LAPORAN PENDAHULUAN IMUNISASI IPV DI RUANG KIA PUSKESMAS PADANGSARI SEMARANG
Disusun Oleh :
NAMA
: FIRA DEWI CAHYANI
NIM
: P133720615042
RUANG
: KIA
PRODI S1 TERAPAN KEPERAWATAN SEMARANG POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG TAHUN 2017
I. KONSEP DASAR IMUNISASI A. PENGERTIAN
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang mewabah atau berbahaya bagi seseorang.Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit lain diperlukan imunisasi lainnya (Umar,2006). Imunisasi adalah usaha memberikan kekebalan kepada bayi dan anak dengan memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti bodi untuk mencegah terhadap penyakit tertentu (Hidayat,2008). Imunisasi adalah upaya yang dilakukan dengan sengaja memberikan kekebalan atau imunitas pada bayi dan anak sehingga terhindar dari penyakit (Supartini,2002). Imunisasi adalah pemberian satu atau lebih anti gen yang infeksius pada seorang individu untuk merangsang system imun dan memproduksi anti bodi yang akan mencegah infeksi (Schwartz,2004) Imunisasi adalah proses yang menginduksi imunitas secara artifisial dengan pemberian bahan antigenic dan penggunaan agen infeksi hidup yang dilemahkan atau diinaktifkan (Wahab,2000) Imunisasi adalah pemberian antigen untuk memicu imunitas seseorang sehingga memiliki kemampuan untuk bertahan terhadap infeksi (Hinchliff, 1999). Imunisasi biasanya lebih fokus diberikan kepada anak-anak karena sistem kekebalan tubuh mereka masih belum sebaik orang dewasa, sehingga rentan terhadap serangan penyakit berbahaya.Imunisasi tidak cukup hanya dilakukan satu kali, tetapi harus dilakukan secara bertahap dan lengkap terhadap berbagai penyakit yang sangat membahayakan kesehatan dan hidup anak.
B. TUJUAN IMUNISASI
Secara umum tujuan imunisasi antara lain: (Atikah, 2010) -
Tujuan diberikan imunisasi adalah diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat menurunkan angka morbiditas dan mortalitas serta dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit tertentu.
-
Melalui imunisasi, tubuh tidak mudah terserang penyakit menular
-
Imunisasi sangat efektif mencegah penyakit menular
-
Imunisasi menurunkan angka mordibitas (angka kesakitan) dan Mortalitas (angka kematian) pada balita
C. MANFAAT IMUNISASI
1. Menghindarkan bayi dari serangan penyakit. Dengan memberikan imunisasi pada anak sejak dini diharapkan kesehatan anak akan tetap terjaga hingga anak tumbuh menjadi lebih aktif dan juga dewasa. 2. Memperkecil kemungkinan terjadinya penyakit menular. Memberikan imunisasi pada anak sejak dini berarti telah menambah jumlah anak yang memiliki kekebalan tubuh yang tinggi terhadap serangan penyakit. 3. Meningkatkan kesehatan nasional. Manfaat imunisasi bagi anak dan bayi selain dapat menghindarkan dari penyakit menular juga dapat meningkatkan kesehatan anak dalam taraf nasional. Sehingga anak-anak akan merasa aman karena terbebas dari penyakit-penyakit berbahaya yang bisa menular. D. SASARAN IMUNISASI
Sasaran imunisasi untuk anak-anak adalah:
Semua anak di bawah usia 1 tahun
Anak-anak lain yang belum mendapat timunisasi lengkap
Anak usia sekolah (imunisasi booster/ ulangan)
Calon pengantin dan ibu hamil untuk imunisasi TT.
E. JENIS IMUNISASI
Imunisasi sebagai salah satu cara untuk menjadikan kebal pada bayi dan anak dari berbagai penyakit, diharapkan bayi atau anak tetap tumbuh dalam keadaan sehat. Pada dasarnya dalam tubuh sudah memiliki pertahanan secara sendiri agar berbagai kuman yang masuk dapat dicegah, pertahan tubuh tersebut meliputi pertahanan nonspesifik dan pertahanan spesifik, proses mekanisme pertahanan dalam tubuh pertama kali adalah pertahanan nonspesifik seperti complemen dan makrofag dimana complemen dan makrofag ini yang pertama kali a3kan memberikan peran ketika ada kuman yang masuk ke dalam tubuh. Setelah itu maka kuman harus melawan pertahanan tubuh yang kedua yaitu pertahanan tubuh spesifik terdiri dari system humoral dan seluler. System pertahanan tersebut hanya bereaksi terhadap kuman yang mirip dengan bentuknya. System pertahanan humoral akan menghasilkan zat yang disebut imonuglobulin (IgA, IgM, IgG, IgE, IgD) dan system pertahanan seluler terdiri dari limfosit B dan limfosit T, dalam pertahanan spesifik selanjutnya akan menghasilkan satu sel yang disebut sel memori, sel ini akan berguna atau sangat cepat dalam bereaksi apabila sudah pernah masuk ke dalam tubuh, kondisi ini yang digunakan dalam prinsip imunisasi. Berdasarkan proses tersebut diatas maka imunisasi dibagi menjadi dua yaitu imunisasi aktif dan imunisasi pasif. 1. Imunisasi aktif
Merupakan pemberian zat sebagai antigen yang diharapkan akan terjadi suatu proses infeksi buatan sehingga tubuh mengalami reaksi imonologi spesifik yang menghasilkan respons seluler dan humoral serta sel memori, sehingga apabila benar-benar terjadi infeksi maka tubuh secara cepat dapat merespons. Dalam imunisasi aktif terdapat empat macam kandungan dalam setiap vaksinnya antara lain : a. Antigen merupakan bagian dari vaksin yang berfungsi sebagai zat atau mikroba guna terjadinya semacam infeksi buatan dapat berupa poli sakarida, toksoid atau virus dilemahkan atau bakteri dimatikan. b. Pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan. c. Preservatif, stabilizer, dan antibiotika yang berguna untuk menhindari tubuhnya mikroba dan sekaligus untuk stabilisasi antigen.
d. Adjuvant yang terdiri dari garam aluminium yang berfungsi untuk meningkatkan imonogenitas antigen. 2. Imunisasi pasif
Merupakan pemberian zat (immunoglobulin) yaitu suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma manusia atau binatang yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang diduga sudah masuk di dalam tubuh yang terinfeksi. Dalam pemberian imunisasi pada anak dapat dilakukan dengan beberapa imunisasi yang dianjurkan diantaran ya: a.
Imunisasi DPT (Diphteri, Pertusis, dan Tetanus)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit diphteri. Imunisasi DPT ini merupakan vaksin yang mengandung racun kuman diphteri yang telah dihilangkan sifat racunnya akan tetapi masih dapat merangsang pembentukan zat anti (Toxoid). Frekuensi pemberian imunisasi DPT adalah 3 kali dengan maksud pemberian pertama zat anti terbentuk masih sangat sedikit (tahap pengenalan) terhadap vaksin dan mengaktifkan organ – organ tubuh membuat zat anti, kedua dan ketiga t erbentuk zat anti yang cukup. Waktu pemberian imunisasi DPT antara umur 2 – 11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberian imunisasi DPT melalui intramuscular. Efek samping pada DPT mempunyai efek ringan dan efek berat, efek ringan seperti pembengkakan dan nyeri pada tempat penyuntikan, demam sedangkan efek berat dapat menangis hebat kesakitan kurang lebih 4 jam, kesadaran menurun, terjadi kejang, enchefalopati, dan syok. b.
Imunisasi Polio
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit poliomyelitis yang dapat menyebabkan kelumpuhan pada anak. Kandungan vaksin ini adalah virus yang dilemahkan. Frekuensi pemberian imunisasi Polio adalah 4 kali. Waktu pemberian imunisasi Polio antara umur 0 – 11 bulan dengan interval 4 minggu. Cara pemberian imunisasi Polio melalui oral. c.
Imunisasi Hepatitis B
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya hepatitis yang kandungannya adalah HbsAg dalam bentuk cair. Frekuensi pemberian
imunisasi hepatitis 3 kali. Waktu pemberian imunisasi hepatitis B pada umur 0
– 11 bulan. Cara pemberian imunisasi hepatitis ini adalah intramuscular. tahun. d.
Imunisasi HiB (Haemophilus influenza tipe B)
Merupakan imunisasi yang digunakan untuk mencegah terjadinya penyakit influenza tipe B. Vaksin ini adalah bentuk polisakarida murbi (PRP: Purified Capsular Polysacharide) kuman H. Influenza tipe B antigen dalam vaksin tersebut dapat dikonjugasi dengan protein – protein lain seperti Toxoid tetanus (PRP – T), Toxoid diphteri (PRP – D atau PRP – CR 50), atau dengan kuman monongokokus. Pada pemberian imunisasi awal dengan PRP – T dilakukan dengan 3 suntikan dengan interval 2 bulan kemudian vaksin PRP – OMPC dilakukan dengan 2 suntikan dengan interval 2 bulan, kemudian boosternya dapat diberkan pada usia 18 bulan. F. CARA DAN WAKTU PEMBERIAAN IMUNISASI
Berikut ini adalah cara pemberiaan dan waktu yang tepat untuk pemberian imunisasi. Cara Pemberiaan Imunisasi Dasar. (Petunjuk Pelaksanaan Program Imunisasi di Indonesia, DepKes 2000)
Pemberian
Dosis
Selang Waktu
Vaksin Imunisasi
Pemberiaan
Umur Pemberiaan
0,05 BCG
1 kali
Cara Pemberian
Intrakutan tepat di
cc
0-11 bulan
insersio muskulus deltoideus kanan.
DPT
3 kali
Polio
4 kali
Campak
1 kali
0,5 cc 2tetes
0,5
4 minggu
2-11 bulan
4 minggu
0-11 bulan
4 minggu
9-11 bulan
Intramuskular.
Di
teteskan
mulut. Subkutan,
ke
cc
biasanya di lengan kiri atas.
Hepatitis B
TT
3 kali
3 kali
0,5 cc
4 minggu
0-11 bulan
0,5
Intrmuskular pada paha bagian luar. Intramuskulus
cc
G. PEMBERIAN IMUNISASI
Apapun imunisasi yang diberikan, ada beberapa hal penting yang harus diperhatikan perawat, yaitu sebagai berikut. 1. Orang tua anak harus ditanyakan aspek berikut. a. Status kesehatan anak saat ini, apakah dalam kondisi sehat atau sakit, b. Pengalaman/reaksi terhadap imunisasi yang pernah didapat sebelumnya, c. Penyakit yang dialami di masa lalu dan sekarang. 2. Orang tua harus mengerti tentang hal-hal yang berkaitan dengan penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I) terlebih dahulu sebelum menerima imunisasi (informed consent). Pengertian mencakup jenis imunisasi, alasan diimunisasi, manfaat imunisasi, dan efek sampingnya. 3. Catatan imunisasi yang lalu (apabila sudah pernah mendapat imunisasi sebelumnya), pentingnya menjaga kesehatan melalui tindakan imunisasi. 4. Pendidikan kesehatan untuk orang tua. Pemberian imunisasi pada anak harus didasari pada adanya pemahaman yang baik dari orang tua tentang imunisasi sebagai upaya pencegahan penyakit. Pada akhirnya diharapkan adanya kesadaran orang tua untuk memelihara kesehatan anak sebagai upaya meningkatkan pertumbuhan dan perkembangan anak. 5. Kontraindikasi pemberiaan imunisasi. Ada beberapa kondisi yang menjadi pertimbangan untuk tidak memberikan imunisasi pada anak, yaitu: a. Flu berat atau panas tinggi dengan penyebab yang serius b. Perubahan pada system imun yang tidak dapat member vaksin virus hidup c. Sedang dalam pemberian obat-obat yang menekan system imun, seperti sitostatika, transfuse darah, dan imonoglobulin
d. Riwayat alergi terhadap alergi terhadap pemberian vaksin sebelumnya seperti pertusis. IMUNISASI BCG 1. DEFINISI
Imunisasi BCG adalah vaksinasi hidup yang diberikan pada bayi untuk mencegah
terjadinya
penyakit
TBC.
BCG
berasal
dari
strain
bovinum
Micobakcterium Tuberculosis oleh Calmette dan Guerin yang mengandung sebanyak 50.000 – 1.000.000 partikel/ dosis. Vaksin ini dikembangkan pada tahun 1950 dari bakteri M. tuberculosis yang hidup, karenanya bisa berkembang biak dalam tubuh dan diharapkan bisa mengindus antibodi seumur hidup. Selain itu, pemberian 2 at au 3 kali tidak berpengaruh sehingga vaksinasi BCG hanya diperlukan sekali seumur hidup (Depkes RI, 2005: 3). 2. TUJUAN
Tujuan dari pemberian imunisasi BCG terhadap anak balita 0-1 tahun adalah untuk mencegah penyakit TBC. 3. MACAM
Vaksin BCG kering yang disertai dengan pelarutnya berupa Aquabides. 4. Cara pemberian dan dosis Imunisasi BCG
Imunisasi BCG diberikan sekali sebelum anak berumur 2 bulan. Imunisasi BCG ulangan tidak dianjurkan karena keberhasilannya diragukan. -
Untuk bayi yang berumur kurang dari satu tahun diberikan sebanyak 0,05 ml.
-
Untuk anak yang berumur lebih dari 1 tahun diberikan sebanyak 0,1 ml (Depkes RI, 2005: 18).
5. KONTRA INDIKASI
Adanya penyakit kulit yang berat / menahun seperti : eksim, furunkulosis dan sebagainya. Mereka yang sedang menderita TBC dan sebagainya. 6. EFEK SAMPING
Imunisasi BCG tidak menyebabkan reaksi yang bersifat umum seperti demam. 1-2 minggu kemudian akan timbul indurasi dan kemerahan di tempat suntikkan yang berubah menjadi pustule, kemudian pecah menjadi luka. Luka tidak perlu pengobatan, akan sembuh secara spontan dan meninggalkan tanda parut. Kadang-kadang terjadi pembesaran kelenjar regional di ketiak dan / atau leher, terasa padat, tidak sakit dan
tidak menimbulkan demam. Reaksi ini normal, tidak memerlukan pengobatan dan akan menghilang dengan sendirinya. 7. CARA PEMBERIAN
1. Sebelum disuntikkan vaksin BCG harus dilarutkan terlebih dahulu. Melarutkan dengan menggunakan alat suntik steril (ADS 5 ml). 2. Dosis pemberian 0,05 sebanyak 1 kali. 3. Disuntikkan secara intra kutan di daerah lengan kanan atas dengan menggunakan ADS 0,05 ml. 4. Vaksin yang sudah dilarutkan harus digunakan sebelum lewat 3 jam. Alat dan Bahan :
1. Spuit disposable 2,5 cc dan jarumnya. 2. Vaksin BCG dan pelarutnya. 3. Kapas alcohol dalam tempatnya. 4. Sarung tangan. Prosedur :
1. Cuci tangan. 2. Gunakan sarung tangan. 3. Jelaskan prosedur yang akan dilaksanakan. 4. Ambil vaksin BCG dengan spuit sesuai program/anjuran, yakni 0,5 ml. 5. Atur posisi bayi. ( bayi dipangkuan ibunya, tangan kanan ibu merangkul bayi, menyangga kepala, bahu dan memegang sisi luar tangan kanan bayi. Tangan kiri bayi melingkar ke badan ibu dan tangan kiri ibu memegang tangan kanan bayi dengan kuat). 6. Lakukan desinfeksi di 3 jari dari pangkal bahu bagian luar yang akan diinjeksi dengan kapas alcohol. 7. Tegangkan daerah yang akan diinjeksi. 8. Lakukan injeksi dengan memasukkan jarum ke intrakutan di daerah lengan atas. (Vaksin disuntikkan kedalam kulit tepat dibawah insersi deltoideus dengan sejajar dengan kulit, menimbulkan wheal sekitar 8 mm.). 9. Lepas sarung tangan. 10. Cuci tangan. 11. Catat reksi yang terjadi. Reaksi Pemberian Vaksin BCG
Reaksi yang timbul sesudah sekitar satu minggu mula-mula timbul suatu papula merah pada tempat suntikan dan ukurannya meningkat selama 2-3 minggu sekitar berdiameter 1 cm atau ke ulkus jinak yang sembuh dalam 6-12 minggu yang meninggal parut. Reaksi yang mungkin terjadi pada pemberian imunisasi BCG yaitu reaksi lokal 1 sampai 2 minggu setelah penyuntikan, pada tempat penyuntikan timbul kemerahan dan benjolan kecil yang teraba keras. Kemudian benjolan ini berubah menjadi pustule (gelembung berisi nanah), lalu pecah dan membentuk luka terbuka (ulkus). Luka ini akhirnya sembuh secara spontan dalam waktu 812 minggu dengan meninggalkan jaringan parut. Reaksi regional yaitu pembesaran kelenjar getah bening pada leher tanpa disertai nyeri tekan maupun demam yang akan menghilang dalam waktu 3-6 bulan (Depkes RI, 2005: 19). Komplikasi Pemberian Imunisasi BCG
Komplikasi
yang
mungkin
timbul
adalah
pembentukan
abses
(penimbunan nanah) di tempat penyuntikan kerena penyuntikan yang terlalu dalam. Abses ini akan menghilang secara spontan. Untuk mempercepat penyembuhan, bila abses telah matang, sebaiknya dilakukan aspirasi (penghisapan abses dengan menggunakan jarum) dan bukan disayat. Limfadenetis supurativa, terjadi jika penyuntikan terlalu dalam atau dosisnya terlalu tinggi. Keadaan ini akan membaik dalam waktu 2 bulan.
DAFTAR PUSTAKA
Hidayat, A.Aziz Alimul.2008.Pengantar ilmu Kesehatan anak untuk pendidikan kebidanan. Jakarta : Salemba Medika Schwartz, M.William. 2004. Clinical Handbook of Pediatrics. Jakarta : EGC Supartini, Yupi. 2004. Buku ajar konsep dasar keperawatan anak. Jakarta :EGC Umar, 2006. Imunisasi Mengapa Perlu .Jakarta : PT. Kompas Media Nusantara Wahab,samik. 2000. Ilmu kesehatan anak vol. 2. Jakarta : EGC