PENDAHULUAN
Judul
Morfologi Koloni Bakteri
Latar belakang
Koloni bakteri tiap spesies berbeda, koloni bakteri sendiri merupakan kumpulan bakteri sehingga terbentuk suatu kelompok. Dewasa ini, bakteri sering digunakan sehingga penting untuk mempelajari morfologi koloni bakteri, karena bila bakteri dinokulasikan dan ditumbuhkan pada suatu media maka bakteri itu akan menunjukkan sifat-sifatnya. Sehingga bila sudah diketahui morfologi bakteri maka sel-sel bakteri dapt dipisahkan sehingga sel tumbuh menjadi koloni pada mediumnya masing-masing.
Pada percobaan yang dilakukan, mmorfologi yang diamati adalah Eschericia coli dan Bascillus subtilis. Bakteri tersebut diamati pada 4 medium yaitu petri dish, agar miring, agar cair (broth), agar tegak. Parameter yang diamati adalahan pertumbuhan, bentuk koloni, pergerakan, elevasi, kilat, topografi, warna koloni, warna pigmen,bau.
Tujuan
Mengetahui fungsi agar tegak, medium agar miring, dan medium agar cair
Mengetahui perbedaan koloni Eschericia coli dan Bascillus subtilis pada medium agar tegak, medium agar miring, medium agar cair, dan medium agar petridish.
TINJAUAN PUSTAKA
Koloni bakteri adalah kumpulan dari bakteri yang membentuk suatu kelompok. Bentuk koloni berbeda-beda tiap spesies dan merupakan ciri khas bagi suatu spesies tertentu. Sifat-sifat yang diperlukan dalam menentukan identifikasi suatu spesies misalnya seperti besar kecilnya koloni, mengkilat tidaknya, halus kasarnya permukaan, dan warna koloni. Kebanyakan bakteri mempunyai warna yang keputih-putihan, kelabu, kekuning-kuningan, atau hampir bening, tetapi ada juga spesies yang mempunyai pigmen warna yang lebih tegas. Keberadaan warna dipengaruhi oleh faktor-faktor luar seperti temperatur, pH, dan oksigen bebas. Ada beberapa spesies yang memerlukan fosfat, ada juga yang memerlukan sulfat untuk menimbulkan pigmentasi (Dwidjoseputro, 1987).
Menurut Jutono, dkk. (1980), berikut ini merupakan sifat-sifat khas koloni dalam beberapa jenis medium, yaitu:
Medium agar lempengan (streak plate dan pour plate)
Bentuk koloni akan tampak sebagai titik-titik, bulat, benang, serupa akar, dan kumparan.
Permukaan koloni dasar, timbul mendatar, timbul melengkung, mencembung, membukit, dan berkawah.
Tepi koloni ada yang utuh, berombak, berbelah-belah, bergerigi, berbenang, dan keriting.
Medium agar miring
Sifat-sifatnya berkisar pada bentuk dan tepi koloni, dan dinyatakan dengan kata-kata seperti serupa batang dan serupa akar.
Medium agar padat (tusukan dalam gelatin/agar)
Ada bakteri yang dapat mengencerkan gelatin, ada juga bakteri yang tidak mampu mengencerkan gelatin.
Bentuk koloni serupa pedang, tasbih, bertonjol-tonjol, berjonjot, serupa batang, serupa kawah, mangkuk, corong, dan pundit-pundi.
Gambar 1. Jenis Medium
(Sumber : Harley dan Prescott, 2002)
Menurut Tarigan (1988), ciri-ciri koloni mikrobia dapat dijelaskan sebagai berikut:
Ukuran
Ukuran koloni bervariasi, mulai dari sebesar ujung jarum, yaitu kira-kira pecahan mm (diameternya) sampai 5-10 mm. Walaupun koloni suatu mikrobia mempunyai ciri-ciri diameter, kiranya perlu diingat, bahwa ada beberapa faktor yang mempengaruhi besarnya diameter tersebut. Misalnya hanya koloni-koloni yang menyebar saja yang dapat diukur, karena koloni-koloni ini cenderung memilki diameter yang lebih besar daripada koloni yang bertumpuk-tumpuk. Hal ini disebabkan karena persaingan pada koloni yang menyebar lebih kecil dari persaingan yang terjadi pada koloni yang bertumpuk-tumpuk dan kurang mendapat hambatan dari zat-zat hasil sampingan.
Margin
Bagian tepi koloni bakteri bervariasi, tergantung kepada spesiesnya. Bentuknya dapat melingkar rata seperti tepi (pinggir) suatu tetesan, atau tidak baraturan seperti tonjolan yang melengkung, seperti benang atau seperti akar.
Tekstur Permukaan
Permukaan koloni juga bervariasi, tergantung kepada spesiesnya dan tekstur permukaan ini ada yang licin (smooth), kasar (rough), granuler, atau mukoid (berlendir). Koloni spesies tertentu ada permukaanya yang keriput (wrinkled). Semua koloni-koloni kultur murni pada piring petri, mempunyai persamaan jenis permukaan, akan tetapi kita harus mengingat bahwa beberapa kultur murni dapat menunjukkan variasi permukaan. Pada umumnya prmukaan koloni memiliki 3 macam bentuk yaitu: S (smooth), licin, bundar, konveks; R (rough), kasar, datar, bergerigi; dan M (Mucoid), berlendir, basah, kadang-kadang bersatu, lembut, dan tebal.
Elevasi (elevation)
Elevasi koloni juga bervariasi, tergantung pada spesiesnya, bisa tipis sampai tebal. Permukaannya dapat merata atau bisa menunjukkan adanya variasi kesinambungan.
Konsistensi
Konsistensi koloni dapat diketahui dengan menyentuhkan jarum ose ke permukaan koloni. Beberapa spesies bakteri dapat membentuk koloni yang bersifat viscous, ada juga spesies bakteri yang membentuk koloni yang kering, atau berbetuk seperti tepung yang akan terpecah bila tersentuh jarum.
Pigmentasi
Beberapa spesies bakteri dapat menghasilkan zat warna di dalam sel yang tidak larut dalam air, sehingga menyebabkan koloninya berwarna, contoh : Flectobacillus major berwarna merah muda.
Gambar 1. Ukuran, Bentuk, Elevasi, dan Margin Koloni Bakteri pada Petri
(Sumber: Ferdiaz, 1992)
Menurut Hamidayati dkk., (2008), ciri-ciri pertumbuhan koloni bakteri pada agar miring diperoleh dengan menggoreskan jarum inokulum tegak dan lurus. Ciri koloni berdasarkan bentuk:
Gambar 2. Bentuk Koloni Bakteri pada Medium Agar Miring
(Sumber: Hamidayati dkk., 2008)
Cara penanaman koloni bakteri pada agar tegak adalah dengan menusukkan jarum inokulum needle ke dalam media agar tegak. Ciri-ciri koloni berdasarkan bentuk:
Gambar 3. Bentuk Koloni Bakteri pada Medium Agar Tegak
(Sumber: Aulia, 2008)
Ciri koloni berdasarkan kebutuhan oksigen:
Gambar 4. Koloni Bakteri Medium Agar Tegak Berdasarkan Kebutuhan Oksigen
(Sumber: Finegold, 1996)
Pola pertumbuhan koloni bakteri pada medium cair berdasarkan kebutuhan oksigen:
Gambar 5. Koloni Bakteri Medium Cair Berdasarkan Kebutuhan Oksigen
(Sumber: Bailey and Scott's, 1994)
Menurut Jutono dkk. (1980), berikut ini merupakan klasifikasi mikroorganisme berdasarkan kebutuhannya terhadap oksigen, yaitu:
Golongan aerobik : Dapat menggunakan oksigen bebas sebagai aseptor tunggal hidrogen terakhir dalam proses respirasi.
Golongan anaerobik : Tidak dapat menggunakan oksigen bebas sebagai aseptor hidrogen terakhir dalam proses respirasi.
Golongan mikroaerofilik : Membutuhkan oksigen dalam jumlah yang sangat sedikit.
Golongan fakultatif anaerobik dan fakultatif aerobik : Hidup secara terbatas dalam keadaan aerobik atau anaerobik.
Golongan kaprofilik : Memerlukan oksigen dengan kadar yang rendah, tetapi kadar CO2-nya tinggi.
Koloni Escherichia coli pada agar biasanya berwarna putih, kadang-kadang kuning putih. Bentuknya entire sampai endulate, kelembaban homogen, tembus cahaya, bersifat aerobik sampai fakultatif anaerobik. Indikator sensitif pada hidrogen sulfida. Bacillus subtilis merupakan bakteri gram positif yang ditemukan di tanah dan termasuk dalam genus Bacillus. Bakteri ini juga memiliki kemampuan untuk membentuk endospora yang melindunginya dari perubahan lingkungan dengan kondisi yang ekstrim. Koloni Bacillus subtilis bersifat aerobik sampai fakultatif anaerobik, berbentuk koloni kasar, tidak dapat ditembus cahaya, pertumbuhan tidak merata, terjadi kekeruhan, permukaan halus, lembut dan tipis, opaque, berwarna kuning sampai jingga coklat (Breed, dkk., 1957).
METODE PERCOBAAN
Alat dan Bahan
Alat
Alat yang digunakan pada praktikum kali ini adalah jarum ose, petri dish, tabung reaksi,rak tabung reaksi, bunsen, erlenmeyer, inkubator, korek api, Laminiar flow, trigalski, jarum enten.
Bahan
Bahan yang digunakan dalam praktikum adalah alkohol 70%, kapas, kertas payung, biakan Eschericia coli, biakan Bascillus subtilis, bakteri udara, starbio, medium agar tegak, medium agar miring, medium agar cair, dan medium agar petri.
Cara Kerja
Morfologi koloni bakteri pada medium agar miring
Biakan murni Bacillus subtilis dan Escherichia coli masing-masing diambil dengan ose berujung bulat kemudian digoreskan zig-zag pada tabung reaksi yang berisi medium agar miring. Tabung reaksi diberi label dan ditutup dengan kapas. Tabung reaksi diinkubasi pada. Koloni bakteri yang terbentuk diamati pertumbuhan, bentuk pertumbuhan pada bekas goresan, elevasi, kilat, warna, bau kemudian hasilnya dicatat.
Morfologi koloni bakteri pada medium agar tegak
Biakan murni Bacillus subtilis dan Escherichia coli masing-masing diambil dengan jarum enten kemudian ditusukkan pada tabung reaksi yang berisi medium agar tegak. Tabung reaksi diberi label dan ditutup dengan kapas Tabung reaksi diinkubasi pada. Koloni bakteri yang terbentuk diamati pertumbuhan dan bentuk pertumbuhan pada bekas tusukan kemudian hasilnya dicatat.
Morfologi koloni bakteri pada medium cair
Biakan murni Bacillus subtilis dan Escherichia coli masing-masing diambil dengan ose berujung bulat kemudian diaduk-aduk pada tabung reaksi yang berisi medium cair. Tabung reaksi diberi label dan ditutup dengan kapas. Tabung reaksi diinkubasi. Koloni bakteri yang terbentuk diamati kekeruhan, bau, endapan, pertumbuhan pada permukaan kemudian hasilnya dicatat.
Morfologi koloni bakteri pada medium padat petridish
Biakan murni Escherichia coli diambil dengan ose berujung bulat kemudian digoreskan dengan metode spread plate (10-4) Petridish berisi medium ditutup rapat dan diberi label Petridish yang diinkubasi. Koloni bakteri yang terbentuk diamati pertumbuhan, bentuk koloni, permukaan, elevasi, bentuk tepi dan hasilnya dicatat.
Pengenceran Escherichia coli 10-4
Biakan murni Escherichia coli diambil sebanyak 1 ml dan diencerkan dengan aquadest steril (10-1). Larutan bakteri 10-1 diambil 1 ml dan ditambahkan dengan 9 ml aquadest steril menjadi larutan 10-2.Larutan bakteri 10-2 diambil 1 ml dan ditambahkan dengan 9 ml aquadest steril menjadi larutan 10-3. Larutan bakteri 10-3 diambil 1 ml dan ditambahkan dengan 9 ml aquadest steril menjadi larutan 10-4. Larutan bakteri 10-4 diambil sebanyak 0,1 ml kemudian dituang pada medium agar dalam petridish. Larutan diratakan dengan trigalski.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Koloni merupakan kumpulan dari bakteri yang membentuk suatu kelompok. Bentuk koloni berbeda-beda tiap spesies dan merupakan ciri khas bagi suatu spesies tertentu. Sifat-sifat yang diperlukan dalam menentukan identifikasi suatu koloni bakteri adalah seperti bentuk koloni, bentuk tepi, mengkilat tidaknya, halus kasarnya permukaan, dan warna koloni.
Bakteri ada yang bersifat anaerob obligat, anaerob fakultatif, aerob fakultatif, dan aerob obligat. Anaerob obligat yaitu bakteri yang dapat hidup jika tidak ada oksigen. Anaerob fakultatif yaitu dapat bertahan hidup baik tanpa oksigen tetapi tetap dapat hidup dengan oksigen. Aerob fakultatif yaitu dapat bertahan hidup baik dengan oksigen tetapi tetap dapat hidup tanpa oksigen. Aerob obligat yaitu hanya dapat hidup jika ada oksigen.
Cara yang digunakan untuk dapat melihat morfologi koloni bakteri yaitu dengan:
Metode penggesekan pada agar lempengan
Metode penggesekan pada agar miring
Metode tusukan
Metode adukan dalam agar cair.
Medium nutrien agar tegak
Medium nurtien agar tegak merupakan medium nutrien cair yang diberi agar sehingga menjadi padat. Medium nutrien agar tegak diletakkan pada posisi tegak sehingga akan mengeras pada posisi tegak. Penggunaan medium ini bertujuan untuk melihat motilitas (pergerakan) dari bakteri yang diinokulasi dengan melihat pertumbuhannya pada bekas tusukan dan untuk mengetahui kebutuhan bakteri akan oksigen.
Pada medium ini, digunakan metode tusukan dengan menggunakan ose yang berujung lurus. Ose yang sudah mengandung suspensi bakteri ditusukkan ke dalam medium kira-kira hingga ¾ bagian medium. Kegiatan ini haruslah secara aseptis, yaitu dengan mendekatkan tabung reaksi dan ose pada api. Setelah itu, tabung reaksi segera ditutup dengan kapas dan diinkubasi selama 48 jam.
Tabel 1. Hasil uji medium tegak
Eschericia coli
Bascillus subtilis
Indikator
Eschericia coli
Bascillus subtilis
Pergerakan
Mortil +1
Ada, sedikit
Letak pertumbuhan
Villous
Echimulate
Setelah inkubasi, dilakukan pengamatan terhadap kedua bakteri tersebut. Dua jenis bakteri itu adalah Escherichia coli dan Bacillus subtilis. Pengamatan meliputi merata pertumbuhan (merata atau tidak merata) dan bentuk pertumbuhan pada bekas tusukan (filiform, echinulate, beaded, vilous, rhizoid, arborescent). Bacillus subtilis koloninya berbentuk rhizoid sedangkan pada Escherichia coli koloninya berbentuk villous. Kedua bakteri ini bersifat non motil karena pertumbuhannya hanya di sekitar bekas tusukan dan tidak menyebar ke bagian lain.
Pertumbuhan kedua bakteri ini lebih banyak terdapat pada bagian bawah permukaan (dasar) medium. Permukaan dasar medium hanya mengandung sedikit oksigen, sehingga dapat bakteri tersebut kemungkinan merupakan bakteri anaerob. Menurut teori, bakteri Bacillus subtilis merupakan bakteri yang bersifat fakultatif aerob. Bakteri yang bersifat fakultatif aerob cenderung pertumbuhannya pada bagian permukaan medium. Bakteri tersebut tumbuh optimum pada kondisi aerob, tetapi juga dapat tumbuh pada kondisi anaerob. Sedangkan bakteri yang bersifat fakultatif anaerob yaitu Escherichia coli pertumbuhannya cenderung pada dasar medium karena bakteri tersebut tumbuh optimum pada keadaan anaerob, tetapi juga masih dapat hidup dalam kondisi aerob.
Medium nutrien agar miring
Medium nutrien agar miring merupakan medium nutrien cair yang diberi agar sehingga menjadi padat. Medium nutrien agar miring diletakkan pada posisi miring sehingga mengeras dalam posisi miring. Fungsi dari medium ini adalah untuk melihat kebutuhan bakteri akan oksigen.
Pada medium ini, digunakan metode goresan menggunakan ose yang berujung bulat. Ose digoreskan pada permukaan medium. Setelah itu, tabung reaksi segera ditutup dengan kapas dan diinkubasi selama 48 jam. Setelah diinkubasi, dilakukan pengamatan yang meliputi:
Pertumbuhan (tipis, sedang, lebat)
Bentuk pertumbuhan pada bekas goresan (echinulate, filiform, effuse, beaded, spreading, plumose, rhizoid)
Elevasi (flat, effuse, raised, convex)
Kilat (mengkilat, tidak mengkilat)
Warna
Bau
Dari hasil pengamatan didapat bahwa Escherichia coli memiliki pertumbuhan sedang dengan bentuk pertumbuhan pada bekas goresan berupa effuse, tipe elevasi raised, mengkilat, warna putih keruh, dan tidak berbau. Sedangkan pada Bacillus subtilis, pertumbuhannya lebat dengan bentuk pertumbuhan pada bekas goresan berupa spreading, tipe elevasi low convex, tidak mengkilat, warna putih keruh, dan berbau busuk.
Berdasarkan hasil pengamatan di atas, bakteri Bacillus subtilis tumbuh dengan lebat karena bakteri ini tumbuh baik pada keadaan medium agar miring yang banyak mengandung oksigen (bakteri aerob). Sedangkan Escherichia coli pertumbuhannya hanya sedang karena bakteri tersebut lebih cocok pada keadaan anaerob. Dari hal tersebut maka dapat disimpulkan bahwa bakteri Bacillus subtilis bersifat fakultatif aerobik (dapat hidup tanpa oksigen tetapi pertumbuhannya optimum pada lingkungan yang menyediakan banyak oksigen) sedangkan Escherichia coli bersifat fakultatif anaerobik (dapat hidup dengan oksigen tetapi pertumbuhan optimum pada lingkungan yang tidak menyediakan oksigen).
Berikut hasil pengamatan medium miring berupa tabel :
Tabel 2. Hasil uji medium miring
Eschericia coli
Bascillus subtilis
Indikator
Eschericia coli
Bascillus subtilis
Pertumbuhan koloni
Dipermukaan atas
Tipis
Letak pertumbuhan
Filiform
Filiform
Elevasi
Flat
Flat
Kilap
Mengkilap
Tidak mengkilap
Topografi
Rata
Cembung
Bau
Sangat bau
Bau busuk
Warna
Kuning
Putih
Medium nutrien cair
Medium nutrien cair merupakan medium yang tidak ditambah dengan agar sehingga bersifat cair. Medium nutrien cair merupakan medium yang terbuat dari campuran nutrien dengan aquadest. Fungsi dari medium ini adalah untuk melihat proses metabolik, pertumbuhan mikrobia, dan mengetahui kebutuhan bakteri akan oksigen.
Pada medium ini, digunakan metode adukan dengan menggunakan jarum ose yang berujung bulat. Ose yang telah mengandung bakteri dimasukkan ke dalam medium kemudian diaduk-aduk sehingga tercampur merata ke dalam medium. Setelah itu, tabung reaksi segera ditutup dengan kapas dan diinkubasi selama 48 jam. Setelah diinkubasi, dilakukan pengamatan yang meliputi:
Pertumbuhan pada permukaan
Kekeruhan (sedikit, sedang, banyak)
Bau
Endapan
Berikut hasil yang didapatkan berupa tabel :
Tabel 3. Hasil uji medium Cair
Eschericia coli
Bascillus subtilis
Indikator
Eschericia coli
Bascillus subtilis
Letak pertumbuhan
Menyebar
Menyebar
Kekeruhan
+
++
Bau
++
++
Endapan
+
+
Sifat
Aelorant anaeron
Aelorant anaeron
Dari hasil pengamatan didapat bahwa Escherichia coli dan Bacillus subtilis memiliki pertumbuhan pada permukaannya. Escherichia coli memiliki tingkat kekeruhan sedikit, bau pesing sedang, dan ada endapan. Sedangkan Bacillus subtilis memiliki tingkat kekeruhan sedang, bau bangkai, dan ada endapan. Kekeruhan merupakan indikator adanya pertumbuhan bakteri. Semakin keruh medium cairnya, maka pertumbuhan bakterinya semakin banyak. Medium cair yang berisi bakteri Escherichia coli lebih keruh dibanding Bacillus subtilis. Hal ini menandakan bahwa pertumbuhan dari Escherichia coli lebih besar dibanding Bacillus subtilis. Endapan yang terbentuk merupakan massa bakteri yang sudah mati. Jumlah endapan pada Bacillus subtilis lebih banyak daripada Escherichia coli. Hal ini menandakan bahwa daya regenerasi sekaligus reproduksi dari Bacillus subtilis lebih besar dibanding Escherichia coli.
Semakin cepat pertumbuhan bakteri, maka semakin tinggi fase kematian yang akan dicapai karena nutrien yang tersedia makin lama akan semakin menipis karena digunakan untuk aktivitas kehidupan bakteri tersebut. Semakin cepat pertumbuhannya, maka endapan yang dihasilkan makin banyak karena daya regenerasi sekaligus reproduksi semakin besar. Pada percobaan ini, tingkat kekeruhan Escherichia coli lebih tinggi dibanding Bacillus subtilis. Akan tetapi, endapan yang dihasilkan Bacillus subtilis lebih banyak dibanding Escherichia coli. Hal tersebut kurang sesuai dengan teori yang ada. Kesalahan ini mugkin dapat disebabkan karena kurang teliti dalam melakukan pengamatan.
Medium agar padat pada petridish
Medium ini merupakan medium nutrien cair yang ditambah dengan agar sehingga dapat memadat di dalam petridish. Fungsi dari penggunaan medium ini adalah untuk melihat morfologi pertumbuhan koloni bakteri serta melihat kebutuhan bakteri akan oksigen. Metode yang digunakan dalam medium ini adalah spread plate dengan menggunakan biakan Escherichia coli.
Percobaan dengan metode ini dilakukan dengan cara menyemprotkan suspensi bakteri di atas permukaan medium agar padat. Suspensi bakteri tersebut kemudian diratakan dengan trigalski. Setelah itu, petridish segera dibungkus dengan kertas payung dan diinkubasi selama 48 jam. Setelah diinkubasi, dilakukan pengamatan yang meliputi:
Pertumbuhan pada permukaan (merata atau tidak merata)
Bentuk koloni (circulair, irregulair, ameoboid, rhizoid, filamentous, curled)
Permukaan (licin, kasar)
Elevasi (flat, effuse, raised, convex, umbonate)
Bentuk tepi (entire, undulate, lobate, filamentous, curled)
Bau
Berikut hasil pengamatan pada medium petri :
Tabel 4. Hasil uji melalui medium Cawan petri
Eschericia coli
Bascillus subtilis
Indikator
Eschericia coli
Bascillus subtilis
Pertumbuhan koloni
Rata memenuhi cawan petri
Lebat
Bentuk koloni
Menyebar, Spreader
Koloni tunggal
Permukaan koloni
Halus
Tidak halus
Elevasi
Flat
Convex
Bentuk tepi
Smooth
Undulate
Dari hasil pengamatan didapat bahwa Escherichia coli memiliki pertumbuhan menyebar, bentuk koloni spreader, permukaan halus, elevasi flat, dan bentuk tepi smooth. Bakteri tersebut bersifat motil karena pada medium terlihat bahwa bakteri tersebut menyebar pada seluruh bagian medium. Bakteri Escherichia coli dapat tumbuh baik jika tidak ada oksigen (anaerob) tetapi juga dapat tumbuh bila ada oksigen (aerob) sehingga dikatakan Escherichia coli bersifat fakultatif anaerob.
Dari semua pengamatan pada empat medium, dapat disimpulkan bahwa Escherichia coli bersifat fakultatif anaerob yang artinya masih dapat tumbuh pada kondisi aerob tapi pertumbuhannya optimum pada kondisi anaerob. Bacillus subtilis bersifat fakultatif aerob, artinya masih dapat hidup dan tumbuh pada kondisi anaerob tapi tumbuh baik pada kondisi aerob.
Berdasarkan teori, koloni Escherichia coli pada agar biasanya berwarna putih, kadang-kadang kuning putih. Bentuknya entire sampai endulate, kelembaban homogen, tembus cahaya, bersifat aerobik sampai fakultatif anaerobik. Koloni Bacillus subtilis bersifat aerobik sampai fakultatif anaerobik, berbentuk koloni kasar, tidak dapat ditembus cahaya, pertumbuhan tidak merata, terjadi kekeruhan, permukaan halus, lembut dan tipis, opaque, berwarna kuning sampai jingga coklat. Dari hasil pengamatan morfologi bakteri, baik pada Escherichia coli maupun pada Bacillus subtilis ada beberapa perbedaan dengan teori. Hal ini disebabkan karena proses inokulasi yang tidak benar sehingga terjadi kontaminasi atau karena pengamatan praktikan yang kurang cermat.
Streak plate
Pada metode streak plate, dengan bakteri Eschericia coli dapat dilihat bahwa pertumbuhan bakterinya merata disetiap goresan, tidak ada kontaminan, dan bakteri tersebut diketahui bersifat aerob karena bakteri akan tumbuh berupa goresan-goresan di atas permukaan medium. Bakteri Bascillus subtilis dapat dilihat bahwa pertumbuhan bakterinya tidak merata, karena disebabkan kurang teliti saat menarik goresan. Tidak ada kontaminan, dan bakteri tersebut diketahui bersifat aerob. Metode ini memiliki keunggulan yaitu, dapat menghemat bahan dan waktu. Streak plate method ini sangat efektif untuk mengetahui sifat bakteri yang ditanam, bakteri yang tumbuh secara merata sesuai bentuk goresan-goresan ini menyebabkan bakteri-bakteri tersebut memperoleh cukup nutrisi, sehingga tidak akan ada persaingan memperebutkan makanan. Kekurangan metode ini ialah tidak dapat digunakan untuk menumbuhkan bakteri anaerob, disamping itu cara pengerjaannya lebih rumit daripada pour plate method
Spread plate
Metode spread plate tujuan dari isolasi dengan metode ini adalah mendapatkan koloni tunggal dengan teknik penanaman dan penyebaran suspensi bakteri pada permukaan medium. Pada metode spread plate, dengan bakteri Bascillus subtilis dapat dilihat bahwa pertumbuhan bakterinya merata, dan bakteri tersebut diketahui bersifat aerob karena bakteri akan tumbuh berupa spreader di atas permukaan medium.
Bakteri Eschericia Coli dapat dilihat bahwa pertumbuhan bakterinya merata, dan bakteri tersebut diketahui bersifat aerob. Keuntungan dari metode spreed plate adalah akan diperoleh koloni-koloni bakeri yang terpisah dan tersebar di permukaan medium agarnya dengan ketentuan pada saat meratakan bakteri arah harus searah, agar bisa didapatkan koloni bakteri yang baik dan biakan murni bakteri yang diinginkan. Kelemahannya metode spreed plate yaitu jika bakteri disemprotkan terlalu banyak maka medium agar akan penuh maka pada saat perataaan dengan trigalski bisa saja membuat bakteri terpisah dan tidak tumbuh dengan merata.
KESIMPULAN
Setelah dilakukan beberapa percobaan, didapatkan kesimpulan sebagai berikut :
Medium yang digunakan dalam percobaan ini antara lain medium nutrien agar tegak ( metode tusukan), medium nutrien agar miring (metode goresan), medium nutrien cair (metode adukan), dan medium nutrien agar dalam petridish (metode spread plate).
Morfologi pada bakteri Escherichia coli yaitu:
Medium cair : terdapat pertumbuhan pada permukaan, tingkat kekeruhan sedang, bau pesing, dan endapan. Medium agar tegak : pertumbuhan tidak merata, sepanjang tusukan, tumbuh di bawah permukaan, bentuk koloni villous. Medium agar miring : pertumbuhan sedang dengan bentuk pertumbuhan pada bekas goresan berupa effuse, tipe elevasi raised, mengkilat, warna putih keruh, dan tidak berbau. Medium agar dalam petridish : pertumbuhan merata, bentuk koloni circulair, permukaan kasar, elevasi raised, dan bentuk tepi entire.
Morfologi pada bakteri Bacillus subtilis yaitu:
Medium cair : terdapat pertumbuhan pada permukaan, tingkat kekeruhan sedikit, bau bangkai, dan endapan (relatif lebih banyak daripada Escherichia coli). Medium agar tegak : pertumbuhan tidak merata, sepanjang tusukan, tumbuh di bawah permukaan, bentuk koloni rhizoid. Medium agar miring : pertumbuhannya lebat dengan bentuk pertumbuhan pada bekas goresan berupa spreading, tipe elevasi low convex, tidak mengkilat, warna putih keruh, dan berbau busuk.
Escherichia coli bersifat fakultatif anaerob, sedangkan Bacillus subtilis bersifat fakultatif aerob. Dilihat dari pertumbuhan pada medium agar tegak, kedua bakteri tersebut bersifat motil karena pertumbuhan bakteri hanya pada bekas tusukan dan tidak menyebar ke daerah lain.
DAFTAR PUSTAKA
Aulia, I. A. 2008. Uji Aktivitas antibakteri Froksi Etil asetat Ekstrak Etanolik Daun Arbenan (Duchesna Indica (Andr.) Focke) Terhadap Staphylococcus aureus dan Pseudomonas aeruginosa Multiresisten Antibiotik Beserta Profil Kromatografi Lapis Tipisnya. Skripsi Fakultas Farmasi. Universitas Muhammadiyah Surakarta. Surakarta. hal 10-20.
Bailey and Scott's. 1994. Diagnostic Microbiology. 8th Edition. Toronto.pp. 313-328.
Breed,R.J., E.G.D. Murray and Nathan, R.S. 1957. Bergey's Manual of Determinative Bacteriology. Seven Edition. The Williams & Wilkins Company. Balhinore. United State of America.
Dwidjoseputro, D. 1989. Dasar-Dasar Mikrobiologi. Penerbit Djambatan.
Fardiaz, S. 1993. Analisis Biologi Pangan. PT. Raja GraFindo Persada, Jakarta.
Finegold, S. M. and Baron, E.J. 1996. Diagnostic Microbiology. 7 th Edition. Mc Graw Hill Inc. Oxford, London.
Hamdiyati, Y., Kusnadi, I. Hardian. 2008. Aktivitas Antibakteri ekstrak Daun Patikan Kebo (Euphorbia hirta) Terhadap Pertumbuhan Bakteri Staphylococcus epidermis. Jurusan Pendidikan Biologi MIPA. Jurnal Pengajaran MIPA. 12(2): 144-148.
Harley, J. P. dan Prescott, L. M. 2002. Laboratory Exercises in Microbiology 5th Edition. McGraw-Hill, Massachussets.
Jakarta.
Jutono, Hartadi, S., Siti, K. S., Susanto, dan Suhadi. 1980. Mikrobiologi Umum.
UGM-Press. Yogyakarta.