Kusta Kusta / Lepra/ Penyakit Morbus Hansen , Penyakit Hansen adalah sebuah penyakit sebuah penyakit [1] infeksi kronis kronis yang yang disebabkan oleh bakteri oleh bakteri Mycobacterium Mycobacterium leprae. leprae. Penyakit ini adalah tipe penyakit granulomatosa granulomatosa pada pada saraf tepi dan tepi dan mukosa mukosa dari dari saluran pernapasan atas; atas; dan [2] lesi pada lesi pada kulit adalah tanda yang bisa diamati dari luar . Bila tidak ditangani, kusta dapat sangat progresif, menyebabkan kerusakan pada kulit, saraf-saraf, anggota gerak, dan mata.. mata
Sejarah onon, kusta telah menyerang manusia se!ak "## $%, dan telah dikenal oleh peradaban &iongkok kuna, kuna, %esir kuna, kuna, dan 'ndia 'ndia..["] Pada 1(() 1((),, *rganisasi esehatan +unia * +unia * memperkirakan terdapat dua hingga tiga !uta !i0a yang aat permanen karena kusta. [] alaupun pengisolasian atau pemisahan penderita dengan masyarakat dirasakan kurang perlu dan tidak etis etis,, beberapa kelompok penderita masih dapat ditemukan di berbagai belahan dunia, seperti 'ndia 'ndia dan dan 3ietnam 3ietnam.. Pengobatan yang efektif terhadap penyakit kusta ditemukan pada akir 1(#-an akir 1(#-an dengan dengan diperkenalkannya dapson dan deri4atnya. Bagaimanapun !uga, bakteri penyebab lepra seara bertahap men!adi kebal terhadap dapson dan men!adi kian menyebar. al ini ter!adi hingga ditemukannya pengobatan multiobat pada a0al 1(5#-an dan penyakit ini pun mampu ditangani kembali.
Ciri-ciri
6esi kulit pada paha. %anifestasi klinis dari kusta sangat beragam, namun terutama mengenai kulit, saraf, dan membran mukosa. mukosa.[)] Pasien dengan penyakit ini dapat dikelompokkan lagi men!adi 7kusta kusta tuberkuloid 'nggris 'nggris88 paucibacillary, paucibacillary, kusta lepromatosa penyakit lepromatosa penyakit ansen multibasiler, atau kusta multibasiler borderline borderline leprosy. leprosy. usta multibasiler, dengan tingkat keparahan yang sedang, adalah tipe yang sering ditemukan. &erdapat lesi kulit yang menyerupai kusta tuberkuloid namun !umlahnya lebih banyak dan tak beraturan; bagian yang besar dapat mengganggu seluruh tungkai,
dan gangguan saraf tepi dengan kelemahan dan kehilangan rasa rangsang. &ipe ini tidak stabil dan dapat men!adi seperti kusta lepromatosa atau kusta tuberkuloid. usta tuberkuloid ditandai dengan satu atau lebih hipopigmentasi makula kulit dan bagian yang tidak berasa anestetik. usta lepormatosa dihubungkan dengan lesi, nodul nodul,, plak kulit kulit simetris, dermis kulit yang menipis, dan perkembangan pada mukosa hidung yang menyebabkan penyumbatan hidung kongesti nasal dan epistaksis epistaksis hidung hidung berdarah namun pendeteksian terhadap kerusakan saraf sering kali terlambat. &idak se!alan dengan mitos atau keperayaan yang ada, penyakit ini tidak menyebabkan pembusukan bagian tubuh. %enurut penelitian yang lama oleh Paul Brand, Brand, disebutkan bah0a ketidakberdayaan merasakan rangsang pada angg ota gerak sering menyebabkan luka atau lesi. ini, kusta !uga dapat menyebabkan masalah pada penderita 9'+$ 9'+$..[:]
Penyebab 9rtikel utama untuk bagian ini adalah8 %yobaterium leprae
Mycobacterium leprae. leprae.
Paket terapi multiobat. Mycobacterium leprae adalah leprae adalah penyebab dari kusta.[2] $ebuah bakteri yang tahan asam M. asam M. leprae !uga leprae !uga merupakan bakteri aerobik , gram positif , berbentuk batang, dan dikelilimgi oleh membran sel lilin yang merupakan iri dari spesies Mycobacterium spesies Mycobacterium..[] M. leprae belum dapat dikultur pada laboratorium laboratorium..[5]
Patofisiologi %ekanisme penularan yang tepat belum diketahui. Beberapa hipotesis telah dikemukakan seperti adanya kontak dekat dan penularan dari udara. [(] $elain manusia manusia,, he0an yang dapat tekena kusta adalah armadilo armadilo,, simpanse simpanse,, dan monyet pemakan kepiting. kepiting.[1#] &erdapat
dan gangguan saraf tepi dengan kelemahan dan kehilangan rasa rangsang. &ipe ini tidak stabil dan dapat men!adi seperti kusta lepromatosa atau kusta tuberkuloid. usta tuberkuloid ditandai dengan satu atau lebih hipopigmentasi makula kulit dan bagian yang tidak berasa anestetik. usta lepormatosa dihubungkan dengan lesi, nodul nodul,, plak kulit kulit simetris, dermis kulit yang menipis, dan perkembangan pada mukosa hidung yang menyebabkan penyumbatan hidung kongesti nasal dan epistaksis epistaksis hidung hidung berdarah namun pendeteksian terhadap kerusakan saraf sering kali terlambat. &idak se!alan dengan mitos atau keperayaan yang ada, penyakit ini tidak menyebabkan pembusukan bagian tubuh. %enurut penelitian yang lama oleh Paul Brand, Brand, disebutkan bah0a ketidakberdayaan merasakan rangsang pada angg ota gerak sering menyebabkan luka atau lesi. ini, kusta !uga dapat menyebabkan masalah pada penderita 9'+$ 9'+$..[:]
Penyebab 9rtikel utama untuk bagian ini adalah8 %yobaterium leprae
Mycobacterium leprae. leprae.
Paket terapi multiobat. Mycobacterium leprae adalah leprae adalah penyebab dari kusta.[2] $ebuah bakteri yang tahan asam M. asam M. leprae !uga leprae !uga merupakan bakteri aerobik , gram positif , berbentuk batang, dan dikelilimgi oleh membran sel lilin yang merupakan iri dari spesies Mycobacterium spesies Mycobacterium..[] M. leprae belum dapat dikultur pada laboratorium laboratorium..[5]
Patofisiologi %ekanisme penularan yang tepat belum diketahui. Beberapa hipotesis telah dikemukakan seperti adanya kontak dekat dan penularan dari udara. [(] $elain manusia manusia,, he0an yang dapat tekena kusta adalah armadilo armadilo,, simpanse simpanse,, dan monyet pemakan kepiting. kepiting.[1#] &erdapat
bukti bah0a tidak semua orang yang terinfeksi oleh kuman M. kuman M. leprae menderita leprae menderita kusta, dan diduga faktor genetika !uga ikut berperan, setelah melalui penelitian dan pengamatan pada kelompok penyakit kusta di keluarga tertentu. Belum diketahui pula mengapa dapat ter!adi tipe kusta yang berbeda pada setiap indi4idu. [11]
ebu >ebu,, [1"] [1] Phili Ph ilipi pina na hingga )),5 per 1### per tahun di 'ndia 'ndia $elatan. $elatan. +ua pintu keluar dari M. dari M. leprae dari leprae dari tubuh manusia diperkirakan adalah kulit dan mukosa hidung. &elah dibuktikan bah0a kasus lepromatosa menun!ukkan adnaya se!umlah organisme di dermis dermis kulit. kulit. Bagaimanapun masih belum dapat dibuktikan bah0a organisme tersebut dapat berpindah ke permukaan kulit. alaupun terdapat laporan bah0a ditemukanya bakteri tahan asam di epitel deskuamosa deskuamosa di di kulit, eddel et al melaporkan bah0a mereka tidak menemukan bakteri tahan asam di epidermis epidermis.. [1)] +alam penelitian terbaru, ?ob et al menemukan menemukan adanya se!umlah M. se!umlah M. leprae yang leprae yang besar di lapisan keratin superfisial kulit di penderita kusta lepromatosa. al ini membentuk sebuah pendugaan bah0a organisme tersebut dapat keluar melalui kelen!ar keringat. keringat. [1:] Pentingnya mukosa hidung telah dikemukakan oleh $h@ffer pada 15(5 15(5..[1] ?umlah dari bakteri dari lesi mukosa hidung di kusta lepromatosa, menurut $hepard, antara 1#.### hingga 1#.###.### bakteri.[15] Pedley melaporkan bah0a sebagian besar pasien lepromatosa memperlihatkan adanya bakteri di sekret hidung mereka. mereka.[1(] +a4ey dan Aees mengindikasi bah0a sekret hidung dari pasien lepromatosa dapat memproduksi 1#.###.### organisme per hari.[2#] Pintu masuk dari M. dari M. leprae ke leprae ke tubuh manusia masih men!adi tanda tanya. $aat ini diperkirakan bah0a kulit dan saluran pernapasan atas men!adi gerbang dari masuknya bakteri. Aees dan %+ougall telah sukses menoba penularan kusta melalui aerosol aerosol di di [21] menit yang ditekan sistem imunnya. 6aporan yang berhasil !uga dikemukakan dengan penobaan pada menit dengan pemaparan bakteri di lubang pernapasan.[22] Banyak ilmu0an yang memperayai bah0a saluran pernapasan adalah rute yang paling dimungkinkan men!adi gerbang masuknya bakteri, 0alaupun demikian pendapat mengenai kulit belum dapat disingkirkan. %asa inkubasi pasti inkubasi pasti dari kusta belum dapat dikemukakan. Beberapa peneliti berusaha mengukur masa inkubasinya. %asa inkubasi minimum dilaporkan adalah beberapa minggu, berdasarkan adanya kasus kusta pada bayi muda. muda.[2"] %asa inkubasi maksimum dilaporkan selama "# tahun. al ini dilaporan berdasarkan pengamatan pada 4eteran perang yang pernah terekspos di daerah endemik dan kemudian berpindah ke daerah nonendemik. $eara umum, telah disetu!ui, bah0a masa inkubasi rata-rata dari kusta adalah "-) tahun.
Pengobatan
$ampai pengembangan dapson, rifampin, dan klofa=imin pada 1(#an, tidak ada pengobatan yang efektif untuk kusta. amun, dapson hanyalah obat bakterisidal pembasmi bakteri yang lemih terhadap M. leprae. Penggunaan tunggal dapson menyebabkan populasi bakteri men!adi kebal. Cada 1(:#an, dapson tidak digunakan lagi. Penarian terhadap obat anti kusta yang lebih baik dari dapson, akhirnya menemukan klofa=imin dan rifampisin pada 1(:#an dan 1(#an. [2]
*bat terapi multiobat kusta. emudian, $hantaram Da0alkar dan rekannya merumuskan terapi kombinasi dengan rifampisin dan dapson, untuk mengakali kekebalan bakteri.[2)] &erapi multiobat dan kombinasi tiga obat di atas pertama kali direkomendasi oleh Panitia 9hli * pada 1(51. >ara ini men!adi standar pengobatan multiobat. &iga obat ini tidak digunakan sebagai obat tunggal untuk menegah kekebalan atau resistensi bakteri. &erapi di atas lumayan mahal, maka dari itu ukup sulit untuk masuk ke negara yang endemik. Pada 1(5), kusta masih men!adi masalah kesehatan masyarakat di 122 negara. Pada Pertemuan esehatan +unia 9 ke- di ?ene0a, 1((1, menelurkan sebuah resolusi untuk menghapus kusta sebagai masalah kesehatan masyarakat pada tahun 2###, dan berusaha untuk ditekan men!adi 1 kasus per 1##.###. * diberikan mandat untuk mengembangkan strategi penghapusan kusta.
elompok er!a * melaporkan Kemoterapi Kusta pada 1((" dan merekomendasikan dua tipe terapi multiobat standar.[2:] Dang pertama adalah pengobatan selama 2 bulan untuk kusta lepromatosa dengan rifampisin, klofa=imin, dan dapson. Dang kedua adalah pengobatan : bulan untuk kusta tuberkuloid dengan rifampisin dan dapson. $e!ak 1((), * memberikan paket obat terapoi kusta seara gratis pada negara endemik, melalui ementrian esehatan. $trategi ini akan be!alan hingga akhir 2#1#. Pengobatan multiobat masih efektif dan pasien tidak lagi terinfeksi pada pemakaian bulan pertama.["] >ara ini aman dan mudah. !angka 0aktu pemakaian telah terantum pada kemasan obat.["]
Epidemiologi +istribusi penyakit kusta dunia pada 2##". +i seluruh dunia, dua hingga tiga !uta orang diperkirakan menderita kusta.[] 'ndia adalah negara dengan !umlah penderita terbesar, diikuti oleh Brasil dan %yanmar . Pada 1(((, insidensi penyakit kusta du dunia diperkirakan :#.###, pada 2###, "5.25 kasus ditemukan. Pada 1(((, 1#5 kasus ter!adi di 9merika $erikat. Pada 2###, * membuat daftar (1 negara yang endemik kusta. #E kasus dunia terdapat di 'ndia, %yanmar , dan epal. Pada 2##2, :".(1 kasus ditemukan di seluruh dunia, dan menurut * pada tahun itu, (#E kasus kusta dunia terdapat di Brasil, %adagaskar , %o=ambik , &an=ania dan epal.
sunting! Kelompok berisiko elompok yang berisiko tinggi terkena kusta adalah yang tinggal di daerah endemik dengan kondisi yang buruk seperti tempat tidur yang tidak memadai, air yang tidak bersih, asupan gi=i yang buruk, dan adanya penyertaan pen yakit lain seperti '3 yang dapat menekan sistem imun. Pria memiliki tingkat terkena kusta dua kali lebih tinggi dari 0anita.
Situasi global $ebagaimana yang dlaporkan oleh * pada 11) negara dan teritori pada 2##: dan diterbitkan di Weekly Epidemiological Record , pre4alensi terdaftar kusta pada a0al tahun 2##: adalah 21(.52: kasus.[2] Penemuan kasus baru pada tahun sebelumnya adlaah 2(:.(( kasus. 9lasan !umlah penemuan tahunan lebih tinggi dari pre4alensi akhir tahun di!elaskan dengan adanya fakta bah0a proporsi kasus baru yang terapinya selesai pada tahun yang sama sehingga tidak lagi dimasukkan ke pre4alensi terdaftar. Penemuan seara globa terhadap kasus baru menun!ukkan penurunan. "abel # menun!ukkan penemuan kasus seara global menurun se!ak 2##1. "abel $ menun!ukkan situasi kusta pada enam negara utama.
Kusta $abtu, 2-#2-2## 1"858)1 oleh8 $apto anal8 esehatan Penyebab kusta adalah kuman mycobacterium leprea yang menyerang syaraf tepi, kulit dan !aringan tubuh lainnya. uman ini biasanya berkelompok dan hidup dalam sel serta mempunyai sifat tahan asam %"&. uman ini pertama kali ditemukan pada tahun 15" oleh F ansen. %asa belah kuman tersebut lebih lama dibandingkan dengan !enis kuman lainnya, yakni menapai 12-21 hari dengan tunas selama 2-) tahun. Penderita kusta dapat diklasifikasikan men!adi dua tipe yaitu PB pausi basiler dan %B multi basiler . Perkembangan penyakit ini dapat ditularkan oleh penderita tipe %B seara langsung, baik melalui pernafasan maupun gesekan kulit. $elan!utnya kuman ini akan menyerang syaraf tepi pada si penderita, sehingga dia akan mengalami gangguan fungsi syaraf tepi seperti sensorik, motorik dan otonom. ?ika si penderita tidak segera diobati akan mengalami aat syaraf tepi yang diakibatkan karena kuman kusta atau disebabkan oleh peradangan neuritis se0aktu reaksi lepra. $erangan terhadap fungsi sensorik akan menyebabkan ter!adinya mati/kurang rasa nestasi yang selan!utnya akan ter!adi luka pada tangan atau kaki. pada kornea mata akan mengakibatkan kurang/hilangnya reflek kedip, sehingga mata akan mudah kemasukan kotoran dan benda-benda asing yang dapat menimbulkan kebutaan. erusakan fungsi motorik akan mengakibatkan lemah/lumpuhnya otot kaki/tangan, !ari-!ari tangan/kaki men!adi bengkok claw had / claw toes.
Pada mata ter!adi kelumpuhan pada otot mata sehingga mata tidak dapat dirapatkan. Ausaknya fungsi otonom berakibat ter!adinya gangguan pada kelen!ar keringat, kelen!ar minyak dan gangguan sirkulasi darah sehingga kulit men!adi kering, menebal, mengeras, dan peah-peah yang pada akhirnya akan membuat si penderita aat seumur hidup. 9da empat tanda pokok cardinal signs yang ada pada tubuh !ika seseorang ter!angkit kuman kusta. pertama adanya kelainan kulit dalam hal ini dapat berupa hipopigmentasi semaam panu berak-berak merah, infiltrat penebalan kulit dan nul ben!olan. &anda lainnya adalah berkurang atau sampai hilangnya rasa pada kelainan kulit tersebut, ter!adi penebalan syaraf tepi dan adanya kuman tahan asam dalam korekan !aringan kulit B&9 positif. 9da lima hal yang mempermudah ter!adinya reaksi penyakit kusta, yaitu si penderita sedang dalam keadaan kondisi lemah, kehamilan, sesudah mendapat imunisasi, malaria dan stres. Gntuk memutus mata rantai men!alarnya kuman kusta bagi penderita PB sebaiknya berobat seara dini dan teratur. amun !ika penderita sudah dalam keadaan aat permanen, pengobatan hanya dapat menegah agar !angan ter!adi aat tambahan. Pengobatan penyakit kusta ditu!ukan untuk mematikan kuman myobaterium leprea sehingga tidak berdaya masuk !aringan tubuh, dan tanda-tanda penyakit men!adi kurang efektif dan akhirnya dapat hilang. +engan sendirinya penularan kusta kepada orang lain !uga men!adi terputus. ingga saat ini para ahli kesehatan sudah menemukan enam maam obat untuk mengobati dan meminimalisasi penyebaran kuman kusta di tubuh manusia, salah satunya adalah ++$ diamino diphenyl sulfon. *bat ini berbentuk tablet ber0arna putih. *bat lainnya lamprene %''( atau biasa disebut Clofazimine ber0arna oklat dengan bentuk kapsul. $ifat dari obat ini bakterostik menghambat pertumbuhan dan antireaksi. $elain itu, ada Rifampicin berbentuk kapsul dan mempunyai sifat bakteriosid atau mematikan kuman kusta. Hfek sampingnya dapat menimbulkan kerusakan pada hati dan gin!al, karenanya sebelum diberikan obat ini sebaiknya dilakukan pemeriksaan pada hati dan gin!al si penderita
MEM&H&M) SEL*K %EL*K PE+,&K)" K*S"&
Kusta Dapat Disembuhkan, Bukan Kutukan Tuhan atau pun Penyakit Keturunan 18 Februari 2009
Surabaya, eHealth. Apa yang akan Anda lakukan apabila menemui seseorang mengidap Kusta di alan atau di sebuah Rumah !akit" Respon utama yang terbersit di benak orang#orang umumnya adalah menghindari$ takut$ merasa iik$ nais$ dan lain sebagainya karena alasan takut tertular. %ahkan sebagian masyarakat masih terpatri pada stigma bahwa Kusta atau &epra ini merupakan sebuah kutukan dari 'uhan dan uga penyakit keturunan. Karena informasi yang tidak lengkap ataupun pemikiran yang salah tersebut$ maka pasien Kusta biasanya tidak hanya menghadapi permasalahan dari segi medis saa$ tetapi uga menghadapi masalah psikososial. %ahkan permasalahan Kusta ini dapat meluas sampai permasalahan sosial ekonomi$ budaya$ keamanan$ dan ketahanan sosial. &alu sebenarnya apakah Kusta itu" %enarkah anggapan masyarakat mengenai Kusta" %erikut &iputan Khusus 'im e(ealth mengenai Kusta.
Sejarah Singkat Kusta
usta berasal dari kata kustha di bahasa $ansekerta, yang berarti kumpulan ge!ala-ge!ala kulit seara umum. Penderita usta sebenarnya telah ditemukan se!ak tahun :## $ebelum %asehi. amun, kuman penyebab penyakit usta, yakni Mycobacterium leprae, ditemukan pertama kali oleh sar!ana dari or0egia F 9rmauer ansen pada tahun 15", maka dari itu usta ini dikenal !uga dengan nama %orbus ansen, sesuai dengan penemu kuman penyebab kusta tersebut. Penyakit ini diduga berasal dari 9frika dan 9sia tengah dan kemudian tersebar melalui perpindahan penduduk di beberapa belahan dunia, penyebaran penyakit tersebut umumnya diba0a oleh para pedagang yang melintasi batas negara. $edangkan usta masuk ke 'ndonesia ini melalui para pedagang dan penyebar agama sekitar abad ke '3-3 oleh orang 'ndia. Hari Kusta
Penyakit usta !uga diperingati sebagai ari usta $edunia World &eprosy )ay, yang a0alnya di inspirasi oleh seorang 0arta0an berkebangsaan Peranis yang benama Aaoul
$e!auh ini 'ndonesia memiliki pasien usta terbanyak setelah 'ndia, Bra=il dan %yanmar. amun untuk ota $urabaya sendiri, penyakit ini masih dalam kategori rendah. Berdasarkan data dari Bidang Pengendalian %asalah esehatan +inas esehatan ota $urabaya, !umlah kasus baru usta yang terdata pada tahun 2##5 lalu sebanyak 1)( pasien untuk !enis usta basah atau %B, sedangkan ) orang lainnya mengidap !enis usta kering. arena penyakit usta merupakan penyakit dengan penyembuhan !angka pan!ang, maka beberapa diantara pasien tersebut merupakan pasien lama yang sedang men!alani pengobatan. Gntuk !umlah seara keseluruhan, !umlah pasien kusta tahun 2##5 kemarin adalah sebanyak 1(: untuk ota $urabaya. +i!elaskan oleh dr. 'na 9niati, epala Bidang Pengendalian %asalah esehatan +inas esehatan ota $urabaya, bah0a umumnya pasien yang mengidap usta di kota metropolis ini kebanyakan penduduk musiman yang berasal dari luar kota. Penurunan kasus usta di $urabaya sendiri tidak terlalu signifikan. IBiasanya !umlah usta turun pada saat a0al-a0al pelatihan petugas Puskesmas mengenai penyakit usta, Aed sa!a, karena !arangnya kasus tersebut di $urabaya, Aed maka sering terlupa oleh orang-orang,I tambah dokter alumnus Gni4ersitas 9irlangga ketika ditemui di kantornya. Penyebab Kusta
$eperti yang telah tertera di atas, usta yang merupakan penyakit kronis ini disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae *M.leprae+. uman ini adalah kuman aerob, berbentuk batang dengan ukuran 1-5 J, lebar #,2 K #,) J, sifatnya tahan asam sehingga tidak mudah untuk di0arnai. M.leprae biasanya berkelompok dan ada pula yang tersebar satu-satu. uman ini hidup dalam sel terutama !aringan yang bersuhu dingin dan tidak dapat dikultur dalam media buatan. %asa belah diri kuman kusta ini memerlukan 0aktu yang sangat lama dibandingkan dengan kuman lain, yaitu 12-21 hari. $ehingga masa tunas pun men!adi lama, yaitu sekitar 2K) tahun. uman usta ini pertama kali menyerang saraf tepi, yang selan!utnya dapat menyerang kulit, mukosa mulut, saluran nafas bagian atas, sistem retikuloendotelial, mata, otot, tulang dan !uga testis, keuali susunan saraf pusat. usta yang merupakan penyakit menahun ini dalam !angka pan!ang dapat menyebabkan anggota tubuh penderita tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Penderita usta kebanyakan dari masyarakat ekonomi menengah keba0ah yang kurang atau belum memahami arti penting dari kebersihan lingkungan. I&entu sa!a kebersihan lingkungan pun men!adi faktor lain penyebab usta, selain kuman,I ungkap Prof. dr. ?usuf Barakbah, $p, salah seorang dokter spesialis penyakit ulit elamin di Aumah $akit +r. $oetomo $urabaya saat dikonfirmasi melalui telepon. 'a menambahkan bah0a terlebih bagi mereka yang tinggal di daerah kumuh dan terbatas akan fasilitas air bersih.
$ehingga, setelah kita mengetahui faktor penyebab usta, maka anggapan masyarakat bah0a usta adalah penyakit kutukan &uhan dan penyakit keturunan adalah salah. enis Kusta
+ari sisi medis, usta diklasifikasikan berdasarkan banyak faktor, hal tersebut bertu!uan untuk mempermudah ara penanganan dari penyakit kulit ini. amun, pada umumnya usta terbagi men!adi dua, yakni kusta pausibasilar PB atau kusta tipe kering dan kusta multibasilar %B atau kusta tipe basah. Kusta Pausibasilar .P%/
&anda-tandanya8 Berak putih seperti panu yang mati rasa, artinya bila berak putih tersebut disentuh dengan kapas, maka kulit tidak merasakan sentuhan tersebut. Permukaan berak kering dan kasar Permukaan berak tidak berkeringat Batas pinggir berak terlihat !elas dan sering ada bintil-bintil keil. usta tipe kering ini kurang/tidak menular, namun apabila tidak segera diobati akan menyebabkan aat. Gmumnya, orang mengira berak putih seperti tanda-tanda di atas adalah panu biasa, sehingga pemeriksaan pun tidak segera dilakukan sebelum akhirnya orang tersebut telah mengalami usta pada le4el lebih lan!ut. $ehingga, pemeriksaan dan pengobatan semen!ak dini ke Puskesmas atau pun Aumah $akit terdekat pun sangat dian!urkan. Pengobatan kusta tipe PB ini enderung lebih sebentar daripada tipe basah. Kusta Multibasilar .M%/ "anda-"andanya0
Berak putih kemerahan yang tersebar satu-satu atau merata diseluruh kulit badan. &er!adi penebalan dan pembengkakan pada berak. Pada permukaan berak, sering ada rasa bila disentuh dengan kapas. Pada permulaan tanda dari tipe kusta basah sering terdapat pada uping telinga dan muka.
usta tipe basah ini dapat menular, maka bagi yang menderita penyakit tipe kusta tipe basah ini harus berobat seara teratur sampai selesai seperti yang telah ditetapkan oleh dokter. amun, umumnya kendala yang dihadapi adalah pasien tidak mentaati resep dokter, sehingga selain mereka tidak men!adi lebih baik, mereka pun akan resisten terhadap obat yang telah diberikan. Gntuk usta %B ini menular le0at kontak seara langsung dan lama. IPenularan ter!adi apabila seseorang kontak dengan pasien sangat dekat dan dalam !angka pan!ang,I dr. 'na kembali men!elaskan. $ehingga bagi pasien kusta %B harus segera melakukan pengobatan, dan melakukan penyembuhan seara teratur. Cacat Kusta
9pabila kita mendengar kata usta, salah satu hal yang terbersit dalam pikiran kita adalah penyakit yang dapat menyebabkan aat bagian tubuh lebih lagi pada mutilasi beberapa bagian tubuh tertentu. $eperti halnya penyakit lain, aat tubuh tersebut sebenarnya dapat diegah apabila diagnosis dan penanganan penyakit dilakukan semen!ak dini. +emikian pula diperlukan pengetahuan berbagai hal yang dapat menimbulkan keaatan dan penegahan keaatan, sehingga tidak menimbulkan aat tubuh yang tampak menyeramkan. %enurut * 1(5# batasan istilah dalam aat usta adalah8 1. Impairment 0 segala kehilangan atau abnormalitas struktur atau fungsi yang bersifat psikologik, fisiologik, atau anatomik, misalnya leproma, ginekomastia, madarosis, claw hand$ ulkus, dan absorbsi !ari. 2. Dissability0 segala keterbatasan atau kekurangmampuan akibat impairment untuk melakukan kegiatan dalam batas-batas kehidupan yang normal bagi manusia. +issability ini merupakan ob!ekti4itas impairment, yaitu gangguan pada tingkat indi4idu termasuk ketidakmampuan dalam ak ti4itas sehari-hari, misalnya memegang benda atau memakai ba!u sendiri. ". Handicap0 kemunduran pada seorang indi4idu akibat impairment atau disability yang membatasi atau menghalangi penyelesaian tugas normal yang bergantung pada umur, seks, dan faktor sosial budaya. (andicap ini merupakan efek penyakit kusta yang berdampak sosial, ekonomi, dan budaya. . Deformity0 kelainan struktur anatomis ). Dehabilitation 0 keadaan/proses pasien usta handiap kehilangan status sosial seara progresif, terisolasi dari masyarakat, keluarga dan teman-temannya. :. Destitution 0 dehabilitasi yang berlan!ut dengan isolasi yang menyeluruh dari seluruh masyarakat tanpa makanan atau perlindungan shelter .
enis Cacat Kusta
>aat yang timbul pada penyakit usta dapat dikelompokkan men!adi dua kelompok, yaitu8 1. elompok pada aat primer, ialah kelompok aat yang disebabkan langsung oleh akti4itas penyakit, terutama kerusakan akibat respons !aringan terhadap kuman usta. 2. elompok aat sekunder, aat sekunder ini ter!adi akibat aat primer, terutama akibat adanya kerusakan saraf sensorik, motorik, otonom. elumpuhan motorik menyebabkan kontraktur sehingga dapat menimbulkan gangguan mengenggam atau ber!alan, !uga memudahkan ter!adinya luka. elumpuhan saraf otonom menyebabkan kulit kering dan elastisitas berkurang. 9kibatnya kulit mudah retakretak dan dapat ter!adi infeksi sekunder. Pencegahan Cacat Pada Kusta
Penegahan aat usta !auh lebih baik dan lebih ekonomis daripada penanggulangannya. Penegahan ini harus dilakukan sedini mungkin, baik oleh petugas kesehatan maupun oleh pasien itu sendiri dan keluarganya. +i samping itu perlu mengubah pandangan yang salah dari masyarakat, antara lain bah0a usta identik dengan deformitas atau disability. Gpaya penegahan aat terdiri atas8 1. Gntuk Gpaya penegahan aat primer, meliputi8 o o o
diagnosis dini pengobatan seara teratur dan akurat diagnosis dini dan penatalaksanaan reaksi
2. Gpaya penegahan sekunder, meliputi8 o
Pera0atan diri sendiri untuk menegah luka
o
o
o
o
6atihan fisioterapi pada otot yang mengalami kelumpuhan untuk menegah ter!adinya kontraktur Bedah rekonstruksi untuk koreksi otot yang mengalami kelumpuhan agar tidak mendapat tekanan yang berlebihan Bedah septik untuk mengurangi perluasan infeksi, sehingga pada proses penyembuhan tidak terlalu banyak !aringan yang hilang Pera0atan mata, tangan dan atau kaki yang anestesi atau mengalami kelumpuhan otot.
Prinsip yang penting pada pera0atan sendiri untuk penegahan aat kusta adalah8 o
o
o o
o
pasien mengerti bah0a daerah yang mati rasa merupakan tempat risiko ter!adinya luka pasien harus melindungi tempat risiko tersebut dengan kaa mata, sarung tangan, sepatu, dll pasien mengetahui penyebab luka panas, tekanan, benda ta!am dan kasar pasien dapat melakukan pera0atan kulit merendam, menggosok, melumasi dan melatih sendi bila mulai kaku penyembuhan luka dapat dilakukan oleh pasien sendiri dengan membersihkan luka, mengurangi tekanan pada luka dengan ara istirahat
Penularan Kusta
$ampai saat ini penyebab penularan penyakit usta yang pasti masih belum diketahui, namun para ahli mengatakan bah0a penyakit usta dapat ditularkan melalui saluran pernafasan dan !uga melalui kulit. alau tidak terdapat hukum-hukum pasti penularan usta ini, perlu diketahui bah0a !alan keluar dari kuman usta ini adalah melalui selaput lendir hidung penderita. amun ada beberapa artikel yang menyatakan bah0a penularan usta ini melalui sekret hidung penderita yang telah mengering dimana basil dapat hidup 2 - hari. >ara penularan lain yang umumnya diungkapkan adalah melalui kulit ke kulit, namun dengan syarat tertentu. arena tidak semua sentuhan kulit ke kulit itu dapat menyebabkan penularan. $ampai saat ini masih belum ditemukan 4aksinasi terhadap usta, namun berdasarkan beberapa sumber, dikatakan bah0a apabila kuman usta tersebut masih utuh bentuknya maka memiliki kemungkinan penularan lebih besar daripada bentuk kuman yang telah hanur akibat pengobatan. $ehingga, perlu ditekankan bah0a pengobatan merupakan !alan untuk menegah penularan penyakit usta ini. Penanggulangan Kusta
&u!uan utama adanya upaya penanggulangan usta adalah memutus mata rantai penularan untuk menurunkan insiden penyakit, mengobati, dan menyembuhkan penderita, serta menegah timbulnya aat. $alah satu ara penanggulangan pen yakit usta yang telah lama dilaksanakan adalah melalui program %+& Multi )rug 'herapy. Program %+& ini dimulai pada tahun 1(51, yaitu ketika elompok $tudi emoterapi * seara resmi mengeluarkan rekomendasi pengobatan usta dengan re!imen kombinasi yang selan!utnya dikenal sebagai re!imen %+&-*. Ae!imen ini terdiri atas kombinasi obat-obat dapson, rifampisin, dan klofa=imin. $ elain untuk mengatasi resistensi dapson yang semakin meningkat, penggunaan %+& dimaksudkan !uga untuk mengurangi ketidaktaatan penderita dan menurunkan angka putus-obat drop#out rate yang ukup tinggi pada masa monoterapi dapson. +i samping itu diharapkan !uga %+& dapat mengeliminasi persistensi kuman usta dalam !aringan. amun dalam pelaksanaan program %+&-* ada beberapa masalah yang timbul, yaitu adanya persister, resistensi rifampisin dan lamanya pengobatan terutama untuk kusta %B. &erdapat !uga beberapa metode penanggulangan usta, yakni metode pemberantasan dan pengobatan, metode rehabilitasi yang terdiri dari rehabilitasi medis, rehabilitasi sosial, rehabilitasi karya dan metode pemasyarakatan yang merupakan tu!uan akhir dari rehabilitasi, dimana penderita dan masyarakat membaur sehingga tidak ada kelompok tersendiri. etiga metode tersebut merupakan suatu sistem yang saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan. $eperti yang telah diungkapkan di atas, bah0a penyakit usta bukan hanya permasalahan medis sa!a, namun menyangkut psikis, sosial, budaya, bahkan ekonomi. 9nggapan salah mengenai penyakit usta tidak akan membantu terputusnya mata rantai penularan kusta. amun, melalui dukungan dan himbauan kepada pasien tersebut lah yang akan meminimalisir !umlah pasien kusta di satu 0ilayah. I$egera temui dokter sesaat setelah menemui berak putih di kulit dan mati rasa,I himbau Prof dr. ?usuf Barakbah, $p. al tersebut !uga diungkapkan oleh dr. 'na 9niati, bah0a pasien tidak perlu bingung atau malu untuk memeriksakan dirinya ketika menurigai ada berak putih mati rasa di kulit. $eluruh Puskesmas, terutama di ota $urabaya, dapat melayani permasalahan tersebut. $emakin dini diatasi maka semakin keil kemungkinan penularan. usta tidak menular, apabila kita peduli dan memiliki niat kuat untuk menanggulanginya..fie/ L&P12&+ K&S*S SM3 PE+,&K)" K*L)" 4&+ KEL&M)+ )5)4E+")"&S PE+4E2)"& ))5&+&M+ES)S
1. Keluhan Utama Berak kemerahan pada pipi dan tidak terasa raba 1. Riwayat Penyakit Sekarang $e!ak 2 tahun yang lalu, penderita mengeluh munulnya berak kemerahan pada punggung, timbul mendadak dan terasa gatal. arena dianggap sebagai panu, penderita membiarkannya. &idak lama kemudian munul berak yang sama di bagian dada dan tangan. Fatal namun tidak terasa nyeri. $elain itu munul ben!olan pada uping telinga kiri. 6ama-kelamaan berak mena!di semakin banyak dan penderita mengeluh tidak dapat merasakan apa-apa ketika berak tersebut disentuh. Penderita kemudian berobat ke A$G+ Balung dan dibilang sakit kulit. Penderita diberi obat kapsul " maam dan pil 2 maam. Penderita lupa nama obatnya. $etelah minum obat tersebut, penderita merasa sakitnya berkurang. arena merasa sudah sembuh, penderita menghentikan minum obat dan tidak kontrol. $ekitar 1 bulan yang lalu munul berak kemerahan di leher dan berak putih di kaki disertai dengan bengkak pada punggung kaki kanan. emudian Pasien berobat ke Puskesmas 6o!e!er dan diberi obat satu gren!eng 0arna putih dan oklat diminum 1L perhari. $emakin lama berak men!adi semakin banyak dan pasien mengeluh kulitnya terasa tebal. arena merasa takut, penderita akhirnya berobat ke A$G+ dr. $*HB9+' ?ember. 1. Riwayat Penyakit Dahulu Pasien tidak pernah sakit seperti ini sebelumnya. 1. Riwayat Penyakit Keluarga eluarga yang tinggal bersama pasien saat ini tidak ada yang menderita penyakit seperti ini. 1. Riwayat Pengobatan
Pernah berobat ke A$G+ Balung dan Puskesmas namun pasien tidak tahu nama obatnya. 1. Riwayat Alergi Pasien tidak punya ri0ayat alergi obat maupun makanan, dan pasien tidak pernah melakukan pemeriksaan alergi sebelumnya. )))5PEME2)KS&&+ 3)S)K
1. Status Generalis esadaran8 komposmentis eadaan Gmum8 baik epala/6eher8 dalam batas normal &horak >or8 $1$2 tunggal, lain-lain dalam batas normal Pulmo8 3esikuler, Ah-/-, h -/-, lain-lain dalam batas normal 9bdomen8 $oepel, bising usus M, lain-lain dalam batas normal Hkstremitas8 dalam batas normal Fenitalia8 dalam batas normal 1. Status Lokalis 2egio
Effloresensi %akula hiperpigmentasi dengan hipoanestesi,
9uriularis
batas tegas, plakat, permukaan halus >uping telinga menebal, iktiosis, simetris bilateral
&orakalis
%akula hiperpigmentasi, numular, batas
9mtebrahii deLtra/sinistra et dosrum
tegas, menyebar, hipoanestesi %akula hiperpigmentasi dengan hipoanestesi,
manus
numular sampai plakat, batas tegas, iktiosis,
>ruris
skuama kasar *edema, eritematus, hangat pada perabaan,
+orsum et plantar pedis
iktiosis *edema eritematus, iktiosis, ulserasi
Pemeriksaan "ambahan
Pemeriksaan saraf tepi . 9uriularis magnus8 menebal +/$ M, nyeri +/$ - . Glnaris8 menebal +/$ -, nyeri +/$ - . Peroneus lateralis8 menebal +/$ -, nyeri +/$ -
.*tonom ulit tampak kering dan retak-retak fisura, ekstremitas inferior tampak oedema Pemeriksaan komplikasi A.
$e!ak 2 tahun yang lalu pasien mengeluh berak kemerahan, bera0al dari punggung yang kemudian men!alar ke seluruh tubuh. Pasien merasa pada berak tersebut terasa menebal dan tidak terasa apa-apa ketika disentuh. aki bengkak ber0arna merah kehitaman, terasa nyeri pada punggung kaki dan pada telapak kaki terasa tebal. Pada pemeriksaan di regio pedis didapatkan oedema eritematus pada dorsum pedis dan ulserasi pada plantar pedis. Pada seluruh tubuh didapatkan makula hiperpigmentasi, batas tegas, sentral healing -, tepi sedikit meninggi, iktiosis dan terdapat penebalan uping telinga bilateral. Pada pemeriksaan tambahan didapatkan tes sensibilitas - penebalan . 9urikularis magnus. Bakteriologi indeks M2 dan morfologi indeks -. 654)&7+1S)S %&+4)+7 1. Ptiriasis alba 2. Ptiriasis rosea
6)54)&7+1S)S KE2&
%orbus ansen tipe %ultibasiler 6))5PE+&"&L&KS&+&&+ 1. Nonmedikamentosa
a.%en!elaskan pada pasien bah0a penyakit ini bisa disembuhkan, tetapi pengobatan akan berlangsung lama, antara 12-15 bulan, untuk itu pasien harus ra!in mengambil obat di puskesmas dan tidak boleh putus obat. b.?ika dalam masa pengobatan, tiba-tiba badan pasien men!adi demam, nyeri di seluruh tubuh, disertai berak-berak kemerahan, maka harus segera menari pertolongan ke saranan pelayanan kesehatan. .Penyakit ini mengganggu syaraf sehingga mungkin akan ter!adi keaatan !ika tidak ada tindakan penegahan. Penegahan o>ui tangan dan kaki setiap sesudah beker!a dengan sabun, terutama yang banyak mengandung pelembab, bukan detergen. oAendam !ari kaki/tangan sekitar 2# menit dengan air dingin. 9pabila kulit sudah lembut, gosok kaki dengan busa agar kulit kering terkelupas. oGntuk menambah kelembaban dapat diolesin minyak baby oil. o$eara teratur periksa kaki, apakah ada luka, kemerahan atau nyeri dan segera menari pertolongan medis. oProteksi !ari tangan dan kaki, misalnya memakai sepatu, hindari ber!alan !auh atau menghindari bersentuhan dengan benda-benda ta!am 1. Medikamentosa
&erapi %+&-%B Aifampisin, 6ampren, dan ++$ selama 12-15 bu lan. 6)))5P217+1S)S
Pada umumnya baik, hanya !ika pasien mampu mengikuti program seara teratur.. 2E3LEKS) K&S*S
PEME2)KS&&+ 4&+ "E2&P) M12%*S H&+SE+ )5S)+1+)M
%orbus ansen !uga dikenal dengan nama lepra, penyakit kusta, leprosy, ansenOs disease, dan anseniasis. ))54E3)+)S)
Penyakit kusta Penyakit ansen adalah infeksi granulomatuosa kronik pada manusia yang menyerang !aringan superfisial, terutama kulit dan saraf perifer
%ikobakteriae merupakan kelompok bakteri berbentuk basil, bersifat aerob yang tidak membentuk spora. %eskipun mereka tidak ter0arnai dengan baik, segera setelah di0arnai mereka mempertahankan dekolorisasi oleh asam atau alkohol, oleh karena itu dinamakan basil Qepat asamI Brooks, )"82##). %yobaterium leprae merupakan agen ausal pada lepra. uman ini berbentuk batang tahan asam yang termasuk familia
Mycobacteriaeceae atas dasar morfologik, biokimia, antigenik, dan kemiripan genetik dengan mikobakterium lainnya 'sselbaher, 5#581(((. Bentuk bentuk kusta yang dapat kita lihat diba0ah mikroskop adalah bentuk utuh, bentuk peah K peah fragmented , bentuk granular granulated , bentuk globus dan bentuk clumps. Bentuk utuh , diman dinding selnya masih utuh, mengambil =at 0arna merata, dan pan!angnya biasanya empat kali lebarnya. Bentuk peah K peah, dimana dinding selnya terputus sebagian atau seluruhnya dan pengambilan =at 0arna tidak merata. Bentuk granular, dimana kelihatan seperti titik K titik tersusun seperti garis lurus atau berkelompok. Bentuk globus, dimana beberapa bentuk utuh atau fragmented atau granulated mengandung ikatan atau berkelompok K kelompok. elompok keil adalah kelompok yang terdiri dari # K :# B&9 sedangkan kelompok besar adalah kelompok yang terdiri dari 2## K "## B&9. Bentuk clumps, dimana beberapa bentuk granular membentuk pulau K pulau tersendiri dan biasanya lebih dari )## B&9 ahyuni, )82##(. )65EP)4EM)1L17) 85# 4istribusi Menurut 7eografi
+ari gambar di atas dapat dilihat bah0a sebagian besar kasus lepra ter!adi pada 0ilayah dengan iklim tropis. Berdasarkan data yang diperoleh dari * pada akhir tahun 2##: didapatkan !umlah pasien kusta yang teregistrasi sebanyak 22.2 penderita. +ari data tersebut didapatkan !umlah pasien terbanyak dari benua 9sia dengan !umlah pasien yang terdaftar sebanyak 11:.::" dan dari data didapatkan 'ndia merupakan negara dengan !umlah penduduk terkena kusta terbanyak dengan !umlah 52.(#1 penderita. amun %ironesia <. $ merupakan negara dengan !umlah rata-rata pre4alensi per 1#.### penduduk terbanyak di dunia, yaitu dengan (,: per 1#.### !umlah penduduk. $ementara 'ndonesia pada 2##: teratat memiliki !umlah penderita sebanyak 22.1) *. Pada Poli ulit dan elamin A$G+ dr. $*HB9+', ?ember dari tahun 1((( sampai tahun 2##1
didapatkan !umlah pasien sebanyak 1# penderita, dengan pasien dengan tipe multibasiler dan :: kasus dengan tipe pausibasiler Hrlan. ?.$. et all, 2182##". 85$ 4istribusi Menurut 9aktu
$eperti terlihat pada tabel di ba0ah, ada 1 negara yang melaporkan 1.### atau lebih kasus baru selama tahun 2##). &u!uh belas negara ini memiliki kontribusi (E dari seluruh kasus baru di dunia +epkes, 82##:. +ari tabel terlihat bah0a seara global ter!adi penurunan penemuan kasus baru, akan tetapi se!ak tahun 2##2 pada berbagai negara ter!adi peningkatan kasus baru seperti di Aepublik +emokrasi ongo, 'ndonesia, dan
+o5
1 2 " ) : 5 ( 1# 11 12 1" 1 1) 1: 1
+egara
9ngola Bangladesh Bra=il >hina +. A. >ongo Hgypt Hthiopati 'ndia 'ndonesia %adagasar %o=ambiRue %yanmar epal igeria Philippines $ri 6anka G.A.*f &an=ania
#::( ""( :.(" ".2") ".)) ".(2 1.#2 .#(# ):.### 12.:"5.# # 1.("# 12.#15 :.1)2 ."51 ".2 ( 2."1 <<<5(;=
umlah kasus baru ditemukan $;;$ $;;( $;;8 .2 2.("" 2.1#( (.5 5.12 5.22 "5.":) (.2#: (."5 1.:: 1.# 1.(( ).#" .1:) 11.51 1."15 1.12 1.21: .:"2 ).1(" .5 ".:)5 ":.1" 2:#.#:" 12." 1.:1 1:.)( ).52 ).1# ".1# ).5"# ).(# .2:: ."5: ".5#5 ".5 1".5"# 5.#: :.()5 ).#5 .(( ).2: 2.( 2."( 2.2) 2.21 1.()2 1.(() :.( ).2( ).1(# <::5:8< 8:<5;=8 (?:5;$=
$;;< 1.5 .552 "5.1# 1.:)5 1#." 1.1" .:(5 1:1.) 1(.:() 2.#( )."1 ".)1 :.1)# ).#2 ".1"# 1.(2 .2" $=:5''8
.:=>/ '$;5'(?
.:8>/ $:'58::
umlah umlah 7lobal
.
.:8>/ <:;5:((
.:'>/ <#85=#?
.:<>/ 8;=5=:#
85( 4istribusi Menurut 3aktor Manusia a5 Etnik atau Suku
e!adian penyakit kusta menun!ukkan adanya perbedaan distribusi dapat dilihat karena faktor geografi. amun !ika diamati dalam satu negara atau 0ilayah yang sama kondisi lingkungannya ternyata perbedaan distribusi dapat ter!adi karena faktor etnik. +i %yanmar ke!adian kusta lepromatosa lebih sering ter!adi pada etnik Burma dibandingkan dengan etnik 'ndia. $ituasi di %alaysia !uga mengindikasikan hal yang sama8 ke!adian kusta lepromatosa lebih banyak pada etnik >hina dibandingkan etnik %elayu atau 'ndia. +emikian pula dengan ke!adian di 'ndonesia etnik %adura dan Bugis lebih banyak menderita kusta dibandingkan etnik ?a0a atau %elayu +epkes A', 582##:. b5 3aktor Sosial Ekonomi
$udah diketahui bah0a faktor sosial ekonomi berperan penting dalam ke!adian kusta. al ini terbukti pada negara-negara di Hropa. +engan adanya peningkatan sosial ekonomi, maka ke!adian kusta sangat epat menurun, bahkan hilang. asus kusta imor pada negara tersebut ternyata tidak menularkan kepada orang yang sosial ekonomi tinggi. egagalan kasus kusta impor untuk menularkan pada kasus kedua di Hropa !uga disebabkan karena tingkat sosial ekonomi yang tinggi +epkes A', 582##:. c5 4istribusi Menurut *mur
ebanyakan penelitian melaporkan distribusi penyakit kusta menurut umur berdasarkan pre4alensi, hanya sedikit yang berdasarkan insiden, kaena pada saat timbulnya penyakit sangat sulit diketahui. +engn kata lain ke!adian penyakit sering terkait pada umur pada saat timbulnya penyakit. Pada penyakit kronik seperti kusta, informasi berdasarkan data pre4alensi dan data umur pada saat timbulnya penyakit mungkin tidak menggambarkan resiko spesifik umur. usta diketahui ter!adi pada semua umur berkisar antara bayi sampai umur tua " minggu sampai lebih dari # tahun. amun yang terbanyak adalah pada usia muda dan produktif +epkes A', 582##:.
d5 4istribusi Menurut enis Kelamin
usta dapat mengenai laki-laki dan perempuan. %enurut atatan sebagian besar negara di dunia keuali di beberapa negara di 9frika menun!ukkan bah0a laki-laki lebih banyak terserang dibandingkan 0anita. Aelatif rendahnya ke!adian kusta pada perempuan kemungkinan karena faktor lingkungan atau faktor biologi. $eperti kebanyakan penyakit menular lainnya, laki-laki lebih banyak terpapar dengan faktor resiko akibat gaya hidupnya +epkes A', 582##:. 858 3aktor-faktor yang Menentukan "erjadinya Penyakit Kusta a5 Sumber Penularan
anya manusia satu-satunya sampai saat ini yang dianggap sebagai sumber penularan 0alaupun kuman kusta dapat hidup pada armadillo, simpanse, dan pada telapak kaki tikus yang tidak mempunyai kelen!ar thymus +epkes A', (82##:. b5 Cara Keluar dari Pejamu .Host/
%ukosa hidung telah lama dikenal sebagai sumber dari kuman. $uatu kerokan hidung dari penderita tipe 6epromatous yang tidak diobati menun!ukkan !umlah kuman sebesar 1#-1#. +an telah terbukti bah0a saluran napas bagian atas dari penderita tipe 6epromatous merupakan sumber kuman yang terpenting dalam lingkungan +epkes A', (82##:. c5 Cara Penularan
uman kusta mempunyai masa inkubasi selama 2-) tahun, akan tetapi dapat !uga bertahun-tahun. Penularan ter!adi apabila M. leprae yang utuh hidup keluar dari tubuh penderita dan masuk ke dalam tubuh orang lain. Belum diketahui seara pasti bagaimana ara penularan penyakit kusta. $eara teoritis penularan ini dapat ter!adi dengan ara kontak yang lama dengan penderita. Penderita yang sudah minum obat sesuai dengan regimen * tidak men!adi sumber penularan bagi orang lain +epkes A', 1#82##:.
d5 Cara Masuk ke Pejamu
&empat masuk kuman kusta ke dalam tubuh pe!amu sampai saat ini belum dapat dipastikan. +iperirakan ara masuknya adalah melalui saluran pernapasan bagian atas dan melalui kontak kulit yang tidak utuh +epkes A', 1#82##:. e5 Pejamu
anya sedikit orang yang akan ter!angkit kusta setelah kontak dengan penderita, hal ini disebabkan karena adanya imunitas. M. leprae termasuk kuman obligat intraseluler dan sistem kekebalan yang efektif adalah sistem kekebalan seluler.
%asuknya %.6eprae ke dalam tubuh akan ditangkap oleh 9P> 9ntigen Presenting >ell dan melalui dua signal yaitu signal pertama dan signal kedua. $ignal pertama adalah tergantung pada &>A- terkait antigen 'CR , ' cell receptor yang dipresentasikan oleh molekul %> pada permukaan 9P> sedangkan signal kedua adalah produksi sitokin dan ekspresinya pada permukaan dari molekul kostimulator 9P> yang berinteraksi dengan ligan sel & melalui >+25. 9danya kedua signal ini akan mengakti4asi &o sehingga &o akan berdifferensiasi men!adi &h1 dan &h2. 9danya &< S dan '6 12 akan membantu differensiasi &o men!adi &h1 ahyuni, :82##(. &h 1 akan menghasilkan '6 2 dan '< T yang akan meningkatkan fagositosis makrofag fenolat glikolipid ' yang merupakan lemak dari %.leprae akan berikatan
dengan >" melalui reseptor >A1,>A",>A pada permukaannya lalu akan difagositosis dan proliferasi sel B. $elain itu, '6 2 !uga akan mengaktifkan >&6 lalu >+5M.+i dalam fagosit, fenolat glikolipid ' akan melindungi bakteri dari penghanuran oksidatif oleh anion superoksida dan radikal hidroksil yang dapat menghanurkan seara kimia0i. arena gagal membunuh antigen maka sitokin dan growth factors akan terus dihasilkan dan akan merusak !aringan akibatnya makrofag akan terus diaktifkan dan lama kelamaan sitoplasma dan organella dari makrofag akan membesar, sekarang makrofag seudah disebut dengan sel epiteloid dan penyatuan sel epitelioid ini akan membentuk granuloma ahyuni, :-82##(. &h2 akan menghasilkan '6 , '6 1#, '6 ), '6 1". '6 ) akan mengaktifasi dari eosinofil. '6 dan '6 1# akan mengaktifasi dari makrofag. '6 akan mengaktifasi sel B untuk menghasilkan 'gF dan 'gH. '6 , '61#, dan '6 1" akan mengaktifasi sel mast ahyuni, 82##(. $ignal ' tanpa adanya signal '' akan menginduksi adanya sel & anergi dan tidak terakti4asinya 9P> seara lengkap akan menyebabkan respon ke arah &h2. Pada &uberkoloid 6eprosy, kita akan melihat bah0a &h 1 akan lebih tinggi dibandingkan dengan&h2 sedangkan pada 6epromatous leprosy, &h2 akan lebih tinggi dibandingkan dengan &h1ahyuni, 82##(. 9P> pada kulit adalah sel dendritik dimana sel ini berasal dari sum K sum tulang dan melalui darah didistribusikan ke !aringan non limfoid. $el dendritik merupakan 9P> yang paling efektif karena letaknya yang strategis yaitu di tempat K tempat mikroba dan antigen asing masuk tubuh serta organ K organ yang mungkin dikolonisasi mikroba. $el denritik dalam hal untuk beker!a harus terlebih dulu diaktifkan dari '+> men!adi +>. 'd akan diaktifkan oleh adanya peptida dari %> pada permukaan sel, selain itu dengan adanya molekul kostimulator >+5:/B2, >+5#/B.1, >+"5 dan >+#. $etelah +> matang, +> akan pindah dari !aringan yang inflamasi ke sirkulasi limfatik karena adanya ekspresi dari >>A reseptor kemokin satu K satunya yang diekspresikan oleh +> matang. %. 6eprae mengakti4asi +> melalui &6A 2 K &6A 1 heterodimer dan diasumsikan melalui triacylated lipoprotein seperti 1( kda lipoprotein. &6A 2
polimorfisme dikaitkan dengan meningkatnya kerentanan terhadap leprosy ahyuni, 582##(. <5# Patogenesis Kerusakan Saraf pada Pasien Kusta
%.6eprae memiliki bagian - domain of etracellular matriks protein laminin / yang akan berikatan dengansel sh0aan melalui reseptor dystroglikan lalu akan mengaktifkan %> kelas '' setelah itu mengaktifkan >+M. >+M akan mengaktifkan &h1 dan &h2 dimana &h1 dan &h2 akan mengaktifkan makrofag. %akrofag gagal memakan %. 6eprae akibat adanya fenolat glikolipid ' yang melindunginya di dalam makrofag. etidakmampuan makrofag akan merangsang dia beker!a terus K menerus untuk menghasilkan sitokin dan F< yang lebih banyak lagi. $itokin dan F< tidak mengenelai bagian self atau nonself sehingga akan merusak saraf dan saraf yang rusak akan diganti dengan !aringan fibrous sehingga ter!adilah penebalan saraf tepi. $el sh0ann merupakan 9P> non professional ahyuni, 582##(. <5$ Patogenesis reaksi Kusta
Aeaksi kusta adalah suatu episode akut dalam per!alan kronis penyakit kusta yang dianggap sebagai suatu kela=iman atau bagian dari komplikasi penyakit kusta. 9da dua tipe reaksi dari kusta yaitu reaksi kusta tipe ' dan reaksi kusta tipe ''. Aeaksi kusta tipe ' sering disebut reaksi lepra non nodular merupakan reaksi hipersensitifitas tipe '3 +elayed &ype ipersensiti4ity Aeation . Aeaksi tipe ' sering kita !umpai pada B& dan B6. %. 6eprae akan berinteraksi dengan limfosit & dan akan mengakibatkan perubahan sistem imunitas selluler yang epat. asil dari reaksi ini ada dua yaitu upgrading reaction 0 re1ersal reaction , dimana ter!adi pergeseran ke arah tuberkoloid peningkatan sistem imunitas selluler dan biasanya ter!adi pada respon terhadap terapi, dan downgrading , dimana ter!adi pergeseran ke arah lepromatous penurunan sistem imunitas selluler dan biasanya ter!adi pada a0al terapi ahyuni, 582##(. Aeaksi kusta tipe '' adalah hipersensiti4itas humoraltepatnya hipersensiti4itas tipe '''. Aeaksi tipe dua sering !uga disebut eritema nodosum lepromatous. Aeaksi ini sering ter!adi pada pasien 66. %. 6epraeakan berinteraksi dengan antibodi membentuk
kompleks imun dan mengendap pada pembuluh darah. omplemen akan berikatan pada komples imun dan merangsang netrofil untuk menghasilkan en=im lisosom. Hn=im lisosom akan melisis sel ahyuni, 582##(. 6)57ambaran Klinis
eluhan utama biasanya sebagai akibat kelainan saraf tepi, yang dalam hal ini dapat berupa berak pada kulit yang mati rasa, rasa tebal, kesemutan, kelemahan otot-otot dan kulit kering akibat gangguan pengeluaran kelen!ar keringat. Fe!ala klinis yang ter!adi dapat berupa kelainan pada saraf tepi, kulit, rambut, otot, tulang, mata, dan testis. lasifikasi kusta menurut Aidley dan ?opling8 1. &ipe &uberkuloid && 6esi ini mengenai baik kulit maupun syaraf, !umlah lesi bisa satu atau beberapa, dapat berupa makula atau plakat yang berbatas !elas dan pada bagian tengah dapat ditemukan lesi yang regresi atau entral healing. Permukaan lesi dapat bersisik dengan tepi yang meninggi, bahkan dapat menyerupai gambaran psoriasis atau tinea sirsinata. +apat disertai penebalan saraf perifer yang biasanya teraba, kelemahan otot, dan sedikit rasa gatal. &idak adanya kuman merupakan tanda terdapatnya respon imun pe!amu yang adekuat terhadap kuman kusta. 2. &ipe Borderline &uberkuloid B& 6esi pada tipe ini menyerupai tipe &&, yakni berupa makula atau plakat yang sering disertai lesi satelit di tepinya. ?umlah lesi dapat satu atau beberapa, tetapi gambaran hipopigmentasi, kekeringan kulit atau skuama tidak se!elas tipe &&. 9danya gangguan saraf tidak seberat tipe && dan biasanya asimetris. 6esi satelit biasanya ada dan terletak dekat saraf perifer yang menebal. ". &ipe %id Borderline BB
%erupakan tipe yang paling tidak stabil, disebut !uga sebagai bentuk dismorfik dan !arang di!umpai. 6esi sangat ber4ariasi, dapat berbentuk makula infiltratif, permukaan lesi dapat mengkilap dan batas lesi kurang !elas. >iri khasnya adalah lesi punhed out, yaitu, suatu lesi hipopigmentasi dengan bagian tengah o4al dan berbatas !elas. . &ipe Borderline 6epromatosus B6 $eara klasik lesi dimulai dengan makula, a0alnya sedikit dan dengan epat menyebar ke seluruh badan. alaupun masih keil, papul dan nodul lebih tegas dengan distribusi lesi yang hampir simetris dan beberapa nodul nampaknya melekuk pada bagian tengah. 6esi bagian tengah sering tampak normal dengan infiltrasi di pinggir dan beberapa tampak seperti punhed out. &anda-tanda kerusakan saraf lebih epat munul dibandingkan dengan tipe 66. ). &ipe 6epromatous 6eprosy ?umlah lesi pada tipe ini sangat banyak, simetris, permukaan halus, lebih eritematus, berkilap, berbatas tidak tegas, dan pada stadium dini tidak ditemukan anestesi dan anhidrosis. +istribusi lesi khas, yakni di daerah 0a!ah, mengenai dahi, pelipis, dagu, uping telinga; sedangkan di badan mengenai bagian badan yang dingin, seperti lengan, punggung tangan, dan ekstensor tungkai. Pada stadium lan!ut, tampak penebalan kulit yang progresif, uping telinga menebal, faies leonina, madarosis, iritis, keratitis, deformitas pada hidung, pembesaran kelen!ar limfe, dan orkitis yang selan!utnya dapat men!adi atrofi testis.erusakan saraf yang luas menyebabkan ge!ala stoking and glo4e anesthesia dan pada stadium lan!ut serabut-serabut saraf perifer mengalami degenerasi hialin atau fibrosis yang menyebabkan anastesi dan pengeilan otot tangan dan kaki. lasifikasi menurut Aidley dan ?opling
Sifat Lesi Bentuk
Lepromatous
%orderline
Leprosy .LL/
Lepromatous .%L/
%akula, 'nfiltrat
Mid %orderline .%%/
%akula, Plakat, Papul Plakat, +ome $haped
+ifus, Papul, odul &idak terhitung, ?umlah +istribusi Permukaan Batas 9nastesia %"& 6esi ulit $ekret idung "es Lepromin
ubah, Punhed *ut $ukar dihitung, masih +apat dihitung, kulit
praktis tidak ada kulit ada kulit sehat
sehat !elas ada
sehat $imetris alus Berkilat &idak ?elas Biasanya &ak ?elas
9simetris 9gak asar/berkilat 9gak ?elas 6ebih ?elas
ampir $imetris alus Berkilat 9gak ?elas &ak ?elas
Banyak ada globus Banyak Banyak ada globus Biasanya egatif egatif egatif
9gak Banyak egatif Biasanya egatif
amun ada !uga tipe kusta yang tidak termasuk dalam klasifikasi Aidley dan ?opling, tetapi diterima seara luas oleh para ahli kusta, yaitu tipe 'ntermediate '. 6esi biasanya berupa makula hipopigmentasi dengan sedikit sisik dan kulit disekitarnya normal. 6okasi biasanya di bagian ekstensor ekstremitas, bokong atau muka, kadangkadang dapat ditemukan makula hipostesia atau sedikit penebalan saraf. +eformitas dapat ter!adi pada kusta. Pada kusta sesuai patofisiologinya ada dua yaitu primer dan sekunder. +eformitas primer sebagai akibat langsung oleh granuloma yang terbentuk sebagai reaksi terhadap %.leprae, yang mendesak dan merusak !aringan disekitarnya, yaitu kulit, mukosa traktus respiratorius atas, tulang K tulang !ari, dan 0a!ah. +eformitas sekunder ter!adi sebagai akibat kerusakan saraf, umumnya deformitas diakibatkan keduanya, tetapi terutama karena kerusakan saraf. Fe!ala kerusakan saraf pada ner4us ulnaris adalah anestesia pada u!ung !ari anterior kelingking dan !ari manis, la0ing kelingking dan !ari manis, dan atrofi hipotenar dan otot interoseus serta kedua otot lumbrikalis medial. Pada .medianus adalah anestesia pada u!ung !ari bagian anterior ibu !ari, telun!uk, dan !ari tengah, tidak mampu aduksi ibu !ari, la0ing ibu !ari, telun!uk, dan !ari tengah, ibu !ari kontraktur, dan !uga atrofi otot tenar dan kedua otot lumbrikalis lateral. Pada .radialis adalah anestesi dorsum manus, serta u!ung proksimal !ari telun!uk, tangan gantung wrist drop dan tak mampu ekstensi !ari K !ari atau pergelangan tangan. Pada . Poplitea lateralis adalah anestesi tungkai ba0ah, bagian lateral dan dorsum pedis, kaki gantung foot drop dan
kelemahan otot peroneus. Pada .tibialis posterior adalah anestesi telapak kaki, claw toes , dan paralisis otot intrinsik kaki dan kolaps arkus pedis. Pada .
membuat
paralisis
.orbitkularis palpebrarum sebagian atau seluruhnya, mengakibatkan lagoftalmus yang selan!utnya, menyebabkan kerusakan bagian K bagian mata lainnya. $eara sendirian atau bersama K sama akan menyebabkan kebutaan. 'nfiltrasi granuloma ke dalam adneksa kulit yang terdiri atas !aringan keringat, kelen!ar palit, dan folikel rambut dapat mengakibatkan kulit kering dan alopesia. Pada tipe lepromatous dapat timbul ginekomastia akibat gangguan keseimbangan hormonal dan oleh karena infiltrasi granuloma pada tubulus seminiferus testis. usta histioid, merupakan 4ariasi lesi pada tipe lepromatous yang titandai dengan adanya nodus yang berbatas tegas, dapat !uga berbentuk nodus yang berbatas tegas, dapat !uga berbentuk plak. Bakterioskopik positif tinggi. Gmumnya timbul sebagai kasus relapse sensiti1e atau relape resistent . Relapse sensiti1e ter!adi, bila penyakit kambuh setelah menyelesaikan pengobatan sesuai dengan 0aktu yang ditentukan. +apat ter!adi oleh karena kuman yang dorman aktif kembali atau pengobatan yang diselesaikan tisak adekuat, baik dosis maupun lama pemberiannya. Fe!ala pada reaksi kusta tipe ' adalah perubahan lesi kulit, demam yang tidak begitu tinggi, gangguan konstitusi, gangguan saraf tepi, multiple small satellite skin makulopapular skin lesion dan nyeri pada tekan saraf. Aeaksi kusta tipe ' dapat dibedakan atas reaksi ringan dan berat. Pada reaksi kusta tipe '' adalah neuritis, gangguan konstitusi, dan komplikasi organ tubuh. Aeaksi kusta tipe '' !uga dapat dibedakan atas reaksi ringan dan berat.
'nspeksi pasien dapat dilakukan dengan penerangan yang baik, lesi kulit !uga harus diperhatikan dan !uga dilihat kerusakan kulit. Palpasi dan pemeriksaan dengan menggunakan alat K alat sederhana yaitu !arum untuk rasa nyeri, kapas untuk rasa raba, tabung reaksi masing K masing dengan air panas dan es, pensil tinta Funa0an tanda Funa0an untuk melihat ada tidaknya dehidrasi di daerah lesi yang dapat !elas dan dapat pula tidak dan sebagainya. >ara menggoresnya mulai dari tengah lesi, yang kadang K kadang dapat membantu, tetapi bagi penderita yang memiliki kulit berambut sedikit, sangat sukar untuk menentukannya. =5# Pemeriksaan Saraf "epi
Gntuk saraf perifer, perlu diperhatikan pembesaran, konsistensi dan nyeri atau tidak. anya beberapa saraf yang diperiksa yaitu .fasialis, .aurikularis magnus, .radialis, . Glnaris, . %edianus, . Poplitea lateralis, . &ibialis posterior. Pada pemeriksaan saraf tepi dapat dibandingkan saraf bagian kiri dan kanan, adanya pembesaran atau tidak, pembesaran reguler/irreguler, perabaan keras/kenyal, dan yang terakhir dapat diari adanya nyeri atau tidak +aili, 2182##". Pada tipe lepromatous biasanya kelainan sarafnya billateral dan menyeluruh sedangkan tipe tuberkoloid terlokalisasi mengikuti tempat lesinya.
Gntuk mendapat kesan saraf mana yang mulai menebal atau sudah menebal dan saraf mana yang masih normal, diperlukan pengalaman yang banyak +aili, 2182##". >ara pemeriksaan saraf tepi d.. 9urukularis magnus Pasien disuruh menoleh ke samping semaksimal mungkin, maka saraf yang terlibat akan terdorong oleh otot di ba0ahnya sehingga aapkali sudah bisa terlihat bila saraf membesar. +ua !ari pemeriksa diletakkan di atas persilangan !alannya saraf tersebut dengan arah otot. Bila ada penebalan, maka pada perabaan seara seksama akan menemukan !aringan seperti kabel atau ka0at. ?angan lupa membandingkan antara yang kiri dan yang kanan +aili, 2182##". e.. Glnaris &angan yang diperiksa harus santai, sedikit fleksi dan sebaiknya diletakkan di atas satu tangan pemeriksa. &angan pemeriksa yang lain meraba lekukan di ba0ah siku sulkus ner4i ulnaris dan merasakan, apakah ada penebalan atau tidak. Perlu dibandingkan antara yang kanan dan yang kiri untuk melihat adanya perbeedaan atau tidak +aili, 2282##". f.. Paroneus lateralis Pasien duduk dengan kedua kaki menggantung, diraba di sebelah lateral dari apitulum fibulae, biasanya sedikit ke posterior +aili, 2282##". =5$ "es 3ungsi Saraf
a. &es $ensoris Funakan kapas, !arum, serta tabung reaksi berisi air hangat dan dingin. -. Aasa Aaba
$epotong kapas yang dilanipkan u!ungnya digunakan untuk memeriksa perasaan rangsang raba dengan menyinggungkannya pada kulit. Pasien yang diperiksa harus duduk pada 0aktu dilakukan pemeriksaan. &erlebih dahulu petugas menerangkan bah0a bilamana merasa disinggung bagian tubuhnya dengan kapas, ia harus menun!ukkan kulit yang disinggung dengan !ari telun!uknya dan diker!akan dengan mata terbuka. Bilamana hal ini telah !elas, maka ia diminta menutup matanya, kalau perlu matanya ditutup dengan sepotong kain. $elain diperiksa pada lesi di kulit sebaiknya !uga diperiksa pada kulit yang sehat. Berak pada kulit harus diperiksa pada bagian tengahnya +aili, 2282##". -. Aasa yeri +iperiksa dengan memakai !arum. Petugas menusuk kulit dengan u!ung !arum yang ta!am dan dengan pangkal tangkainya yang tumpul dan pasien harus mengatakan tusukan mana yang ta!am dan mana yang tumpul +aili, 2282##". -. Aasa $uhu +ilakukan dengan menggunakan 2 tabung reaksi, yang satu berisi air panas sebaiknya ##>, yang lainnya air dingin sebaiknya sekitar 2##>. %ata pasien ditutup atau menoleh ke tempat lain, lalu bergantian kedua tabung tersebut ditempelkan pada daerah kulit yang diurigai. $ebelumnya dilakukan kontrol pada kulit yang sehat. Bila pada daerah tersebut pasien salah menyebutkan sensasi suhu, maka dapat disebutkan sensasi suhu di daerah tersebut terganggu +aili, 2282##". b. &es *tonom Berdasarkan adanya gangguan berkeringat di makula anestesi pada penyakit kusta, pemeriksaan lesi kulit dapat dilengkapi dengan tes anhidrosis. 1. Tes dengan pensil tinta
Pensil tinta digariskan mulai dari bagian tengah lesi yang diurigai terus sampai ke daerah kulit normal.
1. Tes pilokarpin
+aerah kulit pada makula dan perbatasannya disuntik dengan pilokarpin subkutan. $etelah beberapa menit tampak daerah kulit normal berkeringat, sedangkan daerah lesi tetap kering. . &es %otoris 3oluntary musle test >ara memeriksa8 %ula-mula periksa gerakan dari motorik yang akan diperiksa8 -. Periksa fungsi saraf ulnaris dengan merapatkan !ari kelingking pasien. Peganglah !ari telun!uk, !ari tengah, dan !ari manis pasien, lalu mintalah pasien untuk merapatkan !ari kelingkingnya. ?ika pasien dapat merapatkan !ari kelingkingnya, taruhlah kertas diantara !ari kelingking dan !ari manis, mintalah pasien untuk menahan kertas tersebut. Bila pasien mampu menahan oba tarik kertas tersebut perlahan untuk mengetahui ketahanan ototnya. -. Periksa fungsi saraf medianus dengan meluruskan ibu !ari ke atas. %inta pasien mengangkat ibu !arinya ke atas. Perhatikan ibu !ari apakah benar-benar bergerak ke atas dan !empolnya lurus. ?ika pasien dapat melakukannya, kemudian tekan atau dorong ibu !ari pada bagian telapaknya. -. Periksa fungsi saraf radialis dengan meminta pasien untuk menggerakkna pergelangan tangan ke belakang. G!i kekuatan otot dengan menoba menahan gerakan tersebut. -. Periksa fungsi saraf eroneus ommunis dengan meminta pasien melakukan gerakan fleksi pada pergelangan kaki dan minta !uga pasien untuk melakukan gerakan ke lateral, lalu nilai kekuatan ototnya dengan menoba untuk menahan gerakan tersebut. =5( Pemeriksaan %akterioskopis
Pemeriksaaan bakterioskopik, sediaan dari kerokan !aringan kulit atau usapan mukosa hidung yang di0arnai denganpe0arnaan B&9 'H6 HH6$*. Pertama K tama harus ditentukan lesi di kulit yang diharapkan paling padat oleh basil setelah terlebih dahulu menentukan !umlah tepat yang diambil. Gntuk riset dapat diperiksa 1# tempat dan untuk rutin sebaiknya minimal K : tempat yaitu kedua uping telinga bagian ba0ah dan 2 -lesi lain yang paling aktif berarti yang paling eritematosa dan paling infiltratif. Pemilihan uping telinga tanpa mengiraukan ada atau tidaknya lesi di tempat tersebut oleh karena pengalaman, pada uping telinga didapati banyak %.leprae. epadatan B&9 tanpa membedakan solid dan nonsolid pada sebuah sediaan dinyatakan dengan indeks bakteri '.B dengan nilai # sampai :M menurut Aidley. # bila tidak ada B&9 dalam 1## lapangan pandang 6P. 1 M Bila 1 K 1# B&9 dalam 1## 6P 2MBila 1 K 1# B&9 dalam 1# 6P "MBila 1 K 1# B&9 rata K rata dalam 1 6P MBila 11 K 1## B&9 rata K rata dalam 1 6P )MBila 1#1 K 1###B&9 rata K rata dalam 1 6P :MBilaU 1### B&9 rata K rata dalam 1 6P 'ndeks morfologi adalah persentase bentuk solid dibandingkan dengan !umlah solid dan non solid. '%N ?umlah solidL 1## E ?umlah solid M on solid $yarat perhitungan '% adalah !umlah minimal kuman tiap lesi 1## B&9, '.B 1M tidak perlu dibuat '% karedna untuk mendapatkan 1## B&9 harus menari dalam 1.### sampai 1#.###lapangan, mulai '.B "M maksimum harus diari 1## lapangan.
=58 Pemeriksaan Histopatologis
Pemeri Pemeriksa ksaan an histop histopato atolog logi, i, gambar gambaran an histop histopato atolog logii tipe tipe tuberk tuberkolo oloid id adalah adalah tuberkel dan kerusakan saraf yang lebih nyata, tidak ada basil atau hanya sedikit dan non solid. solid. &ipe lepromatosa lepromatosa terdpat kelim sunyi subepidermal subepidermal subepidermal clear zone yaitu suatu daerah langsung di ba0ah epidermis yang !aringannya tidak patologik. Bisa di!umpai sel 4irho0 dengan banyak basil. Pada tipe borderline terdapat ampuran unsur K unsur tersebut. $el $el
4ir 4irho ho0 0
adal adalah ah
hist histio iosi sitt
yang yang
di!a di!adi dika kan n
%.le %.lepr prae ae
seba sebaga gaii
temp tempat at
berkembangbiak dan sebagai alat pengangkut peny ebarluasan. =5< Pemeriksaan Serologis
egagal egagalan an pembia pembiakan kan dan isolas isolasii kuman kuman mengak mengakiba ibatka tkan n diagnos diagnosis is serolo serologis gis merupa merupakan kan altern alternati atiff yang yang paling paling dihara diharapkan pkan.. Pemeri Pemeriksa ksaan an serolo serologik gik,, didasa didasarka rkan n terbentuk terbentuk antibodi antibodi pada tubuh seseorang yang terinfeks terinfeksii oleh %.leprae. Pemeriksaan Pemeriksaan serologik adalah %6P9 %yobaterium 6eprae Partile 9glutination, u!i H6'$9 dan %6 dipstik. =5' Pemeriksaan Lepromin
&es lepromin adalah tes non spesifik untuk klasifikasi dan prognosis lepra tapi tidak tidak untuk untuk diagno diagnosis sis.. &es ini bergun bergunaa untuk untuk menun! menun!ukk ukkan an siste sistem m imun imun penderi penderita ta terh terhad adap ap %.le %.lepr prae ae.. *,1 *,1 ml lepr leprom omin in dipe dipers rsia iapk pkan an dari dari ekst ekstra rak k basil basil orga organi nism sme, e, disuntikkan intradermal. emudian dibaa setelah 5 !am/ 2hari reaksi
M 1 Papul berdiameter K : mm M 2Papul berdiameter K 1# mm M " papul berdiameter lebih dari 1# mm atau papul dengan ulserasi 6)))54iagnosis
Penyakit kusta disebut !uga dengan the greatest immitator karena karena memberikan ge!ala yang hampir mirip dengan penyakit lainnya. +iagnosis penyakit kusta didasarkan pada penemuan tanda kardinal cardinal cardinal sign, sign, yaitu8 1.Berak kulit yang mati rasa Pemeriksaan harus di seluruh tubuh untuk menemukan ditempat tubuh yang lain, maka akan didapatkan berak hipopigmentasi atau eritematus, mendatar makula atau meninggi plak. %ati rasa pada berak bersifat total atau sebagian sa!a terhadap rasa raba, rasa suhu, dan rasa nyeri. 2.Penebalan saraf tepi +apat disertairasa nyeri dan dapat !uga disertai dengan atau tanpa gangguan fungsi saraf yang terkena, yaitu8 a. Ganggu Gangguan an fungsi fungsi sensoris: sensoris: hiposte hipostesi si atau aneste anestesi si b. Ganggu Gangguan an fungsi fungsi motoris: motoris: pares paresis is atau atau paralisis paralisis c. Gang Ganggu guan an fung fungsi si oton otonom om:: kuli kulitt keri kering ng,, reta retak, k, edem edema, a, pert pertum umbu buha han n rambut yang terganggu.
".+itemukan kuman tahan asam Bahan pemeriksaan adalah hapusan kulit, uping telinga, dan lesi kulit pada bagian yang aktif. adang-kadang bahan diperoleh dari biopsi kulit atau saraf.
Gntuk menegakkan diagnosis penyakit kusta, paling sedikit harus ditemukan satu tand tandaa kardi kardina nal. l. Bila Bila tidak tidak atau atau belum belum dapa dapatt dite ditemu mukan kan,, maka maka kita kita hanya hanya dapat dapat mengatakan tersangka kusta dan pasien perlu diamati dan diperiksa ulang setelah "-: bulan sampai diagnosis kusta dapat ditegakkan atau disingkirkan. )@54iagnosis %anding
Pada Pada
lesi lesi
maku makula la,,
diff differ eren ensi sial al
diag diagno nosi sisn snya ya
adal adalah ah
4iti 4itili ligo go,,
Ptir Ptiria iasi siss
4ersikolor,Ptiriasis alba, &inea korporis , dll. Pada lesi papul, Franuloma annulare, lihen planus dll. Pada lesi plak, &inea korporis, Ptiriasis rosea, psoriasis dll. Pada lesi nodul, 9ne 4ulgaris, neurofibromatosis dll. Pada lesi saraf, 9myloidosis, diabetes, trahoma dll. 3iti 3itili ligo go,, maku makula la puti putih h berb berbat atas as tega tegass dan dan meng mengen enai ai selu seluru ruh h tubu tubuh h yang yang mengandung sel melanosit. 3itiligo merupakan hipomelanosis idiopatik yang ditandai dengan makula putih yang dapat meluas. Patogenesis 4itiligo ada beberapa yaitu hipotesis autoim autoimun, un, hipote hipotesis sis neurohum neurohumora oral, l, hipote hipotesis sis autoto autotoksi ksik k dan pa!ana pa!anan n terhada terhadap p bahan bahan kimia. ipo ipote tesi siss auto autoim imun un,, ada ada hubu hubunga ngan n denga dengan n hipot hipotir iroi oid d ash ashim imot oto, o, anem anemia ia pernisiosa dan hipoparatiroid. ipotesis neurohumeral, karena melanosit terbentuk dari neural rest maka diduga faktor neural berpengaruh. asil metabolisme tirosin adalah mela melani nin n dan dan kate katekol kol.. emu emung ngki kina nan n ada produ produk k inte interm rmedi ediat atee dari dari kate kateko koll yang yang mempunyai efek merusak melanosit. Pada beberapa lesi ada gangguan keringat, dan pembuluh darah, terhadap respon transmitter saraf misalnya setilkolin. ipotesis autotoksik,hasil metabolisme tirosin adalah +*P9 lalu akan diubah men!adi dopaRuinon. Produk K produk dari +*P9 bersifat toksik terhadap melanin. Pa!anan terhadap bahan kimia, adanya monoben=il eter hidrokuinon pada sarung tangan dan fenol pada detergen. Fe!ala Fe!ala klinis klinis 4itili 4itiligo go adalah adalah terdap terdapat at repigm repigment entasi asi perifo perifoli likul kuler. er. +aerah +aerah yang yang paling sering terkena adalah bagian ekstensor tulang terutama bagian atas !ari, periofisial pada mata, mulut dan hidung, tibialis anterior dan pergelangan tangan bagian fleksor.6esi
bilateral atau simetris. %ukosa !arang terkena, kadang K kadang mengenai genitalia eksterna, puting susu, bibir dan ginggi4a. 3itiligo dapat dibagi atas dua yaitu lokal dan generalisata. 3itiligo lokal dapat dibagi tiga yaitu 4itiligo fokal adalah makula satu atau lebih tetapi tidak segmental, 4itiligo segmental adalah makula satu atau lebih yang distribusinya sesuai dengan dermatom, dan mukosal yang hanya terdapat pada mukosa. 3itiligo generalisata !uga dapat dibagi tiga yaitu 4itiligo arofasial adalah depigmentasi hanya pada bagian distal ekstremitas dan muka serta merupakan stadium a0al 4itiligo generalisata, 4itiligo 4ulgaris adalah makula yang luas tetapi tidak membentuk satu pola, dan 4itiligo ampuran adalah makula yang menyeluruh atau hampir menyeluruh merupakan 4itiligo total. Ptiriasis 4ersikolor,disebabkan oleh %alai=e furfur. Patogenesisnya adalah terdpat flora normal yang berhubungan denganPtiriasis 4ersikolor yaitu Pitysporum orbiulare bulat atau Pitysporum o4al. %alai=e furfur merupakan fase spora dan miselium.
umumnya berak K berak terpisah satu dengan yang lain, dapat polisiklik, dan ada enter healing. 6ihen Planus, ditandai dengan adanya papul K papul yang mempunyai 0arna dan konfigurasi yang khas. Papul Kpapul ber0arna merah, biru, berskuama, dan berbentuk siku K siku. 6okasinya diekstremitas bagian fleksor, selaput lendir, dan alat kelamin. Aasanya sangat gatal, umumnya membaik 1 K 2 tahun. ipotesis mengatakan liken planus merupakan infeksi 4irus. Psoriasis, penyebabnya
autoimun
bersifat kronik
dan residitif. +itandai
dengaadanya berak K berak eritema berbatas tegas dengan skuama kasar, berlapis K lapis dan transparan disertai fenomena tetesan lilin, 9uspit=, oebner. Fe!ala klinisnya adalah tidak ada pengaru terhadap keadaan umum, gatal ringan, kelainan pada kulit terdiri berak K berak eritema yang meninggi atau plak dengan skuama diatasnya, eritema sirkumskrip dan merata tapi pada akhir di bagian tengah tidak merata. elainan ber4ariasi yaitu numuler, plakat, lentikulerdan dapat konfluen. 9kne 3ulgaris, penyakit peradangan menahun folikel pilosebaseayang umumnya pada rema!a dan dapat sembuh sendiri. Fe!ala klinisnya adalah sering polimorf yang terdiri dari berbagai kelainan kulit, berupa komedo, papul, pustul, nodus dan !aringan parut akibat aktif tersebut, baik !aringan parut yang hipotropik maupun yang hipertopik. europatik pada diabetes, ge!alanyatergantung pada !enis neuropatik dan saraf yang terkena. Beberapa orang dengan kerusakan saraf tidak menun!ukkan ge!ala apapun. Fe!ala ringan munul lebih a0al dan kerusakan saraf ter!adi setelah beberapa tahun. Fe!ala kerusakan saraf dapat berupa kebas atau nyeri pada kaki, tangan , pergelangan tangan, dan !ari K !ari tangan, maldigestion$ diare, konstipasi, masalah pada urinasi, lemas, disfungsi ereksi dll. +efisiensi 4itamin B:,ge!ala klinis termasuk seboroik dermatitis, heilotis, glossitis, mual, muntah, dan lemah. Pemeriksaan neurologis menun!ukka penurunan propiosepsi dan 4ibrasi dengan rasa sakit dan sensasi temperatur, refleks ahilles menurun atau tidak ada.
+efisiensi folat, ge!ala klinisnya tidak dapat dipisahkan dengan defisiensi kobalamin 4itamin B12 0alaupun demensia lebih dominan. Pasien mengalami sensorimotor poly neuropathy dan demensia. @5Pengobatan
&u!uan utama yaitu memutuskan mata rantai penularan untuk menurunkan insiden penyakit, mengobati dan menyembuhkan penderita, menegah timbulnya penyakit, untuk menapai tu!uan tersebut, srategi pokok yg dilakukan didasarkan atas deteksi dini dan pengobatan penderita. +apson, diamino difenil sulfon bersifat bakteriostatik yaitu mengahalangi atau menghambat pertumbuhan bakteri. +apson merupakan antagonis kompetitif dari para# aminobezoic acid P9B9 dan menegah penggunaan P9B9 untuk sintesis folat oleh bakteri. Hfek samping dari dapson adlah anemia hemolitik, skin rash, anoreksia, nausea, muntah, sakit kepala, dan 4ertigo. 6amprene atau>lofa=imin, merupakan bakteriostatik dan dapat menekan reaksi kusta. >lofa=imin beker!a dengan menghambat siklus sel dan transpor dari 9/ 9&Pase.Hfek
sampingnya
adalah
0arna
kulit
bisa
men!adi
ber0arna
ungu
kehitaman,0arna kulit akan kembali normal bila obat tersebut dihentikan, diare, nyeri lambung. Aifampiin, bakteriosid yaitu membunuh kuman. Aifampiin beker!a dengan ara menghambat )2A# dependent R2A polymerase pada sel bakteri dengan berikatan pada subunit beta. Hfek sampingnya adalah hepatotoksik, dan nefrotoksik. Prednison, untuk penanganan dan pengobatan reaksi kusta. $ulfas
1. Pausi Basiler PB 2. %ulti Basiler %B +engan memakai regimen pengobatan %+&/N multi drug treatment.egunaan %+& untuk mengatasi resistensi +apson yang semakin meningkat, mengatasi ketidakteraturan penderita dalam berobat, menurunkan angka putus obat pada pemakaian monoterapi +apson, dan dapat mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam !aringan. Aegimen Pengobatan usta tersebut */+HPH$ A'.PB dengan lesi tunggal diberikan A*% Aifampiin *floLain %inoylin. Pemberian obat sekali sa!a langsung A<&/N Release 3rom 'reatment . *bat diminum di depan petugas. 9nak-anak 'bu hamil tidak di berikan A*%. Bila obat A*% belum tersedia di Puskesmas diobati dengan regimen pengobatan PB lesi 2-).Bila lesi tunggal dgn pembesaran saraf diberikan8 regimen pengobatan PB lesi 2-). Aifampiin
*floLain
%inoylin
+e0asa
:## mg
## mg
1## mg
)#-# kg 9nak
"## mg
2## mg
)# mg
)-1 th PB dengan lesi 2 K ).6ama pengobatan : dosis ini bisa diselesaikan selama :-( bulan. $etelah minum : dosis ini dinyatakan A<& Release 3rom 'reatment yaitu berhenti minum obat.
+e0asa
Aifampiin
+apson
:## mg/bulan
1## mg/hr diminum di
+iminum
di
petugas kesehatan
rumah depan
9nak-anak
)# mg/bulan
1#-1 th
+iminum
di
)# mg/hari diminum di rumah depan
petugas kesehatan %B dengan lesi U ).6ama pengobatan 12 dosis ini bisa diselesaikan selama 12-15 bulan. $etelah selesai minum 12 dosis obat ini, dinyatakan A<&/N Realease 3rom 'reatment yaitu berhenti minum obat. %asa pengamatan setelah A<& dilakukan seara pasif untuktipe PB selama 2 tahun dan tipe %B selama ) tahun. Aifampiin +e0asa
+apson
6amprene
:## mg/bulan
1## mg/hari diminum "## mg/bulan
diminum di depan
di rumah
petugas kesehatan
diminum di depan petugas kesehatan dilan!utkan dgn )# mg/hari diminum di rumah
9nak-anak 1#-1 th
)# mg/bulan
)# mg/hari diminum 1)# mg/bulan
diminum di depan
di rumah
petugas
diminum di depan petugas kesehatan dilan!utkan dg )# mg selang sehari diminum di rumah
Pengobatan reaksi kusta. Bila reaksi tidak ditangani dengan epat dan tepat maka dapat timbul keaatan berupa kelumpuhan yang permanen seperticlaw hand , drop foot , claw toes , dan kontraktur. Gntuk mengatasi hal-hal tersebut diatas dilakukan pengobatan
QPrinsip pengobatan Aeaksi usta Q yaitu immobilisasi / istirahat,
pemberian analgesik dan sedatif, pemberian obat-obat anti reaksi, %+& diteruskan dengan dosis yang tidak diubah.
Pada reaksi ringan, istirahat di rumah, berobat !alan, pemberian analgetik dan obat-obat penenang bila perlu, dapat diberikan >hloroRuine 1)# mg "V1 selama "-) hari, dan %+& obat kusta diteruskan dengan dosis yang tidak diubah. Aeaksi berat, immobilisasi, ra0at inap di rumah sakit, pemberian analgesik dan sedati4e, %+& obat kusta diteruskan dengan dosis tidak diubah, pemberian obat-obat anti reaksi dan pemberian obat-obat kortikosteroid misalnya prednison.*bat-obat anti reaksi,9spirin dengan dosis :##-12## mg setiap !am K :L/hari , lorokuin dengan dosis " L 1)# mg/hari, 9ntimon yaitu stibophen 5,) mg antimon per ml yang diberikan 2-" ml seara selang-seling dan dosis total tidak melebihi "# ml. 9ntimon !arang dipakai oleh
karena
toksik.
&halidomide
!uga
!arang
dipakai,terutama
pada0anita
teratogenik .+osis ## mg/hari kemudian diturunkan sampai menapai )# mg/hari. Pemberian ortikosteroid,dimulai dengan dosis tinggi atau sedang.+igunakan prednison atau prednisolon.Funakan sebagai dosis tunggal pada pagi hari lebih baik 0alaupun dapat !uga diberikan dosis berbagi. +osis diturunkan perlahan-lahan tapering off setelah ter!adi respon maksimal. @)5Pengobatan Kusta *ntuk Situasi Khusus
?ika %+&-* tidak dapat dilaksanakan karena berbagai alasan, * eLpert ommitte pada tahun 1(( mempunyai regimen untuk situasi khusus, yaitu8 a.Penderita tidak dapat diobati dengan rifampisin Penyebabnya mungkin alergi, gangguan pada fungsi hepar, ada penyakit penyerta atau resisten terhadap obat ini. Aegimen untuk penderita ini, adalah8 Lama Pengobatan : Bulan
+iikuti dengan 15 bulan
enis 1bat lofa=imin
4osis )# mg/hari
*floksasin
## mg/hari
%inosiklin 1## mg.hari lofa=imin dengan *floksasin)# mg/hari
atau %inosiklin
## mg/hari 1## mg/hari
Pada tahun 1(( * $tudy Froup on >hemotherapy of 6eprosy menyatakan klaritromisisn )## mg/hari dapat menggantikan ofloksasin atau minosiklin pada regimen di atas. b.Penderita yang menolak kofa=imin Biasanya penderita menolak obat ini karena adanya pe0arnaan kulit. Gntuk itu klofa=imin pada %+&W%B dapat diganti dengan ofloksasin ## mg/hari selama 12 bulan atau minosiklin 1## mg/hari selama 12 bulan. Pada tahun 1((, * HLpert of >ommitte on 6eprosy merekomendasikan !uga regimen %+&-%B alternatis selama 2 bulan8 -. Aifampisin :## mg/bulan selama 2 bulan, -. *floksasin ## mg/bulan selama 2 bulan, dan -. %inosiklin 1## mg/bulan selama 2 bulan .Penderita yang tidak dapat diobati dengan ++$ Bila ++$ menyebabkan ter!adinya efek samping berat pada penderita PB maupun %B, obat ini harus dihentikan. Aegimen pengganti ++$ berikut diberikan selama : bulan dengan ara8
+e0asa 9nak-anak @))5Komplikasi
2ifampisin :## mg/bln )# mg/bln
KlofaAimin )# mg/hari dan "## mg/bulan )# mg/hari dan 1)# mg/bulan
+i dunia, lepra mungkin penyebab tersering kerusakan tangan. &rauma dan infeksi kronik sekunderdapat menyebabkan hilangnya !ari !emari ataupun ekstremitas bagian distal. ?uga sering ter!adi kebutaan.
$etelah program terapi obat biasanya prognosis baik, yang paling sulit adalah mana!emen dari ge!ala neurologis, kontraktur dan perubahan pada tangan dan kaki. 'ni membutuhkan tenaga ahli seperti neurologis, ortopedik, ahli bedah, prodratis, oftalmologis, physical medicine, dan rehabilitasi. Dang tidak umum adalah secondary amyloidosis dengan gagal gin!al dapat me!adi komplikasi.
Kusta 4efinisi
usta adalah penyakit infeksi yang berlangsung dalam 0aktu lama, penyebabnya adalah Mycobacterium leprae. %enyerang saraf tepi sebagai tu!uan pertama, lalu kulit dan saluran pernapasan bagian atas, kemudian dapat ke organ lain keuali susunan saraf pusat. ama lainnya adalah 6epra atau %orbus ansen Penyebab
uman penyebabnya adalah Mycobacterium leprae yang di temukan F.9. 9$H pada tahun 15 di or0egia, tahan asam dan alkohol, serta dengan pe0arnaan giemsa akan menun!ukkan hasil Fram positif ber0arna ungu. Klasifikasi
?enis klasifikasi yang umum
9. lasifikasi 'nternasional 8 lasifikasi %adrid 1()" • • • •
'ndeterminate ' &uberkuloid & Borderline-+imorphous B 6epromatosa 6
B. lasifikasi untuk kepentingan riset 8 laisfikasi Aidley-?opling 1(:2 • • • • •
&uberkuloid && Borderline tuberkuloid B& %id-borderline BB Borderline lepromatous B6 6epromatosa 66
>. lasifikasi untuk kepentingan program kusta 8 lasifikasi * 1(51 dan modifikasi * 1(55 •
•
Pausibasiler PB X hanya kusta tipe ', && dan sebagian besar B& dengan pemeriksaan B&9 negatif menurut kriteria Aidley dan ?opling atau tipe ' dan & menurut klasifikasi %adrid %ultibasiler %B X termasuk kusta tipe 66, B6, BB dan sebagian B& menurut kriteria Aidley dan ?opling atau B dan 6 menurut %adrid dan semua tipe kusta dengan pemeriksaan B&9 positif
7ejala Klinis
+iagnosis penyakit kusta didasarkan gambaran tanda dan ge!ala yang dimiliki. +i antara semuanya, diagnosis seara klinislah yang terpenting dan paling sederhana. asil pemeriksaan bakteri memerlukan 0aktu yang paling sedikit 1)-"# menit, sedang pemeriksaan sel memerlukan "- hari. alau masih memungkinkan, baik !uga dilakukan tes lepromin %itsuda untuk membantu penentuan tipe, yang hasilnya baru dapat diketahui setelah "- minggu. &idak ukup hanya sampai diagnosis kusta sa!a, tetapi perlu ditentukan tipenya, sebab penting untuk terapinya. usta terkenal sebagai penyakit yang paling ditakuti karena deformitas atau aat tubuh. *rang a0am pun dengan mudah dapat menduga kearah penyakit kusta. Dang penting setidak-tidaknya dapat menduga ke arah penyakit kusta, terutama bagi kelainan kulit yang berupa perubahan 0arna seperti hipopigmentasi 0arna kulit men!adi lebih terang,
hiperpigmentasi 0arna kulit men!adi lebih gelap, dan eritematosa kemerahan pada kulit. Fe!ala lain dari penyakit kusta adalah hilangnya sensasi rasa. al ini dengan mudah dapat dilakukan dengan menggunakan !arum suntik terhadap rasa nyeri, kapas terhadap rasa raba. %engenai saraf tepi yang perlu diperhatikan ialah pembesarannya, kekenyalannya, dan nyeri atau tidak. anya beberapa saraf yang berada di permukaan kulit yang dapat dan perlu diperiksa, yaitu antara lain er4us saraf.
7ambar #5 %ercak Eritematosa
7ambar $5 %ercak Hipopigmentasi
2. Penebalan saraf tepi +apat disertai rasa nyeri dan dapat !uga disertai atau tanpa gangguan fungsi saraf yang terkena, yaitu8 a. Fangguan fungsi sensoris8 mati rasa b. Fangguan fungsi motoris8 kelumpuhan . Fangguan fungsi otonom8 kulit kering, retak, bengkak, pertumbuhan rambut yang terganggu. ". +itemukan kuman tahan asam Bahan pemeriksaan adalah hapusan kulit uping telinga dan lesi kulit pada bagian yang aktif. adang-kadang bahan diperoleh dari biopsi kulit atau saraf. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan bakterioskopik bakteri di laboratorium Pemeriksaan bakterioskopik digunakan untuk membantu menegakkan diagnosis dan pengamatan pengobatan. $ediaan dibuat dari kerokan kulit atau mukosa
hidung yang di0arnai dengan pe0arnaan terhadap bakteri tahan asam, antara lain dengan iehl eelsen. Pemeriksaan bakteri negatif pada seorang penderita, bukan berarti orang tersebut tidak mengandung %. leprae. Pertama-tama kita harus memilih tempat-tempat di kulit yang diharapkan paling padat oleh bakteri, setelah terlebih dahulu menentukan !umlah tempat yang akan diambil. Gntuk pemeriksaan rutin biasanya diambil dari minimal -: tempat, yaitu kedua uping telinga bagian ba0ah dan 2- tempat lain yang paling aktif, berarti yang paling merah di kulit dan infiltratif 2. Pemeriksaan histopatologi !aringan sel abnormal +iagnosis penyakit kusta biasanya dapat dibuat berdasarkan pemeriksaan klinis seara teliti dan pemeriksaan bakterioskopis. Pada sebagian keil kasus bila diagnosis masih meragukan, pemeriksaan histopatologis dapat membantu. Pemeriksaan ini sangat membantu khususnya pada anak-anak bila pemeriksaan saraf sensoris sulit dilakukan, !uga pada lesi dini ontohnya pada tipe indeterminate, serta untuk menentukan tipe yang tepat. ". Pemeriksaan serologis egagalan pembiakan dan isolasi kuman %. leprae mengakibatkan diagnosis serologis merupakan alternatif yang paling diharapkan. Beberapa tes serologis yang banyak digunakan untuk mendiagnosis kusta adalah 8 • • •
tes <69-9B$ tes H6'$9 tes %6P9 untuk mengukur kadar antibodi 'g F yang telah terbentuk di dalam tubuh pasien, titer dapat ditentukan seara kuantitatif dan kualitatif.
Pengobatan
1.
++$ +apsone. •
$ingkatan dari +iamino +iphenyl $ulfone.
•
Bentuk obat berupa tablet 0arna putih dengan takaran )# mg/tab dan 1## mg/tablet.
•
$ifat bakteriostatik yaitu menghalang/menghambat pertumbuhan kuman kusta.
•
+osis 8 de0asa 1## mg/hari, anak-anak 1-2 mg/kg berat badan/hari.
•
Hfek samping !arang ter!adi, berupa anemia hemolitik.
•
%anifestasi kulit alergi seperti halnya obat lain, seseorang dapat alergi terhadap obat ini. Bila hal ini ter!adi harus diperiksa dokter untuk dipertimbangkan apakah obat harus distop.
•
%anifestasi saluran penernaan makanan 8 tidak mau makan, mual, muntah.
•
%anifestasi urat syaraf; gangguan saraf tepi, sakit kepala 4ertigo, penglihatan kabur, sulit tidur, gangguan ke!i0aan.
2.
6amperene B::" !uga disebut >lofa=imine. •
Bentuk 8 kapsul 0arna oklat.9da takaran )# mg/kapsul dan 1## mg/kaps.
•
$ifat 8 bakteriostatik yaitu menghambat pertumbuhan kuman kusta dan anti reaksi menekan reaksi.
•
+osis 8 untuk dipergunakan dalam pengobatan kombinasi,lihat pada regimen pengobatan %+&.
•
Hfek sampingan 8
o
Fangguan penernaan berupa diare, nyeri pada lambung.
".
Aifampiin. • • •
•
Bentuk 8 apsul atau tablet takaran 1)# mg, "## mg, )# mg dan :## mg. $ifat 8 Bakteriosid %ematikan kuman kusta +osis 8 Gntuk dipergunakan dalam pengobatan kombinasi,lihat pada regimen pengobatan %+&. Gntuk anak-anak dosisnya adalah 1#-1) mg/kg berat badan. Hfek samping 8 dapat menimbulkan kerusakan pada hati dan gin!al. +engan pemberian Aifampiin :## mg/bulan tidak berbahanya bagi hati dan gin!al keuali ada tanda-tanda penyakit sebelumnya. $ebelum pemberian obat ini perlu dilakukan tes fungsi hati apabila ada ge!ala-ge!ala yang menurigakan. Perlu diberitahukan kepada penderita bah0a air seni akan ber0arna merah bila minum obat. Hfek samping lain adalah tanda-tanda seperti influen=a flu $yndrom yaitu
badan panas,beringus,lemah dan lain-lain,yang akan hilang bilamana diberikan obat penghilang ge!ala. Pengobatan Aifampiin supaya dihentikan sementara bila timbul ge!ala gangguan fungsi hati dan dapat dilan!utkan kembali bila fungsi hati sudah normal. .
Prednison. *bat ini digunakan untuk penanganan/pengobatan reaksi.
).
$ulfat
:.
3itamin 9. *bat ini digunakan untuk menyehatkan kulit yang bersisik 'hthiosis.
Pencegahan Cacat Kusta
Prinsip yang penting pada pera0atan sendiri untuk penegahan aat kusta adalah 8 •
•
•
pasien mengerti bah0a daerah yang mati rasa merupakan tempat risiko ter!adinya luka pasien dapat melakukan pera0atan kulit merendam, menggosok, melumasi dan melatih sendi bila mulai kaku penyembuhan luka dapat dilakukan oleh pasien sendiri dengan membersihkan luka, mengurangi tekanan pada luka dengan ara istirahat
'f lepromatous leprosy is left untreated, it an progress to QleonineI faies as seen in the follo0ing images.
4iagnosis &his inludes physial eLam and skin biopsy. "reatment *ne monthly8 Aifampin, +ap=one and >lofa=imine for t0o years and then stop. +aily8 $ulfone and >lofa=imine for t0o years and then stop.
History •
$ymptoms Painless skin path aompanied by loss of sensation but not ithiness o 6oss of sensation is a feature of tuberuloid leprosy, u nlike lepromatous
leprosy, in 0hih sensation is preser4ed. >hroni insensate path is seen in the mage belo0. o
Chronic insensate patch due to leprosy infection5 Ho Chi Minh CityB 6ietnam5 .Courtesy of 45 Scott SmithB M4/ [ >6*$H '+* ]
Chronic insensate patch due to leprosy infection5 Ho Chi Minh CityB 6ietnam5 .Courtesy of 45 Scott SmithB M4/ o
o o
o
6oss of sensation or paresthesias 0here the affeted peripheral ner4es are distributed asting and musle 0eakness
Characteristic claed hand deformity caused by ulnar inDolDement in leprosy5 4aloaB )Dory Coast5 .Courtesy of 45 Scott SmithB M4/ [ >6*$H '+* ]
Characteristic claed hand deformity caused by ulnar inDolDement in leprosy5 4aloaB )Dory Coast5 .Courtesy of 45 Scott SmithB M4/ o
o
Glerations on hands or feet uler at the metatarsal head is seen in the image belo0
Chronic nonhealing ulcer at the metatarsal head resulting from loss of sensation in the feet5 KarigiriB "amil +aduB )ndia5 .Courtesy of "ara 2amachandra/ [ >6*$H '+* ]
Chronic nonhealing ulcer at the metatarsal head resulting from loss of sensation in the feet5 KarigiriB "amil +aduB )ndia5 .Courtesy of "ara 2amachandra/ 6agophthalmos, iridoylitis, orneal uleration, and/or seondary atarat due to ner4e damage and diret baillary skin or eye in4asion: $ymptoms in reations &ype 1 re4ersal - $udden onset of skin redness and ne0 lesions o &ype 2 erythema nodosum leprosum [H6]; as seen in the image belo0 o - %any skin nodules, fe4er, redness of eyes, musle pain, and !oint pain o
•
o
Patient ith erythema nodosum leprosum type $ reaction seDeral eeks after initiation of drug therapy5 "his photograph as taken after tendon release5 2edood CityB California5 .Courtesy of 45 Scott SmithB M4/ 6epra+H<''$' 6epra penyakit (ansen adalah infeksi menahun yang terutama ditandai oleh adanya kerusakan saraf perifer saraf diluar otak dan medulla spinalis, kulit, selaput lendir hidung, buah =akar testis dan mata. PHDHB9B Bakteri Mycobacterium leprae. >ara penularan lepra belum diketahui seara pasti. ?ika seorang penderita lepra berat dan tidak diobati bersin, maka bakteri akan menyebar ke udara. $ekitar )#E penderita kemungkinan tertular karena berhubungan dekat dengan seseorang yang terinfeksi. 'nfeksi !uga mungkin ditularkan melalui tanah, armadillo, kutu busuk dan nyamuk. $ekitar ()E orang yang terpapar oleh bakteri lepra tidak menderita lepra karena sistem kekebalannya berhasil mela0an infeksi. Penyakit yang ter!adi bisa ringan lepra tuberkuloid atau berat lepra lepromatosa. Penderita lepra ringan tidak dapat menularkan penyakitnya kepada orang lain. 6ebih dari ) !uta penduduk dunia yang terinfeksi oleh kuman ini. 6epra paling banyak terdapat di 9sia, 9frika, 9merika 6atin dan kepulauan $amudra Pasifik. 'nfeksi dapat ter!adi pada semua umur, paling sering mulai dari usia 2#an dan "#an. Bentuk lepromatosa 2 kali lebih sering ditemukan pada pria. FH?969 Bakteri penyebab lepra berkembangbiak sangat lambat, sehingga ge!alanya baru munul minimal 1 tahun setelah terinfeksi rata-rata munul pada tahun ke-)-. Fe!ala dan tanda yang munul tergantung kepada respon kekebalan penderita. ?enis lepra menentukan prognosis !angka pan!ang, komplikasi yang mungkin ter!adi dan
kebutuhan akan antibiotik. Lepra tuberkuloid ditandai dengan ruam kulit berupa 1 atau beberapa daerah putih yang datar. +aerah tersebut bebal terhadap sentuhan karena mikobakteri telah merusak sarafsarafnya.
Pada lepra lepromatosa munul ben!olan keil atau ruam menon!ol yang lebih besar dengan berbagai ukuran dan bentuk. &er!adi kerontokan rambut tubuh, termasuk alis dan bulu mata. Lepra perbatasan merupakan suatu keadaan yang tidak stabil, yang memiliki gambaran kedua bentuk lepra. ?ika keadaannya membaik, maka akan menyerupai lepra tuberkuloid; !ika kaeadaannya memburuk, maka akan menyerupai lepra lepromatosa.
$elama per!alanan penyakitnya, baik diobati maupun tidak diobati, bisa ter!adi reaksi kekebalan tertentu, yang kadang timbul sebagai demam dan peradangan kulit, saraf tepi dan kelen!ar getah bening, sendi, buah =akar, gin!al, hati dan mata. Pengobatan yang diberikan tergantung kepada !enis dan beratnya reaksi, bisa diberikan kortikosteroid atau talidomid. Mycobacterium leprae adalah satu-satunya bakteri yang menginfeksi saraf tepi dan hampir semua komplikasinya merupakan akibat langsung dari masuknya bakteri ke dalam saraf tepi. Bakteri ini tidak menyerang otak dan medulla spinalis. emampuan untuk merasakan sentuhan, nyeri, panas dan dingin menurun, sehingga penderita yang mengalami kerusakan saraf tepi tidak menyadari adanya luka bakar, luka sayat atau mereka melukai dirinya sendiri. erusakan saraf tepi !uga menyebabkan kelemahan otot yang menyebabkan !ari-!ari tangan seperti sedang menakar dan kaki terkulai. arena itu penderita lepra men!adi tampak mengerikan. Penderita !uga memiliki luka di telapak kakinya. erusakan pada saluran udara di hidung bisa menyebabkan hidung tersumbat. erusakan mata dapat menyebabkan kebutaan. Penderita lepra lepromatosa dapat men!adi impoten dan mandul, karena infeksi ini dapat menurunkan kadar testosteron dan !umlah sperma yang dihasilkan oleh testis. +'9F*$9 +iagnosisi ditegakkan berdasarkan ge!ala-ge!alanya. Gntuk memperkuat diagnosis bisa dilakukan pemeriksaan mikroskopik terhadap ontoh !aringan kulit yang terinfeksi. PHF*B9&9 9ntibiotik dapat menahan perkembangan penyakit atau bahkan menyembuhkannya. Beberapa mikobakterium mungkin resisten terhadap obat tertentu, karena itu sebaiknya
diberikan lebih dari 1 maam obat, terutama pada penderita lepra lepromatosa. 9ntibiotik yang paling banyak digunakan untuk mengobati lepra adalah dapson, relatif tidak mahal dan biasanya aman. adang obat ini menyebabkan reaksi alergi berupa ruam kulit dan anemia. Aifampiin adalah obat yang lebih mahal dan lebih kuat daripada dapson. Hfek samping yang paling serius adalah kerusakan hati dan ge!ala-ge!ala yang menyerupai flu. 9ntibiotik lainnya yang bisa diberikan adalah klofa=imin, etionamid, misiklin, klaritromisin dan ofloksasinY. &erapi antibiotik harus dilan!utkan selama beberapa 0aktu karena bakteri penyebab lepra sulit dilenyapkan. Pengobatan bisa dilan!utkan sampai : bulan atau lebih, tergantung kepada beratnya infeksi dan penilaian dokter. Banyak penderita lepra lepromatosi yang mengkonsumsi dapson seumur hidupnya. PH>HF99 +ulu perubahan bentuk anggota tubuh akibat lepra menyebabkan penderitanya diasingkan dan diisolasi. Pengobatan dini bisa menegah atau memperbaiki kelainan bentuk, tetapi penderita enderung mengalami masalah psikis dan sosial. &idak perlu dilakukan isolasi. 6epra hanya menular !ika terdapat dalam bentuk lepromatosa yang tidak diobati dan itupun tidak mudah ditularkan kepada orang lain. $elain itu, sebagian besar seara alami memiliki kekebalan terhadap lepra dan hanya orang yang tinggal serumah dalam !angka 0aktu yang lama yang memiliki resiko tertular. +okter dan pera0at yang mengobati penderita lepra tampaknya tidak memiliki resiko tertular.
Lepra .penyakit hansen/ 6epra penyakit hansen adalah infeksi menahun yang terutama ditandai oleh adanya kerusakan saraf perifer saraf diluar otak dan medu lla spinalis, kulit, selaput lendir hidung, buah =akar testis dan mata. Penyebab Bakteri %yobaterium leprae. 3aktor 2isiko $ekitar )#E penderita kemungkinan tertular karena berhubungan dekat dengan seseorang yang terinfeksi.
'nfeksi !uga mungkin ditularkan melalui tanah, armadillo, kutu busuk dan nyamuk. $ekitar ()E orang yang terpapar oleh bakteri lepra tidak menderita lepra karena sistem kekebalannya berhasil mela0an infeksi. 'nfeksi dapat ter!adi pada semua umur, paling sering mulai dari usia 2#an dan "#an. bentuk lepromatosa 2 kali lebih sering ditemukan pada pria. 7ejala dan "anda Bakteri penyebab lepra berkembangbiak sangat lambat, sehingga ge!alanya baru munul minimal 1 tahun setelah terinfeksi rata-rata munul pada tahun ke-)-. ?enis lepra menentukan prognosis !angka pan!ang, komplikasi yang mungkin ter!adi dan kebutuhan akan antibiotik 8
1 6epra tuberkuloid ditandai dengan ruam kulit berupa 1 atau beberapa daerah putih yang datar. +aerah tersebut bebal terhadap sentuhan karena mikobakteri telah merusak saraf-sarafnya. 2 Pada lepra lepromatosa munul ben!olan keil atau ruam menon!ol yang lebih besar dengan berbagai ukuran dan bentuk. &er!adi kerontokan rambut tubuh, termasuk alis dan bulu mata. " 6epra perbatasan merupakan suatu keadaan yang tidak stabil, yang memiliki gambaran kedua bentuk lepra. Pada semua !enis, selama per!alanan penyakit baik diobati maupun tidak diobati, bisa ter!adi reaksi kekebalan tertentu, yang kadang timbul sebagai demam dan peradangan kulit, saraf tepi dan kelen!ar getah bening, sendi, buah =akar, gin!al, hati dan mata. Pencegahan +ulu perubahan bentuk anggota tubuh akibat lepra menyebabkan penderitanya diasingkan dan diisolasi. Pengobatan dini bisa menegah atau memperbaiki kelainan bentuk, tetapi penderita enderung mengalami masalah psikis dan sosial. &idak perlu dilakukan isolasi.
6epra hanya menular !ika terdapat dalam bentuk lepromatosa yang tidak diobati dan itupun tidak mudah ditularkan kepada orang lain. selain itu, sebagian besar seara alami memiliki kekebalan terhadap lepra dan hanya orang yang tinggal serumah dalam !angka 0aktu yang lama yang memiliki resiko tertular. +okter dan pera0at yang mengobati penderita lepra tampaknya tidak memiliki resiko tertular. Penatalaksanaan 9ntibiotik dapat menahan perkembangan penyakit atau bahkan menyembuhkannya. Beberapa mikobakterium mungkin resisten terhadap obat tertentu, karena itu sebaiknya diberikan lebih dari 1 maam obat, terutama pada penderita lepra lepromatosa. 9ntibiotik yang paling banyak digunakan untuk mengobati lepra adalah dapson, relatif tidak mahal dan biasanya aman. adang obat ini menyebabkan reaksi alergi berupa ruam kulit dan anemia.
Aifampin adalah obat yang lebih mahal dan lebih kuat daripada dapson. Hfek samping yang paling serius adalah kerusakan hati dan ge!ala-ge!ala yang menyerupai flu. 9ntibiotik lainnya yang bisa diberikan adalah klofa=imin, etionamid, misiklin, klaritromisin dan ofloksasin. &erapi antibiotik harus dilan!utkan selama beberapa 0aktu karena bakteri penyebab lepra sulit dilenyapkan. Pengobatan bisa dilan!utkan sampai : bulan atau lebih, tergantung kepada beratnya infeksi dan penilaian dokter. Banyak penderita lepra lepromatosi yang mengkonsumsi dapson seumur hidupnya.
Rabu, 17 Desember 2! P"RA#A$A% P"%&AK'$ KUS$A A. DEFINISI Kusta adalah penyakit yang menahun dan disebabkan oleh kuman kusta (mikobakterium leprae) yang menyerang syaraf tepi, kulit dan jaringan tubuh lainnya. (Depkes RI, 199) Kusta merupakan penyakit kronik yang disebabkan oleh infeksi mikobakterium leprae. (!ansjoer "rif, #$$$)
B. ETIOLOGI !ikobakterium leprae merupakan basil tahan asam (%&") bersifat obligat intraseluler, menyerang saraf perifer, kulit dan organ lain seperti mukosa saluran nafas bagian atas, hati, sumsum tulang ke'uali susunan saraf pusat. !asa membelah diri mikobakterium leprae 1##1 hari dan masa tunasnya antara $ hari$ tahun. Kuman kusta berbentuk batang dengan ukuran panjang
1 mi'ro, lebar $,#$,* mi'ro
biasanya
berkelompok dan ada yang disebar satusatu, hidup dalam sel dan %&".
C. MANIFESTASI KLINIS
!enurut +- (199*) diagnosa kusta ditegakkan bila terdapat satu dari tanda kardinal berikut "danya lesi kulit yang khas dan kehilangan sensibilitas /esi
kulit
dapat
tunggal
atau
multipel
biasanya
hipopigmentasi tetapi kadangkadang lesi kemerahan atau ber0arna tembaga biasanya berupa makula, papul, nodul. Kehilangan sensibilitas pada lesi kulit merupakan gambaran khas. Kerusakan saraf terutama saraf tepi, bermanifestasi sebagai kehilangan sensibilitas kulit dan kelemahan otot. %&" positif ada beberapa kasus ditemukan %&" dikerokan jaringan kulit. enebalan saraf tepi, nyeri tekan, parastesi.
D. KLASIFIKASI 2ntuk para petugas kesehatan di lapangan, bentuk klinis penyakit kusta 'ukup dibedakan atas dua jenis yaitu
Kusta bentuk kering (tipe tuberkuli!" !erupakan bentuk yang tidak menular Kelainan kulit berupa ber'ak keputihan sebesar uang logam atau lebih, jumlahnya biasanya hanya beberapa, sering di pipi, punggung, pantat, paha atau lengan. %er'ak tampak kering, perasaan kulit hilang sama sekali, kadangkadang tepinya meninggi
ada tipe ini lebih sering didapatkan kelainan urat saraf tepi pada, sering gejala kulit tak begitu menonjol tetapi gangguan saraf lebih jelas Komplikasi saraf serta ke'a'atan relatif lebih sering terjadi dan timbul lebih a0al dari pada bentuk basah emeriksaan bakteriologis sering kali negatif, berarti tidak ditemukan adanya kuman penyebab %entuk ini merupakan yang paling banyak didapatkan di indonesia dan terjadi pada orang yang daya tahan tubuhnya terhadap kuman kusta 'ukup tinggi
Kusta bentuk basa# (tipe lepr$atsa" !erupakan bentuk menular karena banyak kuman dapat ditemukan baik di selaput lendir hidung, kulit maupun organ tubuh lain 3umlahnya lebih sedikit dibandingkan kusta bentuk kering dan terjadi pada orang yang daya tahan tubuhnya rendah dalam menghadapi kuman kusta Kelainan kulit bisa berupa ber'ak kamarahan, bisa ke'il ke'il dan tersebar diseluruh badan ataupun sebagai penebalan
kulit
yang
luas
(infiltrat)
yang
tampak
mengkilap dan berminyak. %ila juga sebagai benjolan benjolan merah sebesar biji jagung yang sebesar di badan, muka dan daun telinga
4ering disertai rontoknya alis mata, menebalnya 'uping telinga dan kadangkadang terjadi hidung pelana karena rusaknya tulang ra0an hidung Ke'a'atan pada bentuk ini umumnya terjadi pada fase lanjut dari perjalanan penyakit ada bentuk yang parah bisa terjadi 5muka singa5 (fa'ies leonina) Diantara
kedua
bentuk
klinis
ini,
didapatkan
bentuk
pertengahan atau perbatasan (tipe borderline) yang gejala gejalanya merupakan peralihan antara keduanya. %entuk ini dalam pengobatannya dimasukkan jenis kusta basah.
E. %ATOGENESIS 4etelah
mikobakterium
leprae
masuk
kedalam
tubuh,
perkembangan penyakit kusta bergantung pada kerentanan seseorang. Respon setelah masa tunas dilampaui tergantung pada derajat sistem imunitas seluler ('eluler midialet immune) pasien.
Kalau
sistem
imunitas
seluler
tinggi,
penyakit
berkembang kearah tuberkoloid dan bila rendah berkembang kearah
lepromatosa.
!ikobakterium
leprae
berpredileksi
didaerahdaerah yang relatif dingin, yaitu daerah akral dengan 6askularisasi yang sedikit. Derajat penyakit tidak selalu sebanding dengan derajat infeksi karena imun pada tiap pasien berbeda. 7ejala klinis lebih sebanding dengan tingkat reaksi seluler dari pada intensitas infeksi
oleh
imonologik.
karena
itu
penyakit
kusta
disebut
penyakit
F. %EME&IKSAAN %EN'NANG %e$eriksaan Bakterilgis Ketentuan pengambilan sediaan adalah sebagai berikut 4ediaan diambil dari kelainan kulit yang paling aktif. Kulit muka sebaiknya dihindari karena alasan kosmetik ke'uali tidak ditemukan lesi ditempat lain. emeriksaan ulangan dilakukan pada lesi kulit yang sama dan bila perlu ditambah dengan lesi kulit yang baru timbul. /okasi
pengambilan
sediaan
apus
untuk
pemeriksaan
mikobakterium leprae ialah 8uping telinga kiri atau kanan Dua sampai empat lesi kulit yang aktif ditempat lain 4ediaan dari selaput lendir hidung sebaiknya dihindari karena &idak menyenangkan pasien ositif palsu karena ada mikobakterium lain &idak
pernah
ditemukan
mikobakterium
leprae
pada
selaput lendir hidung apabila sedian apus kulit negatif. ada pengobatan, pemeriksaan bakterioskopis selaput lendir hidung lebih dulu negatif dari pada sediaan kulit ditempat lain.
Indikasi pengambilan sediaan apus kulit 4emua orang yang di'urigai menderita kusta 4emua pasien baru yang didiagnosis se'ara klinis sebagai pasien kusta 4emua pasien kusta yang diduga kambuh (relaps) atau karena tersangka kuman resisten terhadap obat 4emua pasien !% setiap 1 tahun sekali emerikaan
bakteriologis
dilakukan
dengan
pe0arnaan
tahan asam, yaitu iehl neelsen atau kinyoun gabett 8ara menghitung %&" dalam lapangan mikroskop ada : metode yaitu 'ara ig ag, huruf , dan setengah atau seperempat ditemukan
lingkaran. adalah
%entuk
bentuk
kuman
utuh
yang
(solid),
mungkin
pe'ahpe'ah
(fragmented), granula (granulates), globus dan 'lumps.
In!eks Bakteri (IB") !erupakan ukuran semikuantitatif kepadatan %&" dalam sediaan hapus. I% digunakan untuk menentukan tipe kusta dan menge6aluasi hasil pengobatan. enilaian dilakukan menurut skala logaritma RID/;< sebagai berikut bila tidak ada %&" dalam 1$$ lapangan pandang bila 11$ %&" dalam 1$$ lapangan pandang bila 11$ %&" dalam 1$ lapangan pandang bila 11$ %&" dalam ratarata 1 lapangan pandang
bila 111$$ %&" dalam ratarata 1 lapangan pandang bila 1$11$$$ %&" dalam ratarata 1 lapangan pandang bila =1$$$ %&" dalam ratarata 1 lapangan pandang
Mr*lgi (IM" !erupakan persentase %&" bentuk utuh terhadap seluruh %&". I! digunakan
untuk
mengetahui daya
penularan
kuman, menge6aluasi hasil pengobatan, dan membantu menentukan resistensi terhadap obat.
G. %ENATALAKSANAAN TE&A%I MEDIK &ujuan
utama
program
pemberantasan
kusta
adalah
penyembuhan pasien kusta dan men'egah timbulnya 'a'at serta memutuskan mata rantai penularan dari pasien kusta terutama
tipe
yang
menular
kepada
orang
lain
untuk
menurunkan insiden penyakit. rogram
!ulti
Drug
&herapy
(!D&)
dengan
kombinasi
rifampisin, klofaimin, dan DD4 dimulai tahun 191. rogram ini bertujuan untuk mengatasi resistensi dapson yang semakin meningkat, mengurangi ketidaktaatan pasien, menurunkan angka putus obat, dan mengeliminasi persistensi kuman kusta dalam jaringan. Rejimen pengobatan !D& di Indonesia sesuai rekomendasi +- 199* sebagai berikut &ipe % ( "24; %"4I/;R)
3enis obat dan dosis untuk orang de0asa Rifampisin >$$mg?bln diminum didepan petugas DD4 tablet 1$$ mg?hari diminum di rumah engobatan > dosis diselesaikan dalam >9 bulan dan setelah selesai minum > dosis dinyatakan R@& meskipun se'ara klinis lesinya masih aktif. !enurut +-(199*) tidak lagi
dinyatakan
R@&
tetapi
menggunakan
istilah
8ompletion -f &reatment 8ure dan pasien tidak lagi dalam penga0asan. &ipe !% ( !2/&I %"4I/;R) 3enis obat dan dosis untuk orang de0asa Rifampisin >$$mg?bln diminum didepan petugas Klofaimin
:$$mg?bln
diminum
didepan
petugas
dilanjutkan dengan klofaimin *$ mg ?hari diminum di rumah DD4 1$$ mg?hari diminum dirumah engobatan # dosis diselesaikan dalam 0aktu maksimal :> bulan sesudah selesai minum # dosis dinyatakan R@& meskipun
se'ara
pemeriksaan
klinis
bakteri
lesinya
positif.
masih
!enurut
aktif
+-
dan
(199)
pengobatan !% diberikan untuk 1# dosis yang diselesaikan dalam 1#1 bulan dan pasien langsung dinyatakan R@&. Dosis untuk anak
Klofaimin 2mur diba0ah 1$ tahun %ulanan 1$$mg?bln arian *$mg?#kali?minggu 2mur 111 tahun %ulanan 1$$mg?bln arian *$mg?:kali?minggu DD41#mg ?Kg %% Rifampisin1$1*mg?Kg %% engobatan !D& terbaru !etode R-! adalah pengobatan !D& terbaru. !enurut +-(199), pasien kusta tipe % dengan lesi hanya 1 'ukup diberikan dosis tunggal rifampisin >$$ mg, ofloksasim $$mg
dan minosiklin
1$$ mg dan pasien
langsung
dinyatakan R@&, sedangkan untuk tipe % dengan #* lesi diberikan > dosis dalam > bulan. 2ntuk tipe !% diberikan sebagai obat alternatif dan dianjurkan digunakan sebanyak # dosis dalam # jam. utus obat ada pasien kusta tipe % yang tidak minum obat sebanyak
dosis
dari
yang
seharusnya
maka
dinyatakan D-,
sedangkan pasien kusta tipe !% dinyatakan D- bila tidak minum obat 1# dosis dari yang seharusnya.
%E&A+ATAN 'M'M era0atan men'egah
pada
morbus
ke'a'atan.
hansen
&erjadinya
umumnya
'a'at
pada
untuk kusta
disebabkan oleh kerusakan fungsi saraf tepi, baik karena kuman kusta maupun karena peradangan se0aktu keadaan reaksi netral. era0atan mata dengan lagophthalmos enderita memeriksa mata setiap hari apakah ada kemerahan atau kotoran enderita harus ingat sering kedip dengan kuat !ata perlu dilindungi dari kekeringan dan debu era0atan tangan yang mati rasa enderita
memeriksa
tangannya
tiap
hari
untuk
men'ari tanda tanda luka, melepuh erlu direndam setiap hari dengan air dingin selama lebih kurang setengah jam Keadaan basah diolesi minyak Kulit yang tebal digosok agar tipis dan halus 3ari bengkok diurut agar lurus dan sendisendi tidak kaku &angan mati rasa dilindungi dari panas, benda tajam, luka
era0atan kaki yang mati rasa enderita memeriksa kaki tiap hari Kaki direndam dalam air dingin lebih kurang A jam !asih basah diolesi minyak Kulit yang keras digosok agar tipis dan halus 3arijari bengkok diurut lurus Kaki mati rasa dilindungi era0atan luka /uka dibersihkan dengan sabun pada 0aktu direndam /uka dibalut agar bersih %agian luka diistirahatkan dari tekanan %ila bengkak, panas, bau ba0a ke puskesmas &anda penderita melaksanakan pera0atan diri Kulit halus dan berminyak &idak ada kulit tebal dan keras /uka dibungkus dan bersih 3arijari bengkak menjadi kaku