KATA PENGANTAR
Penyusunan laporan ini dilakukan untuk memberikan gambaran dan
deskripsi kegiatan elama di Karang Sambung. Terutama pada bagian observasi
dan pengukuran-pengukuran yang menggunakan metode-metode geofisika ataupun
metode-metode geologi. Diharapkan juga laporan field trip ini dapat
menjadi pedoman bagi para mahasiswa yang akan mengikuti kegiatan di Karang
Sambung di tahun berikutnya. Pedoman pembuatan laporan ini adalah buku
panduan Geologi Lapangan Untuk Geofisika yang disusun oleh Dosen- dosen
Geofisika Universitas Indonesia. Karang Sambung merupakan suatu daerah di
Jawa Tengah tepatnya di kecamatan Karang Sambung, kota Kebumen. Daerah ini
berbeda dari daerah lainnya karena memiliki kompleksitas geologi terbesar
di Asia Tenggara, sehingga daerah ini banyak dikunjungi oleh mahasiswa dari
berbagai universitas, termasuk Universitas Indonesia program studi
Geofisika untuk mendapatkan ilmu geologi dari bentang alam di Karang
Sambung.
Sejatinya pembelajaran Geofisika dan Geologi membutuhkan pengalaman
langsung di lapangan dengan menerapkan metode Geofisika dan mengamati objek
Geologi secara langsung sehingga ilmu yang telah didapatkan di kelas dapat
diterapkan. Untuk memenuhi hal tersebut, mak Himpunan Mahasiswa Geofisika
Universitas Indonesia melakukan kegiatan field trip Karangsambung 2013.
Kegiatan field trip ini dilakukan pada tanggal 14-22 juni 2013, kegitan
ini sangat didukung dengan adanya bimbingan dari Dosen Geofisika
Universitas Indonesia dan karyawan dari Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia
(LIPI). Namun ada beberapa hal yang menghambat kelancaran kegiatan ini
diantaranya adalah pengaruh cuaca buruk atau hujan.
Dengan adanya kegiatan kuliah lapangan ini, kami dapat memahami teori di
bangku kuliah dengan baik. Untuk itu kami mengucapkan terima kasih yang
sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing, bapak Kris Hendardjo dan bapak
Mustoto Moehadi yang setia membimbing selama kegiatan field trip ini
berlangsung.
Karang Sambung, 21 Juni 2013
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Geofisika merupakan ilmu yang berhubungan erat dengan ilmu geologi.
Sebagai mahasiswa geofisika, pengetahuan yang mendalam mengenai geologi
merupakan sebuah keharusan karena kedua ilmu ini saling bersinergi. Untuk
mendalami ilmu geologi, kami mahasiswa Universitas Indonesia melakukan
kuliah lapangan di Karang Sambung yang mana tempat ini adalah lokasi
favorit para mahasiswa geofisika Universitas Indonesia karena Karang
Sambung memiliki karakteristik geologi yang paling lengkap di Indonesia.
Karang Sambung merupakan salah satu kota di Kebumen. Kawasan dengan
luas 300 km2 ini merupakan salah satu "kampus alam" terbaik dalam
pengembangan ilmu geosciences sendiri. Karang Sambung memiliki kelebihan,
diantaranya memiliki singkapan formasi batuan yang unik dan terlengkap.
Singkapan batuan di Karang Sambung merupakan kompleks melange sehingga di
daerah ini terdapat bermacam-macam batuan baik batuan beku, batuan sedimen,
dan batuan metamorf. Singkapan dasar samudera pun terlihat jelas di kawasan
ini memberikan gambaran proses terbentuknya pulau Jawa, maka tempat ini
merupakan tempat yang cocok dalam pengembangan ilmu baik untuk mahasiswa
maupun sebagai sumber data terbaru yang mampu mengungkapkan hal lain
mengenai kawasan tersebut.
Laporan ini dibuat hanya untuk mencakup kegiatan di hari terakhir
saja. Kelompok kami, yaitu kelompok 5 diberi tugas untuk membuat peta
contour tertutup. Peta contour tertutup yang kami buat adalah peta contour
tertutup sengkedan di suatu sawah sekitar Karang Sambung. Metode yang kami
gunakan pada pembuatan peta contour tertutup ini adalah metode yang
menggunakan kompas geologi. Selain itu pada laporan ini akan disinggung
sedikit mengenai interpretasi mengenai data geolistrik yang kami lakukan
diderah Watu Randa.
1.2 Tujuan
* Melatih mahasiswa untuk membuat peta topografi lintasan tertutup
* Membiasakan mahasiswa untuk menggunakan kompas geologi
* Mahasiwa mampu mendeskripsikan peta topografi lintasan tertutup
yang dibuat
BAB II
TEORI DASAR
2.1 Kompas Geologi
Dalam melakukan pengamatan di lapangan digunakan kompas geologi yang
berfungsi . untuk menentukan arah, posisi suatu tempat, besar kemiringan
dan posisi batuan, horisontal. Adapun kompas yang digunakan dalam
pengamatan ini adalah kompas jenis Brunton. Penentuan arah yang dimaksud
disini adalah arah dari titik tempat pengamat berdiri, ke tempat yang
dibidik atau yang dituju. Titik tersebut dapat berupa puncak bukit atau
obyek geografi yang lain, atau rambu yang sengaja dipasang, misalnya untuk
rencana lintasan. Untuk mendapatkan hasil pembacaan yang baik, dianjurkan
mengikuti tahapan sebagai berikut :
1. Kompas dipegang dengan tangan kiri setinggi pinggang (Gambar 2.8a)
2. Kompas dibuat horisontal (dengan bantuan "bull's eye"- dipertahankan
demikian selama pengamatan.
3. Cermin diatur, terbuka kurang lebih 135° menghadap ke depan. Sighting-
arm dibuka horisontal dengan peep sight ditegakkan Gambar 2.1)
4. Badan diputar sedemikian rupa sehingga titik atau benda yang dimaksud
tampak pada cermin dan berimpit dengan ujung pembidik dan garis tengah
pada cermin. Untuk mempermudah prosedur ini, yang diputar tidak hanya
tangan dengan kompas, akan tetapi seluruh badan.
5. Baca jarum utara kompas, setelah jarum tidak bergerak.
Gambar 2.1.1
Cara membidik dan membaca arah dengan kompas
Membaca arah dapat juga dilakukan dengan memegang dan menempatkan kompas
pada posisi pandangan mata (Gambar 2.2). Kompas dipegang horisontal dengan
cermin dilipat 45° dan menghadap ke mata (Gambar 2.9b). Arah yang
ditunjukkan jarum dapat dibaca melalui cermin. Karena tangan penunjuk:
arah terbalik (menghadap kita), maka yang dibaca adalah ujung selatan jarum
kompas. Yang mana dari kedua cara ini yang paling baik adalah tergantung
dari kebiasaan kita dan keadaan medan.
Gambar 2.1.2 Cara membidik dengan melihat obyek secara langsung
2.2 Geomorfologi Banjar Sari
Berdasarkan hasil pengamatan di lapangan, daerah Banjar Sari
kecamatan Karang Sambung terletak diantara 2 gunung yaitu Gunung Paras dan
Gunung Brujul. Apabila diamati daerah Banjar Sari memiliki vegetasi yang
sama dengan puncak dari kedua gunung seperti ditemukannya pohon pinus,
namun di daerah sekitar pengamatan memiliki vegetasi yang berbeda dengan
ditemukannya pohon kelapa, pisang, dan lain - lain. Dengan demikian dapat
disimpulkan bahwa kemungkinan Gunung Paras dan Gunung Brujil pada dahulunya
merupakan satu gunung
yang terhubung oleh antiklin tetapi tererosi akibat adanya gaya endogen
sehingga terpisah dan daerah Banjar Sari berada diantara kedua gunung
tersebut.
Daerah Banjar Sari merupakan pertemuan dari 2 formasi batuan yaitu
formasi Karang Sambung dan Totogan. Daerah pengamatan kami berada di
sebelah kanan sungai dari formasi Totogan, yaitu daerah persawahan atau
sengkedan ntuk dibuat contour dari daerah tersebut. Dibawahnya terdapat
lapisan batuan lempung yang merupakan formasi Karang Sambung dan diatasya
terdapat breksi vulkanik. Awalnya hanya terdiri dari lempung saja namun
batuan vulkanik pecah – pecah dan terbawa oleh arus sehingga mengendapkan
diatas batuan lempung (sedimentasi).
Berdasarkan hasil observasi daerah Banjar Sari memiliki batuan yang
halus berwarna merah dan berwarna putih. Apabila dijilat batuan tersebut
akan menempel di lidah yang menandakan batuan ini merupakan btuan sedimen
piroklastik yang berasal dari abu gunung vulkanik (tuff) yang kemudian
mengendap dan terjadi sedimentasi. Batu ini brwarna merah akibat
teroksidasi, sedangkan batuan yang belum teroksidasi berwarna putih.
2.3 Stratigrafi Regional Banjar Sari
Stratigrafi daerah Banjarsari dan sekitarnya yang merupakan bagian dari
cekungan Banyumas umumnya terdiri dari batuan sedimen yang termasuk kedalam
beberapa formasi batuan, yakni :
* Formasi Halang (Tmph) : Batupasir andesit ,konglomerat tufaan dan
napal bersisipan batupasir di atas bidang perlapisan batupasir
terdapat bekas bekas cacing Foramnifera kecil menunjukan umur Miosen
Akhir di lembar sebelahnya hingga Pliosen Tebal sekitar 800m.
* Anggota Batugamping Formasi Tapak : Lensa-lensa batugamping tak
berlapis berwarna kelabu kekuningan.
* Formasi Tapak (Tpt) : Batupasir berbutir kasar berwarna kehijauan dan
konglomerat setempat breksi andesit di bagian atas terdiri dari
batupasir gampingan dan napal berwarna hijau mengandung kepingan
moluska Tebal sekitar 500m.
* Batuan hasil Gunung api Tak Teruraikan (Qvs) : Breksi gunung api, lava
dan tufa. Penyebarannya membentuk suatu dataran dan perbukitan
* Lava G.Slamet (Qvls) : lava andesit ,berongga,terutama di lereng
Timur.
* Endapan Lahar Gunung Slamet (Qls) : Lahar dengan bongkahan batuan
gunungapi
bersusunan andesit – basalt, bergaris tengah 10 – 50 cm, dihasilkan
oleh Gunung
Slamet Tua pada Kala Holosen. Sebarannya meliputi daerah datar.
* Aluvium (Qa) : kerikil,pasir ,lanau dan lempung sebagai endapan sungai
dan
pantai.Tanda-tanda titik –titik menunjukkan undak sungai.Tebal hingga
150 m.
Berdasarkan peta geologi Purwokerto-Tegal dengan urutan stratigrafi
yang terlihat
dari kenampakan kolom stratigrafi oleh sumber Pusat Peneltian Dan
Pengembangan Geologi 1996 (Djuri,dkk,1996) maka cakupan formasi batuan yang
ada pada daerah penelitian meliputi formasi lava G.Slamet (Qvls), lahar
G.Slamet (Qls), dan formasi Tapak (Tpt).
2.4 Struktur Geologi Banjar Sari
Struktur geologi yang dijumpai diantaranya adalah lipatan, sesar, dan
kekar. Pada umumnya struktur tersebut dijumpai pada batuan yang berumur
Kapur hingga Pleosen. Di beberapa tempat struktur lipatan dan sesar
tercermin dan tampak jelas pada bentuk bentang alamnya seperti yang
terdapat di Karang Sambung. Di tempat lain bentuk struktur hanya dapat
diketahui dari pola bentuk sebaran batuan atau ditafsirkan dari pengukuran
lapisan di lapangan. Struktur geologi sebagai akibat dari aktivitas
tektonik yang terjadi di Pulau Jawa sangat dipengaruhi oleh subduksi
lempeng Indo-Australia ke bawah lempeng Mikro Sunda.
Berdasarkan berbagai macam data (data foto udara, penelitian lapangan,
citra satelit, data magnetik, data gaya berat, data seismik, dan data
pemboran migas) dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya di pulau Jawa ada 3
(tiga) arah/pola kelurusan struktur dominan dari yang berumur tua sampai
muda yaitu pola Meratus, pola Sunda, dan pola Jawa.
Arah yang pertama adalah arah Timurlaut-Baratdaya (NE-SW) yang disebut
dengan Pola Meratus. Pola struktur dengan arah Meratus ini merupakan pola
dominan yang berkembang di Pulau Jawa (Pulunggono dan Martodjojo, 1994)
terbentuk pada 80 sampai 53 juta tahun yang lalu (Kapur Akhir-Eosen Awal).
Arah yang kedua adalah pola struktur yang dijabarkan oleh sesar-sesar yang
berarah utara-selatan. Arah ini diwakili oleh sesar-sesar yang membatasi
Cekungan Asri, Cekungan Sunda, dan Cekungan Arjuna. Pola ini disebut dengan
Pola Sunda. Pola Sunda berarah utara- selatan (N-S) terbentuk 53 sampai 32
juta tahun yang lalu (Eosen Awal-Oligosen Awal).
Arah yang ketiga adalah arah barat-timur yang umumnya dominan berada di
dataran Pulau Jawa dan dinamakan dengan Pola Jawa. Pola Jawa berarah barat-
timur (E-W) terbentuk sejak 32 juta tahun yang lalu dan diwakili oleh sesar-
sesar naik seperti Baribis dan sesar-sesar di dalam Zona Bogor (Van
Bemmelen, 1949op.cit. Pulunggono dan Martodjojo, 1994).
Sujanto (1975) membuat peta pola struktur Jawa Tengah berdasarkan
interpretasi Foto ERTS-1 menyatakan bahwa pola umum struktur sesar di Jawa
Tengah adalah barat laut- tenggara dan timur laut-barat daya dan beberapa
pola struktur sesar mempunyai arah barat- timur.
BAB III
HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1 Pengukuran Topografi Di Daerah Banjar Sari
Pengukuran topografi dilakukan di daerah terasering persawahan di
daerah banjar sari. Tempat tersebut terletak di sebelah selatan sungai
banjarsari.
Gambar 3.1.1
Penampakan daerah survey topografi daerah banjar sari
Gambar di atas merupakan penampakan daerah survey. Secara umum, daerah
tersebut memiliki kontur cenderung ke bawah. Perbedaan ketinggian daerahnya
dibatasi oleh pematang sawah.
Survey dimulai dengan mengatur inklinasi pada kompas geologi ke sudut
nol, melakukan kalibrasi ketinggian antara pengukur dan model pengukuran
untuk mendapatkan titik acuan nol pada model pengukuran. Pengukuran dimulai
dari sebuah titik yang dianggap sebagai titik awal pengukuran dan titik
referensi ketinggian nol. Kemudian diteruskan ke daerah yang memiliki
perbedaan ketinggian dari titik pengamatan. Pengukuran arah dan ketinggian
dilakukan menggunakan kompas. Kesulitan yang dihadapi selama melakukan
pengukuran adalah perbedaan ketinggian yang cukup besar antar titik
pengukuran dan terdapat sawah penduduk yang sedang masa tanam yang
menyebabkan pengukuran jarak dengan langkah kurang efektif.
Setelah melakukan pengukuran ketinggian dan arah, dilakukan pengukuran
jarak lintasan. Karena keterbatasan alat, pengukuran jarak dilakukan
menggunakan langkah kaki. Pengukur jarak harus berusaha menjaga agar lebar
langkahnya relatif tetap.
Pengukuran lintasan dilakukan dengan mengikuti pematang sawah. Hal
tersebut dilakukan untuk menghindari rusaknya padi dan untuk mendapat pola
daerah yang semirip mungkin dengan daerah yang sebenarnya. Secara teori,
hal tersebut mungkin dilakukan. Namun, pematang sawah di daerah tersebut
memilki banyak tikungan. Apabila dilakukan pengukuran di setiap titik, akan
banyak data yang diperoleh dan memakan waktu yang lama. Pengukuran tersebut
menggunakan konsep batas waktu. Oleh karena itu, lintasan dipilih seefisien
mungkin dengan mengabaikan belokan yang tidak terlalu tajam. Gambar berikut
menggambarkan lintasan yang ditempuh saat melakukan pengukuran.
Gambar 3.1.2
Lintasan pengukuran topografi daerah Banjar Sari
Garis biru menunjukkan lintasan yang ditempuh. Pengukuran dilakukan di
daerah dengan tanda bulat biru sebagai titik pengukuran awal. Pada masing-
masing titik dilakukan tiga kali pengukuran. Hal tersebut dilakukan agar
data yang diterima semakin mendekati kebenaran. Ketiga data yang diperoleh
kemudian dirata-rata untuk kemudian digunakan untuk menggambar peta kontur.
Berikut ini merupakan data pengukuran yang diperoleh
" " "Jarak " "Ketinggia"
"No."Lintasan"(langkah"Arah "n Relatif"
" " ") " "(cm) "
"1 "1 – 2 "11 "N 126 E "175 cm "
"2 "2 – 3 "10 "N 253 E "123 cm "
"3 "3 – 4 "7 "N 225 E "95 cm "
"4 "4 – 5 "3,5 "N 185 E "92 cm "
"5 "5 – 6 "10 "N 141 E "206 cm "
"6 "6 – 7 "38 "N 125 E "190 cm "
"7 "7 – 8 "10 "N 105 E "200 cm "
"8 "8 – 9 "16 "N 135 E "220 cm "
"9 "9 – 1 "78 "N 324 E "190 cm "
Tabel 3.1.1
Data pengukuran topografi daerah Banjar Sari
Data di atas kemudian di plot.
Gambar 3.1.3
Polygon pengukuran sebelum dikoreksi
Gambar tersebut menunjukkan plot data awal. Terdapat penyimpangan
antar titik akhir dan awal pengukuran. Kemudian peta di atas dikoreksi
menggunakan koreksi garis. Di antara titik awal dan akhir pengukuran
ditarik garis lurus. Kemudian garis tersebut dibagi sejumlah titik
pengukuran. Kemudian, masing-masing titik ditarik garis baru yang
menyimpang searah penyimpangan dan berjarak dengan n adalah urutan
lintasan seperti gambar dibawah ini
Dan setelah dilakukan koreksi diatas maka didapatkan hasil berikut
ini:
Gambar 3.1.4
Polygon pengukuran setelah dikoreksi
3.2 Interpretasi Data Geolistrik Daerah Watu Randa
Gambar di atas merupakan grafik resistivitas yang terbentuk dari
pengukuran metode geolistrik. Resistivitas daerah di sebelah kiri cenderung
tinggi dan berangsur menurun.Dari data tersebut dapat diketahui mana
formasi waturanda dan formasi panasogan.
Formasi waturanda secara umum terdiri dari batuan sedimen dengan
matriks pasir. Batuan pasir memilki resistivitas di antara lima ohmmeter
hingga seribu ohmmeter. JIka dibandingkan dengan gambar di atas, formasi
waturanda berada di bagian kiri karena pada bagian tersebut memilki
resistivitasyang lumayan tinggi yaitu lebih dari lima ratus ohmmeter.
Selanjutnya formasi panasogan terdiri dari batuan lempung. Lempung
memiliki resistivitas yang lebih kecil dari yang jauh lebih kecil dari batu
pasir. Formasi tersebut terdapat di sebelah kiri. Resistivitas yang sebelah
kanan terlalu besar untuk jenis batuan lempung. Sehingga kesimpulannya
bagian kanan adalah formasi panasogan, kemudian formasi waturanda berada di
wilayah kanan.
Daerah di bagian bawah yang memilki resistivitas rendah kemungkinan
meruapakan daerah resapan air. Karena itu, resistivitas yang terukur kecil.
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
1. Untuk membuat topografi lintasan tertutup perlu dilakukan pengukuran
diantaranya pengukuran sudut, arah danpengukuran tinggi. Pengukuran
dilkukan di lokasi terasering yang sangat undulatif. Titik-titik yang
diukur untuk dijadikan polygon tertutup ada 9 titik.
2. Kompas geologi digunakan untuk menentukan arah, posisi suatu tempat,
besar kemiringan dan posisi batuan, horizontal.
3. Peta lintasan tertutup yang dibuat adalah lintasan di daerah Banjar
Sari tepatnya di bagian terasering. Pengukuran dilakukan sebanyak 9
titik. Pada saat dilakukan pembuatan peta lintasan, polygon yang
didapatkan tidak tertutup, sehingga perlu dilakukan koreksi disetiap
titik dengan cara menarik titik awal dengan titik terakhir. Kemudian
jarak antara titik yang tidak tertutup dibagi dengan banyaknya jumlah
titik pengukuran, dan setiap titik selanjutnya dikurang satu.
4.2 Saran
Agar pelaksanaan kuliah lapangan ini efektif dan berjalan lancar ,
maka diharapkan untuk peserta field trip untuk memahami dan mempelajari
modul panduan terlebih dahulu.
ANGGOTA KELOMPOK
1. Nama : Anandi Prayoga Ramadhan
Tempat, Tanggal Lahir : Jakarta, 23 Maret 1992
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Single
Hobby : Olah raga dan DJ-ing
E-Mail :
[email protected]
Twitter : @anandi23
No. Hp : +6281380164708
Alamat : Jln. SD. Inpres, No. 65
2. Nama : Andini Dian Pertiwi
Tempat Tanggal Lahir : Padang Panjang, 21 Maret 1993
Jenis Kelamin : Perempuan
Status : Single
Hobby : Menari dan menyanyi
E-Mail :
[email protected]
Twitter : @DiniDianPertiwi
No. Hp : +6285760744337
Alamat : Jl. St. Syahrir no. 32 RT 04,
Silaing Bawah, Padang
Panjang
3. Nama : Fajri Akbar
Tempat Tanggal Lahir : Padangpanjang , 18 Januari 1992
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Single
Hobby : Travelling, shopping
E-Mail :
[email protected]
Twitter : @fajriakbaar
No. Hp : 081213331256
Alamat : Jl. Syekh M. Jamil no 37 RT 14,
Koto Panjang, Padangpanjang,
Sumbar
4. Nama : Fitria
Tempat Tanggal Lahir : Tanjung Jati, 20 Maret 1992
Jenis Kelamin :Perempuan
Status : Single
Hobby :Menulis dan listening musics
E-Mail :
[email protected]
Twitter :@fitriaRFS
No. Hp :+6281267431204
Alamat : tj.Jati kec guguak 50 kota -Sumbar
5. Nama : Indra Kurniawan
Tempat Tanggal Lahir : Bekasi, 21 Oktober 1991
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Single
Hobby : Membaca dan travelling
E-Mail :
[email protected]
Twitter : @ndoroindro
No. Hp : 08567254654
Alamat : Jl. Kasuari B 123 RT 02/09
Komplek Masnaga, Bekasi
6. Nama : Wahyu Noor Ichwan
Tempat Tanggal Lahir : Pati, 2 Mei 1992
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Single
Hobby : Puzzle, browsing, melawak
E-Mail :
[email protected]
Twitter : @wakiju
No. Hp : 081806311934
Alamat : Jl. Raya Tayu Puncel Km 12,
Desa Kembang RT 04/03,
Pati
-----------------------
2013
Universitas Indonesia
6/21/2013
Anandi Prayoga Ramadhan
Andini Dian Pertiwi
Fajri Akbar
Fitria
Indra Kurniawan
Wahyu Noor Ichwan
Laporan Field Trip Karang Sambung