LAPORAN PRAKTIKUM KIMIA ANORGANIK I I DE NTI F I KASI KASI ME MBRAN CANGKANG CANGKANG TE TE LUR LUR SE RTA PRO PROS SE S PE LUNAKAN LUNAKAN AI R SADAH ADAH ME LALUI ME TODE TODE CLARK
Tanggal percobaan : Selasa, 31 Oktober 2017 Tanggal laporan : Selasa, 28 November 2017
Kelompok : 4 Disusun oleh : Sarah Nafisah (1157040055) (1157040055)
Nasrullah Rosyid (1157040040) (1157040040) Rahmanida Susiana (11570400 Ramandhatia Ulfa Atrianto (1157040047)
KIMIA 5-B FAKULTAS SAINS DAN TEKNOLOGI UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SUNAN GUNUNG DJATI BANDUNG
2017
I.TUJUAN PERCOBAAN
1. Menganalisis proses difusi yang terjadi pada cangkang telur. 2. Menganalisis perbedaan kadar NaCl melalui perendaman KOH dan tanpa perendaman KOH. 3. Menentukan kadar Ca pada pelunakan air sadah melalui titrasi kompleksometri EDTA. 4. Membandingkan kadar Ca sebelum dan sesudah ditambahkan kapur tohor. 5. Menentukan konsentrasi AgNO 3 hasil standarisasi dengan NaCl. 6. Menentukan konsentrasi EDTA hasil standarisasi dengan CaCO 3. 7. Menentukan persamaan garis dari grafik pada setiap te lur untuk perendaman KOH dan Tanpa KOH. II. DASAR TEORI
Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan pembentukan endapan dari garam yang tidak mudah larut antara titrant dan analit. Hal dasar yang diperlukan dari titrasi jenis ini adalah pencapaian keseimbangan pembentukan yang cepat setiap kali titran ditambahkan pada analit, tidak adanya interferensi yang menggangu titrasi, dan titik akhir titrasi yang mudah diamati. (Harjadi,1993). Salah satu jenis titrasi pengendapan yang sudah lama dikenal adalah melibatkan reaksi pengendapan antara ion halida (Cl -, I-, Br -) dengan ion perak Ag +. Titrasi ini biasanya disebut sebagai Argentometri yaitu titrasi penentuan analit yang berupa ion halida (pada umumnya) dengan menggunakan larutan standart perak nitrat AgNO 3. Titrasi argentometri tidak hanya dapat digunakan untuk menentukan ion halide akan tetapi juga dapat dipaka i untuk menentukan merkaptan (thioalkohol), asam lemak, dan beberapa anion divalent seperti ion fosfat dan ion arsenat (Harjadi,1993). Dasar titrasi argentometri adalah pembentukan endapan yang tidak mudah larut antara titran dengan analit. Sebagai contoh yang banyak dipakai adalah titrasi penentuan NaCl dimana ion Ag+ dari titran akan bereaksi dengan ion Cl - dari analit membentuk garam yang tidak mudah larut AgCl. (Sanropie, 1984).
Ag(NO3)(aq) + NaCl(aq)
AgCl(s) + NaNO3(aq)
Setelah semua ion klorida dalam analit habis maka kelebihan ion perak akan bereaksi dengan indicator. Indikator yang dipakai biasanya adalah ion kromat CrO42- dimana dengan indicator ini ion perak akan membentuk endapan berwarna coklat kemerahan sehingga titik
akhir titrasi dapat diamati. Inikator lain yang bisa dipakai adalah tiosianida dan indicator adsorbsi. Berdasarkan jenis indicator dan teknik titrasi yang dipakai maka titrasi argentometri dapat dibedakan atas Argentometri dengan metode Mohr, Volhard, atau Fajans. Selain menggunakan jenis indicator diatas maka kita juga dapat menggunakan metode potensiometri untuk menentukan titik ekuivalen. (Mulyono,2005).
Ketajaman titik ekuivalen tergantung dari kelarutan endapan yang terbentuk dari reaksi antara analit dan titrant. Endapan dengan kelarutan yang kecil akan menghasilkan kurva titrasi argentometri yang memiliki kecuraman yang tinggi sehingga titik ekuivalen mudah ditentukan, akan tetapi endapan dengan kelarutan rendah akan menghasilkan kurva titrasi yang landai sehingga titik ekuivalen agak sulit ditentukan. Hal ini analog dengan kurva titrasi antara asam kuat dengan basa kuat dan anatara asam lemah dengan basa kuat. (Har jadi,1993). 1. Metode Fajans Prinsip : Pada titrasi Argentometri dengan metode Fajans ada dua tahap untuk menerangkan titik akhir titrasi dengan indikator absorpsi (fluorescein). Indicator adsorbsi dapat dipakai untuk titrasi argentometri. Titrasi argentometri yang menggunakan indicator adsorbsi ini dikenal dengan sebutan titrasi argentometri metode Fajans. Sebagai contoh marilah kita gunakan titrasi ion klorida dengan larutan standart Ag+. (Mulyono,2005). Endapan perak klorida membentuk endapan yang bersifat koloid. Sebelum titik ekuivalen dicapai maka endapat akan bermuatan negative disebakkan teradsorbsinya Cl - di seluruh permukaan endapan. Dan terdapat counter ion bermuatan positif dari Ag + yang teradsorbsi dengan gaya elektrostatis pada endapat. Setelah titik ekuivalen dicapai maka tidak terdapat lagi ion Cl - yang teradsorbsi pada endapan sehingga endapat sekarang bersifat netral. (Mulyono,2005).
2. Metode Volhard Prinsip: Pada metode ini, sejumlah volume larutan s tandar AgNO3 ditambahkan secara berlebih ke dalam larutan yang mengandung ion halida. Konsentrasi ion klorida, iodide, bromide dan yang lainnya dapat ditentukan dengan menggunakan larutan standar perak nitrat. Larutan perak nitrat ditambahkan secara berlebih kepada larutan analit dan kemudian kelebihan konsentrasi larutan Ag+ dititrasi dengan menggunakan larutan standar tiosianida (SCN -) dengan menggunakan indicator ion Fe3 +. Ion besi(III) ini akan bereaksi dengan ion tiosianat membentuk kompleks yang berwarna merah.(Mulyono,2005).
3. Metode Mohr Salah satu jenis titrasi pengendapan adalah titrasi Argentometri. Argentometri merupakan titrasi yang melibatkan reaksi antara ion halida (Cl-, Br -, I-) atau anion lainnya (CN , CNS) dengan ion Ag + dari perak nitrat (AgNO 3) dan membentuk endapan perak halida (AgX). Konsentrasi ion klorida dalam suatu larutan dapat ditentukan dengan cara titrasi dengan larutan standart perak nitrat. Endapan putih perak klorida akan terbentuk selama proses titrasi berlangsung dan digunakan indicator larutan kalium kromat encer. Setelah semua ion klorida mengendap maka kelebihan ion Ag + pada saat titik akhir titrasi dicapai akan bereaksi dengan indicator membentuk endapan coklat kemerahan Ag2CrO4 (Mulyono,2005).
Kesadahan adalah petunjuk kemampuan air untuk membentuk busa apabila dicampur dengan sabun. Pada air berkesadahan rendah, air akan dapat membentuk busa apabila dicampur dengan sabun, sedangkan air berkesadahan tinggi tidak akann terbentuk busa. Penyebab air menjadi sadah adalah karena adanya ion Ca2+ dan Mg2+ atau karena adanya ion-ion lain dari polifalen metal (logam bervalensi banyak) seperti Al, Fe, Mn, Sr dann Zn dalam bentuk garam sulfat, Cl, dan bikarbonat dalam jumlah kecil (O-fish, 2003).
Kesadahan berasal dari kata sadah yang berarti mengandung kapur. Jadi kesadahan air adalah adanya kandungan kapur yang berlebih yang terdapat diperairan yang disebabkan oleh lapisan tanahkapur yang dilaluinya. Jenis sumber air yang banyak mengandung sadah adalah air tanah khususnya air tanah dalam. Air yang banyak mengandung mineral kalsium dan magnesium dikenal sebagai air sadah atau air yang sukar dipakai untuk mencuci (Chang, 2003).
Kandungan kapur yang terdapat didalam air, supaya tidak kurang dan tidak lebih maka ditetapkan standar suatu air dikatakan sadah atau sangat sadah. Standar kualitas air menetapkan kesadahan total adalah 5 sampai 10 derajat jerman. Apabila kurang dari 5 derajat jerman maka air akan terasa lunak dan sebaliknya jika lebih besar 10 derajat jerman maka akan merugikan manusia (Sanropie, 1984).
Air sadah yang bercampur dengan sabun dapat membentuk gumpalan scum yang sukar dihilangkan. Didalam industri, kesadahan air yang digunakan harus dilakukan pengawasan
secara ketat untuk mencegah adanya kerugian. Untuk menghilangkan kesadahan, biasanya digunakan berbagai zat kimia atau bisa juga digunakan resin penukar ion (Resthy, 2011). Dikalangan masyarakat awam, sangat sulit untuk membedakan mana air yang tingkat kesadahannya tinggi. Mereka hanya bisa memperkirakan saja berdasarkan apa yang ditimbulkan dari air. Salah satunya mereka mengamati kerak yang ditimbulkan air pada dasar panci memberikan sedikit pemahaman bagi masyarakat bahwa air yang dikonsumsinya itu tingkat kesadahannya tinggi dan sebaliknya jika tidak terlihat kerak yang timbulkan artinya bahwa air yang dikonsumsinya tingkat kesadahannya masih tergolong rendah (Resthy, 2011).
III. CARA KERJA
1. Mempelajari karakter membran cangkang telur dalam kaitannya dengan efek pengawetan pada telur asin. Pada prosedur pertama, Masing-masing 3 butir telur yang telah disiapkan yakni telur ayam negeri, telur bebek, dan telur puyuh dicuci agar bersih dari kotoran, kemudian dikeringkan
dengan
menggunakan
tissue.
Volumenya
diukur
dengan
cara
menenggelamkan telur kedalam air dalam sebuah gelas ukur yang diameternya dapat memuat lingkar diameter telur. (volume air sebelumnya sudah diketahui dan diperkirakan akan cukup lebih tinggi dibandingkan ketinggian telur ketika telur itu ditenggelamkan). Kemudian telur diambil dan dikeringkan dengan lap atau tissue, lalu dikosongkan semua isinya dengan membuat lubang kecil layaknya akan dikonsumsi bagian kuning telurnya secara mentah. Setelah itu 3 toples yang berbeda ukuran dan berpenutup ulir disiapkan. Yang ukuran lebih besar untuk telur ayam dan telur bebek, sedangkan yang lebih kecil untuk trlur puyuh. larutan NaCl 20% b/b disiapkan sebanyak 1 liter. Kemudian larutan tersebut dimasukkan dalam toples yang telah disiapkan dengan volume larutan diketahui sebelumnya. Lalu, cangkang-cangkang telur yang sudah dilubangi dimasukkan dalam toples yang sudah berisi larutan NaCl 20% , kemudian cangkang-cangkang telur tersebut diisi dengan akuades dengan volume diketahui untuk mendapatkan volume yang ketinggiannya
kurang
dari
ketinggian
larutan
NaCl
(ukuran
volume
ditetapkan/diseragamkan menurut hasil yang didapatkan pada pengisian akuades dalam cangkang telur puyuh sampai kira-kira ½ bagian volume cangkang tersebut). Selanjutnya isi toples ditutup dengan penutupnya (ulir) dan didiamkan selama 4 hari 7 hari dan 14 hari. Untuk mengetahui kadar NaCl yang berdifusi, dilakukan penetralan kadar NaCl dalam cangkang telur dengan metode titrasi argentometri. Dilakuan cara yang sama namun dengan menggunakan cangkang telur yang direndam terlebih dahulu dalam larutan KOH 5% b/b selama 30 menit. Lalu disaring dan dikeringkan diudara terbuka namun terlindung dari pengotoran debu. 2. Pelunakan air sadah Pada prosedur kedua, sampel dibuat menjadi dua bagian dan ditentukan kadar Ca, bagian pertama dengan menggunakan metode titrasi kompleksometri EDTA. Bagian kedua ditangani dengan penambahan kapur tohor (CaO) yang telah dilarutkan dalam air sampai jenuh. Kemudian ditambahkan larutan kapur tohor secara bertahap sampai
terbentuk endapan. Lalu disaring endapannya dan ditentukan kadar Ca pada larutan tersebut dengan cara titrasi yang sama seperti sebelumnya. Kemudian dibandingkan kadar Ca sebelum dan sesudah ditangani.. IV. ALAT DAN BAHAN 1. Tabel Alat No.
Alat
Ukuran
Jumlah
9.
Gelas ukur
25 ml
1 buah
1.
Gelas ukur
50 mL
1 buah
10.
Gelas ukur
10 mL
1 buah
2.
Toples
-
4 buah
11.
Gelas kimia
150 mL
3 buah
3.
Buret
50 mL
1 buah
12.
Pipet tetes
-
2 buah
4.
Klem, satif
-
1 set
-
1 buah
5.
Gelas kimia
250 ml
13.
Batang pengaduk
1 buah
6.
Erlenmeyer
250 ml
2 buah
7.
Labu ukur
100 ml
1 buah
8.
Botol semprot
200 ml
1 buah
15.
Kertas saring
-
1 buah
16.
Corong
-
1 buah
18.
Neraca analitik
-
1 buah
19.
Spatula
-
1 buah
2. Tabel Bahan No. Bahan
Jumlah
4.
NaOH 5% b/b
100 mL
1.
Cangkang telur
6 buah
5.
CaCO3
10 mL
ayam negeri, ayam
(masing-
bebek dan ayam
masing)
6.
CaO (kapur tohor)
100 mL
7.
EDTA
3 mL
8.
Indikator kromat
9 tetes
puyuh. 2.
NaCl 20% b/b
100 ml
3.
AgNO3
100 ml
9.
Indikator EBT
9 ml
11.
Aquades
1000 mL
10.
Larutan Buffer
6 ml
12.
KOH
100 mL
V. SIFAT FISIK DAN KIMIA BAHAN No.
1.
Nama bahan
NaCl
Sifat fisika
Sifat kimia
Wujud= padatan kristal putih
Garam netral
Mr=38,44 gr/mol
Stabil
ρ= 2,165 gr/cm3
Iritant
TD= 1413°C TL=801°C
2.
NaOH
Kristal putih
Basa kuat
Mr=39,997 gr/mol
Korosif
ρ= 2,19 gr/cm3
pH tinggi
TD= 1390°C
Menyerap Co2
TL= 318°C
3.
Kristal berwarna putih
Korosif
Mr=105,99 gr/mol
Oksidator kuat
ρ= 4,352 gr/cm3
Beracun
AgNO3
TL= 212°C TD = 4444oC Mudah larut dengan 4.
CaCO3
Padatan berwarna putih Mr=100,99 gr/mol
penambahan asam
ρ= 2,8 gr/cm3 TD= -
TL=825oC
Kristal tak berwarna
Irritan Bereaksi dengan banyak ion
5.
EDTA
Logam, Mr=292,249 gr/mol ρ= 0,86 gr/cm3
6.
CaO
Padatan betrwarnna putih
Iritant
Mr=56,08 gr/mol
Reaktif
ρ= 3,33 gr/cm3
Beracun
TD= 2850°C TL= 2572°C
7.
Cairan tidak berwarna
Bersifat polar
Pelarut universal
Tidak berbahaya
Aquades TD= 100°C TL= 0°C
8.
Cairan tidak berwarna
Reaktif
Berat molekul = 56,11 g/mol
Gunakan APD lengkap
TL = 752 F
Iritant
KOH
Tekanan uap = 60 mmHg Padatan/cairan 9.
Laruran penyangga Ph 6
Gunakan APD lengkap
VI. DATA PENGAMATAN No. 1.
Perlakuan Pembuatan Larutan a. NaCl 20%. 100 Ml - Sebanyak 200 gram NaCl 20% ditimbang menggunakan neraca analitik. - Dilarutkan dakam labu takar 1000 ml, dihomogenkan
b. KOH 1000 ml - KOH ditimbang sebanyak 50 gram dan dimasukkan kegelas kimia 1000 ml - Dilarutkan dalam labu takar 1000 ml dengan akuades, homogenkan. c.
-
-
EDTA 0,1 M 500 ml Sebanyak 18 gram EDTA ditimbang menggunakan neraca analitik. Dilarutkan dalam labu takar 500 ml,di homogenkan.
d. Kapurtohor 500 ml (jenuh) - Kapur tohor dimasukkan ke gelas kimia. - Dilarutkan dengan akuades sebanyak 500 ml - Kapur tohor ditambahkan sampai jenuh
-
NaCl berupa padatan berwarna putih dengan berat sebenarnya 200,002 gram.
-menghasilkan larutan tidak berwarna
-
KOH = padatan berwarna putih
-
Larutan tidak berwarna
-
EDTA berupa padatan putih
-
Menghasilkan larutan tidak berwarna.
-
Kapur tohor padatan berwarna putih
-
Larutan berwarna putih Suhu campuran 400C Larutan berwarna putih, kapur tohor tidak lrut.
-
CaCO3= padatan berwarna putih
-
Larutan tidak berwarna
-
NaCl = padatan berwarna putih.
-
AgNO3 = srbuk berwarna putih
e.
-
-
CaCO3 0,1 M 50 ml CaCO3 ditimbang sebanyak 10 gram dan dimasukkan ke gelas kimia, Dilarutkan dalam labu takar 50 ml dengan akuades, dihomogenkan.
Hasil pengamatan
f. NaCl 0,1 M 250 ml - NaCl ditimbang sebanyak 1,45 gram dan dimasukkan kegelas kimia. - Dilarutkan didalam labu takar 250 ml dengan akuadest, dihomogenkan. g. AgNO3
AgNO3 ditimbang sebanyak 2,4 gram dan dimasukkan kegelas kimia. Dilarutkan dalam labu takar 250 ml dengan akuadest, dihomogenkan.
-
-
h. Standarisasi EDTA - 10 ml CaCO3 dipipet dan dimasukkan ke erlenmeyer. - Ditambahkan 5 tetes buffer
-
Larutan tidak berwarna
-
CaCO3 = larutan tidak berwarna
-
-
Ditambahkan indikator EBT
-
-
Dititrasi dengan EDTA sampai terjadi perubahan warna, dilakukan duplo.
-
Buffer = larutan tidak berwarna, tidak ada perubahan Indicator EBT = serbuk hitam, larutan menjadi berwarna biru Data terlampir pada tbel hasil pengamatan
-
Larutan berubah warna menjadi merah
-
NaCl = larutan tidak berwarna Indikator kromat= larutan berwarna kunig. Menghasilkan larutan berwarna kuning TAT = larutan berubah menjadi berwarna merah bata dengan endapan berwarna putih Data terlampir pada tabel hasil pengamatan
i.
-
Standarisasi AgNO3 hari ke-4 10 ml NaCl dipipet dan dimasukkan ke labu erlenmeyer Ditambahkan indikator kromat Dititrasi dengan AgNO3 sampai terjadi perubahan warna
-
-
Dilakukan duplo
Dilakukan standarisasi yang sama untuk hari ke-7dan 14 Perlakuan membran cangkang telur - 3 jenis sampel telur ( ayam, bebek, puyuh) disiapkan masing-masing 3 butir, dan di cuci bersih. - Sampel telur ayam dan telur bebek dimasukkan ke gelas kimia, sedangka telur puyuh dimasukkan ke gelas ukur, dan diukur volume telur - Telur dilubangi dan isinya dikeluarkan - Cangkang telur dibersihkan - Diisi dengan akuades
-
2.
-
Sampel telur dibagi menjadi 2 bagian
-
Sampel teur ayam, telur bebek dan telur puuh
-
Data terlampir pada tbel hasil pengamatan
-
Cangkang telur kosong
-
Cangkang telur bersih
-
Akuades dalam cangkang telur. Volume akuades tercantum pada tabel hasil pengamatan
-
Sampel telur 2 bagian
-
Sampel telur bagian 1 direndam dalam dalam larutan KOH 5 % selama 30 menit
-
Sampel telur bagian 1 dan 2 masing-masing dimasukkan kedalam toples yang berbeda yang telah diisi larutan NaCl
-
Stoples ditutup rapat dan didiamkan selama 4 hari, 7 hari dan 14 hari.
-
Air dalam telur dikeluarkan dan diukur volumenya
-
Dipipet sebanyak 5 ml
-
Ditambahkan 3 tetes indikator kromat
-
Dititrasi dengan AgNO3
-
3.
Dicatat volume AgNO3 yang terpakai
Perlakuan air sadah - Sampel air sadah dibagi menjadi 2 bagian - Bagian 1 air sadah dipipet sebanyak 10 ml - Ditambahkan larutan buffer sebanyak 5 tetes - Ditambahkan EBT
-
-
-
Dititrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi perubahan
Dilakuan duplo
-
Tidak ada perubahan secara visual
-
Tidak ada perubahan secara visual
-
Hasil pengamatan tertera pada tabel hasil pengamatan
-
Air berwara keruh dan berbau
-
Cairan keruh da berbau
-
Indikator kromat= larutan berwarna kuning. Campuran berubah menjadi berwarna kuning
-
Larutan berubah warna menjadi merah bata dan terdapat endapn putih
-
Data terlampir pada tabel hasil pengamatan
-
Cairan tidak berwarna
-
Tidak ada perubahan secra visual
-
Larutan menjadi berwarna merah
-
EDTA = larutan tidak berwarna
-
TAT = larutan menjadi berwarna biru
-
Data terlampir pada tabel hasil pengamatan
-
Data terlampir pada perhitungan
-
Cairan tidak berwarna
Ditentukan konsentrasi Ca
-
-
-
-
-
Bagian 2 air sadah dipipet sebanyak 10 ml Ditambahkan kapur tohor sebanyak 10 ml
-
Kapur tohor= larutan berwarna putih
-
Larutan menjadi berwarna putih
-
Residu = padatan berwarna putih
-
Filtrat = larutan tidak berwarna
-
Larutan tidak berwarna
-
Tidak ada perubahan secara visual
-
Larutan menjadi berwarna merah
-
TAT= larutan berubah warna menjadi biru
-
Data terlampir pada hasl pengamatan
-
Data terlampir pada perhitungan
Disaring dengan kertas saring
Filtrat dipipet sebanyak 10 ml Ditambahkan buffer sebanyak 5 tetes Ditambahkan indikatoe EBT
Dititrasi dengan larutan EDTA sampai terjadi perubahan
Dilakukan duplo Ditentukan konsentrasi Ca
TABEL HASIL PENGAMATAN
A. Tabel pengukuran telur Telur (dengan KOH)
1. 2. 3. 1. 2. 3. 1. 2. 3.
4Hari Telur Ayam Telur bebek Telur puyuh 7Hari Telur Ayam Telur bebek Telur puyuh 14hari Telur Ayam Telur bebek Telur puyuh
Telur (Tanpa KOH)
4Hari 1. Telur Ayam 2. Telur bebek
Vawal (ml)
Vakhir (ml)
Vtelur (ml)
300 300 70
350 350 80
50 50 10
300 300 70
350 350 75,8
50 50 5,8
300 300 70
350 350 75,8
50 50 5,8
Vawal (ml)
Vakhir (ml)
Vtelur (ml)
300 300
350 350
50 50
3. Telur puyuh 7Hari 1. Telur Ayam 2. Telur bebek 3. Telur puyuh 14hari 1. Telur Ayam 2. Telur bebek 3. Telur puyuh
70
80
10
300 300 70
340 350 80
40 50 10
300 300 70
350 350 80
50 50 10
B. Tabel perubahan volume telur Telur (dengan KOH)
Vawal (ml)
Vakhir (ml)
1. Telur Ayam
25
21
2. Telur bebek
25
21
3. Telur puyuh
8
6
1. Telur Ayam
25
20
2. Telur bebek
25
23
3. Telur puyuh
6
5
1. Telur Ayam
25
19
2. Telur bebek
25
20
3. Telur puyuh
8
3
Telur (Tanpa KOH)
Vawal (ml)
Vakhir (ml)
1. Telur Ayam
25
21
2. Telur bebek
25
21
3. Telur puyuh
6
6
1. Telur Ayam
25
19
2. Telur bebek
25
19
3. Telur puyuh
8
8
1. Telur Ayam
25
17
2. Telur bebek
25
19
3. Telur puyuh
6
4
4Hari
7Hari
14hari
4Hari
7Hari
14hari
C. Tabel titrasi Argentometri pada telur
Standarisasi AgNO3 Hari ke-4
Titrasi ke-
Volume NaCl (ml)
1 2
10 10
VAgNO3 (ml)
Vawal (ml) 0,00
Vakhir (ml) 10,20
Vpakai (ml) 10,20
10,20
20,10
9,9 10,05
Vrata-rata
Volume NaCl (ml)
1 2
VAgNO3 (ml)
Vawal (ml)
Vakhir (ml)
Vpakai (ml)
0,00 0,00
10,30 10,20
10,30 10,20 10,25
10 10 Vrata-rata
Volume NaCl (ml)
1 2
10 10
VAgNO3 (ml)
Vawal (ml) 0,00
Vakhir (ml) 9,40
Vpakai (ml) 9,40
9,60
19,50
9,90 9,65
Vrata-rata
Merah bata Metah bata
Warna sebelum
Warna setelah titrasi
Kuning Kuning
Merah bata Metah bata
Warna sebelum
Warna setelah titrasi
Kuning Kuning
Merah bata Metah bata
Warna sebelum
Warna setelah titrasi
Biru Biru
Merah Merah
Warna awal
Warna akhir
Standarisasi EDTA
Titrasi ke-
Volume CaCO3 (ml)
1 2
10 10
V EDTA (ml)
Vawal (ml) 0,20
Vakhir (ml) 3,80
Vpakai (ml) 3,60
3,90
7,40
3,50 1,95
Vrata-rata
Kuning Kuning
Standarisasi AgNO3 Hari ke-14
Titrasi ke-
Warna setelah titrasi
Standarisasi AgNO3 Hari ke-7
Titrasi ke-
Warna sebelum
Titrasi telur
Tanpa perendaman KOH Jenis Telur
Vtelur (ml)
Volume titrasi telur Vawal (ml)
Vakhir (ml)
Vpakai (ml)
4 Hari 1.
Telur ayam
5
10,00 16,50
16,50 22,50
6,50 6,00
Larutan kuning
Larutan merah bata + endapan putih
2.
Telur bebek
5
8,90 11,30
16,00 18,00
7,10 6,70
Larutan kuning
3.
Telur puyuh
5
9,90
14,50
4,60
Larutan kuning
Larutan merah bata + endapan putih Larutan merah bata + endapan putih
7 Hari 1.
Telur ayam
5
0,00 3,80
3,80 7,50
3,80 3,70
Larutan kuning
Larutan merah bata + endapan putih
2.
Telur bebek
5
0,00 10,10
10,10 20,20
10,10 10,10
Larutan kuning
Larutan merah bata + endapan putih
3.
Telur puyuh
5
7,50
18,00
10,50
Larutan kuning
Larutan merah bata + endapan putih
14 Hari 1.
Telur ayam
5
0,00 2,80
21,80 26,50
21,80 4,70
Larutan kuning
Larutan merah bata + endapan putih
2.
Telur bebek
5
0,00 17,20
17,20 24,00
17,20 6,80
Larutan kuning
Larutan merah bata + endapan putih
3.
Telur puyuh
5
0,00
10,30
10,30
Larutan kuning
Larutan merah bata + endapan putih
Warna akhir
Dengan perendaman KOH Jenis Telur
Vtelur (ml)
Volume titrasi telur Vawal (ml)
Vakhir (ml)
Vpakai (ml)
Warna awal
4 Hari 1.
Telur ayam
5
4,00 6,00
6,00 16,00
2,00 10,00
Larutan kuning
Larutan merah bata + endapan putih
2.
Telur bebek
5
0,00 9,90
9,90 19,00
9,90 9,10
Larutan kuning
3.
Telur puyuh
5
5,20
15,00
9,80
Larutan kuning
Larutan merah bata + endapan putih Larutan merah bata + endapan putih
7 Hari
1.
Telur ayam
5
7,00 0,00
20,30 12,00
13,30 12,00
Larutan kuning
Larutan merah bata + endapan putih
2.
Telur bebek
5
12,00 0,00
21,50 9,10
9,50 9,10
Larutan kuning
Larutan merah bata + endapan putih
3.
Telur puyuh
5
10,00
14,80
4,80
Larutan kuning
Larutan merah bata + endapan putih
14 Hari 1.
Telur ayam
5
2,60 19,60
19,60 28,20
17,00 8,60
Larutan kuning
Larutan merah bata + endapan putih
2.
Telur bebek
5
10,30 14,00
14,00 23,10
3,70 9,10
Larutan kuning
Larutan merah bata + endapan putih
3.
Telur puyuh
5
10,00
20,20
10,20
Larutan kuning
Larutan merah bata + endapan putih
2.TABEL TITRASI AIR SADAH a. Tanpa penambahan kapur Tohor Titrasi ke-
Vawal (ml)
Vakhir (ml)
Vpakai (ml)
Warna awal
1
25,30
25,50
0,20
Lar. Merah muda
Lar. Biru
2
25,50
26,10
0,60
Lar. Merah muda
Lar. Biru
Vrata-rata
Warna akhir
0,40
b. Dengan penambahan kapur tohor Titrasi ke1
Vawal (ml)
Vakhir (ml)
Vpakai (ml)
Warna awal
31,30
33,30
2,00
Lar. Merah muda
Lar. Biru
2
33,30
35,00
1,70
Lar. Merah muda
Lar. Biru
Vrata-rata
1,85
Warna akhir
IX. KESIMPULAN
1. Larutan NaCl yang berkonsentrasi tinggi mengalami proses difusi kedalam air yang gterdapat didalam cangkang telur melalui membran semi permeabel yaitu cangkang telur. 2. Kadar NaCl yang terdapat dalam air pada cangkang telur dipengaruhi oleh waktu perendaman dan melalui perendaman KOH. Dimana kadar NaCl tanpa perendaman KOH lebih besar dari pada kadar NaCl dengan perendaman KOH. Dan semakin lama waktu perendaman, maka kadar NaCl pada air semakin besar pula. 3. Kadar Ca yang diperoleh tanpa penambahan kapur Tohor yaitu 0,448% dan kadar Ca yang diperoleh dengan penambahan kapur Tohor yaitu 2,0841%. 4. Kadar Ca yang diperoleh dengan penambahan kapur tohor lebih besar daripada tanpa penambahan kapur tohor. Dikarenakan penambahan kapur tohor menyebabkan pembentukkan endapan CaCO3. 5. Konsentrasi AgNO3 yang diperolrh hasil standarisasi yaitu pada hari ke-4 0,0995 N, hari ke-7 0,0975 N, dan hari ke-14 0,1036 N. 6. Konsentrasi EDTA yang diperoleh hasil standarisasi dengan CaCO 3 yaitu 0,2816 M. 7. Grafik hubungan waktu terhadap konsentrasi pada setiap telur untuk perendaman KOH dan tanpa perendaman KOH didapat persamaan garis;
Perendaman KOH pada Telur ayam negeri : y = 0,0125x + 0,1065 Telur bebek
y = -0,0059x + 0,2166
Telur puyuh
y = 0,0043x + 0,1306
Tanpa perendaman KOH pada Telur ayam ngeri : y = 0,0186x + 0,0121 Telur bebek
y = 0,0105x + 0,107
Telur puyuh
y = 0,0102x + 0,0845
DAFTAR PUSTAKA
Chang, Rymond.2003. Edisi Ketiga Kimia Dasar. Jakarta : Erlangga.
Harjadi, W. 1993. Ilmu Kimia Analitik Dasar. Jakarta : PT. Gramedia. Mulyono, S. 2005. Kamus Biologi. Jakarta : CV. PIONIR JAYA.
Resthy, N. 2011. Analisis Kesadahan. DIY : Kanisius.
Sanropie, 1984. Dasar Anorganik. Jakarta : LYS.