BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Latar Belakan Belakang g
Apendisitis Apendisitis adalah peradangan peradangan yang terjadi pada apendiks apendiks vermiformis, vermiformis, dan merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering 1. Apendiks disebut juga umba umbaii caci cacing ng.. Isti Istila lah h usus usus bunt buntu u yang ang sela selama ma ini ini dike dikena nall dan dan digu diguna naka kan n di masyarakat kurang tepat, karena yang merupakan usus buntu sebenarnya adalah seku sekum. m. Samp Sampai ai saat saat ini ini belu belum m dike diketa tahu huii seca secara ra past pastii apa apa fung fungsi si apen apendi diks ks seben sebenar arny nya. a. Namun Namun demik demikian ian,, organ organ ini sering sering sekal sekalii menimb menimbul ulkan kan masal masalah ah kesehatan. Apendiks merupakan organ yang berbentuk berbentuk tabung panjang dan sempit. Panjangnya kirakira 1!cm "kisaran #1$cm% dan berpangkal di sekum. Apendiks menghasilkan lendir 1&ml per hari. 'endir itu secara normal dicurahkan ke dalam lumen lumen dan selanjut selanjutnya nya dialirka dialirkan n ke sekum. sekum. Adany Adanya a hambata hambatan n dalam dalam pengali pengaliran ran tersebu tersebut, t, tampakny tampaknya a merupak merupakan an salah salah satu satu penyebab penyebab timbulny timbulnya a append appendisit isits. s. (i dalam dalam apen apendik diks s juga juga terda terdapat pat immun immunog oglob lobuli ulin n sekre sekretoa toall yang yang merupa merupaka kan n )at peli pelind ndun ung g
efek efekti tiff
terh terhad adap ap
infe infeks ksii
"ber "berpe pera ran n
dala dalam m
sist sistem em
imun imun%. %.
(an (an
immun immunog oglob lobul ulin in yang yang bany banyak ak terd terdapa apatt di dalam dalam apen apendik diks s adala adalah h IgA. IgA. Namun Namun demikian, adanya pengangkatan terhadap apendiks tidak mempengaruhi mempengaruhi sistem imun tubuh. Ini dikarenakan jumlah jaringan limfe yang terdapat pada apendiks kecil sekali bila dibandingkan dengan yang ada pada saluran cerna lain. Apendisitis Apendisitis dapat mengenai mengenai semua umur, baik lakilaki lakilaki maupun perempuan. perempuan. Namun lebih sering menyerang lakilaki berusia 1!#! tahun. Peritonitis merupakan salah satu dari komplikasi Apendisitis, yaitu Apendisitis perforata. *ika tidak segera ditangani dengan baik akan terjadi septicemia pada pasien yang dapat mengancam nya+a. 1.2 Rumusan Rumusan Masala Masalah h 1
1.&.1 1.&.1 1.&.& 1.&.& 1.&.# 1.&.# 1.&. 1.&. 1.&.$ 1.&.$ 1.&.0 1.&.0 1.&. 1.&. 1.&.2
Apaka Apakah h defin definis isii apen apendis disiti itis s -agaima -agaimana na anato anatomi mi fisiol fisiologi ogi apendiks apendiks -agaima -agaimana na system system pengklas pengklasifik ifikasin asin apend apendisit isitis is -agaima -agaimana na epidemi epidemiolog ologii apen apendisi disitis tis -agaima -agaimana na etiolog etiologii dan /aktor /aktor risiko pada pada apendisi apendisitis tis -agaima -agaimana na mekanism mekanisme e patofisio patofisiolog logii apendisit apendisitis is -agaima -agaimana na manifes manifestasi tasi klini klinis s apendis apendisitis itis -agaimana -agaimana pemeriksaa pemeriksaan n penunjan penunjang g untuk untuk menegakkan menegakkan diagnose diagnose
apendisitis 1.&.3 1.&.3 -agaima -agaimana na penatal penatalaksa aksanaa naan n pada apend apendisit isitis is 1.&.1! -agaimana -agaimana komplikasi pada apendisitis apendisitis 1.&.11 1.&.11 Apakah definisi definisi peritonitis peritonitis 1.&.1& -agaimana -agaimana system pengklasifikasin pengklasifikasin peritonitis peritonitis 1.&.1# -agaimana -agaimana epidemiologi peritonitis peritonitis 1.&.1 -agaimana -agaimana etiologi dan /aktor risiko pada peritonitis peritonitis 1.&.1$ -agaimana -agaimana mekanisme patofisiologi patofisiologi peritonitis 1.&.10 -agaimana -agaimana manifestasi klinis peritonitis peritonitis 1.&.1 -agaimana -agaimana pemeriksaan penunjang untuk menegakkan menegakkan diagnose peritonitis 1.&.12 -agaimana -agaimana penatalaksanaan penatalaksanaan pada peritonitis peritonitis 1.&.13 -agaimana -agaimana komplikasi pada peritonitis peritonitis 1.&.&! -agaimana -agaimana rentang 4b Normal berdasarkan berdasarkan usia dan jenis kelamin 1.&.&1 -agaimana -agaimana proses penyembuh penyembuhan an luka 1.3 Tujuan Tujuan Penuls Penulsan an 5ujuan penulisan laporan ini untuk mahasis+a agar dapat memahami penyakit
apendisitis dan peritonitis baik dari segi pengertian hingga komplikasi pada penyakit ini.
BAB II PEMBAHA!AN
A.APENDI!ITI!
2.1 De"ns A#en$sts Apendisitis Apendisitis adalah peradangan peradangan yang terjadi pada apendiks apendiks vermiformis, vermiformis, dan
merupakan penyebab abdomen akut yang paling sering. Apendisitis akut menjadi 2
salah satu pertimbangan pada pasien yang mengeluh nyeri perut atau pasien yang menunjukkan gejala iritasi peritoneal "Samdjuhidajat, &!!$%. 2.2 Anat%m &s%l%g A#en$ks
Apendiks merupakan organ berbentuk tabung, panjangnya kirakira 1! cm "kisaran #1$%, dan berpangkal di sekum. 'umennya sempit di bagian proksimal dan melebar di bagian distal. Namun demikian, pada bayi, apendiks berbentuk kerucut, lebar pada pangkalnya dan menyempit kearah ujungnya. 6eadaan ini mungkin menjadi sebab rendahnya insidens apendisitis pada usia itu "Soybel, &!!1 dalam (epartemen -edah 789, &!1!%. Secara histologi, struktur apendiks sama dengan usus besar. 6elenjar submukosa dan mukosa dipisahkan dari lamina muskularis. (iantaranya berjalan pembuluh darah dan kelenjar limfe. -agian paling luar apendiks ditutupi oleh lamina serosa
yang
berjalan
pembuluh darah
besar yang
berlanjut
ke
dalam
mesoapendiks. -ila letak apendiks retrosekal, maka tidak tertutup oleh peritoneum viserale "Soybel, &!!1 dalam (epartemen -edah 789, &!1!%. Persarafan parasimpatis berasal dari cabang n.vagus yang mengikuti a.mesenterika superior dan a.apendikularis, sedangkan persarafan simpatis berasal dari n.torakalis :. ;leh karena itu, nyeri viseral pada apendisitis bermula di sekitar umbilikus "Sjamsuhidajat, (e *ong, &!!%. Pendarahan apendiks berasal dari a.apendikularis yang merupakan arteri tanpa kolateral. *ika arteri ini tersumbat, misalnya karena thrombosis pada infeksi, apendiks akan mengalami gangrene "Sjamsuhidajat, (e *ong, &!!%. Apendiks menghasilkan lendir 1& ml per hari. 'endir itu normalnya dicurahkan ke dalam lumen dan selanjutnya mengalir ke sekum. 4ambatan aliran lendir di muara apendiks tampaknya berperan pada pathogenesis apendisitis. Imunoglobulin sekreator yang dihasilkan oleh 8A'5 " gut associated lymphoid tissue% yang terdapat di sepanjang saluran cerna termasuk apendiks, ialah IgA. Imunoglobulin ini
sangat efektif sebagai
pelindung
terhadap
infeksi. Namun
demikian,
pengangkatan apendiks tidak mempengaruhi sistem imun tubuh karena jumlah jaringan limfe di sini kecil sekali jika dibandingkan dengan jumlahnya di saluran cerna dan di seluruh tubuh "Sjamsuhidajat, (e *ong, &!!%. 3
2.3 'las"kas A#en$sts •
Apendisitis akut. Apendisitis akut sering tampil dengan gejala khas yang didasari oleh radang
mendadak umbai cacing yang memberikan tanda setempat, disertai maupun tidak disertai rangsang peritonieum lokal. 8ajala apendisitis akut talah nyeri samarsamar dan tumpul yang merupakan nyeri viseral didaerah epigastrium disekitar umbilikus. 6eluhan ini sering disertai mual dan kadang muntah. 7mumnya nafsu makan menurun. (alam beberapa jam nyeri akan berpindah ketitik mcBurney. (isini nyeri dirasakan lebih tajam dan lebih jelas letaknya sehingga merupakan nyeri somatik setempat. 6lasifikasi appendicitis akut< Appendisitis akut simple Peradangan baru terjadi di daerah mukosa dan submukosa. 8ejala dia+ali dengan rasa nyeri di saerah umbilicus, mual, muntah, anoreksia, malaise, dan semam ringan. Appendisitis supuratif (itandai dengan rangsangan peritoneum lokal seperti, nyeri tekan, nyeri lepas di titik 9c -urney, dan nyeri pada gerak aktif dan pasif Appendisitis akut gangrenosa (idapatkan tandatanda supuratif, appendiks mengalami gangren pada bagian tertentu. (inding appendiks ber+arna ungu, hijau •
keabuan, atau merah kehitaman Apendisitis kronik. (iagnosis apendisitis kronis baru dapat ditegakkan jika ditemukan adanya< ri+ayat nyeri perut kanan ba+ah lebih dari & minggu, radang kronik apendiks secara makroskopik dan mikroskopik . 6riteria mikroskopik apendisitis kronik adalah fibrosis menyeluruh dinding apendiks, sumbatan parsial atau total lumen apendiks, adanya jaringan parut dan ulkus l ama di mukosa, dan
adanya sel inflamasi kronik. Insiden apendisitis kronik antara 1$= "Pieter, •
&!!$% Appendisitis infiltrate Appendisitis infiltrate adalah proses radang appendiks yang penyebarannya dapat dibatasi oleh omentum, usus halus, sekum, kolon, dan peritoneum
4
sehingga membentuk gumpalan masa flegmon yang melekat erat satu •
•
dengan yang lainnya Appendisitis abses Appendisitis abses terjadi bila masa local yang terbentuk berisi nanah Appendisitis perforasi Appendisitis perforasi adalah pecahnya apendiks yang sudah gangren yang menyebabkan pus masuk ke dalam rongga perut sehingga terjadi peritonitis umum Apendissitis rekurens (iagnosis rekuren baru dapat dipikirkan jika ada ri+ayat serangan nyeri berulang di perut kanan ba+ah yang mendorong dilakukan apeomi dan hasil patologi menunjukan peradangan akut. 6elainan ini terjadi bila serangn apendisitis akut pertama kali sembuh spontan. Namun, apendisitis tidak perna kembali ke bentuk aslinya karena terjadi fribosis dan jaringan parut. >esiko untuk terjadinya serangn lagi sekitar $! persen. Insidens apendisitis rekurens biasanya dilakukan apendektomi yang diperiksa secara patologik. Pada apendiktitis rekurensi biasanya dilakukan apendektomi karena sering penderita datang dalam serangan akut. "(oenges,9arilynn ?.&!!
%$2.( E#$em%l%g A#en$sts
@4; memperkirakan kejadian apendisitis tahun &!! di seluruh dunia mencapai angka = dari keseluruhan jumlah penduduk di dunia. "Ambar+ati, &!1#% (epkes >I menjelaskan angka kejadian apendisitis ditahun &!!2 mencapai $31.213 dan meningkat di tahun &!!3 menjadi $30.1#& orang. Angka kejadian ini menempati urutan ke tertinggi penyakit terbanyak di Indonesia. "Ambar+ati, &!1#%. Apendisitis dapat ditemukan pada semua umur, hanya pada anak kurang dari satu tahun jarang dilaporkan. Insiden tertinggi pada kelompok umur &!#! tahun, setelah itu menurun. Insiden pada lelaki dan perempuan umumnya sebanding, kecuali pada umur &!#! tahun, insiden lelaki lebih tinggi.
2.) Et%l%g A#en$sts 5
Apendisitis akut merupakan infeksi yang disebabkan oleh bakteri. -anyak faktor yang menyebabkan sebagai pencetusnya. Smbatan lumen apendiks merupakan faktor yang diajukan sebagaifaktor pencetus disamping hyperplasia jaringan klimfe, fekalit, tumor apendiksdan cacing askaris dapat pula menyebabkan sumbatan. Penyebab lain yang didga dapat menimbulkan apendisitis adalah erosi mukosa
apendiks
karena
parasit
?.
histolytica.
Penelitian
epidemiologi
menunjukkan peran kebiasaan makanmakanan rendah serat dan pengarh konstipasi terhadap timbulnya apendiks akan menaikkan tekanan intrasekal yang berakibat timbulnya smbatan fngsional apendiks dan meningkatnya pertumbuhan kuman flora kolon biasa. 4alhal tersebut mempermudah timbulnya apendisitis. 2.*&akt%r Rsk% A#en$sts a. /aktor Sumbatan /aktor sumbatan atau obstruksi merupakan faktor terpenting terjadinya
apendisitis yang diikuti oleh infeksi b. /aktor -akteri Infeksi enterogen merupakan faktor pathogenensis primerpada apendiks c. /aktor genetic 4al ini dihubungkan dengan adanya malformasi organ, apendiks yang terlalu panjang,vaskularisasi yang tidak baik dan letaknya yang mdah terjadi apendisitis. d. /aktor (iet e. Pola konsumsi rendah serat mempunyai risiko lebih tinggi mengalami apendisitis karena dengan terjadinya fekalit mengakibatkan obstruksi lumen. 2.+Pat%"s%l%g A#en$sts ,terlam#r2. Man"estas 'lns A#en$sts
Ada beberapa hal yang penting dalam gejala penyakit apendisitis yaitu< 1. Nyeri mulamula di epigastrium "nyeri viseral% yang beberapa +aktu kemudian menjalar ke perut kanan ba+ah. Nyeri berhubungan dengan anatomi ureter yang berdekatan dengan apendiks oleh inflamasi.-erdasarkan letak apendiks nyeri dibedakan yaitu< 6
-ila letak apendiks retrosekal retroperitoneal, yaitu di belakang sekum "terlindung oleh sekum% 5anda nyeri perut kanan ba+ah tidak begitu jelas dan tidak ada tanda rangsangan peritoneal. >asa nyeri lebih kearah perut kanan atau nyeri timbul pada saat melakukan gerakan seperti berjalan, bernapas dalam, batuk, dan mengedan. Nyeri ini timbul karena adanya kontraksi m.psoas mayor yang menegang dari dorsal. -ila apendiks terletak di rongga pelvis -ila apendiks terletak di dekat atau menempel pada rektum, akan timbul gejala dan rangsangan sigmoid atau rektum, sehingga peristalsis meningkat, pengosongan rektum akan menjadi lebih cepat dan berulangulang "diare%. -ila apendiks terletak di dekat atau menempel pada kandung kemih, dapat terjadi peningkatan frekuensi kemih, karena rangsangannya dindingnya. &. 9untah dan mual oleh karena nyeri viseral. Nutrisi kurang dan volume cairan yang kurang dari kebutuhan juga berpengaruh dengan terjadinya mual dan muntah. #. Suhu tubuh meningkat dan nadi cepat "karena kuman yang menetap di dinding usus%. . >asa sakit hilang timbul $. (iare atau konstipasi 0. 5ungkai kanan tidak dapat atau terasa sakit jika diluruskan . Perut kembung
7
2. 4asil pemeriksaan leukosit meningkat 1!.!!! 1&.!!! ui dan 1#.!!!ui bila sudah terjadi perforasi 3. 8ejala lain adalah badan lemah dan kurang nafsu makan, penderita nampak sakit, menghindarkan pergerakan. 1!.-ising usus yang bisa hilang akibat ileus paralitik jika berlanjut ke peritonitis.
Gejala apendisitis pada keadaan yang tidak jelas
8ejala apendisitis terkadang tidak jelas dan tidak khas, sehingga sulit dilakukan diagnosis, dan akibatnya apendisitis tidak ditangani tepat pada +aktunya, sehingga biasanya baru diketahui setelah terjadi perforasi. -erikut beberapa keadaan dimana gejala apendisitis tidak jelas dan tidak khas. 1. Pada anakanak 8ejala a+alnya sering hanya menangis dan tidak mau makan. Seringkali anak tidak bisa menjelaskan rasa nyerinya. (an beberapa jam kemudian akanterjadi
muntahmuntah
dan
anak
menjadi
lemah.
6arena
ketidakjelasan gejala ini, sering apendisitis diketahui setelah perforasi. -egitupun pada bayi, 2!3! = apendisitis baru diketahui setelah terjadi perforasi. &. Pada orang tua berusia lanjut 8ejala sering samarsamar saja dan tidak khas, sehingga lebih dari separuh penderita baru dapat didiagnosis setelah terjadi perforasi. #. Pada +anita 8ejala apendisitis sering dikacaukan dengan adanya gangguan yang gejalanya serupa dengan apendisitis, yaitu mulai dari alat genital "proses ovulasi, menstruasi%, radang panggul, atau penyakit kandungan lainnya. Pada +anita hamil dengan usiakehamilan trimester, gejala apendisitis berupa nyeri perut, mual, dan muntah, dikacaukan dengan gejala serupa yang biasa timbul pada kehamilan usia ini. Sedangkan pada kehamilan lanjut, sekum dan apendiks terdorong ke kraniolateral, sehingga keluhan tidak dirasakan di perut kanan ba+ah tetapi lebih ke regio lumbal kanan.
8
2./ Pemerksaan Penunjang A#en$sts Anamnesa "sk
Pada anamnesis penderita akan mengeluhkan nyeri atau sakit perut. Ini terjadi karena hiperperistaltik untuk mengatasi obstruksi dan terjadi pada seluruh saluran cerna, sehingga nyeri viseral dirasakan pada seluruh perut. 9untah atau rangsangan viseral akibat aktivasi n.vagus. ;bstipasi karena penderita takut untuk mengejan. Panas akibat infeksi akut jika timbul komplikasi. 8ejala lain adalah demam yang tidak terlalu tinggi, antara #,$ #2,$ B. 5etapi jika suhu lebih tinggi, diduga sudah terjadi perforasi "(epartemen -edah 789, &!1!%. Pada pemeriksaan
fisik
yaitu
pada inspeksi,
penderita
berjalan
membungkuk sambil memegangi perutnya yang sakit, kembung bila terjadi perforasi, dan penonjolan perut bagian kanan ba+ah terlihat pada apendikuler abses "(epartemen -edah 789, &!1!%. Pada palpasi, abdomen biasanya tampak datar atau sedikit kembung. Palpasi dinding abdomen dengan ringan dan hatihati dengan sedikit tekanan, dimulai dari tempat yang jauh dari lokasi nyeri. Status lokalis abdomen kuadran kanan ba+ah< •
Nyeri tekan "C% 9c. -urney. Pada palpasi didapatkan titik nyeri tekan kuadran kanan ba+ah atau titik 9c. -urney dan ini merupakan tanda kunci diagnosis.
•
Nyeri lepas "C% karena rangsangan peritoneum. Rebound tenderness "nyeri lepas tekan% adalah nyeri yang hebat di abdomen kanan ba+ah saat tekanan secara tibatiba dilepaskan setelah sebelumnya dilakukan penekanan perlahan dan dalam di titik 9c. -urney.
•
(efens muskuler "C% karena rangsangan m. >ektus abdominis. Defence muscular adalah nyeri tekan seluruh lapangan abdomen yang
menunjukkan adanya rangsangan peritoneum parietale. •
>ovsing sign "C%. Rovsing sign adalah nyeri abdomen di kuadran kanan ba+ah apabila dilakukan penekanan pada abdomen bagian kiri ba+ah,
9
hal ini diakibatkan oleh adanya nyeri lepas yang dijalarkan karena iritasi peritoneal pada sisi yang berla+anan. •
Psoas sign "C%. Psoas sign terjadi karena adanya rangsangan muskulus psoas oleh peradangan yang terjadi pada apendiks.
•
;bturator sign "C%. bturator sign adalah rasa nyeri yang terjadi bila panggul dan lutut difleksikan kemudian dirotasikan ke arah dalam dan luar secara pasif, hal tersebut menunjukkan peradangan apendiks terletak pada daerah hipogastrium "(epartemen -edah 789, &!1!%. Pada perkusi akan terdapat nyeri ketok. Auskultasi akan terdapat
peristaltik normal, peristaltik tidak ada pada illeus paralitik karena peritonitis generalisata akibat apendisitis perforata. Auskultasi tidak banyak membantu dalam menegakkan diagnosis apendisitis, tetapi kalau sudah terjadi peritonitis maka tidak terdengar bunyi peristaltik usus. Pada pemeriksaan colok dubur "Rectal !oucher % akan terdapat nyeri pada jam 31& "(epartemen -edah 789, &!1!%. Selain itu, untuk mendiagnosis apendisitis juga dapat digunakan skor Alvarado, yaitu< 5abel Skor Alvarado Skor 9igrasi nyeri dari abdomen sentral
1
ke fossa iliaka kanan Anoreksia 9ual atau 9untah Nyeri di fossa iliaka kanan Nyeri lepas Peningkatan temperatur "D#,$B% Peningkatan jumlah leukosit E 1! F
1 1 & 1 1 &
1!3' Neutrofilia dari E $= 5otal
1 1!
Pasien dengan skor a+al G sangat tidak mungkin menderita apendisitis dan tidak memerlukan pera+atan di rumah sakit kecuali gejalanya memburuk.
10
La0%raturum< B >eaktif protein didapatkan hasil peningkatan dikarenakan
terdapat
infeksi
dalam
tubuh,
kenaikan
jumlah
leukosit
"1!.!!!
H
12.!!!mm #dan '?(. A##en$%gram Appendicogram merupakan pemeriksaan berupa foto barium usus buntu
yang dapat membantu melihat terjadinya sumbatan atau adanya kotoran "skibala% di dalam lumen usus buntu "Sanyoto, &!!%. 5eknik Pemeriksaan < Indikasi dilakukannya pemeriksaan appendicogram adalah apendisitis kronis
atau
akut.
Sedangkan
kontraindikasi
dilakukan
pemeriksaan
appendicogram adalah pasien dengan kehamilan trimester I atau pasien yang
dicurigai adanya perforasi. Persiapan Bahan< •
'arutan -arium Sulfat " &$! gram% C 1&!&!! cc air.
Persiapan Pasien" •
Sehari sebelum pemeriksaan pasien diberi -aS; dilarutkan dalam air masak dan diminta untuk diminum pada jam &.!! @I- setelah itu puasa.
•
Pasien di panggil masuk ke ruang pemeriksaan dalam keadaan puasa.
•
Pasien diminta untuk membuka pakaian.
•
Pasien diberi baju >S untuk dipakai.
Prosedur < •
Pasien naik ke atas meja pemeriksaan.
•
6aset ditempatkan di ba+ah meja pemeriksaan. 9eminta pasien agar kooperatif dan menuruti perintah radiografer
•
sehingga pemeriksaan berjalan dengan baik. Sesudah pasien difoto, pasien diminta mengganti pakaian dan diminta
•
untuk datang keesokan harinya untuk dilakukan foto kembali selama # hari berturutturut. U! ,Ultras%n%gra"11
7ltrasonografi cukup bermanfaat dalam menegakkan diagnosis Appendicitis. AppendiF diidentifikasi dikenal sebagai suatu akhiran yang kabur, bagian usus yang nonperistaltik yang berasal dari Baecum. (engan penekanan yang maksimal, AppendiF diukur dalam diameter anteriorposterior. Penilaian dikatakan positif bila tanpa kompresi ukuran anteriorposterior AppendiF 0 mm atau
lebih.
(itemukannya
appendicolith
akan
mendukung
diagnosis.
8ambaran 7S8 dari AppendiF normal, yang dengan tekanan ringan merupakan struktur akhiran tubuler yang kabur berukuran $ mm atau kurang, akan menyingkirkan diagnosis Appendicitis acuta. Penilaian dikatakan negatif bila AppendiF tidak terlihat dan tidak tampak adanya cairan atau massa pericaecal.(iagnosis Appendicitis acuta dengan 7S8 telah dilaporkan sensitifitasnya sebesar 2=30= dan spesifitasnya sebesar 2$=32=. &%t% #%l%s a0$%men /oto polos abdomen jarang membantu diagnosis Appendicitis acuta, tetapi dapat sangat bermanfaat untuk menyingkirkan diagnosis banding. Pada pasien Appendicitis acuta, kadang dapat terlihat gambaran abnormal udara dalam usus, hal ini merupakan temuan yang tidak spesifik. Adanya fecalith jarang terlihat pada foto polos, tapi bila ditemukan sangat mendukung diagnosis. /oto thoraF kadang disarankan untuk menyingkirkan adanya nyeri alih dari proses pneumoni lobus kanan ba+ah. 2.1
Penatalaksanaan A#en$sts 9enurut 9ansjoer "&!!!%, penatalaksanaan appendisitis terdiri dari< a. #ebelum perasi 1% Pemasangan sonde lambung untuk dekompresi &% Pemasangan kateter untuk kontrol produksi urin #% >ehidrasi % Antibiotik dengan spektrum luas, dosis tinggi dan diberikan secara
intravena.Antibiotic pada apendisitis digunakan sebagai< •
Preoperative, antibiotik broad spectrum intravena diindikasikan untuk mengurangi kejadian infeksi pasca pembedahan.
•
Post operatif, antibiotic diteruskan selama & jam pada pasien tanpa komplikasi apendisitis
12
i.
Antibiotic diteruskan sampai $ hari post operatif untuk kasus apendisitis ruptur atau dengan abses.
ii.
Antibiotic diteruskan sampai hari 1! hari pada kasus apendisitis rupture dengan peritonitis diffuse.
$% ;batobatan penurun panas, phenergen sebagai anti menggigil, largaktil untuk membuka pembuluhpembuluh darah perifer diberikan setelah rehidrasi tercapai 0% -ila demam, harus diturunkan sebelum diberi anastesi. b. perasi 1% Apendiktomi< bagian appendiks dibuang &% *ika appendiks mengalami perforate bebas, maka abdomen dicuci dengan garam fisiologis dan antibiotika #% Abses appendiks diobati dengan antibiotika intravena, massa mungkin mengecil atau abses mungkin memerlukan drainase dalam jangka +aktu beberapa hari % Appendiktomi dilakukan bila abses dilakukan operasi elektif sesudah 0 minggu H # bulan.
c. Pasca perasi 1% ;bservasi tandatanda vital untuk mengetahui terjadinya pendarahan
didalam, syok, hipertermia, atau gangguan pernapasan &% Angkat sonde lambung bila pasien telah sadar sehingga aspirasi cairan lambung dapat dicegah #% -aringkan pasien dalam posisi semi fo+ler % Pasien dikatakan baik bila dalam 1& jam tidak terjadi gangguan, selama pasien dipuasakan $% -ila tindakan operasi lebih besar, misalnya pada perforate, puasa dilanjutkan sampai fungsi usus kembali normal 0% -erikan minum mulai 1$ mljam selama $ jam lalu naikkan menjadi #! mljam. 6eesokan harinya berikan makanan saring dan hari berikutnya makanan lunak % Satu hari pasca operasi pasien dianjurkan untuk duduk tegak di tempat tidur selama & F #! menit 2% Pada hari kedua pasien dapat berdiri dan duduk di luar kamar 3% 4ari ke jahitan dapat diangkat dan pasien diperbolehkan pulang. 13
1!% Pera+atan luka dengan memperhatikan dressing yang tepata agar luka terhidrasi dengan baik. Proses penyembuhan luka
1. /ase Inflamasi /ase ini dimulai sejak terjadinya luka sampai hari kelima, segera setelah terjadi luka, pembuluh darah yang putus mengalami konstriksi dan retraksi disertai reaksi homeostatis karena agregasi trombosit yang bersama jala fibrin membekukan darah. 6omponen homeostatis ini akan melepaskan dan mengangtifkan sitokinin yang meliputi $pidermal Gro%th &actor '$G&(, )nsulin*like Gro%th &actor ')G&(, Platelet*derived Gro%th &actor 'PDG&( dan !ransforming Gro%th &actor Beta '!G&*Beta( yang
berperan untuk terjadinya kemotaksis netrofil, makrofag, sel endoteliel dan fibroblast. 6eadaan ini disebut fase inflamasi. Pada fase ini kemudian terjadi vasodilatasi dan akumulasi leukosit polimorphonuclear "P9N%. Agregat trombosit akan mengeluarkan mediator inflamasi 5ransforming Gro%th &actor Beta + '!G& Beta +( yang juga dikeluarkan oleh makrofsg. Adanya 58/ beta 1 akan mengangtifkan fibroblast untuk mensintesis kolagen. &. /ase poliperatif /ase ini terjadi pada hari kelima hingga ke&1 hari setelah trauma. 6eratinosit
disekitar
luka
mengalami
perubahan
fenotif.
>egresi
hubungan desmosomal antara keratinosit pada membrane basal menyebabkan sel keratin bermigrasi kea rah lateral. 6eratinosit bergerak melalui interaksi dengan matriks protein ekstraseluler "fibronectin dan kolagen tipe 1%. /aktor proangiogenik dilepaskan oleh makrofag, vascular endothelial gro%th factor '$G&( sehingga terjadi neovascularisasi dan
pembentukan epitalisasi dan jaringan granulasi. #. /ase remodeling >emodeling merupakan fase yang paling
lama
pada
proses
penyembuhan luka, terjadi pada hari ke&1 hingga 1 tahun. 5erjadi kontraksi luka akibat pembentukan aktin myofibroblas dengan aktin mikrofilamen yang memberikan kekuatan kontraksi pada penyembuhan 14
luka. Pada fase ini terjadi juga remodeling kolagen. 6olagen tipe III digantikan kolagen tipe I yang dimediasi matriks -etaloproteinase yang disekresi makrofag, fibroblast dan sel endotel. Pada masa # minggu penyembuhan luka telah mendapatkan kembali &!= kekuatan jaringan normal. 2.11 '%m#lkas A#en$sts
6omplikasi
terjadi
akibat
keterlambatan
penangan
apendisitis.
/aktor
keterlambatan dapat berasal dari penderita dan tenaga medis. /aktor penderita meliputi pengetahuan dan biaya, sedangkan tenaga medis meliputi kesalahn diagnosa,menunda diagnosa, keterlambatan merujuk ke rumah sakit, dan terlambat melakukan penanggulangan. 6ondisi ini menyebabkan peningkatan angka morbiditas dan mortalitas. Proporsi komplikasi apendisitis 1!#&=,paling sering pada anak kecil dan orang tua.Adapun jenis komplikasi diantaranyaJ a. abses Abses merupakan peradangan appendiks yang berisi pus. 5eraba masa lunak di kuadran kanan ba+ah atau daerah pelvis. 9asa ini berupa flegnom dan berkemabng menjadi rongga yang mengandung pus. 4hal ini terjadi bila apendisitis gangren atau mikroperforasi ditutupi oleh omentum b. Perforasi Perforasi adalah pecahnya apendiks yang berisi pus sehingga bakteri menyebar ke rongga perut. Perforasi jarang terjadi dalam 1& jam pertama sejak sakit, tetapi meingkat tajam sesudah & jam. Perforasi dapat diketahui praoperatif kasus dengan gambaran klinis yang timbul lebih dari #0 jam sejak sakit, panas lebih dari #2 derajat selsius, tampak oksik, nyeri tekan seluruh perut, dan leukositosis berupa perforasi bebas maupun mikroperforasi dapat menyebabkan peritonitis.
15
B.PERIT4NITI! 2.12 De"ns Pert%nts
Peritonitis adalah inflamasi peritoneum lapisan membrane serosa rongga abdomen dan meliputi visera merupakan penyakit berbahaya yang dapat terjadi dalam bentuk akut maupun kronis kumpulan tanda dan gejala, diantaranya nyeri tekan dan nyeri lepas pada palpasi, defans muscular, dan tandatanda umum inflamasi. Peritonitis merupakan sebuah proses peradangan pada membrane serosa yang melingkupi kavitas abdomen dan organ yang terletak didalamnyah. Peritonitis sering disebabkan oleh infeksi peradangan lingkungan sekitarnyah melalui perforasi usus seperti rupture appendiks atau divertikulum karena a+alnya peritonitis merupakan lingkungan yang steril. Selain itu juga dapat diakibatkan oleh materi kimia yang irritan seperti asam lambung dari perforasi ulkus
atau empedu dari perforasi
kantung
empeduatau laserasi hepar.
Pada+anita sangat dimungkinkan peritonitis terlokalisasi pada rongga pelvis dari infeksi tuba falopi atau rupturnya kista ovari. 6asus peritonitis akut yang tidak tertangani dapat berakibat fatal. "Ambar+ati, &!1#% 2.13 'las"kas Pert%nts
-ila ditinjau dari penyebabnya, infeksi peritonitis terbagi menjadi < a. Penyebab primer "peritonitis spontan% 9erupakan peritonitis akibat kontaminasi bakterial secara hematogen pada cavum peritoneum dan tidak ditemukan fokus infeksi dalam abdomen. Penyebabnya bersifat monomikrobial, biasanya ?. Boli, Sreptococus atau Pneumococus. Peritonitis primer biasanya disebabkan oleh penyakit hati. Bairan menumpuk di perut, menciptakan lingkungan yang utama untuk pertumbuhan bakteri. Peritonitis bakterial primer dibagi menjadi dua, yaitu< •
Spesifik < misalnya 5uberculosis 16
•
Non spesifik< misalnya pneumonia non tuberculosis an 5onsilitis.
/aktor resiko yang berperan pada peritonitis ini adalah adanya malnutrisi, keganasan intraabdomen, imunosupresi dan splenektomi. 6elompok resiko tinggi adalah pasien dengan sindrom nefrotik, gagal ginjal kronik, lupus eritematosus sistemik, dan sirosis hepatis dengan asites. b. Penyebab sekunder "berkaitan dengan proses patologis pada organ visceral% Peritonitis yang mengikuti suatu infeksi akut atau perforasi tractusi gastrointestinal atau tractus urinarius. Pada umumnya organisme tunggal tidak akan menyebabkan peritonitis yang fatal. Sinergisme dari multipel organisme dapat memperberat terjadinya infeksi ini. -akteri anaerob, khususnya spesies -acteroides, dapat memperbesar pengaruh bakteri aerob dalam menimbulkan infeksi.Peritonitis sekunder, bentuk peritonitis yang paling sering terjadi, disebabkan oleh perforasi atau nekrosis "infeksi transmural% organorgan dalam dengan inokulasi bakteri rongga peritoneal. Spektrum patogen infeksius tergantung penyebab asalnya. -erbeda dengan S-P, peritonitis sekunder lebih banyak disebabkan bakteri gram positif yang berasal dari saluran cerna bagian atas. c. Penyebab tersier "infeksi rekuren atau persisten sesudah terapi a+al yang adekuat%. Peritonitis tersier dapat terjadi karena infeksi peritoneal berulang setelah mendapatkan terapi S-P atau peritonitis sekunder yang adekuat, sering bukan berasal dari kelainan organ. Pasien dengan peritonitis tersier biasanya timbul abses atau flegmon, dengan atau tanpa fistula. Peritonitis tersier timbul lebih sering ada pasien dengan kondisi komorbid sebelumnya dan pada pasien yang imunokompromais. d. -entuk lain dari peritonitis < a. b. c. d.
Aseptiksteril peritonitis 8ranulomatous peritonitis 4iperlipidemik peritonitis 5alkum peritonitis
2.1( Et%l%g $an &akt%r Resk% Pert%nts
17
?tiologi Peritonitis dapat disebabkan oleh kelainan di dalam abdomen berupa inflamasi dan penyulit lainnya misalnya perforasi apendisitis,perforasi tukak lambung, perforasi tifus abdominalis. -erikut adalah etiologi peritonitis < a. Infeksi -akteri 6uman yang sering menginfeksi ialah bakteri ?.coli, streptococcus alpha dan beta hemolitik, staphylococcus aureus, enterokokusdan yang paling berbahaya adalah clostridium tetani. Infeksi bakteri dapat terjadi karena perforasi dari organ yang terinfeksi di abdomen. b. Secara langsung dari luar - ;perasi yang tidak steril - 5erkontaminasi bahan kimia. *ika terjadi kontaminasi bahan kimia maka peritonitis akan disertai dengan pembentukan jaringan granulomatosa sebagai respon terhadap benda asing, disebut juga peritonitis granulomatosa dan merupakan peritonitis local. - 5rauma pada kecelakaan seperti rupture hati dan limpa. c. Secara hematogen sebagai komplikasi beberapa penyakit seperti infeksi saluran napas dan infeksi saluran kemih /aktor >esiko a. Peritonitis bacterial primer /aktor risiko yang berperan pada peritonitis ini adalah malnutrisi, keganasan intraabdomen, splenektomi dan halhal lain yang berhubungan dengan imunosupresi. -iasanya terjadi pada pasien dengan asites akibat penyakit hati kronis. Akibat asites akan terajdi kontaminasi hingga ke rongga peritoneal sehingga menjadi translokasi bakteri menuju dinding perut atau pembuluh limfe mesentrium. b. Peritonitis bacterial akut sekunder /aktor resiko pada peritonitis ini adanlah adanya infeksi pada daerah abdominal,seperti < - Apendisitis 7lkus gaster Pancreatitis Bolitis ulseratif (ialysis peritoneum 5rauma abdomen c. Peritonitis tertier Pada peritonitis jenis ini biasanya terjadi karena pasien tidak responsive terhadap terapi medis "surgical% dan antibiotic sehingga menyebabkan infeksi sebelumnya recuren.
18
2.1) E#$em%l%g Pert%nts
Angka
kejadian
penyakit
peritonitisdi
Amerika
pada
tahun
&!11
diperkirakan $!ribu pertahun dan akan meningkat bila pasien jatuh dalam syok. 4asil survey dari (epkes >I "&!!2%, angka kejadian peritonitis di sebgian besar +ilayah Indonesia hingga saat ini masih tinggi. (i Indonesia, jumlah pasien yang menderita penyakit peritonitis berjumlah sebesar = dari jumlah penduduk Indonesia atau sekitar 12.!!! orang. 4asil survey di *a+a 5engah "&!!3%, jumlah kasus peritonitis dilaporkan sebanyak $.32! dan 1 diantaranya menyebabkan kematian. *umlah penderita peritonitis tertinggi ada di kota Semarang, yakni 3! orang "(inkes *a5eng, &!!3% 2.1* Pat%"s%l%g Pert%nts ,Terlam#r2.1+ Man"estas 'lns Pert%nts
Adanya darah atau cairan dalam rongga peritonium akan memberikan tanda H tanda rangsangan peritonium. >angsangan peritonium menimbulkan nyeri tekan dan defans muskular, pekak hati bisa menghilang akibat udara bebas di ba+ah diafragma. Peristaltik usus menurun sampai hilang akibat kelumpuhan sementara usus. -ila telah terjadi peritonitis bakterial, suhu badan penderita akan naik dan terjadi takikardia, hipotensi dan penderita tampak letargik dan syok.#>angsangan
ini
menimbulkan
nyeri
pada
setiap
gerakan
yang
menyebabkan pergeseran peritonium dengan peritonium. Nyeri subjektif berupa nyeri +aktu penderita bergerak seperti jalan, bernafas, batuk, atau mengejan. Nyeri objektif berupa nyeri jika digerakkan seperti palpasi, nyeri tekan lepas, tes psoas, atau tes lainnya. 8ambaran klinisnya tergantung pada luas peritonitis, berat peritonitis dan jenis organisme yang bertanggung ja+ab. Peritonitis dapat lokal, menyebar, atau umum, gambaran klinis pada peritonitis bakterial sekunder yaitu adanya nyeri abdominal yang akut. Nyeri ini tibatiba, hebat, dan pada penderita perforasi 19
"misal perforasi ulkus%, nyerinya menjadi menyebar keseluruh bagian abdomen. Pada keadaan lain "misal apendisitis%, nyerinya mulamula dikarenakan penyebab utamanya, dan kemudian menyebar secara gradual dari fokus infeksi. Selain nyeri, pasien biasanya menunjukkan gejala dan tanda lain yaitu nausea, vomitus, syok "hipovolemik, septik, dan neurogenik%, demam, distensi abdominal, nyeri tekan abdomen dan rigiditas yang lokal, difus atau umum, dan secara klasik bising usus melemah atau menghilang. 8ambaran klinis untuk peritonitis non bakterial akut sama dengan peritonitis bakterial.
2.1 Pemerksaan Penunjang Pert%nts
Pada inspeksi, pemeriksa mengamati adakah jaringan parut bekas operasi menununjukkan kemungkinan adanya adhesi, perut membuncit dengan gambaran usus atau gerakan usus yang disebabkan oleh gangguan pasase. Pada peritonitis biasanya akan ditemukan perut yang membuncit dan tegang atau distended"Sch+art) et al , 1333%. 9inta pasien untuk menunjuk dengan satu jari area daerah yang paling terasa sakit di abdomen, auskultasi dimulai dari arah yang berla+anan dari yang ditunjuk pasien. Auskultasi dilakukan untuk menilai apakah terjadi penurunan suara bising usus. Pasien dengan peritonitis umum, bising usus akan melemah atau menghilang sama sekali, hal ini disebabkan karena peritoneal yang lumpuh sehingga menyebabkan usus ikut lumpuhtidak bergerak "ileus paralitik%. Sedangkan
pada peritonitis
lokal
bising usus dapat
terdengar
normal
">eksoprodjo, 133$%. Palpasi. Peritoneum parietal dipersarafi oleh nervus somatik dan viseral yang sangat sensitif. -agian anterior dari peritoneum parietale adalah yang paling sensitif. Palpasi harus selalu dilakukan di bagian lain dari abdomen yang tidak dikeluhkan nyeri. 4al ini berguna sebagai pembanding antara bagian yang tidak nyeri dengan bagian yang nyeri. Nyeri tekan dan defans muskular "rigidity% menunjukkan adanya proses inflamasi yang mengenai peritoneum parietale "nyeri somatik%. (efans yang murni adalah proses refleks otot akan dirasakan
20
pada inspirasi dan ekspirasi berupa reaksi kontraksi otot terhadap rangsangan tekanan ">eksoprodjo, 133$%. Pada saat pemeriksaan penderita peritonitis, ditemukan nyeri tekan setempat. ;tot dinding perut menunjukkan defans muskular secara refleks untuk melindungi bagian yang meradang dan menghindari gerakan atau tekanan setempat. Perkusi. Nyeri ketok menunjukkan adanya iritasi pada peritoneum, adanya udara bebas atau cairan bebas juga dapat ditentukan dengan perkusi melalui pemeriksaan pekak hati dan shifting dullness. Pada pasien dengan peritonitis, pekak hepar akan menghilang, dan perkusi abdomen hipertimpani karena adanya udara bebas tadi ">eksoprodjo, 133$%. Pemeriksaan laboratorium Pada pemeriksaan laboratorium ditemukan adanya lekositosis, hematokrit yang meningkat dan asidosis metabolik.Pada peritonitis tuberculosa cairan peritoneal mengandung banyak protein "lebih dari # gram1!! ml% dan banyak limfositJ basil tuberkel diidentifikasi dengan kultur. -iopsi peritoneum per kutan atau secara laparoskopi memperlihatkan granuloma tuberkuloma yang khas, dan merupakan dasar diagnosa sebelum hasil pembiakan didapat. Pemeriksaan :>ay Ileus merupakan penemuan yang tidak khas pada peritonitisJ usus halus dan usus
besar
berdilatasi.7dara
bebas
dapat
terlihat
pada
kasuskasus
perforasi./oto rontgen diambil dalam posisi berbaring dan berdiri.8as bebas yang terdapat dalam perut dapat terlihat pada foto rontgen dan merupakan petunjuk adanya perforasil. Pada pemeriksaan foto polos abdomen dijumpai asites, tandatanda obstruksi usus berupa airudara dan kadangkadang udara bebas "perforasi%. -iasanya lambung, usus halus dan kolon menunjukkan dilatasi sehingga menyerupai ileus paralitik. 7sususus yang melebar biasanya berdinding tebal Pada peritonitis umum gambaran radiologinya menyerupai ileus paralitik. 5erdapat distensi baik pada usus halus maupun pada usus besar. Pada foto berdiri terlihat beberapa fluid level di dalam usus halus dan usus besar. *ika terjadi suatu ruptur viskus bisa menyebabkan peritonitis, udara bebas mungkin akan terlihat pada kavitas peritoneal
21
2.1/ Penatalaksanaan Pert%nts
9enurut -runner K Suddarth "&!!&% penatalaksanaan peritonitis meliputi < •
•
•
•
•
Penggantian cairan, koloid, dan elektrolit adalah focus utama dari penatalaksanaan medis. -eberapa liter larutan isotonic diberikan. 4ipovolemia terjadi karena sejumlah besar cairan dan elektrolit bergerak dari lumen usus ke dalam rongga peritoneal dan menurunkan cairan dalam ruang vaskuler. Analgesic diberikan untuk mengatasi nyeri. Antiemetic dapat dberikan sebagai terapi untuk mual dan muntah. Intubasi usus dan pengisapan membantu dalam menghilangkan distensi abdomen dan dalam meningkatkan fungsi usus. Bairan dalam rongga abdomen dapat menyebabkan tekanan yang membatasi ekspansi paru dan menyebabkan distress pernapasan. 5erapi oksigen dengan kanula nasal atau masker akan meningkatkan oksigenasi secara adekuat, tetapi kadang kadang intubasi jalan napas dan bantuan ventilasi diperlukan 5erapi antibiotic massif biasanya dimulai di a+al pengobatan peritonitis. (osis besar dan antibiotic spectrum luas diberikan secara intravena sampai organisme penyebab infeksi diidentifikasi dan terapi antibiotic khusus yang tepat dapat dimulai 5indakan bedah mencakup mengangat materi terinfeksi dan mengatasi penyebab. 5indakan pembedahan diarahkan pada eksisi "apendiks%, reseksi dengan atau tanpa anastomosis "usus%, memperbaiki "perforasi%, dan drainase "abses%. Pada sepsis yg luas, perlu dibuat diversi fekal.
Penatalaksanaan lain <
Antibiotik
-akteri penyebab tersering dari peritonitis dapat dibedakan menjadi bakteri aerob yaitu $. oli, golongan $nterobacteriaceae dan #treptococcus, sedangkan bakteri anaerob yang tersering adalah Bacteriodes spp, lostridium, Peptostreptococci. Antibiotik
berperan
penting
dalam
terpai
peritonitis,
pemberian antibiotik secara empiris harus dapat mela+an kuman aerob atau anaerob yang menginfeksi peritoneum. "Sch+art),&!!0%
22
Pemberian antibiotik secara empiris dilakukan sebelum didapatkan hasil kultur dan dapat diubah sesuai dengan hasil kultur dan uji sensitivitas jika masih terdapat tanda infeksi. *ika penderita baik secara klinis yang ditandai dengan penurunan demam dan menurunnya hitung sel darah putih, perubahan antibiotik harus dilakukan dengan hatihati meskipun sudah didapatkan hasil dari uji sensitivitas "Bole et al . 13!% ?fek pemberian antibiotik pada peritonitis tergantung kondisikondisi seperti< "1% besar kecilnya kontaminasi bakteri, "&% penyebab dari peritonitis trauma atau nontrauma, "#% ada tidaknya kuman oportunistik seperti candida. Agar terapi menjadi lebih efektif, terpai antibiotik harus diberikan lebih dulu, selama dan setelah operasi. "Sch+art),&!!0% Pada umumnya Penicillin 8 1.!!!.!!! I7 dan streptomycin 1 gram harus segera diberikan. 6edua obat ini merupakan bakterisidal jika dipertahankan dalam dosis tinggi dalam plasma. 6ombinasi dari penicillin dan streptomycin juga memberikan cakupan dari bakteri gram negatif. Penggunaan beberapa juta unit dari peniillin dan & gram streptomycin sehari sampai didapatkan hasil kultur merupakan regimen terpai yang logis. Pada penderita yang sensitif terhadap penicillin, tetracycline dosis tinggi yang diberikan secara parenteral lebih baik daripada chloramphenicol pada stadium a+al infeksi "Bole et al . 13!% 2.2 '%m#lkas Pert%nts 9enurut Bhusreti, komplikasi dapat dibagi menjadi komplikasi dini dan
lanjut, yaitu< a. 6omplikasi (ini Septikemia dan syok septic Syok hipovolemik Sepsis intra abdomen Abses residual intraperitoneal Portal pyemia b. 6omplikasi 'anjut Adhesi ;bstruksi intestinal rekuren 2.21 Rentang H0 N%rmal 0er$asarkan usa $an jens kelamn -ayi baru lahir < 1 H && grdl -ayi umur 1 minggu < 1$ H &! grdl 23
-
-ayi umur 1 bulan Anak H anak 'elaki de+asa Perempuan de+asa 'aki H laki tua Perempuan tua Ibu hamil
< 11 H 1$ grdl < 11 H 1# grdl < 1 H 12 grdl < 1& H 10 grdl < 1&, H 1,3 grdl < 11, H 1#,2 grdl < 11 grdl
2.22 Pr%ses #en5em0uhan luka 1. /ase koagulasi Pada fase ini bila terjadi luka akan ada perdarahan di daerah luka,
kemudian terapat aktivas cascade pembekuan darah yang menyebabkan terbentuknya klot hematoma. &. /ase inflamasi Pada fase inflamasi ini terjadi penggalakan hemostasis, menyingkirkan jaringan mati, dan mencegah infeksi. /ase inflamasi terjadi dari hari ke & H . #. /ase proliferasi /ase proliferasi terjadi dari hari ke $ proangiogenik
dilepaskan
oleh
makrofag
&1. Pada fase ini factor berupa
L?8/
"Lascular
?ndohelial 8ro+th /actor% dan kemudian terjadi neovaskularisasi dan pembentukan jaringan granulasi. . /ase remodeling /ase remodeling terjadi pada hari ke & & H 1 tahun. 5erjadi kontraksi luka akibat pembentukan aktin myofibroblas dengan aktin mikrofilamen yang memberikan kekuatan kontraksi pada penyembuhan luka.
24
BAB III PENUTUP 3.1 !m#ulan Apendisitis adalah suatu peradangan yang terjadi pada apendiks, dapat
menyerang anakhingga de+asa. Insidensi di dunia semakin berkembang dan meningkat sehingga dikatakan sebagai salah satu kega+atdaruratan abdomentiga terbesar di dunia. -eberapa etiologi dengan proses penyakit ini diantaranya obstruksi lumen apendik, adanya fekalit, bakteri dan diet rendah serat dikaitkan dengan mekanisme terjadinya peradangan local di apendiks. 5anda dan gejala yang khas muncul pada penderita adalah nyeri di abdomen kanan ba+ah atau sekitar umbilicus akibat rangsangan saraf nyeri di sekitar apendik, namun nyeri ini bervariasi ditemukan tergantung letak apendiks. Selain itu gejalan lainnya adalah mual, muntah hingga anoreksia. Pemeriksaan yang dapat menunjang untuk penegakan diagnosis dinataranya 7S8, foto abdomen polos, barium enema, dan pemeriksaan darah ditandai dengan leukositosis. Penanganan yang segera perlu dilakukan untuk mencegah komplikasi salah satunya dengan apendiktomi. Peritonitis merupakan salah satu komplikasi akibat apendisitis. Apendisitis dan Peritonitis mempunyai banyak hal yang hampir sama salah satunya adalah etiologinya. Apendisitis yang perforatif dapat menyebabkan peritonitis. 3.2 !aran 9engingat belum sempurnya laporan ini, diharapkan adanya masukan untuk
perbaikan sehingga dapat menciptakan laporan yang bermutu.
DA&TAR PU!TA'A
25
Ambar+ati. &!1#. Apendiktomi dan /aparotomi. Sekolah 5inggi Ilmu 6esehatan St. ?lisabet, Semarang. Arief 9, Suprohaita, @ahyu.I.6, @ieiek S. -edah digestif. (alam< 6apita Selekta 6edokteran, ?disi #, *ilid< &. *akrta< 9edia Aesculapius /67IJ &!!!.h #!&&1. Bole et al . 13!. Bole and Mollinger 5eFtbook of Surgery 3th ?dition. AppeltonBentury Borp, 4al 23$ (oherty, 8erard. &!!0. Peritoneal avity in urrent #urgical Diagnosis 0 !reatment +1ed . 7SA< 5he 9c8ra+4ill Bompanies , Inc
8uyton, Arthur B. 1330. &isiologi -anusia dan -ekanisme Penyakit. *akarta8B *affe -9, -erger (4. &!!$. 5he AppendiF. In< #ch%art23s Principles of #urgery olume 1 . 2th edition. ?d< -runicardi /B, Andersen (6, -illiar 5>, (unn (', 4unter
*8, Pollock >?. Ne+ ork< 9c8ra+ 4ill Bompanies Inc. 9ansjoer, A., Suprohaita, @ardani, @.I., Setio+ulan, @. &!!$. O-edah (igestif, dalam 4apita #elekta 4edokteran, ?disi 6etiga, *ilid &, Betakan 6elima.*akarta<
9edia Aesculapius 'ally 6P, BoF BS, Andrassy >*. &!!. AppendiF. In< #abiston !e5book of #urgery . 1th edition. ?d<5o+nsend B9, -eauchamp >(, ?vers -9, 9attoF 6'. Philadelphia< ?lsevier Saunders. Price dan @ilson. &!!0. Patofisiologi 4onsep 4linis Proses*Proses Penyakit . ?d< 6e0. *akarta< ?8B. Prin) >A, 9adura *A. &!!1. Appendicitis and Appendiceal Abscess. In< 9astery of Surgery Lol II. th edition. ?d< -aker >*, /iscer *?. Philadelphia. 'ippincott @illiams K @ilkins. Prosedur 5etap dan Standar ;perasional Prosedur >S7( (r. Pirngadi 9edan. &!11 >asad S, 6artoleksono S, ?kayuda I. Abdomen akut. (alam< >adiologi (iagnostik. *akarta< 8aya -aruJ 1333.h.&$0. Sch+art), S.I et al, Principal of #urgery, 6th edition , &!!0, 7SA < 9c8ra+ 4ill BompanyJ 4al1$310 Sch+art), et al, &!!!, Intisari Prinsipprinsip Ilmu -edah, ?disi 6eenam, ?8B *akarta
26
Sjamsuhidajat, >., *ong, @.(. &!!$. O7sus 4alus, Apendiks, 6olon, (an Anorektum, dalam Buku Ajar )lmu Bedah, ?disi &. *akarta< ?8B Smelt)er, S.B K -are, -.8. &!!1. -uku Saku 6epera+atan 9edika l -edah < -runner K Suddarth. *akarta < ?8B. Syamsuri, Istamar. &!!. Biologi 7ilid 1A 8ntuk #-A 4elas 9) . *akarta. 8a+at abdomen. (alam< -uku ajar Ilmu -edah. *akarta Penerbit -uku 6edokteran ?8BJ 133.h.&&1#3.
27