MAKALAH TEORI AKUNTANSI ASET TETAP
DISUSUN OLEH: BIMA PUTRA NINDYA ISMI SYAHIDAH NURUL AWALIYAH
JURUSAN AKUNTANSI
Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi Muhammaddiyah Tanjung Redeb 2017
KATA PENGANTAR
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang, Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah Teori Akuntansi mengenai Aset Tetap. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena i tu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ilmiah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang budaya kerja ini dapat dapat memberikan manfaat inspirasi terhadap pembaca.
tanjung redeb, 18 september 2016
Penyusun
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG Secara umum akuntansi mencakup kegiatan pendapatan dimulai dari transaksi dicatat untuk pertama kali dalam jurnal hingga menjadi laporan keuangan. Sehingga dapat dikatakan bahwa akuntansi sangatlah penting dalam kegiatan sehari-hari terutama bagi operasi perusahaan dalam satu periode. Di dalam akuntansi kita telah mengenal proses penyusunan laporan keuangan yang mana terdapat nama-nama akun dan nomor-nomor akun yang sesuai ketentuan perusahaan. Proses akuntansi diantaranya mulai dari bukti transaksi,jurnal (jurnal umum dan jurnal khusus), posting buku besar, neraca, laporan perubahan ekuitas), jurnal penutup, neraca saldo setelah penutupan dan jurnal pembalik. Dari tahapan diatas laporan keuangan neraca tediri dari aktiva lancar, aktiva tetap, kewajiban dan modal. Dan yang akan dibahas kali ini adalah aktiva tetap, yaitu berbagai jenis aktiva dapat digunakan lebih dari satu periode untuk operasi perusahaan. Aktiva tetap terdiri dari aktiva berwujud dan aktiva tidak berwujud. Oleh karena itu perlunya mengetahui serta memahami secara rinci tentang aktiva tetap baik aktiva tetap berwujud dan aktiva tidak berwujud. Dengan cara demikian kita mampu mengaplikasikan apa saja yang didalam aktiva tetap perusahaan.
1.2 RUMUSAN MASALAH Apa pengertian aktiva? Apa arti penting dari aktiva tetap? Apa saja karakteristik dari aktiva tetap? Bagaimana konsep dan pengakuan transaksi aktiva tetap? Bagaimana penggolongan dan klasifikasi dari aktiva tetap? Apa perbedaan antara aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud? 1.3 TUJUAN Mengetahui pengertian dari aktiva sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan. Mengetahui arti penting dari aktiva tetap. Mengetahui sifat-sifat dari aktiva tetap. Mengetahui penggolongan dan klasifikasi pada aktiva tetap. Mengetahui secara umum aktiva berwujud dan tidak berwujud.
BAB II PEMBAHASAN
2.1 PENGERTIAN AKTIVA Aktiva ialah kekayaan perusahaan yang berwujud dan tidak berwujud, serta pengeluaran yang belum dialokasikan atau biaya yang masih harus dialokasikan pada penghasilan yang akan datang. Pengertian aktiva menurut beberapa orang ahli sebagai-berikut: Menurut Dra. Lanita Winata, Akuntan (1994, hal 55) menjelaskan : “Aktiva ialah Sejumlah kekayaan atau sumber -sumber ekonomi yang dimiliki oleh suatau
perusahaan berupa uang, barang dan hak yang timbul dari tr ansaksi-transaksi yang terjadi di masa lampau dan dapat memberikan manfaat di masa yang akan datang”.
Menurut Standar Akuntansi Keuangan, dalam kerangka dasar penyusunan dan penyajian laporan keuangan (2002 , hal 13, paragraf 49) menjelaskan : “Aktiva ialah Sumber daya yang dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari mana manfaat ekonomi di masa depan diharapkan akan diperoleh oleh perusahaan”.
Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa, Aktiva ialah Kekayaan atau sumber-sumber daya yang dimiliki dan dikuasai oleh perusahaan sebagai akibat dari transaksi-transaksi yang terjadi di masa lampau dan diharapkan akan memberi manfaat di masa depan .
2.2 ARTI PENTING DARI AKTIVA TETAP Aktiva tetap ialah aktiva tetap berwujud yang mempunyai nilai guna ekonomis jangka panjang, dimiliki perusahaan untuk menjalankan operasi guna menunjang perusahaan dalam mencapai tujuan dan dimiliki perusahaan tidak untuk dijual kembali agar diperoleh laba atas penjualan tersebut. Pengertian aktiva tetap berwujud dikemukakan oleh beberapa orang ahli sebagai berikut : Menurut Zaki Baridwan (1992, hal 271) menjelaskan : “Aktiva tetap berwujud yang sifatnya relatif permanen
(menunjukkan sifat bahwa aktiva yang bersangkutan dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif cukup lama) yang digunakan dalam kegiatan perusahaan”.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan sifat-sifat tetap berwujud digunakan dalam operasional perusahaan, tidak untuk diperdagangkan, umur ekonomi lebih dari satu tahun yang sifatnya relatif tetap atau permanen dan berwujud fisik artinya dapat dilihat dan dirasakan dengan panca indera.
2.3 KARAKTERISTIK AKTIVA TETAP Aktiva tetap mempunyai beberapa karakteristik dari berbagai sumber, yaitu : Menurut Firdaus A Dunia (2005 : 151) menyatakan bahwa karakteristik aktiva tetap, yaitu : 1.
Maksud perolehannya adalah digunakan dalam kegiatan perusahaan, bukan diperjualbelikan
dalam kegiatan normal perusahaan
2. Jangka waktu pemakaian yang lebih dari satu tahun 3. Bahwa pengeluaran untuk aktiva tersebut harus merupakan pengeluaran yang nilainya besar atau material bagi perusahaan tersebut Sedangkan menurut Achmad Tjahjono, dkk (2009 : 112) mengungkapkan beberapa karakteristik aktiva tetap, yaitu : 1. Dipergunakan untuk operasional perusahaan dan tidak untuk dijual 2. Memiliki manfaat satu periode akuntansi atau satu siklus operasi normal 3. Memiliki fisik, karakter untuk membedakan dengan aktiva tak berwujud 4. Mempunyai nilai material Jenis-jenis Aktiva Tetap
Suatu aktiva mungkin saja mempunyai masa guna lebih dari satu periode akuntansi, mempunyai nilai relative besar, dan tidak untuk diperjualbelikan kembali. Tetapi bila aktiva tersebut tidak digunakan dalam
aktivitas usaha perusahaan sehari-hari, maka aktiva tersebut tidak dapat diklasifikasikan sebagai aktiva tetap, mungkin lebih tepat diklasifikasikan sebagai investasi jangka panjang atau aktiva lain-lain. Setelah dilihat dari karakteristik dari aktiva tetap, selanjutnya penulis akan memaparkan tentang beberapa pengelompokkan atau jenis-jenis aktiva tetap. Menurut Arief Sugiono, dkk (2009 : 27) aktiva tidak lancar dapat dibagi menjadi 3 (tiga), yaitu : 1.
Investasi Jangka Panjang Investasi jangka panjang adalah penanaman modal jangka panjang untuk mengontrol perusahaan lain dan memperoleh penghasilan melalui dividen.
2.
Aktiva Tetap Berwujud
Aktiva tetap tidak berwujud adalah aktiva yang diperoleh dalam bentuk dibayar terlebih dahulu, digunakan untuk operasi perusahaan dan tidak dijual serta mempunyai manfaat lebih dari satu tahun, contoh : bangunan, mesin, kendaraan dan sebagainya. 3.
Aktiva Tidak Berwujud
Aktiva tidak berwujud adalah hak-hak yang dimiliki perusahaan yang diberikan kepada penciptanya. Hakhak ini dilindungi oleh undang-undang, contoh : hak paten, merek dagang, franchise, dan sebagainya. Menurut Kieso, et. al, (2002 : 271) mengelompokkan aset menjadi dua, yakni : 1. Aset tetap berwujud (tangible assets ) merupakan aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. 2. Aset tetap tidak berwujud ( intangible assets) merupakan aktiva-aktiva nonmoneter yang dapat diidentifikasi dan tidak mempunyai bentuk fisik serta dimiliki untuk digunakan dalam menghasilkan atau menyerahkan barang atau jasa, disewakan pada pihak lainnya, atau untuk tujuan administratif.
2.4 KONSEP ASET TETAP Menurut Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 16 aset tetap adalah aset berwujud (tangible fixed assets) yang memenuhi kriteria sebagai berikut: a. masa manfaatnya lebih dari satu tahun; b. digunakan dalam kegiatan perusahaan; c. dimiliki tidak untuk dijual kembali dalam kegiatan normal perusahaan; serta d. nilainya cukup besar. Contoh dari aset tetap adalah (mobil) kendaraan. Mobil mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun dan digunakan untuk kegiatan operasional perusahaan, seperti mengirim barang ke pembeli, mobil inventaris direksi perusahaan. Mobil yang dikategorikan sebagai aset tetap tidak untuk dijual kembali. Apabila untuk dijual kembali, misalnya bagi perusahaan dealer mobil, maka mobil dalam hal ini termasuk kelompok persediaan. Selain itu nilainya cukup besar untuk sebuah aset. Peralatan yang nilainya relative kecil, seperti sendok, piring, gelas, meskipun mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun tidak dikelompokkan ke dalam aset tetap.
Biaya Perolehan Semua biaya yang terjadi untuk memperoleh suatu aset tetap samapi tiba di tempat dan siap digunakan harus dimasukkan sebagai bagian dari harga perolehan ( cost ) aset yang bersangkutan. Dengan demikian harga perolehan suatu aset tetap tidak terbatas pada harga belinya saja. Berikut adalah contoh biaya perolehan tanah.
Harga beli tanah
Rp 100.000.000,-
Biaya pembuatan akta jual beli tanah
Biaya
balik
7.500.000,nama
ke
perusahaan
Rp
Biaya pengurugan tanah
Rp 2.500.000,Rp 10.000.000,-
Biaya perataan tanah sampai siap bangun JUMLAH
Rp 15.000.000,Rp 135.000.000,-
Berdasarkan semua biaya yang dikeluarkan di atas, maka biaya perolehan untuk tanah adalah Rp 147.500.000,-. Sementara untuk mesin (peralatan) biaya perolehan dapat terdiri dari harga beli, biaya kirim, biaya instalasi (pemasangan), biaya training untuk operator, dan biaya set up. Perolehan aset tetap dapat dilakukan dengan berbagai cara. Biasanya melalui pembelian tunai, pembelian kredit, pembelian dengan angsuran maupun leasing.
Penyusutan Semua jenis aset tetap, kecuali tanah, akan makin berkurang kemampuannya untuk memberikan jasa bersamaan dengan berlalunya waktu. Beberapa factor yang mempengaruhi menurunnya kemampuan ini adalah karena pemakaian, keausan, ketidakseimbangan kapasitas yang tersedia dengan yang diminta dan ketetinggalan teknologi. Berkurangnya kapasitas berarti berkurangnya nilai aset tetap yang bersangkutan. Hal ini perlu dicatat dan dilaporkan. Pengakuan adanya penurunan nilai aset tetap berwujud disebut penyusutan (depresiasi / depreciation). Penyusutan dapat dihitung tiap-tiap bulan atau ditunda sampai dengan akhir tahun. Terdapat beberapa metode untuk menghitung penyusutan aset tetap berwujud. Ada dua factor yang mempengaruhi besarnya penyusutan, yaitu : a)
Nilai aset tetap yang digunakan dalam perhitungan pernyusutan (dasar penyusutan), dapat berupa
harga perolehan atau nilai buku. b)
Taksiran manfaat, mencerminkan besarnya kapasitas / manfaat aset tetap selama dipakai. Taksiran
ini dapat dinyatakan dalam lamanya jangka waktu pemakaian atau kapasitas produksi yang dihasilkan. Untuk menghitung penyusutan, taksiran manfaat dinyatakan dalam tarif penyusutan. Dari uraian di atas, maka secara umum penyusutan aset tetap dapat dihitung dengan rumus: Berikut
Beban Penyusutan = Tarif Penyusutan x Dasar
adalah
metode
yang
lazim
digunakan untuk penyusutan aset tetap.
Penyusutan
1. Metode Garis Lurus ( S traig ht Li ne Method ) Metode garis lurus menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama setiap tahun sepanjang umur manfaat suatu aset tetap. Rumus yang digunakan untuk menghitung biaya penyusutan per tahun dengan metode ini adalah:
Harga Perolehan Aset Tetap
Biaya Penyusutan =
-
Nilai Sisa
---------------------------------------------------------
Umur Ekonomis
Sebagai contoh, asumsikan bahwa biaya akuisisi aset tetap adalah Rp 24.000.000,-, dimana estimasi nilai sisa adalah Rp 2.000.000,- dan manfaat ekonomisnya 5 tahun. Penyusutan tahunan aset tersebut dihitung sebagai berikut: Rp 24.000.000 - Rp 2.000.000 -------------------------------------- = Rp 4.400.000,- penyusutan per tahun. 5 tahun Jika suatu aset tidak digunakan setahun penuh, maka penyusutan tahunannya disesuaikan menurut lamanya pemakaian. Mislkan aset tetap di atas digunakan mulai 1 Oktober, sedangkan akhir tahun fiskal
adalah 31 Desember. Maka penyusutan untuk tahun pertama adalah Rp 1.100.000,- (Rp 4.400.000,- x 3/12). Untuk kemudahan penerapan meted garis lurus,, penyusutan tahunan bisa dikonversi ke persentase biaya yang dapat disusutkan. Persentase ini ditentukan dengan membagi 100% dengan lamanya umur manfaaat. Sebagai contoh, jika umur manfaatnya 20 tahun, maka persentase penyusutan tahunannya adalah 5% (100% dibagi 20). Jika umur manfaatnya 8 tahun maka persentase beban penyusutan tahunannya adalah 12,5% (100% dibagi 8). Dengan demikian pada contoh di atas, biaya penyusutan di atas dapat dihitung dari Rp 22.000.000 dikali 20% (100%/5). Metode garis lurus sangat sederhana dan digunakan secara luas. Mtode ini menciptakan transfer biaya yang wajar ke beban periodic jika pemanfaatan aset dan pendapatan yang terkait dengan pemakaian sama dari period eke periode.
2. Metode Unit Produksi ( Unit Pr oduction Method) Jika tingkat pemanfaatan aset tetap bervariasi dari tahun ke tahun, dan lamanya umur ekonomis berkaitan erat dengan tingkat pemakaian, maka metode unit produksi lebih tepat dipakai daripada metode garis lurus. Karena, metode unit produksi mampu membandingkan lebih baik beban penyusutan dengan pendapatan terkait. Metode Unit Produksi ( Unit Production Method) menghasilkan jumlah beban penyusutan yang sama bagi setiap unit yang diproduksi atau setiap unit kapasitas yang digunakan oleh aset. Untuk menerapkan metode ini umur manfaat aset diekspresikan dalam istilah unit kapasitas produktif seperti jam atau mil. Total beban penyusutan untuk setiap periode akuntansi kemudian ditentukan dengan mengalikan penyusutan per unit dengan jumlah unit yang dihasilkan atau digunakan selama periode dimaksud. Sebagai contoh asumsikan bahwa sebuah mesin dengan harga perolehan Rp 240.000.000,- dan prediksi nilai sia Rp 20.000.000,diperkirakan memiliki umur manfaat 10.000 jam operasi. Dari data tersebut maka penyusutan per jam diitung sebagai berikut: Rp 240.000.000 – Rp 20.000.000 ---------------------------------------- = Rp 22.000.000,- penyusutan per jam 10.000 jam Dengan mengasumsikan bahwa mesin dioperasikan 2.100 jam selama satu tahun, maka penyusutan tahun tersebut adalah Rp 46.200.000 ( Rp 22.000.000 x 2.100 jam).
3. Metode Saldo Menurun ( Declini ng B alance Method ) Metode saldo menurun menghasilkan beban periodic yang terus menurun sepanjang estimasi umur manfaat aset. Untuk menerapkan metode ini, tariff penyusutan garis lurus tahunan terlebih dahulu harus digandakan. Sebagai contoh tariff penyusutan saldo menurun atas suatu aset yang memiliki estimasi umur manfaat 5 tahun adalah 40% yaitu dua kali tariff garis lurus sebesar 20% (100% / 5). Untuk tahun pertama, biaya aset dikalikan dengan tariff saldo menurun. Setelah tahun pertama, nilai buku (book value) yang menurun (biaya dikurangi akumulasi penyusutan) dikalikan dengan tariff yang dimaksud. Sebagai contoh, penyusutan saldo menurun tahunan atas suatu aset yang memiliki umur manfaat 5 tahunan dan biaya $24.000 dikperlihatkan berikut ini:
Tahun
Harga Perolehan
Akumulasi Penyusutan Awal Tahun
Nilai
Buku
Tarif
Awal Tahun
Penyusutan
Nilai
Buku
Tahunan
Akhir Tahun
1
$24,000
0
$24,000.00
X
40%
$9,600.00
$14,400.00
2
$24,000
$9,600.00
14,400.00
X
40%
5,760.00
$8,640.00
3
$24,000
15,360.00
8,640.00
X
40%
3,456.00
$5,184.00
4
$24,000
18,816.00
5,184.00
X
40%
2,073.60
$3,110.40
5
$24,000
20,889.60
3,110.40
X
-
1,110.40
$2,000.00
Perhatikan bahwa pada saat perusahaan menggunakan metode saldo menurun, estimasi nilai sisa tidak diperhitungkan dalam penentuan tariff penyusutan. Nilai sisa juga diabaikan dalam penghitungan periode penyusutan. Namun aset tidak boleh disusutkan melampaui estimasi nilai sisa. Dalam contoh di atas,estimasi nilai sisa adalah $2,000. Jadi penyusutan tahun ke-5 adalah $1,110.40 yaitu $3,110.40 dikurangi $2,000, bukan $1,244.16 yaitu dari 40% x $3,110.40. Pengeluaran Modal dan Pengeluaran Pendapatan
Setelah perolehan, masih terdapat biaya-biaya yang muncul selama penggunaan aset tetap. Misalnya biaya pemeliharaan
(maintenance), penambahan
(additions),
penggantian (replacements)
atau
perbaikan
(repairs). Pada dasarnya pengeluaran-pengeluaran untuk aset tetap setelah perolehan dapat dikategorikan menjadi pengeluaran modal ( capital expenditures) dan pegeluaran pendapatan ( revenue expenditures). Pengeluaran modal adalah pengeluaran-pengeluaran yang harus dicatat sebagai aset (dikapitalisasi).
Pengeluaran jenis ini akan mendatangkan manfaat lebih dari satu periode akuntansi, akan menambah efisiensi aset tetap, memperpanjang masa manfaat atau meningkatkan kapasitas atau mutu produksi. Yang termasuk dalam pengeluaran modal adalah penambahan AC pada mobil, penambahan teras pada gedung, penggantian generator pada sebuah mesin, perbaikan besar-besaran (overhaul). Pengeluaran pendapatan adalah pengeluaran-pengeluaran yang hanya mendatangkan manfaat untuk
tahun di mana pengeluaran tersebut dilakukan. Oleh karena itu pengeluaran ini dicatat sebagai beban. Contohnya adalah pemeliharaan dan perbaikan rutin sebuah mesin. Beban pemeliharaan dilakukan agar aset tetap selalu berada dalam keadaan baik. Sementara beban perbaikan dikeluarkan agar mesin tetap dalam keadaan baik hingga dapat beroperasi secara optimal.
Pengakuan Transaksi Aset Tetap Aset tetap diakui oleh perusahaan apabila telah dilakukan transaksi pembelian aset tetap yang sesuai dengan prosedur yang telah ditetapkan. Prosedur pengakuan aset tetap akan melibatkan dua fungsi, yaitu: a. Fungsi Pembelian, bertanggung jawab terhadap proses pembelian aset tetap yang dibutuhkan oleh perusahaan, mulai dari jenis aset tetap, spesifikasi teknis aset tetap, harga beli aset tetap, biaya-biaya lain yang mugkin muncul sempai aset tetap tersebut siap digunakan. b. Fungsi Akuntansi, bertanggung jawab terhadap pencatatan transaksi pembelian aset tetap, mulai dari nilai aset tetapnya sampai dapat ditentukannya biaya perolehan aktvia tetap yang bersangkutan.
Selain itu fungsi akuntansi juga harus menghitung beban penyusutan setiap periodenya sesuai dengan metode penyusutan yang ditetapkan
2.5 PENGGOLONGAN AKTIVA TETAP 2.5.1 Aktiva tetap Berwujud Aset tetap (Fixed Assets) disebut juga Property, Plant, and Equipment. Menurut Standar Akuntansi Keuangan (PSAK No. 14, Hal 16.2 & 16.3 – IAI, 2002), aset tetap adalah asset berwujud yang diperoleh dalam bentuk siap pakai atau dengan dibangun lebih dahulu, yang digunakan dalam operasi perusahaan, tidak dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan normal perusahaan dan mempunyai masa manfaat lebih dari satu tahun.1[1] Menurut SAK ETAP (IAI, 2009; 68): aset tetap adalah aset berwujud yang: 1. Dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk disewakan ke pihak lain, atau untuk tujuan administratif, dan 2. Diharapkan akan digunakan lebih dari satu periode. Suatu benda berwujud harus diakui sebagai suatu aset dan dikelompokkan sebagai aset tetap bila: 1. Besar kemungkinan (probable) bahwa manfaat keekonomian di masa akan datang yang berkaitan dengan aset tersebut akan mengalir ke dalam perusahaan, dan 2. Biaya perolehan aset dapat diukur secara handal. Secara historis, aset tetap mengacu pada aset berwujud yang dimiliki untuk tujuan jangka panjang. Akan tetapi, definisi formal aset tetap harus memasukkan cara penggunaanya dan jangka waktu kepemilikan oleh suatu entitas. Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk penggunaan dalam proses produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk penyewaan pada pihak lain, atau untuk tujuantujuan administratif dan diperkirakan akan digunakan selama lebih dari satu periode. (IAS 16.6)2[2] Standar akuntansi saat ini, termasuk IFRS dan IAS, belum mendefinisikan aset tetap dengan tepat. Aset tetap bukan satu-satunya ast berwujud dan hanya salah satu-satunya aset berwujud dan hanya salah satu jenis aset tidak lancar. Di beberapa tempat, sebagai contoh adalah Inggris dan Hong Kong, Istilah “aset tetap” dapat ditemukan di dalam hukum dan regulasi masing -masing yang mensyaratkan
pengungkapan aset tetap pada neraca. Akan tetapi, tempat lain mungki tidak mempunyai definisi khusus mengenai masalah istilah ini. Praktik umum masih mengacu pasa aset tetap sebagai aset berwujud sementara beberapa praktik telah mengelompokkan selain aset berwujud sementara beberapa praktik telah mengelompokkan selain aset berwujud juga, properti investasi, dan atau sewa tanah sebagai aset tetap.3[3]
Jadi dapat disimpulkan bahwa Aktiva tetap merupakan aktiva perusahaan yang tidak dimaksudkan untuk dijual belikan melainkan untuk digunakan dalam kegiatan perusahaan yang umumnya lebih dari satu tahun, dan merupakan pengeluaran perusahaan dalam jumlah yang besar.
Harga Perolehan Aktiva Tetap Berwujud Untuk menentukan besarnya harga perolehan suatu aktiva, berlaku prinsip yang menyatakan bahwa semua pengeluaran yang terjadi sejak pembelian sampai aktiva itu siap dipakai harus dikapitalisasi. Karena jenis aktiva itu macam-macam maka masing-masing jenis mempunyai masalah-masalah khusus yang akan dibicarakan berikut ini :
Tanah Tanah yang dimiliki dan digunakan sebagai tempat berdirinya perusahaan dicatat dalam rekening tanah. Apabila tanah itu tidak digunakan dalam usaha perusahaan maka dicatat dalam rekening investasi jangka jangka panjang. Harga perolehan tanah terdiri dari berbagai elemen seperti : a.
Harga beli
b. Komisi pembelian c.
Bea balik nama
d. Biaya penelitian tanah e.
Iuran-iuran (pajak-pajak) selama tanah belum dipakai
f.
Biaya merobohkan bangunan lama
g.
Biaya perataan tanah pembersihan dan pembagian
h. Pajak-Pajak yang jadi beban pembelian pada waktu pembelian tanah
Bangunan Gedung yang diperoleh dari pembelian, harga perolehannya harus dialokasikan pada tanah dan gedung. Biaya yang dikapitalisasi sebagai harga perolehan gedung adalah : a.
Harga beli
b.
Biaya Perbaikan sebelum gedung itu dipakai
c.
Komisi pembelian
d.
Bea balik nama
e.
Pajak-Pajak yang menjadi tanggungan pembeli pada waktu pembelian mesin dan alat-alat Yang merupakan harga perolehan meisn dan alat-alat adalah
a.
Harga beli
b. Pajak-pajak yang menjadi beban pembeli c.
Biaya angkut
d. Asuransi selama dalam perjalanan e.
Biaya pemasangan
f.
Biaya-biaya yang dikeluarkan selama masa percobaan mesin
A lat-A lat K erja Alat-alat kerja yang dimiliki bias berupa alat-alat untuk mesin atau alat-alat tangan
Pattern dan dies atau Cetakan-Cetakan
Cetakan-cetakan yang dipakai untuk peroduksi dalam beberapa periode dicatat dalam rekening aktiva tetap dan didepresiasi selam umur ekonomisnya
Perabotan dan Alat-Alat K antor Pembelian atau pembuatan alat-alat harus dipisahkan-pisahkan untuk fungsi-fungsi produksi, penjulaan dan administrasi, sehingga depresiasinya dapat dibebankan pada maisng-masing fungsi tersebut .
K endaraan Seperti halnya perabot, maka kendaraan yang dimiliki juga harus dipisahkan untuk setiap fungsi yang berbeda
Tempat Barang yang D apat Di kembalik an Adalah barang-barang yang dipakai sebagai tempat dari produk yang dijual
Cara – Cara Perolehan Aktiva Tetap Aktiva tetap dapat diperoleh dengan berbagai cara, dimana masing-masing cara perolehan akan mempengaruhi penentuan harga perolehan berikut ini akan dibahas tetang harga perolehan :
Pembelian Tunai
Aktiva tetap berwujud yang diperoleh dari pembelian tunai dicatat dalam buku-buku dengan jumlah sebesar uang yang dikeluarkan
Pembelian s ecara g abung an
Harga perolehan dari setiap aktiva yang diperoleh secara gabungan ditentukan dengan mengalokasikan harga gabungan tersebut berdasarkan perbandingan nilai wajar setiap aktiva yang bersangkutan. Perolehan Melalui Pertukaran
Di tukar deng an S urat-s urat B erharg a
Aktiva tetap yang diperoleh dengan cara ditukar dengan saham atau Obligasi perusahaan, dicatat dalam buku sebesar harga pasar saha atau obligasi yang digunakan sebagai penukar
Di tukar deng an aktiva tetap yang lain
Banyak pembelian aktiva tetap dilakukan dengan cara tukar- menukar atau sering disebut “tukar tambah”. Dimana aktiva lama digunakan untuk membayar harga aktiva baru ada dua jenis pertukaran yaitu :
a.
Pertukaran aktiva tetap yang tidak sejenis
b. Pertukaran aktiva tetap yang sejenis
Pembelian angsuran
Apabila aktiva tetap diperoleh dari pembelian angsuran, maka dalam harga perolehan aktiva tetap tidak boleh termasuk bunga.
Di peroleh dari Hadiah atau Donasi
Aktiva tetap yang diperoleh dari hadiah atau donasi, pencatatannya bias dilakukan menyimpang dari prinsip harga perolehan
A ktiva yang Di buat s endir i
Perusahaan mungkin membuat sendiri aktiva tetap yang diperlukan seperti gedung, alat-alat dan perabotan. Pembuatan aktiva ini biasanya dengan tujuan untuk mengisi kapasitas atau pegawai yang masih diam
Biaya – Biaya Selama Masa Penggunaan Aktiva Aktiva tetap yang dimiliki dan digunakan dalam usaha perusahaan akan memerlukan pengeluaranpengeluaran yang tujuannya adalah agar dapat memenuhi kebutuhan perusahaan. Pengeluaranpengeluaran tersebut dapat dikelompokan menjadi :
R eparas i dan P emeliharaan
Biaya reparasi dapat merupakan biaya yang jumlahnya kecil jika reparasinya bisa dan jumlahnya cukup besar jika reparasinya besar. Reparasi besar biasanya terjadi selah beberapa than, sehingga dapat dikatakan bahwa manfaat reparasi seperti ini akan dirasakan dalam beberapa periode. Oleh karena itu biaya reparasi besar dikapitalisasi dan pembebanannya sebagai biaya dilakukan dalam periode-periode yang menerima manfaat
Penggantian
Biaya yang dikeluarkan untuk mengganti aktiva atau suatu bagian aktiva dengan unit yang baru yang tipenya sama.
Perbaikan
Adalah penggantian suatu aktiva dengan aktiva baru untuk memperoleh kegunaan yang lebih besar.
Penambahan
Adalah memperbesar atau memperluas fasilitas suatu aktiva seperti penambahan ruang dalam bangunan ruang parker dan lain-lain
Penyus unan Kembali aktiva tetap
Biaya-biaya yang dikeluarkan dalam penyusunan kebali aktiva atau perubahan route produksi atau untuk mengurangi biaya produksi, jika jumlahnya cukup berarti dan manfaat penyusunan kembali itu akan dirasakan lebih dari satu periode akuntansi maka harus di kapitalisasi
Memberhentian Aktiva
Aktiva tetap bisa dihentikan pemakaiannya dengan cara dijual, ditukarkan, maupun karena rusak. Pada waktu aktiva tetap dihentikan dari pemakian maka semua rekening yang berhubungan dengan aktiva tersebut dihapuskan.
Asuransi Kebakaran
Perusaahan biasanya mengasuransikan harta benda terhadap kemungkinan timbulnya kerugian karena kebakaran. Perjanjian asuransi ini dinyatakan dalam polis. Perusahan asuransi akan mengganti kerugian dalam hal adanya kebakaran, maksimum sebesar jumlah pertanggungan yang dinyatakan dalam polis
Asuransi Bersama
Syarat asuransi bersama adalah syarat menyatakan bahwa apabila harta benda diasuransikan (dipertanggung jawabkan) dengan jumlah yanglebih rendah dari pada suatu persentase tertentu dari pasar benda tersebut pada saat terjadinya kebakaran, maka perusahan yang mempertanggungkan akan memikul kerugian karena kebakaran sebanding dengan selisih jumlah pertanggungan dengan persentase tertentu dari harga pasar harta tersebut
Jumlah kerugian yang akan diganti oleh perusahaan asuransi adalah yang paling rendah dari jumlah berikut : a.
jumlah yang dibebankan kepada perusahaan asuransi yang dihitung dengan cara asuransi bersama
b. jumlah pertanggungan dalam polis c.
jumlah kerugian yang sebenarnya
Polis Gabungan
Apabila perusahaan mengasuransikan beberapa aktiva dalam satu polis, maka polis itu akan menunjukkan syarat alokasi yang dasarnya adalah harga pasar aktiva-aktiva tersebut pada saat terjadinya kebakaran
Pencatatan Asuransi Kebakaran
Apabila terjadi kebakaran atas harta yang diasuransikan maka langkah-langkah yang dilakukan untuk mengadakan pencatatan akuntansinya adalah sebagai berikut : a. Menyusun kembali catatan-catatan yang terbakar b. Menyesuaikan buku-buku agar dapat menunjukkan keadaan yang sebenarnya pada saat kejadiannya kebakaran c. Menentukan nilai buku aktiva yang terbakar d.Membebankan nilai buku aktiva yang terbakar dan biaya-biaya yant timbul pada saat kebakaran, ke rekening kerugian kebakaran e. Menetukan jumlah yang diterima dari perusahaan asuransi f. Rekening kerugian kebakaran dikredit dengan jumlah ini dan jumlah yang diterima dari penjualan aktiva yang terbakar g. Menutup saldo rekening kerugian ke rekening laba rugi. Saldo ini menunjukkan rugi atau laba dari kebakaran
2.5.2 Aktiva Tidak Berwujud Aktiva tetap berwujud (intangible assets) adalah aktiva yang umur ekonomisnya panjang dan memberikan manfaat bagi operasi perusahaan, tetapi tidak mempunyai bentuk fisik. Aktiva ini berupa hak – hak istimewa atau pemilikan posisi yang menguntungkan perusahaan dalam memperoleh pendapatan. Bukti pemilikan aktiva tak berwujud bisa berupa kontrak, lisensi, atau dokumen lain.
A ktiva tak berujud mung ki n timbul dari : 1. Pemerintah-seperti hak paten, hak cipta, frenchis, merek dagang, dan nama dagang. 2. Perusahaan lain-misalnya pembelian yang mencakup pembayaran untuk goodwill. 3. Perjanjian tertentu-seperti frenchise dan lease. Aktiva tak berwujud mempunyai karakteristik penting, yaitu :
1.Kurang memiliki eksistensi fisik Tidak seperti aktiva berwujud seperti property, pabrik, dan peralatan, aktiva tak berwujud memperoleh nilai dari hak dan keistimewaan atau privilege yang diberikan pada perusahaan yang menggunakannya. 2.Bukan merupakan instrument keuangan Aktiva seperti deposito bank, piutang usaha, dan investasi jangka panjang dalam obligasi serta saham tidak memiliki substansi fisik, tetapi tidak diklasifikasikan sebagai aktiva tak berwujud. Aktiva ini merupakan
instrument keuangan dan menghasilkan nilainya dari hak untuk menerima kas atau ekuivalen kas di masa depan. 3.Bersifat jangka panjang dan menjadi subjek amortisasi Aktiva tak berwujud menyediakan jasa selama periode bertahun tahun. Investasi dalam aktiva ini biasanya dibebankan pada periode masa mendatang melalui beban amortisasi periodik. Akuntansi untuk aktiva tak berwujud mempunyai masalah yang sama dengan akuntansi aktiva jangka panjang lainya, yaitu menentukan nilai terbawa awalnya, akuntansi untuk jumlah setelah akuisisi dalam kondisi bisnis normal ( amortisasi ), dan akuntansi untuk jumlah jika nilainya turun secara substansial serta terus-menerus. KLASIFIKASI AKTIVA TIDAK BERWUJUD
1. Cara akuisisi ( manner of acquisition ). Aktiva tak berwujud dapat diperoleh dengan cara membelinya dari entitas lain. Seperti membeli wiralaba atau paten dari orang lain. Cara lain untuk memperoleh aktiva tak berwujud adalah dengan cara membuatnya sendiri melalui operasi, contohnya adalah paten dan merek dagang. 2. Dapat diidentifikasi ( identifiability ). Beberapa kativa tak berwujud dapat diidentifikasi secara terpisah dari perusahaan lainya. Contohnya hak pataen, merek dagang , dan wiralaba. Aktiva tak berwujud lainya tidak dapat dipisahkan tetapi nilainya dapat diturunkan dari nilai aktiva yang berhubungan denganya. Contohnya adalah goodwill, yang nilainya dibedakan atas beberapa factor seperti loyalitas konsumen atas kualitas produk, dan bukan dari kepemilikan khusus. 3. Dapat dipertukarkan ( exchangeability ). Beberapa aktiva tak berwujud dapat diidentifikasi dapat dijual maupun dibeli, atau dengan kata lain dapat dipertukarkan. Contohnya termasuk paten, merek dagang dan wiralaba. Aktiv atak berwujud lainya, yang dapat depertukarkan kecuali dengan menjual perusahaan itu juga . Contohnya dalah biaya organisasi. Tidak ada pihak lain yang mau membeli biaya organisasi ini secara terpisah ( terlepas dari perusahaanya ). Goodwill adalah contoh aktiva tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi dan tidak dapat dipertukarkan. Goodwill hanya hanya akan memepunyai nilai jika dikombinasikan atau dihubungkan denan aktiva lainya dan tidak dapat diperoleh kecuali dengan mengakuisisi aktiva lainya secara simultan.Periode manfaat yang diharapkan ( period of expected benefit ). Beberapa aktiva tak berwujud, seperti biaya organisasi, diharapkan dapat memeberikan manfaat kepada perusahaan dalam jangka waktu yang tidak terbatas. Sebagai contoh paten memeiliki umur hokum selama 17 tahun, dan periode manfaat leasehold yang dicantumkan dalam kontrak lease. CONTOH AKTIVA TIDAK BERWUJUD (Intangi ble As s et )
Berikut adalah contoh-contoh Aktiva Tidak Berwujud yang lumrah kita temui dalam dunia usaha adalah : a. Hak Sewa ( Lease Hold )
Adalah hak yang diperoleh atas suatu sewa aktiva tertentu (sewa tempat usaha, sewa gedung, sewa mesin) yang biasanya menggunakan kurun waktu tertentu, disahkan oleh pejabat pembuat akte (notaris). Hak sewa dinyatakan sebagai aktiva tetap (tak berwujud) karena dua alasan :
Ø Hak sewa memberikan kontribusi nyata bagi perusahaan, atau dengan kata lain, atas sumber daya (dana) yang dikeluarkan diharapkan hak sewa akan memberikan manfaat kembali (berpotensi menghasilkan kas atau manfaat) di masa yang akan datang. Ø Manfaat yang akan diterima oleh perusahaan atas kepemilikan hak sewa, akan dinikmati oleh perusahaan untuk periode waktu lebih dari satu tahun buku. Melihat batasan (bisa dikatakan syarat) di atas, maka kita dapat memilah-milah atas kejadian sewa, apakah dibukukan sebagai aktiva tetap tak berwujud atau sebagai biaya sewa. Contoh Kasus : Tempat Usaha (Tanah dan Gedung) PT. Royal Bali Cemerlang diperoleh dengan cara menyewa selama 30 Tahun, dengan membayar sebesar Rp 750,000,000,-. Dalam perjalanan usahanya PT. Royal Bali Cemerlang juga menyewa sebuah mobil pick-up disewa Rp 150,000/hari. Mengacu pada batasan aktiva tetap tak berwujud atas Hak Sewa yang telah disebutkan sebelumnya, maka transaksi sewa yang ada pada PT. Royal Bali Cemerlang hendaknya diperlakukan sebagai berikut : Pencatatan : Atas sewa tanah dan gedung di catat sebagai aktiva tak berwujud: Pada saat pembayaran sewa dicatat : [-Debit-]. Lease Hold = Rp 750,000,000,[-Credit-]. Kas = Rp 675,000,000.[-Credit-]. PPh Pasal 4(2) = Rp 75,000,000,-
Pada saat penyetoran PPh Pasal 4(2) : [-Debit-]. PPh Pasal 4(2) = Rp 75,000,000,[-Credit-]. Kas = Rp 75,000,000,-
Penjelasan : (-). Transaksi sewa ini diakui sebagai perolehan Aktiva Tetap Tak Berwujud (intangible asset) yaitu berupa Hak sewa (Lease Hold), karena sewa tersebut berjangka waktu 30 tahun, yang artinya atas cost sewa yang dikeluarkan sekarang, perusahaan akan memperoleh manfaat (menjadikannya sebagai tempat usaha) untuk masa waktu yang lebih dari satu tahun buku, untuk itu transaksi sewa ini eligable diakui sebagai aktiva tetap tak berwujud.. (-). Persewaan suatu aktiva, merupakan Taxable Object, yaitu PPh Pasal 4 (2), diakui sekarang atau nanti tetap akan mengakui. Jika tidak di akui sekarang toh nanti akan dikoreksi oleh pihak kantor pajak. Mengingat Conservatism principle, bukankah setiap potensi pengeluaran maupun kewajiban, hendaknya diakui sesegera mungkin ? Atas sewa mesin & mobil dicatat sebagai biaya : Pada saat pembayaran sewa dicatat : [-Debit-]. Biaya Sewa = Rp 150,000,[-Credit-]. Kas = Rp 135,000,[-Credit-]. PPh Pasal 23 = Rp 15,000,-
Pada saat pembayaran PPh Pasal 23 : [-Debit-]. PPh Pasal 23 = Rp 15,000,-
[-Credit-].Kas=Rp15,000,-
Catatan : Sewa mobil yang biayar harian langsung diakui sebagai biaya, karena atas pengeluaran perusahaan sebesar Rp 150,000,- perusahaan hanya akan memperoleh manfaat selama satu hari (kurang dari 1 tahun buku). Sewa jenis ini adalah obyek PPh Pasal 23, dimana perusahaan bertindak selaku pemotong. b. Organization Cost.
Adalah pengeluaran-pengeluaran perusahaan yang terjadi sehubungan dengan set-up perusahaan sebelum beroperasi, contohnya : pembayaran kepada notaris. Pengeluaran ini diakui sebagai perolehan aktiva tak berwujud, karena atas pengeluaran tersebut perusahaan akan memperoleh manfaat yang lebih dari satu tahun buku juga, yaitu selama perusahaan masih beroperasi. c. Perijinan (Permit & Licences)
Periijinan adalah hak perusahaan yang diperoleh dari pihak pemerintah baik daerah maupun pusat untuk melakukan suatu aktivitas tertentu terkait dengan bidang usahanya. Ijin-ijin perusahaan tentu ada jangka waktunya, dan jika masa berlakunya telah habis maka ijin tersebut harus diperpanjang atau diperbaharui. Namun demikian ijin usaha atau aktivitas tertentu atas terkait dengan usaha biasanya memiliki jangka waktu 3 sampai 30 tahun, yang artinya lebih dari satu tahun buku. Untuk itu izin diakui sebagai aktiva tetap tidak berwujud. d. Hak Patent
Hak Patent adalah hak yang diperoleh atas suatu penemuan tertentu. Dimana atas penemuan tersebut, penemu akan memperoleh manfaat tertentu untuk kurun waktu tertentu dan dapat diperpanjang. Penemuan tersebut bisa berupa suatu produk, atau rekayasa, atau formula, atau system, atau cara tertentu. e. Merk Dagang ( Trade Mark )
Merk Dagang (Trade Mark) yang biasa disingkat TM, adalah hak yang diperoleh atas suatu merk komersial tertentu. Hak ini bisa berupa logo, tulisan, bentuk, symbol, atau kombinasinya, yang mewakili suatu organisasi/perusahaan tertentu. f. Hak Penggandaan ( Copyright )
Copyright adalah hak yang berikan atas suatu penulisan, baik itu berupa karya ilmiah, puisi, novel, maupun lyric lagu, notasi lagu/irama tertentu, script atau scenario film tertentu. Copyright meliputi hak untuk memperbanyak dan mengedarkannya. g. Franchise
Adalah hak yang diperoleh untuk melakukan suatu usaha tertentu, atau memasarkan produknya, sekaligus mengikuti pola usaha, cara pengelolaan, penggunaan logo maupun penggunaan alat usaha tertentu yang aslinya dimiliki oleh perusahaan yang memberikan hak franchise. h. Goodwill
Adalah kelebihan-kelebihan, keistimewaan tertentu yang dimiliki oleh perusahaan, yang oleh karenanya menjadi dinilai lebih oleh pihak lain. Kelebihan/keisitimewaan tersebut bisa karena perusahaan memiliki reputasi manajemen yang sangat bagus, menghasilkan suatu produk unggul yang sulit dicari pesaingnya, letaknya strategis, dan lain-lain. Catatan penting : “Goodwill hanya diakui (dibuatkan perkiraan) jika terjadi suatu transaksi, yang mana
dalam transaksi tersebut perusahaan dinilai lebih oleh pihak lain. Transaksi yang dimaksudkan bisa berupa : penjualan perusaahaan, bergabung/berhentinya sekutu (anggota persero) baru, merger atau akuasisi.” AMORTISASI AKTIVA TIDAK BERWUJUD
Pengurangan nilai suatu aktiva tak berwujud yang secara berkala dibebankan sebgai biaya disebut amortisasi (amortization). Amortisasi aktiva tak berwujud pada umumnya dilakukan dengan menggunakan metode garis lurus. Dipandang dari sudut kemungkinan amortisasinya, aktiva tak berwujud dapat digolongkan sebagai : 1. Aktiva tak berwujud yang adanya dibatasi dengan undang-undang, peraturan atau persetujuan, misalnya hak paten, hak cipta dan hak merek. 2. Aktiva tidak berwujud yang tidak terbatas waktunya dan pada waktu perolehannya tidak ada petunjuk mengenai usianya yang terbatas, misalnya biaya pendirian dan biaya pra operasi. Harga perolehan aktiva tak berwujud kategori : 1. Diamortisasikan selama jangka waktu yang dinyatakan dalam ketentuan. Bila ternyata jangka waktu kegunaannya lebih lama atau lebih singkat dari perkiraan semula, maka dapat dilakukan koreksi seperlunya. Aktiva yang termasuk dalam kategori. 2. Diamortisasikan sesuai pertimbangan perusahaan, asalkan amortisasi tersebut layak dan masuk akal. Amortisasi aktiva tak berwujud dicatat dengan mendebit perkiraan biaya amortisasi dan mengkredit perkiraan akumulasi amortisasi atau langsung ke perkiraan aktiva yang bersangkutan. Perlakuan akuntansi untuk berbagai jenis aktiva tak berwujud Cara Akuisisi Jenis Pembelian 1. Aktiva tak Berwujud yang 1.Di kapaitalisasikan pada dapat diidentifikasi secara biaya akuisisi. terpisah ( hak paten, merek dagang, dan biaya organisasi ) 2. Diamortisasi selama umur hukum atau estimasi masa manfaat mana yang lebih singkat dengan umur maksimum 40 tahun.
Dibuat secara internal 1. Dibebankan atau dikapitalisasi
2.Aktiva tak berwujud yang tidak dapat diidentifikasi secara terpisah ( goodwill )
1. Dibebankan pada saat terjadinya.
tergantung pada aktiva tak berwujud tertentu. 2. jika di kapitalisasi, akan di amortisasi sebagai aktiva tak berwujud yang dibeli.
2. Tidak tersedia pilihan untuk pengkapitalisasian, sehingga tidak akan ada amortisasi
PENYAJIAN AKTIVA TIDAK BERWUJUD DALAM LAPORAN KEUANGAN
Pada umumnya aktiva tetap tak berwujud dilaporkan tersendiri setelah aktiva tetap berwujud. Pelaporan harus cukup jelas, bilamana perlu diberi catatan tambahan, baik dalam laporan itu sendiri
maupun dalam catatan atas laporan keuangan. Selain itu, metode amortisasi yang digunakan dan jumlah amortisasi untuk tahun yang bersangkutan juga disebutkan. Contoh penyajian aktiva tetap dalam neraca adalah sebagai berikut : PT TINOMBALA
Neraca sebagian Aktiva Tetap Tambang batu bara, atas dasar Rp 95.400.000
Harga perolehan, dikurangi deplesi ……
Gedung dan peralatan, atas Dasar harga perolehan ……….........Rp 2.207.100.000
Kurangi: Akumulasi depresiasi
1.229.000.000 987.100.000
Jumlah aktiva tetap ……………...
Rp 1.073.500.000
Aktiva tak berujud Hak Paten ………………………… Jumlah …………………………….....
410.000.000 Rp 1.483.500.000
BAB III PENUTUP
3.1
KESIMPULAN Setelah kita mengupas beberapa masalah seputar aktiva tetap berwujud dan ti dak
berwujud, dapat disimpulkan bahwa aktiva tetap berwujud adalah aktiva-aktiva yang berwujud yang sifatnya relatif permanen yang digunakan dalam kegiatan perusahaan yang normal. Seperti, mesin, peralatan, tanah, dan lain-lain. Sedangkan aktiva tetap tidak berwujud adalah aktiva tetap perusahaan yang secara fisik tidak dapat dinyatakan, tetapi berpengaruh terhadap kontinuitas perusahaan, seperti hak paten, merk dagang, hak cipta, dan lain-l ain. Adapun perbedaan yang menonjol dari keduanya antara lain : Bentuk nyata atau bentuk fisik Nilai aktiva Usia atau umur aktiva Perlakuan akuntansi aktiva tak berwujud menyangkut masalah yang tidak berbeda dengan perlakuan akuntansi terhadap aktiva tetap, diantaranya adalah penentuan nilai perolehan, perlakuan akuntansi selanjutnya terhadap nilai perolehan tersebut dalam kondisi usaha normal (amortisasi), dan perlakuan akuntansi atas penurunan nilai aktiva tak berwujud yang material dan permanen. Kesulitan yang dihadapi dalam pemecahan masalah perlakuan akuntansi aktiva tak berwujud pada umumnya disebabkan oleh sifat aktiva tersebut, seperti tidak adanya wujud fisik yang menyebabkan bukti keberadaannya kabur, dan kesulitan dalam penentuan nilai perolehan serta masa manfaat keekonomiannya.
3.2
SARAN
Setelah disusunnya makalah mengenai aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud, diharapkan dapat menambah wawasan pembaca khususnya dimata kuliah Teori Akuntansi. Begitu juga alangkah baiknya apabila kita mencari sumber referensi lebih banyak dari berbagai sumber sehingga ilmu dan wawasan yang kita dapatkan semakin luas.
DAFTAR PUSTAKA Jusup, Al. Haryono.1993. Dasar-Dasar Akuntansi 2. Edisi 4. Yogyakarta: Bagian Penerbitan STIE YKPN. Hendriksen, S. Eldon.,dan Nugroho W. Teori Akuntansi. Edisi 4. Jakarta: Erlangga. Tuanakotta, M. Theodorus. Teori Akuntansi 2. Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia. http://emperordeva.wordpress.com/ http://unhicommunity.blogspot.com/ http://putra-finance-accounting-taxation.blogspot.com/ http://carceres-carceres.bogspot.com/ http://kliping-mediabpr.com/ http://unerahma.blogspot.com/ http://kurnia-kudo.blogspot.com/ PSAK No. 19 Aktiva Tak Berwujud.pdf ED-PSAK No. 19 Revisi 2009 Aset Tidak Berwujud.pdf AKUNTANSI.pdf