SYOK KARDIOGENIK DAN IABP (INTRA AORTIC BALOON PUMP) LAPORAN PENDAHULUAN
Untuk Memenuhi Tugas Profesi Departemen Medikal Ruang 5-CVCU RSUD dr. Saiful Anwar Malang
SYOK KARDIOGENIK 1. Definisi Syok adalah suatu sindrom klinis yang ditandai dengan adanya gangguan system sirkulasi
yang
mengakibatkan
tidak
adekuatnya
perfusi
dan
oksigenasi
untuk
mempertahankan metabolism aerobic sel secara normal (Rifki Az, 2013). Syok dapat dibedakan menjadi : a. Syok hipovolemik : disesbabkan kurang volume darah intravaskuler. b. Syok kardiogenik : disebabkan kegagalan jantung untuk memompa darah. c. Syok sepsis : disebabkan oleh produksi toksin atau infeksi d. Syok neurologic : disebabkan perubahan perubahan tegangan vaskuler e. Syok anaphylactic : disebabkan reaksi imunologik Syok kardiogenik didefinisikan sebagai adanya tanda-tanda hipoperfusi jaringan yang diakibatkan oleh gagal jantung rendah preload dikoreksi. Tidak ada definisi yang jelas dari parameter hemodinamik, akan tetapi syok kardiogenik biasanya ditandai dengan penurunan tekanan darah (sistolik kurang dari 90 mmHg, atau berkurangnya tekanan arteri rata-rata lebih dari 30 mmHg) dan atau penurunan pengeluaran urin (kurang dari 0,5 ml/kg/jam)
2. Etiologi Syok kardiogenik biasanya disebabkan oleh karena gangguan mendadak fungsi jantung atau akibat penurunan fungsi kontraktil jantung kronik. Secara praktis syok kardiogenik timbul karena gangguan mekanik atau miopatik, bukan akibat gangguan elektrik primer. Syok kardiogenik diakibatkan oleh kerusakan bermakna pada miokardium ventrikel kiri yang ditandai oleh gangguan fungsi ventrikel kiri, yang m engakibatkan gangguan berat pada perfusi jaringan dan penghantaran oksigen ke jaringan. Penyebab dari syok k ardiogenik dibagi dalam : a. Gangguan ventrikular ejection
1) Infark miokard akut 2) Miokarditis akut 3) Komplikasi mekanik : -
Regurgitasi mitral akut akibat ruptur atau disfungsi otot papilaris
-
Ruptur septum interventrikulorum
-
Ruptur free wall
-
Aneurisma ventrikel kiri
h. Faktor ekstramiokardial : obat-obatan penyebab hipotensi atau hipovolemia
4. Manifestasi Klinis Beberapa manifestasi klinis yang dapat muncul pada penderita syok ka rdiogenik diantaranya yaitu : a. Hypotensi : tekanan darah sistol kurang dari 80 mmHg b. Nadi cepat/lemah takipnea c. Crackles/whezing
edema
paru
d. Kulit: dingin, pucat, sianosis Kulit: dingin, pucat, sianosi e. Status mental; letargi, koma f.
Edema , CVP meningkat, aritmia (tidak ada denyut nadi)
g. Nyeri dada yang berkelanjutan, dyspnea (sesak/sulit bernafas), tampak pucat, dan apprehensive (anxious, discerning, gelisah, takut, cemas) h. Keluaran (output) urin kurang dari 30 mL/jam (oliguria). i.
Diaphoresis (diaforesis, diaphoretic, berkeringat, mandi keringat, hidrosis)
j.
Distensi vena jugulari
k. Kardiogenik menyebabkan CO/MAP menurun
kompensasi;
HR meningkat
mengukur tekanan ventrikel kiri dan curah jantung sangat penting untuk mengkaji beratnya masalah dan mengevaluasi penatalaksanaan yang telah dilakukan. Peningkatan tekananakhir diastolik ventrikel kiri yang berkelanjutan (LVEDP = Left Ventrikel End Diastolik Pressure) menunjukkan bahwa jantung gagal untuk berfungsi sebagai pompa yang efektif.
6. Pemeriksaan Penunjang
a. Electrocardiography (elektrokardiografi) Hasil/pembacaan electrocardiogram menurut Fauci AS, et.al. (2008): Pada pasien karena infark miokard akut dengan gagal ventrikel kiri (LV failure), gelombang Q (Q waves) dan/atau >2-mm ST elevation pada multiple leads atau left bundle branch block biasanya tampak. Lebih dari setengah (> 50%) dari semua infark yang berhubungan dengan syok adalah anterior. Global ischemia karena severe left main stenosis biasanya disertai dengan depresi ST berat (>3 mm) pada multiple leads. b. Radiografi Radiografi dada (chest roentgenogram) dapat terlihat normal pada mulanya atau
1) Fungsi ventrikel kiri yang buruk (poor left ventricular function). 2) Menilai keutuhan katub (assessing valvular integrity). 3) Menyingkirkan penyebab lain syok, seperti: cardiac tamponade. Selain itu penting untuk menilai hipokinesis berat ventrikel difus atau segemental (bila berasal dari infark miokard), efusi pericardial, katup mitral dan aorta, rupture septum dan pintasan intrakardiak. d. Kateterisasijantung. Umumnya tidak perlu kecuali pada kasus tertentu untuk mengetahui anatomi pembuluh darah koroner dan fungsi ventrikel kiri untuk persiapan bedah pintas koroner atau angioplasty koroner transluminasi perkutan. Untuk menunjukkan defek mekanik pada septum ventrikel atau regurgitasi mitral akibat disfungsi atauy rupture otot papilaris. e. Laboratorium 1) Pemeriksaan darah lengkap dan elektrolit darah tetap diperlukan untuk evaluasi secara keseluruhan meskipun tidak berguna di dalam membuat diagnosis awal (initial diagnosis).
5) Gas darah arteri (arterial blood gases) biasanya menunjukkan hypoxemia dan metabolic acidosis, dimana dapat dikompensasi oleh respiratory alkalosis. 6) Petanda jantung (cardiac markers), creatine phosphokinase dan MB fractionnya, jelas meningkat, begitu juga troponins I dan T.
7. Penatalaksanaan
Ada berbagai pendekatan pada penatalaksanaan syok kardiogenik. Setiap disritmia mayor harus dikoreksi karena mungkin dapat menyebabkan atau berperan pada terjadinya syok. Bila dari hasil pengukuran tekanan diduga atau terdeteksi terjadi hipovolemia atau volume intravaskuler rendah. Pasien harus diberi infus IV untuk menambah jumlah cairan dalam sistem sirkulasi. Bila terjadi hipoksia, berikan oksigen, kadang dengan tekanan positif bila aliran biasa tidak mencukupi untuk memenuhi kebutuhan jaringan. Farmakoterapi. Terapi medis dipilih dan diarahkan sesuai dengan curah jantung dan tekanan darah arteri rerata. Salah satu kelompok obat yang biasa digunakan adalah
Balon dikembangkan selam diastole ventrikel dan dikempiskan selama sistole dengan kecepatan yang sama dengan frekuensi jantung. IABP akan menguatkan diastole,yang mengakibatkan peningkatan perfusi arteria koronaria jantung. IABP dikempiskan selama sistole, yang akan mengurangi beban kerja ventrikel. Penatalaksanaan yang lain : a. Istirahat b. Diit, diit jantung, makanan lunak, rendah garam c. Pemberian digitalis, membantu kontraksi jantung dan memperlambat frekuensi jantung. Hasil yang diharapkan peningkatan curah jantung, penurunan tekanan vena, dan volume darah dan peningkatan diuresis akan mengurangi edema. Pada saat pemberian ini pasien harus dipantau terhadap hilangnya dispnea, ortopnea, berkurangnya krekel, dan edema perifer. Apabila terjadi keracunan ditandai dengan anoreksia, mual dan muntah namun itu gejala awal selanjutnya akan terjadi perubahan irama, bradikardi kontrak ventrikel premature, bigemini (denyut normal dan premature saling bergantian), dan takikardia atria proksimal. d. Pemberian diuretik, yaitu untuk memacu ekskresi natrium dan air melalui ginjal. Bila sudah diresepkan harus diberikan pada siang hari agar tidak menganggu
Daftar Pustaka
Abrutyn, E. Fauci et Al Ed . Harrison’s Principles of internal Medicine. 17 th . Ed. America : McGrawHill Antman, EM; Anbe, DT; Armstrong, PW; Bates, ER; Green, LA; Hand, M; Hochman, JS; Krumholz, HM; Kushner, FG; Lamas, GA; Mullany, CJ; Ornato, JP; Pearle, DL; Sloan, MA; Smith, SC. 2004. ACC/AHA Guidelines for the Management of Patients with STelevation
Myocardial
Infarction:
a
Report
of
the
American
College
of
Cardiology/American Heart Association Task Force on Practice Guidelines (Committee to Revise the 1999 Guidelines for the Management of Patients With Acute Myocardial Infarction). Circulation. 110;588-636. Bakta I Made & Ketut . 1999. Gawat Darurat di Bidang Penyakit Dalam. Jakarta : EGC Braunwald, Fauci, Isseibacher, Martin, Kasper, Wilson. Harrison Prinsip-Prinsip Ilmu Penyakit Dalam vol 3. edisi 13. EGC Jakarta. 2000. Hal: 1208-1213 Brunner & Suddart. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal- Bedah Edisi 8. Jakarta : EGC Cheitlin MD, Mclory MB, Sokolow M. Clinical Crdiology. 6th ed. California: Prentise Hall International Inc. 1993. Hal. 210-215
Guyton AC. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Edisi 7. EGC. Jakarta. 389-391 12. Dudley HAF. Hamilton Bailey Ilmu Bedah Gawat Darurat. Edisi 11. Gadjah Mada University Press. 1992. Hal: 14-29
ASUHAN KEPERAWATAN No Dx 1
Diagnosa Keperawatan
Tujuan Kriteria Standart
Intervensi
Penurunan curah jantung Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama b.d kontraktilitas 3x24 jam, terdapat perbaikan penurunan curah miokardi jantung
NOC 1. Cardiac pump effectiveness No 1
Indikator
1
2
3
4
5
TD
2
Kelelahan
3
Sianosis
Keterangan Penilaian : 1 : Severe deviation from normal range. 2 : Substantial deviation from normal range. 3 : Moderate deviation from normal range. 4 : Mild deviation from normal range. 5 : No deviation from normal range.
1. Cardiac care. a. Auskultasi suara jantung b. Pastikan level aktivitas yang tidak mempengaruhi kerja jantung yang berat c. Tingkatkan secara bertahap aktivitas ketika kondisi klien stabil, misal aktivitas ringan yang disertai masa istirahat d. Monitor TTV secara teratur e. Monitor kardiovaskuler status f. Atur periode aktifitas dengan istirahat untuk menghindari kelelahan. g. Instrusikan pasien untuk melaporkan adanya ketidaknyamanan di dada. h. Lakukan penilaian konprehensif sirkulasi perifer (edema, CRT, warna, temperature dan nadi perifer) i. Instrusikan pasien dan keluarga tentang pembatasan dan progres aktifitas klien
TT
No Dx 2
Diagnosa Keperawatan Gangguan pertukaran gas b.d perubahan membrane kapiler
Tujuan Kriteria Standart
Intervensi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, terdapat perbaikan oksigenasi jaringan. NOC 1. Cardiopulmonary Status. 2. Respiratory status No Indikator 1 1 RR 2
Saturasi Oksigen
3
Tekanandarah sistole dan diastole
2
3
4
5
Keterangan Penilaian : 1 : Severe deviation from normal range. 2 : Substantial deviation from normal range. 3 : Moderate deviation from normal range. 4 : Mild deviation from normal range. 5 : No deviation from normal range.
Ventilation Assistance 1. Pertahankan kepatenan airway 2. posisikan klien untuk mengurangi dispnea 3. posisikan untuk meringankan respirasi klien ( meninggikan bed) 4. monitor efek dari posisi terhadap saturasi Oksigen 5. auskultasi suara nafas 6. monitor otot bantu nafas. 7. monitor status respirasi dan oksigen 8. ajarkan teknik pursed lip-breathing 9. ajarkan pola nafas efektif.
TT
No Dx 3
Diagnosa Keperawatan Intoleransi aktifitas b.d ketidakseimbangan pemenuhan O2 terhadap kebutuhan tubuh.
Tujuan Kriteria Standart
Intervensi
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, kemampuan aktifitas klien membaik NOC 1. activity tolerance
No 1
TD
Indikator
2
RR
3
Nadi dengan aktifitas
4.
Kemampuan beraktifitas
1
2
3
4
5
Keterangan Penilaian : 1 : Severe deviation from normal range. 2 : Substantial deviation from normal range. 3 : Moderate deviation from normal range. 4 : Mild deviation from normal range. 5 : No deviation from normal range.
1. Activity Theraphy a. Monitoring kemampuan pasien untuk melakukan aktivitas spesifik seperti duduk di tempat tidur, berjalan, buang air kecil di kamar mandi. b. Bantu pasien dan keluarga mengidentifikasi ketidakadekuatan aktifitas. c. Bantu pasien untuk mengembangkan motivasi dan berikan pujian. 2. Energy management a. Monitor status fisiologis pasien seperti TTV (nadi, TD, RR) yang mengindikasikan kelelahan. b. Monitor respon kardio respirasi terhadap aktivitas seperti adanya takikardi, disritmia, gelompang EKG, dispeneu, sesak, RR
TT