BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit darah tinggi atau Hipertensi (Hypertension) adalah suatu keadaan di mana seseorang mengalami peningkatan tekanan darah di atas normal yang ditunjukkan oleh angka systolic (bagian atas) dan angka bawah (diastolic) pada pemeriksaan tensi darah menggunakan alat pengukur tekanan darah baik yang berupa cuff air raksa (sphygmomanome (sphygmomanometer) ter) ataupun ata upun alat digital lainnya. Nilai normal tekanan darah seseorang dengan ukuran tinggi badan, berat badan, tingkat aktifitas normal dan kesehatan secara umum adalah 120/80 mmHG. Dalam aktivitas sehari-hari, tekanan darah normalnya adalah dengan nilai angka kisaran stabil. Tetapi secara umum, angka pemeriksaan tekanan dara h menurun saat tidur dan meningkat diwaktu beraktifitas atau berolahraga. Bila seseorang mengalami tekanan darah tinggi dan tidak mendapatkan pengobatan dan pengontrolan secara teratur (rutin), maka hal ini dapat membawa si penderita kedalam kasus-kasus serius bahkan bahkan bisa menyebabkan kematian. Tekanan dara h tinggi yang terus menerus menyebabkan jantung seseorang bekerja extra keras, akhirnya kondisi ini berakibat terjadinya kerusakan pada pembuluh darah jantung, ginjal, otak dan mata. Penyakit hypertensi ini merupakan penyebab umum terjadinya stroke dan serangan jantung ( Heart Heart attack ) (Anonim, 2009). 1.2 Tujuan Penulisan
Tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mempelajari bagaimana cara penanganan kasus dalam suatu resep dengan menerapkan cara berkomunikasi, memberikan informasi dan edukasi.
BAB II HIPERTENSI
2.1 Pengertian Hipertensi
Tekanan
darah
tinggi atau hipertensi adalah
kondisi medis di mana
terjadi
peningkatan tekanan darah secara kronis (dalam jangka waktu lama). Penderita yang mempunyai sekurang-kurangnya tiga bacaan tekanan darah yang melebihi 140/90 mmHg saat istirahat diperkirakan mempunyai keadaan darah tinggi. Tekanan darah yang selalu tinggi
adalah
salah
satu
faktor
risiko
untuk stroke, serangan
jantung, gagal
jantung dan aneurisma arterial, dan merupakan penyebab utama gagal jantung kronis. Pada pemeriksaan tekanan darah akan didapat dua angka. Angka yang lebih tinggi diperoleh pada saat jantung berkontraksi ( sistol ik ), angka yang lebih rendah diperoleh pada saat jantung berelaksasi (d ia stol ik ). Tekanan darah kurang dari 120/80 mmHg didefinisikan sebagai "normal". Pada tekanan darah tinggi, biasanya terjadi kenaikan tekanan sistolik dan diastolik. Hipertensi biasanya terjadi padatekanan darah 140/90 mmHg atau ke atas, diukur di kedua lengan tiga kali dalam jangka beberapa minggu Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak). Gejala yang dimaksud adalah sakit kepala, perdarahan dari hidung, pusing, wajah kemerahan dan kelelahan; yang bisa saja terjadi baik pada penderita hipertensi, maupun pada seseorang dengan tekanan darah yang normal. Jika hipertensinya berat atau menahun dan tidak diobati, bisa timbul gejala berikut:
sakit kepala
kelelahan
mual
muntah
sesak napas
gelisah
pandangan menjadi kabur yang terjadi karena adanya kerusakan pada otak, mata, jantung dan ginjal.
K adang
penderita hipertensi berat mengalami penurunan kesadaran dan bahkan koma
karena terjadi pembengkakan otak.
K eadaan
ini disebut en sefalopat i hi perten si f , yang
memerlukan penanganan segera (Anonim, 2009).
2.2 K lasifikasi Hipertensi Penyakit darah tinggi atau Hipertensi dikenal dengan 2 type klasifikasi, diantaranya Hipertensi Primary dan Hipertensi Secondary : y
Hipertensi Primary Hipertensi Primary adalah suatu kondisi dimana terjadinya tekanan darah tinggi sebagai akibat dampak dari gaya hidup seseorang dan faktor lingkungan. Seseorang yang pola makannya tidak terkontrol dan mengakibatkan kelebihan berat badan atau bahkan obesitas, merupakan pencetus awal untuk terkena penyakit tekanan darah tinggi. Begitu pula sesorang yang berada dalam lingkungan atau kondisi stressor tinggi sangat mungkin terkena penyakit tekana n darah tinggi, termasuk orangorang yang kurang olahraga pun bisa mengalami tekanan darah tinggi.
y
Hipertensi Secondary
y
Hipertensi secondary adalah suatu kondisi dimana terjadinya peningkatan tekanan
darah tinggi sebagai akibat seseorang mengalami/menderita penyakit lainnya seperti gagal jantung, gagal ginjal, atau kerusakan sistem hormon tubuh. Sedangkan pada Ibu hamil, tekanan darah secara umum meningkat saat kehamilan berusia 20 minggu. Terutama pada wanita yang berat badannya di atas normal atau gemuk (gendut). Pregnancy-induced hypertension (PIH), ini adalah sebutan dalam istilah kesehatan (medis) bagi wanita hamil yang menderita hipertensi.
K ondisi
Hipertensi pada ibu hamil
bisa sedang ataupun tergolang parah/berbahaya, Seorang ibu hamil dengan tekana n darah tinggi bisa mengalami Preeclampsia dimasa kehamilannya itu. Preeclampsia adalah kondisi seorang wanita hamil yang mengalami hipertensi, sehingga merasakan keluhan seperti pusing, sakit kepala, gangguan penglihatan, nyeri perut, muka yang membengkak, kurang nafsu makan, mual bahkan muntah. Apabila terjadi kekejangan sebagai dampak hipertensi maka disebut Eclamsia.
2.3 Penyebab Hipertensi Penggunaan obat-obatan seperti golongan kortikosteroid (cortison) dan beberapa obat hormon, termasuk beberapa obat antiradang (anti-inflammasi) secara terus
menerus (sering) dapat meningkatkan tekanan darah seseorang. Merokok juga merupakan salah satu faktor penyebab terjadinya peningkatan tekanan darah tinggi dikarenakan tembakau yang berisi nikotin. Minuman yang mengandung alkohol juga termasuk salah satu faktor yang dapat menimbulkan terjadinya tekanan darah tinggi (Wikipedia, 2010).
2.3 Penanganan dan Pengobatan Hipertensi a. Diet Penyakit Darah Tinggi (Hipertensi) y
K andungan
garam (Sodium/Natrium)
Seseorang yang mengidap penyakit darah tinggi sebaiknya mengontrol diri dalam mengkonsumsi asin-asinan garam, ada beberapa tips yang bisa dilakukan untuk pengontrolan diet sodium/natrium ini ; 1. Jangan meletakkan garam diatas meja makan 2. Pilih jumlah kandungan sodium rendah saat membeli maka n 3. Batasi konsumsi daging dan keju 4. Hindari cemilan yang asin-asin 5. y
K urangi
K andungan
pemakaian saos yang umumnya memiliki kandungan sodium Potasium/ K alium
Suplements potasium 2-4 gram perhari dapat membantu penurunan tekanan darah, Potasium umumnya bayak didapati pada beberapa buah-buahan dan sayuran. Buah dan sayuran yang mengandung potasium dan baik untuk di konsumsi penderita tekanan darah tinggi antara lain semangka, alpukat, melon, buah pare, labu siam, bligo, labu parang/labu, mentimun, lidah buaya, seledri, bawang dan bawang putih. Selain itu, makanan yang mengandung unsur omega-3 sagat dikenal efektif dalam membantu penurunan tekanan dara h (hipertensi).
Pengobatan hipertensi biasanya dikombinasikan dengan beberapa obat; Diuretic
{Tablet
Hydrochlorothiazide
(HCT),
Lasix
(Furosemide)}.
Merupakan golongan obat hipertensi dengan proses pengeluaran cairan tubuh via urine. Tetapi karena potasium berkemungkinan terbuang dalam cairan urine, maka pengontrolan konsumsi potasium harus dilakukan.
Beta-blockers {Atenolol (Tenorim), Capoten (Captopril)}. Merupakan obat yang dipakai dalam upaya pengontrolan tekanan darah melalui proses memperlambat kerja jantung dan memperlebar (vasodilatasi) pembuluh darah.
Calcium channel blockers {Norvasc (amlopidine), Angiotensinconverting enzyme (ACE)}. Merupakan salah satu obat yang biasa dipakai dalam pengontrolan darah tinggi atau Hipertensi melalui proses rileksasi pembuluh darah yang juga memperlebar pembuluh darah (Wikipedia, 2010).
2.4 Hipertensi Pada Ibu Hamil Hipertensi merupakan salah satu masalah medis yang kerapkali muncul selama kehamilan dan dapat menimbulkan komplikasi pada 2-3 persen kehamilan. Hipertensi pada kehamilan dapat menyebabkan morbiditas/ kesakitan pada ibu (termasuk kejang eklamsia, perdarahan otak, edema paru (cairan di dalam paru), gagal ginjal akut, dan penggumpalan/ pengentalan darah di dalam pembuluh darah) serta morbiditas pada janin (termasuk pertumbuhan janin terhambat di dalam rahim, kematian janin di dalam rahim, solusio plasenta/ plasenta terlepas dari tempat melekatnya di rahim, dan kelahiran prematur). Selain itu, hipertensi pada kehamilan juga masih merupakan sumber utama penyebab kematian pada ibu. Hipertensi pada kehamilan dapat diklasifikasikan dalam 4 kategori, yaitu: 1. Hipertensi kronik: hipertensi (tekanan darah lebih dari 140/90 mmHg yang diukur setelah beristirahat selama 5-10 menit dalam posisi duduk) yang telah didiagnosis sebelum kehamilan terjadi atau hipertensi yang timbul sebelum mencapai usia kehamilan 20 minggu. 2. Preeklamsia-Eklamsia: peningkatan tekanan darah yang baru timbul setelah usia kehamilan mencapai 20 minggu, disertai dengan penambahan berat badan ibu yang cepat akibat tubuh membengkak dan pada pemeriksaan laboratorium dijumpai protein di dalam air seni (proteinuria). Eklamsia: preekla msia yang disertai dengan kejang. 3. Preeklamsia su per im po sed pada hipertensi kronik: preeklamsia yang terjadi pada perempuan hamil yang telah menderita hipertensi sebelum hamil. 4. Hipertensi gestasional: hipertensi pada kehamilan yang timbul pada trimester akhir kehamilan, namun tanpa disertai gejala dan tanda preeklamsia, bersifat sementara dan tekanan
darah
kembali
normal
setelah
melahirkan
(postpartum). Hipertensi
gestasional berkaitan dengan timbulnya hipertensi kronik suatu saat di masa yang akan datang.
Preeklamsia terjadi pada kurang lebih 5% dari seluruh kehamilan, 10% pada kehamilan anak pertama, dan 20-25% pada perempuan hamil dengan riwayat hipertensi kronik sebelum hamil. Faktor risiko ibu untuk terjadinya preeklamsia antara lain meliputi kehamilan pertama, pasangan/ paternitas baru, usia lebih muda dari 18 tahun atau lebih tua dari 35 tahun, riwayat preeklamsia pada kehamilan sebelumnya, riwayat keluarga dengan preeklamsia, obesitas/ kegemukan, dan selang waktu jarak antar kehamilan kurang dari 2 tahun atau lebih dari 10 tahun. Dasar penyebab preeklamsia diduga adalah gangguan pada fungsi endotel pembuluh darah (sel pelapis bagian dalam pembuluh darah) yang menimbulkan vasospasme pembuluh darah (kontraksi otot pembuluh darah yang menyebabkan diameter lumen pembuluh darah mengecil/ menciut). Perubahan respons imun ibu terhadap janin/ jaringan plasenta (ari-ari) diduga juga berperan pada terjadinya preeklamsia.
K erusakan
endotel tidak hanya menimbulkan mikrotrombosis difus plasenta
(sumbatan pembuluh darah plasenta) yang menyebabkan plasenta berkembang abnormal atau rusak, tapi juga menimbulkan gangguan fungsi berbagai organ tubuh dan kebocoran pembuluh darah kapiler yang bermanifestasi pada ibu dengan bertambahnya berat badan ibu secara cepat, bengkak (perburukan mendadak bengkak pada kedua tungkai, bengkak pada tangan dan wajah), edema paru, dan/ atau hemokonsentrasi (kadar hemoglobin/ Hb lebih dari 13 g/dL). Plasenta yang tidak normal akibat mikrotrombosis difus, akan menurunkan aliran darah dari rahim ke plasenta. Hal tersebut akan memengaruhi kehidupan janin dan bermanifestasi secara klinis dalam bentuk pertumbuhan janin terhambat di dalam kandungan/ rahim dan oligohidramnion (cairan ketuban sedikit). Berdasarkan hal-hal yang telah dijelaskan di dalam tulisan di atas, pemeriksaan kehamilan secara berkala sangat penting pada semua ibu hamil untuk mendeteksi adanya hipertensi pada kehamilan sehingga dapat diberikan tatalaksana yang tepat. Lebih lanjut, perempuan yang menderita hipertensi pada kehamilan memerlukan tindak lanjut medis atau dimonitor kondisi medisnya setelah melahirkan. Hipertensi atau tinggi nya tekanan darah yang terjadi pada masa kehamilan bisa membahayakan kesehatan ibu dan janin yang dikandungnya. Hipertensi biasanya terjadi pada kehamilan pertama, kehamilan dibawah usia 20 tahun dan diatas 40 tahun, pada wanita yang menderita obesitas, serta janin kembar. Dampak paling berbahaya yang ditimbulkan oleh hipertensi yaitu preeclampsia, yang bisa mengancam keselamatan ibu dan bayi.
Pada beberapa kasus hipertensi dokter kandungan biasanya menganjurkan pasiennya untuk melakukan bed rest. Sementara bagi wanita hamil itu sendiri bisa mengurangi tekanan darahnya dengan cara melakukan diet sehat, yaitu dengan mengkonsumsi makanan yang bisa menurunkan tekanan darah mereka, diantaranya:
Coklat Siapa yang tak suka coklat, sudah sejak dahulu kala, coklat menjadi makanan favorit hampir semua orang diseluruh dunia, terutama wanita. Selain rasanya yang nikmat, jika dikonsumsi dalam porsi kecil, coklat dapat berguna sebagai magnesium yang bisa melancarkan aliran darah dan menurunkan tekanan darah. Jika anda takut lemak coklat membuat anda gemuk, anda bisa mencari alternatif makanan lain yang juga mengandung magnesium diantaranya: Bayam, almon, alpukat, ikan, gandum, ketan hitam, artichoke(sejenis sayuran),dan biji buah labu.
Pisang Pisang merupakan sumber zat potasium yang dapat membantu menurunkan tekanan darah dan mengurangi pembekuan cairan dalam tubuh. selain pada buah pisang potasium juga bisa ditemui pada kismis, bayam, yogurt, bit, Brussels sprout(sejenis kubis), alpukat, dan jeruk.
Ikan K andungan
asam lemak omega 3 dalam ikan dapat membantu melancarkan aliran
darah dan melindungi dari efek tekanan darah tinggi serta mengurangi peradangan. Saat mengkonsumsi ikan hindari jenis ikan yang mengandung kadar merkuri tinggi seperti tuna,swordfish(ikan cucut), makarel, ikan halibut, serta kakap putih. Sebaliknya pilihlah ikan yang mengandung kadar mercuri rendah seperti ikan anchovies, ikan char, ikan flounder, ikan harring, ikan gindara, ikan salmon, dan ikan sturgeon.
Buah Jeruk Vitamin C sangat bermanfaat untuk melegakan arteri yang menyempit, serta membantu menurunkan tekanan darah. Sumber vitamin C terdapat pada buah jeruk, anggur, kiwi, dan strawberry. Vitamin C juga banyak ditemui pada sayuran seperti kembang kol, paprika, dan kentang.
Makanan rendah sodium Sodium membuat tubuh menahan cairan yang masuk, dan membuat jantung anda harus bekerja ektra kuat untuk memompa cairan lebih banyak, yang berakibat pada hipertensi. Oleh sebab itu disarankan untuk menurunkan kadar sodium anda agar
berada pada batas normal, yaitu 2300 mg. Caranya yaitu dengan terlebih dahulu mengecek label kandugan sodium yang tertera pada kemasan makanan yang akan anda konsumsi, serta pilihlah rempah-rempah atau herba sebagai penguat rasa masakan anda dirumah. Eklamsi berarti ³halilintar´, maksudnya kejang-kejang bisa datang dengan se gera/ tiba-tiba, pada umumnya eklamsi didahului dengan preeklamsi yaitu kenaikan tekanan darah dalam kehamilan lebih dari 5 bulan yang disertai dengan adanya protein dalam air kencing. Gejalanya dapat timbul bertahap, mula-mula terdapat kenaikan tekanan darah yang ringan (di atas 140/90mmHg; di bawah 160/110mmHg); sering disertai bengkak pada muka, kelopak mata, punggung tangan atau pada kaki. Apabila sudah terjadi keadaan preeklamsi berat (tensi >160/110 mmHg) dapat (tidak selalu) disertai sakit kepala, nyeri ulu hati atau penglihatan kabur. Itu sebabnya setiap pemeriksaan kehamilan tekanan darah ibu hamil harus selalu diperiksa dan diulangi apabila ada kecurigaan terjadinya preeklamsi. Penyebab preeklamsi yang pasti sampai saat ini belum ditemukan. Banyak teori yang dikemukakan antara lain teori kekebalan (preeklamsi lebih sering pada wanita hamil pertama kalinya), pada usia muda sekali (20 tahun) atau tua (35 tahun), pada hamil yang besar (kembar, kebanyakan cairan/hidramnion, atau bayi besar, pada ibu hamil dengan riwayat kencing manis, juga harus dicurigai pada ibu yang pertambahan berat badan selama kehamilannya berlebihan. Secara teori penyakit ini juga berhubungan dengan keturunan, terutama apabila hamil pada usia 35 tahun, mengalami hipertensi dsb. Makanan yang dihubungkan dengan kejadian eklamsi adalah kurangnya asam folat fol ic acid , pengurangan garam tidak berhubungan dengan turunnya kejadian preeklamsi. K arena
sebabnya belum diketahui pasti, maka pencegahannya sangat sulit. Saat
ini yang kami (pelayan kesehatan) lakukan adalah melakukan penyaringan faktor risiko pada ibu hamil, memantaunya dengan baik dan apabila timbul preeklamsi ringan ibu di rawat serta diberi pengobatan yang diperlukan. Pengobatan yang kami lakukan adalah untuk pencegahan memberatnya keadaan dan mencegah terjadinya kejang. Sesuai dengan teori, preeklamsi dapat timbul karena kehamilan janin yang hidup, maka apabila janin sudah meninggal di dalam rahim atau sudah lahir maka gejala penyakit tersebut akan berkurang, kecuali apabila sudah ada komplikasi yang menetap. Operasi untuk mengeluarkan janin yang meninggal dalam rahim jarang sekali dilakukan kecuali jelas-jelas diperlukan untuk menyelamatkan nyawa ibu. Saat ini cukup banyak
ibu hamil dengan preeklamsi berat dan eklamsi yang tertolong apabila cepat terdeteksi penyakitnya (sebelum terjadi kejang), segera diberi pengobatan anti kejang dan dirujuk ke rumah sakit yang tepat.
K eterlambatan
penanganan atau rujukan sering menyebabkan
kematian janin maupun ibunya. Eklamsi merupakan salah satu dari tiga besar penyebab kematian ibu (perdarahan, hipertensi dalam kehamilan dan infeksi) di seluruh dunia, bukan hanya di Indonesia (Anonim, 2009).
BAB III STUDI KASUS
3.1 Resep R /
Captopril 25 mg
No.XV
s.3.d.d.1 R /
Furosemida 40 mg
No.V
s.1 tab pagi R /
Valisanbe 5 mg
No.X
s.1/2-1/2-1 tab R /
Lapibal tab
No.X
s.2.d.d.1 R /
Paracetamol tab
No.X
s.2.d.d.1 Pro
: Ibu Yanti
Umur
: 32 tahun
3.2 Kasus
Ibu Yanti usia 32 tahun sedang mengalami kehamilan trisemester 3 saat ini menderita penyakit hipertensi dengan gejala kenaikan tekanan darah tinggi, pegal-pegal, nyeri dan pusing. Ibu Yanti juga mengeluh bahwa beliau mengalami susah tidur. Oleh karena itu, dokter memberikan obat valisanbe dengan kandungan diazepam yang menimbulkan efek sedatif. Suatu hari ibu Yanti pergi ke sebuah apotek Himafarma dengan membawa resep yang diberikan oleh dokter Leodora. Berdasarkan resep yang telah diberikan oleh dokter, terjadi ketidakrasionalan resep yaitu ketidak tepatan pemilihan obat yaitu Captopril untuk ibu ha mil. 2.3 Informasi Obat
a. Captopril Indikasi dari Captopril adalah untuk hipertensi berat hingga sedang, kombinasi dengan tiazida memberikan efek aditif, sedangkan kombinasi dengan beta bloker memberikan efek yang kurang aditif. Untuk gagal jantung yang tidak cukup responsif atau tidak dapat dikontrol dengan diuretik dan digitalis, dalam hal ini pemberian kaptopril diberikan bersama diuretik dan digitalis. Captopril tidak boleh dikonsumsi oleh
penderita yang hipersensitif terhadap kaptopril atau penghambat ACE lainnya (misalnya pasien mengalami a ngioedema sela ma pengobatan dengan penghambat ACE lainnya). b. Furosemida Furosemida adalah diuretik derivat asam antranilat. Aktivitas diuretik furosemida terutama dengan jalan menghambat absorpsi natrium dan klorida, tidak hanya pada tubulus proksimal dan tubulus distal, tapi juga pada loop of Henle. Tempat kerja yang spesifik ini menghasilkan efektivitas kerja yang tinggi. Efektivitas kerja furosemida ditingkatkan dengan efek vasodilatasi dan penurunan hambatan vaskuler sehingga akan meningkatkan aliran darah ke ginjal. Furosemidajuga menunjukkan aktivitas menurunkan tekanan darah sebagai akibat penurunan volume plasma. Indikasi dari Furosemida adalah diuretik derivat asam antranilat. Aktivitas diuretik furosemida terutama dengan jalan menghambat absorpsi natrium dan klorida, tidak hanya pada tubulus proksimal dan tubulus distal, tapi juga pada loop of Henle. Tempat kerja yang spesifik ini menghasilkan efektivitas kerja yang tinggi. Efektivitas kerja furosemida ditingkatkan dengan efek vasodilatasi dan penurunan hambatan vaskuler sehingga akan meningkatkan aliran darah ke ginjal. Furosemida juga menunjukkan aktivitas menurunkan tekanan darah sebagai akibat penurunan volume plasma. c. Valisanbe Indikasi
dari
Valisanbe
adalah
Hipnotik,
antikonvulsi,
antiansietas,
psikoneurosis, status epileptikus (IV), pre dan post operasi, tetanus, alkoholisme (terapi penunjang).
K ontraindikasinya
adalah Depresi pernafasan, serangan asma akut,
insufisiensi pulmoner akut, gangguan hati berat, myasthenia gravis, trimester I kehamilan. d. Lapibal Lapibal mengandung
Mecobalamin,
mempunyai
aktivitas
memperbaiki
gangguan metabolisme asam nukleat dan protein di dalam jaringan saraf serta memperbaiki gangguan saraf sensoris dan motoris. Secara biokimia, Mecobalamin berhubungan erat dengan proses transmetilasi sebagai Co-enzym B12 yang terdapat di dalam darah, dan merupakan homolog vitamin B12. Selanjutnya efek Mecobalamin membantu proses myelinogenesis dan regenerasi saraf. Indikasi dari Lapibal adalah Untuk pengobatan gangguan saraf perifer. Peringatan dari obat ini adalah Bila dalam jangka waktu tertentu tidak ada respon sama sekali, sebaiknya pemakaian tidak
dilanjutkan dan pada penderita hipersensitif akan menimbulkan rasa mual, diare, nafsu makan berkurang atau terjadi gangguan-gangguan ringan pada gastrointestinal, namun hal ini sangat jarang terjadi. e. Paracetamol Indikasi dari Paracetamol adalah sebagai antipiretik/analgesik, termasuk bagi pasien yang tidak tahan asetosal. Sebagai analgesik, misalnya untuk mengurangi rasa nyeri pada sakit kepala, sakit gigi, sakit waktu haid dan sakit pada otot.menurunkan demam pada influenza dan setelah vaksinasi.
K ontra
indikasinya adalah hipersensitif
terhadap parasetamol dan defisiensi glokose-6-fosfat dehidroganase.tidak boleh digunakan pada penderita dengan gangguan fungsi hati (Tjay, 2002). 2.4 Penyelesaian K asus Ibu Yanti sedang hamil memasuki trisemester 3. Beliau mengalami hipertensi yang diiringi dengan gejala kenaikan tekanan darah, pegal-pegal, nyeri dan pusing. Ibu Yanti pergi ke dokter dan mendapatkan resep yang terdiri dari beberapa obat yaitu Captopril 25 mg, Furosemid 40 mg, Valisanbe 5 mg, Lapibal dan Paracetamol.
R esep
dibawa ke apotek Himafarma yang diterima oleh asisten apoteker dan dianalisis oleh apotekernya. Setelah dianalisis, resep tersebut ternyata tidak rasional. Ada beberapa obat yang terkandung di dalam resep tersebut kontra indikasi terhadap ibu hamil seperti Captopril, Furosemida dan Valisanbe. Sehingga dikhawatirkan obat tersebut dapat memperparah penyakit dan mengganggu kehamilan dari Ibu Yanti. Apoteker yang sadar terhadap kasus tersebut harus segera menghubungi dokter untuk meminta izin agar resep diganti dengan obat-obat yang lebih aman untuk ibu hamil. Captopril dan Furosemid dalam resep perlu diganti dengan obat lain yang juga memiliki efek yang sama sebagai antihipertensi. Alasan digantinya obat ini karena kedua obat ini melewati plasenta, dan diekskresikan lewat air susu ibu (ASI) mengingat pasien dalam keadaan hamil trisemester ketiga. Penggunaan Captopril menimbulkan efek samping berupa batuk yang dapat memperparah gangguan tidur ibu Yanti. Selain itu, penggunaan Furosemid dapat menimbulkan efek diuresis karena mekanisme obat ini menginduksi pelepasan ion Na + yang dapat mengikat air dan menyebabkan ibu Yanti akan lebih sering buang air kecil apalagi jika ibu Yanti menggunakan obat ini sebelum tidur juga. Adapun alternatif opt ional antihipertensi pengganti Captopril dan furosemid adalah Metildopa yang memiliki aktivitas antihipertensi dengan mekanisme blokade reseptor .
Valisanbe dengan kandungan zat aktif berupa Diazepam kurang aman jika digunakan pada ibu hamil karena Diazepam dapat masuk melalui plasenta sehingga akan menimbulkan efek samping bagi neonatus berupa hiperbilirubinemia. Sebaiknya obat ini tidak digunakan. Paracetamol tetap digunakan karena indikasinya untuk mengurangi nyeri dan pusing pada pasien. Dengan informasi yang diberikan kepada dokter maka dokter akan menyetujui apabila resep diubah menja di : R esep R /
setelah diubah :
Metildopa 250 mg
No.XV
s.2.d.d.1 R /
Lapibal tab
No.X
s.2.d.d.1 R /
Paracetamol tab
No.X
s.2.d.d.1 Pro
: Ibu Yanti
Umur
: 32 tahun
2.5 K onseling Pada tahap konseling ini pasien akan memberikan resep ke sebuah apotek, dan akan dilayani oleh asisten apoteker.
K emudian
menyadari ada kesalahan pada peresepan
asisten apoteker akan menginformasikan kepada dokter yang menulis resep tersebut untuk mengubah obat di dalam resep dengan obat yang aman bagi pasien apalagi pasien ini sedang hamil.
K omunikasi
dengan dokter dapat melalui media telfon atau bertemu
langsung apabila memungkinkan, informasi yang diberikan kepada dokter harus merupakan informasi yang jelas dan disertai alasan yang kuat. Pada kasus ini pasien tidak boleh mengkonsumsi obat captropil, furosemide, dan valisanbe karena dapat menggangu kehamilan dan janin di dalamnya. Oleh karena itu apoteker harus memberikan suatu informasi yang jelas pada dokter dan memberikan a lternatif penyelesaian masalah tersebut. Oleh karena itu r esep akan diubah atas persetujuan dokter yang terkait menjadi 3 macam obat saja yaitu metildopa, lapibal, dan paracetamol. R esep
yang telah diubah dan mendapat persetujuan dokter segera disiapkan dan
diberikan pada pasien. Untuk berkomunikasi dengan pasien, apoteker harus membuka pembicaraan dengan sopan dan berkata-kata halus untuk menyenangkan hati pasien. Menanyakan nama dan keadaan pasien merupakan kata-kata yang dapat digunakan untuk membuka pembicaraan. Setelah pasien merasa nyaman dengan komunikasi dua arah
tersebut, apoteker harus memberikan obat yang telah disiapkan dan dijelaskan masingmasing obat dan cara pemakaiannya. Sebelumnya pasien diberitahu terlebih dahulu mengenai perubahan resep dan alasannya mengapa resep diubah sehingga pasien memahami dan tidak menggunakan sembarangan obat ketika sedang hamil. Selain itu pesien juga harus terlebih dahulu mengetahui harga semua obat dalam resep apabila diambil semuanyam sehingga pasien akan memberikan pilihan apakah akan membeli resep penuh atau Cuma setengah saja. Untuk resep tersebut ada 3 jenis obat dalam sediaan jadi, sehingga apoteker harus memberikan informasi mengenai penggunaan obat tersebut. y
Metildopa, merupakan antihipertensi dengan sediaan 250 mg dan diminum 2 kali sehari 1 tablet pada siang dan malam hari dengan selang minum 12 jam, diminum sebelum makan.
y
Lavibal, merupakan multivitamin dengan sediaan 15 mg dan diminum 2 kali sehari 1 tablet pada siang dan malam hari dengan selang minum 12 jam, diminum sebelum makan.
y
Paracetamol, merupakan analgetik dengan sediaan 500 mg dan diminum 2 kali sehari 1 tablet pada siang dan malam hari dengan selang minum 12 jam, diminum sebelum makan. Setelah memberikan informasi tentang cara penggunaan obat, apoteker dapat
menanyakan kembali kepada pasien tentang r esep tersebut. Hal ini dapat dilakukan untuk menghindari miskomunikasi antara apoteker dan pasien.
K arena
pasien sedang
mengalami kehamilan sebaiknya dapat dilakukan konseling masalah penggunaan obatobatan pada kehamilan, oleh karena itu apoteker mempunyai kesempatan untuk membuka konseling kepada pasien tersebut.
BAB III PENUTUP
3.1 K esimpulan K esimpulan
yang dapat diambil dari kasus diatas adalah:
1. Captopril tidak bisa digunakan untuk ibu hamil, alternatif obat pensubstitusi yang dapat digunakan adalah Metildopa 250 mg dengan mekanisme aksi blokade reseptor . 2. Furosemide sebaiknya tidak digunakan karena dapat menyebabkan peningkatan sekresi urin sehingga dapat mengganggu waktu istirahat pasien. 3. Valisanbe dengan kandungan Diazepam tidak digunakan karena dapat memasuki plasenta dan menimbulkan efek samping bagi neonatus berupa hiperbilirubinemia. 4. PCT tetap digunakan pada resep karena penggunaannya sesuai untuk indikasi yang diinginkan yakni untuk mengobati nyeri dan pusing pada pasien. 5. Lapibal digunakan sebagai vitamin suplement neuropati perifer terutama dengan kandungan mekobalamin untuk mengatasi pusing yang sering dialami pasien. Alangkah baiknya jika pasien menggunakan multivitamin yang jug amengandung asam folat yang baik bagi janin. 3.2 Saran Disarankan kepada ibu hamil untuk menjaga pola makan, memperbanyak istirahat, mengurangi potensi stress menjelang persalinan karena dapat memicu terjadinya pre-eklamsia.
DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2009. I nfor ma si Obat http://www.infopenyakit.com/2008/01/penyakit-darah-tinggi-hipertensi.html Diakses tanggal 10 Mei 2011 Wikipedia, 2010. Tekanan Darah T ingg i http://www.wikipedia-org.tekanan-darah-tinggi Diakses tanggal 10 Mei 2011 Tjay, Tan Hoan & Jakarta.
K irana R ahardja.
2002. Obat-obat Pent ing. PT. Elek Media
K omputindo,
TUGAS MATA KULIAH KOMUNIKASI, INFORMASI, DAN EDUKASI MAKALAH KONSELING RESEP HIPERTENSI
Disusun Oleh : Munadzar Rita
J1E108015
Abdi Maulana
J1E108018
Muhammad Zaini
J1E108022
Ismi Azizah
J1E108024
Farah Eka Putri Wisuda
J1E108025
Risti Pratiwi
J1E108026
Wiwi Rahayu
J1E108027
Jefri H.Marpaung
J1E108028
Yulia Yudha Irianti
J1E108029
Multi Tri Ariana
J1E108031
Winni Fridayanti
J1E108033
Irma Rosalina
J1E108034
Ellysa Anggraini
J1E108035
Dosen: Dra. Sulistyaningtyas, Apt
PROGRAM STUDI FARMASI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2011