LAPORAN FIELDTRIP TEKNOLOGI PEMBENIHAN RUMPUT LAUT DI PULAU SABANGKO KAB. PANGKEP SULAWESI SELATAN MODUL
: Perbanyakan rumput laut secara vegetative (stek)
DOSEN
: Sri Wahidah.,S.Pi.,M.Si
TEKNISI
:
OLEH Disusun oleh : Nurfitri Rahim 1024018 Budidaya Perikanan
BUDIDAYA PERIKANAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI PANGKEP 2013
@nurfitrirahim
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Salah satu sumberdaya hayati laut Indonesia yang cukup potensial adalah rumput laut atau dikenal dengan sebutan lain ganggang laut, seaweed atau atau agar-agar. Salah satu dari jenis rumput laut yang sudah dibudidayakan secara intensif adalah Eucheuma sp di wilayah perairan pantai. Hasil proses ekstraksi rumput laut banyak dimanfaatkan sebagai bahan makanan atau sebagai bahan tambahan untuk industri makanan, farmasi, kosmetik, tekstil, kertas, cat dan lain-lain. Selain itu digunakan pula sebagai pupuk hijau dan komponen pakan ternak maupun ikan. Dengan semakin luasnya pemanfaatan hasil olahan rumput laut dalam berbagai industri, maka semakin meningkat pula kebutuhan akan rumput laut Eucheuma sp sebagai bahan baku. Selain untuk kebutuhan ekspor, pangsa pasar dalam negeri cukup penting karena selama ini industri pengolahan rumput laut sering mengeluh kekurangan bahan baku. Melihat peluang tersebut, pengembangan komoditas rumput laut memiliki prospek yang cerah karena memiliki nilai ekonomis yang penting dalam menunjang pembangunan perikanan baik kaitannya dengan peningkatan ekspor non migas, penyediaan bahan baku industri dalam negeri, peningkatan konsumsi dalam negeri maupun meningkatkan pendapatan petani/nelayan serta memperluas lapangan kerja. Budidaya rumput laut Eucheuma sp yang sudah biasa dilakukan oleh petani/nelayan adalah dengan menggunakan metode rakit apung (floating raft method) dan metode lepas dasar (off bottom method), metode ini sangat tepat diterapkan pada areal perairan antara interdal dan subtidal dimana pada saat air surut terendah dasar perairan masih terendam air serta lebih banyak memanfaatkan perairan yang relatif dangkal. Oleh karena itu untuk melakukan pengembangan budidaya rumput laut tersebut sangat terbatas apalagi beberapa lokasi perairan pantai di Indonesia pada waktu surut terendah dasar perairannya kering. Dengan demikian perlu adanya metode lain yang bisa memanfaatkan perairan-perairan yang relatif dalam yang selama ini kurang dimanfaatkan walaupun sebenarnya mempunyai potensi lebih besar apabila dimanfaatkan secara optimal.
@nurfitrirahim
B. Tujuan Adapun beberapa tujuan dari kegiatan praktikum tentang budidaya rumput laut dari jenis Eucheuma sp di pulau Sabangko, pangkep Sulawesi selatan diantaranya sebagai berikut : 1. Mengetahui bagaimana teknik budidaya rumput laut dari jenis Eucheuma sp dengan metode longline. 2. Untuk mengetahui cara perbanyakan rumput laut melalui cara vegetative (stek ) 3. Menambah wawasan dan keterampilan tentang budidaya rumput laut.
@nurfitrirahim
BAB II METODOLOGI A. Tanggal dan Waktu pelaksanaan Hari/ tanggal : sabtu/ 08 Desember 2012 Tempat : Pulau Sabangko, Pangkep Sulawesi selatan B. Alat dan Bahan 1. Tali ris 2. Pelampung 3. Patok 4. Bibit rumput laut Eucheuma sp C. Prosedur Kerja 1. Siapkan alat dan bahan yang akan digunakan, 2. Membuat dan merakit tempat penanaman rumput laut dengan system longline, dengan sebuah tali yang diikat dan diberi pelampung berupa botol, 3. Siapkan benih Eucheumaa sp, yang akan ditanam, 4. Ikat benih rumput laut tersebut dengan cara agak longgar agar rumput laut dalam perkembangan dan pertumbuhannya tidak terhambat. 5. Bibit rumput laut siap di tebar didaerah yang telah disiapkan
@nurfitrirahim
BAB III HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil
Lokasi Pemeliharaan : Laut Jenis : Eucheuma sp Metode Pemeliharaan : Sistem apung (Longline) Jenis pelampung : Botol air Mineral (0,5 – 1 liter) Bibit : Rumput laut jenis Eucheuma sp
Gambar 1. Calon bibit rumput laut (a) dan bibit rumput laut yang telah dipanen (b) B. Pembahsan Pada rumput laut dikenal pola perkembangbiakan dengan pertukaran generasi antara vegetatif dan generatif. Rumput laut dapat berkembang biak secara generatif atau secara kawin. Pada peristiwa perbanyakan secara generatif rumput laut yang diploid (2n) menghasilkan spora yang haploid (n). Spora ini kemudian menjadi 2 jenis rumput laut yaitu jantan dan betina yang masing-masing bersifat haploid (n) yang tidak mempunyai alat gerak. Selanjutnya rumput laut jantan dan akan menghasilkan sperma dan rumput laut betina akan menghasilkan sel telur. Apabila kondisi lingkungan memenuhi syarat atau menghasilkan suatu perkawinan dengan terbentuknya zigot yang akan tumbut menjadi tanaman rumput laut (Meiyana, et al., 2001). Sedangkan untuk Proses perbanyakan secara vegetatif berlangsung tanpa melalui perkawinan. Setiap bagian rumput laut yang dipotong akan tumbuh menjadi rumput laut yang mempunyai sifat seperti induknya. Perkembangbiakannya bisa dilakukan dengan cara stek dari cabangcabang rumput laut. Syarat potongan rumput laut yang dikembangkan merupakan thallus yang muda, masih segar, berwarna cerah dan mempunyai percabangan yang banyak, tidak tercampur @nurfitrirahim
lumut atau kotoran, serta bebas atau terhindar dari penyakit (Meiyana, et al., 2001). Penggunaan bibit vegetatif tersebut sampai saat ini masih dianggap yang paling mudah dan menguntungkan dari segi efisiensi waktu, tenaga dan biaya dibandingkan dengan cara-cara generatif yang masih belum diterapkan secara masal karena pertimbangan teknis dan ekonomis yang dianggap belum menguntungkan. Ada beberapa cara bagaimana teknik penanaman rumput laut yang telah dilakukan, , salah satunya dengan system longline. Teknik penanaman system longline sudah lama dilakukan, karena cukup efektif untuk dilakukan. Salah satu dari keuntungan dengan system longline ini adalah efisien dalam segi biaya operasional, karena hanya cukup menggunkan tali dan pelampung berupa botol mineral yang bekas. Bibit Eucheum sp ditanam pada tali longline dengan cara diikat dengan tali. Pengikatannya sedikit longgar dan tidak terlalu kencang, agar memudahkan rumput laut dalam pertumbuhannya dan perkembangannya. Jika terlau kencang dalam pengikatan rumput lautnya, maka petumbuhannya akan terhambat. Dengan demikian, akan lama untuk dapat berkembang. Memelihara rumput laut berarti mengawasi terus menerus konstruksi sarana budidaya dan tanamannya. Apabila ada kerusakan patok, jangkar, tali ris dan tali ris utama yang disebabkan ombak yang besar, harus segera diperbaiki. Pemeliharaan dilakukan baik pada ombak besar maupun pada aliran laut tenang. Kotoran atau debu air yang melekat pada tanaman harus selalu dibersihkan. Kotoran yang melekat dapat menganggu proses metabolisme sehingga pertumbuhan tanaman menurun. Beberapa tumbuhan penempel yang merusak, seperti ulva, hypnea, chaetomorpha, dan enteromorpha dikumpulkan dan dibuang ke darat. Beberapa jenis hewan herbivora pemangsa tanaman rumput laut adalah bulu babi, ikan dan penyu. Serangan bulu babi dapat diatasi dengan cara diusir dari lokasi budidaya. Lumut juga perlu biasanya dipasang jaring di sekeliling lokasi budidaya. Lumut juga perlu disingkirkan karena menghalangi sinar matahari yang masuk sehingga pertumbuhan akan terhambat. Tanaman dapat dipanen setelah mencapai umur ±42 setelah tanam. Cara memanen rumput laut pada air pasang adalah dengan mengangkat seluruh tanaman ke darat kemudian tali pengikat dipotong/di lepas. Sedangkan pada saat air surut dapat dilakukan langsung di areal tanaman. Bibit yang telah dipanen dibawah ke darat dengan menggunakan rakit kemudian bibit yang telah dipanen siap digunakan untuk bibit pembesaran rumput laut.
@nurfitrirahim
BAB IV PENUTUP A. Kesimpulan Dari hasil kegitan fieldtrip dapat disimpulkan bahwa stek dengan metode longline adalah salah satu cara yang paling efektif dan paling mudah dilakukan, selain pelaksanaanya dilakukan secara sederhana juga tidak memakan biaya yang banyak.
\ @nurfitrirahim
LAMPIRAN
Pengikatan calon \bibit rumput laut
Bibit rumput laut yang telah dipanen
pemanenan bibit rumput laut
hama yang menyerang rumput laut
@nurfitrirahim