BAB I PENDAHULUAN A. TUJUAN
Untuk mengetahui ancaman budaya asing di indonesia dan upaya penanganannya. B. LATAR BELAKANG
Seiring dengan kian pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi, arus globalisasi juga semakin menyebar ke segenap penjuru dunia. Penyebarannya berlangsung secara cepat dan meluas, tak terbatas pada negara-negara maju dengan pertumbuhan ekonomi tinggi, tapi juga melintasi batas negara-negara berkembang dan miskin dengan pertumbuhan ekonomi rendah. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi dengan derasnya arus globalisasi merupakan dua proses yang saling terkait satu sama lain. Keduanya saling mendukung. Tak ada globalisasi tanpa kemajuan teknologi informasi dan komunikasi. Perkembangan teknologi informasi dan komunikasi juga berjalan lambat jika masyarakat tidak berpikir secara global. Dalam konteks itu, globalisasi menjadi sebuah fenomena yang tak terelakkan (Scholte 2001). Semua golongan, suka atau tidak suka, harus menerima kenyataan bahwa globalisasi merupakan sebuah virus mematikan yang bisa berpengaruh buruk pada pudarnya eksistensi budaya-budaya lokal atau sebuah obat mujarab yang dapat menyembuhkan penyakit-penyakit tradisional yang berakar pada kemalasan, kejumudan, dan ketertinggalan. Oleh karena globalisasi diusung oleh negara-negara maju (baca: Barat) yang memiliki budaya berbeda dengan negara-negara berkembang, maka nilai-nilai Barat bisa menjadi ancaman bagi kelestarian nilai-nilai lokal di negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Harus diakui, aktor utama dalam proses globalisasi masa kini adalah negaranegara maju. Mereka berupaya mengekspor nilai-nilai lokal di negaranya untuk
disebarkan ke seluruh dunia sebagai nilai-nilai global. Mereka dapat dengan mudah melakukan itu karena mereka menguasai arus teknologi informasi dan komunikasi lintas batas negara-bangsa. Sebaliknya, pada saat yang sama, negara-negara berkembang tak mampu menyebarkan nilai-nilai lokalnya karena daya kompetitifnya yang rendah. Akibatnya, negara-negara berkembang hanya menjadi penonton bagi masuk dan berkembangnya nilai-nilai negara maju yang dianggap nilai-nilai global ke wilayah negaranya. Bagi Indonesia, merasuknya nilai-nilai Barat yang menumpang arus globalisasi ke kalangan masyarakat Indonesia merupakan ancaman bagi budaya asli yang mencitrakan lokalitas khas daerah di negeri ini. Kesenian-kesenian daerah seperti ludruk, ketoprak, wayang, gamelan, dan tari menghadapi ancaman serius dari berkembangnya budaya pop khas Barat yang semakin diminati masyarakat karena dianggap lebih modern. Ketika internet semakin berkembang, pada saat itulah arus komunikasi dan informasi dari segala penjuru dunia melintasi batas negara-bangsa dengan sangat cepat yang menandai pula dimulainya tekanan terhadap budaya lokal. C. RUMUSAN MASALAH
a. Apa penyebab masuknya budaya asing ke Indonesia b. Bagaimana ancaman dari budaya asing terhadap Bangsa Indonesia c. Bagaimana upaya untuk menanggulangi dampak negatif perkembangan budaya asing di Indonesia
BAB II PEMBAHASAN A. PENGERTIAN BUDAYA
Budaya atau kebudayaan secara
entimologi
berasal
dari bahasa
Sanskerta yaitu buddhayah, yang merupakan bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) yang kemudian diartikan sebagai hal-hal yang berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa Inggris, kebudayaan disebut culture, yang berasal dari kata Latin Colere, yaitu mengolah atau mengerjakan atau dapat pula diartikan sebagai mengolah tanah atau bertani. Kata culture juga kadang diterjemahkan sebagai "kultur" dalam bahasa Indonesia. Budaya merupakan suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Kebudayaan nasional adalah kebudayaan yang diakui sebagai identitas nasional. Definisi kebudayaan nasional menurut TAP MPR No.II tahun 1998 , yakni: “Kebudayaan nasional yang berlandaskan Pancasila adalah perwujudan cipta, karya dan karsa bangsa Indonesia dan merupakan keseluruhan daya upaya manusia Indonesia untuk mengembangkan harkat dan martabat sebagai bangsa, serta diarahkan untuk memberikan wawasan dan makna pada pembangunan nasional dalam segenap bidang kehidupan bangsa. Dengan demikian Pembangunan Nasional merupakan
pembangunan
yang
berbudaya.Departemen
Pendidikan
dan
Kebudayaan, Wujud, Arti dan Puncak-Puncak Kebudayaan Lama dan Asli bagi Masyarakat Pendukungnya, Semarang: P&K, 199 ” Kebudayaan nasional dalam pandangan Ki Hajar
Dewantara adalah
“puncak - puncak dari kebudayaan daerah”. Kutipan pernyataan ini merujuk pada paham kesatuan makin dimantapkan, sehingga ketunggalikaan makin lebih dirasakan daripada kebhinekaan. Wujudnya berupa negara kesatuan, ekonomi
nasional,
hukum
nasional,
serta bahasa
nasional. Definisi
yang
diberikan
oleh Koentjaraningrat dapat dilihat dari peryataannya: “yang khas dan bermutu dari suku bangsa mana pun asalnya, asal bisa mengidentifikasikan diri dan menimbulkan rasa bangga, itulah kebudayaan nasional”. Pernyataan ini merujuk pada puncak puncak kebudayaan daerah dan kebudayaan suku bangsa yang bisa menimbulkan rasa bangga bagi orang Indonesia jika ditampilkan untuk mewakili identitas bersama. Nunus Supriadi, “Kebudayaan Daerah dan Kebudayaan Nasional” Pernyataan yang tertera pada GBHN tersebut merupakan penjabaran dari UUD 1945 Pasal 32. Dewasa ini tokoh-tokoh kebudayaan Indonesia sedang mempersoalkan eksistensi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional terkait dihapuskannya tiga kalimat penjelasan pada pasal 32 dan munculnya ayat yang baru. Mereka mempersoalkan adanya kemungkinan perpecahan oleh kebudayaan daerah jika batasan mengenai kebudayaan nasional tidak dijelaskan secara gamblang. Sebelum di amendemen, UUD 1945 menggunakan dua istilah untuk mengidentifikasi kebudayaan daerah dan kebudayaan nasional. Kebudayaan bangsa, ialah kebudayaan-kebudayaan lama dan asli yang terdapat sebagi puncak-puncak di daerah-daerah di seluruh Indonesia, sedangkan kebudayaan nasional sendiri dipahami sebagai kebudayaan bangsa yang sudah berada pada posisi yang memiliki makna bagi seluruh bangsa Indonesia. Dalam kebudayaan nasional terdapat unsur pemersatu dari Banga Indonesia yang sudah sadar dan mengalami persebaran secara nasional. Di dalamnya terdapat unsur kebudayaan bangsa dan unsur kebudayaan asing, serta unsur kreasi baru atau hasil invensi nasional. B. UU DAN PERATURAN LAINNYA TENTANG BUDAYA
1.
Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan Hidup. Di dalam undang-undang ini dimaksudkan untuk melindungi
lingkungan hidup dari kerusakan dampak berbagai kegiatan pembangunan. Dalam RUU Kebudayaan perlu diatur tentang pengelolaan warisan budaya yang pemanfaatannya harus berwawasan pada pelestarian, sejalan dengan pengembangan yang berkelanjutan ”sustainable development”. 2.
Undang-Undang nomor 5 tahun 1992 tentang Benda Cagar Budaya pada intinya mengatur tentang perlindungan tentang benda cagar budaya sebagai kekayaan budaya bangsa yang penting artinya bagi pemahaman sejarah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan. Lingkup pengaturan tersebut jelas menyebutkan benda ”tangible” alam dan buatan manusia, situs, yang dapat dimanfaatkan untuk kepentingan agama, sosial, pendidikan, ilmu pengetahuan, kebudayaan dan pariwisata, dengan demikian jelas bahwa pengaturan Undang-undang Cagar budaya ini hanya sebagian dari lingkup kebudayaan yang lebih menekankan pada benda ”tangible” .
3.
Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2002 tentang Hak Cipta. Dalam RUU Kebudayaan yang diatur berkenaan dengan hak cipta berkaitan dengan hak bagi setiap orang maupun kelompok untuk berekspresi dan berkreasi dalam melahirkan karya baru sebagai hasil inovasi dan adaptasi budaya.
4.
Konvensi perlindungan tentang ”budaya yang Tak Benda” yaitu: Convention for The Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage, tahun 2003 yang telah diratifikasi dengan Keputusan Presiden No. 62 tahun 2007, yang secara garis besar memberikan kesepakatan untuk melindungi, meneruskan dan mempromosikan budaya dengan tetap menghargai keragaman budaya dan kreatifitas manusia, yang didasarkan atas komunitas, group atau individu serta penghargaan kepada ketentuan hak azasi manusia sebagai suatu instrument, namun juga menghargai komunitas maupun sebagai individu, dan pengembangan secara berkelanjutan.
C. PENYEBAB MASUKNYA BUDAYA ASING KE INDONESIA
1.
Kurangnya penjagaan yang ketat di wilayah gerbang Indonesia Dalam gerbang wilayah Indonesia, sepertinya kurang adanya badan seleksi khusus yang bisa menyeleksi budaya-budaya asing negatif yang masuk ke Indonesia. Seperti masih banyaknya gambar serta video tidak pantas yang didatangkan dari luar.
2.
Lifestyle yang berkiblat pada barat Saat ini banyak masyarakat Indonesia yang meniru gaya hidup atau lifestyle orang-orang bule atau lebih berkiblat kebarat-baratan, yakni melakukan sex bebas, berpakaian mini, gaya hidup bebas tanpa ikatan atau biasa sering kita sebut dengan kumpul kebo. Istilah ini digunakan kepada pasangan yang bukan muhrimnya tetapi tinggal seatap tidak dalam tali pernikahan. Di Indonesia, gaya hidup ini tidak dibenarkan karena menyalahi beberapa norma yakni norma agama, norma kesusilaan, norma kesopanan. Sanksi yang diberikan bagi yang melanggar juga cukup berat terutama pada lingkungan sekitarnya. Orang-orang yang melakukan “kumpul kebo” atau tinggal serumah tanpa ikatan pernikahan ini akan dipandang kurang pantas oleh warga sekitar. Sanksi yang diberikan masyarakat tidak berat tetapi cukup menyakitkan karena bisa-bisa akan mengucilkan orang yang melakukan kegiatan ini.
3.
Penyalahgunaan Teknologi Pemanfaatan teknologi yang salah dapat mempermudah arus masuknya budaya asing yang negatif. Contohnya pada Internet, sekarang ini internet banyak disalahgunakan untuk hal-hal negatif, seperti ada situs-situs tidak pantas, melakukan hal penipuan, dll.
Menurut “Soerjono Soekanto” (2006 : 287) faktor -faktor yang mendorong terjadinya pergeseran budaya antara lain : 1.
Kontak dengan kebudayaan lain.
2.
Sistem pendidikan formal yang maju.
3.
Sikap menghargai hasil karya seseorang dan keinginan-keinginan untuk maju.
4.
Toleransi terhadap perbuatan-perbuatan menyimpan yang bukan delik.
5.
Sistem terbuka lapisan masyarakat
6.
Penduduk yang heterogen.
7.
Ketidakpuasan masyarakat terhadap bidang-bidang kehidupan tertentu.
8.
Orientasi ke masa depan.
9. Nilai bahwa manusia harus senantiasa berikhtiar untuk memperbaiki hidupnya. Selain itu Rosenberg percaya bahwa komunikasi massa berdampak besar terhadap kebudayaan, dan pendapatnya terangkum berikut ini : “Tidak diragukan lagi bahwa media massa dapat mengancam otonomi seseorang. Selain bisa menyemaikan bibit kebebasan, media juga berpotensi menghasilkan berbagai hal buruk. Tidak ada seni, pengetahuan atau sistem etika yang terbebas dari pengaruhnya”. Inti pendapat Rosenber g adalah bahwa proses penciptaan budaya massal terus berlangsung. Karya besar Shakespare acap kali diperlakukan sama dengan karya picisan, dan ini mengakibatkan goyahnya apresiasi para pembaca. D. CONTOH BUDAYA ASING YANG MASUK INDONESIA
1. Kebudayaan Korea Korean Wave atau gelombang Korea adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya Korea pada berbagai negara di dunia. Indonesia termasuk negara yang sedang terkena demam Korea. Hal ini dapat terlihat di layar televisi Indonesia yang sekarang berlomba-lomba untuk menayangkan informasi dan
hiburan yang berhubungan dengan Korea. Layaknya budaya Barat yang berkembang di Indonesia, budaya demam Korea juga pasti memberikan pengaruh positif dan pengaruh negatif bagi para remaja Indonesia. Beberapa dampak negatif yang dapat kita lihat adalah :
a) Masyarakat kita khususnya anak muda banyak yang lupa akan identitas diri sebagai bangsa Indonesia, karena gaya hidupnya cenderung meniru budaya Korea yang oleh masyarakat dunia dianggap sebagai kiblat.
b) Tercampurnya kebudayaan dalam negeri dengan kebudayaan luar. c) Mengurangi rasa cinta terhadap musik Indonesia seperti melayu dan dangdut.
Musik
asli
Indonesia
lama
kelamaan
akan
hilang.
Dengan adanya KPOP ini akan berpengaruh pula terhadap permusikan di Indonesia. Penimat musik lama-lama akan berubah halauan.
d) Membuat pergeseran budaya lokal. Perilaku hidup boros. Para remaja yang begitu terobsesi kepada musik K pop, drama Korea, bahkan produk-produk yang berasal dari Korea, membuat mereka mengeluarkan banyak uang hanya untuk sekadar membeli DVD, menonton konser, dan pergi ke Korea hanya untuk berburu barang-barang asli Korea.
e) Munculnya Fanwar. Setiap orang mempunyai selera musik yang berbeda. Karena ada perbedaan selera musik atau perbedaan suatu kegemaran itulah yang membuat masing-masing fandom pasti juga mempunyai antis atau orang yang tidak menyukai suatu boyband atau girlband tersebut. Perbedaan itulah yang memicu suatu fanwar atau peperangan antar fans. Biasanya hal ini banyak terjadi di dunia maya. Ada baiknya para remaja pecinta Korea bisa pandai memilih mana yang baik dan buruk dalam munculnya kebudayaan Korea di Indonesia a gar nantinya bisa disesuaikan dengan kebudayaan Indonesia itu sendiri.
2.
Kebudayaan Jepang
Budaya Jepang atau nihon telah masuk ke Indonesia. Salah satu aspek yang cukup berperan di Indonesia adalah kehadiran komik Jepang (manga) ke tengahtengah masyarakat. Manga sangat mendominasi pasar komik Indonesia, sekitar 80 persen dari total komik yang terjual adalah manga. Manga dengan mudah dapat ditemui di setiap toko buku dan gerai komik di Indonesia. Bahkan manga dapat dengan mudah ditemui di berbagai taman bacaan dan tempat penyewaan komik. Manga dapat memperoleh kesuksesan dengan penggemar dalam jumlah besar di Indonesia. Saat ini manga telah menjadi suatu yang identik dengan Jepang. Masyarakat seketika akan terbayang pada manga ketika berpikir tentang Jepang dan sebaliknya. Hal ini dapat dilihat pada sosok ikonik dari Doraemon.
Masyarakat Indonesia sangat mengenal Doraemon dan mengetahui dari mana ia berasal. Oleh karena itu tokoh yang berasal dari manga yang sangat sukses di Indonesia dijadikan ikon duta diplomasi budaya Jepang. Doraemon menunjukan bahwasanya manga dapat disebut dan menjadi diplomat Jepang masa kini. Lalu, manga merupakan media yang efektif dengan efek yang dahsyat untuk melihat dan mengenal Jepang. Manga menawarkan cerita mengenai Jepang penjelasan sederhana yang dikemas sebagai sebuah hiburan. Manga mengambarkan cerita mengenai Jepang mulai dari sejarah, budaya, gaya hidup, karakter masyarakat, kondisi sosial, semangat hingga humor. Manga sebagai sebuah media hiburan. Manga menimbulkan efek yaitu efek yang mengendap di hati dan pikiran masyarakat Indonesia secara berkelanjutan.
Kehadiran manga di Indonesia semakin memperkenalkan Jepang kepada masyarakat. Manga seperti pendukung dari suatu kesebelasan dimana kehadirannya mendukung
keberhasilan
dan
kepentingan
nasional
Jepang. Manga
yang
merupakan sub-kultur semakin dikenal luas dan diminati oleh masyarakat Indonesia khususnya remaja. Jepang melalui manga telah berdiri kurang lebih sejajar dengan Amerika Serikat dan film Hollywoodnya dalam segi popularitas dan pengaruh budaya di Indonesia. Remaja Indonesia semakin mengagumi dan mencintai Jepang sekalipun mereka hanya melihat erta mengenalnya melalui manga.
Hal
ini
merupakan
keuntungan
tersendiri
bagi
Jepang
dalam
mempertahankan hubungan baik dengan Indonesia. Dikarenakan memperoleh hati dan kepercayaan dari masyarakat di suatu negara merupakan bagian. Dalam hal ini, Jepang melalui manga cukup berhasil melakukannya di Indonesia.
Manga merupakan keberhasilan dalam memadukan unsur kreativitas dan pemanfaatan media secara maksimal. Indonesia merupakan contoh sukses dimana diplomasi manga berhasil diterapkan dengan baik. Manga merupakan media populer yang semakin memperkokoh hubungan Indonesia dengan Jepang hingga mencapai tahun ke lima puluh. Selain itu, kehadiran manga juga mendukung dan memperkuat pengaruh budaya Jepang di Indonesia. Suatu pencapaian yang digunakan Jepang untuk merintis dan mempertahankan keberhasilann ya.
Bukan hanya manga saja adapula Anime (Film animasi/kartun Jepang), Banyak tayangan televisi di Indonesia yang kini menyiarkan Kartun-kartun asal Jepang (Anime) seperti Naruto, Bleach, Dragonball, Detective Conan, Samurai X, Sailormoon, Ghost at school, Tokyo mew mew, Megical DoReMi, Eyeshield 21, Kekkaishi, Hamtaro, Doraemon dan masih banyak lagi. Adanya musik Pop Jepang. Bentuk lain dari budaya pop Jepang adalah J-Pop (Japanese Pop Music).
Budaya ini berawal dari perkembangan dunia musik Jepang dalam genre Pop yang memiliki keunikan tersendiri. Budaya pop ini terkait sangat erat dengan dunia industri. Banyak orang yang diuntungkan dengan keberadaan budaya pop. Berkembangnya budaya pop Jepang dalam kancah internasional disalurkan melalui banyak jalur informasi mulai dari media cetak (koran, majalah, dsb), media elektronik (televisi, radio, dsb), media interaktif (internet), hingga media alternatif (film layar lebar, dsb), dan tentu saja budaya pop itu sendiri.
Begitu derasnya informasi-informasi tersebut sehingga sadar atau tidak sadar budaya-budaya tersebut sudah menjadi bagian dari budaya internasional. Ditambah dengan adanya kecangihan teknologi adan informasi transfer nilai-nilai budaya akan semakin mudah tersalurkan dan disentuh oleh berbagai pihak di berbagai wilayah yang berbeda. Sebuah bentuk kenyataan sehari-hari yang khas Jepang bisa dipastikan sangat berbeda dengan kehidupan dan tradisi budaya di berbagai negara.
Budaya pop Jepang saat ini berkembang hampir di seluruh belahan dunia, dan memiliki dampak terhadap masyarakat internasional.
Hal negatif : 1.
Mengurangi rasa cinta terhadap musik indonesia
2.
Lebih menyukai musik jepang atau j-pop
3.
Meniru gaya jepang atau artis jepang
E. ANCAMAN BUDAYA ASING DI INDONESIA
Begitu cepatnya pengaruh budaya asing menyebabkan terjadinya goncangan budaya (culture shock ), yaitu suatu keadaan dimana masyarakat tidak mampu menahan berbagai pengaruh budaya yang datang dari luar sehingga terjadi ketidakseimbangan dalam kehidupan masyarakat yang bersangkutan. Budaya – budaya tersebut telah mengubah tatanan diberbagai aspek kehidupan. Budaya asing secara perlahan-lahan telah bercampur dengan kebudayaan nasional, bahkan telah mendominasi kebudayaan di suatu wilayah. Beberapa dampak budaya asing dalam kehidupan di Indonesia: A. Dampak dibidang Sosial 1. Cara Berkomunikasi Budaya asing mengubah cara berkomunikasi secara langsung dan kebanyakan berkomunikasi dengan media sosial. Masyarakat perkotaan jarang berkomunikasi secara langsung, sehingga mengakibatkan kurangnya interaksi antar individu. Masyarakat perkotaan lebih mudah menghujat orang, karena hanya mengetahui karakter orang melalui media sosial. Akibat komunikasi tidak langsung, maka kepedulian sosial akan berkurang. 2. Cara Berpakaian
Cara masyarakat kita berpakaian tidak lepas dari globalisasi dan modernisasi di Indonesia. Dulu, orang-orang kita bangga mengenakan pakaian adat dari daerah masing-masing. Tetapi, saat ini rasanya hal itu sangat sulit dijumpai kecuali kalau ada acara-acara adat. Cara berpakaian dipengaruhi dari informasi-informasi yang didapatkan dari berbagai media seperti Tv dan Internet. Saat ini, cara berpakaian sebagian masyarakat banyak dipengaruhi oleh budaya barat. 3. Gaya Hidup Salah satu perubahan sosial budaya yang terjadi didalam masyarakat Indonesia adalah gaya hidup a.k.a lifestyle. Sebagian masyarakat menerapkan gaya hidup yang baik didalam kehidupannya seperti menjadi vegetarian, workaholic, dll. Tetapi ada juga sebagian masyarakat yang terjerumus kedalam lifestyle yang tidak baik yang tentu tidak sesuai dengan kepribadian bangsa Indonesia seperti narkoba dan pergaulan bebas. 4. Westernisasi (Kebarat-baratan) Tidak sedikit budaya barat yang masuk ke Indonesia, contohnya adalah perayaan hati valentine dan halloween. Meskipun kedua budaya tersebut bukan budaya asli indonesia, akan tetapi tidak sedikit masyarakat Indonesia yang melestarikan budaya tersebut. Banyak masyarakat Indonesia yang menyatakan bahwa budaya asing jauh lebih menarik ketimbang budaya kita sendiri, hal ini yang menyebabkan interest kepada budaya lokal semakin menurun. 5. Pola Hidup Konsumtif Perkembangan industri yang pesat membuat penyediaan barang kebutuhan masyarakat melimpah.
Dengan begitu masyarakat mudah tertarik untuk
mengonsumsi barang dengan banyak pilihan yang ada. Masyarakat cenderung
membeli sesuatu yang menarik walaupun tidak bermanfaat. Masyarakat perkotaan cenderung mengikuti lingkungan sosial disekitarnya. Lewat media elektronik masyarakat pedesaan juga dapat terpengaruh oleh kebudayaan asing yang diinformasikan. 6. Sikap Individualistik Masyarakat merasa dimudahkan dengan teknologi maju membuat mereka merasa tidak lagi membutuhkan orang lain dalam beraktivitasnya. Kadang mereka lupa bahwa mereka adalah makhluk sosial. B. Dampak Bidang Budaya 1. Hilangnya Permainan Tradisional Saat ini, kita akan sulit untuk menemukan permainan tradisional seperti gasing atau congklak. Kalaupun ada, pasti dimainkannya didaerah-daerah terpencil seperti pedesaan. Padahal permainan itu sangat populer pada masanya, dan merupakan permainan asli Indonesia. Sekarang perannya sudah diganti dengan permainan modern seperti Playstation, Xbox, Wii, dan lain-lain. Nampaknya permainan modern jauh lebih menarik ketimbang permainan tradisional. 2. Pudarnya Minat kepada Alat-alat Musik Tradisional Minat masyarakat terhadap alat-alat musik tradisional seperti angklung, gamelan dan lainnya semakin berkurang. kalaupun ada itu hanya sebagian kecil masyarakat yang peduli dan tergerak hatinya untuk melestarikan alat-alat musik tradisional. Sekarang banyak masyarakat yang cenderung menyukai alat-alat. musik modern seperti gitar, piano, drum dan lainnya. Jika hal ini tidak segera diantisipasi, bukan tidak mungkin alat-alat musik tradisional kita akan hilang. 3. Tergerusnya Kebudayaan Indonesia
Bentuk lain perubahan sosial budaya di Indonesia adalah tergerusnya budaya asli Indonesia. Perlu diketahui bersama bahwa tidak sedikit dari kebudayaan kita yang sudah mulai punah. Meskipun demikian, banyak masyarakat Indonesia yang lebih berminat dengan budaya asing yang masuk ke Indonesia seperti break dance, beat box, dan lainnya. Ini sangat mengkhawatirkan dan perlu segera perlu segera ditindaklanjuti bersama. 4. Penggunaan Bahasa Daerah Semakin Jarang Kita tahu bersama, ada banyak bahasa daerah di Indonesia ini (lebih dari 100 bahasa daerah). Akan tetapi saat ini banyak masyarakat yang cenderung menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini bukan tanpa alasan, karena bahasa Indonesia dimengerti oleh semua sedangkan bahasa daerah hanya dimengerti oleh masyarakat daerah tertentu saja.
C. Aspek Perekonomian 1. Kesenjangan Sosial Apabila dalam suatu komunitas masyarakat hanya ada beberapa individu yang dapat mengikuti arus modernisasi dan globalisasi maka akan memperdalam jurang pemisah antara individu dengan individu lain yang stagnan. Hal ini menimbulkan kesenjangan sosial. Kesenjangan social menyebabkan adanya jarak antara si kaya dan si miskin sehingga sangat mungkin bias merusak kebhinekaan dan ketunggalikaan Bangsa Indonesia. 2. Menurunkan daya jual produk dalam negeri Konsumen di Indonesia, cenderung membeli dan mengkonsumsi produk dari luar negeri. Padahal, banyak produk Indonesia yang tidak kalah bagus. Untuk
membuktikan hipotesa kami, kalian bisa melihat barang-barang yang kalian gunakan dan kemungkinan besar banyak produk yang berasal dari luar negeri. Indonesia mengalami kendala mengenai produk dalam negeri yang kalah saing dengan produk luar negeri.Indonesia seharusnya bisa menjadi pusat perdagangan di Indonesia sendiri tanpa harus membeli produk dari luar negeri.Indonesia kalah dalam bersaing di dunia perdagangan disebabkan karena kurangnya kesadaran masyarakat tentang pemakaian produk lokal.Karena kebanyakan dari masyarakat Indonesia lebih banyak mengkonsumsi atau menggunakan produk luar dari pada dalam. Serta, gaya mewah yang terjadi apabila memakai produk luar. Tingkat gengsi yang tinggi pun merupakan faktor utama penyebab hal ini terjadi . Padahal, apabila konsumen Indonesia lebih memilih untuk membeli dan mengkonsumsi produk dalam negeri ,hal ini akan meningkatkan produksi unit kecil menengah (UKM) sehinnga ukm akan berkembang dan menjadi perusahaan besar hal ini akan meningkatkan produksi. Dalam melakukan produksi, perusahaan pasti membutuhkan tenaga kerja.Sehingga tingkat pengangguran di Indonesia dapat di tekan seminimal mungkin. Dengan demikian, taraf hidup masyarakat akan meningkat. Dengan banyaknya masyarakat Indonesia yang memiliki pengangguran dan memiliki pekerjaan maka hal ini akanmeningkatkan pajak sehingga devisa negara akan meningkat. Dengan meningkatnya devisa negara pembangunan dan kesejaterahan akan semakin merata.
Selain dampak negatif, masuknya budaya asing juga memberikan dampak positif antara lain adalah berkembangnya ilmu pengetahuan, cara berfikir yang semakin kritis, rasional dan sikap menghargai waktu sebagai akibat dari pertukaran unsur
positif antarnegara sehingga dapat melengkapi dan memperkaya bangsa Indonesia. F. PENANGGULANGAN DAMPAK NEGATIF DARI MASUKNYA BUDAYA ASING
Untuk mengatasi pengaruh budaya Asing terhadap budaya Indonesia, khususnya
untuk
membentengi kalangan
remaja
dari
pengaruh
negatif
diperlukan keterlibatan semua pihak terutama pemerintah dan tokoh- tokoh masyarakat seperti, para ulama budayawan serta keterlibatan orang tua di rumah. Kebudayaan mencangkup aspek yang sangat luas yang tercermin dalam perilaku dan karya anak bangsa, mulai dari yang spesifik seperti karya seni sampai dengan karya-karya umum seperti sistem perekonomian, pendidikan, atau pertanian yang merupakan jati diri bangsa Indonesia yang memiliki keunikan tersendiri. Kekayaan dan keunikan budaya bangsa Indonesia perlu dijaga dan dilestarikan. Menurut Prof. Dr. Daoed Joesoef (mantan menteri pendidikan dan kebudayaan), “ Kebudayaan sebaiknya tidak dibiarkan berjalan, tumbuh, dan berkembang tanpa perhatian dan bimbingan, lebih – lebih bila ia diharapkan berperan di dalam pertumbuhan manusia secara individual dan perkembangan masyarkat dimana manusia tersebut berdiam”. Pemerintah dan masryarakat memiliki tanggung jawab dalam memajukan kebudayaan ( Joesoef, makalah t.t). 1)
Peranan Pemerintah Pemerintah hendaknya dapat mengambil kebijakan strategis melalui penataan ulang sistem pendidikan terutama mengenai pengaturan kurikulum. Umumnya di setiap sekolah menerapkan sistem pengajaran pengetahuan mengenai ilmu keagamaan kepada para remaja sekolah dengan waktu yang berjalan selama dua jam dalam seminggu saja. Tentu saja ini kurang memadai waktunya untuk mengharapkan sebuah perubahan prilaku siswa sehingga memerlukan penambahan
jam pelajaran atau kreatifitas guru bidang studi tersebut dalam bentuk kegiatan keagamaan di lingkungan sekolah seperti kegiatan pengajian atau kajian-kajian tematik menurut pandangan agama. Sebaiknya pemerintah menata ulang sistem pendidikan dan mendorong kreatifitas guru bidang studi. Mengenai pelajaran dan pemahaman keagamaan sesungguhnya tidak hanya terpaku pada bidang studi agama yang dinilai waktunya kurang memadai tersebut tetap, setiap guru mata pelajaran umum juga dapat memasukan nilai-nilai agama ketika mengajar di hadapan siswanya. Misalnya, mata pelajaran geografi, guru dapat menjelaskan kekuasaan Tuhan menciptakan langit dan bumi, sejarah perjuangan nasional yang dipelopori atau dipimpin oleh ulama atau pejuang Islam seperti Pengeran Diponegoro, Sultan Hasanuddin dan lainnya. Tokoh-tokoh pejuang tersebut sekaligus merupakan bentuk perlawan terhadap penjajahan negara asing yang ingin menguasai wilayah dan sumber daya ekonomi Indonesia juga sekaligus menyebarkan budayanya. 2)
Peranan Tokoh Agama dan Budaya Peranan para ulama dan budayawan melalui program kerja organisasi keaagamaan dan sanggar-sanggar budaya sangat strategis untuk menangkal masuknya
budaya
asing
dalam
masyarakat
khususnya
kalangan
generasi
muda. Keterlibatan para tokoh agama dan budaya melalui program kerja organisasi keagamaan seperti Nahdatul Ulama ( NU), Muhammadiyah dan yang lainnya dapat diarahkan pada pembinaan remaja agar memiliki ketahanan budaya yang berbasis agama. Begitu juga peranan para budayawan dan seniman melalui organisasi atau sanggar seni dapat merancang program kerja yang diminati oleh kalangan remaja sehingga mereka tidak tertarik dengan budaya hura-hura yang datang dari budaya asing. Kalau hal ini dapat diperankan secara maksimal oleh para tokoh agama dan budayawan, maka pola pembinaan generasi muda dapat diarahkan kepada
penanaman nilai-nilai Pancasila dan ajaran agama yang lebih terarah dan terukur, baik dari kegiatan-kegiatan internal sekolah seperti pada proses belajar-mengajar maupun di luar sekolah seperti remaja masjid, kesenian dan budaya. Dengan adanya kebijakan ini remaja juga dapat berinterksi sosial secara langsung dengan masyarakat sebagai pelaku sosial. 3)
Peranan Orang Tua dan Keluarga Keluarga merupakan lingkungan anak yang paling banyak waktunya. Orang tua adalah figur utama dalam keluarga yang paling bertanggung jawab terhadap masa depan anak-anak dan anggota keluarga lainnya. Oleh karena itu, lingkungan keluarga sangat berkontribusi terhadap kualitas prilaku atau akhlak anggota keluarga terutama anak-anaknya. Lingkungan keluarga dan lingkungan sosial harus tetap beriklim positif dalam artian orang-orang yang ada dalam sekitar kita harus orang-orang yang “tidak membawa kita kedalam kesesatan”. Orang tua harus bisa mengambil porsi lebih banyak diantara porsi yang lainnya. Peran orang tua sangat dibutuhkan, selain mengawasi anak-anak dan dengan siapa dia bergaul, tetapi sesekali orang tua harus turun langsung mengawasi anak-anaknya agar jangan sampai anak-anaknya bisa salah gaul. Pada masyarakat modern, seorang remaja sangat tergantung pada cara orang tua atau keluarga mendidiknya. Melalui interaksi dalam keluarga, remaja akan mempelajari pola perilaku, sikap, keyakinan dan citacita serta nilai dalam keluarga dan masyarakat.
Selain peranan-peranan dari pihak tertentu, upaya untuk mencegah atau menghilangkan dampak negatif dari budaya asing juga dapat dilakukan dengan cara sebagai berikut: 1.
Meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia ( SDM ) Bangsa Indonesia.
2.
Memperkuat nasionalisme ( kesadaran nasional ).
3.
Berpegang teguh pada norma-norma nosial.
4.
Menjunjung nilai-nilai budaya bangsa Indonesia.
5.
Menyosialisasikan jati diri bangsa dan budaya nasional Jati diri atau kepribadian bangsa Indonesia yang dicita-citakan itu dapat dimanisfestasikan dalam bentuk karakter nasional, seperti cinta tanah air, bersifat toleransi, suka menolong religius, demokratis, harmonis, integritas, moralitas, patriotic dan nasionalis, berjiwa etis dan estetis, serta bertanggung jawab. Pelaksanaan sosialisasi dapat diintralisasikan melalui sarana sosialisasi seperti lebaga keluarga, lembaga pendidikan, organisasi politik kenegaraan, asosiasi ekonomi, keagamaan, keolahragaaan, dan kesenian.
6.
Memiliki loyalitas terhadap NKRI Keutuhan dan kedaulatan NKRI pada saat ini masih mendapatkan berbagai ancaman, tantangan, hambatan, dan gangguan, baik yang berasal dari dalam maupun dari luar NKRI. Untuk menghadapi hal tersebut tidak ada jalan lain kecuali harus kembali kepada eksistensi cita-cita proklamasi kemerdekaan republik Indonesia 17 Agustus 1945 dan menggalang kesepakatan bersama, yaitu loyalitas terhadap Negara Kesauan Republik Indonesia ( NKRI ).
7.
Memiliki komitmen tinggi untuk pelestarian unsur dan nilai sosial budaya. Tradisi dan budaya lokal dapat hilang secara perlahan-lahan karena ditinggalkan oleh masyarakatnya sendiri. Perubahan social telah menimbulkan dampak pada pola-pola hubungan social antarwarga masyarakat dan pola-pola perilaku gaya hidup. Sebagaimana kita ketahui bahwa gaya hidup bebas atau liberal telah berkembang dalam masyarakat sehingga sangat mempengaruhi jati
diri manusia, bangsa dan Negara Indonesia. Oleh karena itu, harus ada respon atau seleksi sosial budaya yang berkembang dalam masyarakat.
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA https://id.wikipedia.org/wiki/Budaya_Indonesia http://digilib.unila.ac.id/831/2/BAB%20I.pdf http://digilib.isi.ac.id/319/1/BAB%20I%20Miftah.pdf http://download.portalgaruda.org/article.php?article=69901&val=4879etd.repository.ugm.ac.I d/downloadfile/70535/.../S2-2014-325500-chapter1.pdf https://www.google.co.id/amp/s/nilam12.wordpress.com/2012/08/29/faktor-faktor penyebab-budaya-asing-masuk-ke-indones/amp/ http://andriyanto809.blogspot.co.id/2012/03/pengaruh-budaya-asing-yang-masukke_17.html?m=1 http://journal.unair.ac.id/filerPDF/03%20Safril%20Strategi%20Meningkatkan%20Daya%20 Tahan%20Budaya%20Lokal%20Safril%20mda.pdf http://ejournal.undip.ac.id/index.php/politika/article/viewFile/10715/8502s3pbi.fkip.uns.ac.id /wp-content/uploads/2016/01/Fatma-Hidayati.pdf ikadbudi.uny.ac.id/sites/ikadbudi.uny.ac.id/files/lampiran/MAKALAH_0.pdf https://icssis.files.wordpress.com/2013/09/2013-01-33.pdf http://fridayyanti.blogspot.co.id/2015/12/domisili-budaya-asing-terhadapindonesia_9.html?m=1 http://lib.ui.ac.id/file?file=digital/20368926-MK-Amalia%20Izzati.pdf,