LAPORAN PRAKTIKUM PTK I
Disusun Oleh : Yosea Pratama (1512027)
P2K Teknik Kimia SEKOLAH TINGGI MANAJEMEN INDUSTRI KEMENPRIN RI
2014
TITRASI ALKALIMETRI Prinsip Percobaan :
Reaksi Penggaraman dan Reaksi Netralisasi Madsud dan Tujuan :
a. Memahami konsep dasar reaksi penggaraman dan netralisasi b. Untuk mengetahui kosentrasi larutan asam / basa c. Praktikan dapat menstandarisasi NaOH dengan larutan baku primer (COOH)2.2H2O d. Paktikan dapat mentitrasi (COOH)2.2H2O tersebut dengan NaOH. e. Mengetahui cara penentuan titik ekuivalen Reaksi Percobaan :
Titrasi Alkalimetri (COOH)2 . 2H2O 2NaOH + (COOH)2
(COOH)2 + 2H2O 2COONa + 2H2O
DASAR TEORI Titrasi merupakan metode analisis kimia secara kuantitatif yang biasa digunakan
dalam laboratorium untuk menentukan konsentrasi dari reaktan. reaktan. Karena pengukuran volum memainkan peranan penting dalam titrasi, maka teknik ini juga dikenali dengan analisis volumetrik. Analisis titrimetri merupakan satu dari bagian utama dari kimia analitik dan perhitungannya berdasarkan hubungan hubungan stoikhiometri dari reaksi-reaksi kimia. Analisis cara titrimetri berdasarkan reaksi kimia seperti: aA + tT → hasil dengan keterangan: (a) molekul analit A bereaksi dengan (t) molekul pereaksi T. Pereaksi T, disebut titran, ditambahkan secara sedikit-sedikit, biasanya dari sebuah buret, dalam bentuk larutan dengan konsentrasi yang diketahui. Larutan yang disebut belakangan disebut larutan standar dan konsentrasinya ditentukan dengan suatu proses standarsisasi. Penambahan titran dilanjutkan hingga sejumlah T yang ekivalen dengan A telah ditambahkan. Maka dikatakan bahan titik ekivalen titran telah tercapai. Agar mengetahui bila penambahan titran berhenti, kimiawan dapat menggunakan sebuah zat kimia, yang disebut indikator, yang bertanggap terhadap adanya titran berlebih dengan perubahan warna. Indikator asam basa terbuat dari asam atau basa organik lemah, yang mempunyai warna berbeda ketika dalam keadaan
terdisosiasi maupun tidak. Perubahan warna ini dapat atau tidak dapat trejadi tepat pada titik ekivalen. Titik titrasi pada saat indikator berubah warna disebut titik akhir. Tentunya merupakan suatu harapan, bahwa titik akhir ada sedekat mungkin dengan titik ekivalen. Memilih indikator untuk membuat kedua titik berimpitan (atau mengadakan koreksi untuk selisih keduanya) merupakan salah satu aspek penting dari analisis titrimetri. Istilah titrasi menyangkut proses ntuk mengukur volum titran yang diperlukan untuk mencapai titik ekivalen. Selama bertahun-tahun istilah analisis volumetrik sering digunakan daripada titrimetrik. Akan tetapi dilihat dari segi yang ketat, istilah titrimetrik lebih baik, karena pengukuran-pengukuran volum tidak perlu dibatasi oleh titrasi. Pada analisis tertentu misalnya, orang dapat mengukur volum gas. Sebuah reagen yang disebut sebagai peniter [1], yang diketahui konsentrasi (larutan standar) dan volumnya digunakan untuk mereaksikan larutan yang
dititer [2] yang
konsentrasinya tidak diketahui. Dengan menggunakan buret terkalibrasi untuk menambahkan peniter, sangat mungkin untuk menentukan jumlah pasti larutan yang dibutuhkan untuk mencapai titik akhir. Titik akhir adalah titik di mana titrasi selesai, yang ditentukan dengan indikator. Idealnya indikator akan berubah warna pada saat titik ekivalensi — di mana volum dari peniter yang ditambahkan dengan mol tertentu sama dengan nilai dari mol larutan yang dititer. Dalam titrasi asam-basa kuat, titik akhir dari titrasi adalah titik pada saat pH reaktan hampir mencapai 7, dan biasanya ketika larutan berubah warna menjadi merah muda karena adanya indikator pH fenolftalein. Selain titrasi asam- basa, terdapat pula jenis titrasi lainnya. Banyak metode yang dapat digunakan untuk mengindikasikan titik akhir dalam reaksi; titrasi biasanya menggunakan indikator visual (larutan reaktan yang berubah warna). Dalam titrasi asam-basa sederhana, indikator pH dapat digunakan, sebagai contoh adalah fenolftalein, di mana fenolftalein akan berubah warna menjadi merah muda ketika larutan mencapai pH sekitar 8.2 atau melewatinya. Contoh lainnya dari indikator pH yang dapat digunakan adalah metil jingga, yang berubah warna menjadi merah dalam asam serta menjadi kuning dalam larutan alkali. Tidak semua titrasi membutuhkan indikator. Dalam beberapa kasus, baik reaktan maupun produk telah memiliki warna yang kontras dan dapat digunakan sebagai "indikator". Sebagai contoh, titrasi redoks menggunakan potasium permanganat (merah muda/ungu) sebagai peniter tidak membutuhkan indikator. Ketika peniter dikurangi, larutan akan menjadi tidak berwarna. Setelah mencapai titik ekivalensi, terdapat sisa peniter yang berlebih dalam larutan.
Titik ekivalensi diidentifikasikan pada saat munculnya warna merah muda yang pertama (akibat kelebihan permanganat) dalam larutan yang sedang dititer. Akibat adanya sifat logaritma dalam kurva pH, membuat transisi warna yang sangat tajam; sehingga, satu tetes peniter pada saat hampir mencapai titik akhir dapat mengubah nilai pH secara signifikan — sehingga terjadilah perubahan warna dalam indikator secara langsung. Terdapat sedikit perbedaan antara perubahan warna indikator dan titik ekivalensi yang sebenarnya dalam titrasi. Kesalahan ini diacu sebagai kesalahan indikator, dan besar kesalahannya tidak dapat ditentukan. Volumetri adalah cara analisis jumlah berdasarkan pengukuran volume larutan pereaksi berkepekatan tertentu yang direaksikan dengan larutan contoh yang sedang ditetapkan kadarnya. Reaksi dijalankan dengan titrasi, yaitu suatu larutan ditambahkan dari buret sedikit demi sedikit, sampai jumlah zat-zat yang direaksikan tepat menjadi akivalen satu sama lain. Larutan yang ditambahkan dari buret disebut titran, sedangkan larutan yang ditambah titran itu disebut titrat (Harjadi, 1987).
Asidi Alkalimetri adalah suatu analisis titrimetri yang melibatkan titrasi asam-basa yang terbentuk karena hidrolisis garam yang berasal dari asam lemah (basa bebas) dengan suatu asam standar (asidimetri) dan titrasi asam yang terbentuk dari hidrolisis garam yang berasal dari basa lemah (asam bebas) dengan suatu basa standar (alkalimetri). Bersenyawanya ion hydrogen dan ion hidroksida akan membentuk air sebagai hasil akhir dari reaksi ini (Basset,1994).
Proses di mana konsentrasi larutan ditentukan secara akurat dinamakan standarisasi. Ada dua macam larutan standar, yakni standar primer dan sekunder. Larutan standar primer adalah suatu zat yang tersedia dalam bentuk murni atau keadaan dengan kemurnian yang diketahui, yang digunakan untuk menstandarkan suatu larutan, contohnya KHC ₈H₄O₄, HSO₃ NH₂, dan KH(IO₃). Sementara itu, larutan standar sekunder adalah larutan yang harus distandarisasi dahulu sebelum digunakan, misalnya KMnO ₄, Na₂S₂O₃, dan K ₂Cr ₂O₇ (Harjadi,1987).
Natrium adalah logam putih-perak yang lunak, yang melebur pada 97,5°C. Natrium teroksidasi dengan cepat dalam udara lembab, maka harus disimpan terendam seluruhnya
dalam pelarut nafta atau stilena. Logam ini bereaksi keras dengan air, membentuk natrium hidroksida dan hidrogen: (Svehla, 1979)
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air (Greenwood, 1997).
Na₂CO₃ memiliki nama resmi natrii carbonas, sedangkan nama lainnya yaitu natrium karbonat dengan berat molekul 124. Senyawa ini hablur tidak berwarna atau serbuk hablur putih. Kelarutannya dalam air yakni tidak mudah larut dalam air, melainkan mudah larut dalam air mendidih. Senyawa Na ₂CO₃ biasanya disimpan dalam wadah yang tertutup, sedangkan untuk menggunaannya biasanya sebagai bahan tambahan (pelengkap bahan utama) (Ditjen POM, 1979)
Soda api NaOH merupakan alkali terpenting dalam industri yang digunakan dalam berbagai tujuan termasuk dalam pembuatan senyawa anorganik dan organik, pembuatan kertas, penetralan, dan pembuatan alumina dan sabun. Sementara itu, soda abu Na ₂CO₃ biasa digunakan saling bertukaran dengan NaOH dalam beberapa aplikasi, seperti pembuatan kertas, sabun, dan detergen. Dalam jumlah besar juga digunakan dalam pembuatan gelas, fosfat, silikat, dan pembersihan serta penghilangan polusi SO ₂ dari cerobong asap pembakaran bahan bakar (Mido, 1994).
Ion-ion amonium diturunkan dari amonia (NH ₃) dan ion hidrogen H ⁺. Ciri-ciri khas ion ini adalah serupa dengan ciri-ciri khas ion logam alkali. Garam-garam amonium umumnya adalah senyawa-senyawa yang larut dalam air dengan membentuk larutan yang tak berwarna (kecuali bila anionnya berwarna). Dengan pemanasan, garam amonium terurai menjadi amonia dan asam yang sesuai. Kecuali jika asamnya tak mudah menguap, garam amonium dapat dihilangkan secara kuantitatif dari campuran kering dengan memanaskan (Svehla, 1979).
Titrasi alkalimetri
adalah suatu proses titrasi untuk penentuan konsentrasi suatu asam dengan menggunakan larutan basa sebagai standar. Reaksi yang terjadi pada prinsipnya adalah reaksi netralisasi, yaitu pembentukan garam dan H 2O netral (pH = 7) hasil reaksi antara H+dari suatu asam dan OH- dari suatu basa. Reaksi berlangsung stoikiometri apabila mgrek pentitrasi sama dengan mgrek titran, saat ini disebut dengan titik ekivalen. Dalam praktek kondisi ini tidak bisa dilihat secara visual tetapi dapat dilihat dengan bantuan indikator (asam-basa) yang mempunyai warna yang spesifik pada ph tertentu. Seperti indicator phenolftalein (pp) akan berwarna pink pada ph 8,3-10. Saat tercapainya perubahan warna pada titran disebut dengan titik titrasi. Seperti telah disebutkan di atas bahwa prinsip titrasi asam-basa adalah reaksi penetralan antara asam dengan basa atau sebaliknya, maka untuk dapat melakukan titrasi ini, kita terlebih dahulu harus memahami konsep teori asam-basa, macam-macam reaksi penetralan dan indicator yang dapat dipakai pada titrasi ini, sebagai berikut: Konsep teori asam-basa: a.
Menurut Archenius (akhir abad ke-19)
Asam adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam air akan melepaskan H+ sebagai satusatunya ion positif. Contoh: HCl, HNO3, CH3COOH, dan lain-lain. HCl merupakan asam kuat, dimana dalam air akan terdisosiasi sempurna: HCl
H+ + Cl-
H+ + H2O
H3O+
Dari reaksi ini terlihat bahwa H+ tidak terdapat bebas dalam air melainkan terikat pada molekul H2O (kelemahan teori Archenius). Basa adalah suatu senyawa yang bila dilarutkan dalam air, akan mel epaskan ion OH-. b.
Menurut Bronsted dan Lowry
Asam adalah suatu senyawa yang dapat memberikan proton, disebut sebagai donor proton. Basa adalah suatu senyawa yang dapat menerima proton, disebut sebagai akseptor proton. Asam
proton + Basa konjugasi
A
H+
+ B
Jadi suatu asam dapat berbentuk: ·
Molekul, misalnya: H2SO4, HCl, CH 3COOH
·
Anion, misalnya: HSO4-, H2PO4-, CH3COO-,COO-
·
Kation, misalnya: NH4+, C6H5 NH3+, Fe (H2O)3+
Suatu basa juga dapat berbentuk: ·
Molekul, misalnya: NH3, C2H5 NH2, H2O
·
Anion, misalnya: CH3COO-, OH-, HPO4-2, C2H5O-
·
Kation, misalnya: Fe (H2O)5 (OH)2+
Reaksi ini hanya terjadi bila ada suatu basa yang dapat menerima proton dari asam: A1
B1 + H+
B2 + H+
A2
A1 + B2
A2 + B1
A1- B1 dan A2- B2 adalah pasangan-pasangan konjugasi asam-basa. Perpindahan proton terjadi dari A1 ke B2 atau dari A2 ke B1. Asam kuat melepaskan proton dengan segera sedangkan basa kuat dapat menerima proton dengan segera pula. c.
Menurut G.N. Lewis
Asam adalah suatu senyawa yang dapat menerima sepasang electron bebas, disebut sebagai akseptor pasangan electron bebas. d.
Menurut Boyle
Asam adalah suatu zat yang mempunyai daya kemampuan melarutkan tinggi.
e.
Menurut Roult
Basa adalah setiap zat yang bereaksi dengan asam membentuk garam Reaksi = Basa + Asam f.
Garam + H2O
Menurut Liebeg
Asam adalah senyawa yang mengandung H, yang dapat digantikan oleh logam yang akan menghasilkan garam. Contoh: 2HCl + Na
NaCl + H2
Larutan standar Dalam alkalimetri kita menggunakan larutan standar untuk menentukan konsentrasinya. Larutan standar adalah larutan yang dengan tepat dapat diketahui konsentrasinya dan dipakai sebagai pereaksi. Larutan standar dapat digolongkan menjadi: a.
Larutan standar primer
larutan yang konsentrasinya sudah diketahui dengan pasti untuk menstandarkan suatu larutan. Syarat-syarat larutan standar primer: -
Memiliki kemurnian yang tinggi
-
Mudah diperoleh dan dikeringkan
-
Mudah diperiksa kemurniannya
-
Tidak bersifat higroskopis, tidak mudah teroksidasi oleh udara
Contoh larutan standar primer Asam: H2SO4, H2C2O4, C6H5COOH, (COOH) (COOK) C 6H4. Basa: Na2CO3, MgO, Na 2B4O7.
b.
Larutan standar sekunder
Larutan standar yang konsentrasinya dapat diketahui dengan menggunakan larutan standar primer sebagai pembanding. Contoh: NaOH, KOH, KMnO 4. c.
Larutan standar tersier
Larutan standar yang konsentrasinya dapat diketahui dengan menggunakan larutan standar sekunder sebagai pembanding. Titrasi dan Indikator Titrasi yaitu suatu proses penambahan suatu larutan dari dalam buret secara sedikit demi sedikit sampai jumlah zat-zat yang dititrasi dengan yang mentitrasi tepat menjadi ekivalen satu sama lain. Dalam hal ini, larutan ynag berada di dalam buret atau larutan pentitrasi disebut titran, sedangkan larutan yang akan ditetapkan kadarnya disebut analit. Hasil titrasi disebut titrat/ titer.
Reaksi Netralisasi
Garam adalah hasil reaksi antara asam dan basa. Prosesnya disebut dengan reaksi netralisasi. Zat-zat yang dihasilkan yang berbentuk kristalin disebut garam oleh ahli-ahli kimia zaman dulu. Pembentukan garam seakan-akan merupakan hasil dari suatu proses kimia sejati. Tetapi ini sebenarnya keliru. Lebih tepat dikatakan bahwa reaksi netralisasi sebagai penggabungan ion-ion secara kimia. Zat-zat atmosfer, atau amfolit mampu melangsungkan reaksi netralisasi baik dengan asam maupun basa dan sifat ini disebut dengan sifat amfoter (Khopkar, 1990).
Normalitas
Normalitas merupakan sistem konsentrasi didasarkan pada volume dari larutan. Normalitas = jumlah ekivalen per liter larutan. Atau: N = N
= Normalitas
e.q = jumlah ekivalen V
= volume larutan dalam liter
Karena e.q =
g = gram larutan BE = berat ekivalen Maka dihasilkan N =
Dengan hubungan Normalitas terhadap molaritas, sebagai berikut: N= n. M (Day and Underwood, 1988)
Molaritas
Sistem konsentrasi ini berdasarkan pada volume dan dapat dipergunakan secara nyaman dalam prosedur laboratorium dimana volume dari larutan adalah kuantitas yang diukur. Hal ini didefinisikan sebagai berikut: Molaritas = Junlah mol per liter larutan Atau M=
M = molaritas N = jumlah mol dalam larutan V = volume dari larutan (dalam liter) Karena n = Maka M=
Atau g = M x V x BM g
= gram dari zat terlarut
BM =berat molekul larutan (Basset, 1994) Jenis-Jenis Titrasi Asam Basa
Titrasi asam basa terbagi menjadi 5 jenis yaitu : 1. Asam kuat - Basa kuat 2. Asam kuat - Basa lemah 3. Asam lemah - Basa kuat
4. Asam kuat - Garam dari asam lemah 5. Basa kuat - Garam dari basa lemah Titrasi Asam Kuat - Basa Kuat
Contoh : - Asam kuat : HCl - Basa kuat : NaOH Persamaan Reaksi : HCl + NaOH → NaCl + H2O Reaksi ionnya : H+ + OH- → H2O Kurva Titrasi Asam Kuat Basa Kuat
Titrasi Asam Kuat - Basa Lemah
contoh : - Asam kuat : HCl - Basa lemah : NH4OH Persamaan Reaksi : HCl + NH4OH → NH4Cl + H2O Reaksi ionnya : H+ + NH4OH → H2O + NH4+ Kurva Titrasi Asam kuat – Basa Lemah
Titrasi Asam Lemah - Basa Kuat
contoh : - Asam lemah : CH3COOH - Basa kuat : NaOH Persamaan Reaksi : CH3COOH + NaOH → NaCH3COO + H2O Reaksi ionnya : H+ + OH- → H2O
Kurva Titrasi Asam Lemah – Basa Kuat
Titrasi Asam Kuat - Garam dari Asam Lemah
contoh : - Asam kuat : HCl - Garam dari asam lemah : NH4BO2 Persamaan Reaksi : HCl + NH4BO2 → HBO2 + NH4Cl Reaksi ionnya : H+ + BO2- → HBO2
Titrasi Basa Kuat - Garam dari Basa Lemah
contoh : - Basa kuat : NaOH - Garam dari basa lemah : CH3COONH4 Persamaan Reaksi : NaOH + CH3COONH4 → CH3COONa + NH4OH Reaksi ionnya : OH- + NH4- → NH4OH Beberapa Pengertian dan Istilah Titrimeti Analisa titrimetri atau analisa volumetrik adalah analisis kuantitatif dengan mereaksikan
suatu zat yang dianalisis dengan larutan baku (standar) yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan reaksi antara zat yang dianalisis dan larutan standar tersebut berlangsung secara kuantitatif.
Larutan baku (standar) adalah larutan yang telah diketahui konsentrasinya secara teliti, dan
konsentrasinya biasa dinyatakan dalam satuan N (normalitas) atau M (molaritas). Indikator adalah zat yang ditambahkan untuk menunjukkan titik akhir titrasi telah di capai. Umumnya indicator yang digunakan adalah indicator azo dengan warna yang spesifik pada berbagai perubahan pH.
Titik Ekuivalen adalah titik dimana terjadi kesetaraan reaksi secara stokiometri antara zat
yang dianalisis dan larutan standar.
Titik akhir titrasi adalah titik dimana terjadi perubahan warna pada indicator yang
menunjukkan titik ekuivalen reaksi antara zat yyang dianalisis dan larutan st andar. Pada umumnya, titik ekuivalen lebih dahulu dicapai lalu diteruskan dengan titik akhir titrasi. Ketelitian dalam penentuan titik akhir titrasi sangat mempengaruhi hasil analisis pada suatu senyawa. Pada kebanyakan titrasi titik ekuivalen ini tidak dapat diamati, karena itu perlu bantuan senyawa lain yang dapat menunjukkan saat titrasi harus dihentikan. Senyawa ini dinamakan indikator. Syarat-syarat yang harus dipenuhi untuk dapat dilakukan analisis volumetrik adalah sebagai berikut : 1. Reaksinya harus berlangsung sangat cepat. 2. Reaksinya harus sederhana serta dapat dinyatakan dengan persamaan reaksi yang kuantitatif/stokiometrik. 3. Harus ada perubahan yang terlihat pada saat titik ekuivalen tercapai, baik secara kimia maupun secara fisika. 4. Harus ada indikator jika reaksi tidak menunjukkan perubahan kimia atau fisika. Indikator potensiometrik dapat pula digunakan.
Berdasarkan cara titrasi
· Titrasi langsung · Titrasi kembali (titrasi balik/residual titration)
Teori Dasar Titrasi Asam – Basa
1. Teori Asam – Basa menurut Arhennius
Asam adalah semua senyawa yang dalam bentuk larutan dapat menghasilkan ion H +.
Basa adalah semua senyawa yang dalam bentuk larutan dapat menghasilkan ion OH .
-
2. Teori Asam – Basa menurut Brownsted Lowry
Asam adalah pemberi/ donor proton.
Basa adalah penerima/ akseptor proton.
3. Teori Asam – Basa menurut Lewis
Asam adalah pemberi pasangan elektron.
Basa adalah penerima pasangan elektron.
Indikator dalam Titrasi Asam – Basa
Indikator yang digunakan dalam titrasi asam – basa dinamakan indikator asam – basa. No.
Nama
Warna
Trayek pH
Indikator
Asam
Basa
1.
Metil Kuning
Merah
Kuning Jingga
2,9 – 4,0
2.
Metil Jingga
Merah
Jingga Kuning
3,1 – 4,4
3.
Bromo Fenol Blue
Kuning
Ungu
3,0 – 4,6
4.
Merah Metil
Merah
Kuning
4,2 - 6,2
5.
Fenol Merah
Kuning
Merah
6,4 – 8,0
6.
Timol Blue
Kuning
Biru
8,0 – 9,6
7.
Phenolphtalein
Tidak Berwarna
Merah Ungu
8,0 – 9,8
Alat dan Bahan :
a. Neraca / Timbangan f. Erlemenyer b. Buret
g. Labu Semprot
c. Bulp
h. Statif + Klaim buret
d. Labu Ukur
i. Corong
e. Pipet Ukur Bahan :
a. Padatan Asam Oksalat ((COOH2)2 . 2H2O) b. Larutan NaOH 0.1 N c. Indicator PP d. Sampel Asam ( HCl ) Prosedur Kerja :
A. Penetapan kosentrasi NaOH 0.1 N dengan bahan baku primer Asam Oksalat ( Alkali ) 1. Dibuat 100 ml larutan baku primer 2. Dipipet 10 ml larutan baku primer 3. Ditambahkan 3-5 tetes indicator PP 4. Dititrasi dengan NaOH 0.1 N dalam buret sampai titik akhir ( larutan merah muda seulas) 5. Dilakukan sebanyak 3 ×
DATA PENGAMATAN
A.Pembakaran NaOH dengan Baku primer Asam Okasalat ( Alkali ) Vol Asam Oksalat = 10 ml N Asam Oksalat
= 0.1 N
Pengerjaan
Vol. NaOH (ml)
Simplo
50ml – 37ml = 13 ml
Duplo
37ml – 26,4ml = 10,6 ml
Rata - rata
11.8 ml
N NaOH V1.N1 = V2.N2 Keterangan : V1 = Vol. Asam Oksalat N1 = N. Asam Oksalat V2 = Vol. NaOH N2 = N NaOH Rumus :
N=
BE =
Hitungan : Gram = N.V.BE
= 0.1 × 100 × 126\2 = 630 mg = 0.63 gram
V1.N1 = V2.N2
10 . 0.1 = 10.75 . N 2 N2
=
= 0.0847 N B.Pembakuan HCl dengan Baku Primer Borax ( Asidi ) Vol Borax = 10 ml N Borax
= 0.1 N
Pengerjaan
Vol HCl (ml)
Simplo
50ml – 39,4ml=10,6ml
Duplo
39.4ml – 28,2ml= 10.3ml
Rata - rata
10.9ml
N NaOH V1.N1 = V2.N2 Keterangan : V1 = Vol. Asam Oksalat N1 = N. Asam Oksalat V2 = Vol. NaOH N2 = N NaOH Rumus :
N=
BE =
Hitungan : Gram borax = N.V.BE
= 0.1 × 100 × 382\2 = 10 × 191 = 1910 mg = 1.91 gram V1.N1 = V2.N2
10 . 0.1 = 10.9 . N 2 N2
=
= 0.0917 N
PEMBAHASAN
Pada percobaan alkalimetri ini menggunakan larutan baku primer asam oksalat (alkali) untuk menstandarsisasikan larutan NaOH. Reaksi asam-basa sering digunakan untuk menentukan konsentrasi larutan asam atau larutan basa. Penentuan itu dapat dilakukan dengan cara meneteskan larutan basa yang sudah diketahui konsentrasinya atau sebaliknya. Dan dalam pembahasan praktikum ini akan banyak membahas mengenai alkalimetri. Alkalimetri yaitu penentuan kadar asam dari suatu contoh dengan menggunakan larutan baku standar serta indikator pH yang sesuai. Larutan baku standar ialah larutan yang konsentrasinya telah diketahui dengan teliti dimana larutan ini setiap liternya mengandung sejumlah gram equivalen tertentu. Larutan baku standar biasa digunakan sebagai titran, sedangkan larutan asam yang akan ditentukan kadarnya digunakan sebagi titrat. Pada praktikum ini larutan basa yang bisa digunakan adalah NaOH. NaOH bukan merupakan bahan baku primer karena bersifat higroskopis dan mudah menyerap CO2 dari udara. Oleh karena itu NaOH harus disatandarisasi terlebih dahulu menggunakan larutan baku primer didapat dari penimbangan langsung bahan murni, misalnya asam oksalat (COOH)2.2H2O. Dalam praktikum kali ini kita akan menetukan kadar asam oksalat pada yogurt. Dalam penentuan kadar asam oksalat digunakan larutan baku standar NaOH dari indikator phenolphtalien. Indikator dalam titrasi adalah indikator pH karena indikator ini berubah warnanya sesuai dengan perubahan pH. Suatu indikator pH memiliki perubahan warna yang khas pada daerah pH tertentu. Dalam titrasi standarisasi NaOH dan penentuan kadar asam oksalat dipakai indikator pH sehingga jelas harus diketahui pH untuk setiap perubahan reaksi. Jumlah asam laktat pada yogurt sebanding dengan jumlah NaOH yang digunakan dalam titrasi. Rekasi ini berlangsung menurut persamaan berikut: C3H6O3 + NaOH
- NaC3H5O3 + H2O
Standarsisasi ini dilakukan karena NaOH
mudah terkontaminasi dan bereaksi
dengan zat lain sehingga larutan NaOH yang digunakan bisa saja sudah kurang murni. Dalam penyimpanannya NaOH mengalami perubahan diantaranya karena sifat NaOH yang higroskopis sehingga menyerap uap air dari udara. NaOH juga mudah bereaksi dengan CO2 dalam udara. Kedua proses ini menyebabkan NaOH tidak murni lagi. Indikator yang digunakan adalah indikator PP (phenolphtelein). Pemilihan indikator ini didasari oleh penyesuaian pH akhir titrasi dengan trayek pH phenolphtelein. Reaksi
antara NaOH 0.1 N dengan Asam Oksalat 0.1 N. Perubahan warna yang menentukan titik akhir titrasi adalah dari tidak berwarna menjadi merah sangat muda.
Tugas :
1. Apa yang dimadsud dengan larutan buffer ? 2. Sebutkan macam – macam indicator asam basa ? 3. Gambarkan kurva dibawah ini : A. Asam kuat – basa lemah B. Asam kuat – basa kuat C. Asam lemah – basa lemah Jawab :
1. Larutan buffer adalah larutan yang terdiri dari garam dengan asam lemahnya atau garam dengan basa lemahnya. Komposisi ini menyebabkan larutan memiliki kemampuan untuk mempertahankan pH jika kedalam larutan ditambahkan sedikit asam atau basa. Hal ini disebabkan larutan penyangga memiliki pasangan asam basa konjugasi (ingat konsep asam Lowry-Bronsted).
2. Pembagian Indikator dalam titrasi : Indikator Asam Basa ( Aci d Base I ndi cators )
Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi Asidimetri dan alkalimetri.
Indikator Pengendapan dan Adsorpsi.
Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi presipitimetri seperti pada Argentometri.
Auto indikator.
Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi Iodometri,
Permanganometri,
Iodimetri dan Bromatometri.
Indikator Redoks
Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi Bromatometri, Serimetri, dan titrasi K 2Cr 2O7, Iodimetri dan Iodometri.
Indikator dalam (I ntern al I ndicator)
Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi Nitrimetri
Indikator luar (Eksternal Indicator)
Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi Nitrimetri
Indikator Metal (M etalochr omatic I ndicators)
Titrasi yang menggunakan indikator ini adalah titrasi Kompleksometri dan Kelatometri. 3. Titrasi Asam Kuat - Basa Lemah contoh : - Asam kuat : HCl - Basa lemah : NH4OH Persamaan Reaksi : HCl + NH4OH → NH4Cl + H2O Reaksi ionnya : H+ + NH4OH → H2O + NH4+
Kurva Titrasi Asam kuat – Basa Lemah
Titrasi Asam Kuat - Basa Kuat
Contoh : - Asam kuat : HCl - Basa kuat : NaOH
Persamaan Reaksi : HCl + NaOH → NaCl + H2O Reaksi ionnya : H+ + OH- → H2O Kurva Titrasi Asam Kuat Basa Kuat
Kurva Titrasi Asam lemah- Basa lemah
KESIMPULAN
- Standardisasi NaOH ditandai adanya perubahan warna pada akhir titrasi yaitu putih bening menjadi pink atau merah muda. -Dari hasil percobaan asidi alkalimetri didapatkan normalitas larutan NaOH sebesar 0.0847 N dan normalitas HCl sebesar 0.0917 N.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/wiki/Titrasi http://chemistryoche.blogspot.com/2010/04/titrimetri.html http://kimia-asyik.blogspot.com/2010/01/kurva-titrasi-asam-basa.html modul pratikum kimia analisis universitas muhammadiyah