PENGENDALIAN PERTUMBUHAN MIKROBA
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENGENDALIAN MIKROBA
1. SUHU (TEMPERATUR) 2. JENIS MIKROBA 3. STATUS FISIOLOGI MIKROBA 4. LINGKUNGAN
Keadaan Yang Mempengaruhi Pengendalian Mikroba 1. Suhu • Seperti semua reaksi kimia, reaksi biokimia yang diperlukan dalam pertumbuhan menurun pada suhu rendah. • Bahan kimia disinfektan juga dapat terhambat oleh suhu rendah, karena aktifitas bahan ini bergantung suhu sehingga seringkali harus hangat.
2. Jenis mikroba
• Banyak disinfektan dan antiseptik cenderung punya efek yang lebih besar pada gram-positif dibandingkan dengan gramnegatif, meskipun kerjanya tidak diketahui, seperti pada antibiotik. • Gram-negatif, Pseudomonad (Pseudomonas) sangat resisten terhadap aktifitas kimia bahkan bisa hidup dalam beberapa disinfektan dan antiseptik.
• Bakteri ini juga dapat menjaga diri pada media garam sederhana, juga resisten pada banyak antibiotik. • Bakteri lain yang juga tahan terhadap bahan kimia yaitu Mycobacterium tuberculosis. • Bakteri pembentuk endospora, krista protozoa, dan beberapa virus juga tahan terhadap bahan kimia.
3. Status fisiologis mikroba • Mikroba yang aktif tumbuh cenderung lebih peka terhadap bahan kimia dibandingkan sel lainnya. • Organisme yang membentuk endospora jauh lebih resisten. • Endospora suatu strain Clostridium botulinum dapat tahan air mendidih selama 5.5 jam.
4. Lingkungan • Materi organik sering mengganggu aksi bahan kimia. • Di rumah sakit, kehadiran bahan kimia pada feses dan muntahan mempengaruhi pemilihan desinfektan. • Bakteri dalam bahan makanan sangat terlindungi, misalnya dalam protein dan lemak lebih tahan panas. • Panas lebih efektif pada kondisi asam dibandingkan dengan pada pH netral.
Pengendalian Mikroba Dengan Cara Fisik
1. Panas • Panas merupakan agen yang efektif untuk sterilisasi, juga paling ekonomis dan mudah. • Panas membunuh dengan cara merusak enzim denaturasi. • Resistensi panas bervariasi antar mikroba.
• Thermal death point (TDP) merupakan suhu terendah yang dibutuhkan untuk membunuh seluruh mikroba dalam larutan selama 10 menit. • Thermal death time (TDT) merupakan panjang waktu yang dibutuhkan untuk membunuh seluruh mikroba dalam media cair pada suhu tertentu. • Decimal reduction time (DRT) merupakan waktu (dalam menit) yang menyebabkan kematian 90% populasi pada suhu tertentu.
2. Panas lembab • Waktu matinya organisme dengan pemanasan basah (air mendidih)
autoclave. virus hepatisis 30 menit endospora 70 jam • Pada tekanan 15 psi suhu 121°C seluruh organisme dan endospora dapat terbunuh dalam waktu sekitar 15 menitlebih sedikit.
Prinsip kerja sebuah autoklaf.
3. Panas kering • Metode paling sederhana menggunakan api secara langsung. • Sterilisasi dengan udara panas dengan oven, misal untuk memastikan mikroba telah mati digunakan suhu 170°C selama 2 jam.
4. Pasteurisasi • Perlakuan klasik pasteurisasi susu susu dipanaskan pada suhu 63°C selama 30 menit. • Kebanyakan pasteurisasi sekarang menggunakan suhu 75°C selama 15 menit; perlakuan ini disebut high temperature short time (HTST) pasteurization.
• Tujuannya untuk menurunkan jumlah bakteri sehingga dapat disimpan di refrigerator. • Susu dapat dipanaskan sehingga dapat disimpan tanpa refrigerator dengan menggunakan suhu 138°C beberapa menit.
5. Filtrasi • Filtrasi digunakan untuk sterilisasi bahan tidak tahan panas, seperti beberapa media kultur, enzim, vaksin, dan larutan antibiotik. • Saat ini filter membran terdiri dari bahan ester selulosa atau polimer plastik. • Ukuran lubang filter dari 0.22-0.45 µm ditujukan untuk menyaring bakteri; dan 0.01 µm ditujukan untuk menyaring virus, bahkan untuk beberapa protein besar.
Sterilisasi filter.
6. Suhu rendah
• Efek suhu rendah pada mikroba tergantung jenis mikroba dan intensitas perlakuan. • Suhu 0-7C menyebabkan laju metabolisme kebanyakan mikroba turun sehingga tidak mampu bereproduksi dan menghasilkan produk efek bakteriostatik.
7. Desikasi • Untuk tumbuh mikroba membutuhkan air, dalam keadaan tanpa air (desikasi) mikroba tidak bisa tumbuh. • Resistensi sel vegetatif terhadap desikasi bervariasi antar jenis dan lingkungan.
8. Tekanan osmosis • Penggunaan garam dan gula konsentrasi tinggi dalam preservasi makanan merupakan contoh yang didasarkan pada pengaruh tekanan osmosis. • Konsentrasi tinggi senyawa ini menyebabkan lingkungan hipertonik air meninggalkan sel mikroba (plasmolisis) • Secara umum, jamur (mold) dan yeast lebih tahan tumbuh dalam kondisi ini.
9. Radiasi • Pengaruh radiasi tergantung panjang gelombang, intensitas, dan lamanya. • Ada dua jenis radiasi: ionisasi dan non ionisasi. Radiasi ionisasi: sinar X, sinar gamma, atau pancaran e- energi tinggi memiliki panjang gelombang pendek.
Radiasi ionisasi memiliki daya tembus tinggi. Efek prinsipnya mengionisasi air membentuk hidroksil reaktif. Radiasi non ionisasi, misal UV UV merusak DNA, membenruk timin dimer. UV efektif untuk membunuh mikroba pada 260 nm.
Metode Kimia Untuk Pengendalian Mikroba
• Untuk memilih desinfektan untuk pekerjaan tertentu, pertama harus diketahui bagaimana aksi desinfektan, misal apa sifat-sifatnya, untuk apa dibuat. • Dengan membaca label kita akan tahu tentang sifat-sifatnya, juga konsentrasi/dosis yang diperlukan untuk aplikasi.
• Dosis/konsentrasi penting sebab jika terlalu encer tidak dapat membunuh, mungkin hanya bakteriostatik, jika terlalu keras dapat membahayakan manusia. • Pertimbangan lain: apakah akan diaplikasi ke bahan organik, berapa pH, dan apakah desinfektan dapat dengan mudah menyentuh mikroba, terakhir yang perlu diingat: semakin tinggi suhu tempat desinfektan diaplikasikan, secara umum semakin efektif desinfektan tersebut.
Aksi Bahan Pengendali Mikroba 1. Perubahan permeabilitas membran • Kerusakan pada lipid atau protein pada membran plasma oleh senyawa antimikroba seperti senyawa ammonium dapat menyebabkan kebocoran. • Beberapa bentuk senyawa kimia dan antibiotik bekerja paling tidak sebagian seperti ini.
2. Kerusakan protein dan asam nukleat • Panas dapat memutuskan ikatan hidrogen dari protein, demikian juga yang dilakukan bahan kimia. • Ikatan lain seperti ikatan sulfida, ikatan kovalen juga dapat putus dengan bahan kimia tertentu dan panas. • Molekul DNA dan RNA dapat rusak karena radiasi dan bahan kimia.
Desinfektan
Use-dilution test • Jelas dibutuhkan suatu pembanding efektifitas suatu desinfektan atau antiseptik. • Fenol merupakan salah satu desinfektan yang umum digunakan sebagai standard, namun tidak semua antimikroba dapat dibandingkan dengan fenol, khususnya jika bekerja sebagai bakteriostatik atau jika memiliki residu yang lama hilang pada kulit.
• Untuk pengujian ini, 3 organisme digunakan: Staphyllococcus aureus (gram+), Salmonella typhii (gram-), dan Pseudomonas auriginosa (gram-). • Ketiga organisme ini dipapar terhadap bahan kimia untuk waktu tertentu dalam kultur cair dalam kondisi standard. • Jika koefisien lebih besar daripada 1, mengindikasikan bahwa bahan kimia yang diuji lebih aktif daripada fenol.
Contoh (koefisien fenol) Jika merk X pada pengenceran 1:200 pada kondisi tertentu, dan fenol setara efektifnya pada konsentrasi 1:100, maka merk X lebih efisien 2 kali daripada fenol. • Use-dilution test di atas dapat dilakukan untuk banyak bahan kimia sekaligus, prinsipnya makin encer bahan kimia dapat mematikan, makin tinggi rangkingnya.
Jenis desinfektan Fenol dan fenolat • Senyawa ini digunakan pertama kali oleh Lister di ruang operasi. • Tidak lagi digunakan sebagai antiseptik dan jarang digunakan sebagai desinfektan karena mengiritasi kulit dan mempunyai bau tidak sedap.
• Sering digunakan sebagai penyegar tenggorokan (throat lozenges) untuk efek anestesi lokal tetapi tidak untuk efek antimikroba pada konsentrasi rendah. • Derivat fenol, fenolat, mengandung molekul fenol yang telah diubah secara kimia untuk mengurangi efek iritasi, atau untuk meningkatkan aktifitas antimikroba dengan kombinasi sabun atau detergen.
• Fenolat meningkatkan aktifitas antimikroba dengan cara melukai membran plasma, menginaktifasi enzim, dan mendenaturasi protein. • Fenolat digunakan sebagai desinfektan karena tetap aktif meski diaplikasikan pada senyawa organik, stabil, dan tetap ada lebih lama setelah masa aplikasi. • Penambahan halogen seperti klorin meningkatkan aktifitas antimikroba.
• Fenolat lain yang digunakan cukup banyak di masa lalu berupa heksaklorofen yang memiliki 2 molekul fenol (bisfenol) yang bergandengan. • Efektif terhadap gram+ staphyllococcal dan streptococcal. • Sering digunakan untuk memandikan bayi, namun dapat mengakibatkan kerusakan syaraf.
Struktur fenol dan fenolat. (a) fenol, (b) O-fenilfenol, (c) hexaklorofenol, (d) triklosan.
Halogen • Iodin dan klorin efektif sebagai agen antimikroba, baik sebagai senyawa tunggal (I2 dan Cl2 dalam larutan) atau sebagai konstitusi dalam senyawa anorganik dan organik. • Iodin merupakan antiseptik tertua dan salah satu yang paling efektif. • Efektif terhadap berbagai macam bakteri, endospora, berbagai fungi, dan beberapa virus.
• Efeknya diduga berkaitan dengan pengikatan iodin pada asam amino tirosin pada berbagai enzim dan proses seluler lainnya. • Iodin biasanya dalam bentuk tincture (campuran dalam air dan alkohol) dan iodofor (kombinasi antara iodin dan molekul organik, biasanya detergen yang menyebabkan iodin dilepas pelan-pelan).
Alkohol • Efektif membunuh jamur dan bakteri. • Mekanisme kerja denaturasi protein, melarutkan lipid. • Keuntungan menggunakan alkohol bereaksi cepat dan menguap segera. • Dua jenis alkohol yang sering digunakan: etanol dan isopropanol.
• Alkohol murni lebih tidak efektif daripada jika dicampur air. • Etanol direkomendasikan digunakan pada konsentrasi 70% tapi dapat tetap membunuh dengan cepat pada 60-95%. • Isopropanol sering digunakan sebagai alkohol tangan, sedikit lebih unggul daripada etanol.
Metode difusi cakram • Sering digunakan di laboratorium pendidikan. • Bulatan kertas filter yang sudah dicelup dengan bahan kimia ditempatkan di cawan agar yang sebelumnya sudah diinokulasi dengan organisme uji. • Jika bahan kimia efektif, akan terbentuk zona bening di sekitar cakram kertas.
Evaluasi disinfektan dengan metode difusi cakram.
• Klorin sebagai gas atau dalam kombinasi dengan senyawa lain berfungsi sebagai germisida karena terbentuknya asam hipoklorus jika Cl dicampur dalam air. • Kalsium hipoklorit, Ca(OCl)2, digunakan untuk membersihkan peralatan makan di restoran, dan dairy.
• Sodium hipoklorida, NaOCl, digunakan sebagai desinfektan rumah tangga. • Kloroks digunakan untuk dairy, food processing establisment, dan sistim haemodialisis. • Kloramin terdiri dari klorin dan ammonia, digunakan sebagai desinfektan, antiseptik, dan agen sanitasi; sangat stabil, melepaskan klorin untuk waktu yang sangat lama.
Logam berat
• Beberapa logam berat: perak, air raksa, dan tembaga bersifat germisida atau antiseptik. Contoh: perak nitrat 1% bakterisida. merkuri klorida desinfektan, spektrum luas, bakteriostatik. Cu-sulfat membunuh alga hijau yang tumbuh pada reservoir, kolam renang, dll. Zn-klorida antimikroba, digunakan untuk pencuci mulut.
• Kemampuan sejumlah kecil logam berat khususnya perak dan tembaga untuk fungsi antimikroba disebut aksi
oligodinamik. • Ketika diletakkan dalam cawan agar, sejumlah kecil logam berdifusi sampai jarak tertentu protein terdenaturasi karena reaksi gugus SH protein denaturasi protein.
Aksi oligodinamik beberapa logam berat.
Aksi logam berat dalam mendenaturasi enzim.
Senyawa quarternary ammonium (quat) • Kemampuan membersihkan berhubungan dengan bagian bermuatan + (kation). • Berasal dari ammonium valensi empat. • Bersifat bakterisida pada gram+, sedikit lemah untuk gram-, juga fungisida, amoebisida, virusida pada enveloped virus.
Senyawa asam organik • Benzoat antifungi, efektif pada pH rendah, digunakan dalam soft drink dan makanan asam. • Asam sorbat menghambat pertumbuhan jamur.
TERIMAKASIH SEMOGA BERMANFAAT