LAS Tubuh menghasilkan banyak respon setempat terhadap stress. Respons setempat ini termasuk pembekuan darah, penyembuhan luka, akomodasi mata terhadap cahaya, dan respon terhadap tekanan. Semua bentuk LAS mempunyai karakteristik berikut : a. Respon yang terjadi adalah setempat : respon ini tidak melibatkan seluruh sistem
tubuh. b. Respon adalah adaptif, berarti bahwa stressor diperlukan untuk menstimulasinya. c. Respon adalah berjangka pendek, respon tidak terdapat terus menerus. d. Respon adalah restoratif, berarti bahwa LAS membantu dalam memulihkan
homeostatis region atau bagian tubuh. Dua respon setempat yaitu respon reflek nyeri dan respon inflamasi, di uraikan sebagai contoh LAS. Perawat menghadapi respon ini di banyak lingkungan perwatan kesehatan. 1) Respon reflek nyeri.
Respon reflek nyeri adalah respon setempat dari sistem sarap pusat terhadap nyeri. Respon ini adalah respon adaptif dan melindungi jaringan dari kerusakan lebih lanjut. Respon melibatakan reseptor sensoris, sarap sensoris yang menjalar ke medula spinalis, neuron penghubung dalam medula spinalis, saraf motorik yang menjalar dari medula spinalis, dan otot efektif. Misalnya, sebut saja di bawah sadar, yaitu suatu reflek menghindarkan tangan dari permukaan yang panas. 2) Respon inflamasi
Respon inflamasi di stimuli oleh trauma atau infeksi. Respon ini memusatkan inflamasi, sehingga dengan demikian menghambat penyebaran inflamasi dan meningkatkan penyembuhan. Respon inflamasi dapat menghasilkan nyeri setempat, pembengkakan, panas, kemerahan, dan perubahan fungsi. Respon inflamasi terjadi dalam tiga fase: 2.1) fase pertama mencakup perubahan dalam sel-sel dan sistem sirkulasi. Pada awalnya, meyempitan pembuluh darah terjadi pada tempat cedera untuk mengendalikan perdarahan. Kemudian di lepaskan histamin pada tempat cedera, meningkatkan aliran darah ke area cidera dan meningkatakan jumlah sel darah putih untuk melawan infeksi. Hampir secara bersamaan dilepaskan kinin untuk meningkatkan permeabilitas kapiler sehingga memungkinkan masuknya protein,
cairan, leukosit ketempat yang mengalami cidera. Pada titik ini aliran darah setempat menurun, menjaga leukosit ditempat cidera untuk melawan infeksi. 2.2) fase kedua ditandai oleh pelepasan eksudat dari luka. Eksudat adalah kombinasi cairan, sel-sel, dan bahan lainnya yang dihasilkan ditempat cidera. Tipe dan jumlah eksudat beragam dari satu cidera ke jenis cidera lain dan dari satu orang ke orang lainnya. Eksudat biasanya dilepaskan ditempat cidera, yang mungkin luka terpotong, lecet, atau insisi bedah. 2.3) Fase terakhir adalah perbaikan jaringan oleh regenerasi atau pembentukan jaringan parut. Renegenerasi menggantikan sel-sel yang rusak dengan sel-sel identis atau sel-sel serupa. Pembentukan jaringan parut mewaspadakan perawat bahwa tubuh mengadaptasi cidera setempat. Selama adaptasi, respon inflamasi melindungi tubuh dari infeksi dan meningkatkan penyembuhan.
GAS GAS adalah respon fisiologis dari seluruh tubuh terhadap stress. Respon ini melibatkan beberapa sistem tubuh, terutama sistem saraf otonom dan sistem endokrin. Gas terdiri atas reaksi penringatan, tahap resisten, dan tahap kehabisan tenaga.
a. Reaksi Alaram atau Peringatan
Reaksi alarm melibatkan mengerahan mekanisme pertahanan dari tubuh dan pikiran untuk mengahadapi stresor. Kadar hormon meningkat untuk meningkatkan volume darah dan dengan demikian menyiapkan individu untuk bereaksi. Hormon lainnya dilepaskan untuk meningkatkan kadar glukosa darah untuk menyiapkan energi untuk keperluan adaptasi. Meningkatkan kadar hormon lain seperti epinefrin dan norepinefrin mengakibatkan peningkatan frekuensi jantung, meningkatkan aliran darahke otot, meningkatkan ambilan oksigen, dan memperbesar kewaspadaan mental. Aktivitas hormonal yang luas ini menyiapkan individu untuk melakukan respon melawan atau menghindar. Curah jantung, ambilan oksigen, dan frekuensi pernafasan meningkat ; pupil mata berdilatasi untuk menghasilkan bidang visual yang lebih besar, dan frekuensi jantung meningkat untuk menghasilkan energy lebih banyak. Perubahan lainnya yang terjadi menyiapkan individu untuk bertindak. Dengan peningkatan kewaspadaan dan energy mental ini, seseorang disiapkan untuk melawan atau menghindari stressor. Selama reaksi alarm individu dihadapkan pada stressor spesifik. Respons fisiologis individu adalah mendalam, melibatkan system tubuh utama, dan dapat
berlangsung dari hitungan waktu dari menit sampai jam, kemungkinan juga merupakan ancaman terhadap hidup. Jika sresor terus menetap setelah reaksi peringatan, individu berkembang ke fase kedua dari GAS, yaitu resisten.
b. Tahap Resisten
Dalam tahap resisten, tubuh kembali menjadi stabil, kadar hormone, frekuensi jantung, tekanan darah dan curah jantung kembali ketingkat normal. Individu berupaya untuk mengadaptasi terhadap stressor. Jika stress dapat diatasi, tubuh akan memperbaiki kerusakan yang telah terjadi. Namun demikian, jika stressor tetap terus menetap, seperti pada kehilangan darah terus menerus, penyakit yang melumpuhkan, penyakit mental parah jangka panjang, dan ketidakberhasilan mengadaptasi, maka individu memasuki tahap ketiga dari gas yaitu tahap kehabisan tenaga.
c. Tahap Kehabisan Tenaga
Tahap kehabisan tenaga terjadi ketika tubuh tidak dapat lagi melawan stress dan ketika energi yang diperlukan untuk mempertahankan adaptasi sudah meni. Tubuh pis. Respon fisiologis menghebat, tetapi tingkat energy individu terganggu dan adaptasi etrhadap rstressor hilang. Tubbuh tidak mampu untuk mempertahankan dirinya terhadap dampak skematian.tressor, regulasi fisiologis menghilang, dan jika stress berlanjut dapat terjadi Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas terhadap stress.
RESPON FISIOLOGIS TERHADAP STRES Riset klasik yang dilakukan oleh selye (1946-1976) telah mengidentifikasi dua respon fisiologis terhadap stress : sindrom adaptasi local (LAS) dan sindrom adaptasi umum (GAS). LAS adalah respons dari jaringan, organ, atau bagian tubuh terhadap stress karena trauma, penyakit, atau perubahan fisiologis lainnya. GAS adalah respons pertahanan dari keseluruhan tubuh terhadap stress. Respons stress adalah alamiah,protektif, dan adaptif. Terdapat respons normal terhadap stressor; stressor yang dihadapi dalam kehidupan sehari-hari
meningkatkan eksresi katekolamin, yang menyebabkan peningkatan dalam frekuensi jantung dan tekanan darah. Stressor fisik dan emosional mencetuskan respons serupa (spesifisitas vertus nonspesifisitas) kebesaran dan pola mungkin berbeda. Terdapat keterbatasan dalam kemampuan untuk mengkompensasi. Besar dan durasi stressor mungkin sedemikian besarnya sehingga mekanisme homeostatis untuk penyusuaian gagal. Yang menyebabkan kematian. Pemajanan berulang terhadap stimuli mengakibatkan perubahan adaptif yaitu, kadar enzim tirosin hidrolase jaringan meningkat, yang menyebabkan peningkatan kapasitas bagi tubuh untuk menghasilkan nonepinefrin dan epinefrin. Terdapat perbedaan individual dalam berespons terhadap stressor yang sama.
G.
Adaptasi, Dimensi Adaptasi, Bentuk-bentuk equilibrium, respon psikologis terhadap stress.
Adaptasi,
homeostatis,
Adaptasi adalah proses dimana dimensi fisiologis dan psikososial berubah dalam berespon terhadap stress. Karena banyak stressor tidak dapat dihindari, promosi kesehatan sering difokuskan pada adaptasi individu, keluarga atau komunitas terhadap stress. Ada banyak bentuk adaptasi. a. Adaptasi fisiologis memungkinkan homeostasis fisiologis. Namun demikian mungkin terjadi proses yang serupa dalam dimensi psikososial dan dimensi lainnya. b. Suatu proses adaptif terjadi ketika stimulus dari lingkungan internal dan eksternal menyebabkan penyimpangan keseimbangan organisme. Dengan demikian adaptasi adalah suatu upaya untuk mempertahankan fungsi yang optimal. Adaptasi melibatkan refleks, mekanisme otomatis untuk perlindungan, mekanisme koping dan idealnya dapat mengarah pada penyesuaian atau penguasaan situasi (Selye, 1976, ; Monsen, Floyd dan Brookman, 1992). c. Stresor yang menstimulasi adaptasi mungkin berjangka pendek, seperti demam atau berjangka panjang seperti paralysis dari anggota gerak tubuh. Agar dapat berfungsi optimal, seseorang harus mampu berespons terhadap stressor dan beradaptasi terhadap tuntutan atau perubahan yang dibutuhkan. Adaptasi membutuhkan respons aktif dari seluruh individu.