Infeksi, stasis dan litiasis merupakan faktor yang saling memperkuat sehingga terbentuk lingkaran setan atau disebut sirkulus visiosus. Jaringan abnormal atau mati sepeti pada nekrosis papilla di ginjal dan benda asing mudah menjadi nidus dan inti batu. Demikian pula telor sistosoma kadang berupa nidus batu. Batu idioptik disebabkan oleh pengaruh berbagai faktor. Misalnya batu urat pada anak di negara yang sedang berkembang. Faktor yang memegang peran kausal ialah dehidrasi dan gastroenteritis. Faktor ini mengakibatkan oliguria dengan urin yang mengandung kadar tinggi asam urin dan ikatan kimia lain. Faktor lain ialah imobilisasi lama pada penderita cedera dengan fraktor multiple atau paraplegi yang menyebabkan dekalsifikasi tulang dengan peningkatan ekskresi kalsium dan stasis, sehingga presipitasi batu mudah terjadi. Pada sebagian kecil pemderita batu kemih didapatkan kelainan kausal yang menyebabkan ekskresi kelebihan bahan dasar batu seperti yang terjadi pada hiperparatiroidisme, hiperkalsiuria, artritis urika dan sistinuria.
3. Gambaran Klinik
Tanda dan gejala penyakit batu saluran kemih ditentukan oleh letaknya, besarnya dan morfologinya. Walaupun demikian penyakit ini mempunyai tanda umum yaitu hematuria, baik hematuria makroskopik atau mikroskopik. Selain itu, bila disertai
infeksi saluran kemih dapat juga ditemukan kelainan endapan urin bahkan mungkin demam atau tanda sistemik lain (3,6) Berdasarkan jenisnya bibagi dalam :
a. Batu Pelvis Ginjal
Batu pielum didapatkan dalam bentuk yang sederhana sehingga hanya menempati bagian pelvis, tetapi dapat juga tumbuh mengikuti bentuk susunan pelviokaliks, sehingga bercabang menyerupai tanduk rusa. Kadang batu hanya terdapat di suatu kaliks. Batu pelvis ginjal dapat bermanifestasi tanpa gejala sampai dengan gejala berat. Umumnya gejala batu saluran kemih merupakan akibat dari obstruksi aliran kemih atau infeksi (6). Nyeri di daerah pinggang dapat dalam bentuk pegal hingga kolik atau nyeri yang terus menerus dan hebat karena adanya pionefrosis. Pada pemeriksaan fisik mungkin kelainan sama sekali tidak ada, sampai mungkin terabanya ginjal yang membesar akibat adanya hidronefrosis. Nyeri dapat berupa nyeri tekan atau ketok pada daerah arkus costa pada sisi ginjal yang terkena. Sesuai dengan gangguan yang terjadi, batu ginjal yang terletak di pelvis dapat menyebabkan terjadinya hidronefrosis, sedangkan batu kaliks pada umumnya tidak memberikan kelainan fisik.
b. Batu Ureter
Anatomi ureter menunjukkan beberapa tempat penyempitan yang memungkinkan batu ureter dapat terhenti, karena adanya peristaltis maka akan terjadi gejala kolik yaitu nyeri yang hilang timbul disertai perasaan mual dengan atau tanpa muntah dengan nyeri alih khas. Selama batu bertahan di tempat yang menyumbat, selama itu kolik akan datang sampai batu bergeser dan memberi kesempatan pada air kemih untuk lewat (6). Batu ureter mungkin dapat lewat sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung kemih yang besar. Batu juga bisa tetap tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang mungkin asimptomatik. Tidak jarang terjadi hematuria yang didahului oleh serangan kolik. Bila keadaan obstruksi terus berlangsung, lanjutan
dari kelainan yang terjadi dapat berupa hidronefrosis dengan atau tanpa pielonefritis, sehingga menimbulkan gambaran infeksi umum (6).
c. Batu Vesika Urinaria
Karena batu menghalangi aliran air kemih akibat penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara tiba-tiba akan terhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri. Pada anak, menyebabkan anak yang bersangkutan menarik penisnya sehingga tidak jarang dilihat penis yang agak panjang. Bila pada saat sakit tersebut penderita berubah posisi maka suatu saat air kemih akan dapat keluar karena letak batu yang berpindah. Bila selanjutnya terjadi infeksi yang sekunder, maka nyeri menetap di suprapubik (3,6).
d. Batu Prostat
Pada umunya batu prostat juga berasal dari air kemih yang secara retrograde terdorong ke dalam saluran prostat dan mengendap, yang akhirnya berupa batu yang kecil. Pada umumnya batu ini tidak memberikan gejala sama sekali karena tidak menyebabkan gangguan pasase air kemih
(6)
.
e. Batu Uretra
Batu uretra umumnya merupakan batu yang berasal dari ureter atau vesika urinaria yang oleh aliran kemih sewaktu miksi terbawa ke uretra, tetapi menyangkut di tempat yang agak lebar. Tempat uretra yang agak lebar ini adalah di pars bulbosa dan di fossa navikular. Bukan tidak mungkin dapat ditemukan di tempat lain. Gejala yang ditimbulkan umumnya sewaktu miksi tiba-tiba terhenti, menjadi menetes dan terasa nyeri. Penyulit dapat berupa terjadinya divertikel, abses, fistel proksimal, dan uremia karena obstruksi urin (6).
4. Diagnosis
Selain pemeriksaan melalui anamnesis dan pemeriksaan fisik untuk menegakkan diagnosis,
penyakit
batu
perlu
ditunjang
dengan
pemeriksaan
radiologis,
laboratorium, dan penunjang lain untuk menentukan kemungkinan adanya obstruksi jalan kemih, infeksi dan gangguan faal ginjal. Secara radiologik, batu ada yang radioopak dan ada yang radiolusen. Sifat radioopak ini berbeda untuk berbagai jenis batu, sehingga dari sifat ini dapat diduga jenis batu yang dihadapi. Yang radiolusen umumnya adalah dari jenis asam urat murni. Pada yang radioopak pemeriksaan dengan foto polos sudah cukup untuk menduga adanya batu saluran kemih bila diambil foto dua arah. Pada keadaaan yang istimewa tidak jarang batu terletak di depan bayangan tulang, sehingga dapat terhindar dari pengamatan. Karena itu, foto polos perlu sering ditambah dengan foto pielografi intravena atau yang biasa disebut foto BNO-IVP
(3,6,7)
.
Pemeriksaan IVP memerlukan persiapan, yaitu malam sebelum pemeriksaan diberikan kastor oli (catharsis) atau laksans untuk membersihkan kolon dari feses yang menutupi daerah ginjal. Sebelumnya pasien juga harus diperiksa kadar ureum dan kreatininnya untuk mengetahui fungsi ginjal. Untuk mendapatkan keadaan dehidrasi ringan, pasien tidak diberikan cairan (minum) mulai dari jam 10 malam sebelum pemeriksaan. Keesokan harinya penderita harus puasa. Untuk bayi dan anak diberikan minum yang mengandung karbonat, tujuannya untuk mengembangkan lambung dengan gas. Usus akan berpindah, sehingga bayangan kedua ginjal dapat dilihat melalui lambung yang terisi gas. Bahan kontras Conray (Meglumine Iothalamat 60% atau Hypaque Sodium/Sodium Diatrizoate 50%), Urografin 60% atau 76%. Sebelum pasien disuntik urografin 60 mg% harus dilakukan terlebih dahulu uji kepekaan. Dapat berupa pengujian subkutan atau intravena. Jika penderita alergi terhadap bahan kontras, pemeriksaan pielografi intravena dibatalkan. Dosis Urografin 60 mg% untuk orang dewasa adalah 20 ml. Kalau perlu dapat diberikan dosis rangkap yaitu 40 ml. Tujuh menit setelah penyuntikan dibuat film bucky antero-posterior abdomen. Foto berikutnya diulangi pada 15, 30 menit dan 1 jam. Sebaiknya segera setelah pasien disuntuk kontras, kedua ureter dibendung, baru dibuat foto 7 menit. Kemudian bendungan dibuka, langsung dibuat foto dimana diharapkan kedua ureter terisi. Dilanjutkan dengan foto 15 dan 30 menit. Pada kasus tertentu dibuat foto 1 dan 2 jam, malahan foto 6, 12 dan 24 jam
Pada batu yang radiolusen foto dengan bantuan kontras akan menyebabkan terdapatnya defek pengisian pada tempat batu sehingga memberi gambaran pada daerah batu yang kosong Yang menyulitkan adalah bila ginjal yang mengandung batu tidak berfungsi lagi sehingga kontras tidak muncul. Dalam hal seperti ini perlu dilanjutkan dengan pielografi retrograde atau anterograd yang dilaksanakan pemasangan kateter ureter melalui sistokop pada ureter ginjal yang tidak dapat berfungsi untuk memasukkan kontras. Pada pemeriksaan dengan CT-Scan, kontras dapat diberikan maupun tidak. Pemeriksaan dengan CT-Scan ini umumnya dilakukan untuk mengetahui batu yang ada di ginjal. Dapat bersifat informatif tentang morfologi dan kelainan ginjal, beserta morfologi batu
5. Diagnosis Banding
Kolik ginjal dan ureter dapat disertai dengan akibat yang lebih lanjut misalnya distensi usus dan pionfrosis dengan demam. Oleh karena itu jika dicurigai terjadi kolik ureter maupun ginjal, khususnya yang kanan, perlu dipertimbangkan kemungkinan kolik sakluran cerna, kandung empedu, atau apendisitis akut. Selain itu pada wanita perlu juga dipertimbangkan kemungkinan adneksitis. Bila terjadi hematuria dipertimbangkan keganasan apalagi jika hematuria terjadi tanpa nyeri. Selain itu batu saluran kemih yang bertahun-tahun dapat menyebabkan terjadinya tumor yang umumnya karsinoma epidermoid, akibat rangsangan dan inflamasi. Khusus untuk batu ginjal dengan hidrnefrosis perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor ginjal mulai dari jenis ginjal polikista hingga tumor Grawitz. Pada batu ureter, terutama dari jenis yang radiolusen, apalagi bila disertai dengan hematuria yang tidak disertai dengan kolik, perlu dipertimbangkan kemungkinan tumor ureter, walaupun tumor ini jarang ditemukan. Dugaan batu vesika urinaria juga perlu dibandingkan dengan kemungkinan tumor kandung kemih terutama bila batu yang terdapat dari jenis radioluasen. Batu prostat yang biasanya tidak sukar didiagnosis karena gambaran radiologiknya yang khas, yang kecil seperi kumpulan pasir di daerah prostat. Tetapi pada pemeriksaan colok dubur dapat memberi kesan adanya keganasan, terutama bila
terdapat batu yang cukup banyak sehingga teraba seperti karsinoma prostat. Dalam keadaan yang tidak pasti seperti itu perlu dilakukan biopsi prostat
(6)
6. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan
batu saluran
kemih
harus
tuntas,
sehingga bukan
hanya
mengeluarkan batu saja, tetapi harus disertai dengan terapi penyembuhan penyakit batu atau paling sedikit disertai dengan terapi pencegahan. Hal ini karena batu sendiri hanya merupakan gejala penyakit batu, sehingga pengeluaran batu dengan cara apapun bukanlah merupakan terapi yang sempurna. Selanjutnya perlu juga diketahui bahwa pengeluaran batu baru diperlukan bila batu menyebabklan gangguan pada saluran air kemih. Bila batu ternyata tidak memberi gangguan fungsi ginjal, maka batu tersebut tidak perlu diangkat apalagi misalnya pada batu ureter diharapkan batu dapat keluar sendiri. Penanganannya dapat berupa terapi medik dan simptomatik atau dengan bahan pelarut. Dapat pula dengan pembedahan atau dengan tindak bedah yang kurang invasif, misalnya nefrostomi perkutan, atau tanpa pembedahan sama sekali antara lain secara gelombang kejut. Terapi medik batu saluran kemih berusaha mengeluarkan batu atau melarutkan batu. Pengobatan simptomatik mengusahakan agar nyeri khususnya kolik yang terjadi menghilang dengan pemberian simpatolitik. Selain itu terutama untuk batu ureter yang dapat diharapkan keluar dengan sendirinya, dapat diberikan minum berlebihan disertai diuretikum. Dengan produksi air kemih yang lebih banyak diharapkan dapat mendorong dan mengeluarkan batu
(6)
.
DAFTAR PUSTAKA
1. Snell,
Richard.S.2006. Anatomi
Klinik
untuk
Mahasiswa
Kedokteran.
Jakarta:EGC. 2. Guyton.1990. Fisiologi dan Mekanisme Penyakit.Jakarta:EGC. 3. Oswari,Jonatan.1995. Buku Ajar Bedah.Jakarta:EGC. 4. Sudiat,
Muh.
Dkk.2010. Buku
Petunjuk
Skill
lab
Blok
12
Semester
IV .Semarang:FKUNIMUS. 5. Amonim.2000. Informatorium Obat Nasional Indonesia.DepKes RI. 6. Wim de Joung, R.Syamsuhidayat.1995. Buku Ajar Bedah.Jakarta:EGC. 7. Rasyad, Syahriar, dkk., Radiologi Diagnostik, Ed.4, Balai Penerbit FKUI, Jakarta, 1998