Nama : Abdurrahman Hakim NIM
: P07134215206
LAPORAN PRAKTIKUM VIROLOGI
Pemeriksaan Rabies dengan Pewarnaan Seller’s
Hari,Tanggal
: Senin, 14 Mei 2018
Metode
: Pewarnaan Seller’s
Tujuan
: Mengetahui negri bodies dalam sel neuron pada sampel
Prinsip
:
Sampel diletakkan diatas objek glass lalu diapus atau diimpresi dengan objek glass lain selanjutnya ditipiskan dengan tisu, lalu difiksasi dengan menggunakan metanol, kemudian diwamai dengan pewarnaan sellers dan diamati dibawah mikroskop dengan perbesaran l00x atau 400x
A. Dasar Teori Rabies adalah penyakit infeksi tingkat akut pada susunan saraf pusat yang disebabkan oleh virus rabies. Penyakit ini bersifat zoonotik, yaitu dapat ditularkan dari hewan ke manusia. Virus rabies ditularkan ke manusia melalu gigitan hewan misalnya oleh anjing, kucing, kera, rakun, dan kelelawar. Rabies disebut juga pen yakit anjing gila. Rabies disebabkan oleh virus rabies yang masuk ke keluarga Rhabdoviridae Rhabdoviridae dan genus Lysavirus. Lysavirus. Virus ini hidup pada beberapa jenis hewan yang berperan sebagai perantara penularan. Spesies hewan perantara bervariasi pada berbagai berba gai letak geografis. Hewan-hewan yang diketahui dapat menjadi perantara rabies antara lain rakun Procyon (Procyon lotor ) dan sigung ( Memphitis Memphitis memphitis memphitis)) di Amerika Utara, rubah merah (Vulpes (Vulpes vulpes) vulpes) di Eropa, dan anjing di Afrika, Asia, dan Amerika Latin. Afrika, Asia, dan Amerika Latin memiliki tingkat rabies yang masih tinggi Hewan perantara menginfeksi inang yang bisa berupa hewan lain atau manusia melalui gigitan. Infeksi juga dapat terjadi melalui jilatan hewan perantara pada kulit yang terluka. Setelah infeksi, virus akan masuk melalui saraf-saraf menuju ke sumsum tulang belakang dan otak dan bereplikasi
di sana. Selanjutnya virus akan berpindah lagi melalui saraf ke jaringan non saraf, misalnya kelenjar liur dan masuk ke dalam air liur. Hewan yang terinfeksi bisa mengalami rabies buas/ ganas ataupun rabies jinak/ tenang. Pada rabies buas/ ganas, hewan yang terinfeksi tampak galak, agresif, menggigit dan menelan segala macam barang, air liur terus menetes, meraung-raung gelisah kemudian menjadi lumpuh dan mati. Pada rabies jinak/tenang, hewan yang terinfeksi mengalami kelumpuhan lokal atau kelumpuhan total, suka bersembunyi di tempat gelap, mengalami kejang dan sulit bernapas, serta menunjukkan kegalakan Meskipun sangat jarang terjadi, rabies bisa ditularkan melalui penghirupan udara yang tercemar virus rabies. Dua pekerja laboratorium telah mengkonfirmasi hal ini setelah mereka terekspos udara yang mengandung virus rabies. Pada tahun 1950, dilaporkan dua kasus rabies terjadi pada penjelajah gua di Frio Cave, Texas yang menghirup udara di mana ada jutaan kelelawar hidup di tempat tersebut. Mereka diduga tertular lewat udara karena tidak ditemukan sama sekali adanya tanda-tanda bekas gigitan kelelawar. Gejala rabies biasanya mulai timbul dalam waktu 30-50 hari setelah terinfeksi. Masa inkubasi virus hingga munculnya penyakit adalah 10-14 hari pada anjing tetapi bisa mencapai 9 bulan pada manusia. Gejala-gejala yang tampak jelas pada penderita di antaranya adanya nyeri pada luka bekas gigitan dan ketakutan pada air, udara, dan cahaya, serta suara yang keras. Sedangkan pada hewan yang terinfeksi, gelaja yang tampak adalah dari jinak menjadi ganas, hewan-hewan peliharaan menjadi liar dan lupa jalan pulang, serta ekor dilengkungkan di bawah perut. Rabies dapat didignosa melalui tanda-tanda klinis hewan yang terjadi dilapangan dan melalui pemeriksaan laboratoruim dengan memeriksa spesimen. Satu-satunya uji yang menghasilkan keakuratan 100% terhadap adanya virus rabies adalah dengan uji antibodi fluoresensi langsung (direct fluorescent antibody test/ dFAT) pada jaringan o tak hewan yang terinfeksi. Kelemahannya adalah subjek uji harus disuntik mati terlebih dahulu (eutanasia) sehingga tidak dapat digunakan terhadap manusia. Akan tetapi, uji serupa tetap dapat dilakukan menggunakan serum, cairan sumsum tulang belakang, atau air liur penderita walaupun tidak memberikan keakuratan 100%.
Cara yang paling sederhana untuk menentukan rabies secara laboratorium dengan menemukan Negri bodies (typical inclusion bodies) pada preparat ulas jaringan otak ( Hypocampus) yang telah diwarnai dengan pewamaan Seller. Dalam pewamaan Seller’s, Negri’s body dibedakan dengan wama merah magenta (heliotrop) hingga merah cerah, dengan bagian dalam berwama biru gelap a tau basofilik gelap. Seluruh bagian sel saraf akan berwarna biru dan jaringan intertisial berwarna pink. Eritrosit akan berwama merah copper dan dapat dengan mudah dibedakan merah magenta-merah cerah dari negri body.
B. Alat dan Bahan 1.
Alat : - Objek glass - Cawan petri - Deck glass - Mikroskop
2. Bahan : - Pewarna Seller’s - Imersion Oil - Tisu - Air - Spesimen Jaringan Otak Anjing
C. Cara Kerja 1.
Siapkan alat dan bahan
2.
Ambil sedikit bagian spesimen jaringan otak anjing yang sudah dicincang
3.
Letakkan diatas cawan petri, kemudian letakkan objeck glass diatas spesimen dan tekan secara perlahan kemudian angkat
4.
Jika dirasa masih terlalu tebal, tipiskan dengan menggunakan tisu
5.
Warnai dengan pewarnaan seller’s, celupkan objek glass k edalam wadah berisi warna seller’s selama 5 detik
6.
Angkat, kemudian bilas dengan air mengalir
7.
Keringkan dan tetesi dengan 1 tetes minyak imersi.
8.
Tutup dengan objek glass dan periksa dibawah mikroskop dengan perbesaran 10x40
D. Hasil Pengamatan
Gambaran Negri Bodies pada pewarnaan
Gambaran mikroskopis hasil praktikum
Seller’s (Diperbesar).
pada pewarnaan Seller’s specimen jaringan
Pada tanda panah bias dilihat granula
otak anjing. Tidak ditemukannya
basofilik berwarna biru gelap, dengan latar
gambaran seperti disebelah kiri tabel.
matrix merah magenta.
E. Pembahasan Untuk membantu penegakan diagnosa virus, dapat dilihat dari perubahan dalam sel/jaringan. Dalam kasus rabies, salah satu yang dapat dilihat adalah terbentuknya badan inklusi, yang dinamai Negri Bodies, pada sel neuron, yang salah satunya dapat dilihat dengan pewarnaan Cepat Seller’s. Dalam praktikum ini, dilakukan pewarnaan seller’s pada jaringan otak anjing yang dicincang kemudian dibuat sediaan dengan cara impresi. Pewarnaan Seller’s ini hanya bisa dilakukan pada jaringan yang segar atau diawetkan dengan gliserin. Dengan pewarnaan ini, Negri Bodies akan berwarna merah-merah magenta, dengan granula basofilik berwarna biru, serta inti sel neuron berwarna ungu, dan latar merah muda.
Kualitas pewarnaan dari segi pengerjaan, ditentukan dari tebal dan tipisnya sediaan, serta lama waktu pencelupan di larutan warna Seller’s. Terlalu tebal membuat apusan, maka sel akan tumpang tindih, dan tidak terlihat jelas. Sediaan yang terlalu lama direndam dalam larutan warna, akan menghasilkan warna yang terlalu tua, sehingga bisa menyusahkan pengenalan Negri Bodies, dan sebaliknya. Sampel yang segar lebih baik untuk pewarnaan ini, karena jaringan belum mengalami dekomposisi. Hal ini nantinya berpengaruh pada deferensiasi warna. Warna yang dipakai juga mempengaruhi. Karena menggunakan pelarut yang volatile, wadah harus ditutup rapat, dan jika tidak, akan terjadi perubahan konsentrasi yang besar. Warna yang sudah lama, juga akan mengalami hal ini, menyebabkan warna terlalu pekat.
F.
Kesimpulan Tidak ditemukan adanya Negri Bodies dengan pengecatan Seller’s pada sampel jaringan otak anjing, sehingga disimpulkan jaringan tidak terinfeksi virus Rabies.
Banjarbaru, 24 Mei 2018 Praktikan
Dosen
Abdurrahman Hakim
Leka Lutpiatina, SKM, M.Si