ini adalah latar belakang dari makalah mengukur tekanan hidostatis menggunakan pesawat hartl
Full description
Latar Belakang Air TerjunFull description
disabilitas
Latar belakang chepalgia
phobiaFull description
latar belakangFull description
mea
Full description
DHF
B. LATAR BELAKANG BELAKANG MASALAH
Indonesia merupakan salah satu negara dengan tingkan konsumsi makanan tertinggi. Faktanya, biskuit menjadi salah satu makanan ringan atau snack yang paling sering dikonsumsi oleh masyarakat dari berbagai kalangan usia. Selain karena rasanya yang enak, produk biskuit juga memiliki tekstur yang mudah dikonsumsi. Saksono (2012) menyatakan bahwa berdasarkan data asosiasi industri, tahun 2012 konsumsi biskuit diperkirakan meningkat 5-8% didorong oleh kenaikan konsumsi domestik. Biskuit sendiri memiliki berbagai macam jenis, salah satunya adalah cookies. Cookies menjadi salah satu pilihan snack yang paling banyak dipilih karena rasa dan cara pengolahannya cukup mudah. Namun, tingginya konsumsi snack konsumsi snack berupa berupa cookies tidak sesuai dengan tingkat kandungan gizi yang diterima oleh konsumen. Cookies yang berbahan dasar tepung terigu menyebabkan konsumen dengan kondisi tertentu tidak dapat mengkonsumsinya. Kandungan gluten yang merupakan protein utama dalam tepung terigu menjadikan cookies tidak dapat dijadikan makanan ringan untuk semua kondisi. Apalagi jika kondisi tersebut berhubungan dengan anak-anak yang merupakan konsumen utama produk cookies. Celiac disease dan Autism Spectrum Disorder merupakan kondisi yang membutuhkan perhatian khusus dari segi diet. Kedua kondisi tersebut, membutuhkan perhatian khusus dalam pemberian diet bebas gluten yang banyak terdapat dalam cookies. Faktanya, cookies. Faktanya, penelitian menunjukkan bahwa prevalensi celiac disease sekitar satu dari seratus orang Amerika. Celiac disease tidak bisa dikatakan kasus yang langka karena celia disease berpengaruh disease berpengaruh paling tidak 1% pada orang Amerika atau hampir 3 juta orang di Amerika, dibandingkan dengan kondisi Alzheimer yang mencapai 2 juta jiwa. Penelitian juga menunjukkan bahwa prevalensi celiac disease dapat berkembang dari waktu ke waktu. Sedangkan kondisi autism beberapa tahun terakhir mengalami kenaikan prevalensi yang signifikan. Center for Disease Control and Prevention (CDC) di Amerika Serikat pada bulan Maret 2013 melaporkan bahwa prevalensi autis meningkat menjadi 1:50 dalam kurun waktu setahun terakhit. Hal tersebut tidak hanya terjadi di negara-negara maju seperti Inggris, Australia, Jerman dan Amerika namun juga terjadi di negara berkembang seperti Indonesia. Prevalensi autis di dunia saat ini mencapai 15-20 kasus per 10.000 anak atau berkisar 0,15-0,20%. Jika angka kelahiran di Indonesia 6 juta per tahun maka mak a jumlah penyandang pen yandang auits di Indonesia bertambah 0,15% atau 6.900 anak
per tahunnya. Ketua Yayasan Autisme Indonesia menyatakan adan ya peningkatkan yang luar biasa. Bila sepuluh tahun yang lalu jumlah penyandang autisme di Indonesia diperkirakan 1:5000 anak, sekarang meningkat menjadi 1:500 anak. Tahun 2.000 silam, staf bagian Psikiatri Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia juga memperkirakan terdapat kurang lebih 6.900 anak penyandang autisme di Indonesia (Moore, 2010). Kandungan gizi pada makanan menjadi hal yang sangat penting untuk diperhatikan bukan hanya bagi orang dengan kebutuhan khusus, namun juga masyarakat luas. Maka dari itu, perlu dilakukan perhatian khusus terhadap jenis Gluten Free Casein Free High Calcium yang dapat menjadi pilihan jenis diet bagi masyarakat secara umum. Modifikasi bahan serta pemanfaatan jenis bahan makanan yang ada di sekitar dapat membentuk suatu produk baru. Salah satu bahan makanan yang dapat menjadi alternatif pilihan dalam meningkatkan kandungan kalsium adalah ikan teri nasi (Stolephorus sp.). Beberapa penelitian telah banyak menunjukkan bahwa ikan teri nasi memiliki kandungan kalsium yang cukup tinggi dibandingkan dengan jenis ikan lainnya dan dapat dimodifikasi menjadi bahan dari sebuah produk biskuit. Dari peluang bisnis dan kondisi tersebut, penulis mencoba untuk membuka sebuah alternatif usaha baru yang menyediakan jenis makanan ringan berupa cookies yang dapat diterima oleh masyarakat luas, bahkan orang-orang dengan kondisi khusus seperti celiac disease dan autisme. Selain bebas gluten karena tidak menggunakan tepung terigu, cookies ini juga memiliki kandungan yang bebas kasein dimana dapat menjadi pilihan snack untuk orang dengan kondisi alergi pada laktosa dan penderita autis yang harus menghindari produk susu. Walaupun tidak melibatkan produk susu dalam cookies X ini, namun kandungan kalsium yang diberikan cukup tinggi dengan pemilihan bahan ikan teri nasi dengan kadar kalsium tinggi yang akan menambah kandungan zat gizi dalam produk cookies. Dengan adanya produk ini juga diharapkan dapat membantu meningkatkan taraf perekonomian masyarakat melalui usaha mandiri.