LAPORAN PRAKTIKUM
ILMU TILIK TERNAK
"Perlakuan, Pengukuran Dimensi Tubuh, dan Penjurian pada Sapi Bali"
Oleh :
AHMAD RIFAIS
1307105016
A2
PROGRAM STUDI ILMU PETERNAKAN
FAKULTAS PETERNAKAN
UNIVERSITAS UDAYANA
2014
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Laatar Belakang
Ilmu tilik ternak merupakan usaha seleksi maupun kontes, mutlak
diperlukan pelaksanaan pengukuran dengan cara, cara tempat, peralatan yang
tepat dengan pelaksana yang professional yaitu yang telah memiliki
pengetahuan tentang bagian tubuh ternak,mengetahui batasan dan standart
ideal, melakukan penilaian dan pemilihan dengan baik ,ketat ,jujur dan
sungguh-sungguh.
Pada dasarnya penilaian dilakukan dengan dua sistem ialah secara
visual (subyektif) disini amat diperlukan bakat dan seni dari masing-
masing penilai atau juri, bakat disertai dengan pengalaman akan dapt
menghasilkan nilai yang mendekati keadaan yang sebenarnya. Dalam tahap
penilaian ini ternak harus dinilai dari samping ,belakang,depan,saat
berjalan dan perabaan dimana nilainya masing-masing dalam kartu nilai
(score card ) yang telah ditetapan. Sistem kedua adalah penilaian secara
obyektif yaitu nilai statistic vital antara lain dengan pengukuran linier
antara lain berat badan, umur,lingkaran,panjang,lebar dan tinggi masing-
masing ternak tersebut
1.2 Tujuan
Tujuan dalam praktikum ini adalah untuk mengetahui ukuran-ukuran
dimensi tubuh yang terkait dalam produktifitas ternak potong sapi bali.
1.3 Manfaat
Dengan mengetahui ukuran-ukuran tubuh pada ternak kita dapat
mengidentifikasi bobot badan pada ternak tersebut.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Cara Mendekati dan Menggiring Ternak Serta Pemakain Dalam Kandang
Jepit
Sebelum kita melakukan tilik terhadap ternak, maka sewajarnya kita
harus mengetahui bagaimana cara mendeketai dan menggiring ternak dengan
baik dan benar dan kemudian kita menggiring ternak itu sampai ke kandang
jepit. Dan bagaimana perlakuan sesudah kita mendeketai ternak dan
menggiring sampai ke kandang jepit.
Berikut adalah cara mendekati dan menggiring ternak dengan baik dan
benar. Dan memerlakukan kandang jepit dengan baik dan tepat :
Cara Mendekati Ternak :
a. Datangi ternak dari arah depan
b. Sikap tidak boleh ragu-ragu, namun tetap waspada
c. Diberikan isyrat (tanda), tepukan tangan, siulan dengan maksud agar
ternak menoleh kearah kita.
d. Mendekat dengan membawa bahan makanan
e. Bersama-sama dengan pemilik
Cara Menggiring Ternak :
A. .Buka ikatan tali pengikat hidung (untuk sapi yang sudah ditelusuk,
handling lebih mudah)
B. Tarik tali pengikat hidung sapi dan arahkan ke kandang jepit (sapi
akan otomatis mengikuti dan masuk kekandang jepit)
C. Ikat tali pengikat hidung sapi di bagian depan (pagar depan) dari
kandang jepit
Perlakuan Pada Kandang Jepit :
a. Setelah sapi masuk ke kandang jepit segera ikat tali pengikat hidung
sapi pada pagar depan dari kandang jepit
b. Tutup pintu/pagar belakang dari kandang jepit agar posisi sapi
diam/tidak bisa mundur
c. Perhatikan posisi keempat kaki sapi agar simetris sebelum melakukan
pengukuran dan pengamatan
2.2. Cara Menghitung Gigi Seri
a. Tali pengikat hidung ditarik ke atas, sgsr mulut agak terangkat.
Tariklah bibbir bagian bawah kebawah sehingga gigi seri nya tampak.
b. Dapat juga minta bantuan pada pemilik ternak untuk membuka mutul
ternaknya dan mahasiswa segera memperhatikan jumlah gigi serinya.
1. Gigi susu umur 1 tahun
2. I1 umur 1,5 – 2 tahun
3. I2 umur 2 – 3 tahun
4. I3 umur 3 – 3,5 tahun
5. I4 umur 4 tahun
2.3. Menduga Umur Pada Cincin Tanduk
Menduga umur pada cincin tanduk yakni dengan menggunakan rumus :
UI = 1/3 (4N + 5)
UI = Umur Induk
N =Jumlah cincin tanduk
2.4. Penghitungan Berat Badan Ternak dengan Rumus
Kemampuan produksi sapi potong dapat digambarkan dari pertumbuhannya.
Pertambahan bobot badan sebagai refleksi pertumbuhan dapat diketahui dengan
menimbang berat badan. Mengetahui bobot badan ternak merupakan suatu hal
yang sangat penting antara lain untuk menduga produksi daging dan
persentase karkas yang dihasilkan, harga jual, pemilihan bibit, kebutuhan
pakan dan pemberian dosis obat yang tepat.
Cara yang paling akurat untuk mengetahui bobot badan ternak dapat
dilakukan dengan menimbang ternak secara langsung, namun dalam praktek
penimbangan ternak besar seperti sapi memerlukan kerja ekstra dan alat
timbangan ternak yang cukup mahal dan relatif sulit terutama di daerah
pedesaan dengan keadaan topografi yang sulit dijangkau dengan alat
transportasi.
Oleh karena itu untuk mengatasi hal tersebut perlu dicari cara lain
yang lebih murah dan praktis yaitu dengan pendugaan bobot badan ternak
melalui pendekatan terhadap hubungan antara satu atau lebih ukuran bagian
tubuh ternak dengan bobot badannya dan pendugaan bobot karkas berdasarkan
bobot hidup ternak. (Trimeldus Tulak Tonbesi et al.)
Salah satu rumus yang dapat digunakan sebagai alternative dalam
mengukur berat badan ternak sapi bali yaitu rumus Djagra ( 1987 ) :
a. Sapi Bali Jantan Y = P X L2
--------
11045
b. Sapi Bali Betina Y = P X L2
--------
11050
Keterangan :
Y = berat badan
P = panjangbadan
L = lingkar dada
2.5. Pengukuran Dimensi Tubuh Tenak
Pengukuran ukuran tubuh ternak sapi selain dipergunakan untuk menduga
bobot badan seekor ternak sapi , juga digunakan sebagai parameter teknis
penentuan sapi bibit dan menentukan umur sapi tersebut.
Berdasarkan ketentuan kontes dan pameran ternak nasional, yang
termasuk dalam "statistik vital" pada ternak sapi meliputi ukuran tinggi
gumba, panjang badan, lingkar dada, lebar dada, dalam dada, lebar punggung,
lebar pinggul, panjang pinggul, panjang kepala, lebar kepala, berat badan,
dan umur.
Ukuran "statistik vital" dari organ tertentu jika dikaitkan dengan
umur akan menggambarkan keharmonisan perkembangan tubuh dan produktivitas
(pertumbuhan). Karena itu, pertumbuhan organ-organ tertentu berkorelasi
dengan berat badan.
Pengukuran dimensi dimaksudkan pelaksanaan dengan mengukur dimensi
tubuh luar ternak atau ukuran statistic meliputi :
Ukuran Tinggi :
A. Tinggi Pundak, tinggi gumba ialah jarak tegak lurus dari titik
tertinggi pundak sampai ketanah atau lantai, alat yang digunakan
adalah tongkat ukur.
B. Tinggi punggung ialah jarak tegak lurus dari taju duri ruas tulang
punggung atau processus spinosus vertebrae thoracaleyang terakhir
sampai ke tanah . Titik ini mudah didapat dengan menarik garis tegak
lurus tepat diatas pangkal tulang rusuk terakhir.
C. Tinggi pinggang ialahjarak tegak lurus dari titik antara tulang
lumbar vertebrae 3-4, tepat melalui legok lapar sampai ke tanah (
lantai ).
D. Tinggi pinggul ialah jarak tegak lurus dari titik tertinggi pada os
sacrum pertama sampai ke tanah.
E. Tinggi kemudi, jarak tegak lurus dari os sacrum ( sacrale ), tepat
melalui tengah- tengah tulang ilium sampai ke tanah.
F. Tinggi pangkal ekor ialah jarak tegak lurus dari titik pangkal ekor,
sampai ke tanah.
G. Alat yang dipakai untuk mengukur tinggi bagian- bagian tubuh diatas
adalah tongkat ukur.
Ukuran Panjang :
A. Panjang kepala jarak dari puncak kepala sampai ujung moncong.
B. Panjang badan ; diukur secara lurus dengan tongkat ukur dari siku (
humerus ) sampai benjolan tulang tapis ( tuber ischii ).
C. Panjang menyilang badan, jarak yang diukur antara tulang benjolan
bahu sampai tulang duduk disisi lainnya. Diukur dengan memakai pita
ukur.
D. Panjang kemudi; panjang kelangkang; panjang pelvis, jarak antara tuber
coxae dan tuber ischii pada sisi sama.
E. Panjang telinga, jarak antara ujung telinga sampai pangkal telinga
bagian dalam. Dapat diukur dengan penggaris atau pita ukur.
F. Panjnag tanduk, diukur dengan pita ukur. Jarak antara ujung tanduk
sampai kedasar tanduk.
G. Selain yang telah disebutkan alat- alatnya, dapat juga digunakan
tongkat ukur, jangka sorong atau caliper.
Ukuran Lebar :
A. Lebar dada, jarak terbesar pada yang diukur tepat dibelakang antara
kedua benjolan siku luar, yaitu tepat pada tempat mengukur lingkar
dada.
B. Lebar pinggang, jarak diukur antara taju horizontal yaitu pada tulang
lumbale 3-4.
C. Lebar pinggul, jarak antara tuber coxae pada sisi kiri dan
kanan.Panjang kemudi; panjang kelangkang; panjang pelvis, jarak antara
tuber coxae dan tuber ischii pada sisi sama.
D. Lebar kemudi, jarak terlebar antara sisi luar kiri dan kanan tulnag
pelbis atau os illium melalui os sacrum 3-4.
E. Lebar pantat, lebar tulang tapis atau lebar tulang duduk, jarak antara
kedua benjolan tuber ischii kiri dan kanan.
F. Lebar kepala, jarak terbesar antara kedua lengkungan tulang mata
sebelah atas luar kiri dan kanan.
Ukuran Dalam :
Dalam dada. Jarak titik tertinggi pundak ( gumba ) sampai
tulang dada dan diukur melalui serta merta dibelakang siku.
Ukuran Lingkar :
A. Lingkar perut . lingkaran yang diukur di daerah perut.yang memliki
lingkaran besar, melalui serta merta di belakang tulang rusuk terakhir
dan tegak lurus dengan sumbu tubuh.
B. Lingkar perut . lingkaran yang diukur di daerah perut.yang memliki
lingkaran besar, melalui serta merta di belakang tulang rusuk terakhir
dan tegak lurus dengan sumbu tubuh.
C. Lingkar flank. Lingkaran yang diukur di daerah flank, melalui tuber
coxae serta merta depan ambing atau skrotum..
D. Lingkar pantat, lingkar round. Lingkaran yang diukur pada pantat,
dari tulang patella kiri sampai tulang patella kanan, kearah belakang
serta membentuk penampang sejajar dengan lantai.Lebar pantat, lebar
tulang tapis atau lebar tulang duduk, jarak antara kedua benjolan
tuber ischii kiri dan kanan.
E. Lingkar tulang pipa. Lingkaran yang diukur ditengah- tengah tulang
pipa, yaitu pada bagian yang terkecil dan terbulat.
F. Lingkar skrotum. Lingkaran yang diukur pada bagian terbesar skrotum;
terlebih dulu skrotum telah ditarik kearah bawah sehingga terdapat
kedua testesnya.
G. Lingkar tubuh.
H. Lingkar mulut, lingkar moncong. Lingkaran yang diukur tepat pada akhir
sudut bibir, ialah pada batas antara kepala dan moncong.
2.6. Sistem Penilaian
2.2.1 Cara Visual (Subyektif)
Suksesnya sistem ini amat ditentukan oleh bakat dan seni para juri.
Bakat disertai dengan pengalaman akan dapat menghasilkan nilai yang
mendekati keadaan yang sebenarnya atau dengan kata lain akan terjadi
penyimpangan yang amat kecil atau bahkan tidak ada. Bagian yang dinilai
pada sistem ini antara lain : keadaan atau penampilan umum, bentuk tubuh,
ciri-ciri khas ternak, kapasitas tubuh, keadaan alat-alat reproduksi,
keadaan ambing serta sikap berjalan.
2.2.2 Cara Pengukuran (Obyektif)
Sistem ini didasarkan dengan pengukuran ststistik vital ialah ukuran-
ukuran tubuh luar atau ukuran linier. Dimensi yang diukur antara lain :
panjang lebar, tinggi dalam dan lingkaran misalnya panjang badan (cm),
lebar dada (cm), tinggi gumba (cm), dalam dada (cm) dan lingkar dada (cm)
dan bila perlu ditambah dengan berat badan (kg) dan umur (tahun).
2.2.3 Kartu Nilai Skor (NS)
Untuk penilaian visual ini perlu dipersiapkan kartu untuk masing-
masing ternak (sapi) yang akan dinilai, dimana dalam kartu telah
dipersiapkan : jenis ternak, nomor ternak, nama-nama bagian tubuh, nilai
maksimal, nilai bobot, nilai yang diperoleh dan nilai akhir.
Ada tiga jenis kartu tergantung tujuannya antara lain :
1. kartu untuk pejantan,
2. kartu untuk induk dan
3. kartu untuk bakalan atau hasil penggemukan
Pada kartu (1) dan (2) bagian tubuh yang paling ditekankan adalah
bagian-bagian yang berkaitkan dengan produksi dan reproduksi, sedangkan
pada kartu (3) adalah bagian produksi termasuk nilai karkasnya.
BAB III
METODELOGI PRAKTIKUM
A. Waktu dan Tempat
Praktikum ini dilaksanakan pada tanggal 15 Novemeber 2014 pulul 06.00
s/d selesai di farm fakultas peternakan universitas udayana.
B. Alat dan Bahan
Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah alat tulis menulis
sedangkan bahan dalam praktikum ini adalah 2 ekor sapi bali betiana yang
berada di farm fakultas peternakan universitas udayana.
C. Cara Kerja
Mengamati ternak sapi bali betina berdasarkan panjang badan, tinggi
gumba, tinggi punggung/ kemudi, tinggi pinggul, lingkar dada, dalam dada,
serta lebar dada pada ternak tersebut dan kemudian menghitung berat badan
pada sapi bali menggunakan rumus djagra (1987).
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil Praktikum
4.1.1. Menduga Umur Dari Gigi Seri
Dalam praktikum kali ini gigi seri pada ternak sapi 1
berupa i3 yaitu 3-3,5 tahun atau lebih. Sedangkan pada sapi 2
mempunyai gigi seri i2 yakni 2-3 tahun.
4.1.2. Menduga Umur Dari Cincin Tanduk
Sesuai dengan pengelihatan dalam menghitung cincin
tanduk, tanduk pada sapi 1 ada 5 cincin tanduk, sedangkan pada
sapi 2 ada 2 cincin tanduk. Berarti sapi 1 sudah pernah
melahirkan sebanyak 5 kali dan sapi 2 sudah pernah melahirkan 2
kali. Dengan rumus : UI = 1/3 (4N + 5)
- Sapi 1 = UI = 1/3 (4N + 5)
= 1/3 (4.5 + 5)
= 1/3 (25)
= 8,3
- Sapi 2 = UI = 1/3 (4N + 5)
= 1/3 (4.2 + 5)
= 1/3 (13)
= 4,3
4.1.3. Pengukuran Dimensi Tubuh Ternak Sapi Bali
Ukuran Tinggi Sapi 1 dan 2
a. Tinggi pundak (Tinggi gumba) : 121 / 118
b. Tinggi punggung : 111 / 111
c. Tinggi pinggang : 112 / 120
d. Tinggi pinggul : 113 / 120
e. Tinggi kemudi : 120 / 121
Ukuran Panjang Sapi 1 dan 2
a. Panjang kepala : 40 / 42
b. Panjang badan : 125 / 126
Ukuran Lebar Sapi 1 dan 2
a. Lebar dada : 30 / 30
b. Lebar pinggang : 30 / 30
c. Lebar Pinggul : 37 / 45
Ukuran Dalam Sapi 1 dan 2
a. Dalam dada : 60 / 62
Ukuran Lingkar Sapi 1 dan 2
a. Lingkar dada : 150 / 148
b. Lingkar perut : 183 / 180
c. Lingkar tulang pipa : 16 / 18
4.1.4. Menduga Berat Badan Badan Ternak (Sapi Bali)
Sapi 1
Rumus ; Y = P x (L)2
11050
Y = 125 x (150) 2
11050
= 125 x 22,500
11050
= 2812500 = 254,52
11050
Sapi 2
Rumus ; Y = P x (L)2
11050
Y = 126 x (148) 2
11050
= 126 x 21,904
11050
= 2759904 = 249,76
11050
4.1.3. Penjurian Menggunakan Kartu Skor
Sapi I
" " "Nilai "Nilai "Nilai "Nilai "
"No "Bagian Tubuh "maks "bobot "diperoleh"akhir "
"1 "Kepala dan leher"10 "1 "6 "6 "
"2 "Warna bulu & "10 "1 "5 "5 "
" "kulit " " " " "
"3 "Paha dan kaki "10 "2 "7 "14 "
"4 "Pertumbuhan dan "10 "2 "7 "14 "
" "keharmonisan " " " " "
" "bentuk " " " " "
"5 "Kapasitas tubuh "10 "2 "5 "10 "
"6 "Pertumbuhan dan "10 "2 "6 "12 "
" "keharmonisan " " " " "
" "alat kelamin " " " " "
" "Jumlah " "10 "36 "61 "
Sapi II
"No "Bagian Tubuh "Nilai "Nilai "Nilai "Nilai "
" " "maks "bobot "diperoleh"akhir "
"1 "Kepala dan leher"10 "1 "7 "7 "
"2 "Warna bulu & "10 "1 "6 "6 "
" "kulit " " " " "
"3 "Paha dan kaki "10 "2 "7 "14 "
"4 "Pertumbuhan dan "10 "2 "7 "14 "
" "keharmonisan " " " " "
" "bentuk " " " " "
"5 "Kapasitas tubuh "10 "2 "6 "12 "
"6 "Pertumbuhan dan "10 "2 "7 "14 "
" "keharmonisan " " " " "
" "alat kelamin " " " " "
" "Jumlah " "10 " "67 "
4.1.4. Konversi Data
"Variabel yang diukur "Sapi I "Sapi II "X "
"NS visual "61 "67 "64 "
"Dimensi tubuh luar " " " "
"Umur (th) "3 "2 "2,5 "
"Berat badan "254,52 "249,76 "252,14 "
"Tinggi gumba "121 "118 "119,5 "
"Panjang badan "125 "126 "125,5 "
"Lingkar dada "150 "148 "149 "
"Variabel yang diukur "Sapi I "Sapi II "
"1. NS visual "95,3 "104,7 "
"2. Dimensi tubuh luar " " "
"a. Umur (th) "120 "80 "
"b. Berat badan "100,9 "99,1 "
"c. Tinggi gumba "101,2 "98,7 "
"d. Panjang badan "99,6 "100,4 "
"e. Lingkar dada "100,6 "99,3 "
"Jumlah Nilai Skor (NS) "617,6 "582,2 "
"Urutan NS "1 "2 "
4.2 Pembahasan
Dari hasil konversi data yang sudah diambil dilapangan, baik data
subyektih maupun obyektih didapatkan hasil yakni pada sapi 1 mendapatkan
jumlah nilai skor 617,6 sedangkan pada sapi 2 mendapatkan jumlah nilai skor
582,2. Oleh karena itu pemenang dari kedua sapi tersebut adalah sapi nomor
1, karena jumlah nilai skornya pada sapi 1 lebih besar dari pada jumlah
nilai skor sapi 2.
Kemudian umur pada sapi dapat di lihat pada gigi serinya, gigi seri
sapi 1 adalah i3 sedangkan pada sapi 2 i2 sementara pendugaan menggunakan
cicin tanduk sapi 1 mempunyai 5 cincin tanduk dan pada sapi 2 mempunyai 2
cincin tanduk. Jadi rata-rata umur sapi keduanya adalah 6,3 tahun. Tapi
pendugaan dari cincin tanduk dan gigi seri keduanya tidaklah sama
umurannya. Pada sapi 1 dan 2 di lihat dari gigi serinya adalah sapi 1
mempunyai i3 yakni 3-3,5 tahun dan sapi 2 mempunyai gigi seri i2 yakni 2-3
tahun, sedangkan di lihat dari cincin tanduknya sapi 1 dan 2 mempunyai 5
cincin tanduk pada sapi 1 dan 2 cincin tanduk pada sapi 2. Setelah di
hitung menggunakan rumus cincin tanduk, di dapatkan hasil pada sapi 1 yakni
berumur 8,3 tahun dan sapi 2 berumur 4,3 tahun. Penyebab dari ketidak
samaan umur tersebut kemungkinan pada gigi seri ternak tersebut mengalami
kepatahan pada giginya atau bisa juga mahasiswa kurang pekah mengamati
dalam pengamatan melihat gigi seri dan cincin tanduk.
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
` Dari hasil praktikum ilmu tilik ternak dapat di tarik kesimpulan
yakni sapi yang mendapatkan juara atau pemenag adalah sapi 1, karena jumlah
nilai skor pada sapi 1 lebih tinggi dari pada sapi 2. Yakni jumlah nilai
skor pada sapi 1 adalah 617, sedangkan sapi 2 adalah 6582,2.
Kemudian umur pada sapi dapat di lihat pada gigi serinya, gigi seri
sapi 1 adalah i3 sedangkan pada sapi 2 i2 sementara pendugaan menggunakan
cicin tanduk sapi 1 mempunyai 5 cincin tanduk dan pada sapi 2 mempunyai 2
cincin tanduk. Jadi rata-rata umur sapi keduanya adalah 6,3 tahun. Umur
dari sapi keduanya tidak sama bila di lihat dari pendugaan gigi seri dan
cincin tanduknya. Kemungkina ketidak samaan tersebut di sebabkan oleh
beberapah faktor yang terkait dalam pelaksanaan praktikum kali ini.
5.2. Saran
Dalam ilmu tilik ternak teori memang mudah, tapi sulit di praktikan,
maka dari itu mahasiswa harus sering belajar dari memperaktikan teori
tersebut dalam arti terjun ke lapangan. Agar mahasiswa mempunyai pengalaman
dan skill yang sesuai dengan ilmu teori tersebut. Pada kenyataan praktiknya
tak semudah teorinya!
DAFTAR PUSTAKA
Djagra, I.B. 2009. Diktat Ilmu Tilik Sapi Potong. Fakultas Peternakan
Universitas Udayana, Denpasar. 24 desember 2014
Anonimous. 2010. Penilaian Eksterior Tubuh.. From
http://webcache.googleusercontent. wordpress.com/2008/01/10/penilaian-
eksterior-tubuh ternak/TILIK+TERNAK& &gl=id, 24 desember 2014
Anonimous. 2010. Tilik Ternak. From
http://dodee88.wordpress.com/2008/10/14/tilik-ternak/, 23 desember
2014
Nguntoronadi, (2010). Tilik Ternak. From
http://dodee88.wordpress.com/2008/10/14/tilik-ternak/, 24 desember 2014
Kartasudjana Ruhyat. 2001. Teknik Produksi Ternak Ruminansia. Jakarta:
Modul Program Keahlian Budaya Ternak.
Anonimous. 2010. Tilik
Ternak. http://dodee88.wordpress.com/2008/10/14/tilik-ternak/. 24
desember 2014
Buku Panduan Praktikum Tilik Ternak, Fakultas Peternakan, Universitas
Udayana.