LAPORAN LENGKAP PRAKTIKUM FISIOLOGI HEWAN (RESPIRASI)
Disusun oleh:
NAMA
:
LASINRANG ADITIA
NIM
:
60300112034
KELAS
:
BIOLOGI A
KELOMPOK
:
IV (Empat)
LABORATORIUM BIOLOGI FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI ALAUDDIN MAKASSAR 2014
@Copyright Lasinrang Aditia
LEMBAR PENGESAHAN Laporan lengkap praktikum Fisiologi Hewan dengan judul “Respirasi” yang disusun oleh:
Nama
: Lasinrang Aditia
Nim
: 60300112034
Kelas
: Biologi A
Kelmpok
: IV (empat)
Telah diperiksa oleh Kordinator Asisten / Asisten dan dinyatakan diterima.
Samata-Gowa, April 2014
Kordinator Asisten
Asisten
(Ka’bah S.Si)
(Nurafni Hidayah) 60300111045
Mengetahui, Dosen Penanggung Jawab
(Aisyah Sijid S.Pd, M.Kes)
@Copyright Lasinrang Aditia
A. Tujuan Praktikum Adapun tujuan dilakukannya praktikum ini adalah untuk membandingkan proses respirasi antara belalang (Valanga sp) dan kecoak (Periplaneta americana). B. Dasar Teori Bernafas merupakan salah satu ciri dan aktivitas makhluk hidup. Istilah pernafasan sering disama artikan dengan istilah respirasi, walau kedua istilah tersebut berbeda secara harfiah. Bernafas berarti memasukkan udara dari lingkungan luar ke dalam tubuh dan mengeluarkan sisa pernafasan dari dalam ke luar tubuh. Respirasi merupakan proses pembakaran (oksidasi) senyawa organik dari makanan yang digunakan untuk menghasilkan energi. Pada hewan-hewan tingkat tinggi terdapat organ yang diperlukan dalam proses pernafasan seperti paru-paru, insang dan trakea sedangkan pada hewan-hewan tingkat rendah proses pertukaran oksigen dan karbondioksida dilakukan melalui proses difusi pada permukaan sel-sel tubuh (Agi, 2014). Seluruh deret peristiwa yang dimulai dengan pengisapan udara luar dan berakhir dengan oksidasi sel, termasuk pengeluaran CO2 ke udara luar disebut pernapasan. Fungsi darah mengangkut oksigen dan karbondioksida. Pengangkutan oksigen dan karbondioksida antara paru-paru dengan sel-sel tubuh oleh darah, dan oksidasi sel, disebut pernapasan dalam. Oksigen masuk lebih dulu melalui mulut/hidung, pharynx, glottis, trachea, bronchus, dan paru yang selanjutnya oleh darah akan disampaikan ke sel-sel/jaringan tubuh, sedangkan karbondioksida akan keluar melalui jaln kebalikannya. Tujuan pernapasan ialah mengambil oksigen dari udara luar untuk keperluan oksidasi sel dan mengeluarkan karbondioksida (sebagai sisa oksidasi sel) ke udara luar (Muchtamadji, 2000). Ketersediaan oksigen akan mempengaruhi laju respirasi, namun besarnya pengaruh tersebut berbeda bagi masing- masing spesies dan bahkan berbeda antara organ pada tumbuhan yang sama. Fruktuasi normal kandungan O2 di udara tidak banyak mempengaruhi laju respirasi, karena jumlah O2 yang dibutuhkan
@Copyright Lasinrang Aditia
tumbuhan untuk berrespirasi jauh lebih rendah dari O2 yang tersedia di udara. Suhu pengaruh faktor bagi laju respirasi tumbuhan sangat terkait dengan faktor Q10, dimana umumnya laju reaksi respirasi akan meningkat untuk setiap kenaikan suhu besar 10ºC, namun hal ini tergantung pada spesiesnya (Rhea, 2014). Pertukaran gas oksigen dan karbondioksida dalam tubuh makhluk hidup disebut pernafasan atau respirasi. O2 dapat keluar masuk jaringan melalui difusi. Pada dasarnya metabolisme yang normal dalam sel-sel makhluk hidup memerlukan oksigen dan karbondiokdisa. Pada hewan vertebrata terlalu besar untuk dapat terjadinya interaksi secara langsung antara masing-masing sel tubuh dengan lingkungan luar tubuhnya. Untuk itu organ-organ tertentu yang bergabung dalam sistem pernafasan dikhususkan untuk melakukan pertukaran gas pernafasan bagi keperluan seluruh sel tubuhnya (Isnaeni, 2006). Pernapasan dibagi menjadi dua kategori yaitu pernapasan internal dan pernapasan eksternal. Pernapasan Internal mengacu kepada reaksi metabolism intrasel yang mengunakan O2 dan menghasilkan CO2 selama oksidasi molekulmolekul nutrien penghasil energi. Pernapasan eksternal mencakup berbagai langkah yang terlibat dalam pemindahan O2 dan CO2 antara lingkungan eksternal dan sel jaringan. Sistem pernapasan dan sirkulasi berfungsi bersamasama untuk melaksanakan pernapasan eksternal (Lauralee, 2001). C. Metode Praktikum 1. Waktu dan Tempat Adapun waktu dan tempat dilaksanakannya praktikum ini adalah sebagai berikut: Hari/tanggal : Senin/ April 2014 Waktu
: 08.00-10.00 WITA
Tempat
: Laboraturium Zoologi Lantai II Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Islam Negeri Alauddin Makassar Samata-Gowa
@Copyright Lasinrang Aditia
2. Alat dan Bahan a. Alat Adapun alat yang digunakan pada percobaan ini yaitu neraca analitik, respirometer sederhana, spoit, dan stopwatch. b. Bahan Adapun bahan yang digunakan pada percobaan ini yaitu belalang (Valanga sp) besar, sedang, dan kecil, serta kecoak (Periplaneta americana), KOH, larutan Eosin, dan Vaselin. 3. Cara Kerja Adapun cara kerja pada percobaan ini yaitu sebagai berikut: a. Menimbang bobot tubuh hewan uji dengan menggunakan neraca analitik. b. Menyiapkan respirometer, kemudian membungkus KOH dalam kapas lalu memasukkan kedalam tabung respirometer bersama dengan hewan uji. c. Mengusapkan vaselin pada mulut tabung respirometer. d. Memasukkan larutan eosin pada respirometer sebanyak 1-2 ml dengan menggunakan spoit. Mengamati pergerakan eosin selama 1 menit sebanyak 5 kali pengulangan. e. Mengulangi perlakuan tersebut pada hewan uji yang lain. D. Hasil dan Pembahasan 1. Hasil Pengamatan Adapun hasil pengamatan pada percobaan ini adalah sebagai berikut: No
Nama
Berat
Waktu per menit
Rata-
(gr)
I
II
III
IV
V
rata
1
Belalang besar
0,43
0,1
0,2
0,25
0,25
0,25
0,21
2
Belalang
0,28
0,05
0,08
0,12
0,3
0,14
1,14
sedang 3
Belalang kecil
0,07
0,07
0,1
0,12
0,14
0,16
0,118
4
Kecoak
1,35
0,1
0,2
0,5
0,6
0,62
2,02
@Copyright Lasinrang Aditia
2. Pembahasan Adapun pembahasan pada percobaan ini adalah respirasi merupakan rangkaian dari 50 atau lebih reaksi komponen, masing-masing dikatalisis oleh enzim yang berbeda. Respirasi adalah suatu proses pengambilan O2 untuk memecah senyawa-senyawa organik menjadi CO2, H2O, dan energi. Namun demikian respirasi pada hakekatnya adalah reaksi redoks, dimana substrat dioksidasi menjadi CO2 sedangkan O2 yang diserap sebagai oksidator mengalami reduksi menjadi H2O yang disebut substrat respirasi adalah setiap senyawa organik yang dioksidasikan dalam respirasi, atau senyawa-senyawa yang terdapat dalam sel tumbuhan yang secara relatif banyak jumahnya dan biasanya direspirasikan menjadi CO2 dan air. Selain itu, respirasi juga merupakan reaksi oksidasi senyawa organik yang menghasilkan energi yang digunakan untuk aktivitas sel dalam bentuk ATP atau senyawa berenergi tinggi lainnya. Respirometer sederhana adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur kecepatan pernapasan beberapa macam organisme hidup seperti serangga, bunga, akar, kecambah yang segar. Jika tidak ada perubahan suhu yang berarti, kecepatan pernapasan dapat dinyatakan dalam ml/detik/g, yaitu banyaknya oksigen yang digunakan oleh makhluk percobaan tiap 1 gram berat tiap detik. Alat ini bekerja atas suatu prinsip bahwa dalam pernapasan ada oksigen yang digunakan oleh organisme dan ada CO2 yang dikeluarkan olehnya. Jika organisme yang bernapas itu disimpan dalam ruang tertutup dan CO2 yang dikeluarkan oleh organisme dalam ruang tertutup itu diikat, maka penyusutan udara akan terjadi. Kecepatan penyusutan udara dalam ruang itu dapat dicatat (diamati) pada pipa kapiler berskala. Prinsip kerja respirometer digunakan untuk mengukur laju konsumsi oksigen hewan-hewan seperti serangga. Adapun fungsi dari larutan KOH adalah untuk mengikat CO2, sehingga prgerakan dari larutan eosin benar-benar hanya disebabkan oleh penyusutan oksigen. Larutan eosin berfungsi untuk mengetahui seberapa cepat
@Copyright Lasinrang Aditia
oksigen berkurang dalam tabung yang berisi KOH dan belalang. Dan untuk vaselin, digunakan untuk menutupi lubang tabung agar tidak ada lagi CO2 dari luar yang masuk. Pada pengamatan ini, menggunakan belalang (Valanga sp) besar, sedang, dan kecil, serta kecoak (Periplaneta americana). Adapun hasil yang didapatkan adalah untuk belalang besar memiliki berat 0,43 gr dengan rata-rata laju respirasi 0,21. Untuk belalang sedang, memiliki berat 0,28 gr dengan ratarata laju respirasi 1,14. Untuk belalang kecil, memiliki berat 0,07 gr dengan rata-rata laju respirasi 0,118. Dan untuk kecoak memiliki berat 1,35 gr dengan laju respirasi 2,02. Menurut Rheea (2013), semakin berat ukuran suatu hewan maka semakin lambat pula pergerakannya dalam laju respirasinya. Hal ini disebabkan oleh aktivitas hewan yang berukuran besar lebih cenderung diam. Meskipun berat tubuh mempengaruhi laju metabolisme dan yang kemudian juga mempercepat respirasi, itu tidak berlaku jika tubuh dalam keadaan diam laju metabolisme dan respirasi dapat terkontrol dengan teratur. Selain itu, disebabkan juga karena kurangnya aktivitas (bergerak) sehingga suhu tubuh dari hewan berukuran besar lebih kecil dari dari suhu tubuh hewan berukuran kecil yang juga akan membutuhkan O2 yang lebih kecil. Dan hewan yang berukuran tubuh kecil memiliki laju respirasi yang cepat. Hal ini disebabkan hewan berukuran kecil lebih banyak melakukan aktivitas (bergerak) sehingga dapat meningkatkan suhu tubuh yang juga akan membuatnya membutuhkan O2 yang lebih untuk pembentukan energi dan juga untuk aktivitas. Pada pengamatan ini menunjukkan bahwa hewan berukuran besar (belalang besar dan sedang) memiliki laju respirasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan belalang kecil. Sementara untuk belalang kecil, dalam hal ini terjadi kesalahan dalam praktikan dalam memegang belalang kecil dimana belalang kecil berada dalam kondisi yang menyebabkan laju respirasinya semakin lambat dari pada belalang besar. Selain itu, pada
@Copyright Lasinrang Aditia
pengamatan ini kecoak juga memiliki rata-rata laju respirasi yang cepat dimana kecoak yang digunakan itu bergerak dengan sangat aktif berbeda dengan belalang yang digunakan yang terdapat kesalahan dalam memegang belalang misalnya belalang kecil yang seharusnya memiliki laju respirasi yang cepat akan tetapi memiliki laju respirasinya yang rendah. E. Kesimpulan Adapun kesimpulan pada percobaan ini adalah sebenarnya hewan yang memiliki kecepatan respirasi yang paling cepat adalah belalang kecil dengan berat tubuh 0,07 dan rata-rata laju respirasinya adalah 0,118. Hal ini menandakan bahwa semakin kecil berat ukuran tubuh suatu hewan maka semakin banyak pula aktivitasnya yang membuat semakin banyak pula O2 yang dibutuhkan pleh tubuh sehingga kecepatan laju respirasinya pun semakin meningkat. Akan tetapi pada pengamatan, terjadi kesalahan sehingga hewan yang berukuran kecil memiliki laju respirasi yang rendah. Selain itu, setiap organisme membutuhkan proses pengambilan iksigen yang ditandai dengan adanya pergerakan eosin.
@Copyright Lasinrang Aditia
DAFTAR PUSTAKA Agi. 2013. Blog Agi. Laporan Praktikum Biologi Sistem. http://agifebrian.blogspot. com/2013/02 /laporan-pratikum-biologi-sistem.html (27 April 2013). Campbell et. al. Biologi. Jakarta: Erlangga, 1999. Isnaeni, Wiwi. Fisiologi Hewan. Yogyakarta: Kanisius. 2006. Muchtamadji M. Ali dan Cecep Habibudin. Ilmu Faal Dasar. Jakarta: Departemen Pendidikan Nasional Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Bagian Proyek Penataran Guru SLTP Setara D-III, 2000. Rhea. 2012. Blog Rhea. Laporan Praktikum Biologi Respirasi. http://rheeaputri. blogspot.com/2012/11/laporan-praktikum-biologi-respirasi.html (27 April 2013).
@Copyright Lasinrang Aditia