MAKALAH PROFESI KETEKNIKAN
SIKAP MAHASISWA TERHADAP PERSOALAN LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender)
Disusun Oleh :
NAMA : Roudlotun Nafingah
NIM : 15/385477/TP/11346
DEPARTEMEN TEKNIK PERTANIAN DAN BIOSISTEM
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2016
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Akhir-akhir ini isu tentang LGBT sedang hangat diperbincangkan dan menimbulkan berbagai kontroversi di masyarakat. Bagi sebagian masyarakat adanya LGBT ini tidak sesuai dengan moral dan norma yang telah ada, namun ada pula yang beranggapan bahwa hak-hak LGBT harus diperjuangkan dan harus diterima dalam masyarakat. Terlepas dari kontroversi tersebut, saat ini komunitas LGBT telah berkembang dan banyak berpengaruh terhadap masyarakat pada umumnya. Kondisi tersebut menimbulkan permasalahan baru terhadap perilaku dan pergaulan di masyarakat. Perkembangan teknologi yang canggih juga menjadi faktor menyebarnya isu LGBT ini menjadi semakin luas di masyarakat.
Indonesia sendiri merupakan negara yang melarang adanya pernikahan sesama jenis dan menolak LGBT, namun pada kenyataannya banyak kelompok LGBT yang tinggal di Indonesia. Mereka melakukan berbagai kegiatan seperti bekerja, bersekolah, dan melakukan aktifitas lain seperti manusia pada umumnya, namun tak seperti manusia normal mereka memiliki kelainan dengan menyukai sesama jenis dan beranggapan bahwa mereka terjebak dalam tubuh yang tidak sesuai dengan sifatnya, mirisnya kalangan LGBT tersebut banyak yang berasal dari kalangan anak di bawah umur dan mahasiswa. Data Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Kepulauan Riau menyebutkan sekitar 3.000 anak lelaki di bawah usia 18 tahun di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, diduga sebagai penyuka sesama jenis(2). Jumah tersebut akan terus bertambah karena mengingat masih banyaknya kaum LGBT yang tidak terdaftar atau terlapor.
Menyikapi hal tersebut, mahasiswa yang memiliki peran sebagai agent of change, social control dan iron stock hendaknya dapat menyikapi persoalan LGBT tersebut dengan baik. Isu tentang LGBT secara langsung maupun tak langsung telah menyebabkan berbagai kebudayaan baru yang bertentangan dengan norma adat maupun norma agama yang telah ada. Berbagai gerakan pro dan kontra yang dilakukan mahasiswa pun mulai banyak bermunculan. Mahasiswa yang mendukung LGBT ikut serta berjuang atas nama hak asasi manusia kaum LGBT, namun bagi sebagian mahasiswa, LGBT merupakan hal yang harus diperangi karena tak sesuai dengan kodrat manusia dan bertentangan dengan norma agama. Terlepas dari itu sikap mahasiswa terhadap kaum LGBT hendaknya memperhatikan HAM dan norma yang telah berlaku agar tidak merusak tatanan di masyarakat.
Berdasarkan uraian di atas maka penulis tertarik untuk menulis tentang sikap mahasiswa terhadap kalangan LGBT yang berkembang di masyarakat.
BAB II
PEMBAHASAN
LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender) merupakan sebuah istilah yang marak dipakai untuk menekankan keanekaragaman budaya berdasarkan identitas seksualitas dan gender atau penyimpangan orientasi seksual. Kaum LGBT identik dengan bendera berwarna-warni yang dianggap mewakili identitas mereka. Lesbian sendiri merupakan istilah bagi perempuan yang mengarahkan orientasi seksualnya kepada sesama perempuan, sedangkan gay adalah istilah bagi lelaki yang menyukai sesama lelaki. Istilah ini juga merujuk kepada perempuan yang mencintai perempuan baik secara fisik, seksual, emosional, atau secara spiritual. Transgender merupakan istilah bagi orang yang melakukan pergantian jenis kelamin. Kemudian menurut MacDonald dalam Crooks & Baur (2005), individu biseksual adalah individu yang dapat terlibat dan menikmati aktivitas seksual dengan kedua jenis kelamin, yaitu jenis kelamin yang sama dan jenis kelamin yang berbeda, atau mengetahui bahwa dirinya mau untuk melakukan hal tersebut.
Fenomena LGBT sendiri sudah terjadi sejak dulu, namun istilah LGBT baru marak dipergunakan semenjak tahun 1990an. Akhir – akhir ini komunitas LGBT mulai berani memunculkan eksistensinya. Hal tersebut dipicu setelah pemerintah Amerika Serikat melegalkan pernikahan sesama jenis dan menghapus segala diskriminasi pada 26 Maret 2015 lalu dan tentu saja pelegalan tersebut menimbulkan kontroversi pada masyarakat (indonesia.rbth.com, 2016). Pelegalan tersebut memicu kaum LGBT di berbagai belahan dunia untuk memperjuangkan hak mereka dan menjadi berani memunculkan sifat aslinya di masyarakat seperti peristiwa pernikahan sesama jenis di Bali baru-baru ini.
Data Badan Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Provinsi Kepulauan Riau menyebutkan sekitar 3.000 anak lelaki di bawah usia 18 tahun di Kota Batam, Provinsi Kepulauan Riau, diduga sebagai penyuka sesama jenis (regional.liputan6.com, 2016). Sementara itu, berdasarkan hasil survey jumlah gay di Bandung raya telah mencapai 17.000 orang dan jumlah LGBT di Banda Aceh mencapai sekitar 500 orang dengan rata-rata berasal dari kalangan mahasiswa (www.jpnn.com, 2016). Kondisi tersebut menegaskan bahwa perkembangan LGBT saat ini sudah menjadi isu yang serius mengingat anak-anak dan mahasiswa merupakan generasi penerus bangsa. Seperti yang dilansir oleh republika.co.id pada tanggal 23 Januari 2016 menyebutkan bahwa salah satu mahasiswa UI yang enggan disebut namanya mengaku bahwa dirinya adalah seorang gay. Pengakuan tersebut didasarkan karena ia merasa bahwa identitas yang ada pada dirinya tidak sesuai dengan kondisi mental dan seksualitasnya. Pengakuan tersebut menimbulkan kontroversi dari masyarakat khususnya mahasiswa UI yang menjadi temannya, sebagian temannya mencibir saat mengakui ia gay, namun ada juga yang menyikapinya dengan positif dan dapat menerima dirinya dengan baik.
Dari kasus di atas dapat dilihat keberagaman sikap mahasiswa dalam menyikapi kaum LGBT yang berada di lingkungan sekitar. Mahasiswa yang memiliki tiga peran sebagai agent of change, social control, dan iron stock menunjukkan beragam sikap terhadap isu LGBT yang tengah disoroti publik. Sebagian mahasiswa seperti tak peduli terhadap persoalan tersebut, namun ada juga yang mendukung dan ada pula yang menolak LGBT berkembang di masyarakat. Mahasiswa yang pro dan kontra terhadap permasalahan tersebut membentuk gerakan-gerakan yang menitikberatkan pada permasalahan LGBT.
Sikap positif mahasiswa terhadap isu LGBT yang berkembang diwujudkan tidak hanya melalui pergerakan atau demo di jalanan namun juga ada yang diwujudkan dengan menyediakan konseling terhadap kaum LGBT. Beberapa universitas yang memanfaatkan konseling terhadap kaum LGBT diantaranya yaitu University of Pennsylvania, Ithaca College, Indiana University – Bloomington, University of Washington, Tufts University, University of Massachusetts – Amherst, San Diego State University (SDSU), Princeton University, Pennsylvania State University, dan University of Oregon. Universitas-universitas tersebut memfasilitasi mahasiswa LGBT dan memberi ruang gerak bagi mereka untuk mengembangkan dirinya, universitas tersebut memberikan konseling dan konsultasi bagi mahasiswa LGBT agar mereka dapat nyaman selama berada di perkuliahan bahkan di University Tufts disediakan mentoring untuk LGBT baru agar dapat menyesuaikan diri dengan kondisi diri yang baru di lingkungan (news.okezone.com, 2016). Selain di luar negeri di Indonesia sendiri terdapat dukungan mahasiswa LGBT seperti yang ada di Universitas Indonesia tahun lalu yang menyediakan konsultasi bagi mahasiswa LGBT.
Mahasiswa yang tidak sejalan pemikirannya untuk menerima LGBT pun melakukan berbagai usaha agar LGBT tidak menyebarluas di masyarakat. penolakan tersebut didasari karena mahasiswa menganggap bahwa LGBT merupakan penyakit dan penyimpangan orientasi seksual sehingga tidak boleh dikampanyekan. Penolakan tersebut disampaikan oleh mahasiswa yang tergabung dalam Pemuda dan Mahasiswa Bandung Raya. Mereka mengkhawatirkan penyebaran LGBT di kalangan masyarakat yang mungkin saja dapat merusak tatanan moral, norma dan etika pergaulan masyarakat. Jumlah LGBT yang semakin meningkat perlu dikendalikan dan permasalahnnya harus diselesaikan dari akarnya agar tidak semakin meluas. Terlebih lagi, LGBT berarti menyalahi kodrat manusia yang sudah ada dan jika dibiarkan dampaknya menyebar ke segala aspek (jabar.metrotvnews.com, 2016).
Dari perbedaan sudut pandang dan sikap mahasiswa tersebut terdapat perbedaan prioritas yang diangkat oleh kelompok pro dan kontra. Mahasiswa yang pro LGBT menekankan pada hak asasi manusia kaum LGBT yang perlu diperjuangkan, sedangkan kelompok mahasiswa yang kontra LGBT melihat dari segi tatanan moral dan norma agama yang bertentangan dengan orientasi LGBT yang dianggap menyimpang dari tatanan masyarakat. Terlepas dari pro – kontra mahasiswa terhadap kasus LGBT tersebut, orientasi tersebut sesungguhnya berdasarkan pada etika dan moral mahasiswa dengan berbagai sudut pandang yang berbeda. Etika dan moral mahasiswa tersebut didasarkan pada peran utama mahasiswa, sebagai agent of change mahasiswa ingin mengubah stigma masyarakat agar dapat menerima kaum LGBT. Akan tetapi, sebagai social control mahasiswa juga berkewajiban menjaga tatanan masyarakat agar sesuai dengan norma yang ada.
BAB III
PENUTUP
LGBT (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender) merupakan sebuah istilah yang marak dipakai untuk menekankan keanekaragaman budaya berdasarkan identitas seksualitas dan gender atau penyimpangan orientasi seksual. Kasus LGBT menimbulkan kontroversi di masyarakat. Dari kontroversi tersebut, mahasiswa juga ikut andil di dalamnya dan melihat kasus tersebut dengan cara dan sudut pandang yang berbeda sehingga terdapat kelompok mahasiswa yang pro dan kontra LGBT. Kebebasan hak asasi manusia menjadikan mahasiswa berpihak pada kaum LGBT, namun atas nama norma maupun adat istiadat masyarakat juga membuat mahasiswa menjadi melawan bahkan menolak adanya LGBT.
Berdasarkan sikap mahasiswa terhadap kaum LGBT tersebut, dapat disimpulkan bahwa sikap mahasiswa tersebut didasarkan karena perbedaan sudut pandang, etika dan moral yang dianut mahasiswa. Terlepas dari hal tersebut, mahasiswa memiliki tiga peran utama yaitu sebagai agent of change, social control, dan iron stock. Melalui peran utama mahasiswa yang harus dijalankan tersebut, hendaknya mahasiswa dapat membuat perubahan para LGBT menuju ke arah yang lebih baik agar tatanan masyarakat dapat terjaga. Dalam melakukan hal tersebut kelompok pro dan kontra LGBT telah melakukan tugasnya sebagai mahasiswa dengan baik. Etika dan moral mahasiswa yang telah terbentuk menjadikan mahasiswa peka terhadap permasalahan LGBT yang sedang hangat diperbicarakan dan dapat menyikapinya dengan baik.
DAFTAR PUSTAKA
Sumber Pustaka:
Crooks, Robert, & Baur, Karla. (2005). Our Sexuality (9th ed.). Belmont, CA: Thomson Wadsworth.
Sumber Laman:
indonesia.rbth.com. 2016. Pelegalan Pernikahan Sesama Jenis. Diunduh dari http://indonesia.rbth.com/politics/2015/07/02/pelegalan_pernikahan_sesama_jenis_di_as_picu_berbagai_reaksi_di_kala_28495 pada hari Jumat 6 Mei 2016 pukul 13.01 WIB
jabar.metrotvnews.com. 2016. Mahasiswa di Bandung Raya Tolak LGBT. Diunduh dari http://jabar.metrotvnews.com/read/2016/02/19/486921/mahasiswa-di-bandung-raya-tolak-lgbt pada hari Jumat 6 Mei 2016 pukul 14.50 WIB
news.okezone.com. 2016. Kampus ini fasilitasi Mahasiswa LGBT Diunduh dari http://news.okezone.com/read/2016/01/26/65/1297730/10-kampus-ini-fasilitasi-mahasiswa-lgbt pada hari Sabtu 7 Mei 2016 pukul 19.23 WIB
regional.liputan6.com. 2016. Fenomena LGBT di Kalangan Pelajar Batam Diunduh dari http://regional.liputan6.com/read/2434716/fenomena-lgbt-di-kalangan-pelajar-batam pada hari Jumat 6 Mei 2016 pukul 14.52 WIB
republika.co.id. 2016. Mahasiswa UI Ya Saya Gay. Diunduh dari http://republika.co.id/berita/nasional/umum/16/01/23/o1cx2h361-mahasiswa-ui-ya-saya-gay pada hari Sabtu 7 Mei 2016 pukul 20.34 WIB
www.jpnn.com. 2016. Di Kota Ini Ada 500 LGBT Mayoritas Mahasiswa. Diunduh dari http://www.jpnn.com/read/2016/02/27/359797/Di-Kota-Ini-Ada-500-LGBT-Mayoritas-Mahasiswa- pada hari Minggu 8 Mei 2016 pukul 08.02 WIB