BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Penyakit Tidak Menular (PTM) telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang cukup
besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit secara epidemiologi dari penyakit menular yang cenderung menurun ke penyakit tidak menular yang secara global meningkat di dunia dan secara nasional telah menduduki sepuluh besar penyakit penyebab kematian dan kasus terbanyak, diantaraanya penyakit diabetes melitus (DM). Menurut Menurut merican Diabetes ssociation ssociation (D) !"#", Diabetes Diabetes Melitus Melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit penyakit metabolik metabolik dengan karakterist karakteristik ik hiperglikem hiperglikemia ia yang terjadi terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua$duanya. %aat ini penelitian epidemiologi menunjukkan adanya kecenderungan peningkatan angka insidensi dan pre&alensi DM tipe$! di berbagai penjuru dunia. 'adan esehatan Dunia (H*) memprediksi adanya peningkatan jumlah penyandang DM yang yang menjadi menjadi salah satu satu ancama ancaman n keseha kesehatan tan global global.. +stima +stimasi si ID International (International Diabetes Federation), Federation), terdapat -! juta orang yang hidup dengan diabetes di dunia pada tahun !"#-. Pada tahun !"-/ jumlah tersebut diperkirakan akan meningkat menjadi /0! juta orang. Diperkirakan dari dari -! juta juta orang orang terseb tersebut, ut, #1/ juta juta dianta diantaran ranya ya belum belum terdia terdiagnos gnosis, is, sehing sehingga ga teranc terancam am berkembang progresi2 menjadi komplikasi tanpa disadari dan tanpa pencegahan. H* memprediksi kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari ,3 juta pada tahun !""" menjadi sekitar !#,- juta pada tahun !"-". 4aporan ini menunjukkan adanya peningkatan jumlah penyandang DM sebanyak !$- kali lipat pada tahun !"-/. %edangkan International %edangkan International Diabetes Federation (ID) memprediksi adanya kenaikan jumlah penyandang DM di Indonesia dari 0,# juta pada tahun !"#3 menjadi #3,# juta pada tahun !"-/. 'erdas 'erdasark arkan an data 'adan 'adan Pusat Pusat %tatis %tatisti tik k Indones Indonesia ia tahun tahun !""-, !""-, diperk diperkira irakan kan pendudu penduduk k Indonesia yang berusia diatas !" tahun sebanyak #-- juta ji5a. Dengan mengacu pada pola pertambahan penduduk, maka diperkirakan pada tahun !"-" nanti akan ada #03 juta penduduk yang berusia diatas !" tahun. 4aporan hasil 6iset esehatan Dasar (6iskesdas) tahun !""1 dan !"#- oleh Departemen esehatan, menunjukkan bah5a rata$rata pre&alensi DM di daerah urban untuk usia di atas #/ tahun (estimasi (estimasi sejumlah #17.70.--7) sebesar /,18, dan meningkat meningkat menjadi 7,8 pada tahun !"#-. Menurut data 6ikerdas tahun !"#- terdapat ",78 penduduk usia #/ tahun keatas atai sekitar sekitar # juta orang yang sebenarnya sebenarnya merasakan gejala diabetes melitus melitus dalam sebulan terakhir terakhir
1
namun belum dipastikan9diperiksa apakah menderita diabetes atau tidak. Proporsi terbesar di :usa Tenggara Timur (-,-8) dan %ula5esi Tengah (-,18), sedangkan jumlah terbesar di pro&insi ;a5a 'arat (-!.#7!.-! 9!8). Proporsi di alimantan Timur sebanyak !,18 (!.1/-.30#). Pre&alensi di %amarinda menurut 6ikerdas alimantan Timur tahun !""1 adalah sebesar #,38. Diabetes Mellitus Tipe ! bisa dicegah, ditunda kedatangannya atau dihilangkan dengan mengend mengendali alikan kan 2aktor 2aktor resiko resiko.. aktor aktor resiko resiko penyaki penyakitt tidak tidak menula menularr, termas termasuk uk DM Tipe Tipe !, dibedakan menjadi dua.
Tujuan eg!atan Tujuan pembentukan kelas PTM DM adalah = #. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang diabetes melitus bagi peserta kelas. !. Meningkatkan peran akti2 peserta kelas untuk ikut serta dalam pengendalian dan pencegahan
DM. -. Mem2asilitasi peserta kelas untuk mendapatkan pengobatan # bulan. 3. Mem2asilitasi peserta kelas untuk mendapatkan pemeriksaan gula d arah setiap bulan. 1." Man#aat eg!atan #. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman peserta kelas tentang diabetes melitus. !. Peserta kelas akan mendapatkan pengobatan untuk jangka 5aktu satu bulan -. Pesert Pesertaa kelas kelas akan akan lebih lebih dimudah dimudahkan kan untuk untuk melaku melakukan kan pemeri pemeriksa ksaan an gula gula darah darah
setiap setiap
bulannya.
BAB II TIN$AUAN PU%TAA 2.1 D!a&etes Mel!tus 2.1.1 De#!n!s! Diabet Diabetes es Melitu Melituss merupak merupakan an suatu suatu kelomp kelompok ok penyaki penyakitt metabo metabolik lik dengan dengan karakt karakteri eristi stik k
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua $duanya. 2.1.2 Et!'l'g! (an las!#!kas! +tiologi dan klasi2ikasi DM
2
namun belum dipastikan9diperiksa apakah menderita diabetes atau tidak. Proporsi terbesar di :usa Tenggara Timur (-,-8) dan %ula5esi Tengah (-,18), sedangkan jumlah terbesar di pro&insi ;a5a 'arat (-!.#7!.-! 9!8). Proporsi di alimantan Timur sebanyak !,18 (!.1/-.30#). Pre&alensi di %amarinda menurut 6ikerdas alimantan Timur tahun !""1 adalah sebesar #,38. Diabetes Mellitus Tipe ! bisa dicegah, ditunda kedatangannya atau dihilangkan dengan mengend mengendali alikan kan 2aktor 2aktor resiko resiko.. aktor aktor resiko resiko penyaki penyakitt tidak tidak menula menularr, termas termasuk uk DM Tipe Tipe !, dibedakan menjadi dua.
Tujuan eg!atan Tujuan pembentukan kelas PTM DM adalah = #. Meningkatkan pengetahuan dan pemahaman tentang diabetes melitus bagi peserta kelas. !. Meningkatkan peran akti2 peserta kelas untuk ikut serta dalam pengendalian dan pencegahan
DM. -. Mem2asilitasi peserta kelas untuk mendapatkan pengobatan # bulan. 3. Mem2asilitasi peserta kelas untuk mendapatkan pemeriksaan gula d arah setiap bulan. 1." Man#aat eg!atan #. Peningkatan pengetahuan dan pemahaman peserta kelas tentang diabetes melitus. !. Peserta kelas akan mendapatkan pengobatan untuk jangka 5aktu satu bulan -. Pesert Pesertaa kelas kelas akan akan lebih lebih dimudah dimudahkan kan untuk untuk melaku melakukan kan pemeri pemeriksa ksaan an gula gula darah darah
setiap setiap
bulannya.
BAB II TIN$AUAN PU%TAA 2.1 D!a&etes Mel!tus 2.1.1 De#!n!s! Diabet Diabetes es Melitu Melituss merupak merupakan an suatu suatu kelomp kelompok ok penyaki penyakitt metabo metabolik lik dengan dengan karakt karakteri eristi stik k
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua $duanya. 2.1.2 Et!'l'g! (an las!#!kas! +tiologi dan klasi2ikasi DM
2
las!#!kas!
Et!'l'g!
Tipe Tipe #
Destru Destruksi ksi sel beta, beta, umumny umumnyaa menjur menjurus us ke de2isi de2isiens ensii
Tipe !
insulin absolut > utoimun > Idiopatik 'er&ariasi, mu mulai ya yang do dominan re resistensi in insulin di disertai de2is de2isie iens nsii insu insuli lin n rela relati ti22 samp sampai ai yang yang domi domina nan n de2ek de2ek sekresi insulin disertai resistensi insulin > De2ek genetik 2ungsi sel beta > De2ek genetik kerja insulin > Penyakit eksokrin pankreas > +ndokrinopati > arena obat atau ?at kimia > In2eksi > %ebab imunologi yang jarang > %indrom genetik lain yang berkaitan dengan DM
Tipe lain
Diab Diabet etes es
mell mellit itus us
gestasional
2.1.3 Pat'genes!s 6esistensi insulin pada otot dan li&er serta kegagalan sel beta pankreas telah dikenal sebagai
pato2isiologi kerusakan sentral dari DM tipe$!. 'elakangan diketahui bah5a kegagalan sel beta terjadi terjadi lebih dini dan lebih berat daripada yang diperkirakan diperkirakan sebelumnya. sebelumnya. %elain otot, li&er dan sel beta, organ lain seperti jaringan lemak (meningkatnya lipolisis), gastrointestinal (de2isiensi incretin), sel alpha pancreas (hiperglukagonemia), ginjal (peningkatan absorpsi glukosa), dan otak (resistensi insulin), kesemuanya ikut berperan dalam menimbulkan terjadinya gangguan toleransi glukosa pada DM tipe$!. Delapan organ penting dalam gangguan toleransi glukosa ini (ominous octet) penting dipahami karena dasar pato2isiologi ini memberikan konsep tentang= #. Pengobatan harus ditujukan guna memperbaiki gangguan patogenesis, bukan hanya untuk menurunkan Hb#c saja !. Pengoba Pengobatan tan kombin kombinasi asi yang yang diperl diperluka ukan n harus harus didasa didasari ri atas atas kinerj kinerjaa obat pada pada ganggua gangguan n multipel dari pato2isiologi DM tipe !. -. Pengobatan harus dimulai sedini mungkin untuk mencegah atau memperlambat progresi&itas kegagalan sel beta yang sudah terjadi pada penyandang gangguan toleransi glukosa. Deron?o pada tahun !""0 menyampaikan, bah5a tidak hanya otot, li&er dan sel beta pankreas saja yang berperan sentral dalam patogenesis patog enesis penderita DM tipe$! tetapi terdapat organ 3
lain yang berperan yang disebutnya sebagai the ominous octet.
The ominous octet, delapan organ yang berperan dalam patogenesis hiperglikemia pada DM tipe ! (Ralph A. DeFronzo. From the Triumvirate to the Ominous Octet: A New aradi!m "or the Treatment o" T#pe $ Diabetes %ellitus. %ellitus. Diabetes. Diabetes. $&&')*: ++,-+')
%ecara garis besar patogenesis DM tipe$! disebabkan oleh delapan hal (omnious octet) berikut = #. egagalan sel beta pancreas Pada saat diagnosis DM tipe$! ditegakkan, 2ungsi sel beta sudah sangat berkurang. *bat anti diabetik yang bekerja melalui jalur ini adalah sul2onilurea, meglitinid, @4P$# agonis dan DPP$3 inhibitor. !. 4i&er Pada penderita DM tipe$! terjadi resistensi insulin yang berat dan memicu gluconeogenesis sehingga produksi glukosa dalam keadaan basal oleh li&er (H@PAhepatic glucose production) mening meningkat kat.. *bat yang yang bekerja bekerja melalu melaluii jalur jalur ini adalah adalah met2or met2ormin min,, yang menekan menekan proses proses gluconeogenesis. -. *tot Pada Pada pend pender erit itaa DM tipe tipe$! $! dida didapa patk tkan an gang ganggu guan an kine kinerj rjaa insu insuli lin n yang yang mult multip iple le di intramioselular, akibat gangguan 2os2orilasi tirosin sehingga timbul gangguan transport glukosa 4
dalam sel otot, penurunan sintesis glikogen, dan penurunan oksidasi glukosa. *bat yang bekerja di jalur ini adalah met2ormin, dan tia?olidindion. 3. %el lemak %el lemak yang resisten terhadap e2ek antilipolisis dari insulin, menyebabkan peningkatan proses lipolysis dan kadar asam lemak bebas (Aree (Aree atty cid) dalam plasma. Penigkatan akan merangsang proses glukoneogenesis, dan mencetuskan resistensi insulin di li&er dan otot. juga akan mengganggu sekresi insulin. @angguan yang disebabkan oleh ini disebut sebagai lipotoBocity. lipotoBocity. *bat yang bekerja beke rja dijalur ini adalah tia?olidindion. /. Csus @lukosa yang ditelan memicu respon insulin jauh lebih besar dibanding kalau diberikan secara secara intra&ena. intra&ena. +2ek yang dikenal sebagai e2ek incretin incretin ini diperankan diperankan oleh ! hormon @4P$# (glucagon$l (glucagon$like ike polypeptide$ polypeptide$#) #) dan @IP (glucose$de (glucose$dependent pendent insulinotr insulinotrophic ophic polypeptide polypeptide atau disebut juga gastric inhibitory polypeptide). Pada penderita DM tipe$! didapatkan de2isiensi @4P$ @4P$# # dan resi resist sten en terh terhad adap ap @IP @IP. Disa Disamp mpin ing g hal ters terseb ebut ut incr incret etin in seger segeraa dipe dipecah cah oleh oleh keberadaan keberadaan ensim DPP$3, sehingga sehingga hanya bekerja dalam beberapa menit. *bat yang bekerja bekerja mengh mengham ambat bat kiner kinerja ja DPP$ DPP$3 3 adala adalah h kelom kelompok pok DPP$ DPP$3 3 inhi inhibi bito torr. %alu %alura ran n penc pencer erna naan an juga juga mempunyai peran dalam penyerapan karbohidrat melalui kinerja ensim al2a$glukosidase yang memecah polisakarida menjadi monosakarida yang kemudian diserap oleh usus dan berakibat meningkatkan glukosa darah setelah makan. *bat yang bekerja untuk menghambat kinerja en?im al2a$glukosidase adalah akarbosa. 7. %el lpha Pancreas %el$ %el$ pancrea pancreass merupak merupakan an organ organ ke$7 ke$7 yang yang berper berperan an dalam dalam hiper hipergli glikemi kemiaa dan sudah sudah diketa diketahui hui sejak sejak #01". #01". %el$ %el$ ber2un ber2ungsi gsi dalam dalam sintes sintesis is glukago glukagon n yang yang dalam dalam keadaan keadaan puasa puasa kadarnya kadarnya di dalam plasma plasma akan meningkat. Peningkatan Peningkatan ini menyebabkan H@P dalam keadaan basal meningkat secara signi2ikan dibanding indi&idu yang normal. *bat yang menghambat sekresi glukagon atau menghambat reseptor glukagon meliputi @4P$# agonis, DPP$ 3 inhibitor dan amylin. 1. @injal @injal merupakan organ yang diketahui berperan dalam pathogenesis DM tipe$!. @injal mem2iltrasi sekitar #7- gram glukosa sehari. %embilan puluh persen dari glukosa ter2iltrasi ini akan diserap kembali melalui peran %@4T$! (%odium @lucose co$ Transporter) pada bagian con&ulated tubulus proksimal. %edang #"8 sisanya akan di absorbsi melalui peran %@4T$# pada 5
tubulus desenden dan asenden, sehingga akhirnya tidak ada glukosa dalam urine. Pada penderita DM terjadi peningkatan ekspresi gen %@4T$!. *bat yang menghambat kinerja %@4T$! ini akan menghambat penyerapan kembali glukosa di tubulus ginjal sehingga glukosa akan dikeluarkan le5at urine. *bat yang bekerja di jalur ini adalah %@4T$! inhibitor. Dapagli2o?in adalah salah satu contoh obatnya. . *tak Insulin merupakan penekan na2su makan yang kuat. Pada indi&idu yang obes baik yang DM maupun non$DM, didapatkan hiperinsulinemia yang merupakan mekanisme kompensasi dari resistensi insulin. Pada golongan ini asupan makanan justru meningkat akibat adanya resistensi insulin yang juga terjadi di otak. *bat yang bekerja di jalur Ini adalah@4P$# agonis, amylin dan bromokriptin. 2.1." )akt'r R!s!k' aktor risiko diabetes sama dengan 2aktor risiko untuk intoleransi glukosa yaitu = . aktor 6isiko yang Tidak 'isa Dimodi2ikasi > ;enis kelamin = anita E laki$laki.anita lebih berisiko mengidap diabetes karena secara 2isik 5anita
memiliki peluang peningkatan indeks masa tubuh yang lebih besar. %indroma siklus bulanan (premenstrual syndrome), pasca$menopouse yang membuat distribusi lemak tubuh menjadi mudah terakumulasi akibat proses hormonal tersebut sehingga 5anita berisiko menderita diabetes mellitus tipe! > Cmur = elompok umur F 3/ tahun merupakan kelompok yang kurang berisiko menderita DM Tipe !. 6isiko pada kelompok ini 1! persen lebih rendah dibanding kelompok umur G3/ tahun. Penelitian Is5anto (!""3) juga menemukan bah5a ada hubungan yang signi2ikan antara umur dengan kejadian diabetes mellitus. %elain itu, studi yang dilakukan %unjaya (!""0) juga menemukan bah5a kelompok umur yang paling banyak menderita diabetes mellitus adalah kelompok umur 3/$/! (31,/8). Peningkatan diabetes risiko diabetes seiring dengan umur, khususnya pada usia lebih dari 3" tahun, disebabkan karena pada usia tersebut mulai terjadi peningkatan intolenransi glukosa. danya proses penuaan menyebabkan berkurangnya kemampuan sel pancreas dalam memproduksi insulin (%unjaya, !""0). %elain itu pada indi&idu yang berusia lebih tua terdapat penurunan akti&itas mitokondria di sel$sel otot sebesar -/8. Hal ini berhubungan dengan peningkatan kadar lemak di otot sebesar -"8 dan memicu terjadinya resistensi insulin. 6
> 6as dan etnik 4ebih sering pada orang kulit putih. > 6i5ayat keluarga dengan DM 6isiko menderita DM bila salah satu orang tuanya menderita DM adalah sebesar #/8. ;ika kedua orang tua memiliki DM maka risiko untuk menderita DM adalah 1/8 (Diabates C, !"#"). 6isiko untuk mendapatkan DM dari ibu lebih besar #"$-"8 dari pada ayah dengan DM. Hal ini dikarenakan penurunan gen se5aktu dalam kandungan lebih besar dari ibu. ;ika saudara kandung menderita DM maka risiko untuk menderita DM adalah #"8 dan 0"8 jika yang menderita adalah saudara kembar identik (Diabetes C, !"#"). > 6i5ayat melahirkan bayi dengan '' lahir bayi E3""" gram atau ri5ayat pernah menderita DM gestasional (DM@). > 6i5ayat lahir dengan berat badan rendah, kurang dari !,/ kg. 'ayi yang lahir dengan '' rendah mempunyai risiko yang lebih tinggi dibanding dengan bayi yang lahir dengan '' normal. '. aktor 6isiko yang 'isa Dimodi2ikasi > Merokok > 'erat badan lebih (IMT G!- kg9m!). Indi&idu yang mengalami obesitas mempunyai risiko !,1 kali lebih besar untuk terkena diabetes mellitus dibandingkan dengan indi&idu yang tidak mengalami obesitas. danya pengaruh indek masa tubuh terhadap diabetes mellitus ini disebabkan oleh kurangnya akti&itas 2isik serta tingginya konsumsi karbohidrat, protein dan lemak yang merupakan 2actor risiko dari obesitas. Hal tersebut menyebabkan meningkatnya sam
4emak
atau
ree atty cid () dalam sel. Peningkatan ini akan menurunkan translokasi transporter glukosa ke membrane plasma, dan menyebabkan terjadinya resistensi
insulin
pada jaringan otot dan adipose (TeiBeria$4emos dkk,!"##). > urangnya akti&itas 2isik kti&itas 2isik dapat mengontrol gula darah. @lukosa akan diubah menjadi energi pada saat berakti&itas 2isik. kti&itas 2isik mengakibatkan insulin semakin meningkat sehingga kadar gula dalam darah akan berkurang. Pada orang yang jarang berolahraga, ?at makanan yang masuk ke dalam tubuh tidak dibakar tetapi ditimbun dalam tubuh sebagai lemak dan gula. ;ika insulin tidak mencukupi untuk mengubah glukosa menjadi energi maka akan timbul DM (emenkes,!"#"). > Hipertensi (E#3"90" mmHg) Indi&idu yang mengalami hipertensi mempunyai risiko #,/ kali lebih besar untuk mengalami diabetes dibanding indi&idu yang tidak hipertensi. 7
'eberapa literatur mengaitkan hipertensi dengan resistensi insulin. Pengaruh hipertensi terhadap kejadian diabetes melitus disebabkan oleh penebalan pembuluh darah arteri yang menyebabkan diameter pembuluh darah menjadi menyempit. Hal ini akan menyebabkan proses pengangkutan glukosa dari dalam darah menjadi terganggu. > %tress *rang yang mengalami stres memiliki risiko #,71 kali untuk menderita DM Tipe ! dengan orang yang tidak mengalami stres (ndi dkk,!""1). danya peningkatan risiko diabetes pada kondisi stres disebabkan oleh produksi hormone kortisol secara berlebihan saat seseorang mengalami stres. Produksi kortisol yang berlebih ini akan mengakibatkan sulit tidur, depresi, tekanan darah merosot, yang kemudian akan membuat indi&idu tersebut menjadi lemas, dan na2su makan berlebih. *leh karena itu, ahli nutrisi biologis %ha5n Talbott menjelaskan bah5a pada umumnya orang yang mengalami stres panjang juga akan mempunyai kecenderungan berat badan yang berlebih, yang merupakan salah satu 2aktor risiko diabetes melitus. > Dislipidemia (HD4 F -/ mg9dl dan9atau trigliserida E!/" mg9dl) adar kolestrol tinggi menyebabkan meningkatnya asam lemak bebas sehingga terjadi lipotoksisity. Hal ini akan menyebabkan terjadinya kerusakan sel beta pankreas yang akhirnya mengakibatkan DM Tipe !. > Diet tak sehat (unhealthy diet). Diet dengan tinggi glukosa dan rendah serat akan meningkatkan risiko menderita prediabetes9intoleransi glukosadan DMT!. . aktor 4ain yang Terkait dengan 6isiko Diabetes Melitus > Penderita Polycystic *&ary %yndrome (P*%) atau keadaan klinis lain yang terkait dengan resistensi insulin > Penderita sindrom metabolik yang memiliki ri5ayat toleransi glukosa terganggu (T@T) atau glukosa darah puasa terganggu (@DPT) sebelumnya. > Penderita yang memiliki ri5ayat penyakit kardio&askular, seperti stroke, P;, atau PD (Peripheral rterial Diseases). 2.1.* D!agn's!s Diagnosis DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Pemeriksaan glukosa
darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara en?imatik dengan bahan plasma darah &ena. Pemantauan hasil pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler dengan glukometer. Diagnosis tidak dapat ditegakkan atas dasar a danya glukosuria. 'erbagai keluhan dapat ditemukan pada penyandang DM. ecurigaan adanya DM perlu dipikirkan apabila terdapat keluhan seperti= 8
J eluhan klasik DM= poliuria, polidipsia, poli2agia dan penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya. r!ter!aD!agn's!s DM
Pemeriksaan glukosa plasma puasa G#!7 mg9dl. Puasa adalah kondisi tidak ada asupan kalori minimal jam. tau Pemeriksaan glukosa plasma G!"" mg9dl !$jam setelah Tes Toleransi @lukosa *ral
Jeluha
(TT@*) dengan beban glukosa 1/ gram.
n lain=
tau
lemah
badan,
Pemeriksaan lukosa lasma se5aktu G!"" m 9dl den an keluhan klasik.
kesemutan, gatal, mata kabur, dan dis2ungsi ereksi pada pria, serta pruritus &ul&a pad a 5anita. atatan= %aat ini tidak semua laboratorium di Indonesia memenuhi standard :@%P, sehingga harus hati$hati dalam membuat interpretasi terhadap hasil pemeriksaan Hb#c. Pada kondisi tertentu seperti= anemia, hemoglobinopati, ri5ayat trans2usi darah !$- bulan terakhir, kondisikondisi yang mempengaruhi umur eritrosit dan gangguan 2ungsi ginjal maka Hb#c tidak dapat dipakai sebagai alat diagnosis maupun e&aluasi. Hasil pemeriksaan yang tidak memenuhi kriteria normal atau kriteria DM digolongkan ke dalam kelompok prediabetes yang meliputi= toleransi glukosa terganggu (T@T) dan glukosa darah puasa terganggu (@DPT). J @lukosa Darah Puasa Terganggu (@DPT)= Hasil pemeriksaan glukosa plasma puasa antara #""$ #!/ mg9dl dan pemeriksaan TT@* glukosa plasma !$jam F#3" mg9dlK J Toleransi @lukosa Terganggu (T@T)= Hasil pemeriksaan glukosa plasma ! $jam setelah TT@* antara #3"$#00 mg9dl dan glukosa plasma puasa F#"" mg9dl J 'ersama$sama didapatkan @DPT dan T@T J Diagnosis prediabetes dapat juga ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan Hb#c yang menunjukkan angka /,1$7,38. adar tes laboratorium darah untuk diagnosis daibetes dan Prediabetes.
Diabetes Prediabetes :ormal
H&A1+
/luk'sa
(arah
,- E 7,/ /,1$7,3 F /,1
0uasa ,mg(L E #!7 #""$#!/ F #"" 9
/luk'sa
0lasma
2
setelah TT/ ,mg(L E !"" #3"$#00 F #3"
jam
ara pelaksanaan TT@* (H*, #003)= #. Tiga hari sebelum pemeriksaan, pasien tetap makan (dengan karbohidrat yang cukup) !.
dan melakukan kegiatan jasmani seperti kebiasaan sehari$hari. 'erpuasa paling sedikit jam (mulai malam hari) sebelum pemeriksaan, minum air
-. 3.
putih tanpa glukosa tetap diperbolehkan . Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah puasa. Diberikan glukosa 1/ gram (orang de5asa), atau #,1/ gram9kg'' (anakanak),
/.
dilarutkan dalam air !/" m4 dan diminum dalam 5aktu / menit. 'erpuasa kembali sampai pengambilan sampel darah untuk pemeriksaan ! jam
7. 1.
minum larutan glukosa selesai. Dilakukan pemeriksaan kadar glukosa darah ! (dua) jam sesudah beban glukosa. %elama proses pemeriksaan, subjek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak merokok
setelah
Pemeriksaan Penyaring dilakukan untuk menegakkan diagnosis Diabetes Melitus Tipe$! (DMT!) dan prediabetes pada kelompok risiko tinggi yang tidak menunjukkan gejala klasik DM yaitu= #. elompok dengan berat badan lebih (Indeks Massa Tubuh LIMT G!- kg9m!) yang disertai dengan satu atau lebih 2aktor risiko sebagai berikut= a. kti&itas 2isik yang kurang. b. irst$degree relati&e DM (terdapat 2aktor keturunan DM dalam keluarga). c. elompok ras9etnis tertentu. d. Perempuan yang memiliki ri5ayat melahirkan bayi dengan ''4 E3 kg atau mempunyai ri5ayat diabetes melitus gestasional (DM@). e. Hipertensi (G#3"90" mmHg atau sedang mendapa t terapi untuk hipertensi). 2. HD4 F-/ mg9d4 dan atau trigliserida E!/" mg9d4. g. anita dengan sindrom polikistik o&arium. h. 6i5ayat prediabetes. i. *besitas berat, akantosis nigrikans. j. 6i5ayat penyakit kardio&askular. !. Csia E3/ tahun tanpa 2aktor risiko di atas. atatan= elompok risiko tinggi dengan hasil pemeriksaan glukosa plasma normal sebaiknya diulang setiap - tahun, kecuali pada kelompok prediabetes pemeriksaan diulang tiap # tahun. Pada keadaan yang tidak memungkinkan dan tidak tersedia 2asilitas pemeriksaan TT@*, maka pemeriksaan penyaring dengan mengunakan pemeriksaan glukosa darah kapiler, diperbolehkan untuk patokan diagnosis DM. Dalam hal ini harus diperhatikan adanya perbedaan hasil pemeriksaan glukosa darah plasma &ena dan glukosa darah kapiler seperti pada tabel di ba5ah ini. 10
adar glukosa darah se5aktu dan puasa sebagai patokan penyaring dan diagnosis DM (mg9dl). a(ar /ula Darah %eaktu ,mg(l a(ar /ula Darah Puasa ,mg(l
Plasma Nena
BUAN DM F#""
Belum 0ast! DM #""$#00
DM G!""
Darah apiler Plasma Nena
F0" F#""
0"$#00 #""$#!/
G!"" G#!7
Darah apiler
F0"
0"$00
G#""
2.1.4 Penatalaksanaan Tujuan penatalaksanaan secara umum adalah meningkatkan kualitas hidup penyandang
diabetes. Tujuan penatalaksanaan meliputi = #. Tujuan jangka pendek= menghilangkan keluhan DM, memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi risiko komplikasi akut. !. Tujuan jangka panjang= mencegah -.
dan
menghambat
progresi&itas
penyulit
mikroangiopati dan makroangiopati. Tujuan akhir pengelolaan adalah turunnya morbiditas dan mortalitas DM. Cntuk mencapai tujuan tersebut perlu dilakukan pengendalian glukosa darah, tekanan darah, berat badan, dan pro2il lipid, melalui pengelolaan pasien secara komprehensi2.
Langkah5langkah Penatalaksanaan Umum Perlu dilakukan e&aluasi medis yang lengkap pada pertemuan pertama, yang meliputi= #. 6i5ayat Penyakit > Csia dan karakteristik saat onset diabetes. > Pola makan, status nutrisi, status akti2itas 2isik, dan ri5ayat perubahan berat
badan. > 6i5ayat tumbuh kembang pada pasien anak9de5asa muda. > Pengobatan yang pernah diperoleh sebelumnya secara lengkap, termasuk terapi gi?i
medis dan penyuluhan yang telah diperoleh tentang pera5atan DM secara
mandiri. > Pengobatan yang sedang dijalani, termasuk obat yang digunakan, perencanaan makan dan program latihan jasmani. > 6i5ayat komplikasi akut (ketoasidosis diabetik, hiperosmolar hiperglikemia, hipoglikemia). > 6i5ayat in2eksi sebelumnya, terutama in2eksi kulit, gigi, dan traktus urogenital. > @ejala dan ri5ayat pengobatan komplikasi kronik pada ginjal, mata, jantung dan pembuluh darah, kaki, saluran pencernaan, dll. > Pengobatan lain yang mungkin berpengaruh terhadap glukosa darah. 11
> aktor risiko= merokok, hipertensi, ri5ayat penyakit jantung koroner, obesitas, dan ri5ayat penyakit keluarga (termasuk penyakit DM d an endokrin lain). > 6i5ayat penyakit dan pengobatan di luar DM. > arakteristik budaya, psikososial, pendidikan, dan status ekonomi. !. Pemeriksaan isik > Pengukuran tinggi dan berat badan. > Pengukuran tekanan darah, termasuk pengukuran tekanan darah dalam posisi > > > > >
berdiri untuk mencari kemungkinan adanya hipotensi ortostatik. Pemeriksaan 2unduskopi. Pemeriksaan rongga mulut dan kelenjar tiroid. Pemeriksaan jantung. +&aluasi nadi baik secara palpasi maupun dengan stetoskop. Pemeriksaan kaki secara komprehensi2 (e&aluasi kelainan &askular, neuropati,
dan adanya de2ormitas). > Pemeriksaan kulit (akantosis nigrikans, bekas luka, hiperpigmentasi, necrobiosis diabeticorum, kulit kering, dan bekas lokasi penyuntikan insulin). > Tanda$tanda penyakit lain yang dapat menimbulkan DM tipe lain. -. +&aluasi 4aboratorium > Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa dan !jam setelah TT@*. > Pemeriksaan kadar Hb#c
3. Penapisan omplikasi Penapisan komplikasi harus dilakukan pada setiap penderita yang baru terdiagnosis DMT! melalui pemeriksaan= > Pro2il lipid pada keadaan puasa= kolesterol total, High Density 4ipoprotein (HD4), 4o5 Density 4ipoprotein (4D4), dan trigliserida. > Tes 2ungsi hati > Tes 2ungsi ginjal= reatinin serum dan estimasi$@6 > Tes urin rutin > lbumin urin kuantitati2 > 6asio albumin$kreatinin se5aktu. > +lektrokardiogram. > oto 6ontgen thoraks (bila ada indikasi= T', penyakit jantung kongesti2). > Pemeriksaan kaki secara komprehensi2. Penapisan komplikasi dilakukan di Pelayanan esehatan Primer. 'ila 2asilitas belum tersedia, penderita dirujuk ke Pelayanan esehatan %ekunder dan9atau Tersier. Langkah5langkah Penatalaksanaan husus Penatalaksanaan DM dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat (terapi nutrisi medis dan
12
akti&itas 2isik) bersamaan dengan inter&ensi 2armakologis dengan obat anti hiperglikemia secara oral dan9atau suntikan. 1. E(ukas! +dukasi dengan tujuan promosi hidup sehat, perlu selalu dilakukan sebagai bagian dari upaya pencegahan dan merupakan bagian yang sangat penting dari pengelolaan DM secara holistik. Materi edukasi terdiri dari materi edukasi tingka a5al dan materi edukasi tingkat lanjutan. a. Materi edukasi pada tingkat a5al dilaksanakan di Pelayanan esehatan Primer yang meliputi= o Materi tentang perjalanan penyakit DM. o Makna dan perlunya pengendalian dan pemantauan DM secara berkelanjutan. o Penyulit DM dan risikonya. o Inter&ensi non$2armakologis dan 2armakologis serta target pengobatan. o Interaksi antara asupan makanan, akti&itas 2isik, dan obat antihiperglikemia oral atau insulin serta obat$obatan lain. o ara pemantauan glukosa darah danpemahaman hasil glukosa darah atau urin mandiri (hanya jika pemantauan glukosa darah mandiri tidak tersedia). o Mengenal gejala dan penanganan a5al hipoglikemia. o Pentingnya latihan jasmani yang teratur. o Pentingnya pera5atan kaki. o ara mempergunakan 2asilitas pera5atan kesehatan ,B. b. Materi edukasi pada tingkat lanjut dilaksanakan di Pelayanan esehatan %ekunder dan 9 atau Tersier, yang meliputi= o Mengenal dan mencegah penyulit akut DM. o Pengetahuan mengenai penyulit menahun DM. o Penatalaksanaan DM selama menderita penyakit lain. o 6encana untuk kegiatan khusus (contoh= olahraga prestasi). o ondisi khusus yang dihadapi (contoh= hamil, puasa, hari$hari sakit). o Hasil penelitian dan pengetahuan masa kini dan teknologi mutakhir tentang DM. o Pemeliharaan9pera5atan kaki. +dukasi pera5atan kaki diberikan secara rinci pada semua orang dengan ulkus maupun neuropati peri2er atau peripheral arterial disease (PD) #. Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir dan di air. !. Periksa kaki setiap hari, dan dilaporkan pada dokter apabila kulit terkelupas, kemerahan, atau luka. -. Periksa alas kaki dari benda asing sebelum memakainya. 3. %elalu menjaga kaki dalam keadaan bersih, tidak basah, dan mengoleskan krim pelembab pada kulit kaki yang kering. /. Potong kuku secara teratur. 7. eringkan kaki dan sela$sela jari kaki secara teratur setelah dari kamar mandi. 1. @unakan kaos kaki dari bahan katun yang tidak menyebabkan lipatan pada ujung$ujung jari kaki. 13
. alau ada kalus atau mata ikan, tipiskan secara teratur. 0. ;ika sudah ada kelainan bentuk kaki, gunakan alas kaki yang dibuat khusus. #". %epatu tidak boleh terlalu sempit atau longgar, jangan gunakan hak tinggi. ##. Hindari penggunaan bantal atau botol berisi air panas9batu untuk menghangatkan kaki. Perilaku hidup sehat bagi penyandang Diabetes Melitus adalah memenuhi anjuran= > Mengikuti pola makan sehat. > Meningkatkan kegiatan jasmani dan latihan jasmani yang teratur > Menggunakan obat DM dan obat lainya pada keadaan khusus secara aman dan teratur. > Melakukan Pemantauan @lukosa Darah Mandiri (P@DM) dan meman2aatkan hasil > >
pemantauan untuk menilai keberhasilan pengobatan. Melakukan pera5atan kaki secara berkala. Memiliki kemampuan untuk mengenal dan menghadapi keadaan sakit akut dengan
>
tepat. Mempunyai keterampilan mengatasi masalah yang sederhana, dan mau bergabung dengan kelompok penyandang diabetes serta mengajak keluarga untuk mengerti
>
pengelolaan penyandang DM. Mampu meman2aatkan 2asilitas pelayanan kesehatan yang ada.
Prinsip yang perlu diperhatikan pada proses edukasi DM adalah= > Memberikan dukungan dan nasehat yang positi2 serta hindari terjadinya kecemasan. > Memberikan in2ormasi secara bertahap, dimulai dengan hal$hal yang sederhana dan > >
dengan cara yang mudah dimengerti. Melakukan pendekatan untuk mengatasi masalah dengan melakukan simulasi. Mendiskusikan program pengobatan secara terbuka, perhatikan keinginan pasien. 'erikan penjelasan secara sederhana dan lengkap tentang program pengobatan yang
> > > >
diperlukan oleh pasien dan diskusikan hasil pemeriksaan laboratorium. Melakukan kompromi dan negosiasi agar tujuan pengobatan dapat diterima. Memberikan moti&asi dengan memberikan penghargaan. Melibatkan keluarga9pendamping dalam proses edukasi. Perhatikan kondisi jasmani dan psikologis serta tingkat pendidikan pasien dan
>
keluarganya. @unakan alat bantu audio &isual.
2. Tera0! Nutr!s! Me(!s ,TNM Penyandang DM perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya keteraturan ja(al makan6 jen!s (an jumlah kan(ungan kal'r! , terutama pada mereka yang menggunakan obat
yang meningkatkan sekresi insulin atau terapi insulin itu sendiri. A. 'm0's!s! Makanan 7ang D!anjurkan ter(!r!8 14
> ar&'h!(rat o arbohidrat yang dianjurkan sebesar 3/$7/8 total asupan energi. Terutama o o
karbohidrat yang berserat tinggi. Pembatasan karbohidrat total F#-" g9hari tidak dianjurkan. @lukosa dalam bumbu diperbolehkan sehingga penyandang diabetes dapatmakan sama
dengan makanan keluarga yang lain. o %ukrosa tidak boleh lebih dari /8 total asupan energi. o Pemanis alternati2 dapat digunakansebagai pengganti glukosa, asal tidak melebihi batas aman konsumsi harian (ccepted Daily Intake9DI). o Dianjurkan makan tiga kali sehari dan bila perlu dapat diberikan makanan selingan seperti buah atau makanan lain sebagai bagian dari kebutuhan kalori sehari. > Lemak o supan lemak dianjurkan sekitar !"$ !/8 kebutuhan kalori, dan tidak diperkenankan o
o o
melebihi -"8 total asupan energi. omposisi yang dianjurkan= O lemak jenuh F 1 8 kebutuhan kalori.3 O lemak tidak jenuh ganda F #" 8. O selebihnya dari lemak tidak jenuh tunggal. 'ahan makanan yang perlu dibatasi adalah yang banyak mengandung lemak
jenuh
dan lemak trans antara lain= daging berlemak dan susu 2ullcream. onsumsi kolesterol dianjurkan F !"" mg9hari.
> Pr'te!n o ebutuhan protein sebesar #" !"8 total asupan energi. o %umber protein yang baik adalah ikan, udang, cumi, daging tanpa lemak, ayam tanpa o
kulit, produk susu rendah lemak, kacang$kacangan, tahu dan tempe. Pada pasien dengan ne2ropati diabetik perlu penurunan asupan protein menjadi ", g9kg '' perhari atau #"8 dari kebutuhan energi, dengan 7/8 diantaranya bernilai
biologik tinggi. ecuali pada penderita DM yang sudah menjalani hemodialisis asupan protein menjadi #$#,! g9kg '' perhari. > Natr!um o njuran asupan natrium untuk penyandang DM sama dengan orang sehat yaitu
F!-""
mg perhari. o Penyandang DM yang juga menderita hipertensi perlu dilakukan pengurangan o
natrium secara indi&idual. %umber natrium antara lain adalah garam dapur, &etsin, soda, dan bahan penga5et seperti natrium ben?oat dan natrium nitrit. 15
> %erat o Penyandang DM dianjurkan mengonsumsi serat dari kacang kacangan, buah dan o
sayuran serta sumber karbohidrat yang tinggi serat. njuran konsumsi serat adalah !"$-/ gram9hari yang berasal dari berbagai sumber bahan makanan.
> Peman!s Alternat!# o Pemanis alternati2 aman digunakan sepanjang tidak melebihi batas aman (ccepted o
Daily Intake9DI). Pemanis alternati2 dikelompokkan menjadi pemanis berkalori dan pemanistak
o
berkalori. Pemanis berkalori perlu diperhitungkan kandungan kalorinya sebagai bagian dari
o o
kebutuhan kalori, seperti glukosa alkohol dan 2ruktosa. @lukosa alkohol antara lain isomalt,lactitol, maltitol, mannitol,sorbitol dan Bylitol. ruktosa tidak dianjurkan digunakan pada penyandang DM karena dapat meningkatkan
kadar 4D4, namun tidak ada alasan menghindari makanan seperti buah
dan
sayuran
yang
mengandung 2ruktosa alami. o Pemanis tak berkalori termasuk= aspartam, sakarin, acesul2ame potassium, sukralose, neotame. B. e&utuhan al'r! da beberapa cara untuk menentukan jumlah kalori yang dibutuhkan penyandang DM,
antara lain dengan memperhitungkan kebutuhan kalori basal yang besarnya !/$-" kal9kg'' ideal. ;umlah kebutuhan tersebut ditambah atau dikurangi bergantung pada beberapa 2aktor yaitu= jenis kelamin, umur, akti&itas, berat badan, dan lain$lain. 'eberapa cara perhitungan berat badan ideal adalah sebagai berikut= > Perhitungan berat badan ideal (''I) menggunakan rumus 'roca yang dimodi2ikasi= o 'erat badan ideal A0"8 B (T' dalam cm $ #"") B # kg. 'agi pria dengan tinggi badan di ba5ah#7" cm dan 5anita di ba5ah #/" cm, rumus dimodi2ikasi menjadi= 'erat badan ideal (''I) A (T' dalam cm $ #"") B # kg. '' :ormal= '' ideal Q #" 8 urus= kurang dari ''I $ #" 8 @emuk= lebih dari ''I R #" 8 > Perhitungan berat badan ideal menurutIndeks Massa Tubuh (IMT). 16
Indeks massa tubuh dapat dihitung denganrumus= IMT A ''(kg)9T'(m!) lasi2ikasi IMTS o '' urang F#,/ o '' :ormal #,/$!!,0 o '' 4ebih G!-," O Dengan risiko !-,"$!3,0 O *bes I !/,"$!0,0 O *bes II G-" S) H* P69I%*9I*T dalam The sia$Paci2ic Perspecti&e=6ede2ining *besity and its Treatment.
aktor$2aktor yang menentukan kebutuhan kalori antara lain= > $en!s elam!n ebutuhan kalori basal perhari untuk perempuan sebesar !/ kal9kg'' sedangkan untuk pria sebesar -" kal9kg''. > Umur o Pasien usia diatas 3" tahun, kebutuhan kalori dikurangi /8 untuk setiap dekade
antara
3" dan /0 tahun. o Pasien usia diantara 7" dan 70 tahun, dikurangi #"8. o Pasien usia diatas usia 1" tahun, dikurangi !"8. > Akt!9!tas )!s!k atau Pekerjaan o ebutuhan kalori dapat ditambah sesuai dengan intensitas akti&itas 2isik. o Penambahan sejumlah #"8 dari kebutuhan basal diberikan pada keadaan istirahat. o Penambahan sejumlah !"8 pada pasien dengan akti&itas ringan= pega5ai kantor, o
guru, ibu rumah tangga. Penambahan sejumlah -"8 pada akti&itas sedang= pega5ai industri ringan,
o
mahasis5a, militer yang sedang tidak perang. Penambahan sejumlah 3"8 pada akti&itas berat= petani, buruh, atlet, militer dalam
o
keadaan latihan. Penambahan sejumlah /"8 pada akti&itas sangat berat= tukang becak,tukang gali.
> %tres Meta&'l!k o Penambahan #"$-"8 tergantung dari beratnya stress metabolik (sepsis, operasi, trauma). > Berat Ba(an o Penyandang DM yang gemuk, kebutuhan kalori dikurangi sekitar !"$ -"8 tergantung kepada tingkat kegemukan. o Penyandang DM kurus, kebutuhan kalori ditambah sekitar !"$-"8 sesuai dengan kebutuhan 17
untuk meningkatkan ''. o ;umlah kalori yang diberikan paling sedikit #"""$#!"" kal perhari untuk 5anita dan #!""$#7"" kal perhari untuk pria. %ecara umum, makanan siap saji dengan jumlah kalori yang terhitung dan komposisi tersebut di atas, dibagi dalam - porsi besar untuk makan pagi (!"8), siang (-"8), dan sore (!/8), serta !$- porsi makanan ringan (#"$#/8) di antaranya. Tetapi pada kelompok tertentu perubahan jad5al, jumlah dan jenis makanan dilakukan sesuai dengan kebiasaan. Cntuk penyandang DM yang mengidap penyakit lain, pola pengaturan makan disesuaikan dengan penyakit penyerta. 3. $asman! 4atihan jasmani merupakan salah satu pilar dalam pengelolaan DMT! apabila tidak disertai
adanya ne2ropati. egiatan jasmani sehari$hari dan latihan jasmani dilakukan secara secara teratur sebanyak -$/ kali perminggu selama sekitar -"$3/ menit, dengan total #/" menit perminggu. ;eda antar latihan tidak lebih dari ! hari berturut$turut. Dianjurkan untuk melakukan pemeriksaan glukosa darah sebelum latihan jasmani. pabila kadar glukosa darah F#"" mg9d4 pasien harus mengkonsumsi karbohidrat terlebih dahulu dan bila E!/" mg9d4 dianjurkan untuk menunda latihan jasmani. egiatan sehari$hari atau akti&itas seharihari bukan termasuk dalam latihan jasmani meskipun dianjurkan untuk selalu akti2 setiap hari. 4atihan jasmani selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan dan memperbaiki sensiti&itas insulin, sehingga akan memperbaiki kendali glukosa darah. 4atihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersi2at aerobik dengan intensitas sedang (/"$ 1"8 denyut jantung maksimal) seperti= jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang. Denyut jantung maksimal dihitung dengan cara mengurangi angka !!" dengan usia pasien. Pada penderita DM tanpa kontraindikasi (contoh= osteoartritis, hipertensi yang tidak terkontrol, retinopati, ne2ropati) dianjurkan juga melakukan resistance training (latihan beban) !$kali9perminggu sesuai dengan petunjuk dokter. 4atihan jasmani sebaiknya disesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Intensitas latihan jasmani pada penyandang DM yang relati2sehat bisa ditingkatkan, sedangkan pada penyandang DM yang disertai komplikasi intesitas latihan perlu dikurangi dan disesuaikan dengan masing$masing indi&idu. ". Tera0! )armak'l'g!s Terapi 2armakologis diberikan bersama dengan pengaturan makan dan latihan jasmani (gaya
hidup sehat). Terapi 2armakologis terdiri dari obat oral dan bentuk suntikan. 18
1. &at Ant!h!0ergl!kem!a ral 'erdasarkan cara kerjanya, obat antihiperglikemia oral dibagi menjadi / golongan= a. Pemacu %ekresi Insulin (Insulin %ecretagogue) > %ul#'n!lurea *bat golongan ini mempunyai e2ek utama meningkatkan sekresi insulin oleh sel beta
pankreas. +2ek samping utama adalah hipoglikemia dan peningkatan berat badan. Hati$hati menggunakan sul2onilurea pada pasien dengan risiko tinggi hipoglikemia (orang tua, gangguan 2aal hati, dan ginjal). > /l!n!( @linid merupakan obat yang cara kerjanya sama dengan sul2onilurea, dengan penekanan pada peningkatan sekresi insulin 2ase pertama. @olongan ini terdiri dari ! macam obat yaitu 6epaglinid (deri&at asam ben?oat) dan :ateglinid (deri&at 2enilalanin). *bat ini diabsorbsi dengan cepat setelah pemberian secara oral dan diekskresi secara cepat melalui hati. *bat ini dapat mengatasi hiperglikemia post prandial. +2ek samping yang mungkin terjadi adalah hipoglikemia. b. Peningkat %ensiti&itas terhadap Insulin > Met#'rm!n Met2ormin mempunyai e2ek utamamengurangi produksi glukosa hati(glukoneogenesis), dan memperbaiki ambilan glukosa di jaringan peri2er. Met2ormin merupakan pilihan pertama pada sebagian besar kasus DMT!. Dosis Met2ormin diturunkan pada pasien dengan gangguan 2ungsi ginjal (@6 -"$ 7" ml9menit9#,1- m!). Met2ormin tidak boleh diberikan pada beberapa keadaan sperti= @6F-" m49menit9#,1- m!, adanya gangguan hati berat, serta pasien$pasien dengan kecenderungan hipoksemia (misalnya penyakit serebro&askular, sepsis, renjatan, PP*,gagal jantung L: T!a:'l!(!n(!'n ,T;D. Tia?olidindion merupakan agonis dari PeroBisome Proli2erator cti&ated 6eceptor @amma (PP6$gamma), suatu reseptor inti yang terdapat antara lain di sel otot, lemak, dan hati. @olongan ini mempunyai e2ek menurunkan resistensi insulin dengan meningkatkan jumlah protein pengangkut glukosa, sehingga meningkatkan ambilan glukosa di jaringan peri2er. Tia?olidindion meningkatkan retensi cairan tubuh sehingga dikontraindikasikan pada pasien dengan gagal jantung (:
yang masuk dalam golongan ini adalah Pioglita?one. c. Penghambat bsorpsi @lukosa di saluran pencernaan= Penghambat l2a @lukosidase. *bat ini bekerja dengan memperlambat absorbsi glukosa dalam usus halus, sehingga mempunyai e2ek menurunkan kadar glukosa darah sesudah makan. Penghambat glukosidase al2a tidak digunakan pada keadaan= @6-"ml9min9#,1- m!, gangguan 2aal hati yang berat, irritable bo5el syndrome. +2ek samping yang mungkin terjadi berupa bloating (penumpukan gas dalam usus) sehingga sering menimbulkan 2latus. @una mengurangi e2ek samping pada a5alnya diberikan dengan dosis kecil. ontoh obat golongan ini adalah carbose.
d. Penghambat DPP$IN (Dipeptidyl Peptidase$IN) *bat golongan penghambat DPP$IN menghambat kerja en?im DPP$IN sehingga @4P$# (@lucose 4ike Peptide$#) tetap dalam konsentrasi yang tinggi dalam bentuk akti2. kti&itas @4P$ # untuk meningkatkan sekresi insulin dan menekan sekresi glukagon bergantung kadar glukosa darah (glucose dependent). ontoh obat golongan ini adalah %itagliptin dan 4inagliptin. e. Penghambat %@4T$! (%odium @lucose otransporter !) *bat golongan penghambat %@4T$! merupakan obat antidiabetes oral jenis baru yang menghambat penyerapan kembali glukosa di tubuli distal ginjal dengan cara menghambat kinerja transporter glukosa %@4T$!. *bat yang termasuk golongan ini antara lain= anagli2lo?in, +mpagli2lo?in, Dapagli2lo?in, Ipragli2lo?in. Pro2il obat antihiperglikemia oral yang tersedia di Indonesia
20
*bat antihiperglikemia oral
21
22
2. &at Ant!h!0ergl!kem!a %unt!k 23
Termasuk anti hiperglikemia suntik, yaitu insulin, agonis @4P$# dan kombinasi insulin dan agonis @4P$#. a. Insul!n Insulin diperlukan pada keadaan = > Hb#c E 08 dengan kondisi dekompensasi metabolik > Penurunan berat badan yang cepat > Hiperglikemia berat yang disertai ketosis > risis Hiperglikemia > @agal dengan kombinasi *H* dosis optimal > %tres berat (in2eksi sistemik, operasi besar, in2ark miokard akut, stroke) > ehamilan dengan DM9Diabetes melitus gestasional yang tidak terkendali dengan perencanaan makan > @angguan 2ungsi ginjal atau hati yang berat > ontraindikasi dan atau alergi terhadap *H* > ondisi perioperati2 sesuai dengan indikasi $en!s (an Lama erja Insul!n 'erdasarkan lama kerja, insulin terbagi menjadi / jenis, yakni = > Insulin kerja cepat (6apid$acting insulin) > Insulin kerja pendek (%hort$acting insulin) > Insulin kerja menengah (Intermediateacting insulin) > Insulin kerja panjang (4ong$acting insulin) > Insulin kerja ultra panjang (Cltra longacting insulin) > Insulin campuran tetap, kerja pendek dengan menengah dan kerja cepat dengan menengah
(PremiBed insulin)
+2ek samping terapi insulin > +2ek samping utama terapi insulin adalah terjadinya hipoglikemia > Penatalaksanaan hipoglikemia dapat dilihat dalam bagian komplikasi akut DM > +2ek samping yang lain berupa reaksi alergi terhadap insulin armakokinetik Insulin +ksogen 'erdasarkan aktu erja (Time ourse o2 ction)
24
:PH=neutral protamine HagedornK :P4=neutral protamine lispro. :ama obat disesuaikan dengan yang tersedia di Indonesia. S'elum tersedia di Indonesia Dasar 0em!k!ran tera0! !nsul!n8 25
> %ekresi insulin 2isiologis terdiri dari sekresi basal dan sekresi prandial. Terapi insulin diupayakan mampu menyerupai pola sekresi insulin yang 2isiologis > De2isiensi insulin mungkin berupa de2isiensi insulin basal, insulin prandial atau keduanya. De2isiensi insulin basal menyebabkan timbulnya hiperglikemia pada keadaan puasa, sedangkan de2isiensi insulin prandial akan menimbulkan hiperglikemia setelah makan > Terapi insulin untuk substitusi ditujukan untuk melakukan koreksi terhadap de2isiensi yang terjadi. > %asaran pertama terapi hiperglikemia adalah mengendalikan glukosa darah basal (puasa, sebelum makan). Hal ini dapat dicapai dengan terapi oral maupun insulin. Insulin yang dipergunakan untuk mencapai sasaran glukosa darah basal adalah insulin basal (insulin kerja sedang atau panjang) > Penyesuaian dosis insulin basal untuk pasien ra5at jalan dapat dilakukan dengan menambah !$ 3 unit setiap -$3 hari bila sasaran terapi belum tercapai. > pabila sasaran glukosa darah basal (puasa) telah tercapai, sedangkan Hb#c belum mencapai target, maka dilakukan pengendalian glukosa darah prandial (mealrelated). Insulin yang dipergunakan untuk mencapai sasaran glukosa darah prandial adalah insulin kerja cepat (rapid acting) yang disuntikan /$#" menit sebelum makan atau insulin kerja pendek (short acting) yang disuntikkan -" menit sebelum makan. > Insulin basal juga dapat dikombinasikan dengan obat antihiperglikemia oral untuk menurunkan glukosa darah prandial seperti golongan obat peningkat sekresi insulin kerja pendek (golongan glinid), atau penghambat penyerapan karbohidrat dari lumen usus (acarbose), atau met2ormin (golongan biguanid) > Terapi insulin tunggal atau kombinasi disesuaikan dengan kebutuhan pasien dan respons indi&idu, yang dinilai dari hasil pemeriksaan kadar glukosa darah harian. Insulin umumnya diberikan dengan suntikan di ba5ah kulit (subkutan), dengan arah alat suntik
tegak lurus terhadap cubitan permukaan kulit > Pada keadaan khusus diberikan intramuskular atau drip > Insulin campuran (miBed insulin) merupakan kombinasi antara insulin kerja
pendek dan
insulin kerja menengah, dengan perbandingan dosis yang tertentu, namun bila tidak terdapat sediaan insulin campuran tersebut atau diperlukan perbandingan dosis yang lain, dapat dilakukan pencampuran sendiri antara kedua jenis insulin tersebut. > 4okasi penyuntikan, cara penyuntikan maupun cara insulin harus dilakukan dengan benar, demikian pula mengenai rotasi tempat suntik. > Penyuntikan insulin dengan menggunakan semprit insulin dan jarumnya sebaiknya hanya 26
dipergunakan sekali, meskipun dapat dipakai !$- kali oleh penyandang diabetes yang sama, sejauh sterilitas penyimpanan terjamin. Penyuntikan insulin dengan menggunakan pen, perlu penggantian jarum suntik setiap kali dipakai, meskipun dapat dipakai !$- kali oleh penyandang diabetes yang sama asal sterilitas dapat dijaga. > esesuaian konsentrasi insulin dalam kemasan (jumlah unit9m4) dengan semprit yang dipakai (jumlah unit9m4 dari semprit) harus diperhatikan, dan dianjurkan memakai konsentrasi yang tetap. %aat ini yang tersedia hanya C#"" (artinya #"" unit9ml). > Penyuntikan dilakukan pada daerah= perut sekitar pusat sampai kesamping, kedua lengan atas bagian luar (bukan daerah deltoid), kedua paha bagian luar. &. Ag'n!s /LP51In+ret!n M!met!+ Pengobatan dengan dasar peningkatan @4P$# merupakan pendekatan baru untuk pengobatan DM. gonis @4P$# dapat bekerja pada sel$beta sehingga terjadi peningkatan pelepasan insulin, mempunyai e2ek menurunkan berat badan, menghambat pelepasan glukagon, dan menghambat na2su makan. +2ek penurunan berat badan agonis @4P$# juga digunakan untuk indikasi menurunkan berat badan pada pasien DM dengan obesitas. Pada percobaan binatang, obat ini terbukti memperbaiki cadangan sel beta pankreas. +2ek samping yang timbul pada pemberian obat ini antara lain rasa sebah dan muntah. *bat yang termasuk golongan ini adalah= 4iraglutide, +Benatide, lbiglutide, dan 4iBisenatide. %alah satu obat golongan agonis @4P$# (4iraglutide) telah beredar di Indonesia sejak pril !"#/, tiap pen berisi # mg dalam - ml. Dosis a5al ".7 mg perhari yang dapat dinaikkan ke #.! mg setelah satu minggu untuk mendapatkan e2ek glikemik yang diharapkan. Dosis bisa dinaikkan sampai dengan #. mg. Dosis harian lebih dari #. mg tidak direkomendasikan. Masa kerja 4iraglutide selama !3 jam dan diberikan sekali sehari secara subkutan. 3. Tera0! 'm&!nas! Pengaturan diet dan kegiatan jasmani merupakan hal yang utama dalam penatalaksanaan DM,
namun
bila
diperlukan
dapat
dilakukan
bersamaan
dengan
pemberian
obat
antihiperglikemia oral tunggal atau kombinasi sejak dini. Pemberian obat antihiperglikemia oral maupun insulin selalu dimulai dengan dosis rendah, untuk kemudian dinaikkan secara bertahap sesuai dengan respons kadar glukosa darah. Terapi kombinasi obat antihiperglikemia oral, baik secara terpisah ataupun 2iBed dose combination, harus menggunakan dua macam obat dengan mekanisme kerja yang berbeda. Pada keadaan tertentu apabila sasaran kadar glukosa darah belum tercapai dengan kombinasi dua macam obat, dapat diberikan kombinasi dua obat antihiperglikemia dengan insulin. Pada pasien yang disertai dengan alasan klinis dimana insulin 27
tidak memungkinkan untuk dipakai, terapi dapat diberikan kombinasi tiga obat antihiperglikemia oral. ombinasi obat antihiperglikemia oral dengan insulin dimulai dengan pemberian insulin basal (insulin kerja menengah atau insulin kerja panjang). Insulin kerja menengah harus diberikan jam #" malam menjelang tidur, sedangkan insulin kerja panjang dapat diberikan sejak sore sampai sebelum tidur. Pendekatan terapi tersebut pada umumnya dapat mencapai kendali glukosa darah yang baik dengan dosis insulin yang cukup kecil. Dosis a5al insulin basal untuk kombinasi adalah 7$#" unit. emudian dilakukan e&aluasi dengan mengukur kadar glukosa darah puasa keesokan harinya. Dosis insulin dinaikkan secara perlahan (pada umumnya ! unit) apabila kadar glukosa darah puasa belum mencapai target. Pada keadaaan dimana kadar glukosa darah sepanjang hari masih tidak terkendali meskipun sudah mendapat insulin basal, maka perlu diberikan terapi kombinasi insulin basal dan prandial, sedangkan pemberian obat antihiperglikemia oral dihentikan dengan hati$hati.
28
euntungan, kerugian dan biaya obat anti hiperglikemik
29
30
(sumber= standard o2 medical care in diabetes$ D !"#/)
". In(!9!(ual!sas! Tera0! Manajemen DM harus bersi2at perorangan. Pelayanan yang diberikan berbasis pada 31
perorangan dimana kebutuhan obat, kemampuan dan keinginan pasien menjadi komponen penting dan utama dalam menentukan pilihan dalam upaya mencapai target terapi. Pertimbangan tersebut dipengaruhi oleh beberapa hal antara lain = usia penderita dan harapan hidupnya, lama menderita DM, ri5ayat hipoglikemia, penyakit penyerta, adanya komplikasi kardio&askular, serta komponen penunjang lain (ketersediaan obat dan kemampuan daya beli). Cntuk pasien usia lanjut, target terapi Hb#c antara 1,/$,/8 . *. M'n!t'r!ng Pada praktek sehari$hari, hasil pengobatan DMT! harus dipantau secara terencana dengan
melakukan anamnesis, pemeriksaan jasmani, dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan yang dapat dilakukan adalah= a. Pemeriksaan adar @lukosa Darah Tujuan pemeriksaan glukosa darah= > Mengetahui apakah sasaran terapi telah tercapai > Melakukan penyesuaian dosis obat, bila belumtercapai sasaran terapi aktu pelaksanaan pemeriksaan glukosa darah= > Pemeriksaan kadar glukosa darah puasa > @lukosa ! jam setelah makan, atau > @lukosa darah pada 5aktu yang lain secara berkala sesuai dengan kebutuhan. b. Pemeriksaan Hb# Tes hemoglobin terglikosilasi, yang disebut juga sebagai glikohemoglobin, atau hemoglobin glikosilasi (disingkat sebagai Hb#), merupakan cara yang digunakan untuk menilai e2ek perubahan terapi $#! minggu sebelumnya. Cntuk melihat hasil terapi dan rencana perubahan terapi, Hb#c diperiksa setiap - bulan6 atau tiap bulan pada keadaan Hb#c yang sangat tinggi (E #"8). Pada pasien yang telah mencapai sasran terapi disertai kendali glikemik yang stabil Hb# diperiksa paling sedikit ! kali dalam # tahun. Hb# tidak dapat dipergunakan sebagai alat untuk e&aluasi pada kondisi tertentu seperti= anemia, hemoglobinopati, ri5ayat trans2usi darah !$- bulan terakhir, keadaan lain yang mempengaruhi umur eritrosit dan gangguan 2ungsi ginjal. 4. r!ter!a Pengen(al!an DM riteria pengendalian diasarkan pada hasil pemeriksaan kadar glukosa, kadar Hb#, dan
pro2il lipid. De2inisi DM yang terkendali baik adalah apabila kadar glukosa darah, kadar lipid, dan Hb#c mencapai kadar yang diharapkan, serta status gi?i maupun tekanan darah sesuai target yang ditentukan. riteria keberhasilan pengendalian DM dapat dilihat pada Tabel .
32
%asaran Pengendalian DM eterangan = N A ardio&askular, PP A Post prandial SThe sia$Paci2ic Perspecti&e= 6ede2ining *besity and Its Treatment, !""" SS %tandards o2 Medical are in Diabetes, D !"#/ 2.2 Pengetahuan 2.2.1 Pengert!an
Pengetahuan merupakan hasil tahu yang terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan tersebut sebagian besar berasal dari penglihatan dan pendengaran yang sering digunakan untuk mendapatkan in2ormasi. 2.2.2 T!ngkat Pengetahuan Pengetahuan dicakup di dalam domain kogniti2 7 tingkatan pengetahuan (:otoatmojo,
!"#"). #) Tahu ( /now) Tahu di artikan sebagai mengingat suatu materi yang telah di pelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall ) terhadap situasi yang sangat spesi2ik dari seluruh bahan yang di pelajari atau rangsangan yang telah di terima. *leh sebab itu, ini adalah merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. !)
Memahami (0omprehension) Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. *rang yang telah paham harus dapat menjelaskan, menyimpulkan, meramalkan terhadap objek yang dipelajari. 33
-)
plikasi ( Application) plikasi adalah kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi nyata. plikasi dapat diartikan sebagai penggunaan hokum$hukum, rumus$ rumus, metode$metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.
3)
nalisis ( Anal#sis) %uatu kemampuan menjabarkan materi atau kedalam komponen$komponen tetapi masih dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama lain. emampuan analisis ini dapat diteliti dari penggantian kata seperti dapat menggambarkan (menurut bagian), membedakan, memisahkan, mengelompokkan dan sebagainya.
/)
%intesis (1#ntesis) Menunjukkan kepada suatu komponen untuk meletakkan atau menghubungkan bagian$bagian di dalam satu bentuk keseluruhan yang baru. Merupakan kemampuan menyusun, merencanakan, meringkaskan, menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan$rumusan yang ada.
7)
+&aluasi ( 2valuation) 'erkaitan dengan kemampuan melakukan justi2ikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian$penilaian berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau menggunakan kriteria$kriteria yang telah ada.
2.2.3 ateg'r! Pengetahuan
Pengetahuan dapat dibagi ke berbagai tingkatan atau kategori. Menurut 6i5idikdo (!"") dapat digunakan aturan normati2 yang menggunakan rata$rata (mean dan simpangan baku (standard deviation untuk menentukan tingkat pengetahuan. Cntuk tiga kategori pengetahuan bisa digunakan parameter sebagai berikut= a. b. c.
'aik, bila nilai yang diperoleh responden (B) E mean R # %D ukup, bila nilai mean $# %D B mean R # %D urang, bila nilai responden yang diperoleh (B) F mean #%D pabila tingkat pengetahuan dibagi ke dalam / kategori, maka ketentuan
parameter yang digunakan ialah= a. %angat baik, bila B E mean R #,/ %D 34
b. c. d. e.
'aik, bila mean R ",/ F B F mean R #,/ %D ukup, bila mean $ ",/ %D F B F mean R ",/ %D urang, bila mean #,/ %D F B F mean ",/ %D urang sekali, bila B F mean #,/ %D
2.2." )akt'r 7ang Mem0engaruh! T!ngkat Pengetahuan
'eberapa 2aktor yang dapat mempengaruhi pengetahuan seseorang tentang sesuatu hal = #) Csia Csia remaja dibagi ke dalam tiga periode, yaitu tahap a5al, menengah, dan akhir. Csia remaja a5al antara ##$#3 tahun, usia remaja tengah antara #/$#1 tahun, dan usia remaja akhir antara #$!" tahun. Csia de5asa a5al merupakan usia !#$3" tahun dan de5asa tengah 3"$7/ tahun. %emakin cukup umur, tingkat kematangan dan kekuatan seseorang akan lebih matang dalam berpikir dan bekerja. %emakin bertambah usia, daya tangkap dan pola pikir akan semakin berkembang, dengan begitu dipercaya bah5a pengetahuan yang diperoleh akan semakin membaik. !) Pendidikan Pendidikan berarti bimbingan yang diberikan oleh seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju ke arah suatu cita$cita tertentu. %emakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin mudah dalam menerima in2ormasi, sehingga semakin banyak pula pengetahuan yang dimiliki. %ebaliknya pendidikan yang kurang akan menghambat perkembangan sikap seseorang terhadap nilai$nilai yang baru dikenal. -) 4ingkungan 4ingkungan adalah seluruh kondisi yang ada di sekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. 4ingkungan adalah input kedalam diri seseorang sehingga sistem adapti2 yang melibatkan baik 2aktor internal maupun 2aktor eksternal. %eseorang yang hidup dalam lingkungan yang berpikiran luas maka pengetahuannya akan lebih baik dari pada orang yang hidup di lingkungan yang berpikiran sempit. 3) Pekerjaan
35
Pekerjaan adalah serangkaian tugas atau kegiatan yang harus dilaksanakan atau diselesaikan oleh seseorang sesuai dengan jabatan atau pro2esi masing$masing. %tatus pekerjaan yang rendah sering mempengaruhi tingkat pengetahuan seseorang. Pekerjaan biasanya sebagai simbol status sosial di masyarakat. Masyarakat akan memandang seseorang dengan penuh penghormatan apabila pekerjaannya sudah pega5ai negeri atau pejabat di pemerintahan. /) %osial 'udaya dan +konomi Nariabel ini sering dilihat angka kesakitan dan kematian, &ariabel ini menggambarkan tingkat kehidupan seseorang yang ditentukan unsur seperti pendidikan, pekerjaan, penghasilan dan banyak contoh serta ditentukan pula oleh tempat tinggal karena hal ini dapat mempengaruhi berbagai aspek kehidupan termasuk pemeliharaan kesehatan. 7) %umber In2ormasi In2ormasi dapat diperoleh di rumah, di sekolah, lembaga organisasi, media cetak dan tempat pelayanan kesehatan. Ilmu pengetahuan dan teknologi membutuhkan in2ormasi sekaligus menghasilkan in2ormasi. ;ika pengetahuan berkembang sangat cepat maka in2ormasi berkembang sangat cepat pula. danya ledakan pengetahuan sebagai akibat perkembangan dalam bidang ilmu dan pengetahuan, maka semakin banyak pengetahuan baru bermunculan. Pemberian in2ormasi seperti cara$cara pencapaian hidup sehat akan meningkatkan pengetahuan masyarakat yang dapat menambah kesadaran untuk berperilaku sesuai dengan pengetahuan yang dimiliki. 1) Pengalaman Merupakan sumber pengetahuan atau suatu cara untuk memperoleh kebenaran dan pengetahuan. Hal ini dilakukan dengan cara mengulang kembali pengalaman yang diperoleh dalam memecahkan masalah yang dihadapi di masa lalu. 2.3 e0atuhan Ber'&at 2.3.1Pengert!an
36
epatuhan (ketaatan) (compliance atau adherence) adalah tingkat pasien melaksanakan cara pengobatan dan perilaku yang disarankan oleh dokternya atau oleh yang lain . epatuhan pasien sebagai sejauh mana prilaku pasien sesuai dengan ketentuan yang diberikan oleh petugas kesehatan. Penderita yang patuh berobat adalah yang menyelesaikan pengobatanya secra teratur dan lengkap tanpa terputus selama minimal 7 bulan sampai dengan bulan. Dimatteo, Dinicola, Thorne, dan yngas melakukan penelitian dan mendiskusikan bah5a ada dua 2aktor yang berhubungan dengan kepatuhan yaitu 2aktor internal dan 2aktor eksternal. dapun 2aktor internal meliputi karakter si penderita seperti usia, sikap, nilai sosial, dan emosi yang disebabkan oleh penyakit. dapun 2aktor eksternal yaitu dampak dari pendidikan kesehatan, interaksi penderita dengan petugas kesehatan ( hubungan di antara keduanya) dan tentunya dukungan dari keluarga, petugas kesehatan dan teman. emudian menurut :i&en ada 3 2aktoryang berhubungan dengan ketidakpatuhan yaitu= 5 5 5 5
pemahaman tentang instruksi, kualitas interaksi K antara pro2essional kesehatan dan pasienK isolasi sosial dan keluarga serta keyakinan, sikap dan kepribadian.
epatuhan pasien akan meningkat secara umum bila semua instruksi yang di berikan oleh petugas medis jelas. Diantaranya pengobatan jelas, pengobatan yang teratur serta adanya keyakinan bah5a kesehatannya akan pulih, dan tentunya harga terjangkau. Hubungan status ekonomi yang rendah terhadap ketidakpatuhan dilaporkan dalam penelitian. Dua 2aktor yang memperlihatkan penurunan kepatuhan akibat status ekonomi Pertama, seseorang yang status ekonomi rendah memerlukan 5aktu yang lama untuk menunggu selama pengobatan di klinik. edua, adanya kurang konsisten antara hubungan pasien dan dokter. bah5a orang yang tidak bekerja kepatuhannya lebih buruk dari yang bekerja. A.
epatuhan berobat dapat diketahui melalui 1 cara yaitu= keputusan dokter yang didapat pada hasil pemeriksaan, pengamatan jad5al pengobatan, penilaian pada tujuan pengobatan, perhitungan jumlah tablet pada akhir pengobatan, pengukuran kadar obat dalam darah dan urin, 5a5ancara pada pasien dan pengisian 2ormulir khusus. Pernyataan %ara2ino hampir sama dengan %acket yaitu kepatuhan berobat pasien dapat diketahui melalui tiga cara yaitu perhitungan sisa obat secara manual, perhitungan sisa
37
obat berdasarkan suatu alat elektronik serta pengukuran berdasarkan biokimia (kadar obat) dalam darah9urin.
BAB III ERAN/A N%EP
BAB I= PEMBAHA%AN
38
".1. Penjar!ngan Pas!en untuk elas Pen7ak!t T!(ak Menular ,PTM > D!a&etes Mell!tus ?aktu Pelaksanaan
= Desember !"#7 ;anuari !"#1
Tem0at
= Puskesmas arang sam
%asaran
= Pasien baru dan lama yang terdiagnosa DM di Puskesmas arang sam dan menyetujui untuk mengikuti kelas PTM
Tujuan eg!atan
#. Menjaring pasien untuk menjadi peserta rutin kelas PTM Diabetes Mellitus di Puskesmas arang sam !. Memberi in2ormasi tentang kelas PTM Diabetes Mellitus
Man#aat eg!atan
Memberi pengetahuan dan keuntungan mengenai kelas PTM Diabetes Mellitus yang akan dilakukan rutin tiap bulan sehingga para pasien bisa mendapat pemeriksaan, pengobatan, edukasi dan berbagi in2ormasi gratis.
Pelaksanaan eg!atan
Para dokter internsip yang bertugas di Poli Cmum memberikan in2ormasi seputar kelas PTM$DM kepada setiap pasien DM lama yang kontrol ke PM dan setiap pasien baru yang terdiagnosa DM. Para dokter internsip meminta kesediaan kepada setiap pasien yang telah dijelaskan untuk mengikuti kelas PTM$DM pabila pasien tersebut bersedia untuk mengikuti kelas, maka para dokter akan mencatat data$data pasien seperti nama lengkap, umur, alamat rumah, nomor rekam medis dan obat DM yang dikonsumsi, serta nomor telepon yang bisa dihubungi sehingga jika mendekati hari kelas PTM$DM maka setiap pasien akan dihubungi &ia telepon atau sms.
Anal!sa eg!atan ele&!han 39
Penjaringan dilakukan dengan tatap muka secara langsung, sehingga penjelasan tentang kelas PTM bisa dilakukan dengan impro&isasi yang baik dari masing$masing dokter untuk membuat para pasien tertarik.
ntusiasme pasien yang ingin rutin kontrol dan berobat gratis tanpa antri registrasi cukup baik.
ekurangan
Pasien yang terjaring hanya terbatas pada pasien yang saat itu datang ke Poli Cmum untuk kontrol berobat dalam rentang 5aktu bulan penjaringan, bukan berdasarkan data pasien DM yang ada di Puskesmas arang sam.
'eberapa pasien mendapat pengobatan DM rutin dari 6umah %akit, sehingga menolak untuk mengikuti kelas PTM$DM.
'eberapa pasien lansia yang terdiagnosa DM dan telah diberikan in2ormasi tentang kelas PTM beralasan bah5a tidak ada keluarga yang bisa mengantarnya untuk mengikuti kelas tersebut, sehingga tidak bersedia ikut.
".2. Pertemuan Bulan51 elas Pen7ak!t T!(ak Menular ,PTM5D!a&etes Mell!tus ,DM ?aktu Pelaksanaan
= %abtu, !# ;anuari !"#1
Tem0at
= Puskesmas arang sam
Peserta
= Pasien DM yang telah terjaring pada bulan penjaringan dan bersedia untuk ikut.
Ren+ana eg!atan
Direncanakan akan dilakukan pembukaan kelas Penyakit Tidak Menular (PTM)$ Diabetes Mellitus (DM) pada hari %abtu, !# ;anuari !"#1 dengan estimasi 5aktu selesai pada pukul ##."" IT bertempat di lantai ! ruang pertemuan Puskesmas arang sam. Peserta kelas PTM$DM adalah #3 pasien yang terjaring saat bulan penjaringan. egiatan kelas PTM$DM merupakan suatu bentuk kegiatan kontinyu yang dikelola bersama dengan pemegang program PTM Puskesmas arang sam dan Dokter Internsip PM arang sam, yang direncanakan akan dilaksanakan setiap bulan dalam # tahun. Pada pertemuan bulan # ini, Dokter Internsip selain akan melakukan penyuluhan mengenai Diabetes Mellitus secara umum dengan media audio&isual, dilakukan juga 40
pembagian dan pengisian kuesioner serta skala skrining keji5aaan sebelum penyuluhan, dan pemeriksaan 2isik lengkap, laboratorium, pengobatan serta konsultasi gratis kepada para peserta yang hadir di akhir acara. uesioner yang diberikan berisi pertanyaan$ pertanyaan untuk mengetahui tingkat pengetahuan DM, kepatuhan minum obat, pola makan dan pola akti&itas 2isik seluruh peserta. %elain itu skala skrining keji5aan bertujuan sebagai penilaian ada atau tidaknya depresi pada para peserta. Hasil dari kuesioner DM tersebut akan diolah oleh para dokter internsip untuk dianalisa per daya ungkit. Cntuk pertemuan bulan ke$! dan ke$- akan diin2ormasikan kembali kepada para peserta # minggu sebelum hari pelaksanaan. %ehingga pada akhir pertemuan selalu dimintakan komitmen dari para peserta untuk rutin mengikuti k elas PTM$DM ini.
Tujuan eg!atan
#. Memberi pengetahuan tentang Penyakit Tidak Menular, Diabetes Mellitus, cara pencegahan serta penanganan melalui penyuluhan dan pembagian lea2let. !. Meningkatkan kesadaran para pasien DM bah5a pentingnya untuk rutin kontrol gula darah tiap bulan dan pengobatan. -. Mengetahui tingkat pengetahuan para pasien tentang DM, tingkat kepatuhan minum obat, pola makan dan akti&itas 2isik melalui kuesioner yang diberikan pada a5al acara. 3. Mengetahui kemungkinan ada atau tidaknya depresi pada para peserta melalui skala skrining keji5aan. /. Melakukan pemeriksaan 2isik lengkap dan laboratorium berupa gula darah dan tes urin pada seluruh pasien yang hadir. 7. Memberikan pengobatan dan konsultasi pada seluruh pasien yang hadir.
%usunan A+ara eg!atan
%abtu, !# ;anuari !"#1 "."" $ ".!"
= $ Pasien berkumpul ruang rapat9pertemuan lantai ! PM arang sam $ bsen
".!" $ ".-"
= Pembukaan
".-" $ ".3/
= ata sambutan dan penjelasan kelas PTM$DM
".3/ $ "0.-"
= Pembagian dan pengisian kuesioner U skala skrining keji5aan 41
"0.-" "0.3"
= $ Pembagian buku dan kartu berobat $ Pembagian konsumsi - Pembagian printout materi DM
"0.3" $ #".""
= Penyuluhan DM
#"."" #".-"
= Pemeriksaan 2isik dan laboratorium
#".-" ##.""
= Pengobatan dan konsultasi kesehatan
##."" $ selesai
= Penutupan
Pelaksanaan eg!atan ".2.1. Pen7uluhan D!a&etes Mell!tus ,DM
Peserta yang hadir berkumpul dan duduk di tengah ruang pertemuan lantai ! Puskesmas arang sam. Peserta yang masuk dalam penjaringan pasien kelas PTM$DM berjumlah #3 orang dan yang hadir berjumlah 0 orang. Tetapi yang datang pada pertemuan kelas bulan # berjumlah !! orang, dimana yang lainnya berasal dari peserta %enam Prolanis yang biasa dilaksanakan tiap %abtu pagi di Puskesmas. Penyuluhan ini dilakukan oleh Dokter Internsip tentang DM secara umum dengan media audio&isual. Penyuluhan yang disampaikan pun menggunakan bahasa yang mudah dan sederhana sehingga bisa dipahami oleh para peserta. %elain itu pemba5a materi juga berinteraksi dengan peserta yang hadir dan mendapatkan umpan balik melalui sesi tanya ja5ab. ".2.2. ues!'ner DM Tujuan eg!atan
#. Mengetahui tingkat pengetahuan para peserta tentang Diabetes Mellitus !. Mengetahui tingkat kepatuhan minum obat peserta kelas PTM$DM -. Mengetahui perilaku merokok para peserta kelas PTM$DM 3. Mengetahui akti&itas 2isik peserta PTM$DM /. Mengetahui pola makan peserta PTM$DM
Pen+a0a!an Has!l 42
Cntuk mengukur tingkat pengetahuan tentang DM dan kepatuhan minum obat serta perilaku merokok peserta kelas PTM$DM, dilakukan pembagian kuesioner DM yang terdiri dari beberapa soal dan harus diisi oleh seluruh peserta kelas. Cntuk tingkat pengetahuan dan kepatuhan minum obat akan dikategorikan menjadi tiga, yaitu tingkat pengetahuan baik, cukup dan kurang, begitu pula dengan tingkat kepatuhan minum obat. Cntuk perilaku merokok akan dikategorikan menjadi dua, yaitu perilaku merokok akti2 dan perilaku tidak merokok. Hasil kuesioner tingkat pengetahuan DM dapat dilihat pada gra2ik sebagai berikut.
TINGKAT PEN GETAHUAN DM 12
11
10 a t r e s e p h a l m u J
8 6 4
3
2 0
Kura 0 ng
Cukup 0
Ba i k
Ti da k Ada Data
kategori
Dari gra2ik di atas, dapat diuraikan sebagai berikut, tidak terdapat peserta dengan kategori urang dan ukup, terdapat ## peserta dengan kategori 'aik
43
(1,/8) dan - peserta (!#,/8) tidak ada datanya karena peserta tidak hadir. Hal ini menunjukkan tingkat pengetahuan peserta tentang DM tergolong baik.
Tingkat Kepatuhan Minum Obat 8 7
7 6 a t r e s e p h a l m u J
5 4
4
3
3 2 1 0
Kura 0 ng
Cukup
Ba i k
Ti da k Ada Data
kategori ngkat
Tin gkat kepatuhan minum obat peserta kelas PTM$DM dapat dilihat pada gra2ik berikut=
44
Dari gra2ik di atas, dapat diuraikan sebagai berikut, tidak terdapat peserta dengan kategori urang ("8), terdapat 3 peserta dengan kategori ukup (!,78), terdapat 1 peserta dengan kategori 'aik (/"8) dan - peserta tidak ada datanya (!#,38). Hal ini menunjukkan tingkat kepatuhan minum obat peserta kelas PTM$ DM tergolong baik. Perilaku merokok peserta kelas PTM$DM dapat dilihat pada gra2ik berikut=
Perilaku Merokok 10
9
9 8 a t r e s e p h a l m u !
7 6 5 4 3 2
3 2
1 0
Ya
Ti da k
Ti da k Ada Data
Perilaku
Dari gra2ik di atas, dapat diuraikan sebagai berikut, terdapat ! peserta dengan perilaku merokok akti2 (#3,!08), terdapat 0 peserta dengan perilaku tidak merokok (73,!08) dan - peserta tidak diketahui datanya (!#,3!8). Hal ini menunjukkan pada peserta kelas PTM$DM lebih didominasi dengan perilaku tidak merokok. 45
Anal!sa eg!atan ele&!han
#. epekaan para peserta meningkat akan pengetahuan seputar Diabetes Mellitus. !. danya kepedulian antar peserta dengan peserta lainnya yang terlihat kesulitan menja5ab beberapa pertanyaan. ekurangan
#. urangnya alat tulis sehingga beberapa peserta harus menunggu peserta lainnya selesai mengisi kuesioner terlebih dahulu. !. 'eberapa peserta tidak dapat baca$tulis sehingga diperlukan Dokter Internsip untuk membimbing perlahan beberapa peserta tersebut sehingga mempengaruhi 5aktu acara. -. Terbatasnya pertanyaan yang tidak mencakup secara detail.
".2.3. Pemer!ksaan )!s!k6 La&'rat'r!um6 Peng'&atan (an 'nsultas! Tujuan eg!atan
#. %ebagai data untuk pemeriksa, guna mengetahui adanya kelainan tertentu pada para peserta kelas PTM$DM. !. Cntuk mengetahui nilai @D% para peserta kelas PTM$DM. -. Cntuk mengontrol kadar gula darah setiap para peserta kelas PTM$DM. 3. Cntuk memberikan edukasi personal sehingga membangun tingkat kepercayaan antara dokter dengan para peserta kelas PTM$DM.
Nama
:y. %abaniah :y. usniah :y. %ri :ur Hidayati :y. Mariati Tn. Husein Tn. %oesetiadi Tn. %entot :y. %iti %almah Tn. bd. Majid :y. %iti Djurariah :y. siyah Hj. %iti siyah Tn. :ormansyah :y. %yamsiah
Has!l /D% 21 $anuar! 2@1 -#-!7 #07 !01 ##7 #7" !-!###1 -/7 3#/ 46 !00 $ $
Pen+a0a!an Has!l
Dari tabel di atas dapat diuraikan sebagai berikut, peserta memiliki kadar @D% E !"". Dan ada # peserta yang @D% nya sangat tinggi di antara peserta yang lain, yaitu :y. s dengan @D% 3#/. Dan @D% yang paling rendah di antara semua peserta adalah Tn. Hu yaitu ##7.
Anal!sa eg!atan ele&!han
#. Para peserta kelas PTM$DM menjadi prioritas saat dilakukan pemeriksaan @D% di laboratorium. !. *bat$obatan DM sudah disediakan oleh para Dokter Internsip, sehingga para peserta tidak perlu menunggu lama lagi di apotek untuk mengambil obat. -. danya data lengkap bagi pemeriksa sebagai bahan e&aluasi ke depannya.
ekurangan
#. urangnya penanggung ja5ab pelaksana, sehingga saat dilakukan pemeriksaan 2isik, estimasi 5aktu yang direncanakan pun bergeser. !. *bat$obatan yang semula direncanakan akan diberikan selama sebulan, tetapi karena ketersediaan kurang di apotik, sehingga obat$obatan yang diberikan hanya cukup untuk #" hari. 47
-. aktu untuk konsultasi yang terbatas karena padatnya acara pada pertemuan bulan$# sehingga keluhan$keluhan tambahan beberapa pasien tidak terjaring..
".3. Pertemuan Bulan52 elas Pen7ak!t T!(ak Menular ,PTM5D!a&etes Mell!tus ,DM ?aktu Pelaksanaan
= %abtu, !/ ebruari !"#1
Tem0at
= 4apangan Parkir Masjid Islamic enter %amarinda
Peserta
= Pasien DM yang telah terjaring pada bulan penjaringan dan bersedia untuk ikut.
Ren+ana eg!atan
Direncanakan akan dilakukan Tes Roc3port atau tes kebugaran jantung paru pada hari %abtu, !/ ebruari !"#1 dengan estimasi 5aktu dari pukul "1."" hingga #"."" IT bertempat di lapangan parker Masjid Islamic enter %amarinda. Pada pertemuan bulan ! ini, Dokter Cmum, Dokter Internsip serta pega5ai PM arang sam menjadi pelaksana pada kegiatan pertemuan bulan ke$! ini. Dimana pada a5alnya, pasien diminta berkumpul di lapangan parkir Masjid Islamic enter (di samping klinik Islamic enter) jam "1."" IT. %etelah itu, registrasi peserta untuk dikelompokkan ke dalam - kelompok yang nantinya akan dibedakan dalam 5arna nomor dada. %etelah registrasi, dilakukan pembukaan terlebih dahulu dan penjelasan mengenai kegiatan pada pertemuan bulan ke$!. %etelah mencapai minimal #" peserta, dilakukan pemanasan terlebih dahulu guna mencegah kekakuan otot saat pelaksanaan tes Roc3port . emudian dilakukan tes Roc3port secara bergiliran setiap kelompok. Dimana para peserta diharapkan untuk jalan sejauh #,7 km di lintasan yang sudah disediakan dan akan dicatat 5aktu tempuhnya. Para peserta tidak dipaksakan untuk jalan cepat atau lari, tetapi semampunya saja. pabila ada peserta yang tidak mampu, bisa dihentikan dan diistirahatkan. %etekah dilakukan tes Roc3port , dilakukan e&aluasi hasil, pengobatan dan konsultasi dengan para dokter umum dan dokter internsip PM arang sam.
Tujuan eg!atan
#. Cntuk menilai kebugaran jantung paru para peserta kelas PTM$DM
48
!. Cntuk mempererat tali silaturahmi antar dokter dan peserta serta sesama peserta kelas PTM$DM.
Hasil Tes )o*kport
Kurang
' (($((&
Cukup Baik
" ##$#%&
Pen+a0a!an Has!l
Pada pertemuan bulan ke$!, dari #3 peserta kelas PTM$DM, hanya 7 peserta saja yang bisa hadir. %ehingga pada gra2ik di atas, hanya diuraikan hasil 7 peserta yang hadir saja, sebagai berikut= tidak ada (") peserta yang hasilnya baik ("8), peserta dengan hasil ukup sebanyak ! peserta (--8) dan peserta dengan hasil urang sebanyak 3 peserta
49
(718). Hal ini menunjukkan tingkat kebugaran jantung paru (tes Roc3port ) terbanyak adalah urang.
Anal!sa eg!atan ele&!han
#. Mengetahui tingkat kebugaran peserta kelas PTM$DM !. Memberi in2ormasi olahraga yang tepat pada pasien berdasarkan hasil dari tes kebugaran yang telah dilakukan (tes roc3port )
ekurangan 1. Tidak semua peserta bisa hadir karena lokasi tes kebugaran yang cukup jauh dari rumah
peserta. 2. Hanya 7 orang peserta dari total #3 peserta yang hadir pada tes kebugaran, dimana
jumlah peserta tidak mencapai setengah dari total.
".". Pertemuan Bulan53 elas Pen7ak!t T!(ak Menular ,PTM5D!a&etes Mell!tus ,DM ?aktu Pelaksanaan
= %abtu, ## Maret !"#1
Tem0at
= Puskesmas arang sam
Peserta
= Pasien DM yang telah terjaring pada bulan penjaringan dan bersedia untuk ikut.
Ren+ana eg!atan
Direncanakan akan dilakukan penyuluhan dan pemeriksaan gula darah kembali pada peserta kelas Penyakit Tidak Menular (PTM)$Diabetes Mellitus (HT) pada hari %abtu, ## maret !"#1 dengan estimasi 5aktu selesai pada pukul ##."" IT bertempat di lantai ! ruang pertemuan Puskesmas arang sam. Peserta kelas PTM$DM adalah #3 pasien yang terjaring saat bulan penjaringan tapi, pasien yang hadir saat itu hanya berjumlah #! orang. egiatan kelas PTM$DM merupakan suatu bentuk kegiatan kontinyu yang dikelola bersama dengan pemegang program PTM Puskesmas arang sam dan Dokter Internsip PM arang sam, yang direncanakan akan dilaksanakan setiap bulan dalam # tahun.
50
Pada pertemuan bulan ke - ini, Dokter Internsip selain akan melakukan penyuluhan mengenai pentingnya mengatur pola makan dan pentingnya akti&itas 2isik, dilakukan juga pemeriksaan gula darah setelah penyuluhan untuk e&aluasi, dan pengobatan serta konsultasi gratis kepada para peserta yang hadir di akhir acara.
%usunan A+ara eg!atan
%abtu, ## Maret !"#1 "."" $ ".!"
= $ Pasien berkumpul ruang rapat9pertemuan lantai ! PM arang sam $ bsen
".!" $ ".-"
= Pembukaan
".-" $ ".3/
= ata sambutan
".3/ $ "0.-"
= Penyuluhan
"0.3" $ #".""
= Pemeriksaan 2isik dan laboratorium
#".-" ##."" = Pengobatan dan konsultasi kesehatan #!."" $ selesai = Penutupan Pelaksanaan eg!atan 1. Pen7uluhan elas PTM$DM yang seharusnya diikuti oleh #3 peserta terjaring, tapi peserta
yang hadir dan mengikuti penyuluhan hanya berjumlah #! orang. dapun materi penyuluhan berisi tentang pentingnya mengatur pola makan yang baik dan tepat serta pentingnya akti&itas 2isik pada pasien DM. Diharapkan setelah mendapatkan in2ormasi dari penyuluhan pada bulan ketiga kelas PTM$DM, pasien memiliki perubahan yang signi2ikan terutama pada pola makan dan akti&itas 2isik.. 2. Pemer!ksaan #!s!k6 la&'rat'r!um (an 0eng'&atan 5 Pemer!ksaan )!s!k %etelah penyuluhan pasien dilakukan pemeriksaan 2isik berupa pengukuran tekanan
darah oleh tenaga pemeriksa.
51
:ama
@D% bulan$#
@D% bulan$-
+&aluasi @D%
:y. %abaniah
-#-
!-#
V
:y. usniah
-!7
$
$
:y. %ri :ur Hidayati
#07
#73
V
:y. Mariati
!01
!3/
V
Tn. Husein
##7
#/3
W
Tn. %oesetiadi
#7"
-"/
W
Tn. %entot
!--
!"/
V
:y. %iti %almah
!#-
!/"
W
:y. %iti Djurariah
-/7
!/"
V
:y. siyah
3#/
##
V
Hj. %iti siyah
!00
3-3
W
Tn. :ormansyah
$
$
$
:y. %yamsiah
$
#3!
$
Dari hasil tabel perbandingan didapatkan ada penurunan kadar gula darah yang cukup signi2ikan pada # peserta yaitu pada bulan$# @D% peserta tersebut adalah 3#/ dan pada bulan ke$- @D% nya adalah ##, hal ini dapat dikarenakan sudah mulai berjalannya kelas PTM$DM dimana pasien mulai mengerti tentang penyakit yang mereka derita dan patuh dalam meminum obat, untuk itu dalam pertemuan ketiga ini ditambahkan kembali penyuluhan dan in2ormasi tentang pola makan serta akti&itas 2isik yang baik untuk penderita DM sehingga diharapkan peserta semakin termoti&asi untuk tetap mempertahankan kadar gula darah yang terkontrol. Tetapi, terlihat ada # peserta yang kadar gula darahnya meningkat, dimana pada bulan$# @D% peserta tersebut adalah !00, dan pada bulan$- @D% nya adalah 3-3. %ehingga diperlukan lagi penga5asan yang cukup ketat untuk semua peserta sehingga tujuan untuk kadar gula darah yang terkontrol bisa tercapai. 5
Peng'&atan 'erdasarkan dari pemeriksaan kadar @D% pada peserta kelas PTM$DM
dilakukan terapi pada peserta dengan pemberian obat DM yang berupa Met2ormin /"" mg, @libeclamid dan @limepirid yang diberikan pada peserta untuk pengobatan 52
selama # bulan sampai pada pertemuan selanjutnya. Hal ini dilakukan untuk memudahkan peserta dalam mendapat pengobatan yang rutin dan tidak terputus dengan alasan kehabisan obat DM. 3. Anal!sa keg!atan ele&!han 5 Pasien mendapat pengobatan selama # bulan, sehingga tidak perlu terus menerus ke 5
puskesmas untuk mendapat obat DM. Pasien lebih terkontrol pengobatannya sehingga tidak ada putus pengobatan dengan
5
alasan kehabisan obat sebelum kelas selanjutnya dimulai. Pasien dengan ekonomi kelas menengah keba5ah lebih terbantu dengan adanya
5 5
pemberian obat DM gratis ini. Pasien mengetahui e2ek lanjut apabila tidak minum obat secara teratur. Pasien memperoleh in2ormasi tentang pola makan yang baik serta akti&itas 2isik
yang tepat untuk penderita DM. ekurangan 5 ekurangan tenaga pelaksana sehingga estimasi 5aktu untuk memeriksa terbatas. 5 Pasien terkadang meminta obat yang lain diluar dari obat DM yang disediakan.
BAB = PENUTUP *.1. es!m0ulan
+&aluasi kehadiran peserta kelas PTM$DM, dari #3 peserta kelas hanya #" orang yang bisa dilakukan e&aluasi pada bulan ketiga. etidakhadiran peserta disebabkan oleh banyak 2aktor
53
diantaranya kesibukan rumah tangga yang tidak bisa ditinggal, kondisi yang tidak kondusi2, dan sarana transportasi.
6.67%
1 2
93.33%
elas PTM$DM yang dilakukan di Puskesmas arang sam dirasakan cukup berman2aat bagi peserta, diantaranya = #. onseling diet dianggap cukup berhasil dan membantu dalam memberi in2ormasi kepada peserta. !. In2ormasi tentangnya pentingnya akti&itas 2isik sangat membantu pasien DM dalam meningkatkan kualitas hidupnya. -. Pemberian obat gratis selama sebulan dan pemeriksaan gratis memoti&asi peserta untuk tetap mengikuti kelas dan mengontrol perkembangan penyakit yang mereka derita. 3. Peserta juga mengetahui jika mereka juga menderita penyakit lain yang dideritanya. /. Peserta juga mengenal banyak peserta lain yang menderita penyakit yang sama sehingga dapat saling berbagi in2ormasi. 7. erja sama dengan unit pelayanan lain yaitu apotek, laboratorium dan tata usaha berjalan dengan baik. Dari #" pasien yang bisa di e&aluasi didapatkan 7 orang (7"8) yang mengalami perbaikan
dalam hal ini penurunan kadar gula darah, dan 3 orang (3"8) yang mengalami peningkatan kadar gula darah.
54