LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI MODUL PENGINDERAAN
(Praktikum Usap Hidung)
Disusun Oleh: NAMA
: MARISA
NIM
: I1011131034
KELOMPOK
: A1
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS TANJUNGPURA PONTIANAK 2017
BAB I PENDAHULUAN
1.1
LATAR BELAKANG
Hidung merupakan bagian dari pintu masuknya mikroorganisme ke dalam tubuh. Mikroorganisme yang umumnya ada di hidung adalah Staphylococcus aureus , dfteroid, Streptococcus beta-haemolyticus dan Candida albicans. Bakteri Staphylococcus aureus merupakan bagian dari flora saluran cerna yang normal
pada manusia tetapi juga merupakan penyebab umum infeksi saluran kemih, diare dan penyakit lainnya. 1 Bakteri Staphylococcus dalam jumlah berlebih dapat menyebabkan peradangan pada hidung. Pada orang dengan imunodefisiensi, infeksi Staphylococcus dapat menyebar ke organ lain seperti ginjal, tulang, dan dapat menyebabkan kematian.2 Pemeriksaan yang dapat dilakukan untuk mengidentifikasi mikroorganisme pada saluran penghidu adalah biakan usap hidung. Biakan dari usap hidung tidak digunakan untuk menemukan mikroorganisme penyebab infeksi sinus, telinga tengah, atau saluran nafas bagian bawah, dan juga tidak untuk biakan anaerob. 1
1.2
TUJUAN PRAKTUM
1. Memahami berbagai penyebab infeksi pada organ penghidu dan pengecap 2. Memahami dan mampu melakukan cara pengambilan spesimen usap hidung 3. Memahami
prosedur
pemeriksaan
mikrobiologi
mikroorganisme penyebab infeksi pada organ penghidu
untuk
identifikasi
BAB II METODELOGI
2.1
ALAT DAN BAHAN 1. Alat
a. Usap lidi kapas steril b. Gelas objek c. Mikroskop d. Kapas alkohol e. Spekulum hidung. 2. Bahan
a. Garam Faal (Nacl) b. Media kultur Nutrient Agar. c. Gentian Violet d. Lugol 1% e. Alkohol 96% f. Safranin g. Akuades h. Minyak emersi
2.2
CARA KERJA 1. Pengambilan Usap Hidung
a. Cuci tangan dengan sabun yang tersedia b. Pengambilan usap hidung : 1) Basahi lidi kapas steril dengan NaCl dan tiriskan pada dinding kaca tabung 2) Bersihkan spekulum kemudian minta OP untuk mengadahkan kepala,
buka lubang hidung menggunakan spekulum agar internal nasi kelihatan. 3) Usapkan lidi kapas steril pada lubang hidung salah satu teman anda, putar perlahan satu arah 4) Inkubasi selama 24 jam
5) Goreskan pada kaca objek 6) Dan buat pewarnaan Gram 2. Pewarnaan Gram
a. Bersihkan gelas alas dan beri tanda di bawah gelas alas menggunakan pensil gelas b. Buatlah sediaan pada gelas alas, biarkan kering di udara lalu dilewatkan diatas api untuk merekatkan sediaan c. Tuangkan ungu kristal karbol/gentian ungu, biarkan selama 1 menit d. Cuci dengan air e. Tuangkan Gram’s iodine / lugol, biarkan selama 45 – 60 detik, kemudian cuci dengan air f. Celupkan ke dalam bejana yang mengandung alkohol 95 % dan goyanggoyangkan selama 30 detik, atau hingga tak ada zat warna ungu lagi yang mengalir dari sediaan g. Cuci dengan air h. Warnai dengan Safranin selama 45 detik, cuci dengan air i.
Periksa dibawah mikroskop dengan pembesaran 100 x 10, menggunakan minyak emersi
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN
3.1. HASIL 3.1.1 Kelompok A1
Kriteria Koloni Pria Bentuk Bulat Sedang Warna Putih Krem Elevasi Konveks Tepian Halus Pewarnaan gram : Coccus bergerombol gram (+)
A
Wanita Bulat Sedang Putih Krem Konveks Halus
B A. Pria
3.1.2 Kelompok A2 Kriteria Koloni Bentuk Warna Elevasi Tepian
B. Wanita
Pria Bulat Smooth, bergelombang Konveks Putih
Wanita Bulat Smooth Konveks Putih
Pewarnaan gram : Coccus bergerombol gram (+)
A
B A. Pria
3.1.3
B. Wanita
Kelompok B1 Kriteria Koloni Pria Bentuk Irregular Warna Putih kekuningan Elevasi Datar Tepian Berombak Pewarnaan gram : Coccus bergerombol gram (+)
A
Bulat Putih Kekuningan Konveks Halus
B Gambar A. Pria
3.1.4
Wanita
Gambar B. Wanita
Kelompok B2
Kriteria Koloni Pria Bentuk Bulat Warna Kuning Putih Elevasi Konveks Tepian Halus Pewarnaan gram : Coccus bergerombol gram (+)
Wanita Bulat Putih Konveks Halus
B
A Gambar A. Pria
Gambar B. Wanita
3.1.5 Kelompok C1
Kriteria Koloni Pria Bentuk Bulat Warna Krem Elevasi Datar Tepian Halus Pewarnaan gram : Coccus bergerombol gram (+)
A
Wanita Bulat Putih Datar Halus
B Gambar A. Pria
Gambar B. Wanita
3.1.6 Kelompok C2
Kriteria Koloni Pria Bentuk Bulat Sedang Warna Putih Krem Elevasi Konveks Tepian Halus Pewarnaan gram : Coccus bergerombol gram (+)
Wanita Bulat Sedang Putih Krim Konveks Halus
B
A Gamabar A. Pria
Gambar B. Wanita
3.2. PEMBAHASAN
Praktikum usap hidung merupakan metode untuk mengidentifikasi suatu mikroorganisme yang terdapat didalam rongga hidung manusia. Pada praktikum swab hidung akan dilakukan 2 perlakuan yaitu pertama, akan dilakukan pengambilan swab hidung. Swab hidung akan ditumbuhkan pada media nutrien agar kemudian diinkubasi selama 24 jam. Media nutrien agar merupakan suatu media berwarna coklat muda yang memiliki konsistensi yang padat dimana media ini berasal dari sintetik dan memiliki kegunaan sebagai media untuk menumbuhkan bakteri. 3 Perlakukan kedua adalah pengamatan koloni yang tumbuh pada media nutrien agar serta praktikan melakukan pewarnaan gram, yang mana setiap kel ompok mempunyai karakteristik koloni yang hampir mirip yaitu bentuk bulat, berwarna krem, konveks, tepian yang halus dan bergelombang. Selanjutnya koloni yang terdapat pada media nutrien agar akan dilakukan tahap pewarnaan gram untuk melihat struktur sel dan bentuk dari
mikroorganisme. Berdasarkan hasil pewarnaan gram yang telah dilakukan ditemukan jenis mikroorganisme berbentuk coccus bergerombol dan gram postif. Ciri -ciri dari mikroorganisme ini adalah staphylococcus aureus. Staphylococcus aureus merupakan Gram positif berbentuk bulat berdiameter 0,7-1,2 μm, tersusun
dalam kelompok-kelompok yang tidak teratur seperti buah anggur, fakultatif anaerob, tidak membentuk spora, dan tidak bergerak. Bakteri ini tumbuh pada suhu optimum 37 ºC, tetapi membentuk pigmen paling baik pada suhu kamar (20-25 ºC). Koloni pada perbenihan padat berwarna abu-abu sampai kuning keemasan, berbentuk bundar, halus, menonjol, dan berkilau. 2 Staphylococcus aureus merupakan flora normal pada saluran pernafasan,
saluran cerna, dll. Staphylococcus aureus menyebabkan berbagai jenis infeksi pada manusia,antara lain infeksi pada kulit,seperti bisul dan furunkulosis, infeksi yang lebih serius, seperti pneumonia, mastitis, flebitis, dan meningitis, dan infeksi pada saluran urine. Selain itu, Staphylococcus aureus juga menyebabkan infeksi kronis, seperti osteomielitis dan endokarditis. Staphylococcus aureus merupakan salah sat u penyebab utama infeksi.2 Hasil praktikum pada kali ini, didapat bahwa 12 OP diantaranya 6 OP laki – laki dan 6 OP perempuan memiliki kultur hasil yang sama, yaitu bakteri gram positif berbentuk coccus yang bergerombol. Bakteri ini kemungkinan merupakan bakteri Staphylococcus, gram positif. Bakteri Staphylococcus merupakan flora normal yang terdapat pada hidung, tenggorokan, dan kulit. 2 Namun jika mikroorganisme ini berlebihan dalam tubuh manusia akan meyebabkan penyakit. Salah satunya infeksi pada saluran pernafasan serta penyakit lainnya. Namun berdasarkan hasil yang ditemukan masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut untuk membuktikan jenis dari mikroorganisme tersebut.
BAB IV KESIMPULAN
Praktikum
usap
hidung
dapat
digunakan
untuk
mengidentifikasi
mikroorganisme yang terdapat pada hidung. Berdasarkan hasil praktikum dengan 12 OP yang menunjukkan adanya pertumbuhan koloni yang berbentuk bulat, konveks, berwarna krem dan halus. Berdasarkan hasil pewarnaan gram didapatkan hasil postif berbentuk coccus, yang memungkinkan dari spesies ini adalah staphylococcus aureus yang merupakan flora normal pada rongga hidung. Namun berdasarkan praktikum ini masih perlu dilakukan pemeriksaan lebih lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
1. Brown, AE: Benson’s Microbiological Applications. Laboratory manual in General Microbiology. 9 th ed. McGraw-Hill Companies, Inc., 1221 Avenue of the Americas, New York. 2005. 1-159 2. Jawetz, E., J.L. Melnick., E.A. Adelberg., G.F. Brooks., J.S. Butel., dan L.N. Ornston. Mikrobiologi Kedokteran. Edisi ke-20. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2012. hal. 211,213,215. 3. Najmi B, Kia EB, Hosseini M, Mobedi I, Kamranrashani B. Comparative Efficacy of Nutrient Agar Plate Culture and Formalin Ether Concentration Methods in the Laboratory Diagnosis of Human Trichostrongyliasis. J Guilan Univ Med Sci. 2017;25(100):57 – 65.