Laporan Biologi Sistem Respirasi pada HewanPage 6
LAPORAN PRAKTIKUM BIOLOGI
RESPIRASI PADA HEWAN
Disusun Oleh :
Abdurrahman Zuhri ( 01 / XI IPA 6 )
Anna Pratiwi Wulandari ( 06 / XI IPA 6 )
Arum Zulaikhah ( 09 / XI IPA 6 )
Riri Andriyanti ( 27 / XI IPA 6 )
SMA NEGERI 1 KEBUMEN
2014
Judul Praktikum
Judul : Respirasi Pada Hewan
Waktu Praktikum
Hari, tanggal : Kamis, 27 Februari 2014
Tujuan Praktikum
Mempelajari pernafasan pada hewan
Melihat faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah kebutuhan oksigen pada hewan saat bernafas.
Dasar Teori
Sistem Respirasi pada Serangga ( Jangkrik dan Kecoa )
Corong hawa (trakea) adalah alat pernapasan yang dimiliki oleh serangga dan arthropoda lainnya. Pembuluh trakea bermuara pada lubang kecil yang ada di kerangka luar (eksoskeleton) yang disebut spirakel. Spirakel berbentuk pembuluh silindris yang berlapis zat kitin, dan terletak berpasangan pada setiap segmen tubuh. Spirakel mempunyai katup yang dikontrol oleh otot sehingga membuka dan menutupnya spirakel terjadi secara teratur. Pada umumnya spirakel terbuka selama serangga terbang, dan tertutup saat serangga beristirahat.
Oksigen dari luar masuk lewat spirakel. Kemudian udara dari spirakel menuju pembuluh-pembuluh trakea dan selanjutnya pembuluh trakea bercabang lagi menjadi cabang halus yang disebut trakeolus sehingga dapat mencapai seluruh jaringan dan alat tubuh bagian dalam. Trakeolus tidak berlapis kitin, berisi cairan, dan dibentuk oleh sel yang disebut trakeoblas. Pertukaran gas terjadi antara trakeolus dengan sel-sel tubuh. Trakeolus ini mempunyai fungsi yang sama dengan kapiler pada sistem pengangkutan (transportasi) pada vertebrata.
Laju metabolisme adalah jumlah total energi yang diproduksi dan dipakai oleh tubuh per satuan waktu. Laju metabolisme berkaitan erat dengan respirasi karena respirasi merupakan proses ekstraksi energi dari molekul makanan yang bergantung pada adanya oksigen. Secara sederhana, reaksi kimia yang terjadi dalam respirasi dapat dituliskan sebagai berikut: C6H12O6 + 6O2 6 CO2 + 6H2O +ATP .
Laju metabolisme biasanya diperkirakan dengan mengukur banyaknya oksigen yang dikonsumsi makhluk hidup per satuan waktu. Hal ini memungkinkan karena oksidasi dari bahan makanan memerlukan oksigen (dalam jumlah yang diketahui) untuk menghasilkan energi yang dapat diketahui jumlahnya. Akan tetapi, laju metabolisme biasanya cukup diekspresikan dalam bentuk laju konsumsi oksigen. Beberapa faktor yang mempengaruhi laju konsumsi oksigen antara lain temperatur, spesies hewan, ukuran badan dan aktivitas.
Sistem Respirasi pada Reptil ( Cicak )
Paru-paru reptilia berada dalam rongga dada dan dilindungi oleh tulang rusuk. Paru-paru reptilia lebih sederhana, hanya dengan beberapa lipatan dinding yang berfungsi memperbesar permukaan pertukaran gas. Pada reptilia pertukaran gas tidak efektif. Pada kadal, kura-kura, dan buaya paru-paru lebih kompleks, dengan beberapa belahan-belahan yang membuat paru-parunya bertekstur seperti spon. Paru-paru pada beberapa jenis kadal misalnya bunglon Afrika mempunyai pundi-pundi hawa cadangan yang memungkinkan hewan tersebut melayang di udara.
Alat dan Bahan
Respirometer sederhana
Timbangan
Stopwatch
Pipet tetes / siring / alat suntik
Kapas
Plastisin / vaselin
Eosin / tinta
Sampel atau contoh hewan ( belalang / jangkrik / kecoa / hewan kecil lainya )
Kristal KOH / NaOH
Cara Kerja
Bungkuslah kristal NaOH / KOH dengan kapas, lalu masukkan dalam tabung respirometer
Masukkan sampel hewan yang telah ditimbang beratnya ke dalam botol respirometer, kemudian tutup dengan pipa berskala
Oleskan vaselin / plastisin apada celah penutup tabung
Tutup ujung pipa berskala dengan jari kurang lebih 1 menit, kemudian lepaskan dan masukkan setetes iosin dengan menggunakan pipet / siring / alat suntik
Amati dan cacat perubahan kedudukan eosin pada pipa berskala setiap 2 menit selama kurang lebih 10 menit
Lakukan percobaan yang sama ( langkah 1 sampai 5 ) menggunakan sampel hewan yang lainya dengan ukuran yang berbeda.
Hasil
Tabel Pengamatan
Jenis Hewan
Berat Tubuh hewan ( Gr)
Skala Kedudukan eosin tiap 2 menit
1
2
3
4
5
Jangkrik
0,6
0,15
0,33
0,5
0,64
0,73
Cicak
3,9
0,33
0,48
0,61
0,72
0,82
Kecoa
0,2
0,2
0,31
0,4
0,46
0,52
Pembahasan
Berdasarkan tabel pengamatan dapat diketahui bahwa :
Pernafasan pada hewan
Dalam percobaan ini digunakan KOH/ NAOH yang berfungsi sebagai pengikat CO2 agar organisme (jangkrik) tidak menghirup CO2 yang dikeluarkan setelah jangkrik bernapas dan pergerakan larutan eosin atau tinta benar-benar hanya disebabkan oleh konsumsi oksigen. KOH dapat mengikat CO2 karena memiliki rumus reaksi:
KOH + CO2 K2CO3 + H2O
Larutan eosin berfungsi sebagai indikator oksigen yang dihirup oleh organisme (jangkrik) pada repirometer sederhana. Larutan eosin selama percobaan selalu bergerak mendekati botol respirometer sederhana karena organisme dalam percobaan (jangkrik) dalam respirometer dapat menghirup udara O2 melalui pipa sederhana sehingga larutan eosin yang berwarna dapat bergerak.
Alat yang digunakan untuk mengukur kecepatan pernapasan adalah respirometer. Respirometer adalah alat yang dapat digunakan untuk mengukur kecepatan pernapasan beberapa hewan kecil seperti serangga. Prinsip kerja respirometer adalah alat ini bekerja atas suatu prinsip bahwa dalam pernafasan ada oksigen yang digunakan oleh organisme ada karbondioksida yang dikeluarkan olehnya. Jika organisme yang bernapas itu disimpan dalam ruang tertutup dan karbondioksida yang dikeluarkan oleh organisme dalam ruang tertutup itu diikat, maka penyusutan udara akan terjadi. Kecepatan penyusutan udara dalam ruang itu dapat di amati pada pipa kapiler berskala.
Faktor – faktor yang mempengaruhi cepat lambatnya O2 yang diserap saat pernafasan.
Jangkrik dengan berat tubuh 0,6 gram kecepatan O2 sebesar 0,15 saat dua menit, saat 4 menit kecepatan eosin sebesar 0,33, saat 6 menit kecepatan eosin sebesar 0,5, sewaktu 8 menit sebesar 0,64 dan terakhir sewaktu 10 menit sebesar 0,73. Berdasarkan data tersebut Jangkrik menambah kecepatan eosin sebesar 0,15 per dua menit.
Cicak dengan berat tubuh 3,9 gram pada saat dua menit jumlah O2 yang dikonsumsi sebesar 0,39, saat 4 menit jumlah eosin sebesar 0,48, saat 6 menit sebesar 0,61, saat 8 menit sebesar 0.72 dan terakhir saat 10 menit sebesar 0,82.
Kecoa dengan berat tubuh 0,2 gram mengonsumsi O2 pada saat 2 menit sebesar 0,2, saaat 4 menit sebesar 0,31, saat 6 menit sebesar 0,4, saat 8 menit sebesar 0,46 dan terakhir saat 10 menit sebesar 0,52.
Cicak dengan ukuran yang lebih besar mengonsumsi O2 lebih besar daripada jangkrik maupun Kecoa sehingga ukuran tubuh mempengaruhi jumlah konsumsi O2 semakin berat tubuh organisme maka semakin banyak O2 yang dibutuhkan.
Kecoa saat menit – menit awal konsumsi O2 lebih besar daripada Jangkrik maupun cicak karena Kecoa melakukan gerakan seperti membentuk rumah pada kapas sehingga semakin banyak aktivitas yang dilakukan organisme maka semakin cepat konsumsi O2.
Selain itu faktor lain yang mempengaruhi banyaknya konsumsi O2 yaitu suhu tubuh dan usia. Semakin besar usia organisme maka semakin kecil konsumsi O2.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan dan pembahasan dapat disimpulkan bahwa :
Jangkrik dan kecoa termasuk serangga sehingga bernafas menggunakan trakea, sedangkan cicak termasuk hewan reptil sehingga bernafas menggunakan paru – paru.
Faktor – faktor yang mempengaruhi jumlah O2 yang dikonsumsi organisme adalah berat tubuh, aktivitas tubuh, suhu tubuh dan usia organisme.
Daftar Pustaka
Iyus Abdusyakir.htm.2012. LAPORAN PRAKTIKUM PERNAPASAN PADA HEWAN .
Zikri Alif Fadilah.2012. Praktikum Biologi BMC.htm.