40
BAB I
PENDAHULUAN
Defenisi Asma
Di Indonesia, prevalensi asma belum diketahui secara pasti. Hasil penelitian pada anak sekolah usia 13-14 tahun dengan menggunakan kuesioner ISAAC (InternationalStudy on Asthma and Allergy in Children) tahun 1995 melaporkan prevalensi asma sebesar 2,1%, sedangkan pada tahun 2003 meningkat menjadi 5,2%. Hasil survey asma pada anak sekolah di beberapa kota di Indonesia (Medan, Palembang, Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta, Malang dan Denpasar) menunjukkan prevalensi asma pada anak SD (6 sampai 12 tahun) berkisar antara 3,7-6,4%, sedangkan pada anak SMP di Jakarta Pusat sebesar 5,8%. Berdasarkan gambaran tersebut, terlihat bahwa asma telah menjadi masalah kesehatan masyarakat yang perlu mendapat perhatian serius (Iris, 2008, 445).
Penyakit asma berasal dari kata "asthma" yang diambil dari bahasa yunani yang berarti "sukar bernapas". WHO medefiniskan Asma sebagai penyakit yang ditandai dengan serangan berulang dari sesak napas dan mengi, yang bervariasi dalam keparahan dan frekuensi dari orang ke orang. Pada seorang individu dapat terjadi dari jam ke jam dan hari ke hari . Serangan asma terjadi pada semua kelompok umur tetapi sering dimulai pada masa kanak-kanak. Kondisi ini disebabkan peradangan saluran udara di paru-paru dan mempengaruhi sensitivitas ujung saraf di saluran napas sehingga mereka menjadi mudah teriritasi. Dalam sebuah serangan, lapisan bagian membengkak menyebabkan saluran udara untuk mempersempit dan mengurangi aliran udara masuk dan keluar dari paru-paru (Wells, 2009, 906).
The National Asthma Education and Prevention Program (NAEPP) mendefinisikan asma sebagai gangguan inflamasi kronis pada saluran nafas di mana banyak sel dan elemen seluler berperan didalamnya. Pada individu yang rentan, peradangan menyebabkan mengi berulang, sesak napas, dada sesak, dan batuk. Hal ini biasanya berhubungan dengan obstruksi aliran nafas yang sering reversibel baik secara spontan atau dengan pengobatan. Peradangan juga menyebabkan peningkatan hiperresponsof bronkial pada berbagai rangsangan (Wells, 2009, 906).
Patofisiologi
Ada beberapa stimuli yakni berupa rangsangan fisik (perubahan suhu, dingin dan kabut), rangsangan kimiawi (polusi udara, gas-gas pembuangan, sulfurdioksida, ozon, asap rokok), rangsangan fisik dan rangsangan psikis (emosi dan stres). Pada sebagian pasien asma disamping HBR spesifik, juga terdapat alergi. Dengan ini dimaksudkan bakat keturunan untuk membentuk antibodi terhadap antigen (alergen) tertentu yang masuk ke dalam tubuh. Antibodi ini dari tipe IgE (imunoglobulin type E) juga disebut reagin, mengikat diri pada mastcell di saluran napas. Jika jumlah IgE sudah cukup besar, maka pada waktu alergen yang tidak identik masuk lagi ke dalam tubuh, terjadilah penggabungan antigen-antibody. Mastcells pecah (degranulasi) dan segerah melepaskan mediatornya yaitu histamin akibatnya ada bronkokontriksi (bronchopasme) dengan pengembangan mukosa (udema) dan hipersekresi dahak/mucus, yang merupakan gejala khas serangan asma (Tan Hoan, dkk, 2007, 837-638).
Pencetus serangan asma dapat disebabkan oleh sejumlah faktor, antara lain alergen, virus, dan iritan yang dapat menginduksi respons inflamasi akut. Asma dapat terjadimelalui 2 jalur, yaitu jalur imunologis dan saraf otonom (Iris, 2008, 445).
Faktor lingkungan dan berbagai faktor lain berperan sebagai penyebab atau pencetus inflamasi saluran napas pada pasien asma. Inflamasi terdapat pada berbagai derajat asma baik pada asma intermiten maupun asma persisten. Inflamasi kronik menyebabkan peningkatan hiperesponsif (hipereaktifitas) jalan napas yang menimbulkan gejala episodik berulang berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat dan batuk-batuk terutama pada malam dan/atau dini hari. Episodik tersebut berkaitan dengan sumbatan saluran napas yang luas, bervariasi dan seringkali bersifat reversibel dengan atau tanpa pengobat (Depkes RI, 2007, 4).
Gambar 1. Mekanisme Asma(Sumber : Depkes RI, 2007, 10).
Jalur imunologi
Jalur ini didominasi oleh antibodi IgE, merupakan reaksi hipersensitivitas tipe I (tipe alergi), terdiri dari fase cepat dan fase lambat. Reaksi alergi timbul pada orang dengan kecenderungan untuk membentuk sejumlah antibodi IgE abnormal dalam jumlah besar, golongan ini disebut atopi. Padaasma alergi, antibodi IgE terutama melekat pada permukaan sel mast yang banyak pada di sel-sel epitel serta mukosa dan mediator vasoaktif yang kuat di interstisial paru, yang berhubungan erat dengan bronkiolus dan bronkus kecil. Bila seseorang menghirup alergen, terjadi fase sensitisasi, antibodi IgE orang tersebut meningkat. Alergen kemudian berikatan dengan antibodi IgE yang melekat pada sel mast dan menyebabkan sel ini berdegranulasi mengeluarkan berbagai macam mediator. Beberapa mediator yang dikeluarkan adalah histamin, leukotrien, faktor kemotaktik eosinofil dan bradikinin. Hal itu akan menimbulkan efek edema lokal pada dinding bronkiolus kecil, sekresi mukus yang kental dalam lumen bronkiolus, dan spasme otot polos bronkiolus, sehingga menyebabkan inflamasi saluran napas.
Pada reaksi alergi fase cepat, obstruksi saluran napas terjadi segera yaitu 10-15 menit setelah pajanan alergen. Spasme bronkus yang terjadi merupakan respons terhadap mediator sel mast terutama histamin yang bekerja langsung pada otot polos bronkus. Pada fase lambat, reaksi terjadi setelah 6-8 jam pajanan alergen dan bertahan selama 16- 24 jam, bahkan kadang-kadang sampai beberapa minggu. Sel-sel inflamasi seperti eosinofil, sel T, sel mast dan Antigen Presenting Cell (APC) merupakan sel-sel kunci dalam patogenesis asma.
Gambar 2. Reaksi antigen antibodi pada penyakit asma (Sumber : http://Farmakologi, Pharmaceutical Stuffs)
Jalur syaraf otonom
Pada jalur saraf otonom, inhalasi alergen akan mengaktifkan sel mast intralumen, makrofag alveolar, nervus vagus dan mungkin juga epitel saluran napas. Peregangan vagal menyebabkan refleks bronkus, sedangkan mediator inflamasi yang dilepaskan oleh sel mast dan makrofag akan membuat epitel jalan napas lebih permeabel dan memudahkan alergen masuk ke dalam submukosa, sehingga meningkatkan reaksi yang terjadi. Kerusakan epitel bronkus oleh mediator yang dilepaskan pada beberapa keadaan reaksi asma dapat terjadi tanpa melibatkan sel mast misalnya pada hiperventilasi, inhalasi udara dingin, asap, kabut dan SO2. Pada keadaan tersebut reaksi asma terjadi melalui refleks saraf. Ujung saraf eferen vagal mukosa yang terangsa menyebabkan dilepasnya neuropeptid sensorik senyawa P, neurokinin A dan Calcitonin Gene-Related Peptide (CGRP). Neuropeptida itulah yang menyebabkan terjadinya bronkokonstriksi, edema bronkus, eksudasi plasma, hipersekresi lendir, dan aktivasi sel-sel inflamasi (Iris, 2008, 445-446)
Gambar 3. Proses terjadinya asma
(sumber : http://ivan- patofisiologi-dan-penatalaksanaan)
Klasifikasi Asma
Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit dan pola keterbatasan aliran udara. Klasifikasi asma berdasarkan berat penyakit penting bagi pengobatan dan perencanaan penatalaksanaan jangka panjang, semakin berat asma semakin tinggi tingkat pengobatan. Berat penyakit asma diklasifikasikan berdasarkan gambaran klinis sebelum pengobatan dimulai.
Pada umumnya penderita sudah dalam pengobatan dan pengobatan yang telah berlangsung seringkali tidak kuat. Dipahami pengobatan akan mengubah gambaran klinis bahkan faal paru, oleh karena itu penilaian berat asma pada penderita dalam pengobatan juga harus mempertimbangkan pengobatan itu sendiri.
Tabel dibawah ini menunjukkan bagaimana melakukan penilaian berat asma pada penderita yang sudah dalam pengobatan. Bila pengobatan yang sedang dijalani sesuai dengan gambaran klinis yang ada, maka derajat berat asma naik satu tingkat. Contoh seorang penderita dalam pengobatan asma persisten sedang dan gambaran klinis sesuai asma persisten sedang, maka sebenarnya berat asma penderita tersebut adalah asma persisten berat. Demikian pula dengan asma persisten ringan. Akan tetapi berbeda dengan asma persisten berat dan asma intemiten (lihat tabel). Penderita yang gambaran klinis menunjukkan asma persisten berat maka jenis pengobatan apapun yang sedang dijalani tidak mempengaruhi penilaian berat asma, dengan kata lain penderita tersebut tetap asma persisten berat. Demikian pula penderita dengan gambaran klinis asma intermiten yang mendapat pengobatan sesuai dengan asma intermiten, maka derajat asma adalah intermiten (Depkes RI, 2007, 8-9).
Derajatasma
Gejala
FungsiParu
I. Intermiten
Siang hari<2 kali per minggu
Malamhari<2 kali per bulan
SerangansingkatTidakadagejalaantarseranganIntensitasseranganbervariasi.
Variabilitas APE < 20%
VEP1 >80% nilaiprediksi
APE >80% nilaiterbaik.
II. PersistenRingan
Siang hari> 2 kali per minggu, tetapi< 1 kali per hari
Malamhari> 2 kali per bulanSerangandapatmempengaruhiaktifitas.
Variabilitas APE 20 - 30%
VEP1 >80% nilaiprediksi
APE >80% nilaiterbaik.
III. PersistenSedang
Siang hariadagejalaMalamhari> 1 kali per mingguSeranganmempengaruhiaktifitasSerangan>2 kali per minggu
Seranganberlangsungberhari-hariSehari-harimenggunakaninhalasi β2-agonis short acting.
Variabilitas APE > 30%
VEP1 60-80% nilaiprediksi
APE 60-80% nilaiterbaik.
IV. PersistenBerat
Siang hariterusmenerusadagejala.
Setiapmalamhariseringtimbulgejala.
Aktifitasfisikterbatas. Seringtimbulserangan
Variabilitas APE > 30%
VEP1 <60% nilaiprediksi
APE <60% nilaiterbaik
KETERANGAN:
APE = arus puncak ekspirasi
FEV1 = volume ekspirasi paksa dalam 1 detik
Faktor Resiko
Risiko berkembangnya asma merupakan interaksi antara faktor pejamu (host) dan faktor lingkungan.
Faktor pejamu tersebut adalah:
Predisposisi genetik asma
Alergi
Hipereaktifitas bronkus
Jenis kelamin
Ras/etnik
Faktor lingkungan dibagi 2, yaitu :
Yang mempengaruhi individu dengan kecenderungan /predisposisi asma untuk berkembang menjadi asma , yaitu:
alergen di dalam maupun di luar ruangan, seperti mite domestik, alergen binatang, alergen kecoa, jamur, tepung sari bunga
sensitisasi (bahan) lingkungan kerja
asap rokok
polusi udara di luar maupun di dalam ruangan
infeksi pernapasan (virus)
diet
status sosioekonomi
besarnya keluarga
obesitas
Yang menyebabkan eksaserbasi (serangan) dan/atau menyebabkan gejala asma menetap.
alergen di dalam maupun di luar ruangan
polusi udara di luar maupun di dalam ruangan
infeksi pernapasan
olah raga dan hiperventilasi
perubahan cuaca
makanan, additif (pengawet, penyedap, pewarna makanan)
obat-obatan, seperti asetil salisilat
ekspresi emosi yang berlebihan
asap rokok
iritan antara lain parfum, bau-bauan yang merangsang
Gejala Asma
Gejala asma bersifat episodik, seringkali reversibel dengan/atau tanpa pengobatan. Gejala awal berupa:
Batuk terutama pada malam atau dini hari
Sesak napas
Napas berbunyi (mengi) yang terdengar jika pasien menghembuskan napasnya
Rasa berat di dada
Dahak sulit keluar.
Gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa. Yang termasuk gejala yang berat adalah:
Serangan batuk yang hebat
Sesak napas yang berat dan tersengal-sengal
Sianosis (kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut)
Sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk
Kesadaran menurun.
Tindakan pencegahan
Semua serangan penyakit asma harus dicegah. Serangan penyakit asma dapat dicegah jika faktor pemicunya diketahui dan bisa dihindari. Serangan yang dipicu oleh olah raga bisa dihindari dengan meminum obat sebelum melakukan olah raga. Ada usaha-usaha pencegahan yang dapat dilakukan untuk mencegah datangnya serangan penyakit asma, antara lain1 :
Menjaga kesehatan
Menjaga kebersihan lingkungan
Menghindarkan faktor pencetus serangan penyakit asma
Menggunakan obat-obat antipenyakit asma
Setiap penderita harus mencoba untuk melakukan tindakan pencegahan. Tetapi bila gejala-gejala sedang timbul maka diperlukan obat asma untuk menghilangkan gejala dan selanjutnya dipertahankan agar penderita bebas dari gejala penyakit asma.
Tindakan Umum
Tujuan utama adalah mencegah reaksi antigen-antibodi serta serangan asma dan menurunkan HRB dengan jalan menghilangkan faktor pemicu. Asma menekan dan memperlambat pertumbuhan, maka penangannya pada anak-anak juga dimaksudkan agar anak tumbuh normal. Tindakan yang dapat diambil menjauhkan sebanyak mungkin faktor pemicu serangan asma. Begitu pula dengan obat-obat profilaksis kromoglikat dan nedokromil, antihistaminika serta kortikosteroid (Tan Hoan, dkk, 2007, 639-640).
Menjaga Kesehatan
Menjaga kesehatan merupakan usaha yang tidak terpisahkan dari pengobatan penyakit asma. Bila penderita lemah dan kurang gizi, tidak saja mudah terserang penyakit tetapi juga berarti mudah untuk mendapat serangan penyakit asma beserta komplikasinya.
Usaha menjaga kesehatan ini antara lain berupa makan makanan yangbernilai gizi baik, minum banyak, istirahat yang cukup, rekreasi dan olahraga yang sesuai. Penderita dianjurkan banyak minum kecuali bila dilarang dokter, karena menderita penyakit lain seperti penyakit jantung atau ginjal yang berat.
Banyak minum akan mengencerkan dahak yang ada di saluran pernapasan, sehingga dahak tadi mudah dikeluarkan. Sebaliknya bila penderita kurang minum, dahak akan menjadi sangat kental, liat dan sukar dikeluarkan.
Pada serangan penyakit asma berat banyak penderita yang kekurangan cairan. Hal ini disebabkan oleh pengeluaran keringat yang berlebihan, kurang minum dan penguapan cairan yang berlebihan dari saluran napas akibat bernapas cepat dan dalam.
Menjaga kebersihan lingkungan
Lingkungan dimana penderita hidup sehari-hari sangat mempengaruhi timbulnya serangan penyakit asma. Keadaan rumah misalnya sangat penting diperhatikan. Rumah sebaiknya tidak lembab, cukup ventilasi dan cahaya matahari.
Saluranpembuangan air haruslancar. Kamar tidur merupakan tempat yang perlu mendapat perhatian khusus. Sebaiknya kamar tidur sesedikit mungkin berisi barang-barang untuk menghindari debu rumah, Hewan peliharaan, asap rokok, semprotan nyamuk, atau semprotan rambut dan lain-lain mencetuskan penyakit asma. Lingkungan pekerjaan juga perlu mendapat perhatian apalagi kalau jelas-jelas ada hubungan antara lingkungan kerja dengan serangan penyakit asmanya.
Menghindari Faktor Pencetus
Alergen yang tersering menimbulkan penyakit asma adalah tungau debu sehingga cara-cara menghindari debu rumah harus dipahami. Alergen lain seperti kucing, anjing, burung, perlu mendapat perhatian dan juga perlu diketahui bahwa binatang yang tidak diduga seperti kecoak dan tikus dapat menimbulkan penyakit asma.
Infeksi virus saluran pernapasan sering mencetuskan penyakit asma. Sebaiknya penderita penyakit asma menjauhi orang-orang yang sedang terserang influenza. Juga dianjurkan menghindari tempat-tempat ramai atau penuh sesak.
Hindari kelelahan yang berlebihan, kehujanan, penggantian suhu udara yang ekstrim, berlari-lari mengejar kendaraan umum atau olahraga yang melelahkan. Jika akan berolahraga, lakukan latihan pemanasan terlebih dahulu dan dianjurkan memakai obat pencegah serangan penyakit asma.
Zat-zat yang merangsang saluran napas seperi asap rokok, asap mobil, uap bensin, uap cat atau uap zat-zat kimia dan udara kotor lainnya harus dihindari.
Perhatikan obat-obatan yang diminum, khususnya obat-obat untuk pengobatan darah tinggi dan jantung (beta-bloker), obat-obat antirematik (aspirindan sejenisnya). Zat pewarna (tartrazine) dan zat pengawet makanan (benzoat) juga dapat menimbulkan penyakit asma.
Fisioterapi
Menepuk-nepuk bagian dada guna mempermudah pengeluaran dahak dan juga latihan pernapasan serta relaksasi. Usaha ini terutama berguna bagi anak-anak.
Hiposensibilisasi
Dilakukan bila kontak dengan alergen tidak dapat dihindarkan, seperti pollen dan sisik/bulu binatang. Guna mengurangi hipersensitasi terhadap alergan tersebut, pasien diberi sejumlah injeksi dengan ekstra alergen dalam kadar yang tinggi. Imunoglobulin yang terbentuk akan mengikat alergen baru, sehingga reaksi antara alergen dan IgE tidak terjadi. Terapi ini paling efektif pada alergi terhadap pollen rumput-rumputan.
Prevensi infeksi viral
Misalnya dengan jalan vaksinasi (influenza) atau menggunakan obat-obat yang dapat meningkatkan ketahanan tubuh, seperti tingtur echinacea.
Prevensi infeksi bakteril
Dapat dilakukan pada pasien asma tetapi tidak berguna terhadap infeksi virus.
Prevensi prenatal
Ibu yang sedang mengandung perlu menghindari zat-zat pemicu alergi, makanan tertentu dan asap rokok yang dapat mempengaruhi janin. Pemberian ASI pada bayi menurunkan resiko terhadap asma dan ekzem, terutma pada anak-anak dari keluarga yang memiliki riwayat alergi (Tan Hoan, dkk, 2007, 640).
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan asma bertujuan untuk :
1. Menghilangkan dan mengendalikan gejala asma, agar kualitas hidup meningkat
2. Mencegah eksaserbasi akut
3. Meningkatkan dan mempertahankan faal paru seoptimal mungkin
4. Mempertahankan aktivitas normal termasuk latihan jasmani dan aktivitas lainnya
5. Menghindari efek samping obat
6. Mencegah terjadinya keterbatasan aliran udara ireversibel
7. Meminimalkan kunjngan ke gawat darurat Komunikasi yang baik dan terbuka antara dokter dan pasien adalah hal yang penting sebagai dasar penatalaksanaan.
Diharapkan agar dokter selalu bersedia mendengarkan keluhan pasien, itu merupakan kunci keberhasilan pengobatan. Komponen yang dapat diterapkan dalam penatalaksanaan asma, yaitu mengembangkan hubungan dokter pasien, identifikasi dan menurunkan pajanan terhadap faktor risiko, penilaian, pengobatan dan monitor asma serta penatalaksanaan asma eksaserbasi akut.
Pada prinsipnya penatalaksanaan asma diklasifikasikan menjadi 2 golongan yaitu:
1. Penatalaksanaan Asma Akut
Serangan akut adalah keadaan darurat dan membutuhkan bantuan medis segera, Penanganan harus cepat dan sebaiknya dilakukan di rumah sakit/gawat darurat. Kemampuan pasien untuk mendeteksi dini perburukan asmanya adalah penting, agar pasien dapat mengobati dirinya sendiri saat serangan di rumah sebelum ke dokter. Dilakukan penilaian berat serangan berdasarkan riwayat serangan, gejala, pemeriksaan fisis dan bila memungkinkan pemeriksaan faal paru, agar dapat diberikan pengobatan yang tepat. Pada prinsipnya tidak diperkenankan pemeriksaan faal paru dan laboratorium yang dapat menyebabkan keter-lambatan dalam pengobatan/tindakan.
2. Penatalaksanaan Asma Kronik
Pasien asma kronik diupayakan untuk dapat memahami sistem penanganan asma secara mandiri, sehingga dapat mengetahui kondisi kronik dan variasi keadaan asma. Anti inflamasi merupakan pengobatan rutin yang yang bertujuan mengontrol penyakit serta mencegah serangan dikenal sebagai pengontrol, Bronkodilator merupakan pengobatan saat serangan untuk mengatasi eksaserbasi/serangan, dikenal pelega.Untuk melaksanakan tujuan tersebut, salah satu cara dapat dilakukan dengan Komunikasi, Informasi dan Edukasi yang meliputi:
1. Penyuluhan bagi pasien dan keluarga tentang pencegahan dan penanggulangan asma.
2. Meningkatkan pengetahuan, motivasi dan partisipasi pasien dalam pengendalian asma.
3. Untuk merubah sikap dan perilaku pasien dalam pengendalian asma.
4. Meningkatkan kemandirian pasien dalam ketrampilan penggunaan obat/alat inhalasi (Iris, 2008, 50-451).
Adapun penatalaksanaan terapi asma berdasarkan kelas berat gejala asmanya dapat dilihat pada gambar dibawah :
Gambar 4. Penatalaksanaan terapi asma sesuai dengan tingkat keparahan gejala (Ritter, M.J, 2008)
Penatalaksanaan Terapi Asma
Terapi Farmakologi Asma
Bronkodilator : obat yang melebarkan saluran nafas.
Terbagi dalam 2 golongan :
Simpatomimetik/andrenergik (adrenalin dan efedrin)
Nama obat :
- Orsiprenalin (Alupent)
- Fenoterol (berotec)
- Terbutalin (bricasma)
Obat-obat golongan simpatomimetik tersedia dalam bentuk tablet, sirup, suntikan dan semprotan. Yang berupa semprotan: MDI (Metered dose inhaler). Ada juga yang berbentuk bubuk halus yang dihirup (Ventolin Diskhaler dan Bricasma Turbuhaler) atau cairan broncodilator (Alupent, Berotec, brivasma serts Ventolin) yang oleh alat khusus diubah menjadi aerosol (partikel-partikel yang sangat halus ) untuk selanjutnya dihirup.
b. Xantin (teofilin)
Nama obat :
- Aminofilin (Amicam supp)
- Aminofilin (Euphilin Retard)
- Teofilin (Amilex)
Efek dari teofilin sama dengan obat golongan simpatomimetik, tetapi cara kerjanya berbeda. Sehingga bila kedua obat ini dikombinasikan efeknya saling memperkuat.
Cara pemakaian : Bentuk suntikan teofillin / aminofilin dipakai pada serangan asma akut, dan disuntikan perlahan-lahan langsung ke pembuluh darah. Karena sering merangsang lambung bentuk tablet atau
sirupnya sebaiknya diminum sesudah makan. Itulah sebabnya penderita yang mempunyai sakit lambung sebaiknya berhati-hati bila minum obat ini.
Teofilin ada juga dalam bentuk supositoria yang cara pemakaiannya dimasukkan ke dalam anus. Supositoria ini digunakan jika penderita karena sesuatu hal tidak dapat minum teofilin (misalnya muntah atau lambungnya kering).
Kromalin
Kromalin bukan bronkodilator tetapi merupakan obat pencegah serangan asma. Manfaatnya adalah untuk penderita asma alergi terutama anakanak. Kromalin biasanya diberikan bersama-sama obat anti asma yang lain, dan efeknya baru terlihat setelah pemakaian satu bulan.
Ketolifen
Mempunyai efek pencegahan terhadap asma seperti kromalin. Biasanya diberikan dengan dosis dua kali 1mg / hari. Keuntungnan obat ini adalah dapat diberika secara oral.
Secara mekanisme kerjanya, penggolongan obat asma dapat terbagi menjadi :
Agonis Reseptor Beta-2 Adrenergik
Merupakan obat terbaik untuk mengurangi serangan penyakit asma yang terjadi secara tiba-tiba dan untuk mencegah serangan yang mungkin dipicu oleh olahraga. Bronkodilator ini merangsang pelebaran saluran udara oleh reseptor beta-adrenergik.
Bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor beta-2 adrenergik (misalnya adrenalin), menyebabkan efek samping berupa denyut jantung yang cepat, gelisah, sakit kepala dan tremor (gemetar) otot.
Bronkodilator yang hanya bekerja pada reseptor beta-2 adrenergik (yang terutama ditemukan di dalam sel-sel di paru-paru), hanya memiliki sedikit efek samping terhadap organ lainnya. Bronkodilator ini (misalnya albuterol), menyebabkan lebih sedikit efek samping dibandingkan dengan bronkodilator yang bekerja pada semua reseptor beta-2 adrenergik.
Kortikosteroid
Kortikosteroid menghalangi respon peradangan dan sangat efektif dalam mengurangi gejala penyakit asma. Jika digunakan dalam jangka panjang, secara bertahap kortikosteroid akan menyebabkan berkurangnya kecenderungan terjadinya serangan penyakit asma dengan mengurangi kepekaan saluran udara terhadap sejumlah rangsangan.
Tetapi penggunaan tablet atau suntikan kortikosteroid jangka panjang bisa menyebabkan:
Gangguan proses penyembuhan luka
Terhambatnya pertumbuhan anak-anak
Hilangnya kalsium dari tulang
Perdarahan lambung
Peningkatan kadar gula darah
Penambahan berat badan
Kelainan mental
Tablet atau suntikan kortikosteroid bisa digunakan selama 1-2 minggu untuk mengurangi serangan penyakit asma yang berat. Kortikosteroid per-oral (ditelan) diberikan untuk jangka panjang hanya jika pengobatan lainnya tidak dapat mengendalikan gejala penyakit asma.
Untuk penggunaan jangka panjang biasanya diberikan inhaler kortikosteroid karena dengan inhaler, obat yang sampai di paru-paru 50 kali lebih banyak dibandingkan obat yang sampai ke bagian tubuh lainnya.
Cromolin dan Nedocromil
Kedua obat tersebut diduga menghalangi pelepasan bahan peradangan dari sel mast dan menyebabkan berkurangnya kemungkinan pengkerutan saluran udara. Obat ini digunakan untuk mencegah terjadinya serangan, bukan untuk mengobati serangan.
Obat ini terutama efektif untuk anak-anak dan untuk penyakit asma karena olah raga. Obat ini sangat aman, tetapi relatif mahal dan harus diminum secara teratur meskipun penderita bebas gejala.
Obat Antikolinergik
Obat ini bekerja dengan menghalangi kontraksi otot polos dan pembentukan lendir yang berlebihan di dalam bronkus oleh asetilkolin.Lebih jauh lagi, obat ini akan menyebabkan pelebaran saluran udara pada penderita yang sebelumnya telah mengkonsumsi agonis reseptor beta 2-adrenergik. Contoh obat ini yaitu atropin dan ipratropium bromida.
Pengubah Leukotrien
Merupakan obat terbaru untuk membantu mengendalikan penyakit asma. Obat ini mencegah aksi atau pembentukan leukotrien (bahan kimia yang dibuat oleh tubuh yang menyebabkan terjadinya gejala-gejala penyakit asma). Contohnya montelucas, zafirlucas dan zileuton (Sudoyo, dkk. 2006.), (Robbins, dkk. 1999).
Pengobatan Untuk Serangan Penyakit Asma Akut.
Suatu serangan penyakit asma harus mendapatkan pengobatan sesegera mungkin untuk membuka saluran pernafasan. Obat yang digunakan untuk mencegah juga digunakan untuk mengobati penyakit asma, tetapi dalam dosis yang lebih tinggi atau dalam bentuk yang berbeda.
Agonis reseptor beta-2 adrenergik digunakan dalam bentuk inhaler (obat hirup) atau sebagai nebulizer (untuk sesak nafas yang sangat berat). Nebulizer mengarahkan udara atau oksigen dibawah tekanan melalui suatu larutan obat, sehingga menghasilkan kabut untuk dihirup oleh penderita.
Pengobatan penyakit asma juga bisa dilakukan dengan memberikan suntikan epinefrin atau terbutalin di bawah kulit dan aminofilin melalui infus intravena. Penderita yang mengalami serangan hebat dan tidak menunjukkan perbaikan terhadap pengobatan lainnya, bisa mendapatkan suntikan kortikosteroid, biasanya secara intravena (melalui pembuluh darah).
Pada serangan penyakit asma yang berat biasanya kadar oksigen darahnya rendah, sehingga diberikan tambahan oksigen. Jika terjadi dehidrasi, mungkin perlu diberikan cairan intravena. Jika diduga terjadi infeksi, diberikan antibiotik. Selama suatu serangan penyakit asma yang berat, dilakukan:
Pemeriksaan kadar oksigen dan karbondioksida dalam darah
Pemeriksaan fungsi paru-paru (biasanya dengan spirometer atau peak flow meter)
Pemeriksaan ronggan dada (Sudoyo, dkk. 2006.), (Robbins, dkk. 1999).
Pengobatan Penyakit Asma Jangka Panjang
Inhalasi adalah suatu cara penggunaan adrenergik dan kortikosteroid yang memberikan beberapa keuntungan dibandingkan pengobatan oral. Salah satu pengobatan penyakit asma yang paling efektif adalah inhaler yang mengandung agonis reseptor beta-2 adrenergik. Efek yang lebih cepat, dosis jauh lebih renda dan tidak diresorpsi ke dalam darah sehingga resiko efek samping lebih ringan. Dalam sediaan inhalasi, obat dihisap sebagai aerosol atau sebagai serbuk halus. Inheler digunakan 3-4 kali sehari 2 semprotan, sebaiknya pada saat tertentu seperti sebelum atau sesudah mengeluarkan tenaga, setelah bersentuhan dengan zat-zat yang merangsang asma dan saat sesak ditengah malam atau pagi hari. Penggunaan inhaler yang berlebihan bisa menyebabkan terjadinya gangguan irama jantung.
Jika pemakaian inhaler bronkodilator sebanyak 2-4 kali/hari selama 1 bulan tidak mampu mengurangi gejala, bisa ditambahkan inhaler kortikosteroid, cromolin atau pengubah leukotrien. Jika gejalanya menetap, terutama pada malam hari, juga bisa ditambahkan teofilin per-oral (Robbins, dkk, 1999 ).
Terapi Non Farmakologi Asma
Akupuntur dapat digunakan untuk pengobatan asma dengan mengetahui titik-titik akupuntur yang menyalurkan energi untuk memperbaikiketidakseimbangan pada tubuh. Di negera barat, ada sebagian praktisi akupuntur memadukan konsep pemikiran tersebut berdasarkan hubungan fisiologi serta anatomi saraf-saraf perifer tubuh. Konsep yang sering digunakan adalah mencari trigger points, yaitu titik-titik tertentu di dalam tubuh yang meningkatkan sensitivitas dalam suatu otot tertentu. Saat ini WHO atau badan kesehatan dunia telah mengakui penggunaan terapi akupuntur untuk mengobati penyakit . Penyakit yang dapat diatasi seperti ketergantungan obat, nyeri kepala, nyeri menstruasi, nyeri otot, fibromialgia dan asma ( Sri nilawati, dkk, 2008,125), akupresur, refleksologi, aromaterapi, meditasi dan yoga (Vita Health, 2005, 125).
Edukasi pasien
Edukasi pasien dan keluarga, untuk menjadi mitra dokter dalam penatalaksanaan asma.
Edukasi kepada pasien/keluarga bertujuan untuk :
Meningkatkan pemahaman (mengenai penyakit asma secara umum dan pola penyakit asma sendiri)
Meningkatkan keterampilan (kemampuan dalam penanganan asma sendiri/asma mandiri)
Meningkatkan kepatuhan (compliance) dan penanganan mandiri
Membantu pasien agar dapat melakukan penatalaksanaan dan mengontrol asma
Bentuk pemberian edukasi
Komunikasi/nasehat saat berobat
Ceramah
Latihan/training
Diskusi
Tukar menukar informasi (sharing of information group)
Film/video presentasi
Leaflet, brosur, buku bacaan
dll
Komunikasi yang baik adalah kunci kepatuhan pasien, upaya meningkatkan kepatuhan pasien dilakukan dengan :
Edukasi dan mendapatkan persetujuan pasien untuk setiap tindakan/penanganan yang akan dilakukan. Jelaskan sepenuhnya kegiatan tersebut dan manfaat yang dapat dirasakan pasien
Tindak lanjut (follow-up). Setiap kunjungan, menilai ulang penanganan yang diberikan dan bagaimana pasien melakukannya. Bila mungkin kaitkan dengan perbaikan yang dialami pasien (gejala dan faal paru).
Menetapkan rencana pengobatan bersama-sama dengan pasien.
Membantu pasien/keluarga dalam menggunakan obat asma.
Identifikasi dan atasi hambatan yang terjadi atau yang dirasakan pasien, sehingga pasien merasakan manfaat penatalaksanaan asma secara konkret.
Menanyakan kembali tentang rencana penganan yang disetujui bersama dan yang akan dilakukan, pada setiap kunjungan.
Mengajak keterlibatan keluarga.
Pertimbangkan pengaruh agama, kepercayaan, budaya dan status sosial ekonomi yang dapat berefek terhadap penanganan asma
Pengukuran peak flow meter
Perlu dilakukan pada pasien dengan asma sedang sampai berat. Pengukuran Arus Puncak Ekspirasi (APE) dengan Peak Flow Meter ini dianjurkan pada :
Penanganan serangan akut di gawat darurat, klinik, praktek dokter dan oleh pasien di rumah.
Pemantauan berkala di rawat jalan, klinik dan praktek dokter.
Pemantauan sehari-hari di rumah, idealnya dilakukan pada asma persisten usia di atas > 5 tahun, terutama bagi pasien setelah perawatan di rumah sakit, pasien yang sulit/tidak mengenal perburukan melalui gejala padahal berisiko tinggi untuk mendapat serangan yang mengancam jiwa.
Pada asma mandiri pengukuran APE dapat digunakan untuk membantu pengobatan seperti :
Mengetahui apa yang membuat asma memburuk
Memutuskan apa yang akan dilakukan bila rencana pengobatan berjalan baik
Memutuskan apa yang akan dilakukan jika dibutuhkan penambahan atau penghentian obat
Memutuskan kapan pasien meminta bantuan medis/dokter/IGD
4. Identifikasi dan mengendalikan faktor pencetus
5. Pemberian oksigen
6. Banyak minum untuk menghindari dehidrasi terutama pada anak-anak
7. Kontrol secara teratur
8. Pola hidup sehat dapat dilakukan dengan :
Penghentian merokok
Menghindari kegemukan
Kegiatan fisik misalnya senam asma (Depkes, 2007, 16-19).
Kalau timbul kesulitan dalam pernapasan atau dadanya bagian tengah sangat sesak, biarlah dai menghirup uap air tiga kali sehari.
Taruhlah kompres uap di atas dada pasien dua kali sehari, dan taruhlah kompres lembab di atas dada sepanjang malam sambil menjaga tubuhnya jangan sampai kedinginan.
Rehabilitasi paru-paru secara komprehensif dengan olahraga dan latihan pernapasan sesuai yang diajarkan tenaga medis serta stirahat yang cukup.
Swamedikasi
Terapi dengan Obat Sintetik
Ventolin inhaler salbutamol
Nama Pabrik : Glaxo Smith Kline
Kandungan zat aktif : Salbutamol sulfat 100 mcg tiap 1 kali
semprot
Indikasi : untuk pengobatan serangan asma akut
Kontra Indikasi : pada penderita hipersensitif atau pasien
yang alergi terhadap komponen obat
Dosis : Dewasa; bronkospasme akut dan
penanganan intermitten pada asma: 1-2 kali
semprot sebagai dosis tunggal, anak-anak;
bronkospasme akut, penanganan saat asma
atau sebelum olahraga: 1 kali semprot.
Bentuk sediaan : inhaler 100mcg/ 1 kali semprot
Kategori : Obat Keras (Obat wajib apotek)
Bronsolvan
Nama Pabrik : Kalbe Farma
Kandungan zat aktif : Teofilin 150 mg per tablet atau
150 mg tiap ml sirup
Indikasi : Meringankan dan mengatas asma bronkial
Kontra indikasi : Hipersensitif, penderita tukak lambung
Dosis : Dewasa sehari 3 kali 1 tablet atau 1 sdm;
anak 6-12th 3 x ½ - 1 tablet atau ½ - 1 sdm;
anak 1-6th 3 kali 1 sdt
Bentuk sediaan : Tablet sirup
Kategori obat : Obat keras (OWA)
Neo Napacin
Nama Pabrik : Konimex
Kandungan zat aktif : Teofilin 130mg, efedrin 25mg
Indikasi : Asma, sesak nafas
Kontra indikasi : Penderita hipertensi, jantung dan diabetes
Jangan diberikan 12 jam setelah pemberian secara rektal preparat lain yang mengandung Teophyllin dan Epedrine dan Penderita Hipersensitif terhadap obat ini.
Dosis : 3 x sehari 1 tablet untuk orang dewasa
½ tablet untuk anak-anak atau menurut petunjuk dokter.
Bentuk sediaan : Tablet
Kategori obat : Obat bebas terbatas
OXYCAN
Nama Pabrik : Samator gas
Kandungan Zat Aktif : 95% oksigen murni (pure oxygen)
Indikasi : Meringankan sesak napas
Perhatian: Jauhkan dari api dan panas sinar matahari jauhkan dari jangkauan anak-anak, jangan melubangi kaleng, jangan menyemprot langsung ke api atau pemakaian dan jauhkan dari oli atau minyak untuk menghindari bahaya meledak.
Cara Penggunaan : Buka tutup kecil bagian atas kaleng,
lepaskan penutup dan letakkan pada kaleng sebagai masker, tutup hidung dengan masker, lalu tekan kepala kaleng dan hirup dalam-dalam selama 2 detik dan ulangi 5-10 kali atau sesuai kebutuhan.
Kemasan : Kaleng oksigen 500 cc.
Herbal
URANG-ARING (Eclipta prostrata L.)
Famili
Asteraceae (compositae)
Nama Daerah
Daun sipat (Sumatra), keremak janten (Melayu),
goman, orang-aring (Jawa), telenteyan (Madura), daun tinta (Banda).
Nama Simplisia
Acliptae Herba (herba urang-aring)
Kandungan Kimia
Isoflavonoid, phytosterol dan triterpenoid saponin seperti nicotine, ecliptine, α-terthienyl, α-terthienylmethanol, αformyl-α terthienyl, 2-(Buta-1,3-diynyl)-5-(but-3-en-1-ynyl) thiophene, 5-(3-buten-1-ynyl)-2,2-bithienyl-5-methyl acetate,skopeletina, wedelolactone dan tanin.
Bagian yang digunakan
Seluruh tanaman di atas tanah lalu dikeringkan untuk direbus, seduh (infus), di buat minyak, bubuk dan tincture.
Indikasi
Menghentikan pendarahan pada muntah darah (hematemesis), batuk darah (hemoptoe), mimisan (epistaksis), kencing darah (hematuria), pendarahan rahim (uterine bleeding),
Hepatitis akut dan kronik dan sirosis,
Diare,
Anak yang kurang gizi (infantile malnutrition),
Keputihan (lekore),
Sesak napas (asma) dan bronkitis (setiawan, 2006, 108-109)
Cara Pembuatan
Diambil sekitar 55 gram daun urang-aring yang segar dilumatkan, ditambah dengan sedikit air hangat, lalu diperas. Air perasannya ditambahkan lagi air hangat lalu diminum. Digunakan 1 kali sehari.
Zat aktif yang berkhasiat : skopeletina yang berfungsi melebarkan pembuluh bronkus
KENANGA (Cananga odorata(Lam.) Hook.f. & Thomson.)
Famili
Annonaceae
Nama Daerah
Kenanga (Indonesia), kenanga, wangsa (Jawa),
sandat kananga, sandat wangsa (Bali), selanga, kenaga (Aceh), lalingiran, amok, wungurer, pum-pum, luit (Minahasa), sandat (Sasak), ngana-ngana (Nias), kumbang (Buru), kenanga wangi (Ambon).
Nama Simplisia
Canangae odoratae Flos
Kandungan Kimia
Bunga kenanga mengandung saponin, flavonoida, polifenol dan minyak atsiri.
Bagian yang Digunakan
Bunga
Indikasi
Bronkitis, kudis, malaria dan asma
Cara Pembuatan
Bahan: ½ genggam bunga kenanga dan 121 sendok gula putih
Cara pembuatan: direbus dengan 1 gelas air sampai mendidih hingga tinggal ½ gelas
Cara menggunakan: disaring dan diminum; dilakukan secara rutin pagi-sore (Thomas, 1992, 70-71).
Zat aktif yang berkhasiat : minyak atsiri.
KECUBUNG (Datura metel L.)
Famili
Solanaceae
Nama Daerah
toru mabo (Nias), kecubung, kecubu (Melayu),
kacubueng (Minangkabau), kucubung (Sunda), kacubung (Jawa), kacobhung, cobhung (Madura), kecubung, kucubu (Manado), bulutuhe (Gorongtalo), kacubong (Makassar), tampong-tampong (Bugis).
Nama Simplisia
Datura albae Flos
Datura albae Folium
Kandungan Kimia
0,3-0,43% alkaloid, 85% skopolamin dan 15% hyoscyamine, hyoscine dan atropin.
Bagian yang Digunakan
Daun dan bunga
Indikasi
Bunga
Asma, napas pendek, bronkitis kronik dan batuk
Rasa nyeri hebat pada kanker stadium lanjut
Nyeri lambung, rematik
Kejang atau epilepsi yang disebabkan rasa takut
Syok (turunnya tekanan darah sehingga penderita lemas) akibat infeksi atau racun dan
Obat bius pada oprasi
Daun
Sesak napas, batuk rejan, bronkitis
Sakit pinggang, rematik, memar
Ketombe
Lendir di tenggorokan
Cacingan
Zat aktif yang berkhasiat : hipociamin dan skopolamin
PETIKAN KEBO (Euphorbia hirta L.)
Famili
Euphorbiaceae
Nama Daerah
Daun biji kacang (Melayu), gelang susu,
gendong anak (Jakarta),nanangkaan (Sunda), kukon-kukon, patikan (Jawa), kak-sekakan (Madura), sosononga, lobi-lobi (Halmahera Utara), isu ma ibi (Ternate).
Nama Simplisia
Herba Euphorbiae Hirtae
Kandungan Kimia
Patikan kebo mengandung beberapa unsur, diantaranya alkaloid, tanin, damar, zat zamak, senyawa folifenol, flavonoid, asam organik palmitat oleat, asam lanolat, terpenoid eufosterol, tarakseron, myricil alkohol, taraxerol, friedlin, betasitosterol, beta eufol, euforbol, triterpenoid eufol, tirukalol, eufosterol, hentriacontane, dan pada bunga terdapat alagic acid (Fauzi, R, 2005).
Bagian yang Digunakan
Daun
Indikasi
Disentri, melancarkan kencing, bronkhitis kronis, asma, radang ginjal, eksim, radang tenggorokan, radang kelenjar susu dan pembengkakan pada payudara.
Cara Pembuatan
Rebus 1 genggam daun petikan kebo kering dengan 2-3 gelas air hingga mendidih. Setelah dingin, saring dan minum airnya 2 kali sehari masing-masing ½ gelas setiap pagi dan sore (Adi, 2006, 86-88).
Zat aktif yang berkhasiat : alkaloid, tanin, damar dan zat zamak
JAHE MERAH (Zingiber officinale Linn)
Famili
Zingiberaceae
Nama Daerah
Halia barah, halia udang (Aceh),
jahe sunti (Jawa).
Nama Simplisia
Zingiberis Rhizoma
Kandungan Kimia
Jahe merah mengandung minyak atsiri, oleoresin dan pati. Selain itu, rimpang jahe merah juga mengandung gingerol, 1,8-cineole, 10-dehydrogimgerdione, 6-gingerdione, arginine, zingeron, alpha-linolenic acid, aspartic, beta-sitosterol, caprylic acid, capsaicin, chlorogenis acid, farnesal dan unsur pati.
Bagian yang Digunakan
Rimpang
Indikasi
Masuk angin, obat pencahar, sakit encok, pencernaan yang kurang baik, radang, asma, nyeri otot, anemia, demam, merangsang aktivitas saraf pusat, merangsang keluarnya ASI, memperbaiki kekebalan tubuh dan mengatasi rasa nyeri (Ersi, 2013, 48-49).
Zat aktif yang berkhasiat : senyawa keton disebut zingeron.
Cara Pembuatan
Bahan: Jahe merah segar 20 gram, madu secukupnya dan 4 gelas air.
Cara pembuat: jahe merah dicuci bersih, lalu diiris kecil. Rebus hingga air rebusan tersisa 2 gelas, lalu saring.
Cara menggunakan: minum 2 kali sehari pada pagi dan sore hari setelah makan. Sekali minum 1 gelas.
KAYU MANIS (Cinnamomum burmani (Nees) BI)
Famili
Lauraceae
Nama Daerah
Holim, holim manis, modang siak–siak (Batak),
kanigar, kayu manis (Melayu), madang kulit manih
(Minang kabau), Huru mentek, kiamis (Sunda), kanyengar (Kangean), Kesingar, kecingar, cingar (bali), onte (Sasak), Kaninggu (Sumba), Puu ndinga (Flores).
Nama Simplisia
Cinnamomum Cortex
Kandungan Kimia
Kayu manis mengandung minyak terbang (sinamilaldehida, eugenol, felandren,terpen), pati, tannin, kalsium oksalat, lemak dan zat samak.
Bagian yang Digunakan
Kulit kayu
Indikasi
Batuk, sariawan, eksim, encok, darah tinggi, asma dan masuk angin (Sri haryanto, 2006, 61).
Cara Pembuatan
Rebus 250 ml air dalam panci hingga mendidih. Angkat dan tuangkan ke dalam gelas. Tambahkan ½ sendok teh kayu manis bubuk ke dalam gelas yang berisi air panas. Aduk hingga merata. Biarkan dingin selama 5 menit.
Tambahkan 1 sendok madu, aduk hingga merata. Segera minum campuran tersebut sebelum mengendap. Minumlah ramuan herbal madu dan kayu manis dua kali sehari.
Zat aktif yang berkhasiat : minyak terbang (sinamilaldehida, eugenol, felandren,terpen).
DAUN RANDU (Ceiba pentandra L.)
Famili
Malvaceae
Nama Daerah
Kau-kau (Bugis), panju, penjoi (Aceh), kabu-kabu,
ponji (Batak), kapeh panji, kapuek, panji
(Minangkabau), randu (Sunda, Jawa), kapo (Madura), kamba hika, kamba watu (Sumba), bola (Flores), duyungo (Gorontalo), toh, dengen (Timor), kabus (Tanimbar), kapu, kapu huwe, ka'apu, ka'apu huwin, kapuro (Seram), angirop, manggum, yarangar (Papua), kailupa (Halmahera), Id (Ternate, Tidore).
Nama Simplisia
Ceiba Folium
Kandungan Kimia
Pada daun terkandung gula pereduksi, saponin, poliuronoid, polifenol, tanin, plobatanin (Asare & Oseni,2012:44), damar yang pahit, hidrat arang (Hardiati, 1986), dan flavonoid (Marchaban et al.,1997). Daun mudanya mengandung fenol, alkaloid, flavonoid, tanin, saponin, phytate, oxalate, trypsin inhibitor, dan hemaglutinin (Friday et al.,2011:95).
Bagian yang Digunakan
Daun
Indikasi
Daunnya memiliki khasiat menghilangkan bekas luka dan mengobati panas dalam (Perhutani,2011). Daun C. pentandra dapat digunakan untuk mengobati batuk dan diare. Sari daun yang masih muda dipergunakan untuk membantu pertumbuhan rambut dengan cara digosokkan pada kulit kepala kemudian dipijit-pijit. Selain untuk kosmetika, daunnya digunakan untuk obat disentri, kompres mata jika lelah atau panas, obat asma, obat pelarut lendir dan peradangan rektum (Perry,1980:253).
Cara Pembuatan
Daun randu, dosis: 3-5 lembar/ 8 gram
Cara: ditumbuk sampai lumat, disedu dengan ½ gelas air panas, saring dan diminum tiap pagi.
Zat aktif yang berkhasiat :
DAUN TANJUNG (Mimusops elengi L.)
Famili
Sapotaceae
Nama Daerah
Tanjung
Nama Simplisia
Mimusopsidis Folium
Kandungan Kimia
Alkaloid, tanin dan saponin.
Bagian yang Digunakan
Daun
Indikasi
Tanaman tanjung banyak digunakan oleh masyarakat untuk mengobati diare, asma, radang hidung dan radang tenggorokan.
Cara Pembuatan
Bahan: satu genggam daun tanjung muda dan 2 sendok makan kikisan kayu cendana.
Cara pembuatan: keringkan terlebih dahulu daun tanjung muda, kemudian jadikan serbuk. Serbuk dari daun tanjung ini bisa dicampurkan dengan kikisan kayu cendana.
Cara menggunakan: dihisap beberapa kali apabilah penyakit asma kambuh.
Sediaan Herbal
KAPSUL HERBAL ASMA
Tiap kapsul mengandung :
Srigunggu
Daun patikan kebo
Rimpang kunyit
Daun brotowali
Khasiat :Membantu meredakan gejala asma dan melonggarkan pernapasan.
Aturan pakai : 3 Х 2 per hari
Isi : 80 kapsul
KAPSUL KAYU MANIS
Tiap kapsul mengandung :
100% ekstrak kayu manis
Khasiat : Menurunkan
tekanan darah
tinggi, mengobati
rematik, mengobati
asma, masuk angin, menambah nafsu makan, mengobati batuk dan sariawan.
Aturan pakai : 3 Х 2 per hari
Isi : 80 kapsul
BAB II
PEMBAHASAN
Penyakit asma berasal dari kata "asthma" yang diambil dari bahasa yunani yang berarti "sukar bernapas". Asma sebagai penyakit yang ditandai dengan serangan berulang dari sesak napas dan mengi, yang bervariasi dalam keparahan dan frekuensi dari orang ke orang . Pada seorang individu dapat terjadi dari jam ke jam dan hari ke hari . Serangan asma terjadi pada semua kelompok umur tetapi sering dimulai pada masa kanak-kanak. Kondisi ini disebabkan peradangan saluran udara di paru-paru dan mempengaruhi sensitivitas ujung saraf di saluran napas sehingga mereka menjadi mudah teriritasi . Dalam sebuah serangan , lapisan bagian membengkak menyebabkan saluran udara untuk mempersempit dan mengurangi aliran udara masuk dan keluar dari paru-paru.
Gejalah asma berupa batuk terutama pada malam atau dini hari, sesak napas, napas berbunyi (mengi) yang terdengar jika pasien menghembuskan napasnya, rasa berat di dada dan dahak sulit keluar. Namun dapat pula terjadi gejala yang berat adalah keadaan gawat darurat yang mengancam jiwa. Berupa serangan batuk yang hebat, sesak napas yang berat dan tersengal-sengal, sianosis (kulit kebiruan, yang dimulai dari sekitar mulut), sulit tidur dan posisi tidur yang nyaman adalah dalam keadaan duduk dan yang paling fatal apabilah kesadaran menurun.
Asma dapat diklasifikasikan berdasarkan etiologi, berat penyakit dan pola keterbatasan aliran udara. Klasifikasi asma berdasarkan berat penyakit penting bagi pengobatan dan perencanaan penatalaksanaan jangka panjang, semakin berat asma semakin tinggi tingkat pengobatan. Berat penyakit asma diklasifikasikan berdasarkan gambaran klinis sebelum pengobatan dimulai.
Tindakan yang dapat dilakukan untuk mencegah terjadinya asma berupa : tindakan umum, menjaga kesehatan, menjaga kebersihan lingkungan, fisioterapi, hiposensibilisasi, prevensi infeksi viral, prevensi infeksi bakteriil, prevensi prenatal, menghindarkan faktor pencetus serangan penyakit asma dan menggunakan obat-obat antipenyakit asma.
Obat-obat yang dapat digunakan pada pengobatan asma berupa pengobatan farmakologi dan non farmakologi.
Pengobatan farmakologi dapat berupa tablet maupun sirup, misalnya: asbron FCT, bronsolvan, neo napacin, brasmatic, brondilex, theobron, asmano. Pengobatan untuk serangan asma tiba-tiba yaitu dengan di berikan sediaan inhalasi yang berisi obat-obat bronkodilator seperti salbutamol. Penanganan pada gejala asma seperti sesak napas dapat di swamedikasi dengan sediaan oksigen kaleng. Namun sediaan inhalasi merupakan obat-obat yang memiliki harga yang relatif ahal sehingga, masyarakat lebih memilih obat-obat dalam bentu sediaan lain seperti tablet ataupun sirup, dan masuk dalam kategori bebas terbatas dan merupakan obat wajib apotek.
Sedangkan pengobatan non farmakologi dapat berupa akupuntur, akupresur, refleksologi, aromaterapi, meditasi dan yoga, edukasi maupun pengobatan dengan menggunakan herbal. Pengobatan secara edukasi yaitu edukasi pasien dan keluargayang menjadi mitra dokter dalam penatalaksanaan asma, pengukuran peak flow meter yang dilakukan pada pasien dengan asma sedang sampai berat, pemberian oksigen, banyak minum untuk menghindari dehidrasi terutama pada anak-anak, pengontrolan secara teratur dan pola hidup yamg sehat. Sedangkan pengobatan dengan herbal dapat menggunakan urang-aring, kenanga, kecubung, petikan kebo, jahe merah, kayu manis, daun randu dan daun tanjung dapat digunakan secara seduhan maupun digunakan seperti rokok.
Sediaan herbal yang terdapat dipasaran yang dapat digunakan sebagai pengobatan swamedikasi berupa KAPSUL HERBAL ASMA yang mengandung
srigunggu, daun patikan kebo, rimpang kunyitdan daun brotowali. Khasiatnya membantu meredakan gejala asma dan melonggarkan pernapasan. KAPSUL KAYU MANIS yang mengandung 100% ekstrak kayu manis dengan khasiat menurunkan tekanan darah tinggi, mengobati rematik, mengobati asma, masuk angin, menambah nafsu makan, mengobati batuk dan sariawan.
Namun pengobatan dengan cara swamedikasi maupun farmakologi pemeriksaan ke dokter tetap dilakukan, apabilah terjadi gejalah yang berat pengobat dengan herbal maupun pengobatan lain dapat dihentikan. Penyakit asma dengan gejalah berat dapat mengakibatkan penyakit yang lebih parah apabilah penangan tidak tepat.
BAB III
KESIMPULAN
Asma adalah suatu gangguan inflamasi kronis pada saluran nafas di mana banyak sel dan elemen seluler yang berperan didalamnya. Penyakit asma dapat diklasifikasikan yang terdiri dari: intermiten, persisten ringan, persisten sedang dan persisten berat. Asma ditandai dengan serangan berulang dari sesak napas dan mengi, yang bervariasi dalam keparahan dan frekuensi dari orang ke orang. Pada seorang individu dapat terjadi dari jam ke jam dan hari ke hari. Kondisi ini disebabkan peradangan saluran udara di paru-paru dan mempengaruhi sensitivitas ujung saraf di saluran napas sehingga mereka menjadi mudah teriritasi. Dalam sebuah serangan , lapisan bagian membengkak menyebabkan saluran udara untuk mempersempit dan mengurangi aliran udara masuk dan keluar dari paru-paru.
Pengobatan farmakologi dapat menggunakan; sediaan inhlasi maupun oksigen kaleng,obat-obat bebas terbatas dalam bentuk tablet maupun syrup yang termasuk dalam kategori Obat Wajib Apotek. Sedangkan pengobatan non farmakologi berupa akupuntur, akupresur, refleksologi, aromaterapi, meditasi, yoga, edukasi maupun pengobatan dengan menggunakan herbal.
Pengobatan dengan herbal dapat menggunakan urang-aring, kenanga, kecubung, petikan kebo, jahe merah, kayu manis, daun randu dan daun tanjung dapat digunakan secara seduhan maupun digunakan seperti rokok.
Namun pengobatan dengan cara swamedikasi maupun farmakologi pemeriksaan ke dokter tetap dilakukan, apabilah terjadi gejalah yang berat pengobat dengan herbal maupun pengobatan lain dapat dihentikan. Penyakit asma dengan gejalah berat dapat mengakibatkan penyakit yang lebih parah apabilah penangan tidak tepat.
DAFTAR PUSTAKA
Dalimartha Setiawan dr, 2006. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 4. Puspa Swara, Jakarta.
Dalimartha Setiawan dr, 2000. Atlas Tumbuhan Obat Indonesia jilid 2. Trubus Agriwidya, Jakarta.
Departemen Kesehatan, 2007. PHARMACEUTICAL CARE UNTUK PENYAKIT ASMA. Bakti Husada, Jakarta.
https://denikrisna.wordpress.com/tag/farmakologi/Farmakologi, Pharmaceutical Stuffs/24 februari 2014.
http://ivan-atjeh.blogspot.com/2012/01/patofisiologi-dan-penatalaksanaan asma. html
Fauzi, R. Kusuma, B. Muhammad Zaky. 2005. Tumbuhan Liar Berkhasiat Obat. Agro Media Pustaka, Jakarta.
Haryanto, S. Nugroho BA, 2006. Sehat dan bugar secara alami. Penebar Plus, Depok.
Hardiati, S., 1986, Skrining Fitokimia Serta Efek Dari Daun Randu (Ceiba pentandra, Gaertn.) dan Minyak Biji Calophyllum inophylum, L. Terhadap Pertumbuhan Rambut Kelinci Jantan, Skripsi, Fakultas Farmasi UGM, Yogyakarta.
Herliana Ersi STP. 2013. Penyakit Asam Urat Kandas Berkat Herhal. Fmedia, Jakarta.
Iris Rengganis, 2008, Diagnosis dan Tatalaksana Asma Bronkial, Departemen Ilmu Penyakit Dalam, Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo, Maj Kedokt Indon, Volum: 58, Nomor: 11, Nofember, Jakarta.
Kartasapoetra, G. 2004. Budidaya Tanaman Berkhasiat Obat. Penerbit Rineka Cipta, Jakarta.
Nilawati S, Krisnatuti D, Mahendra B, Oei G D. 2008. Care Yourself, kolesterol .
Penebar Plus , Jakarta.
Permadi Adi S.Si, 2006. Tanaman Obat Pelancar Air Seni, Penebar Swadaya, Jakarta.
Perry LM, 1980. The Medical Plant of East and South East Asia, The MIT Press, Cambridge.
Robbins, Cotran& Kumar. 1999.DasarPatologiPenyakit.PenerbitBukuKedokteran EGC. Jakarta.
Ritter, MJ., Lewis, L.D., Mant, T.GK., Ferro, A. A Textbook of Pharmacology and therapeutics 5th Ed.Hodder Arnold part of hachette livre .UK .2008.
Sudoyo, A.W,dkk. 2006.Buku Ajar IlmuPenyakitDalam, JilidI.PusatPenerbitanDepartemenIlmuPenyakitDalam, FK-UI. Jakarta.
Thomas A.N.S, 1992. Tanaman Obat Tradisional 2. Kanisius, Yogyakarta.
Vita Health, 2005 Asma Informasi Lengkap Untuk Penderita dan Keluarganya. PT. Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Wells, Barbara G, 2009 . Pharmacotherapy Handbook seventh edition, The McGraw-Hill Companies, Inc.
PERTANYAAN
Sirham
Apa batasan-batasan pada pengobatan asma?
Apakah pengobatan swamedikasi pada pasien asma sama? Karena obat asma dibagi menjadi beberapa golongan.
Jawab : Secara umum, sebenarnya penyakit asma di bagi menjadi 2 kelas, yaitu asma akut dan asma kronik. Untuk pengobatan swamedikasinya sendiri, sebenarnya kalau untuk asma akut, yang di obati hanya gejala awalnya saja yaitu sesak napas. Oksigen kaleng dapat di berikan bila seseorang mengalami serangan asma akut, untuk penderita yang sudah pernah ke dokter, biasanya mereka sudah mempunyai obat-obat asma berupa inhalasi yang di gunakan bila terjadi serangan asma. Untuk pasien asma kronik, mereka sudah di berikan obat-obat asma berupa tablet maupun inhaler, yang bisa di dapatkan di apotek sebagai Obat Wajib Apotek (OWA).
Khairunnisa
Faktor pemicu asma salah satunya adalah cuaca, apakah bisa di swamedikasi?
Apa obat yang tepat yang dapat diberikan?
Jawab :
.
Rista Puspita
Salah satu tanda dan gejala asma adalah sianosis, yaitu kulit kebiruan, mengapa bisa kebiruan?
Swamedikasi apa yang cocok untuk mengatasi efek tersebut?
Jawab :
Sianaosis terjadi ketika konsentrasi /kadar hemoglobin yang tereduksi lebih dari 5%. Normalnya, hemoglobin yang mengalir bersama darah akan mengikat O2 sehingga hemoglobin akan teroksidasi. Jika dalam aliran darah terdapat kandunga CO2 maka hemoglobin disamping berikatan dengan O2 juga berikatan dengan CO2. Hali ini mengakibatkan terjadi peningkatan kadar HB yang tereduksi oleh ikatan dengan CO2. Hali ini yang mengakibatkan sianosis pada kuku, lidah, bibir maupun membran mukosa.
Pengobatan dapat diberikan dengan penambahn oksigen dengan menggunakan OXYCAN yang dapat mengurangi sianosis yang dialami.
Darmisa
Apakah penyakit asma dapat sembuh sendiri?
Saya memiliki seorang anak dan sejak kecil hingga sekarang asma nya belum sembuh-sembuh, dan dokter juga sudah mengatakan bahwa penyakit asma anak saya tidak bisa sembuh, kira-kira apa ada obat yang bisa digunakan dan efek terapinya bisa sampai menyembuhkan atau menghilangkan penyakit asma?
Jawab : penyakit asma tidak dapat disembuhkan akan tetapi dapat di cegah dengan menghindari faktor pemicun atau pencetusnya.