Bab I Pendahuluan
Klasifikasi Ilmiah Kerajaan
: Fungi
Filum
: Ascomycota
Kelas
: Sordariomycetes Sordariomycetes
Ordo
: Hypocreales Hypocreales
Famili
: Cordycipitaceae Cordycipitaceae
Genus
: Beauveria
Spesies
: B. Bassiana
Beauveria Bassiana adalah sejenis jamur yang tumbuh secara alami dalam tanah di seluruh dunia yang dapat bertindak sebagai parasit pada berbagai spesies arthropoda dimana jamur ini dapat menyebabkan penyakit muscardine putih pada serangga yang terinfeksi. Jamur BB hanya dapat menginfeksi species serangga saja sehingga tidak berbahaya pada manusia. Beauveria bassiana secara alami terdapat di dalam tanah sebagai jamur saprofit. Pertumbuhan jamur Pertumbuhan jamur di dalam tanah sangat dipengaruhi oleh kondisi tanah, seperti kandungan bahan organik, suhu, kelembapan, kebiasaan makan serangga, adanya pestisida sintetis, dan waktu aplikasi. Secara umum, suhu di atas 30 °C, kelembapan tanah yang berkurang dan adanya antifungal atau pestisida dapat menghambat pertumbuhannya.Jamur Beauveria bassiana adalah jamur mikroskopik dengan tubuh berbentuk benang-benang halus (hifa).
Kemudian hifa-hifa tadi membentuk koloni yang disebut miselia. Jamur ini tidak dapat memproduksi makanannya sendiri, oleh karena itu ia bersifat parasit terhadap serangga inangnya. Laboratorium BPTPH Propinsi Daerah Istimewa Yogyakarta telah mengembangkan dan memproduksi secara massal jamur patogen serangga B. bassiana sebagai insektisida alami. Berdasarkan kajian jamur B. bassiana efektif mengendalikan mengendalikan hama walang sangit, wereng batang coklat, dan kutu (Aphids sp). Akan tetapi, bukan tidak mungkin akan efektif bila diuji coba pada serangga-serangga hama anggrek seperti kutu gajah.
Bab II Tinjauan Pustaka
Jamur Beauveria bassiana adalah insektisida biologis termurah yang pernah ada. Jika insektisida lainnya hanya dapat habis digunakan hingga perlu membelinya kembali, maka insektisida bilologis Beauveria Bassiana dapat diperbanyak sendiri dengan cara menggerus hingga halus serangga yang telah terinfeksi untuk mendapatkan sporanya, kemudian menggunakan hasil gerusan ini untuk penyemprotan berikutnya. BB adalah agensia hayati yang dapat berperan sebagai insektisida kontact maupun sistemik. BB yang masuk melalui mulut serangga hama, kemudian dapat tumbuh dan berkembang menghancurkan sistem organ dari dalam. BB yang menempel pada kulit hama dan mengeluarkan enzim (Kitinase, Protease, Lipase) untuk menghancurkan kulit. BVR mengeluarkan racun (Beauvericin, Beauveroilides, Asam oksalat) yang dapat membunuh serangga. Miselium tumbuh secara progresif dan muncul badan buah berwarna putih pada hama yang mati, jika hama terinfeksi tersinggung hama sehat, maka hama akan tertulari, penularan dapat melalui angin. Kematian hama berkisar 4-8 hari setelah terinfeksi BB. BB sangat efektif untuk mengatasi hama penyakit seperti wereng, walang sangit, kutu-kutuan, ulat tanaman, bahkan juga dapat me mumi-kan nyamuk. Sistem kerja spora jamur B. bassiana masuk ke tubuh serangga inang melalui kulit, aluran pencernaan, spirakel dan lubang lainnya. Selain itu inokulum jamur yang menempel
s
pada tubuh serangga inang dapat berkecambah dan berkembang membentuk tabung kecambah, kemudian masuk menembus kutikula tubuh serangga. Penembusan dilakukan secara mekanis dan atau kimiawi dengan mengeluarkan enzim atau toksin. Jamur ini selanjutnya akan mengeluarkan racun beauverin yang membuat kerusakan jaringan tubuh serangga. Dalam hitungan hari, serangga akan mati. Setelah itu, miselia jamur akan tumbuh ke seluruh bagian tubuh serangga. Serangga yang terserang jamur B. bassiana akan mati dengan tubuh mengeras seperti mumi dan tertutup oleh benang-benang hifa berwarna putih. Dilaporkan telah diketahui lebih dari 175 jenis serangga hama yang menjadi inang jamur B. bassiana. Berdasarkan hasil kajian jamur ini efektif mengendalikan hama walang sangit ( Leptocorisa oratorius) dan wereng batang coklat ( Nilaparvata lugens) pada tanaman padi serta hama kutu ( Aphids sp.) pada tanaman sayuran. Beberapa keunggulan jamur patogen serangga B. bassiana sebagai pestisida hayati yaitu :
-
Selektif terhadap serangga sasaran sehingga tidak membahayakan serangga lain bukan sasaran, seperti predator, parasitoid, serangga penyerbuk, dan serangga berguna lebah madu.
-
Tidak meninggalkan residu beracun pada hasil pertanian, dalam tanah maupun pada aliran air alami.
-
Tidak menyebabkan fitotoksin (keracunan) pada tanaman
-
Mudah diproduksi dengan teknik sederhana.
Jamur entomopatogen, B. bassiana dapat diperoleh dari tanah terutama pada bagian atas (top soil) 5 – 15 cm dari permukaan tanah, karena pada horizon ini diperkirakan banyak terdapat inokulum B. bassiana. Teknik untuk memperoleh jamur entomopatogen, B. bassiana dari tanah adalah dengan menggunakan metoda umpan serangga ( insect bait method ). B.bassiana dapat menyerang hampir semua jenis serangga, cendawan ini digolongkan ke
dalam non-selektifpestisida sehingga dianjurkan tidak digunakan pada tanaman yang pembuahannya dibantu oleh serangga. Penggunaan jamur ini untuk membasmi hama dapat dilakukan dengan beberapa metode. Jamur ini bisa dipakai untuk jebakan hama. Adapun cara penggunaanya yaitu dengan memasukkan Beauveria bassiana beserta alat pemikat berupa aroma yang diminati serangga (feromon) ke dalam botol mineral. Serangga akan masuk ke dalam botol dan terkena spora. Akhirnya menyebabkan serangga tersebut terinfeksi. Cara aplikasi lain yaitu dengan metode penyemprotan. Selain itu, berdasarkan hasil penelitian, ternyata Beauveria bassiana bukan parasit bagi manusia dan invertebrata lain. Tapi, bila terjadi kontak dengan spora yang terbuka bisa menyebabkan alergi kulit bagi individu yang peka.
Bab III Cara Kerja
Pembuatan Insektisida Biologis Beauveria bassiana Alat dan bahan -
Isolat jamur Beauveria bassiana.
-
Jagung sebagai media.
-
Kantung plastik tahan panas.
-
Jarum inokulasi untuk penularan ke media.
-
Bunsen, untuk membuat kondisi aseptik saat inokulasi.
Prosedur kerja
Cara perbanyakan meliputi persiapan media dan inokulasi (penularan) dan penyimpanan Persiapan media
Untuk mempersiapkan media, terlebih dahulu rendam beras, berasan jagung atau campuran dari keduanya dan atau dedak (bekatul) dengan air selama kurang lebih sehari. Buang air yang tersisa kemudian masukkan ke dalam plastik tahan panas sebanyak kurang lebih 100g kemudian tutup rapat dengan melipat ujungnya hingga seperempat bagian. Anda dapat menggunakan stapler untuk menutup ujung plastik tersebut. Setelah selesai, kukus beras tersebut di dalam panci atau dandang selama kurang lebih 45 menit. Tujuan mengukus adalah sterilisasi media agar tidak ditumbuhi oleh organisme lain (kontaminasi). Setelah selesei, tiriskan dan dinginkan media. Inokulasi (penularan) atau penanaman jamur pada media
Jika media telah dingin, ambil sedikit isolat murni B. bassiana dengan jarum inokulasi dan letakkan di atas media beras steril tadi untuk inokulasi. Lakukan semua tahap penanaman (inokulasi) di dalam kotak inokulasi dengan bunsen atau di tempat yang terjamin (steril) sehingga tidak terjadi kontaminasi. Pada tiap-tiap langkah setelah inokulasi tutup kembali plastik tersebut seperti semula. Penyimpanan (inkubasi)
Simpan biakan jamur pada tempat yang bersih dengan suhu ruang, jika proses inokulasi berhasil jamur akan tumbuh di atas media sehingga media akan berwarna putih
susu. Masa penumbuhan ini bisa berlangsung hingga 15 hari setelah inokulasi, namun kondisi tersebut tergantung jumlah spora yang diinokulasikan.
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Setelah menunggu selama 15 hari akhirnya insektisida alami jamur Beauveria bassiana siap untuk diaplikasikan. Tanaman itu adalah tanaman kacang merah yang telah di tanam di lahan Ciparanje. Aplikasi dilakuakan pada tanaman kacang merah di umur 5 minggu setelah tanam, tepatnya pada 07 Nopember 2011. Adapun cara penggunaanya yaitu dengan melarutkan Beauveria bassiana dengan twin sebanyak 8-10 tetes ke dalam 1 liter air kemudian di saring. Hasil saringan tersebut selanjutnya disemprotkan pada tanaman. Aplikasi sebaiknya dilakukan pada saat kondisi lingkungan yang mendukung bagi perkembangan jamur, yaitu pada saat sore atau pagi hari. Hasil yang diperoleh setelah pengaplikasian insektisida alami jamur Beauveria bassiana ini adalah kerusakan pada tanaman kacang merah yang ditanami di lahan Ciparanje berkurang. Berkurangnya kerusakan pada tanaman kacang merah di lahan Ciparanje ini adalah efek dari pemberian insektisida biologi tersebut. Cara cendawan
Beauvaria
bassiana menginfeksi tubuh serangga dimulai dengan kontak inang, masuk ke dalam tubuh
inang, reproduksi di dalam satu atau lebih jaringan inang, kemudian kontak dan menginfeksi inang
baru.
B.
bassiana
saluran pencernaan, spirakel dan pada tubuh serangga kecambah,
inang
kemudian
secara mekanis dan
masuk
ke
lubang
lainnya.
akan
masuk
tubuh
berkecambah menembus
atau kimiawi dengan
serangga
inang
Inokulum jamur
melalui kulit,
yang
menempel
dan berkembang membentuk
kulit tubuh.
Penembusan
mengeluarkan enzim atau toksin.
tabung
dilakukan Pada
proses
selanjutnya, jamur akan bereproduksi di dalam tubuh inang. Jamur akan berkembang dalam tubuh inang dan menyerang seluruh jaringan tubuh, sehingga serangga mati. Miselia jamur menembus ke luar tubuh inang, tumbuh menutupi tubuh inang dan memproduksi konidia. Dalam hitungan hari, serangga akan mati. Serangga yang terserang jamur B. bassiana akan mati
dengan
tubuh
mengeras
seperti mumi
dan
jamur
menutupi
tubuh
inang
dengan warna putih. Dalam infeksinya, B. bassiana akan terlihat keluar dari tubuh serangga terinfeksi mula-mula dari bagian alat tambahan (apendages) seperti antara segmen-segmen antena, antara segmen kepala dengan toraks , antara segmen toraks dengan abdomen dan antara segmen abdomen dengan cauda (ekor). Setelah beberapa hari kemudian seluruh permukaan tubuh serangga yang terinfeksi akan ditutupi oleh massa jamur yang berwarna putih.
Penetrasi jamur entomopatogen sering terjadi pada membran antara kapsul kepala dengan toraks atau di antara segmen-segmen apendages demikian pula miselium jamur keluar pertama
kali
pada
bagian-bagian
tersebut.
Serangga
yang
telah
terinfeksi B.bassiana selanjutnya akan mengkontaminasi lingkungan, baik dengan cara mengeluarkan spora menembus kutikula keluar tubuh inang, maupun melalui fesesnya yang terkontaminasi.
Serangga sehat kemudian
akan
terinfeksi.
Jalur
dinamakan transmisi horizontal patogen (inter/intra generasi).
http://herrysoenarko.blogspot.com/2009/06/agen-pengendali-alami.html http://id.wikipedia.org/wiki/Beauveria_bassiana http://www.htysite.com/hama%20musuh%20alami%2003.htm http://www.gerbangpertanian.com/2011/06/insektisida-biologi-beauveria-bassiana.html http://gddewa.wordpress.com/2011/07/17/mengenal-jamur-beauveria-bassiana/
ini
Bab V Kesimpulan
Para ahli ekologi dan pertanian sudah sejak lama telah menyadari bahaya gejala ketidakseimbangan ekologi pertanian, sehingga mereka gencar mempromosikan pertanian ramah lingkungan dengan menekankan pada kembalinya cara-cara budidaya yang alamiah. Salah satu aplikasi pertanian ramah lingkunan adalah penggunaan musuh alami dan sekaligus perbanyakan secara berimbang. Telah banyak organisme yang perannya di'hidup'kan oleh para ahli pertanian, seperti Jamur Patogen Serangga (Entomopathogen) Beauveria bassiana. Längle menerangkan bahwa sebenarnya penggunaan Beauveria bassiana sebagai pestisida hayati merupakan titik balik dari penemuan ilmuwan Italia, Agostino Bassi pada abad ke 19. Agostino Bassi melakukan penelitian selama lebih dari 30 tahun untuk mengetahui Penyakit Muscardine pada ulat sutra ( Bombyx mori L.). Dalam penelitiannya tersebut, Bassi menemukan jamur Beauveria bassiana sebagai penyebab penyakit pada ulat sutra tersebut. Hasil penemuan ini tidak hanya sebagai pondasi untuk pengendalian hama dengan memanfaatkan mikroba, tetapi juga mempengaruhi kerja Louis Pasteur, Robert Koch dan perintis peneliti mikrobiologi lain. Secara pribadi, Bassi juga berpendapat bahwa penggunaan organisme seperti Beauveria bassiana berpotensi dalam pengendalian serangga hama. Sifat
parasit
jamur Beauveria
bassiana dalam
ilmu
perlindungan
tanaman
digolongkan ke dalam mikroba menguntungkan ( Beneficial microbe) karena berperan sebagai konsumen tingkat dua dalam sistem piramida rantai makanan. Saat ini juga sudah banyak beredar
produk-produk
pestisida
bassiana sebagai 'bahan aktif'nya.
hayati
yang
menjadikan
spora
jamur Beauveria
Bab I Pendahuluan Kerajaan: Fungi Divisi:
Ascomycota
Upadivisi: Pezizomycotina Kelas:
Sordariomycetes
Ordo:
Hypocreales
Famili:
Hypocreaceae
Genus:
Trichoderma
Trichoderma
sp
merupakan
kelas ascomycetes. Trichoderma
sejenis cendawan / fungi yang
sp. memiliki
aktivitas antifungal.
termasuk
Trichoderma spp.
merupakan jamur antagonis yang sangat penting untuk pengendalian hayati Mekanisme pengendalian Trichoderma spp. yang bersifat spesifik target, mengoloni rhizosfer dengan cepat dan melindungi akar dari serangan jamur patogen, mempercepat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan hasil produksi tanaman, menjadi keunggulan lain sebagai agen pengendali hayati. Aplikasi dapat dilakukan melalui tanah secara langsung. Selain itu Trichoderma spp sebagai jasad antagonis mudah dibiakkan secara massal dan mudah disimpan dalam waktu lama (Arwiyanto, 2003). Di alam, Trichoderma banyak ditemukan di tanah hutan maupun tanah
pertanian
atau
pada
substrat
berkayu.
Suhu optimum
untuk
tumbuhnya Trichoderma berbeda-beda setiap spesiesnya. Ada beberapa spesies yang dapat tumbuh
pada temperatur rendah
ada
pula
yang
tumbuh
pada
temperatur
cukup
tinggi,kisarannya sekitar 7 °C – 41 °C. Trichoderma yang dikultur dapat bertumbuh cepat pada suhu 25-30 °C, namun pada suhu 35 °C cendawan ini tidak dapat tumbuh. Perbedaan suhu memengaruhi produksi beberapa enzim seperti karboksi metil selulase dan xilanase. Kemampuan merespon kondisi pH dan kandungan CO 2 juga bervariasi. Namun secara umum apabila kandungan CO 2 meningkat maka kondisi pH untuk pertumbuhan akan bergeser menjadi semakin basa. Di udara, pH optimum bagi Trichoderma berkisar antara 3-7. Faktor lain
yang
memengaruhi
pertumbuhan Trichoderma adalah kelembaban,
sedangkan
kandungan garam tidak menghambat
terlalu
mekanisme
memengaruhi Trichoderma.
kerja Trichoderma.
dibandingkan sukrosa, glukosa merupakan
Melalui
Penambahan
-
HCO 3 dapat
uji biokimia diketahui
sumber karbon utama
bahwa
bagi Trichoderma,
sedangkan pada beberapa spesies sumber nitrogennya berasal dari ekstrak khamir dan tripton. Pada Trichoderma yang dikultur, Morfologi koloninya bergantung pada media tempat bertumbuh. Pada media yang nutrisinya terbatas ,koloni tampak transparan, sedangkan pada media yang nutrisinya lebih banyak, koloni dapat terlihat lebih putih.
Konidia dapat
terbentuk dalam satu minggu, warnanya dapat kuning, hijau atau putih.
Pada beberapa
spesies dapat diproduksi semacam bau seperti permen atau kacang. Bentuk Sempurna dari jamur ini secara umum dikenal sebagai Hipocreales atau kadang-kadang Eurotiales, Clacipitales dan Spheriales. Spesies dalam satu kelompok yang sama dariTrichoderma dapat menunjukkan spesies yang berbeda pada Hypocrea sebagai anamorf. Hal ini dimungkinkan karena terdapat banyak perbedaan bentuk seksual dari Trichoderma, sebagai contoh misalnya pada T. harzianum dapat menunjukkan enam perbedaan bentuk seksual yang masing-masing bentuk ini menunjukkan anamorf yang berbeda (Chet, 1987). Jamur ini selain bersifat hiperparasitik terhadap beberapa patogen, diketahui pula dapat menghasilkan antibiotik yang dapat mematikan dan menghambat pertumbuhan jamur lain. Mekanisme penekanan patogen oleh Trichoderma terjadi melalui proses kompetisi, parasitisme, antibiosis, atau mekanisme lain yang merugikan bagi patogen. Selain itu, jamur ini mempunyai sifat-sifat mudah didapat, penyebarannya luas, toleran terhadap zat penghambat pertumbuhan, tumbuh cepat, kompetitif dan menghasilkan spora yang berlimpah, sehingga mempermudah penyediaan jamur sebagai bahan pengendali hayati dalam proses produksi massal. Jamur Trichoderma mempunyai kemampuan untuk meningkatkan kecepatan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, terutama kemampuannya untuk menyebabkan produksi perakaran sehat dan meningkatkan angka kedalaman akar (lebih dalam di bawah permukaan tanah). Akar yang lebih dalam ini menyebabkan tanaman menjadi lebih resisten terhadap kekeringan, seperti pada tanaman jagung dan tanaman hias. Trichorderma sp. merupakan jamur yang paling banyak terdapat di dalam tanah dan bersifat antagonistik terhadap jamur lain. Selain daya adaptasinya luas, Trichorderma
mempunyai daya antagonis tinggi dan dapat mengeluarkan racun, sehingga dapat menghambat bahkan mematikan patogen lain.
Bab II Tinjauan Pustaka
Pupuk merupakan bahan tambahan yang diberikan ke tanah untuk tujuan memperkaya atau meningkatkan kondisi kesuburan tanah baik khemis, fisis maupun biologisnya. Kesuburan kimia tanah dinilai dari kandungan ion mineral dan kapasitas pertukaran kationnya untuk menyediakan makanan siap saji bagi tanaman. Kesuburan fisis adalah keadaan tanah yang tidak compact atau gembur sehingga menyediakan aerasi dan drainase yang baik dan tidak menyiksa akar tanaman. Sedangkan kesuburan biologis tanah juga sangat penting, kandungan mikroorganisme tanah yang mendukung proses penguraian bahan organik menjadi mineral anorganik adalah definisi kesuburan biologis tanah. Perbaikan kondisi kesuburan tanah yang paling praktis adalah dengan penambahan pupuk ke tanah. Namun perlu diperhatikan keseimbangan kesuburan tanah sehingga pupuk yang diberikan dapat efektif dan efisien. Penambahan pupuk anorganik yang menyediakan ion mineral siap saji saja akan merusak kesuburan fisis tanah, dimana tanah menjadi keras dan kompak. Dengan demikian, aplikasi pupuk organik akan sangat memperbaiki kondisi tanah. Sayang pupuk organik lebih lambat untuk terurai menjadi ion mineral, apalagi jika aplikasinya hanya berupa penambahan bahan organik mentah saja. Maka dari itu kandungan mokroorganisme tanah juga perlu diperkaya untuk mempercepat dekomposisi, sehingga kesuburan tanah dapat terjaga. Salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk biologis tanah adalah jamur Trichoderma sp. Mikroorganisme ini adalah jamur penghuni tanah yang dapat diisolasi dari perakaran tanaman lapangan. Spesies Trichoderma disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. Beberapa spesies Trichoderma telah dilaporkan sebagai agensia hayati seperti T. Harzianum, T. Viridae, dan T. Konigii yang berspektrum luas pada berbagai tanaman pertanian. Biakan jamur Trichoderma dalam media aplikatif seperti dedak dapat diberikan ke areal pertanaman dan berlaku sebagai biodekomposer, mendekomposisi limbah organik (rontokan dedaunan dan ranting tua) menjadi kompos yang bermutu. Serta dapat berlaku sebagai biofungisida, Trichoderma dapat menghambat pertumbuhan beberapa jamur penyebab penyakit pada tanaman antara lain Rigidiforus lignosus, Fusarium oxysporum, Rizoctonia solani, Sclerotium rolfsii, dll.
Pupuk biologis Trichoderma dapat dibuat dengan inokulasi biakan murni pada media aplikatif, misalnya dedak. Sedangkan biakan murni dapat dibuat melalui isolasi dari perakaran tanaman, serta dapat diperbanyak dan diremajakan kembali pada media PDA (Potato Dextrose Agar). Isolasi banyak dilakukan oleh kalangan peneliti maupun produsen pupuk, tetapi masih terlalu merepotkan untuk diadopsi oleh petani. Sebagai petani, untuk lebih efisiennya dapat memproduksi pupuk biologis yang siap aplikasi saja, sehingga hanya perlu membeli dan memperbanyak sendiri biakan murninya dan diinokulasikan pada media aplikatif. Atau jika menginginkan kepraktisan dapat membeli pupuk yang siap tebar untuk setiap kali aplikasi. Selain sebagai pupuk biologis, kapang dari jamur Trichoderma viride digunakan untuk meningkatkan nilai manfaat jerami padi melalui fermentasi, karena jamur ini mempunyai sifat selulolitik dan mengeluarkan enzim selulase yang dapat merombak selulosa menjadi selubiosa hingga akhirnya menjadi glukosa (Mandels dan Reese, 1957).Proses yang terjadi ketika jerami padi difermentasi menggunakan Trichoderma viride adalah terjadinya degradasi terhadap dinding sel yang diselaputi oleh lignin, selulosa dan hemiselulosa. Akibat degradasi ini maka sebagian lignin akan terdegradasi. Selulosa dan hemiselulosa juga akan terurai menjadi glukosa. Potensi dan Mekanisme Antagonistik
Trichoderma
Sp.
Diketahui bahwa beberapa spesies Trichoderma mampu menghasilkan metabolit gliotoksin dan viridin sebagai antibiotik dan beberapa spesies juga diketahui dapat mengeluarkan enzim b1,3-glukanase dan kitinase yang menyebabkan eksolisis pada hifa inangnya, namun proses yang terpenting yaitu kemampuan mikoparasit dan persaingannya yang kuat dengan patogen (Chet, 1987). Beberapa penelitian yang telah dilakukan, Trichoderma Sp memiliki peran antagonisme terhdap beberapa patogen tular tanah yang berperan sebagai mikoparasit terhadap beberapa tanaman inang. Chet (1987), berpendapat bahwa bahwa mikoparasitisme dari Trichoderma Sp. merupakan suatu proses yang kompleks dan terdiri dari beberapa tahap dalam menyerang inangnya. Interaksi awal dari Trichoderma Sp. yaitu dengan cara hifanya membelok ke arah jamur inang yang diserangnya, Ini menunjukkan adanya fenomena respon kemotropik pada Trichoderma Sp. karena adanya rangsangan dari hyfa inang ataupun senyawa kimia yang dikeluarkan oleh jamur inang. Ketika mikoparasit itu mencapai inangnya, hifanya kemudian membelit atau menghimpit hifa inang tersebut dengan membentuk struktur seperti kait (hook-like structure), mikoparasit ini juka terkadang mempenetrasi miselium inang dengan mendegradasi sebagian dinding sel inang
Bab III Cara Kerja
Kegiatan 1. Menanam bibit tomat tanpa pemberian jamur Trichoderma spp. di dalam besek. Tujuan : sebagai bahan perbandingan dengan penananaman bibit tomat yang diberikan jamur Trichoderma spp.
Alat dan bahan -
Bibit tomat
-
Besek
-
Kotoran hewan
-
Tanah
Prosedur Kerja 1. Mencampurkan tanah dengan kotoran hewan dengan perbandingan 2 : 1. 2. Memasukkan campuran tanah dan kotoran hewan tadi ke dalam besek yang telah disediakan. 3. Membasahi campuran tanah dan kotoran hewan secukupnya ( dalam keadaan lembab). 4. Menanami bibit tomat ke dalam besek yang telah berisi campuran tanah dan kotoran hewan. Jumlah bibit yang di tanami sebanyak 9 bibit. 5. Kemudian setelah semua selesai dilakukan besek yang ditanami bibit tomat tadi dimasukkan ke dalam rumah kaca ( di dekat Gedung HPT Faperta UNPAD). 6. Melakukan Pengamatan.
Keterangan : Tanaman yang kami tanami merupakan tanaman kontrol, yaitu tanaman yang tidak diberikan jamur Trichoderma spp, sebagai perbandingan dengan tanaman yang diberikan jamur Trichoderma spp.
Bab IV Hasil dan Pembahasan
Tanaman tomat yang kami tanami tanpa pemberian jamur Trichoderma spp atau yang disebut dengan tanaman kontrol tumbuh dengan baik. Namun pertumbuhannya menjadi terganggu dikarenakan tanaman kami ini mengalami kekurangan air.
Kerusakan akibat serangan hama penyakit tidak ditemukan di tanaman kami ini. Hal ini mungkin disebabkan karena letak pemilihan lokasi penyimpanannya. Intensitas matahari yang diterima pun cukup bagus sehingga dapat membantu proses pertumbuhan bibit tomat. Pertumbuhan tanaman tomat kontrol ini tidak lebih baik dari tanaman tomat yang diberikan isolat jamur Trichoderma sp. Menurut Purwantisari dan Hastuti (2009), Trichoderma spp. selain mampu mengkoloni rhizosfer dengan cepat dan melindungi akar dari serangan jamur patogen, jamur ini juga dapatmempercepat pertumbuhan tanaman dan meningkatkan
hasil
produksi
tanaman
keunggulan lain sebagai agen pengendali hayati. Trichoderma
spp
ini
adalah
Potensi
dalam
yang la in
keadaan
yan g lingkungan
menjadi di mi li ki yang
kurang baik, miskin hara atau kekeringan, jamur ini akan tetap d a p a t b e r t a h a n d e n g a n membentuk klamidospora. Hal itu berarti dengan sekali aplikasi saja, Trichoderma akan tetap tinggal dalam tanah untuk selamanya.
Bab V Kesimpulan Trichoderma adalah jamur penghuni tanah yang dapat diisolasi dari perakaran
tanaman lapangan. Spesies Trichoderma disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. Saat ini, Trichoderma merupakan salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk biologis tanah. Menurut Ramada (2008) menyatakan bahwa pupuk biologis Trichoderma dapat dibuat dengan inokulasi biakan murni pada media aplikatif, misalnya dedak. Sedangkan biakan murni dapat dibuat melalui isolasi dari perakaran tanaman, serta dapat diperbanyak dan diremajakan kembali pada media PDA ( Potato Dextrose Agar ).
http://www.scribd.com/doc/73086995/LAPORAN-PHPH http://ayyaa.multiply.com/journal/item/27?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Ft em http://jurnalagriepat.wordpress.com/2011/06/18/aplikasi-trichoderma-isolat-plk-1rahmawati-budi-mulyani-dkk/ id.wikipedia.org/wiki/ Trichoderma