LAPORAN PENDAHULUAN (LP) GANGGUAN AKTIVITAS/ISTIRAHAT
DI SUSUN OLEH : AYUK CUCUK ISKANDAR 20174030005
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH YOGYAKARTA 2017
LAPORAN PENDAHULUAN ASUHAN KEPERAWATAN PASIEN DENGAN GANGGUAN AKTIVITAS/ISTIRAHAT A. Definisi Aktivitas dan Istirahat Aktivitas adalah suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan
untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup. Salah satu tanda kesehatan adalah adanya kemampuan seseorang melakukan aktivitas seperti berdiri, berjalan dan bekerja. Kemampuan aktivitas seseorang tidak terlepas dari keadekuatan sistem persarafan dan muskuloskeletal (Heriana dalam Cahyati, 2017). Aktivitas sendiri sebagai suatu energi atau keadaan bergerak dimana manusia memerlukan hal tersebut agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. (Asmadi dalam Cahyati,
2017).
Jadi
dapat
diartikan
bahwa
gangguan
aktivitas
merupakan
ketidakmampuan seseorang untuk melakukan kegiatan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya (Cahyati, 2017). Aktivitas fisik adalah semua pergerakan tubuh yang melibatkan otot secara aktif dan mengeluarkan energy (Suandana & Sidiartha, 2013). Kata istirahat mempunyai arti sangat luas meliputi bersantai, menyegarkan diri, diam menganggur setelah melakukan aktivitas, serta melepaskan diri dari apapun yang membosankan, menyulitkan atau menjengkelkan.Istirahat mengacu pada kondisi dimana badan mengalami relaksasi dan menjadikan nyaman.diantara mental dan fisik. Secara umum, istirarahat berarti suatu keadaan tenang, rileks, santai tanpa tekanan emosional dan bebas dari perasaan gelisah (Rokhmah, et al., 2016). Idealnya istirahat dapat digantikan dengan aktivitas yang memungkinkan tubuh pulih kembali secara sempurna dari suatu aktivitas sebelum aktivitas dimulai, penggantian ini lebih baik dilakukan secara terjadwal, aktivitas yang berat hendaknya diikuti oleh istirahat yang panjang. Tidur adalah suatu keadaan relatif tanpa sadar yang penuh ketenangan tanpa kegiatan yang merupakan urutan siklus yang berulang-ulang dan masing-masing menyatakan fase kegiatan otak dan badaniah yang berbeda.
B. Fisiologi Pergerakan Pergerakan merupakan rangkaian yang terintegrasi antara sistem muskuloskeletal dan persyarafan.
1. Sistem muskuloskeletal berfungsi sebagai : - Mendukung dan memberi bentuk jaringan tubuh - Melindungi bagian tubuh seperti hati, ginjal, otak dan paru-paru - Tempat melekatnya otot dan tendon
- Sumber mineral seperti garam dan fosfat - Tempat produksinya sel darah 2. Sistem Otot berfungsi sebagai : - Pergerakan - Membentuk postur - Produksi panas karena adanya kontraksi dan relaksasi C. Fungsi dan Tujuan Istirahat Fungsi atau tujuan istirahat adalah:
Mempercepat relaksasi otot dan mengurangi ketegangan otot dan sendi
Memberi kesempatan pada tubuh untuk membentuk kekuatan baru
Menambah kesegaran dan kekuatan untuk melakukan pekerjaan
Melepaskan rasa lelah Tidur mengurangi stress, cemas dan membantu seseorang memperoleh energi untuk
konsentrasi, pertahanan dan memelihara aktivitas sehari-hari, tidur tidak memerlukan pergantian energi yang hilang dalam sehari, kecuali itu suatu penyakit, maka bangunnya relatif lama dan tidurnya tetap konstan. D. Tahap-Tahap Tidur
Tahap-tahap tidur : TahapI : Kesadaran masih penuh, EEG menunjukkan aktivitas yang dalam keadaan sadar ( bangun ) hanya masih sedikit gelombangnya lambat, gerakan bola matalambat, frekuensi nadi dan nafas sedikit menurun, jika dibangunkan individu akan sering menolak karena lelah (ngantuk) TahapII : Relaksasi otot, EEG gelombang lebih teratur dan lambat, pasien masih dapat dibangunkan, denyut jantung dan frekuensi nafas menurun, temperature tubuh menurun. TahapIII : Tidur yang lebih dalam, gambaran EEG lambat, bahkan disertai mendengkur, denyut nadi dan frekuensi nafas lambat. Tahap IV:
Relaksasi total dan dimulainya mimpi, Gambaran EEG sangat memanjang dan gelombangnya lambat,mimpi-mimpi terjadi pada tahap ini, denyut jantung dan frekuensi nafas menurun 20-30%. E. Faktor Predisposisi a. Penyakit Fisik
Setiap penyakit menyebabkan nyeri, ketidaknyamanan fisik atau masalah suasana hati seperti kecemasan atau depresi dapat menyebabkan masalah tidur. Seseorang dengan perubahan seperti itu mempunyai masalah kesulitan tidur atau tetap tertidur. Penyakit juga dapat memaksa klien untuk tidur dalam posisi yang tidak biasa. Sebagai contoh, memperoleh posisi yang aneh saat dengan atau lengan di imobilisasi pada traksi dapat mengganggu tidur. b. Obat-obatan dan substansi Mengantuk dan deprivasi tidur adalah efek samping medikasi yang umum. Medikasi yang diresepkan untuk tidur seringkali member banyak masalah daripada keuntungan. Orang dewasa muda dan dewasa tengah dapat tergantung pada obat tidur untuk mengatasi stressor gaya hidupnya. Lansia seringkali menggunakan varrasi obat untuk mengontrol atau mengatasi penyakit kroniknya dan efek kombinasi dari beberapa obat dapat mengganggu tidur secara serius. L-triptofan, suatu protein alami ditemukan dalam makanan seperti susu, keju dan daging dapat membantu orang tidur. c. Gaya Tidur Rutinitas harian seseorang mempengaruhi pada tidur. Jam internal tubuh diatur pukul 22, tetapi sebaliknya jadwal kerja memaksa untuk tidur pada pukul 9 pagi. Individu mampu untuk tidur hanya selama 3 sampai 4 jam karena jam tubuh mempersepsikan
bahwa
ini
adalah
waktu
terbangun
dan
aktif.
Kesulitan
mempertahankan kesadaran selama waktu kerja menyebabkan penurunan dan bahkan penampilan yang berbahaya. d. Pola tidur yang biasa dan mengantuk yang berlebihan pada saing hari (EDS) EDS sering kali menyebabkan kerusakan pada fungsi terjaga, penampilan kerja atau sekolah yang buruk, kecelakaan saat mengemudi atau menggunakan peralatan dan masalah prilaku atau emosional. Mengantuk menajdi patologis ketika mengantuk terjadi pada waktu ketika individu harus atau ingin terjaga. Kurang tidur yang kronis jauh lebih serius daripada kehilangan tidur yang sementara dan menyebabkan
perubahan serius dalam kemampuan untuk melakukan fungsi sehari-hari. EDS cenderung menjadi paling sulit diatasi selama tugas yang menetap. f. Stres Emosional Kecemasan tentang masalah pribadi atau situasi dapat menganggu tidur. Stress emosional dapat menyebabkan seseorang menjadi tegang dan sering kali mengarah frustasi apabila tidak tidur. Stress yang menyebabkan seseorang menyebabkan terlalu keras untuk tertidur, sering terbangun selama siklus tidur stress yang berlanjut dapat menyebabkan kebiasaan tidur yang buruk. Lansia juga seperti individu lain yang mengalami masalah perasaan depresi, sering juga mengalami perlambatan untuk jatuh tertidur, munculnya tidur REM secara dini, seringkali terjaga, peningkatan total waktu tidur, perasaan tidur yang kurang dan terbangun cepat g. Lingkungan Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur. Ventilasi yng baik adalah esensial untuk tidur yang tenang. Ukuran, kekerasan dan posisi tempat tidur rumah sakit seringkali mempengaruhi kualitas tidur. Suara juga mempengaruhi tidur. Tingkat suara yang diperlukan untuk membangunkan orang tergantung pada tahap tidur h. Latihan Fisik dan Kelelahan Lingkungan fisik tempat seseorang tidur berpengaruh penting pada kemampuan untuk tertidur dan tetap tertidur. Ventilasi yng baik adalah esensial untuk tidur yang tenang. Ukuran, kekerasan dan posisi tempat tidur rumah sakit seringkali mempengaruhi kualitas tidur. Suara juga mempengaruhi tidur. Tingkat suara yang diperlukan untuk membangunkan orang tergantung pada tahap tidur i. Asupan Makanan dan Kalori Orang tidur lebih baik ketika sehat ehingga mengikuti kebiasaan makan yang baik adalah penting untuk kesehatan yang tepat dan tidur. Makan besar, berat, dan berbumbu pada makan malam dapat menyebabkan tidak dapat dicerna yang menganggu tidur. Alergi makanan menyebabkan insomnia.
F. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Tidur a. Umur Semakin bertambah umur manusia semakin berkurang total waktu kebutuhan tidur. Hal ini dipengaruhi oleh pertumbuhan dan fisiologis dari sel-sel dan organ. Kebutuhan tidur menurut usia :
Umur
Kebutuhan tidur
0-1 bulan
14-18 jam/hari
1-18 bulan
12-14 jam/hari
18 bulan-3 tahun
11-12 jam/hari
3-6 tahun
11 jam/hari
Tahun
10 jam/hari
Ahun
8,5 jam/hari
18-40 tahun
7-8 jam/hari
40-60 tahun
7 jam/hari
60 tahun ke atas
6 jam/hari (A.Aziz Azimul dalam Eldo ,2016)
Selain faktor usia faktor lain yang mempengaruhi kebutuhan tidur adalah latihan dan tingkat kelelahan, konsumsi obat, motivasi, Kebiasaan dan lingkungan, status kesehatan, dan Psikis seseorang. b. Penyakit Hal ini umumnya terjadi pada klien dengan nyeri, kecemasan, dispnea. Pada kasus penyakit akibat digigit nyamuk tse-tse. Juga pada kasus tertentu dengan klien gangguan hipertiroid. c. Motivasi Niat seseorang untuk tidur mempengaruhi kualitas tidur seperti menonton, main game atau hal-hal lain yang dapat menyebabkan penundaan waktu anda untuk tidur. d. Emosi Suasana hati, marah, cemas dan stres dapat menyebabkan seseorang tidak bisa tidur atau mempertahankan tidur. e. Lingkungan Lingkungan yang tidak kondusif seperti di dekat bandara atau di tepi jalan-jalan umum atau di tempat-tempat umum yang menimbulkan kebisingan. f. Obat – obatan Penggunaan atau ketergantungan pada penggunaan obar-obat tertentu seperti golongan sedative, hipnotika dan steroid. g. Makanan dan minuman Pola dan konsumsi makanan yang mengandung merica, gas/air yang banyak, pola dan konsumsi minuman yang mengandung kafein ,gas dll. h. Aktivitas Kurang beraktivitas dan atau melakukan aktivitas yang berlebihan justru akan menyebabkan kesulitan untuk memulai tidur.
G. Patofisiologi Tidur Pengontrolan siklus yang dialami selama tidur berpusat pada kedua tempat khusus di batang otak yaitu Reticularis Activiting System (RAS) dan Bulbar SynchconitingRegion BSR) di medulla. Dua system RAS dan BSR diperkirakan terjadinya kegiatan/pergerakan yang intermiten dan selanjutnya menekan pusat-pusat otak. Rasdihubungkan dengan pernyataan tubuh tentang kewaspadaan dan menerima impulssensori, seperti stimulus auditory, visual, nyeri dan stimulus taktil. Stimulus sensori inimempertahankan keadaan bangun dan waspada. Selama tidur tubuh mengirim sedikitsekali stimulus dari korteks cerebri.atau reseptor sensori perifer pada RAS. Individu bangun dari tidur jika celah peningkatan dari stimulus BSR meningkat pada saat tidur.Terjadinya insomnia dimungkinkan RAS dan BSR tidak bekerja dengan semestinya di batang otak (Johnson dalam Eldo, 2016) H. Pengkajian
FORMAT PENGKAJIAN POLA GORDON I.
Pengkajian A. Identitas a. Identitas pasien Identitas pasien meliputi : Nama, Umur, Agama, Jenis Kelamin, Status, Pendidikan, Pekerjaan, Suku Bangsa, Alamat, Tanggal Masuk, Tanggal Pengkajian, No. RM, dan Diagnosa Medis. b. Identitas penanggung Jawab Identitas penanggung jawab meliputi : Nama, Umur, Hub. Pasien, Pekerjaan, Alamat. B. Status Kesehatan a. Status Kesehatan saat ini
-
Keluhan Utama :
-
Alasan masuk RS :
-
Upaya yang dilakukan :
b. Statu Kesehatan masa lalu
-
Penyakit yang pernah dialami:
-
Pernah dirawat :
-
Alergi :
-
Kebiasaan (merokok/kopi/alkohol) :
c. Riwayat Penyakit Keluarga d. Diagnosa Medis dan Terapi Dx medis :
Terapi
:
C. Pola Kebutuhan Dasar a. Pola Persepsi dan manajemen Kesehatan b. Pola Nutrisi Pengukuran Anthropometri
a. Berat Badan ideal: (Tinggi Badan-100)±10% b. Body massa index = BB(Kg)/ TB(m2)
Pengukuran Biochemical (Laboratorium)
a. Albumin (Normal:4-4,5 mg/100ml) b. Transferin (Normal: 170-250 mg/100ml) c. Hemoglobin/ Hb (Normal:12 mg%) d. BUN (Normal: 10-20 mg/100ml) e. Eskresi kreatinin untuk 24 jam (Normal: laki-laki:0,6-13 mg/100ml, perempuan:0,5-1,0 mg/100ml) c. Pola Eliminasi (BAB dan BAK) d. Pola Aktivitas dan Latihan 1.
Makan (Feeding)
2.
Mandi (Bathing)
3.
Perawatan diri (Grooming)
4.
Berpakaian (Dressing)
5.
Buang air kecil (Bowel)
6.
Buang air besar (Bladder)
7.
Penggunaan
0 = Tidak mampu 1 = Butuh bantuan memotong, mengoles mentega dll. 2 = Mandiri 0 = Tergantung orang lain 1= Mandiri 0 = Membutuhkan bantuan orang lain 1 = Mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan bercukur 0 = Tergantung orang lain 1= Sebagian dibantu (misal mengancing baju) 2 = Mandiri 0 = Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak terkontrol 1= Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam) 2 = Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari) 0 = Inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema) 1 = Kadang Inkontensia (sekali seminggu) 2 = Kontinensia (teratur) 0 = Tergantung bantuan orang lain
toilet
8.
Transfer
9.
Mobilitas
10.
Naik turun tangga
1 = Membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan beberapa hal sendiri 2 = Mandiri 0 = Tidak mampu 1 = Butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang) 2 = Bantuan kecil (1 orang) 3 = Mandiri 0 = Immobile (tidak mampu) 1 = Menggunakan kursi roda 2 = Berjalan dengan bantuan satu orang 3 = Mandiri (meskipun menggunakan alat bantu seperti, tongkat) 0 = Tidak mampu 1 = Membutuhkan bantuan (alat bantu) 2 = Mandiri
Interpretasi hasil : 20
: Mandiri
12-19 : Ketergantungan Ringan 9-11
: Ketergantungan Sedang
5-8
: Ketergantungan Berat
0-4
: Ketergantungan Total
e. Pola Persepsi dan konsep diri f. Pola istirahat dan tidur g. Pola peran dan hubungan h. Pola seksual dan reproduksi i. Pola stress-koping j. Pola nilai dan kepercayaan I. Diagnosa Keperawatan
1. Insomnia
Batasan karakteristik Bangun terlalu dini Gangguan pola tidur Gangguan status kesehatan Gangguan tidur yang berdampak pada
Faktor yang berhubungan Agens farmaseutikal Aktivitas fisik harian rata-rata kurang dari yang dianjurkan menurut usia dan jenis kelamin Ansietas
keesokan harinya Kesulitan memulai tidur Kesulitan tidur nyenyak Kurang bergairah Peningkatan terjadi kecelakaan Penurunan kualitas hidup Perubahan afek Perubahan konsentrasi Perubahan mood Pola tidur tidak menyehatkan Sering membolos Tidur tidak memuaskan
Berduka Depresi Faktor lingkungan Hygiene tidur tidak adekuat Ketakutan Ketidaknyamanan fisik Konsumsi alkohol Perubahan hormonal Sering mengantuk Stressor
2. Kesiapan Meningkatkan Tidur Batasan Karakteristik a) Menyatakan minat meningkatkan tidur 3. Gangguan Pola tidur Batasan Karakteristik Kesulitan jatuh tertidur Ketidakpuasan tidur Menyatakan tidak merasa cukup istirahat Penurunan kemampuan berfungsi Perubahan pola tidur normal Sering terjaga tanpa jelas penyebabnya
Faktor yang Berhubungan Gangguan karena pasangan tidur Halangan lingkungan Imobilisasi Kurang privasi Pola tidur tidak menyehatkan
Daftar Pustaka
Cahyati, D. E. (2017, April 9). Laporan Pendahuluan KDM tentang Gangguan Aktivitas . Retrieved Desember 11, 2017, from http://dwiendahc.blogspot.co.id/2017/04/laporan pendahuluan-kdm-tentang.html Eldo, J. (2016, Agustus 16). laporan pendahuluan istirahat tidur . Retrieved Desember 12, 2017, from Kumpulan Asuhan Keperawatan: https://jamalaeldolaides.blogspot.co.id/2016/08/laporan-pendahuluan-istirahattidur.html Herdman, T. H. (Ed.). (2015). NANDA International Inc. Diagnosis Keperawatan: Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10. Jakarta: EGC. Rokhmah, L., Fitriana, N. D., Cahyani, M. D., Homsi yah, Susanto, A., Suparwito, F. A., et al. (2016). Tugas Makalah IKD IV Konsep Istirahat dan Tidur. PSPN FK Universitas Airlangga. Suandana, I. N., & Sidiartha, I. G. (2013). Hubungan Aktivitas Fisik dengan Obesitas pada Anak Sekolah Dasar. 1-13.