BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Radiodiagnostik merupakan salah satu cabang dari radiologi yang bertujuan untuk membantu pemeriksan dalam bidang kesehatan, yaitu untuk menegakkan diagnosa suatu penyakit melalui pembuatan gambar yang disebut dengan radiograf. Pemeriksaan dengan memanfaatkan sinar-X mengalami perkembangan yang sangat pesat sejak pertama kali ditemukan pada tanggal 8 November 1895 oleh Wilhelm Conrad Rontgen. Penemuan ini merupakan suatu revolusi dalam dunia kedokteran karena dengan hasil penemuan ini dapat digunakan untuk pemeriksaan bagian-bagian tubuh manusia yang sebelumnya tidak pernah tercapai. Seiring dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi, sekarang ini dunia radiologi sudah mengalami banyak perkembangan. Pemeriksaan os antebrachii adalah salah satu pemeriksaan radiologi tanpa menggunakan kontras. Indikasi pada os antebrachii yang sering terjadi adalah fraktur. Fracture adalah patah tulang yang biasanya disebabkan oleh adanya kekerasan yang timbul secara mendadak. Proyeksi yang digunakan dalam pemeriksaan os antebrachii di RSUD Kabupaten Buleleng adalah proyeksi AP dan Lateral. Pada laporan kasus ini, penulis ingin mengetahui manfaat pemeriksaan os antebrachii dengan proyeksi AP dan Lateral di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Buleleng untuk mendukung diagnosa suatu penyakit atau fraktur. Dengan alasan di atas maka penulis tertarik untuk mengangkatnya dalam bentuk tulisan dengan judu l “Tata Laksana Pemeriksaan Os Antebrachii Pada Kasus Fraktur di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Buleleng”
1.2
Rumusan Masalah 1.2.1 Bagaimanakah prosedur pemeriksaan radiologi di RSUD Kabupaten Buleleng ? 1.2.2 Bagaimanakah Penatalaksanaan teknik pemeriksaan Os Antebrachii pada kasus Fraktur di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Buleleng ?
1.3
Tujuan Penulisan 1.3.1 Untuk mengetahui prosedur pemeriksaan radiologi di RSUD Kabupaten Buleleng. 1.3.2 Untuk mengetahui penatalaksanaan teknik pemeriksaan os antebrachii pada kasus fraktur di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Buleleng.
1
1.4
Manfaat Penulisan 1.4.1 Bagi Penulis Laporan kasus ini dapat menambah pengetahuan bagi penulis, khususnya tentang penatalaksanaan pemeriksaan Os Antebrachii Pada Kasus Fraktur di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Buleleng. 1.4.2 Bagi Institusi Laporan ini dapat menambah kepustakaan terutama menambah referensi tentang penatalaksanaan pemeriksaan Os Antebrachii pada kasus fraktur. 1.4.3 Memberi gambaran yang lebih detail tentang penatalaksanaan pemeriksaan Os Antebrachii pada kasus fraktur.
1.5
Pembatasan Masalah Dalam pembuatan laporan kasus ini, penulis membatasi masalah yang akan dibahas yaitu Teknik Pemeriksaan Radiologi pada kasus fraktur antebrachii demi menjaga keteraturan serta terarah dalam pembuatan laporan kasus PKL ini.
1.6
Metode Penulisan Dalam pembuatan laporan kasus ini, penulis menggunakan dua metode penulisan, yaitu : 1.6.1 Metode Kepustakaan Yaitu dengan cara membaca literatur berupa buku-buku penunjang, artikel serta literatur lainnya yang dijadikan acuan dalam pembuatan laporan ini. 1.6.2 Metode Pengamatan Yaitu penulis mengamati Teknik Pemeriksaan Radiologi Os Antebrachii Pada Kasus Fraktur di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Buleleng.
2
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1
Anatomi Antebrachii Antebrachii terdiri dari dua tulang panjang yaitu radius dan ulna, namun kita harus memperhatikan syarat pada setiap pemeriksaan tulang panjang, selain objek inti yang kita foto, kedua persendian tulang harus tampak. Jadi pada pemeriksaan antebrachii kita juga perlu mengetahui tulang carpal yaitu sendi bawah pada pergelangan tangan dan juga sendi siku yaitu 1/3 distal humerus.
Keterangan gambar : 1. Os radius 2. Styloid process of radius 3. Radial tuberosity 4. Radial head 5. Lateral epicondyle 6. Styloid process of ulna 7. Head of ulna 8. Os Ulna 9. Olecranon 10. Medial epicondyle 11. Os humerus a. Radius Radius adalah tulang di sisi lateral lengan bawah. Merupakan tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung dan lebih pendek dari pada ulna.
3
Ujung atas radius Radius kecil dan memperlihatkan kepala berbentuk kancing dengan permukaan dangkal yang bersendi dengan capitullum dari humerus. Sisisisi kepala radius bersendi dengan takik radial dari ulna. Di bawah kepala terletak leher, dan di bawah serta di sebelah medial dari leher ada tuberositas radii, yang dikaitkan pada tendon dari insersi o tot bisep.
Batang radius Di sebelah atas batangnya lebih sempit dan lebih bundar daripada dibawah dan melebar makin mendekati ujung bawah. Batangnya melengkung ke sebelah luar dan terbagi dalam beberapa permukaan, yang seperti pada ulna memberi kaitan kepada flexor pronator yang letaknya dalam di sebelah posterior memberi kaitan pada extensor dan supinator di sebelah dalam lengan bawah dan tangan ligamentum interosa berjalan dari radius ke ulna dan memisahkan otot belakang dari yang depan lengan bawah. Ujung bawah radius Agak berbentuk segiempat dan masuk dalam formasi dua buah sendi. Persendian inferior dari ujung bawah radius bersendi dengan schapoid (os navicular radii) dan tulang semilunar (lunatum) dalam formasi persendian pergelangan tangan. Permukaan di sebelah medial dari ujung bawah bersendi dengan kepala dari ulna dalam formasi persendian radioulnar inferior. Sebelah lateral dari ujung bawah diperpanjang ke bawah menjadi proses stiloid radius.
b. Ulna Ulna atau tulang hasta adalah sebuah tulang pipia yang mempunyai sebuah batang dan dua ujung. Tulang itu adalah tulang sebelah medial dan lengan bawah dan lebih panjang dari radius atau tulang pengumpil. Kepala ulna ada di sebelah ujung bawah.
4
Ujung atas ulna Kuat dan tebal dan masuk dalam formasisendi siku. Processus olecranon menonjol ke atas di sebelah belakang dan tepat masuk di dalam fossa olecranon dari humerus. Processus coronoideus dari ulna menonjol di depannya, lebih kecil dari pada processus olecranon dan tepat masuk di dalam fossa coronoid dari humerus bila siku dibengkokkan. Batang ulna Makin mendekati ujung bawah makin mengecil. Memberi kaitan kepada otot yang mengendalikan gerakan dari pergelangan tangan dan jari. Otototot flexor datang dari permukaan anterior dan otot-otot extensor dari permukaan posterior. Otot yang mengadakan pronasi atau perputaran ke depan dan otot yang mengadakan supinasi atau putaran ke belakang dari lengan bawah juga dikaitkan kepada batang ulna. Ujung bawah ulna Dua eminensi atau peninggian timbul di atasnya. Sebuah eminensi kecil bundar, kepala ulna mengadakan sendi dengan sisi medial dari ujung bawah radius dalam formasi persendian radioulnaris inferior. Sebuah processus runcing, processus styloideus menonjol ke bawah dari belakang ujung bawah.
2.2
Indikasi Pemeriksaan Tujuan dari pemeriksaan ini adalah untuk mendapatkan gambaran anatomis untuk mendukung diagnosa kelainan pada tulang. Untuk itu pemeriksaan os antebrachii ditujukan untuk indikasi patologis sebagai berikut : a. Trauma Trauma adalah terjadi benturan dengan benda tajam yang mengakibatkan cedera. Yang termasuk trauma adalah : 1. Fraktur Fraktur adalah patah tulang, biasanya disebabkan oleh trauma atau tenaga fisik. Kekuatan dan sudut dari tenaga tersebut, keadaan tulang itu sendiri dan jaringan lunak di sekitar tulang akan menentukan apakah fraktur yang terjadi itu lengkap atau tidak lengkap. Fraktur lengkap terjadi apabila seluruh tulang patah, sedangkan pada fraktur tidak lengkap tidak melibatkan seluruh ketebalan tulang. 2. Fisura Fisura adalah retak tulang. 3. Dislokasi Dislokasi adalah tulang keluar dari mangkok sendi. 4. Luksasi Luksasi lebih ringan dari dislokasi 5. Ruptur Ruptur adalah sobeknya jaringan ikat.
5
2.3
Teknik Pemeriksaan Antebrachii 1.3.1 Definisi Teknik pemeriksaan secara radiologi dengan menggunakan sinar-x untuk mendiagnosa adanya kelainan pada os antebrachii. 1.3.2 Indikasi Adapun indikasi pada pemeriksaan antebrachii, yaitu : 1. Trauma a. Fraktur b. Fisura c. Dislokasi d. Luksasi e. Ruptur 2. Corpus alienum 1.3.3 Persiapan Pemeriksaan 1. Persiapan Pasien Pemeriksaan Os Antebrachii tidak ada persiapan secara khusus cukup dengan memberikan pengertian kepada pasien tentang pelaksanaan yang akan dilakukan, sehingga pasien tahu tindakan apa yang akan dilakukan selama pemeriksaan. Selain itu membebaskan objek yang akan difoto dari benda-benda yang mengganggu radiograf seperti gelang. 2. Persiapan Alat 1. Pesawat sinar-x
2. Kaset dan film ukuran 24 x 30 cm
6
3. Marker
4. Apron
5. Load
6. Processing Film
3. Proteksi Radiasi Adapun prinsip proteksi radiasi, yaitu : 1. Shielding Penggunaan pelindung berupa apron berlapis Pb, glove Pb, kaca mata Pb yang merupakan sarana proteksi radiasi individu. Proteksi terhadap lingkungan terhadap radiasi dapat dilakukan dengan melapisi ruang radiografi menggunakan Pb untuk menyerap radiasi yang terjadi saat proses radiografi. 2. Jarak Radiasi dipancarkan dari sumber radiasi ke segala arah. Semakin dekat tubuh kita dengan sumber radiasi maka paparan radiasi yang 7
1.3.4
kita terima akan semakin besar. Pancaran radiasi sebagian akan menjadi pancaran hamburan saat mengenai materi. Radiasi hamburan ini akan menambah jumlah dosis radiasi yang diterima. Untuk mencegah paparan radiasi tersebut kita dapat menjaga jarak pada tingkat yang aman dari sumber radiasi. 3. Waktu Sedapat mungkin diupayakan untuk tidak terlalu lama berada di dekat sumber radiasi saat proses radiografi. Hal ini untuk mencegah terjadinya paparan radiasi yang besar. Pengaturan mAs yang tepat, dengan waktu paparan 0,0.. detik lebih baik dari pada 1 detik. Nilai kVp yang digunakan cukup tinggi sehingga daya tembus dalam radiografi cukup baik. Dengan demikian maka pengulangan radiografi dapat dicegah. Proyeksi Pemotretan 1. AP/PA Posisi Pasien : Pasien supine di atas meja pemeriksaan atau pasien duduk di samping meja pemeriksaan. Posisi Objek : Posisikan antebrachii pasien supaya pertengahan kaset tepat pada pertengahan antebrachii.
CP : Pertengahan Antebrachii CR : Vertical tegak lurus kaset. Kriteria gambar : - Tampak jelas bagian wrist dan distal humerus. - Terbukanya radioulnar space. - Tampak sedikit overlapping pada caput radii, collum radii dan tuberositas ulnae. 2.
Lateral Posisi Pasien Posisi Objek
8
: Pasien supine di atas meja pemeriksaan atau pasien duduk di samping meja pemeriksaan. : Posisikan antebrachii pasien supaya pertengahan kaset tepat pada pertengahan antebrachii. Flexikan elbow joint 90 derajat sehingga posisi lengan dalam posisi true lateral.
CP : Pertengahan antebrachii. CR : Vertical tegak lurus kaset. Kriteria gambar : - Tampak jelas bagian wrist joint dan distal humeri. - Tampak overlapping bagian distal dari os ulna dan os radius. - Tampak elbow joint dalam posisi flexi 90 derajat. Contoh Radiograf Antebrachii AP dan Lateral :
9
BAB III PEMBAHASAN 3.1
Prosedur Pemeriksaan Radiologi di RSUD Kabupaten Buleleng Tahapan yang harus dilakukan dalam pemeriksaan di Instalasi Radiologi RSUD Kabupaten Buleleng adalah sebagai berikut : 3.1.1 Administrasi 1. Pasien datang ke instalasi radiologi membawa blanko permintaan rontgen 2. Catat informasi data pasien pada buku registrasi 3. Tulis data identitas pasien pada pada amplop film 4. Pasien dipersilahkan masuk ruang radiologi untuk melakukan pemeriksaan. 5. Setelah pasien diperiksa, pasien dipersilahkan menunggu hasil bacaan pemeriksaan yang akan dibaca dokter spesialis di ruang tunggu.
3.2
Penatalaksanaan Pemeriksaan Antebrachii pada Kasus Fraktur di RSUD Kabupaten Buleleng. Pada pemeriksaan Antebrachii di RSUD Kabupaten Buleleng pasien datang ke radiologi dengan membawa surat permintaan pengerjaan foto Antebrachii. 3.2.1
3.2.2
Persiapan Pasien Membebaskan objek yang akan difoto dari benda-benda yang mengganggu radiograf, seperti gelang, jam tangan dan lain-lain. Persiapan Alat 1. Pesawat sinar-X merk Shimadzu.
2. Kaset dan film ukuran 24 x 30 cm.
10
3. Marker
4. Load pembagi
5. Processing Film
3.2.3
11
Identitas Pasien Hari/tanggal : Kamis/18 Desember 2014 Nama : Mrs. X Jenis kelamin/umur : Perempuan/25 th Alamat : UGD Klinis : Post Trauma Permintaan foto : Foto Antebrachii Dextra 1/3 distal AP/Lat.
3.2.4
Penatalaksanaan Pemeriksaan Antebrachii pada Kasus Fraktur di RSUD Kabupaten Buleleng Pada saat penulis melakukan Praktek Kerja Lapangan I di Instalasi Radiologi Kabupaten Buleleng, penulis menemukan kasus fracture Antebrachii, dimana Instalasi Radiologi mengevaluasi kasus tersebut menggunakan pemeriksaan Antebrachii dengan proyeksi AP dan Lateral. Adapun teknik pemeriksaan radiologi Antebrachii sebagai berikut : 1. Proyeksi AP Posisi pasien : Pasien duduk di samping meja pemeriksaan. Posisi objek : Posisikan pertengahan Antebrachii pasien pada pertengahan kaset
CR CP FFD kV mAs
: Vertical tegak lurus kaset. : Pertengahan Antebrachii. : 100 cm. : 46 : 3,6
2. Proyeksi Lateral Posisi pasien : Pasien duduk di samping meja pemeriksaan. Posisi objek : Posisikan pertengahan antebrachii pasien pada pertengahan kaset. Flexikan elbow joint 90 derajat sehingga posisi lengan dalam posisi true lateral.
12
CR CP FFD kV mAs
: Vertical tegak lurus kaset. : Pertengahan Antebrachii : 100 cm : 46 : 3,6
Hasil Radiograf AP dan Lateral :
3.2.5
13
Hasil bacaan Tampak fraktur pada 1/3 distal antebrachii.
BAB IV PENUTUP 4.1
Kesimpulan 1. Antebrachii terdiri dari 2 tulang panjang yaitu radius dan ulna. Radius adalah tulang di sisi lateral lengan bawah. Merupakan tulang pipa dengan sebuah batang dan dua ujung dan lebih pendek dari pada ulna. Dan ulna adalah tulang pipa yang mempunyai sebuah batang dan dua ujung. Tulang itu adalah tulang sebelah medial dan lengan bawah dan lebih panjang dari radius. 2.
4.2
Teknik pemeriksaan Antebrachii meliputi proyeksi AP dan Lateral dan termasuk di RSUD Kabupaten Buleleng.
Saran Disarankan agar dalam melakukan pemeriksaan, radiografer lebih berhati-hati dalam melakukan pemeriksaan dan pengambilan gambar. Dan juga proteksi radiasi lebih diperhatikan agar pasien ataupun petugas yang melakukan pemeriksaan lebih sedikit terpapar radiasi.
14
DAFTAR PUSTAKA Merill’s Atlas of Radiographic Positioning & Procedures http:/id.wikipedia.org/wiki/fraktur_tulang
15