LAPORAN PENDAHULUAN PEMBERIAN CAIRAN INTRAVENA INTRAVENA
1.Pengertian
Pemberian cairan intravena adalah pemberian sejumlah cairan ke dalam tubuh ke dalam pembuluh vena untuk memperbaiki atau mencegah gangguan cairan dan elektrolit,darah, maupun nutrisi (Perry & Potter, 2006). Pemberian cairan intravena disesuaikandengan kondisi kehilangan cairan pada klien, seberapa besar cairan tubuh yang hilang.Pemberian cairan intravena merupakan salah satu tindakan invasif yang dilakukan oleh perawat. 2 . T u j u a n
Tujuan terapi intravena (Rhoad, J, & Bonnie, J., M, 2008): 1.Mempertahankan atau mengganti cairan tubuh yang m e n g a n d u n g a i r , elek elektr trol oliit, vita vitami min, n, prot protei ein, n, lema lemak, k, dan dan kal kalor orii yan yang g tida tidak k dap dapat at dipertahankanmelalui oral. 2. Mengoreksi dan mencegah gangguan cairan dan elektrolit. 3. Memperbaiki keseimbangan asam dan basa. 4. Memberikan tranfusi darah. 5. Menyediakan medium untuk pemberian obat intravena. 6. Membantu pemberian nutrisi secara parenteral
2.1.Definisi Pemasangan infus digunakan untuk memasukkan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang tertentu menggunakan infus set. Selain pemberian infus pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat dilakukan pada pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu. 2.2.Tujuan a.
Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
b. Infus pengobatan dan pemberian nutris
2.3. Penyakit dan keadaan yang mungkin dapat memerlukan pemberian cairan infus atau prosedur pemasangan infus a.
Perdarahan dalam jumlah banyak ( kehilangan cairan tubuh dan komponen darah )
b. Kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi c.
Diare dan demam
d. Luka bakar yang luas e.
Trauma abdomen ( perut ) berat
f.
Fraktur tulang, khususnya di pelvis ( panggul ) dan paha
g. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggul 2.4. Petugas a.
Harus mempunyai pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi dan sterilitas mutlak dalam rangka prosedur tindakan
b. Cukup kegantrampilan dan berpengalaman untuk melakukan tindakan seperti prosedur tindakan pemasan pemasangan infus c.
Sebagai petugas kita usahakan jangan sampai menyinggung perrasaan penderita, melakukan tindakan harus sopan, perlahan-lahan dan berhati-hati
d. Diharapkan penderita telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur dan tujuan tindakan 2.5. Penderita Penderita telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan yang akan dilakukan penderita atau keluarga diharuskan menandatangani informed consent. Jika ada tanda tangan atau tanda persetujuan dari pihak pasien atau keluarga pasien, akan mempermudah untuk melakukan tindakan dan mempermudah pihak puskesmas mempertahankan tindakan nya jika nanti ada suatu masalah atau tuntutan dari pihak pasien atau keluarga pasien. Jika tidak ada tanda tangan atau tanda persetujuan dari pihak pasien, maka akan sulit bagi pihak puskesmas mempertahankan tindakan yang telah dilakukan apabila nantinya dari pihak pasien terdapat keluhan terhadap pemasangan infusyang telah dilakukan. 2.6. Alat dan bahan a.
Cairan infus
b. Infus set c. jarum infuse (20-22G untuk dewasa, 24-26G untuk anak-anak) d. pengalas e.
tourniquet (untuk membendung aliran darah vena)
f.
kapas alcohol
g. plaster
h. gunting i.
kassa steril
j.
betadin
k. bengkok l.
sarung tangan sekalipakai
m. spolk (bila perlu) n. Standar infus 2.7. Prosedur kerja a. Cuci tangan b. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan :
Arti dan tujuan terapi intravena (I.V)
Lama terapi intravena
Rasa sakit sewaktu insersi (penusukan)
c. Hubungkan cairan dan perangkat infus dengan menusukkan kedalam botol infus d. Isi cairan kedalam perangkat infus dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga selang terisi dan keluar udaranya e. Letakkan pengalas f. Lakukan pembendungan dengan torniquet g. Gunakan sarung tangan h. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk i. Lakukan penusukan bersudut 25⁰ dengan kulit, dengan arah lubang jarum keatas j. Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus atau abocath lalu turunkan sudutnya menjadi 20⁰-15⁰ k. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus l. Buka tetesan m. Lakukan desinfeksi dengan Betadine™ dan tutup dengan kasa steril n. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester o. Catat respon yang terjadi p. Cuci tangan 2.8. Komplikasi yang mungkin terjadi dalam prosedur pemasangan infus a.
Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum, atau “tusukan” berulang pada pembuluh darah.
b. Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah.
c.
Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.
d. Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.
BAB III
TINJAUAN KHUSUS 3.1. PELAKSANAAN ATAU TINDAKAN A. Prosedur tindakan pemasangan infus pada tuan M yang dilakukan oleh perawatP di Puskesmas Haruai. Identitas Tn.M Nama
: Tn. M
Umur
: 57 tahun
Alamat
: Surian
Keluhan
: Nyeri saat buang air besar
Diagnosa
: Hemoroid
Tindakan
: Pemasangan infus
tgl pelaksanaan
: 11 April 2013
Prosedur kerja yang dilakukan oleh perawat P. 1)
Mencuci tangan
2)
Menjelaskan pada pasien tindaka yang akan dilakukan
3)
Hubungkan cairan dan perangkat infus dengan menusukkan kedalam botol infus
4)
Isi cairan kedalam perangkat infus dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga selang terisi dan keluar udaranya
5)
Lakukan pembendungan dengan torniquet
6)
Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
7)
Lakukan penusukan bersudut 25⁰ dengan kulit, dengan arah lubang jarum keatas
8)
Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus atau abocath lalu turunkan sudutnya menjadi 20⁰-15⁰
9)
Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus
10) Buka tetesan 11) Membalut daerah jarum menggunakan kasa steril 12) Catat respon yang terjadi 13) Cuci tangan
B. Prosedur
tindakan
perawatJ di
pemasangan
infus pada Anak I yang
dilakukan
oleh
Puskesmas Haruai:
Identitas An.I Nama
:An.I
Umur
:7 tahun
Alamat
:Nawin
Keluhan
:Sakit pada daerah abdomen
Diagnosa
:Deari
Tindakan
:Pemasangan infus
Tgl Pelaksanaan
: 28 April 2013
Prosedur kerja yang dilakukan oleh perawat J. 1)
Memberi tahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2)
Hubungkan cairan dan perangkat infus dengan menusukkan kedalam botol infus
3)
Isi cairan kedalam perangkat infus dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga selang terisi dan keluar udaranya
4)
Lakukan pembendungan dengan torniquet
5)
Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
6)
Lakukan penusukan bersudut 25⁰ dengan kulit, dengan arah lubang jarum keatas
7)
Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus atau abocath lalu turunkan sudutnya menjadi 20⁰-15⁰
8)
Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus
9)
Buka tetesan
10) Membalut daerah jarum menggunakan kasa steril 11) Catat respon yang terjadi 12) Cuci tangan
B. Prosedur pemasangan infus pada Tuan B yang dilakukan oleh perawat Sdi Puskesmas Haruai: Identitas Tn.B Nama
:Tn.B
Umur
:47 tahun
Alamat
:Haruai
Keluhan
:Nyeri pada ulu hati
Diagnosa
:Gasteritis
Tindakan
:Pemasangan infus
Tgl Pelaksanaan
:15 April 2013
Prosedur kerja yang dilakukan oleh perawat S. 1)
Mencuci tangan
2)
Hubungkan cairan dan perangkat infus dengan menusukkan kedalam botol infus
3)
Isi cairan kedalam perangkat infus dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga selang terisi dan keluar udaranya
4)
Lakukan pembendungan dengan torniquet
5)
Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
6)
Lakukan penusukan bersudut 25⁰ dengan kulit, dengan arah lubang jarum keatas
7)
Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus atau abocath lalu turunkan sudutnya menjadi 20⁰-15⁰
8)
Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus
9)
Buka tetesan
10) Membalut daerah jarum menggunakan kasa steril 11) Catat respon yang terjadi 12) Cuci tangan BAB IV
PEMBAHASAN 4.1 Uraian a.
Cuci Tangan
b. Sarung Tangan. c.
Memberikan penjelasan kepada pasien
4.2 Pembahasan Dalam prosedur tindakan pemasangan infus ada sedikit yang berbeda antara prosedur yang baik dan benar dengan apa yang saya lihat di Puskesmas Haruai seperti : Kesterilan alat dan bahan untuk prosedur tindakan pemasangan infus a.
Seharusnya sebelum dan sesudah melakukan tindakan harus mencuci tangan namun yang saya lihat dipuskesmas haruai jarang mencuci tangan sebelum/sesudah tindakan dilakukan. Padahal tindakan mencuci tangan sebelum pemasangan infus sangat penting untuk menjaga kesterilan alat dan bahan yang akan disentuh.
b. Dalam prosedur tindakan pemasangan infus yang baik dan benar seharusnya menggunakan sarung tangan dalam melakukan tindakanpemasangan infus,namun yang saya temui dipuskesmas tidak menggunakan sarung tangan . Padahal alat dan bahan yang steril sudah aman dari kuman dan bakteri namun jika tangan tidak steril ditakutkan pada saat alat dan bahan tersebut digunakan kuman dan bakteri yang
mungkin menempel ikut masuk atau berpindah ketubuh pasien dan dapat menyebabkan infeksi dan komplikasi. c.
Dalam setiap tindakan yang akan dilakukan seharusnya dijelaskan lebih dahulu kepada pasien atau keluarganya namun yang saya temui dipuskesmas masaih kurang penjelasan kepada pasien tentang prosedur yang akan dilakukan. Padahal tanda persetujuan dari pihak pasien sangat penting untuk mempertahankan tindakan yang sudah dilakukan, jika nantinya ada keluhan dari pasien.
BAB V
PENUTUP 5.1 Kesimpulan Pengertian dari pemasangan infus adalah memasukan cairan melalui intra vena dengan bantuan perangkat infus, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolitnserta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan. Tujuan dari pemasangan infus untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolitdan Infus pengobatan dan pemberian nutris. Prosedur pemasangan infus yaitu, dimulai dari mencuci tangan,menjelaskan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan, menghubungkan cairan dan perangkat infus dengan menusukkan kedalam
botol infuse, Isi cairan kedalam
perangkat
infuse,letakkan
pengalas, lakukan pembendungan dengan tourniquet, gunakan sarung tangan, desinfeksi daerah yang akan ditusuk, lakukan penusukan bersudut 25⁰ dengan kulit, dengan arah lubang jarum keatas, cek apakah sudah mengenai vena, tarik jarum infus dan hubungkan
dengan selang infuse, buka tetesan, beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester, catat respon yang terjadi, cuci tangan. Dari apa yang saya perhatikan dan dapatkan selama prakerin di upt Puskesmas Haruai tindakan pemberian injeksi intrakutan yg dilakukan sudah benar namun sedikit terdapat perbedaan dengan prosedur yang benar dan tepat yang disebabkan karena kurangnya memperhatikan prosedur tersebut. 5.2 Saran a.
Bagi puskesmas. Pihak puskesmas lebih memperhatikan kekurangan dalam melakukan prosedur tindakan pemasangan infus dan kesterilannya dan lebih memperhatikan/mengutamakan pasien dan kenyamanan pasien maupun keluarga pasien.
b. Bagi sekolah Pihak sekolah maupun pihak pembimbing keperawatan diharapkan memperoleh gambaran tentang pembelajaran prosedur tindakan pemasangan infus. c.
Bagi siswa/siswi Pihak siswa agar lebih serius dan semangat dalam pe mbelajaran disekolah maupun diluar sekolah,dan terlebih siswa mendapatkan pengalaman nyata dalam kehidupannya
DAFTAR PUSTAKA Arifianto.2006.Pemberian Cairan Infus Intravena (Intravenous Fluids)http://www.sehatgroup.web.id/?p=20.admin. Kamis, 18 Juni 2013
BAB I
PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Berdasarkan Undang Undang RI No. 44 tahun 2009 tentang Rumah Sakit, Presiden menimbang bahwa Rumah Sakit adalah institusi pelayanan kesehatan bagi masyarakat dengan karateristik tersendiri yang dipengaruhi oleh perkembangan ilmu pengetahuan kesehatan, kemajuan teknologi dan kehidupan sosial ekonomi masyarakat
yang harus tetap mampu meningkatkan pelayanan yang lebih bermutu dan terjangkau oleh masyarakat agar terwujud derajat kesehatan yang setinggi-tingginya. Sebelum memberikan obat perawat harus terlebih dulu mengetahui diagnosa medis pasien ,indikasi pemberian obat dan efek samping obat ,dengan prinsip 10 benar yaitu benar pasien,benar obat,benar dosis,benar waktu pemberiannya,benar cara pemberian,benar pamberian keterangan tentang obat pasien,benar tentang riwayat alergi pemakaian obat oleh pasien,benar tentang riwayat alergi obat pada pasien ,benar tantang reaksi pemberian beberapa obat yang berlainan bila diberikan bersama-sama,dan benar dokumentasi pemakaian obat. Pengertian dari pemasangan infus adalah memasukan cairan melalui intra vena dengan bantuan perangkat infus, dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolitnserta sebagai tindakan pengobatan dan pemberian makan. Prosedur pemasangan infus yaitu, dimulai dari mencuci tangan,menjelaskan kepada pasien tindakan yang akan dilakukan, menghubungkan cairan dan perangkat infus dengan menusukkan kedalam
botol infuse, Isi cairan kedalam
perangkat
infuse,letakkan
pengalas, lakukan pembendungan dengan tourniquet, gunakan sarung tangan, desinfeksi daerah yang akan ditusuk, lakukan penusukan bersudut 25⁰ dengan kulit, dengan arah lubang jarum keatas, cek apakah sudah mengenai vena, tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infuse, buka tetesan, beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester, catat respon yang terjadi, cuci tangan. Tujuan
dari pemasangan
infus
untuk memenuhi
kebutuhan
cairan
dan
elektrolit dan Infus pengobatan dan pemberian nu tris. Di puskesmas Banyak sekali kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam tindakan kesehatan salah sataunya yaitu prosedur pemasangan infus yang sering saya jumpai di Puskesmas rawat inap. Oleh karena itu saya sebagai penulis berpikir dan berkeinginan untuk mengangkat masalah prosedur pemasangan infus ini, agar dapat menambah pengetahuan dan wawasan tentang seperti apakah prosedur pemasangan infus yang baik dan benar dan tetap menjaga kesterilannya.
1.2.TUJUAN 1.2.1 Tujuan Umum Untuk
menambah pengetahuan dan wawasan
lebih
dalam tentang
pemasangan infus yang baik dan benar serta sesuai prosedur yang telah ditetapkan agar memperkecil terjadinya resiko komplikasi yang mungkin terjadi akibat kesalahan cara pemasangan infus. 1.2.2 Tujuan Khusus
Agar lebih memperhatikan dan teliti serta sesuai prosedur dalam tindakan yang dilakukan salah satunya yaitu dalam pemasangan infus khususnya bagi pihak kesehatan maupun siswa dan siswi agar tidak terjadi kesalahan yang mengakibatkan penyakit pasien bertambah parah. 1.2 MANFAAT 1.3.1. Bagi puskesmas. Dengan adanya laporan ini hendaknya diharapkan pihak puskesmas lebih memperhatikan kekurangan dalam prosedur tindakan pemasangan infus dan lebih mengutamakan kesehatan pasien dengan mengurangi resiko komplikasi. 1.3.2. Bagi sekolah Khususnya
bagi
pembimbing program
keperawatan, agar
bisameningkatkan
pembelajaran tentang prosedur tindakan yang sering ditemui dipuskesmas seperti prosedur tindakan pemasangan infus dan juga dapat memperbanyak praktek secara langsung serta mengenalkan alat dan bahan yang digunakan agar siswa dan siswi tidak canggung lagi melakukan tindakan dipuskesmas. Agar lulusannya memiliki pengalaman dan wawasan yang lebih komperhensif, holistik dan adaptif terhadap situasi dan kondisi yang berbeda dari tempat asalnya, agar dapat memudahkan untuk melanjutkan keperguruan tinggi. Supaya mendapat kepercayaan dari pihak puskesmas dan masyarakat, sebagai lembaga pendidikan kesehatan yang peduli terhadap peningkatan mutu kesehatan Masyarakat.
1.3.1 Bagi Siswa Dan Siswi a.
Menambah pengetahuan dan pengalaman langsung dalam pelayanan puskesmas.
b. Agar mengetahui pengertian dan prosedur tindakan pemasangan infus yang benar dan dapat membantu masyarakat dalam mengatasi permasalahan kesehatan. c. Dapat mempraktekkan apa yang telah dipelajari di sekolahan khususnyatentang prosedur tindakan pemasangan infus yang baik dan benar.
BAB II
TINJAUAN TEORITIS PUSTAKA
2.1.Definisi Pemasangan infus digunakan untuk memasukkan cairan atau obat langsung kedalam pembuluh darah vena dalam jumlah banyak dan dalam waktu yang tertentu menggunakan infus set. Selain pemberian infus pada pasien yang mengalami pengeluaran cairan, juga dapat dilakukan pada pasien yang membutuhkan pengobatan tertentu. 2.2.Tujuan a.
Memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit
b. Infus pengobatan dan pemberian nutris 2.3. Penyakit dan keadaan yang mungkin dapat memerlukan pemberian cairan infus atau prosedur pemasangan infus a.
Perdarahan dalam jumlah banyak ( kehilangan cairan tubuh dan komponen darah )
b. Kehilangan cairan tubuh pada dehidrasi c.
Diare dan demam
d. Luka bakar yang luas e.
Trauma abdomen ( perut ) berat
f.
Fraktur tulang, khususnya di pelvis ( panggul ) dan paha
g. Semua trauma kepala, dada, dan tulang punggul 2.4. Petugas a.
Harus mempunyai pengetahuan dasar tentang anatomi dan fisiologi dan sterilitas mutlak dalam rangka prosedur tindakan
b. Cukup kegantrampilan dan berpengalaman untuk melakukan tindakan seperti prosedur tindakan pemasan pemasangan infus c.
Sebagai petugas kita usahakan jangan sampai menyinggung perrasaan penderita, melakukan tindakan harus sopan, perlahan-lahan dan berhati-hati
d. Diharapkan penderita telah menerima penjelasan yang cukup tentang prosedur dan tujuan tindakan 2.5. Penderita Penderita telah mengetahui dengan jelas segala sesuatu tentang tindakan yang akan dilakukan penderita atau keluarga diharuskan menandatangani informed consent. Jika ada tanda tangan atau tanda persetujuan dari pihak pasien atau keluarga pasien, akan mempermudah untuk melakukan tindakan dan mempermudah pihak puskesmas mempertahankan tindakan nya jika nanti ada suatu masalah atau tuntutan dari pihak pasien atau keluarga pasien.
Jika tidak ada tanda tangan atau tanda persetujuan dari pihak pasien, maka akan sulit bagi pihak puskesmas mempertahankan tindakan yang telah dilakukan apabila nantinya dari pihak pasien terdapat keluhan terhadap pemasangan infusyang telah dilakukan. 2.6. Alat dan bahan a.
Cairan infus
b. Infus set c. jarum infuse (20-22G untuk dewasa, 24-26G untuk anak-anak) d. pengalas e.
tourniquet (untuk membendung aliran darah vena)
f.
kapas alcohol
g. plaster h. gunting i.
kassa steril
j.
betadin
k. bengkok l.
sarung tangan sekalipakai
m. spolk (bila perlu) n. Standar infus 2.7. Prosedur kerja a. Cuci tangan b. Jelaskan pada pasien mengenai prosedur yang akan dilakukan :
Arti dan tujuan terapi intravena (I.V)
Lama terapi intravena
Rasa sakit sewaktu insersi (penusukan)
c. Hubungkan cairan dan perangkat infus dengan menusukkan kedalam botol infus d. Isi cairan kedalam perangkat infus dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga selang terisi dan keluar udaranya e. Letakkan pengalas f. Lakukan pembendungan dengan torniquet g. Gunakan sarung tangan h. Desinfeksi daerah yang akan ditusuk i. Lakukan penusukan bersudut 25⁰ dengan kulit, dengan arah lubang jarum keatas j. Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus atau abocath lalu turunkan sudutnya menjadi 20⁰-15⁰ k. Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus
l. Buka tetesan m. Lakukan desinfeksi dengan Betadine™ dan tutup dengan kasa steril n. Beri tanggal dan jam pelaksanaan infus pada plester o. Catat respon yang terjadi p. Cuci tangan 2.8. Komplikasi yang mungkin terjadi dalam prosedur pemasangan infus a.
Hematoma, yakni darah mengumpul dalam jaringan tubuh akibat pecahnya pembuluh darah arteri vena, atau kapiler, terjadi akibat penekanan yang kurang tepat saat memasukkan jarum, atau “tusukan” berulang pada pembuluh darah.
b. Infiltrasi, yakni masuknya cairan infus ke dalam jaringan sekitar (bukan pembuluh darah), terjadi akibat ujung jarum infus melewati pembuluh darah. c.
Tromboflebitis, atau bengkak (inflamasi) pada pembuluh vena, terjadi akibat infus yang dipasang tidak dipantau secara ketat dan benar.
d. Emboli udara, yakni masuknya udara ke dalam sirkulasi darah, terjadi akibat masuknya udara yang ada dalam cairan infus ke dalam pembuluh darah.
BAB III
TINJAUAN KHUSUS 3.1. PELAKSANAAN ATAU TINDAKAN A. Prosedur tindakan pemasangan infus pada tuan M yang dilakukan oleh perawatP di Puskesmas Haruai. Identitas Tn.M Nama
: Tn. M
Umur
: 57 tahun
Alamat
: Surian
Keluhan
: Nyeri saat buang air besar
Diagnosa
: Hemoroid
Tindakan
: Pemasangan infus
tgl pelaksanaan
: 11 April 2013
Prosedur kerja yang dilakukan oleh perawat P. 1)
Mencuci tangan
2)
Menjelaskan pada pasien tindaka yang akan dilakukan
3)
Hubungkan cairan dan perangkat infus dengan menusukkan kedalam botol infus
4)
Isi cairan kedalam perangkat infus dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga selang terisi dan keluar udaranya
5)
Lakukan pembendungan dengan torniquet
6)
Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
7)
Lakukan penusukan bersudut 25⁰ dengan kulit, dengan arah lubang jarum keatas
8)
Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus atau abocath lalu turunkan sudutnya menjadi 20⁰-15⁰
9)
Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus
10) Buka tetesan 11) Membalut daerah jarum menggunakan kasa steril 12) Catat respon yang terjadi 13) Cuci tangan B. Prosedur
tindakan
perawatJ di
pemasangan
infus pada Anak I yang
dilakukan
oleh
Puskesmas Haruai:
Identitas An.I Nama
:An.I
Umur
:7 tahun
Alamat
:Nawin
Keluhan
:Sakit pada daerah abdomen
Diagnosa
:Deari
Tindakan
:Pemasangan infus
Tgl Pelaksanaan
: 28 April 2013
Prosedur kerja yang dilakukan oleh perawat J. 1)
Memberi tahu pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2)
Hubungkan cairan dan perangkat infus dengan menusukkan kedalam botol infus
3)
Isi cairan kedalam perangkat infus dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga selang terisi dan keluar udaranya
4)
Lakukan pembendungan dengan torniquet
5)
Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
6)
Lakukan penusukan bersudut 25⁰ dengan kulit, dengan arah lubang jarum keatas
7)
Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus atau abocath lalu turunkan sudutnya menjadi 20⁰-15⁰
8)
Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus
9)
Buka tetesan
10) Membalut daerah jarum menggunakan kasa steril 11) Catat respon yang terjadi 12) Cuci tangan
B. Prosedur pemasangan infus pada Tuan B yang dilakukan oleh perawat Sdi Puskesmas Haruai: Identitas Tn.B Nama
:Tn.B
Umur
:47 tahun
Alamat
:Haruai
Keluhan
:Nyeri pada ulu hati
Diagnosa
:Gasteritis
Tindakan
:Pemasangan infus
Tgl Pelaksanaan
:15 April 2013
Prosedur kerja yang dilakukan oleh perawat S. 1)
Mencuci tangan
2)
Hubungkan cairan dan perangkat infus dengan menusukkan kedalam botol infus
3)
Isi cairan kedalam perangkat infus dengan menekan bagian ruang tetesan hingga ruangan tetesan terisi sebagian, kemudian buka penutup hingga selang terisi dan keluar udaranya
4)
Lakukan pembendungan dengan torniquet
5)
Desinfeksi daerah yang akan ditusuk
6)
Lakukan penusukan bersudut 25⁰ dengan kulit, dengan arah lubang jarum keatas
7)
Cek apakah sudah mengenai vena dengan ciri darah keluar melalui jarum infus atau abocath lalu turunkan sudutnya menjadi 20⁰-15⁰
8)
Tarik jarum infus dan hubungkan dengan selang infus
9)
Buka tetesan
10) Membalut daerah jarum menggunakan kasa steril 11) Catat respon yang terjadi 12) Cuci tangan
BAB IV
PEMBAHASAN 4.1 Uraian a.
Cuci Tangan
b. Sarung Tangan. c.
Memberikan penjelasan kepada pasien
4.2 Pembahasan Dalam prosedur tindakan pemasangan infus ada sedikit yang berbeda antara prosedur yang baik dan benar dengan apa yang saya lihat di Puskesmas Haruai seperti : Kesterilan alat dan bahan untuk prosedur tindakan pemasangan infus a.
Seharusnya sebelum dan sesudah melakukan tindakan harus mencuci tangan namun yang saya lihat dipuskesmas haruai jarang mencuci tangan sebelum/sesudah tindakan dilakukan. Padahal tindakan mencuci tangan sebelum pemasangan infus sangat penting untuk menjaga kesterilan alat dan bahan yang akan disentuh.
b. Dalam prosedur tindakan pemasangan infus yang baik dan benar seharusnya menggunakan sarung tangan dalam melakukan tindakanpemasangan infus,namun yang saya temui dipuskesmas tidak menggunakan sarung tangan . Padahal alat dan bahan yang steril sudah aman dari kuman dan bakteri namun jika tangan tidak steril ditakutkan pada saat alat dan bahan tersebut digunakan kuman dan bakteri yang mungkin menempel ikut masuk atau berpindah ketubuh pasien dan dapat menyebabkan infeksi dan komplikasi. c.
Dalam setiap tindakan yang akan dilakukan seharusnya dijelaskan lebih dahulu kepada pasien atau keluarganya namun yang saya temui dipuskesmas masaih kurang penjelasan kepada pasien tentang prosedur yang akan dilakukan. Padahal tanda persetujuan dari pihak pasien sangat penting untuk mempertahankan tindakan yang sudah dilakukan, jika nantinya ada keluhan dari pasien.