MAKALAH KAJIAN DAN ANALISIS SUMBANGAN ASTRONOMI TERHADAP PERKEMBANGAN FISIKA
KELOMPOK XII Nama Nim Nama Nim Nama Nim Nama Nim
: Inggrit Milan Lano :1601050060 : Reslin Talita Here :1601050032 : Soni A. Nenotek : 1601050045 : Thensi H. Moy : 1601050007
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN FISIKA JURUSAN PENDIDIKAN MIPA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS NUSA CENDANA KUPANG 2016
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kita sampaikan kehadirat Allah Swt, atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga makalah ini dapat diselesaikan. Syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang membawa kita dari zaman kegelapan ke zaman seperti sekarang ini. Terimakasih juga tak lupa saya ucapkan pada dosen pembimbing sejarah fisika yang telah membantu menyelesaikan makalah ini. Kami sadar dalam pembuatan makalah ini tidak lepas dari kekurangan karena kesempurnaan itu hanya milik oleh Tuhan Yang
Maha Esa karena itu, kami
mengharapkan kritikan dan saran untuk untuk kesempurnaan makalah ini, kami ucapkan terimakasih.
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..................................................................................... i DAFTAR ISI................................................................................................... ii BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang .................................................................................... 1 1.2 Tujuan Penulisan makalah.................................................................... 2 BAB II PEMBAHASAN ............................................................................. 3 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ......................................................................................49 3.2 Soal dan Jawaban ............................................................................. 50 DAFTAR PUSTAKA...................................................................................... 53
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Sebagai salah satu ilmu pengetahuan tertua dalam peradaban manusia, Astronomi kerap dijuluki sebagai 'ratu sains'. Astronomi memang menempati posisi yang terbilang istimewa dalam kehidupan manusia. Sejak dulu, manusia begitu terkagum-kagum ketika memandang kerlip bintang dan pesona benda-benda langit yang begitu luar biasa. Fenomena langit sangatlah menarik rasa ingin tahu manusia. Sebuah bukti adalah adanya sejarah para ilmuan yang mencoba untuk mengamati dan mempelajari fenomena alam tersebut. Awalnya, manusia menganggap fenomena langit sebagai sesuatu yang magis. Seiring berputarnya waktu dan zaman, manusia pun memanfaatkan keteraturan benda-benda yang mereka amati di angkasa untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti penanggalan. Dengan mengamati langit, manusia pun bisa menentukan waktu utuk pesta, upacara keagamaan, waktu untuk mulai menabur benih dan panen. Berbeda dengan zaman sekarang, perkembangan astronomi pada zaman sekarang begitu pesat seiring dengan temuan temuan terbaru seperti penemuan akan adanya sebuah kehidupan di planet mars karena didalamnya terdapat air, pnemuan planet-planet baru dan pengobservasian fenomena-fenomena alam dengan alat-alat canggih. Mengkaji ilmu astronomi adalah hal yang sangat menarik, sehingga menjadikan perkembangan ilmu astronomi tetap berjalan dan selalu berkembang. Oleh karna itu kami mencoba mengkaji bagaimana perjalanan atau sejarah perkembangan ilmu astronomi dari zaman prasejarah sampai zaman sekarang.
1.2 Tujuan
1. Dapat menjelaskan pengertian dari astronomi. 2. Dapat menjelaskan cabang-cabang ilmu astronomi. 3. Dapat menjelaskan perkembangan astronomi pada tiap periode menurut para ilmuwan. 4. Dapat menjelaskan kontribusi ilmu astronomi dari astronomastronom muslim. 5. Dapat menjelaskan perkembangan astronomi di Indonesia.
BAB II PEMBAHASAN
A. Sejarah Perkembangan Astronomi 1. Pengertian Astronomi Astronomi, erat sekali hubungannya dengan perkara keseharian kita. Secara etimologi astronomi berarti "ilmu bintang" adalah ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar. Bumi dan atmosfernya. Ilmu ini mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda yang bisa dilihat di langit (dan di luar Bumi), juga proses yang melibatkan mereka. Astronomi merupakan cabang pengetahuan eksakta yang tertua. Astronomi, secara etimologi berarti "ilmu bintang" (dari Yunani: άστρο, + νόμος), adalah ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar Bumi dan atmosfernya. Ilmu ini mempelajari asal-usul, evolusi, sifat fisik dan kimiawi benda-benda yang bisa dilihat di langit (dan di luar Bumi), juga proses yang melibatkan mereka. Ikhwan As Shafa memberikan definisi astronomi di dalam bukunya Rasaailuikhwan As Shafa, adalah ilmu untuk mengetahui tata surya, menghitung banyak bintang (buruj), jarak, besar dan gerakannya, serta mengetahui segala sesuatu yang berhubungan dengan pengetahuan ini. Thasy Kubra memberikan definisinya di dalam bukunya Miftaahus Sa’adah, adalah ilmu untuk mengetahui ihwal benda-benda angkasa yang tinggi dan yang rendah, lengkap dengan bentuk, letak, ukuran serta jaraknya. Di dalam khazanah islam, astronomi dikenal dengan nama ilmu falak yang berarti orbit at au lintasan benda-benda langit. Ilmu falak adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari lintasan benda-benda langit khususnya bumi, bulan, dan matahari pada orbitnya masing-masing dengan tujuan untuk mengetahui posisi benda langit antara satu sama lainnya, agar dapat diketahui waktu-waktu dipermukaan bumi. Ilmu falak ini sangat berpengaruh sekali terhadap pelaksanaan ibadah dalam agama islam, seperti waktu shalat, puasa ramadhan, arah qiblat,dan sebagainya. Selama sebagian abad ke-20, astronomi dianggap terpilah menjadi astrometri, mekanika langit, dan astrofisika. Status tinggi sekarang yang dimiliki astrofisika bisa tercermin dalam nama jurusan universitas dan institut yang dilibatkan di penelitian
astronomis: yang paling tua adalah tanpa kecuali bagian 'Astronomi' dan institut, yang paling baru cenderung memasukkan astrofisika di nama mereka, kadang-kadang mengeluarkan kata astronomi, untuk menekankan sifat penelitiannya. Selanjutnya, penelitian astrofisika, secara khususnya astrofisika teoretis, bisa dilakukan oleh orang yang berlatar belakang ilmu fisika atau matematika daripada astronomi. Secara umum baik "astronomi" maupun "astrofisika" boleh digunakan untuk menyebut ilmu yang sama. Apabila hendak merujuk ke definisi-definisi kamus yang baku, "astronomi" bermakna "penelitian benda-benda langit dan materi di luar atmosfer Bumi serta sifat-sifat fisika dan kimia benda-benda dan materi tersebut"sedang "astrofisika" adalah cabang dari astronomi yang berurusan dengan "tingkah laku, sifat-sifat fisika, serta proses-proses dinamis dari benda-benda dan fenomena-fenomena langit".Dalam kasus-kasus tertentu, misalnya pada pembukaan buku The Physical Universe oleh Frank Shu, "astronomi" boleh dipergunakan untuk sisi kualitatif dari ilmu ini, sedang "astrofisika" untuk sisi lainnya yang lebih berorientasi fisika. Namun demikian, penelitian-penelitian astronomi modern kebanyakan berurusan dengan topik-topik yang berkenaan dengan fisika, sehingga bisa saja kita mengatakan bahwa astronomi modern adalah astrofisika. Banyak badanbadan penelitian yang, dalam memutuskan menggunakan istilah yang mana, hanya bergantung dari apakah secara sejarah mereka berafiliasi dengan departemendepartemen fisika atau tidak. Astronom-astronom profesional sendiri banyak yang memiliki gelar di bidang fisika. Untuk ilustrasi lebih lanjut, salah satu jurnal ilmiah terkemuka pada cabang ilmu ini bernama Astronomy and Astrophysics (Astronomi dan Astrofisika). Astronomi adalah salah satu di antara sedikit ilmu pengetahuan di mana amatir masih memainkan peran aktif, khususnya dalam hal penemuan dan pengamatan fenomena sementara. Astronomi jangan dikelirukan dengan astrologi, ilmu semu yang mengasumsikan bahwa takdir manusia dapat dikaitkan dengan letak benda-benda astronomis di langit. Meskipun memiliki asal-muasal yang sama, kedua bidang ini sangat berbeda; astronom menggunakan metode ilmiah, sedangkan astrolog tidak.
Ilmu astronomi (ilmu falak) berbeda dengan ilmu astrologi. Adapun astrologi adalah ilmu yang mempelajari benda-benda langit dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh benda-benda langit itu terhadap kehidupan (nasib) seseorang di bumi.Astrologi lebih dikenal dengan ilmu nujum. B. Cabang-Cabang Ilmu Astronomi Pada abad ke-20, astronomi profesional terbagi menjadi dua cabang: astronomi observasional dan astronomi teoretis. Yang pertama melibatkan pengumpulan data dari pengamatan atas benda-benda langit, yang kemudian akan dianalisis menggunakan prinsip-prinsip dasar fisika. Yang kedua terpusat pada upaya pengembangan model-model komputer/analitis guna menjelaskan sifat-sifat bendabenda langit serta fenomena-fenomena alam lainnya. Adapun kedua cabang ini bersifat komplementer — astronomi teoretis berusaha untuk menerangkan hasil-hasil pengamatan astronomi observasional, dan astronomi observasional kemudian akan mencoba untuk membuktikan kesimpulan yang dibuat oleh astronomi teoretis. Bidang yang dipelajari juga dikategorikan menjadi dua cara yang berbeda: dengan 'subyek', biasanya menurut daerah angkasa (misalnya Astronomi Galaksi) atau 'masalah' (seperti pembentukan bintang atau kosmologi); atau dari cara yang dipergunakan untuk mendapatkan informasi (pada hakekatnya, daerah di mana spektrum elektromagnetik dipakai). Pembagian pertama bisa diterapkan kepada baik pengamat maupun teoretikus, tetapi pembagian kedua ini hanya berlaku bagi pengamat (dengan tak sempurna), selama teoretikus mencoba menggunakan informasi yang ada, di semua panjang gelombang, dan pengamat sering mengamati di lebih dari satu daerah spectrum. Berdasarkan pada subyek atau masalah, ada beberapa pengklarifikasian dalam ilmu astronomi sebagai berikut : Astrometri: cabang ilmu Astronomi yang mempelajari hubungan geometris benda-benda angkasa, meliputi: kedudukan benda-benda angkasa, jarak benda angkasa yang satu dengan yang lain, ukuran benda angkasa, rotasi dan
revolusinya.. Mendefinisikan sistem koordinat yang dipakai dan kinematika dari benda-benda di galaksi kita. Kosmologi: penelitian alam semesta sebagai seluruh dan evolusinya. Fisika galaksi: penelitian struktur dan bagian galaksi kita dan galaksi lain. Astronomi ekstragalaksi: penelitian benda (sebagian besar galaksi) di luar galaksi kita. Pembentukan galaksi dan evolusi: penelitian pembentukan galaksi, dan evolusi mereka. Ilmu planet: penelitian planet dan tata surya. Fisika bintang: penelitian struktur bintang. Evolusi bintang: penelitian evolusi bintang dari pembentukan mereka sampai akhir mereka sebagai bintang sisa. Pembentukan bintang: penelitian kondisi dan proses yang menyebabkan pembentukan bintang di dalam awan gas, dan proses pembentukan itu sendiri. C. Perkembangan Astronomi Tiap Periode 1. Periode 1 (Zaman Purbakala – 1500M) Perkembangan Astronomi sebenarnya sudah terdeteksi sekitar 1000 SM tepatnya zaman sumeria dan babilonia. Mereka mengamati berbagai keteraturan dan mampu meramalkan gerhana bulan, dan peredaran planet. Bangsa mesir sudah menemukan bahwa satu tahun terdiri dari 365 hari. Akan tetapi, pada zaman sumeria belum menemukan pengetahuannya dalam bentuk gambaran. Gambaran mengenai alam semesta memang ada namun masih bersifat spekulatif belaka. Mereka beranggapan bahwa bumi dan langit berbentuk cakram datar yang saling tumpang tindih. Ciri-ciri periode Pertama: 1) 2) 3) 4)
Belum ada penelitian yang sistematis. Bersifat spekulatif. Pergerakan benda-benda langit dianggap memiliki kekuatan magis. Pada periode pertama ini dikumpulkan berbagai fakta fisis yang dipakai untuk membuat perumusan empirik. Untuk pengkajian lebih dalam kita akan membahas tokoh – tokoh penting yang sangat berperan dalam perkembangan astronomi pada periode satu ini.
a) Anaximander (610-546 SM)
Seorang filusuf Yunani yang dikenal sebagai “Bapak Ilmu Astronomi”. Ia menganggap bentuk Bumi sebagai silinder dan angkasa berputar tiap hari mengelilinginya. b) Anaxagoras (500-478 SM) Mengajarkan bahwa Matahari sebuah batu panas dan bulan tidak memancarkan cahaya sendiri tapi mendapat penerangan dari Matahari. Dia juga menerangkan mengenai Gerhana Matahari. c) Aristoteles (348-322 SM) Ia adalah murid Plato, dan dianggap sebagai bapak filsafat dan ilmuan sepanjang sejarah. Bumi menurutnya adalah pusat jagat raya (geosentris). Sedangkan dilangit (alam semesta bagian atas) terdapat planet-planet, bintang, matahari, dan bulan yang gerak alamiah mereka adalah melingkar sempurna, continue dan tak terbatas. d) Erastostenes (276-196 SM) Ia bukan orang Yunani tetapi orang Mesir. Pemikiran Erastostenes terpenting adalah mengenai keliling lingkaran bumi. Erastostenes melakukan pengukurn keliling bumi dari dua kota : Alexandria (mesir dan Syene yang berjarak ± 787 km. pada musuim panas di Alexandia sinar matahari jatuh tegak lurus pada tengah hari, sedangkan di Syene sinar matahari, membentuk sudut 7.2o. dari data ini Erastostenes menghitung bahwa keliling bumi ± 46.250 km. pengukurannya didasarkan pada asumsi bahwa bumi berbentuk bulat, tidak datar. Erastostenes berhasil mengukur jarak bumi – matahari dan jarak bulan – bumi. e) Thales Pengamatan fenomena langit sebenarnya telah dilakukan sejak zaman kuno oleh orang-orang China, Mesopotamia, dan Mesir. Tetapi astronomi sebagai ilmu, baru berkembang di Yunani pada abad ke-6 SM. Penelitian tentang astronomi di Yunani diawali oleh Thales. Ia mengemukakan sebuah pendapat bahwa Bumi itu berbentuk bulat, setelah itu Aristoteles mengeluarkan terobosan yang penting dua abad kemudian yang menyatakan bahwa Bumi itu bulat budar dengan dukungan dari beberapa buku ilmiah.
f) Phytagoras (560 – 480 SM) Ia berpendapat bahwa jagat raya bersipat harmonic (cosmos) atau tidak kacau (chaos) dalam hal keharmonisan alam, mazhab phytagorean merujuk pada teorinya bahwa keharmonisan alam memiliki kesesuaian dengan harmoni pada music. Menurutnya suara music ditentukan oleh pengaturan interval dari panjang pendeknya senar. Konsep keharmonisan konsep ini kemudian dijadikan prinsip umum untuk menjelaskan gagasan tentang keharmonisan jagat raya dan semua gerakan planet menyuarakan suara harmoni yang mewakili perbedaan notasi music. Teori ini yang kemudian disebut harmoni of the spheres berpengaruh luas, bahkan Johanes Kepler pada permulaan spekulasinya menganggap bahwa perbedaan gerakan antar planet ditentukan oleh perbedaan oktaf yang ada pada skala musik. g) Aristarchus (310-230 SM) Ia merupakan orang pertama yang berbeda pandangan tentang pusat jagat raya. Menurutnya bukan bumi sebagai titik pusat, tetapi mataharilah sebagai titik pusat (helio sentris). Dia memperbaiki teori cosmogonic Philolaus dan menyatakan bahwa pusat api tidak ada. Dengan matahari sebagai pusat dan bumi serta planet-planet lain mengelilinginya. Teori ini merupakan pengantar kepada teori Heliosentris cosmogonic 2000 tahun kemudian. Teori ini sebenarnya tidak memperoleh kemajuan bagi pemikiran bangsa Yunani dan hilang hampir 200 tahun, karena pengaruh ajaran Aristoteles dengan hipotesanya mengenai teori Geosentris yang sangat diyakini orang pada saat itu dan tidak sesuai dengan keyakinan agama yang berkembang saat itu yang lebih sejalan pola pikirnya terhadap pola geosentris. h) Archimedes (287-212 SM) Ia adalah sosok ilmuan yang telah memberikan kontribusi yang besar bagi peradaban. Seperti penemuan skrup air, yakni alat untuk menarik air dari tempat yang rendah ke tempat yang tinggi dimana air akan mengikuti putaran skrup ke atas, sampai pada pengamatan benda-benda angkasa deng observasi yang akurat. Bahkan Chasles mencatat bahwa karya Integral Archimedes memberikan
sumbangan besar bagi kepler dan Newton dalam penentuan hokum-hukumnya secara matematis. Dia telah mengenal teori gravitasi. Menyokong teori Aristarkus, bahwa bumi berputar setiap hari mengelilingi sumbunya dan berputar mengelilingi matahari tiap tahunnya dengan lintasan berbetuk lingkaran. Matahari dan bintangbintang tetap diam, sedangkan pada planet bergerak berbentuk lingkaran dengan matahari sebagai pusatnya. i) Hipparchus (abad ke-2 SM) Pola pemikirannya menjadi pijakan bagi Ptolemy khususnya mengenai perkiraan equnox (situasi siang dan malam sama panjang) 1) Dia menunjukkan bahwa Vernal Equinox (titik musim panas) bergerak sepanjang lingkaran ekliptika dengan kecepatan 36 detik busur dalam setahun, sedangkan di zaman modern sekarang ini 50 detik. Akibat perputarn Equinox, Bumi berputar pola mngenai sumbunya. Bidang yang melalui lintasan Matahari dan melalui keliling Bumi, disebut “ekliptika”. 2) Dia telah menemukan trigonometri dan memberikan tabel dari sudut-sudut sinusnya. Dia mengukur lamanya tahun tropik yaitu 365 hari 5 jam 54 menit. Untuk mendapatkan harga ini, Hipparcus menggunakan observasi Aristarchus. Harga yang didapat sekarang, yang berbeda 5 menit 14 detik. Dia meyakini teori cosmogonic geosentris. Selain itu, Ia membuat sebuah katalog 850 bintang dengan teliti yang dibagi kedalam enam kelompok kecerlangan atau magnitudo; bintang paling cemerlang dengan magnitudo 1 dan yang paling lemah (yang tampak dengan mata telanjang) dengan magnitudo 6. Suatu sistem magnitudo yang disesuaikan masih digunakan dewasa ini. Hipparkus menemukan bahwa posisi bumi agak goyah di antariksa, suatu efek yang disebut Presesi. j) Ptolomeus (abad ke-2 SM) Ia adalah pengumpul data astronomis yang teliti. Ia mengembangkan sebentuk sistem tata surya yang membela gerakan melingkar dengan bumi
sebagai pusatnya. Seorang ilmuwan Yunani yang menyusun gambaran baku mengenai Alam semesta yang dipakai oleh para ahli astronomi hingga jaman Renaissance. Menurut Ptolomeus, Matahari, Bulan, dan planet-planet beredar mengelilingi Bumi dengan suatu sistem yang rumit. Ptolemy mengajukan dua komponen gerak. Yang pertama, gerak dalam orbit lingkaran yang seragam dengan periode satu tahun pada titik yang disebut deferent. Gerak yang kedua disebut epycycle, gerak seragam dalam lintasan lingkaran dan berpusat pada deferent. Teori ini akhirnya ditentang dan dibuktikan kesalahannya oleh pandangan Copernicus. Ptolomeus menulis ensiklopedi besar astronomi Yunani yang disebut Almagest. k) Nicolaus Copernicus (1473-1543 M) Sosok ilmuan yang dengan berani mematahkan paradigma geosentris yang sudah bertahan ratusan tahun sebelumya dengan menungkap bahwa bukan bumi sebagai pusat edar melainkan matahari (heliosentris). Teorinya didukung oleh pengamatan Galileo dan dibenarkan oleh perhitungan Johannes Kepler. Tiga belas abad lebih konsep Geosentris diterima masyakat dunia. Pada tahun 1512 dibukalah sejarah baru oleh Copernicus yang mengemukakan bahwa Planet dan Bintang bergerak mengelilingi Matahari dengan orbit Melingkar. Sejak pernyataannya inilah konep heliosentris mulai diterima oleh dunia. 2. Periode II (Sekitar 1550 – 1800 M) Perkembangan ilmu astronomi pada periode II terjadi sangat pesat. Banyak sumbangan-sumbangan yang telah diberikan oleh para ahli dalam perkembangan astronomi. Selain itu, pada periode II ini terjadi perubahan sarana pengamatan yaitu dari pengamatan benda langit yang menggunakan mata telanjang menjadi pengamatan yang menggunakan teleskop. Tokoh-tokoh yang berperan penting dalam perkembangan astronomi pada periode II adalah sebagai berikut: a) Tycho Brahe (1546-1601)
Ia memberikan sumbangsih bagi perkembangan astronomi luar biasa besarnya. Dia bukan hanya merancang dan membangun instumentasi yang revolusioner, tetapi juga melakukan pengamatan yang berulang-ulang. Sejumlah orbit planet yang bersifat anomali, yang sebelumnya belum pernah tercatat, oleh Thyco kemudian ditampilan secara komplit, tanpa bantuan thyco ini, kepler tidak mungkin bisa menemukan bahwa planet-planet bergerak di dalam orbit berbentuk elips. Ia juga tercatat sebagai astronom pertama yang membuat koreksi terhadap pembiasan oleh atmosfer. Brahe adalah seorang astronom. Selama 20 tahun, ia hanya membuat observasi planet-planet secara sistematis, membuat daftar dari bintang, pengumpulan data Astronomi yang lain hanya dengan ketelitian yang mungkin tanpa teleskop. 1) Dia mengintroduksikan koordinat Astronomi modern, menentukan deklinasi, tinggi bintang dan sebagainya. 2) Di Prague, ia menyelesaikan tabel gerak planet dengan bantuan asistennya Johannes Kepler (1571-1630). Setelah kematian Brahe, Kepler menelaah data yang ditinggalkan Brahe dan menemukan bahwa orbit planet tidak sirkular melainkan eliptik. Kepler kemudian mengeluarkan tiga hukum gerak orbit yang dikenal sampai saat ini. b) Rene Descartes (1596-1650) Ia berpendapat bahwa jagat raya tersusun atas materi-matei yang berputar, yang ia sebut vortex. Menurutnya sebuah benda memiliki kecenderungan untuk diam atau bergerak beraturan dalam garis lurus. Akibatnya lintasan alamiah sebuah planet merupakan sebuah garis lurus bukan merupakan lingkaran seperti pendapat Galileo. Sebuah planet tidak akan menyimpang tiba-tiba kecuali ada pengaruh lain yang memaksanya berbelok dari lintasan. Alamiahnya. Inilah tekanan vortex yang menahan sebuah planet dalam lintsan orbitnya. Ia menyatakan bahwa alam semesta secara keseluruhan dibangun oleh materi dan gerak, dari sinilah kemudian Descartes dianggap telah melucuti jagat raya hingga tinggal materi dan gerak.
c) Johannes Kepler (1571-1630) Kontribusdi kepler pada perkembangan astronomi adalah mengenai 3 hukumnya yang ia nyatakan berdasarkan data yang diperoleh dari Thyco Brahe yang telah melakukan penelitian dan pencatatan sebelumnya, tiga hukum itu adalah : 1) Lintasan dari tiap-tiap planet adalah ellips dengan matahari sebagai titik fokusnya. 2) Garis yang menghubungkan planet dengan matahari akan melukiskan luas yang sama pada saat-saat waktu yang sama. 3) Kuadrat periode planet-planet itu sebanding dengan pangkat tiga jarak rataratanya ke matahari. Walaupun telah mengeluarkan ketika hukumnya, Kepler masih belum dapat menjawab mengapa planet-planet dapat bergerak? dan kenapa planet-planet yang sebelah luar pergerakannya lebih lambat? Akhirnya pertanyaan-pertanyaan kepler ini dapat dijawab oleh Newton dengan hukum gravitasi umumnya. Hukum Kepler tentang gerakan planet adalah sumbangannya yang terbesar bagi ilmu pengetahuan. Hukum ini berdampak besar terhadap pemikiran ilmiah dan kelak menyediakan landasan bagi karya Sir Isaac Newton mengenai gaya tarik bumi. Namun, Kepler juga memberikan banyak sumbangan lain kepada ilmu pengetahuan. Dia menemukan bintang baru (supernova), menganalisis cara kerja mata manusia, meningkatkan kemampuan teleskop, dan beberapa sumbangan dalam bidang optik. Dia mempublikasikan data akurat mengenai kedudukan bintang dan planet yang sangat berharga bagi para pelaut. Dia memberikan sumbangan kepada matematika, termasuk cara penghitungan yang lebih cepat dan cara menentukan volume banyak benda padat. d) Galileo Galilei (1564-1642) Pada tahun 1609 Galileo merakit teropong dengan mengembangkan teknologi rancangan Hans Lippershey yang diperkenalkan setahun sebalumya ia mengarahkan teopong kelangit malam. Dalam tempo beberapa jam longsorlah paradigma-paradigma yang paling disayangi atau diyakini saat itu. Seperti :
1) Ia melihat permukaan bulan ternyata tidak mulus dan bulat sempurna. Pengamatan ini bertentangan dengan kepercayaan Yunani kuno yang menegaskan kesempurnaan benda langit. Pada permukaan bulan kelihatan bergunung-gunung dan berlembah-lembah seperti di bumi. Ia juga melihat noktah-noktah pada permukaan matahari; 2) Ia melihat ada 4 ”planet kecil” yang sekarang disebut bulan yang mengitari jupiter. Pengamatan ini adalah bukti telak bahwa tidak semua benda langit mengitari bumi; 3) Ia melihat fase-fase venus sebagaimana bulan. Bentuk venus kelihatan berubah antara sabit sampai purnama secara teratur. 4) Ia mengamati bintang melalui teropong, ternyta bintang itu tidak lebih besar, melainkan tetap berupa bintik kecil. Ini menunjukan bahwa bintang-bintang memang jauh sekali dari bumi. Juga bima sakti terlihat dengan teropong bukan sebagai bentangan kabut malar, melainkan ribuan bintang yang belum pernah dlihat oleh mata manusia. e) Sir Isaac Newton (1642-1727) Ia adalah orang yang berhasil merumuskan hukum gravtasi universal yang sangat berperan untuk memahami perilaku pergerakan planet-planet yang diformulasikan berdasarkan data-data yang diperoleh dari ilmuan-ilmuan sebelumnya termasuk kepler. f) George comte de Buffon (1701-1788) George comte dari Perancis, mempostulatkan teori dualistik dan katastrofi yang menyatakan bahwa tabrakan komet dengan permukaan matahari menyebabkan materi matahari terlontar dan membentuk planet pada jarak yang berbeda. Kelemahannya Buffon tidak bisa menjelaskan asal komet. Ia hanya mengasumsikan bahwa komet jauh lebih masif dari kenyataannya. g) Edmond Halley (1656-1742) Seorang ahli astronomi Inggris yang di tahun 1705 memperhitungkan bahwa komet yang terlihat dalam tahun-tahun 1531, 1607 dan 1682 sesungguhnya adalah benda yang sama yang bergerak dalam satu garis edar tiap 75 atau 76 tahun mengedari matahari. Komet tersebut kini dikenal sebagai Komet
Halley. Dalam tahun 1720, Halley menjadi ahli astronomi kerajaan yang kedua, Di Greenwich ia membuat studi yang memakan waktu lama mengenai gerakan bulan. h) Games Bradley (1693-1762) Seorang ahli astronomi Inggris yang menemukan penyimpangan yang disebut Aberasi Sinar Cahaya di tahun 1728, yaitu bukti langsung pertama yang dapat diamati bahwa Bumi beredar mengelilingi Matahari. Dari besarnya penyimpangan ia menghitung kecepatan cahaya sebesar 295.000 km/dt. Hanya sedikit lebih kecil dari nilai sebenarnya (299.792,4574 km/dt, US National Bureau of Standards). i) Immanuel Kant (1724-1804) Seorang filsuf Jerman yang pada tahun 1755 mengajukan cikal-bakal teori modern tentang tata surya. Kant percaya bahwa planet-planet tumbuh dari sebuah cakram materi di sekeliling Matahari, sebuah gagasan yang kemudian dikembangkan oleh Marquis de Laplace. Kant juga berpendapat bahwa nebula suram yang terlihat di antariksa adalah galaksi tersendiri seperti galaksi Bima Sakti kita. Pendapat tersebut kini telah terbukti kebenarannya. j) Sir William Herschel (1738-1822) Seorang ahli astronomi Inggris, lahir di Jerman, yang menemukan planet Uranus pada tanggal 17 Maret 1781 beserta dua satelitnya dan juga dua satelit Saturnus. Herscel membuat survey lengkap langit utara dan menemukan banyak bintang ganda dan nebula. Untuk menangani pekerjaan ini, ia membangun sebuah reflektor 122 cm, terbesar di dunia saat itu. Survey langit Herschel itu meyakinkan bahwa galaksi kita berupa sistem bintang berbentuk lensa, dengan kita di dekat pusat. Pandangan ini diterima hingga jaman Harlow Shapley. k) Charles Messier (1730-1817) Seorang ahli astronomi Prancis yang menyusun sebuah daftar berisi lebih dari 100 kelompok bintang dan nebula. Hingga sekarang, banyak diantara objek ini yang masih disebut dengan nomor Messier atau M, seperti M1, nebula Kepiting, dan M31, galaksi Andromeda.
l) Laplace, Pierre Simon, Marquis de (1749-1827) Seorang ahli matematika Prancis yang mengembangkan teori asal mula tata surya yang digagas oleh Immanuel Kant. Di tahun 1796, Laplace melukiskan bagaimana cincin-cincin materi yang terlempar dari Matahari dapat memadat menjadi planet-planet. Perincian teori tersebut telah ditinjau kembali, tetapi pada pokoknya tidak berbeda dengan teori-teori modern mengenai awal-mula terjadinya tata surya.
3. Periode III (1800M – 1890M) Pada periode ini diformulasikan konsep-konsep fisika yang mendasar yang sekarang kita kenal dengan sebutan Fisika Klasik Tokoh-tokoh astronomi pada periode tiga dan kontribusinya dalam perkembangan astronomi adalah: a) William Hyde Wollaston Pada 1802,Ia mencatat keberadaan sejumlah garis-garis gelap dalam spectrum matahari. b) Urbain Jean Joseph Leverrier (1811-1877) Seorang ahli matematika Prancis yang memperhitungkan keberadaan planet Neptunus. Saat memeriksa gerakan Uranus, ia menemukan bahwa gerakannya dipengaruhi oleh sebuah planet tak dikenal. Perhitungan Leverrier memungkinkan penemuan Neptunus oleh Johann Galle. c) Johann Gottfried Galle (1812-1910) Seorang ahli astronomi Jerman yang menemukan planet Neptunus. Dengan menggunakan perhitungan Urbain Leverrier, Galle menemukan Neptunus pada malam hari, di tanggal 23 September 1846, dari Observatorium Berlin bersama dengan Louis d’Arrest, seorang mahasiswa Astronomi, tidak seberapa jauh dari posisi yang semula diperhitungkan. Walaupun Galle merupakan orang pertama yang berhasil mengobservasi Neptunus secara visual, namun yang
dipandang sebagai penemu sebenarnya adalah John Couch Adams (yang membuat kalkulasi awal) dan Le Verrier. d) Joseph von Fraunhofer (1814) Sebelumnya garis-garis gelap dalam spektrum matahari telah ditemukan keberadaannya oleh William Hyde Wollaston. Pada tahun 1814, Fraunhofer menciptakan spektroskop dan secara mandiri menemukan kembali garis-garis tersebut, memulai sebuah studi sistematik dan melakukan pengukuran seksama terhadap panjang gelombang garis-garis ini. Dia mencatat dan memetakan sejumlah garis-garis gelap dalam spektrum matahari jika cahayanya dilewatkan pada suatu prisma. Secara keseluruhan, dia memetakan lebih dari 570 garis, dan menandai fitur-fitur utama dengan huruf A hingga K, dan garis-garis yang lebih lemah dengan huruf lainnya. Garis-garis ini kemudian disebut sebagai garis-garis Fraunhofer. Fraunhofer juga menemukan bahwa bintang-bintang lain juga memiliki spektrum seperti Matahari, tetapi dengan pola garis-garis gelap yang berbeda. e) Kirchhoff dan Bunsen Menemukan bahwa seperangkat garis-garis gelap dalam spektrum matahari berhubungan dengan suatu element kimia yang berada di lapisan atas matahari. Beberapa dari garis yang teramati juga merupakan serapan oleh molekul-molekul oksigen di atmosfer bumi. f) John Ludwig Emil Dreyer (1852-1926) Seorang ahli astronomi Denmark yang menghimpun sebuah katalog utama yang memuat hampir 8000 kelompok bintang dan Nebula. Katalog yang disusunnya disebut Katalog Umum Baru (the New General Catalogue, NGC). g) Angelo Secchi (1867) Merupakan seorang astronom Yesuit, melakukan penyelidikan terhadap 4000 spektrum bintang hasil pengamatan yang dilakukannya menggunakan prisma obyektif. Hanya dengan menggunakan mata, Secchi menggolongkan bintang-bintang tersebut ke dalam tiga kelas. Bintang dengan garis-garis serapan sangat kuat dari atom hidrogen digolongkan sebagai tipe I berwarna putih,
bintang dengan garis-garis serapan sangat kuat dari ion logam digolongkan sebagai tipe II berwarna kuning, dan bintang dengan pita-pita serapan lebar digolongkan sebagai tipe III berwarna merah. Setahun kemudian Secchi memasukkan beberapa bintang yang memiliki garis-garis serapan dengan pola yang aneh, jarang ada, mirip tetapi tidak terlalu sama dengan pola tipe III, dan menggolongkannya sebagai tipe IV. h) James Jeans (1877-1946) Astronomi Inggris, J. Jeans mengemukakan Tata Surya merupakan hasil interaksi antara bintang dan matahari. Perbedaan ide yang ia munculkan dengan ide Chamberlin–Moulton terletak pada absennya prominensa. Menurut Jeans dalam interaksi antara matahari dengan bintang yang melewatinya, pasang surut yang ditimbulkan pada matahari sangat besar sehingga ada materi yang terlepas dalam bentuk filamen. Filamen ini tidak stabil dan pecah menjadi gumpalangumpalan yang kemudian membentuk proto planet. Akibat pengaruh gravitasi dari bintang proto planet memiliki momentum sudut yang cukup untuk masuk ke dalam orbit di sekitar matahari. Pada akhirnya, efek pasang surut matahari pada proto planet saat pertama kali melewati perihelion memberikan kemungkinan bagi proses pembentukan planet untuk membentuk satelit. i) Edward Charles Pickering (1886) Pemakaian fotografi dalam astronomi membuka kesempatan lebih luas dalam mempelajari spektrum bintang. Edward Charles memulai penyelidikan spektrum bintang secara fotografi dengan prisma obyektif di Observatorium Harvard, Amerika Serikat. Berdasarkan pekerjaan awal Secchi, para astronom di Harvard mengklasifikasikan bintang berdasarkan kuat garis-garis serapan pada deret Balmer dari hidrogen netral, memperluas penggolongan dan menamakan kembali penggolongan dengan huruf A, B, C dan seterusnya hingga P, dimana bintang kelas A memiliki garis serapan atom hidrogen paling kuat, B terkuat berikutnya dan seterusnya. j) Chamberlin (1890)
Chamberlin menawarkan solusi untuk teori nebula Laplace. Ia menawarkan adanya satu akumulasi yang membentuk planet atau inti planet (objek kecil terkondensasi di luar materi nebula) yang kemudian dikenal sebagai planetesimal. Menurut Chamberlin, planetesimal akan bergabung membentuk proto planet. Namun karena adanya perbedaan kecepatan partikel dalam dan partikel luar, dimana partikel dalam bergerak lebih cepat dari partikel luar, maka objek yang terbentuk akan memiliki spin retrograde. 4. Periode IV (1890 M – Sekarang) Pada periode ini, Pada akhir abad ke 19 ditemukan beberapa fenomena yang tidak bisa dijelaskan melalui fisika klasik. Hal ini menuntut pengembangan konsep fisika yang lebih mendasar lagi yang sekarang disebut Fisika Modern. para ahli astronomi melakukan pengamatan di observatorium dengan menggunakan teleskop untuk mengamati objek langit. Setelah ditemukannya kanal di planet Mars, para ahli astronomi terobsesi untuk meneliti planet mars. Selain itu, pada peiode ini diyakini bahwa ada anggota tata surya ke-9 setelah neptunus. Pada periode ini juga, para ahli astronomi yakin bahwa alam semesta ini tetap. Kemudian terjadi revolusi dalam bidang astronomi yang dilakukan oleh Hubble yang mengatakan bahwa alam semesta ini mengembang dan ditemukannya galaksi lain di luar galaksi kita. Tokoh-tokoh pada periode ini adalah: a) Giovanni Schiaparelli (1835-1910) Seorang ahli astronomi Italia yang pertama kali melaporkan adanya canali di permukaan planet Mars ketika planet tersebut mendekat di tahun 1877. Dalam bahasa italia, canali berarti selat, namun ketika diterjemahkan ke dalam bahasa inggris menjadi terusan atau saluran air, sehingga menimbulkan implikasi adanya bangunan buatan di planet Mars. Selain itu, ia juga menunjukkan bahwa hujan meteor mengikuti garis edar sama seperti komet. Dari sana, ia menduga bahwa hujan meteor sebenarnya adalah puing sebuah komet. b) Percival Lowell (1855-1916)
Selain di Italia ‘demam’ Mars juga terjadi di Amerika. Salah seorang ahli astronomi yang terobsesi untuk meneliti planet Mars adalah Percival Lowell. Hal ini terbukti dengan didirikannya observatorium Lowell yang didirikan dengan tujuan untuk memetakan canal di planet Mars. Dari hasil pengamatannya, dia memetakan saluran-saluran di Mars dan percaya tentang adanya kehidupan di planet tersebut. Kemudian dia menerbitkan peta kanal di planet Mars, lengkap dengan globe mars. Akan tetapi, para astronom lainnya yang juga sama-sama meneliti planet Mars, tidak menemukan adanya saluran-saluran di planet Mars. Bahkan pada abad ke 20, ketika berbagai wahana antariksa dikirim ke planet Mars, kanal-kanal yang digambarkan Lowell tidak ada. Selain meneliti tentang planet Mars, Lowell juga mempercayai adanya planet lain setelah Neptunus yang belum ditemukan. Ia mulai mencarinya di langit dengan bantuan gambar foto. Namun sayang, ia gagal menemukannya. c) Annie Jump Cannon (1863-1941) Dia merupakan ahli astronomi dari Amerika. Tahun 1920-an, ia bekerja sama
dengan
Observatorium
Harvard telah
mengklasifikasikan
bintang
berdasarkan spektrumnya. Berdasarkan klasifikasi tersebut, bintang dibagi menjadi 7 kelas utama yang dinyatakan dengan huruf O, B, A, F, G, K, dan M. Untuk mengingat klasifikasi ini, biasanya digunakan kalimat “Oh Be A Fine Girl Kiss Me”. Klasifikasi tersebut juga menunjukkan urutan suhu, warna dan komposisi kimianya. Bintang-bintang kelas O, B, dan A seringkali disebut sebagai kelas awal, sementara K dan M disebut sebagai kelas akhir. Klasifikasi bintang yang dikembangkan oleh Annie Jump Cannon ini diadopsi secara internasional pada tahun 1910. d) Henrietta Leavitt (1868-1921) Seorang ahli astronomi Amerika yang melakukan penelitian mengenai awan Magellan. Dari penelitiannya, diperoleh hubungan antara periode dengan luminositas. Dengan mengukur waktu variasi cahaya sebuah Cepheid, para astronom dapat memperoleh kecemerlangan sebenarnya, dengan demikian jaraknya dari bintang dan planet lain dapat dihitung.
e) Albert Einstein (1879-1955) Pada tahun 1917 Einstein memperkenalkan teori relativitas umum yang menghasilkan model alam semesta berdasarkan teorinya tersebut. Dia menyebutkan
bahwa
ruang
dipengaruhi
gravitasi.
Teorinya
tersebut
menggambarkan bahwa alam semesta berkembang. Namun, ia menyatakan bahwa hal tersebut tidak wajar sehingga memperbaharui teorinya dan menyatakan bahwa alam semesta tetap dan tidak bergerak. Setelah ditemukannya bukti bahwa alam semesta ini mengembang oleh Hubble, Einstein menyadari dan mengatakan bahwa revisinya tentang teori alam semesta yang dibuatnya sendiri merupakan kekeliruan terbesar dalam hidupnya. f) Harlow Shapley (1885-1972) Seorang ahli astronomi Amerika yang pertama kali menghitung ukuran sebenarnya dari galaksi milky way dengan menggunakan teknik pengukuran yang ditemukan oleh Henrietta Leavitt, dan menunjukkan bahwa Matahari tidak terletak di pusatnya. Dengan mengukur jaraknya dari kecerlangan bintang, ia memperkirakan bahwa galaksi kita kira-kira berdiameter 100.000 tahun cahaya dan bahwa Matahari terletak kira-kira 30.000 tahun cahaya dari pusatnya. Ia juga membuat taksiran jarak awan Magellan besar dengan awan Magellan kecil dengan cara membandingkan periode Cepheid di awan Magellan tersebut dengan Cepheid di Milky way. Namun, pada awal tahun 1950 disadari bahwa perhitungannya kurang tepat, karena dalam perhitungannya ia melibatkan Cepheid-cepheid dari tipe yang berbeda. g) Edwin Hubble (1889-1953) Seorang ahli astronomi Amerika yang bekerja di observatorium Mount Wilson California. Ia membuat banyak rekaman gambar astronomi dengan menggunakan teleskop Hooker berdiameter 250 cm. Kemudian, ia menunjukkan bahwa terdapat galaksi lain di luar galaksi Milky way. Selanjutnya ia mengelompokkan galaksi-galaksi yang ia temukan menurut bentuknya yang spiral atau eliptik. Selain itu, ketika Hubble mengamati sejumlah bintang melalui teleskop raksasanya di Observatorium Mount Wilson, dia menemukan bahwa
cahaya bintang-bintang itu bergeser ke arah ujung merah spectrum, Pergeseran itu berkaitan langsung dengan jarak bintang-bintang dari bumi. Penemuan ini mengguncangkan teori model alam semesta yang dipercaya saat itu. Menurut aturan fisika yang diketahui, spektrum berkas cahaya yang mendekati titik observasi cenderung ke arah ungu, sementara spektrum berkas cahaya yang menjauhi titik observasi cenderung ke arah merah. Pengamatan Hubble menunjukkan bahwa menurut hukum ini, benda-benda luar angkasa menjauh dari kita. Tidak lama kemudian, Hubble membuat penemuan penting lagi, yaitu bahwa bintang-bintang tidak hanya menjauh dari bumi, tetapi juga menjauhi satu sama lain. Satu-satunya kesimpulan yang bisa diturunkan dari alam semesta di mana segala sesuatunya saling menjauh adalah bahwa alam semesta dengan konstan “mengembang”. Pendapatnya ini menjadi bukti kuat kebenaran teori big bang. Jika alam semesta mengembang semakin besar sejalan dengan waktu, berarti jika mundur ke masa lalu berarti alam semesta semakin keci dan akan mengerut kemudian bertemu pada satu titik. Kesimpulan yang harus diturunkan dari model ini adalah bahwa pada suatu saat, semua materi di alam semesta ini terpadatkan dalam massa satu titik yang mempunyai volume nol karena gaya gravitasinya yang sangat besar. Alam semesta kita muncul dari hasil ledakan massa yang mempunyai volume nol ini. Ledakan ini mendapat sebutan big bang dan keberadaannya telah berulang-ulang ditegaskan dengan bukti pengamatan. Untuk menunjang penelitiannya mengenai alam semesta, Hubble meyakinkan pengelola observatorium untuk memasang teleskop yang lebih besar. Instrumen pada desain teleskop Hale yang bediameter 500 cm ditentukan oleh Hubble sendiri. Tetapi belum juga selesai untuk melakukan penelitiannya, ia meninggal pada tanggal 28 September 1953 di San Marino.untuk mengenang jasanya yang sangat besar dalam bidang astronomi, teleskop terbaik yang pernah dibangun di luar angkasa dan masih beroperasi sampai sekarang diberi nama Teleskop ruang angkasa Hubble (HST). h) Georges Lemaitre (1894-1966)
Seorang ahli astronomi Belgia yang pertama kali menyadari arti dari perhitungan Friedman. Berdasarkan perhitungan ini, pada tahun 1927 ia mencetuskan teori Ledakan Besar kosmologi yang menyatakan bahwa alam semesta dimulai dengan suatu ledakan besar dahulu kala dan bahwa sejak itu kepingannya masih terus beterbangan. Lemaitre mendasarkan teorinya pada pengamatan Edwin Hubble mengenai alam semesta yang mengembang. i) George Gamow (1904-1968) Dia adalah seorang ahli astronomi Amerika yang merupakan pendukung teori Big Bang. Pada tahun 1948, dengan mengembangkan perhitungan yang sebelumnya telah diungkapkan oleh George Lemaitre, Gamow menghasilkan gagasan baru mengenai Dentuman Besar. Jika alam semesta terbentuk dalam sebuah ledakan besar yang tiba-tiba, maka harus ada sejumlah tertentu radiasi yang ditinggalkan dari ledakan tersebut. Radiasi ini harus bisa dideteksi, dan harus sama di seluruh alam semesta. Bukti ini pada akhirnya diketemukan pada tahun 1965, oleh dua peneliti bernama Arno Penziaz dan Robert Wilson. Keduanya menemukan gelombang ini tanpa sengaja. Radiasi yang disebut “radiasi latar kosmis” tersebut tidak terlihat memancar dari satu sumber tertentu, akan tetapi meliputi keseluruhan ruang angkasa. Demikianlah, diketahui bahwa radiasi ini adalah sisa radiasi peninggalan dari tahapan awal peristiwa Big Bang. j) G. P. Kuiper (1905-1973) Dia adalah seorang astronom dari Belanda. Tahun 1950, dia menjadi astronom perintis yang mengemukakan “Hipotesis Kondensasi”. Hipotesis ini menjelaskan bahwa tata surya terbentuk dari bola kabut raksasa yang berputar membentuk cakram raksasa. Kemudian, tahun 1951 ia pun memberikan usulan lain mengenai sistem tata surya. Usulan tersebut berdasarkan argumentasi bahwa semestinya materi-materi dari piringan nebula pembentuk tata surya berkurang secara gradual ke arah tepi piringan. Usulan ini kemudian diperkuat oleh analisis dinamika komet-komet periode pendek yang menunjukkan bahwa komet-komet berasal dari “sarang” komet yang terletak di luar orbit Neptunus. Kawasan
”sarang” komet yang diduga berisi sekitar 35.000 objek batuan mengandung es itu kini dikenal sebagai sabuk Kuiper. k) Clyde Tombaugh (1906-1997) Ahli astronomi Amerika yang pada bulan Februari 1930 menemukan Pluto dengan mempergunakan gambar-foto yang diambil di observatorium Lowell. Setelah penemuan Pluto, Tombaugh melanjutkan survey foto sekeliling langit untuk mencari planet lain yang mungkin ada, tetapi tidak berhasil menemukan apapun. Pluto sempat dianggap sebagai planet kesembilan di tata surya hingga status keplanetannya dicabut oleh IAU pada Agustus 2006. l) Carl von Weizsacker (1912-….) Seorang astronom Jerman yang dalam tahun 1945 menggagas dasar teoriteori modern mengenai asal mula tata surya. Ia membayangkan bahwa planet terbentuk dari kumpulan partikel-partikel debu yang berasal dari sebuah cakram yang terdiri dari materi yang mengelilingi Matahari saat masih muda. Teorinya ini merupakan perubahan dari teori sebelumnya yang digagas oleh Kant dan Laplace. m) Sir Fred Hoyle (1915 - …) Dia adalah seorang ahli astronomi dari Inggris. Dia dikenal dunia karena pendapatnya yang menentang teori “Dentuman Besar” (Big Bang). Sekitar pertengahan abad ke-20, Hoyle mengemukakan suatu teori yang disebut “Steady State” (keadaan tetap) yang mirip dengan teori alam semesta tetap di abad ke-19. Dengan menerima bukti-bukti yang menyatakan bahwa jagat raya selalu mengembang, dia berpendapat bahwa alam semesta tidak terbatas baik dalam dimensi maupun waktu. Menurut teorinya itu, ketika jagat raya mengembang, materi baru muncul dengan sendirinya dalam jumlah yang tepat sehingga alam semesta tetap berada dalam “keadaan stabil”. Dengan suatu tujuan jelas mendukung dogma “materi sudah ada sejak waktu tak terbatas”, yang merupakan basis filsafat materialis, teori ini mutlak bertentangan dengan teori Dentuman Besar. Perkembangan ilmu astronomi pada masa-masa selanjutnya memberikan bukti-bukti baru yang semakin membenarkan teori ”Dentuman Besar”. Hal inilah
yang kemudian memaksa Hoyle mengakui kesalahannya. Ditambah dengan adanya kejadian dimana Dennis Sciama yang selama bertahun-tahun menemani Hoyle dalam mempertahankan teori Steady State mengakui bahwa pertempuran telah usai dan bahwa teori keadaan-stabil harus ditinggalkan. Sir Fred Hoyle yang akhirnya harus menerima teori Big Bang, mengatakan dengan tegas bahwa alam semesta ini berasal dari sebuah ledakan. n) Alexander Friedman Pada tahun 1922, dia menunjukkan ketidakstatisan struktur alam semesta melalui perhitungannya. Perhitungan tersebut menunjukkan bahwa impuls yang sangat kecil pun mungkin cukup untuk menyebabkan struktur keseluruhan mengembang atau mengerut menurut Teori Relativitas Einstein. Penemuan perhitungan Alexandra Friedman ini merupakan permulaan dirintisnya teori pembentukan alam semesta dari sebuah ledakan (Teori Big Bang). o) Marteen Schmidt (1929-….) Seorang ahli astronomi Amerika yang menemukan jarak-jarak kuasar dalam alam semesta. Di tahun 1963 ia mula-mula mengukur pergeseran merah dari kuasar C 273 yang ternyata begitu besar sehingga menurut hukum Hubble ia seharusnya terletak jauh diluar galaksi kita. p) Carl Sagan (1934-1996) Seorang ilmuwan Amerika yang dikenal karena penelitiannya mengenai kemungkinan adanya bentuk kehidupan diluar planet Bumi. Ia terlibat sebagai peneliti dalam berbagai misi wahana tak berawak yang diluncurkan oleh NASA, diantaranya adalah misi Mariner ke planet Venus dan Viking ke planet Mars. Ia banyak berkontribusi pada sebagian besar misi luar angkasa tak berawak yang bertugas mengeksplorasi tata surya. Ia pernah mengajukan suatu gagasan tentang pencantuman pesan universal yang tidak dapat dihapus pada suatu pesawat luar angkasa yang beranjak meninggalkan tata surya dan dapat dipahami oleh makhluk cerdas luar angkasa yang (mungkin) akan menemukannya. Pesan pertama yang pernah dikirim ke luar angkasa berupa plakat emas berukir yang dipasang di satelit luar angkasa, Pioneer 10. Ia terus memperbaiki rancangannya dan terlibat
cukup intens pada rancangan pesan Voyager Golden Record yang dikirim bersama satelit luar angkasa Voyager. q) William Wilson Morgan, Phillip C. Keenan, dan Edith Kellman Pada tahun 1943, William Wilson Morgan, Phillip C. Keenan dan Edith Kellman dari Observatorium Yerkes memberikan sistem klasifikasi bintang berdasarkan ketajaman garis-garis spektrum yang sensitif pada gravitasi permukaan bintang. Gravitasi permukaan berhubungan dengan luminositas yang merupakan fungsi dari radius bintang. Sistem pengklasifikasian bintang ini kemudian disebut sebagai Klasifikasi Yerkes atau klasifikasi MKK yang berasal dari inisial para pengembangnya. Klasifikasi Yerkes atau kelas luminositas membagi bintang-bintang ke dalam kelas berikut :
0 maha maha raksasa (hypergiants) (penambahan yang dilakukan belakangan)
I maharaksasa (supergiants)
Ia maharaksasa terang
Iab kelas antara maharaksasa terang dan yang kurang terang
Ib maharaksasa kurang terang
II raksasa-raksasa terang (bright giants)
III raksasa (giants)
IV sub-raksasa (subgiants)
V deret utama atau katai (main sequence atau dwarf)
VI sub-katai (subdwarfs)
VII katai putih (white dwarfs)
r) Antony Hewish Pada bulan Juli 1967, Antony Hewish dan Jocelyn Bell meneliti “kedipan” quasar. Kemudian, pada bulan November 1967 mereka mendapat sinyal yang tak biasa yang berulang setiap 1,3 detik (scruff). Lalu Januari 1968, Hewish mengumumkan penemuan sumber radio di langit berasal dari bintang neotron yang berotasi sangat cepat. Dan Digunakan istilah ‘pulsar’ (pulsaring radio source, sumber radio yang berdenyut) oleh jurnalis Daily Telegraph. s) John Archibald Wheeler Seorang fisikawan Amerika yang pertama kali menggunakan istilah “lubang hitam” pada tahun 1968. Sebelumnya, Pada tahun 1783 John Mitchell berpendapat: “Bila bumi memiliki kecepatan lepas 11 km/s, tentu ada planet/bintang lain mempunyai gravitasi lebih besar”. Mitchell memperkirakan di kosmis terdapat suatu bintang dengan massa 500 kali massa matahari yang mampu mencegah lepasnya cahaya dari permukaannya sendiri. Adapun Wheeler memberi nama demikian karena singularitas ini tak bisa dilihat. Dan penyebabnya tidak lain karena cahaya tak bisa lepas dari kungkungan gravitasi singularitas yang maha dahsyat ini. Daerah di sekitar singularitas atau lazimnya disebut sebagai Horizon Peristiwa (radiusnya dihitung dengan rumus jari-jari Schwarzschild R = 2GM/c2 dengan G = 6,67 x 10-11 Nm2kg-2, M = massa lubang hitam (kg), c = cepat rambat cahaya) menjadi gelap. Itulah sebabnya, wilayah ini disebut sebagai lubang hitam. Black hole atau lubang hitam baru-baru ini diduga menarik susunan ruang dan waktu di sekitarnya sambil berputar, menciptakan gelombang dimana materi kosmis berselancar di atasnya, demikian diungkapkan para astronom. Karena black hole menarik segala sesuatu termasuk cahaya, maka mereka tidak bisa terlihat. Namun para astronom telah sejak lama mempelajari fenomenafenomena yang tampak di sekitar black hole, dan menemukan apa yang mereka sebut sebagai piringan tambahan – suatu bundaran materi yang biasanya berisi
materi-materi yang dihisap dari bintang-bintang di dekatnya, yang merupakan sumber makanan black hole. Black Hole (Lubang Hitam) ini terbentuk ketika sebuah bintang yang telah menghabiskan seluruh bahan bakarnya, sehingga jari-jarinya mengecil dan volume menyusut, dan akhirnya berubah menjadi sebuah lubang hitam dengan kerapatan tak hingga dan volume nol serta medan magnet yang amat kuat. Kita tidak mampu melihat lubang hitam dengan teropong terkuat sekalipun, sebab tarikan gravitasi lubang hitam tersebut sedemikian kuatnya sehingga cahaya tidak mampu melepaskan diri darinya. Namun, bintang yang runtuh seperti itu dapat diketahui dari dampak yang ditimbulkannya di wilayah sekelilingnya. t) Kentaro Osada Pada malam 29 Agustus 1975, ia menemukan bintang yang terang (Cygni 1975) yang merupakan nova yang paling terang pada abad ke-20. Kemudian, pada abad ke-19 ini juga ditemukan kabut kepiting yang merupakan sisa ledakan bintang yang terang (supernova) pada 900 tahun yang lalu. Dan untuk pertama kalinya para ilmuwan berhasil merekam ledakan sebuah supernova. Ledakan bintang, atau supernova, adalah salah satu kejadian paling spektakuler yang terjadi di alam semesta, yang menghasilkan jumlah energi yang sama dengan triliunan bom nuklir yang diledakkan pada saat bersamaan. Biasanya, ledakan terjadi ketika sebuah inti panas pada bintang berukuran sangat besar dengan massa setidaknya delapan kali massa matahari abis dan bintang tersebut mati dan berubah menjadi bintang neutron. Ledakan supernova memancarkan cahaya yang sangat cemerlang sehingga dapat terlihat dari galaksi lain. Namun demikian, sejauh ini para astronom masih belum berhasil merekam cahaya yang terpancar dalam ledakan supernova. Ledakan tersebut biasanya baru berhasil direkam beberapa jam, atau bahkan hari, sesudah terjadinya ledakan. Baru-baru ini, para astronom telah berhasil merekam ledakan bintang yang spektakuler tersebut pada saat kejadian. Pada 9 Januari 2008, saat menggunakan
teleskop antariksa Sinar-X Swift untuk mengamati sebuah objek di galaksi spiral NGC 2770, berjarak sekitar 90 juta tahun cahaya di rasi Lynx, Alicia Soderberg dari Princeton University, New Jersey, AS, beserta koleganya, Edo Berger dari Carnegie Observatory, California, mendeteksi semburan sinar-X yang sangat cemerlang yang dilepaskan oleh sebuah ledakan supernova. Mereka menyimpulkan bahwa semburan sinar itu datang dari gelombang kejut (shockwave) ledakan bintang yang menembus lapisan gas luar bintang tersebut. Observasi awal itu kemudian dilanjutkan dengan pemantauan oleh sejumlah teleskop tercanggih di dunia. Pengamatan selama 30 hari setelah ledakan supernova yang dinamai SN 2008D tersebut memungkinkan Soderberg dan koleganya untuk menentukan besarnya energi yang dilepaskan oleh semburan sinar-X yang petama, yang akan sangat membantu para teoretikus untuk memahami fenomena supernova secara lebih rinci. Kesempatan untuk menangkap pancaran sinar-X dari kematian bintang akan membantu para astronom untuk menentukan sifat-sifat bintang masif, pembentukan bintang neutron dan lubang hitam, serta dampak ledakan supernova terhadap lingkungan sekitarnya. Para astronom juga dapat menentukan pola sinarX yang harus dicari, dan dengan demikian terbuka kesempatan untuk menemukan ledakan supernova lain di masa mendatang. Potensi penemuan sejumlah besar supernova pada saat meledak juga akan membuka jalan bagi kajian yang selama ini dianggap hampir mustahil. Menentukan waktu terjadinya ledakan akan memungkinkan pencarian terhadap neutrino dan semburan gelombang gravitasional yang diprediksi akan menyertai keruntuhan inti bintang dan kelahiran sebuah bintang neutron. u) George Smoot Pada tahun 1989, George Smoot dan tim NASA-nya meluncurkan sebuah satelit ke luar angkasa. Sebuah instrumen sensitif yang disebut “Cosmic Background Emission Explorer” (COBE) di dalam satelit itu hanya memerlukan delapan menit untuk mendeteksi dan menegaskan tingkat radiasi yang dilaporkan Penzias dan Wilson. Hasil ini secara pasti menunjukkan keberadaan bentuk rapat
dan panas sisa dari ledakan yang menghasilkan alam semesta. Kebanyakan ilmuwan mengakui bahwa COBE telah berhasil menangkap sisa-sisa Dentuman Besar. Ada lagi bukti-bukti yang muncul untuk Dentuman Besar. Salah satunya berhubungan dengan jumlah relatif hidrogen dan helium di alam semesta. Pengamatan menunjukkan bahwa campuran kedua unsur ini di alam semesta sesuai dengan perhitungan teoretis dari apa yang seharusnya tersisa setelah Dentuman Besar. Bukti itu memberikan tusukan lagi ke jantung teori keadaanstabil karena jika jagat raya sudah ada selamanya dan tidak mempunyai permulaan, semua hidrogennya telah terbakar menjadi helium. Dihadapkan pada bukti seperti itu, Dentuman Besar memperoleh persetujuan dunia ilmiah nyaris sepenuhnya. Dalam sebuah artikel edisi Oktober 1994, Scientific American menyatakan bahwa model Dentuman Besar adalah satu-satunya yang dapat menjelaskan pengembangan terus menerus alam semesta dan hasil-hasil pengamatan lainnya Model alam semesta berosilasi dikemukakan oleh para ahli astronomi yang tidak menyukai gagasan bahwa Dentuman Besar adalah permulaan alam semesta. Dalam model ini, dinyatakan bahwa pengembangan alam semesta sekarang ini pada akhirnya akan membalik pada suatu waktu dan mulai mengerut. Pengerutan ini akan menyebabkan segala sesuatu runtuh ke dalam satu titik tunggal yang kemudian akan meledak lagi, memulai pengembangan babak baru. Proses ini, kata mereka, berulang dalam waktu tak terbatas. Model ini juga menyatakan bahwa alam semesta sudah mengalami transformasi ini tak terhingga kali dan akan terus demikian selamanya. Dengan kata lain, alam semesta ada selamanya namun mengembang dan runtuh pada interval berbeda dengan ledakan besar menandai setiap siklusnya. Alam semesta tempat kita tinggal merupakan salah satu alam semesta tanpa batas itu yang sedang melalui siklus yang sama. Ini tak lebih dari usaha lemah untuk menyelaraskan fakta Dentuman Besar terhadap pandangan tentang alam semesta tanpa batas. Skenario tersebut tidak didukung oleh hasil-hasil riset ilmiah selama 15-20 tahun terakhir, yang
menunjukkan bahwa alam semesta yang berosilasi seperti itu tidak mungkin terjadi. Lebih jauh, hukum-hukum fisika tidak bisa menerangkan mengapa alam semesta yang mengerut harus meledak lagi setelah runtuh ke dalam satu titik tunggal: ia harus tetap seperti apa adanya. Hukum-hukum fisika juga tidak bisa menerangkan mengapa alam semesta yang mengembang harus mulai mengerut lagi. Bahkan kalaupun kita menerima bahwa mekanisme yang membuat siklus mengerut-meledak-mengembang ini benar-benar ada, satu hal penting adalah bahwa siklus ini tidak bisa berlanjut selamanya, seperti anggapan mereka. Perhitungan untuk model ini menunjukkan bahwa setiap alam semesta akan mentransfer sejumlah entropi kepada alam semesta berikutnya. Dengan kata lain, jumlah energi berguna yang tersedia menjadi berkurang setiap kali, dan setiap alam semesta akan terbuka lebih lambat dan mempunyai diameter lebih besar. Ini akan menyebabkan alam semesta yang terbentuk pada babak berikutnya menjadi lebih kecil dan begitulah seterusnya, sampai pada akhirnya menghilang menjadi ketiadaan. Bahkan jika alam semesta “buka dan tutup” ini dapat terjadi, mereka tidak bertahan selamanya. Pada satu titik, akan diperlukan “sesuatu” untuk diciptakan dari “ketiadaan”. Hawking
gelisah
dan
berusaha
mencari
mekanisme
yang
bisa
menghasilkan radiasi lubang hitam jika Bekenstein benar. Kemudian Hawking menelaah apa yang bisa terjadi di permukaan lubang hitam. Di situ medan gravitasi yang kuat berinteraksi dengan pasangan-pasangan partikel semu. Gravitasi yang kuat dapat menarik salah satu komponen dari pasangan semu ke dalam lubang hitam (energi negatif) dan menyebabkan massa lubang hitam berkurang, sedangkan komponen lainnya (energi positif) keluar dari lubang hitam dalam bentuk radiasi yang dapat dideteksi oleh pengamat luar. Ia menggabungkan mekanika kuantum dan relativitas umum dalam rumusan tunggal untuk pertama kalinya. Dengan berani Hawking berkesimpulan bahwa lubang hitam tidak sepenuhnya hitam tapi juga memancarkan radiasi. Penemuan tersebut membuat Hawking mendapat gelar kehormatan akademik
tertinggi Inggris. Dia diangkat menjadi anggota Fellow of The Royal Society. Dan Hawking terpilih sebagai Lucasian Professor of Mathematics di Cambridge. Ini adalah jabatan paling prestisius — yang sebelumnya dipegang oleh Isaac Newton, dan selanjutnya oleh Babbage, bapak komputer. Dari hasil penelitian-penelitian para ilmuwan pada terakhir ini telah ditemukan beberapa planet, terutama setelah munculnya teleskop-teleskop yang serba cangih saat ini sehingga para ilmuwan lebih mudah mencari dan menemukan planet-planet yang baru antaralain :
Varuna, ditemukan tahun 2000, berdiamater sekitar 900 kilometer.
Ixion, ditemukan tahun 2001, lebarnya 1.065 kilometer. Dan sampai saat ini juga planet pluto masih beranggapan bahwa pluto bukanlah sebuah planet melainkan sebuah objek yang bentuknya lebih besar. mereka yang berangapan bahwa pluto adalah tidak sebuah planet tidak menutup kemungkinan sedna pun tidak akan diakui sebagai sebuah planet. dan sedangkan mereka yang beranggapan bahwa planet pluto adalah sebuah planet tidak menutup kemungkinan sedna juga akan disebut dengan planet ke-10 di tatasurya ini apa lagi bila hal yang selama ini telah terbukti bahwa dia memiliki sebuah bulan.
Quaoar, ditemukan tahun 2002, adalah objek dengan diameter sekitar 1.200 kilometer.
Sedna. Menurut ilmuwn dari California Institute of Technology planet ini berdiameter tidak lebih dari 1700 kilo meter dan pertamakali terlihat tanggal 14 November 2003, saat para astronom melakukan pengamatan langit menggunakan teleskop Samuel Oschin 48 inci, milik Observatorium Mount Palomar, California. Astronom-astronom dari Institut Teknologi California, Observatorium Yale, dan Observatorium Gemini, terlibat dalam penemuan tersebut. Sedna berotasi lebih pelan dari pada yang
diperkirakan oleh para ilmuan sehingga para ilmuan berpendapat bahwa planet ini mempunyai sebuah satelit. Adapun Sedna sempat dianggap sebagai planet yang ke-10 ditata surya ini.
5. Sejarah Perkembangan Astronomi Modern Awal perkembangan ilmu astronomi modern dimulai oleh Purbach (14231461) di universitas Wina serta lebih khusus lagi oleh muridnya Yohanes muller (1436-1476). Johanes Muller pergi ke Italia khusus untuk belajar karya asli Ptolemeus tentang astronomi bersama temannya Walther (1430-1504). Walther adalah seorang yang kaya, ia memiliki observatorium pribadi, serta mesin percetakan pribadi. Muller bersama Walther membuat penanggalan berdasarkan benda-benda langit yang banyak dipakai oleh para pelaut Spanyol dan Portugis. Muller kemudian pergi ke Roma untuk melakukan pembaruan kalender di sana, akan tetapi ia meninggal sebelum dapat melaksanakan niatnya. Pengamatan muller dilanjutkan oleh temannya, Walther dan Albrecht Durer. Maka, ketika Nicolas Copernicus (1473-1543) memulai karyanya, telah terdapat cukup banyak karya hasil pengamatan astronomi. Sistem Copernicus yang baru tentang alam semesta menempatkan matahari sebagai pusat alam semesta, serta terdapat tiga jenis gerakan bumi. Tiga jenis gerakan bumi itu adalah gerak rotasi bumi (perputaran bumi pada porosnya), gerak revolusi (gerak bumi mengelilingi matahari) dan suatu girasi perputaran sumbu bumi yang mempertahankan waktu siang dan malam sama panjangnya. Teori Copernicus tersebut ditulis tangan dan diedarkan di antara kawan-kawannya pada tahun 1530.Teori Copernicus menjadi semakin terkenal dan menarik perhatian seorang ahli matematika dari wittenberg bernama George Rheticus (1514-1576). Rheticus kemudian belajar bersama Copernicus dan pada tahun 1540
menerbitkan
buku
tentang
teori
Copernicus.Akhirnya
Copernicus
menerbitkan hasil karyanya sendiri pada tahun 1543 berjudul On the Revolutions Of the Celestial Orbs.
Buku copernicus dicetak di Nuremberg, pada awalnya di bawah supervisi Rheticus, kemudian dilanjutkan di bawah supervisi Andreas Osiander, seorang pastor Lutheran. Osiander menambahkan kata pengantar untuk karya Copernicus dengan menyatakan bahwa teori yang baru itu tidak harus benar, dan dapat dipandang semata-mata sebagai suatu kecocokan metode matematis tentang benda-benda langit.Copernicus sendiri tidak berpendapat begitu. Ia berpendapat bahwa sistem semesta yang dikemukakannya adalah nyata. Copernicus berpendapat bahwa sistem yang dikemukakan oleh ptolemous ‘tidak cukup tepat, tidak cukup memuaskan pikiran’, karena ptolemous beranjak langsung dari karya kelompok Pythagoras. Untuk menjelaskan gerakan bendabenda langit, ptolemous menganggap bahwa benda-benda langit itu bergerak melingkar dengan kecepatan angular yang tidak sama relatif terhadap pusatnya, kecepatan anguler itu hanya sama terhadap titik di luar pusat lingkaran itu. Menurut copernicus, asumsi itu merupakan kesalahan pokok dari sistem ptolemous. Akan tetapi hal ini bukan hal pokok yang dikemukakan oleh copernicus. Kritik utama yang dikemukakan oleh copernicus kepada para ahli astronomi pendahulunya adalah, dengan menggunakan aksioma-aksiomanya, mereka telah gagal menjelaskan gerakan benda-benda langit yang teramati dan juga teori-teori yang mereka kembangkan melibatkan sistem yang rumit yang tidak perlu. Copernicus menilai para pendahulunya dengan mengatakan : “di dalam metode yang dikembangkan, mereka telah mengabaikan hal-hal penting atau menambahkan hal-hal yang tidak perlu”. Copernicus memusatkan perhatian pada hal yang terakhir. Ia melihat bahwa para leluhurnya telah menambahkan tiga gerakan bumi untuk setiap benda langit agar sampai pada kesimpulan bahwa bumi berada diam di pusat putaran. Ketiga lingkaran tersebut telah ditambahkan untuk setiap benda langit di dalam sistem geometris bangsa Yunani untuk menjelaskan gerakan benda-benda langit dengan bumi sebagai pusatnya. Copernicus berpendapat bahwa lingkaranlingkaran tersebut tidak diperlukan dengan berpendapat bahwa bumi berputar pada sumbuhnya setiap hari dan bergerak melintasi orbitnya mengitari matahari
setiap tahun. Dengan cara demikian, Copernicus mengurangi jumlah lingkaran yang diperlukan untuk menjelaskan gerakan benda-benda langit. Dengan sistem yang dikemukakannya itu, Copernicus memberikan jawaban yang paling sederhana untuk menjawab pertanyaan yang diajukan bangsa Yunani tentang bagaimana menjelaskan gerakan benda-benda langit dalam suatu gerakan yang melingkar dan seragam. Tidak ada hal yang baru dalam metode tersebut, hal itu telah dipergunakan oleh para astronom sejak jaman Pythagoras. Dengan menggunakan konsepsi yang dipakai oleh Pythagoras, ia mencampakkan sistem yang dikembangkan oleh bangsa yunani. Akan tetapi, ada satu konsep yang tidak dipakainya, yaitu bahwa benda-benda langit adalah mulia. Di dalam sistem Copernicus, bumi berputar mengitari matahari, seperti planet-planet lainnya. Bumi menjalani gerakan yang seragam dan melingkar sebagai benda langit, suatu gerakan yang sejak lama diyakini sebagai gerakan yang sempurna. Lebih jauh, copernicus menekankan kesamaan antara bumi dengan benda-benda langit lainnya bahwa semuanya memiliki gravitasi. Gravitasi ini tidak berada di langit, melainkan bekerja pada materi, seperti bumi dan bendabenda langit memiliki gaya ikat dan mempertahankannya dalam suatu lingkaran yang sempurna. Untuk hal ini penjelasan copernicus agak berbau teologis : “menurut saya gravitasi tidak lain daripada suatu kekuatan alam yang diciptakan oleh pencipta agar supaya semuanya berada dalam kesatuan dan keutuhan. Kekuatan seperti itu mungkin juga dimiliki oleh matahari, bulan dan planet-planet agar semuanya tetap bundar” Sistem copernicus lebih bagus dan lebih sederhana daripada sistem ptolomeus. Di dalam sistem lama, benda-benda langit memiliki baik gerakan timur-barat maupun rotasi pada arah yang berlawanan. Dalam sistem copernicus, bumi dan semua planet bergerak mengitari matahari dengan arah yang sama dan laju yang berkurang semakin jauh dari matahari. Sementara itu, matahari yang berada di pusat dan bintang-bintang yang berada di luar tatasurya berada pada tempatnya yang tetap. Sekarang dapat dijelaskan mengapa planet-planet kelihatan mendekati dan menjahui bumi. Planet-planet itu pada suatu saat berada pada satu
sisi yang sama dengan bumi, tetapi pada saat yang lain berada pada sisi yang berseberangan Dengan sistem Copernicus, perhitungan astronomi dibuat menjadi lebih mudah, karena melibatkan jumlah lingkaran yang lebih sedikit. Tetapi prakiraan posisi planet-planet dan perhitungan lainnya tidak lebih tepat daripada dihitung dengan menggunakan sistem ptolemous, keduanya masih memiliki kesalahan sekitar satu persen. Selanjutnya terdapat keberatan-keberatan terhadap sistem Copernicus. Pertama, dan mungkin tidak terlalu serius ketika itu, adalah kenyataan bahwa pusat tata surya tidak tepat berada pada matahari. Copernicus menempatkan pusat tatasurya pada pusat orbit bumi, yang tidak persis berada pada matahari, untuk menjelaskan perbedaan panjang musim-musim. Beberapa filsuf berpendapat bahwa pusat tata surya haruslah berada pada suatu obyek nyata, meskipun banyak juga yang menerima bahwa titik geometris dapat dipakai sebagai pusat tatasurya. Selanjutnya, para pendukung aristoteles berpendapat bahwa gravitasi bekerja ke arah titik geometris tersebut, sebagai pusat tatasurya, yang tidak harus sama dengan pusat bumi. Keberatan kedua, yang lebih serius, menyatakan bahwa bila bumi berputar, maka udara cenderung tertinggal di belakang, hal ini akan menimbulkan angin yang arahnya ke timur. Copernicus memberikan dua jawaban untuk keberatan timur. Pertama, yang merupakan suatu jenis penjelasan abad pertengahan, yaitu udara berputar bersama-sama dengan bumi karena udara berisi partikel-partikel bumi yang memiliki sifat-sifat yang sama dengan bumi. Maka bumi menarik udara berputar bersama-sama dengan bumi karena udara bersisi partikel-partikel bumi. Maka bumi menarik udara berputar dengan bumi. Jawaban kedua yang bersifat modern, udara berputar tanpa hambatan karena udara berdampingan dengan bumi yang terus menerus berputar. Keberatan yang sama adalah apabila sebuah batu dilemparkan ke atas maka batu itu akan tertinggal oleh bumi yang berputar, sehingga kalau batu itu jatuh akan berada di sebelah barat proyeksi batu itu. Untuk keberatan ini, copernicus menjawab ‘karena benda-benda yang ditarik ke tanah oleh beratnya adalah terbuat dari tanah, maka tidak
diragukan bahwa benda-benda itu memiliki sifat yang sama dengan bumi secara keseluruhan, sehingga berputar bersama-sama dengan bumi’ Keberatan lebih jauh terhadap sistem copernicus adalah bila bumi berputar, maka bumi akan hancur berkeping-keping oleh gaya sentrifugal. Copernicus menjawab bahwa bila bumi tidak berputar maka bola yang lebih besar yang ditempati oleh bintang-bintang pasti bergerak dengan kecepatan yang sangat besar dan lebih rentan oleh pengaruh gaya sentrifugal. Nampaknya copernicus tidak menerima teori aristoteles juga tidak menerima teori adanya gaya dorong. Copernicus berpendapat bahwa spin dan gerakan dalam suatu lingkaran adalah gerakan-gerakan yang spontan, merupakan sifat alami dari suatu bentuk bola dimana bumi dan benda-benda langit ada. Oleh karena itu, copernicus tidak menggunakan hirarki para malaikat untuk menggerakan
benda-benda
langit,
yaitu
malaikat
yang lebih berkuasa
menggerakan benda yang lebih tinggi hirarkinya. Menurut copernicus bendabenda langit bergerak secara spontan. Maka bersama copernicus muncul suatu sistem cosmos yang betul-betul baru. Penggerak alam semesta tidak lagi penting. Matahari sebagai pusat tatasurya menjadi pengatur alam semesta.Terdapat figur perantara di antara pendukung aristoteles yang mendukung adanya penggerak alam semesta dan copernicus yang menyatakan matahari sebagai pusat tatasurya yaitu nicolas Cusa. Kiranya dapat dikatakan bahwa copernicus berusaha mempromosikan suatu nilai baru dengan sistem yang dikemukakannya. Karena apabila ia sekedar ingin mengembangkan suatu sistem yang lebih sederhana, terdapat suatu sistem yang dipakai oleh tycho brahe (1546-1601). Di dalam sistem itu planet-planet berputar mengelilingi matahari, sementara itu matahari bersama-sama dengan planet-planet yang mengelilinginya sebagai satu kesatuan, berputar mengelilingi bumi yang diam yang berada pada pusat semesta. Sistem itu secara matematis ekuivalen dengan sistem copernicus, dan juga sistem itu tidak menimbulkan persoalan fisis. Tetapi sistem itu tetap mempertahankan nilai-nilai lama dalam
sistem cosmos yaitu bumi sebagai pusat alam semesta. Itulah mungkin sebabnya copernicus mengajukan suatu sistem baru, heliosentris. Dalam seluruh hidupnya, Copenicus menganut pandangan bangsa yunani bahwa gerakan benda-benda langit adalah melingkar dengan kecepatan tetap, maka meskipun sistem yang dibuat copernicus lebih sederhana dibandingkan dengan sistem ptolomeus, tetapi tetap rumit dibandingkan dengan sistem Kepler (1571-1630). Copernicus menjelaskan gerakan benda-benda langit dengan menggunakan tiga puluh empat lingkaran, sementara itu kepler hanya menggunakan tujuh elips. Seperti dikatakan oleh kepler, copernicus tidak menyadari akan adanya suatu bangunan yang sangat baik yang ada dalam genggamannya. Copernicus mengetahui bahwa gabungan beberapa lingkaran dapat menghasilkan elips, akan tetapi ia tidak pernah menggunakan elips untuk menggambarkan benda-benda langit. Lagipula, pada tahap-tahap awal, copernicus sangat menghargai hasil observasi bangsa kuno. Copernicus menentang werner yang menyatakan bahwa hasil-hasil pengamatan terakhir lebih cocok dengan sistem ptolemous daripada dengan sistem copernicus. Kenyataannya memang tiga kali lebih tepat. Pengamatan paling penting dalam bidang astronomi modern adalah yang dilakukan oleh Ticho Brahe. Hasil pengamatan Ticho Brahe limapuluh kali lebih tepat dari hasil muller, hasil terbaik yang dapat dilakukan dengan mata telanjang. Tycho Brahe adalah orang Denmark terhormat. Raja Frederick II dari Denmark memberi tempat tinggal dan pulau Hveen untuk melakukan kegiatan astronominya. Di pulau itu Tycho Brahe membangun kastil, bengkel, percetakan pribadi, dan observatorium. Ia bekerja di pulau itu dari tahun 1576 sampai 1597. Ia berpendapat bahwa adalah tidak mungkin melakukan pengamatan tanpa panduan suatu teori. Ia menganut pendangan geosentris. Ketika raja Frederick II wafat, fasilitas yang diterima Tycho Brahe tidak diperpanjang, kemudian Ticho Brahe pergi ke Praha pada tahun 1599, di mana ia mendapat tunjangan dari raja Rudolph II. Tahun-tahun berikutnya ia bergabung dengan astronom jerman, Johann Kepler, seorang matematikawan. Kepler adalah
anak seorang tentara wurtemburg. Ia mempelajari sistem copernicus di Tubingen. Kerja sama antara Kepler dengan Ticho Brahe tidak berlangsung lama karena Ticho Brahe meninggal dunia. Setelah Ticho Brahe meninggal, Kepler tetap tinggal di Praha. Karya pertama Kepler dalam bidang astronomi berjudul The Mysteri of the Universe yang diterbitkan pada tahun 1596. Di dalam buku itu, ia berusaha mencari suatu keselarasan antara orbit-orbit planet menurut copernicus dengan hasil pengamatan Ticho Brahe. Akan tetapi Kepler tidak berhasil menemukan keselarasan antara sistem-sistem yang dikembangkan oleh Copernicus maupun Ptolemous dengan hasil pengamatan Tycho Brahe. Oleh karena itu ia meninggalkan sistem ptolemous dan Copernicus lalu berusaha mencari sistem baru. Pada tahun 1609, Kepler menemukan ternyata elips sangat cocok dengan hasil pengamatan Ticho Brahe. Kepler tidak lagi menggunakan lingkaran sebagai lintasan benda-benda langit melainkan elips. D. Astronomi Islam Setelah runtuhnya kebudayaan Yunani dan Romawi pada abad pertengahan, maka kiblat kemajuan ilmu astronomi berpindah ke bangsa Arab. Astronomi berkembang begitu pesat pada masa keemasan Islam (8 – 15 M). Salah satu bukti dan pengaruh astronomi Islam yang cukup signifikan adalah penamaan sejumlah bintang yang menggunakan bahasa Arab, seperti Aldebaran dan Altair, Alnitak, Alnilam, Mintaka (tiga bintang terang di sabuk Orion), Aldebaran, Algol, Altair, Betelgeus. Selain itu, astronomi Islam juga mewariskan beberapa istilah dalam `ratu sains’ itu yang hingga kini masih digunakan, seperti alhidade, azimuth, almucantar, almanac, denab, zenit, nadir, dan vega. Kumpulan tulisan dari astronomi Islam hingga kini masih tetap tersimpan dan jumlahnya mencapaii 10 ribu manuskrip. Astronom-Astronom Muslim 1. Al-Battani (858-929 M)
Al-Batanni banyak mengoreksi perhitungan Ptolomeus mengenai orbit bulan dan planet-planet tertentu. Dia membuktikan kemungkinan gerhana matahari tahunan dan menghitung secara lebih akurat sudut lintasan matahari terhadap bumi, perhitungan yang sangat akurat mengenai lamanya setahun matahari 365 hari, 5 jam, 46 menit dan 24 detik. Ia juga merevisi orbit bulan dan planet-planet. Al-Battani mengusulkan teori baru untuk menentukan kondisi dapat terlihatnya bulan baru. Tak hanya itu, ia juga berhasil mengubah sistem perhitungan sebelumnya yang membagi satu hari ke dalam 60 bagian (jam) menjadi 12 bagian (12 jam), dan setelah ditambah 12 jam waktu malam sehingga berjumlah 24 jam. Sejumlah karya tentang astronomi terlahir dari buah pikirnya. Salah satu karyanya yang paling populer adalah al-Zij al-Sabi. Kitab itu sangat bernilai dan dijadikan rujukan para ahli astronomi Barat selama beberapa abad. 2. Al-Sufi (903-986 M) Ia berkontribusi besar dalam menetapkan arah laluan bagi matahari, bulan, dan planet dan juga pergerakan matahari. Dalam Kitab Al-Kawakib as-Sabitah Al-Musawwar,
beliau
menetapkan
ciri-ciri
bintang,
memperbincangkan
kedudukan bintang, jarak, dan warnanya. Ia juga ada menulis mengenai astrolabe (perkakas kuno yang biasa digunakan untuk mengukur kedudukan benda langit pada bola langit) dan seribu satu cara penggunaannya. 3. Al-Khuzandi Menciptakan alat pertama yang bisa digunakan untuk mengukur sudut dengan lebih persis. al-Khujandi mengamati rentetan transit garis bujur Matahari, yang membolehkannya untuk menghitung sudut miring dari gerhana. 4. Al-Biruni (973-1050M) Ia telah menyatakan bahwa bumi berputar pada porosnya. Pada zaman itu, Al-Biruni juga telah memperkirakan ukuran bumi dan membetulkan arah kota Makkah secara saintifik dari berbagai arah di dunia. Dari 150 hasil buah pikirnya, 35 diantaranya didedikasikan untuk bidang astronomi. 5. Ibnu Yunus (1009M)
Sebagai bentuk pengakuan dunia astronomi terhadap kiprahnya, namanya diabadikan pada sebuah kawah di permukaan bulan. Salah satu kawah di permukaan bulan ada yang dinamakan Ibn Yunus. Ia menghabiskan masa hidupnya selama 30 tahun dari 977-1003 M untuk memperhatikan benda-benda di angkasa. Dengan menggunakan astrolabe yang besar, hingga berdiameter 1,4 meter, Ibnu Yunus telah membuat lebih dari 10 ribu catatan mengenai kedudukan matahari sepanjang tahun. 6. Al-Zarqali (1029-1087M) Wajah Al-Zarqali diabadikan pada setem di Spanyol, sebagai bentuk penghargaan atas sumbangannya terhadap penciptaan astrolabe yang lebih baik. Beliau telah menciptakan jadwal Toledan dan juga merupakan seorang ahli yang menciptakan astrolabe yang lebih kompleks bernama Safiha. 7. Omar Khayyam (1075 M) Astronom yang memperhitungkan bagaimana mengoreksi kalender Persia. Dia menyusun banyak tabel astronomis dan melakukan reformasi kalender yang lebih tepat dari pada Kalender Julian dan mirip dengan Kalender Gregorian Akhirnya, Khayyām dengan sangat akurat (mengoreksi hingga enam desimal di belakang koma) mengukur panjang satu tahun sebagai 365,24219858156 hari. Ia terkenal di dunia Persia dan Islam karena observasi astronominya. Ia pernah membuat sebuah peta bintang (yang kini lenyap) di angkasa. 8. Jabir Ibnu Aflah (1145M) Ilmuwan pertama yang menciptakan sfera cakrawala mudah dipindahkan untuk mengukur dan menerangkan mengenai pergerakan objek langit. Salah satu karyanya yang populer adalah Kitab al-Hay’ah. 9. Al-Khawarizmi Muhammad bin Mūsā al-Khawārizmī adalah seorang ahli matematika, astronomi, astrologi, dan geografi yang berasal dari Persia. Beliau merevisi dan menyesuaikan Geografi Ptolemeus sebaik mengerjakan tulisan-tulisan tentang astronomi dan astrologi. Beliau juga banyak membuat tabel-tabel untuk
digunakan menentukan saat terjadinya bulan baru, terbit-terbenam matahari, bulan, planet, dan untuk prediksi gerhana. 10. Al-Farghani Nama lengkapnya Abu’l-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Kathir alFarghani. Ia merupakan salah seorang sarjana Islam dalam bidang astronomi yang amat dikagumi. Beliau adalah merupakan salah seorang ahli astronomi pada masa Khalifah Al-Ma’mun. Dia menulis mengenai astrolabe dan menerangkan mengenai teori matematik di balik penggunaan peralatan astronomi itu. Kitabnya yang paling populer adalah Fi Harakat Al-Samawiyah wa Jaamai Ilm al-Nujum tentang kosmologi Muslim al-Farghani (Abu’l-Abbas Ahmad ibn Muhammad ibn Kathir al-Farghani) menulis secara ekstensif tentang gerakan benda langit. Karyanya diterjemahkan ke dalam bahasa Latin di abad ke-12 11. Nasiruddin at-Tusi Ia berhasil memodifikasi model semesta episiklus Ptolomeus dengan prinsip-prinsip mekanika untuk menjaga keseragaman rotasi benda-benda langit. 12. Abu Ma’syar Ia berasal dari Balkh di Khurasan dan tinggal di Baghdad. Selain keyakinan fanatisnya akan pengaruh benda langit terhadap kelahiran, kejadian dalam hidup, dan kematian segala sesuatu, Abu Ma’syar juga memperkenalkan ke Eropa hokum pasang surut laut, yang ia jelaskan dalam kaitannya dengan timbul dan tenggelamnnya bulan.
E. Perkembangan Ilmu Astronomi Di Indonesia Sejarah telah mencatat, geliat penerapan astronomi di kepulauan Nusantara telah ada sejak beberapa abad silam. Penanggalan kalender jawa, penentuan musim hujan, kemarau, panen, dan ritual kepercayaan lain yang menggunakan peredaran gerak benda langit sebagai acuan. Bahkan, mengutip sebuah lagu “nenek moyangku seorang pelaut”, mereka pun mahir menggunakan rasi-rasi bintang sebagai penunjuk arah.
Zaman beranjak ke masa kerajaan Hindu-Budha, dimana candi-candi dibangun berdasarkan letak astronomis. Candi-candi di daerah Jawa Tengah dibangun dengan menghadap ke arah terbitnya Matahari, timur. Sedangkan bangunan candi di Jawa Timur, menghadap ke barat, dimana Matahari terbenam. Meski begitu, ada sedikit perbedaan dengan candi kebesaran rakyat Indonesia, Candi Borobudur, yang dibangun menghadap ke arah utara-selatan tepat pada sumbu rotasi Bumi. Gunadharma, yang membangun Candi Borobudur memakai patokan bintang polaris yang pada masa dinasti Syailendra masih terlihat dari Pulau Jawa. Mulai abad ke 18, perjalanan Astronomi Indonesia telah beranjak ke arah yang lebih empiris. Pada masa itu, masyarakat dunia belum tahu jarak BumiMatahari. Halley, yang telah menemukan cara untuk menentukan paralaks Matahari, membutuhkan pengamatan di tempat yang berbeda-beda. Dengan menggunakan hukum Kepler, ia telah menghitung akan terjadinya transit Venus pada tahun 1761 dan 1769. Dan pengamatan fenomenal itu dilakukan di Batavia (Jakarta), di sebuah Planetarium pribadi milik John Mauritz Mohr, seorang pendeta Belanda kelahiran Jerman. Selain Mohr, Astronom Perancis De Bougainvile juga melakukan pengamatan transit Venus pada tahun 1769. Dari hasil
pengamatan
diperoleh
gambaran
transit
Venus
yang
kemudian
dipublikasikan dalam Philosophical Transaction. Tahun 1920, berdirilah Nederlandch Indische Sterrenkundige Vereeniging (Perhimpunan Ilmu Astronomi Hindia Belanda) yang dipelopori oleh Karel Alber Rudolf Bosscha. Yang mencetuskan didirikannya sebuah observatorium untuk memajukan ilmu astronomi di Hindia Belanda. Butuh usaha yang tidak mudah untuk mendirikan observatorium yang sekarang terletak di daerah Lembang, arah utara Kota Bandung itu. Mulai dari penelitian lokasi yang tepat untuk pengamatan, hingga perjalanan teleskop “Meredian Circle” dan “Carl Zeiss Jena”. Pembangunan Observatorium dimulai pada tahun 1922 di atas tanah pemberian kakak beradik “Ursone” seluas 6 hektar. Hingga akhirnya teleskop besar Zeiss mulai berfungsi pada tahun 1928. Beberapa bulan setelah instalasi teleskop,
K.A.R. Bosscha meninggal, dan observatorium itu dinamai Observatorium Bosscha. Kini, observatorium bersejarah itu sudah berusia hampir 80 tahun. Di usianya yang mulai senja, Observatorium Bosscha telah menorehkan banyak catatan ke-astronomian. Sebagai contoh, penemuan planetary nebula di daerah langit selatan, 50% ditemukan di observatorium milik Indonesia ini. Ditambah dengan pengamatan-pengamatan lain seperti gerhana Matahari total pada tahun 1930, dimana Einstein duduk dalam komitenya untuk membuktikan Teori Relativitas Umum Einstein. Dan keikutsertaan Observatorium Bosscha dalam pendidikan ilmu pengetahuan alam, dengan mengadakan jurusan Astonomi di ITB pada tahun 1959. Minat masyarakat terhadap ilmu yang menjadi “anak tiri” di Indonesia ini telah meningkat selama beberapa tahun terakhir. Melihat antusiasnya masyarakat dan media ketika terjadi fenomena langit yang jarang terjadi seperti saat melintasnya komet Halley (1986), oposisi Mars (2003), transit Venus (2004), dan lainnya. Juga dengan terbentuknya perkumpulan-perkumpulan pecinta Astronomi yang mulai marak. Dan beberapa media di dunia maya mulai dari millis, website, forum diskusi dan banyak blog yang berisikan info-info Astronomi. Secara Internasional, astronomi di Indonesia pun sudah ‘cukup dipandang’. Terbukti dengan dipercayanya Indonesia menjadi tuan rumah APRIM, ajang berkumpulnya para astronom dunia, pada tahun 2005 silam, juga sebagai tuan rumah olimpiade Astronomi Internasional tahun 2008 mendatang. Belum lagi banyaknya siswa yang membawa pulang medali ke tanah air, hasil dari pertarungan mereka dalam Olimpiade Astronomi Internasional maupun Olimpiade Astronomi Asia Pasific. Kini, setelah melihat perkembangan ilmu Astronomi yang cukup pesat, akankah pemerintah lebih memperhatikan perkembangan ilmu alam ini? Seperti sudah menjadi hal umum jika ilmu alam kurang diperhatikan di negara tercinta ini. Padahal, sangatlah penting untuk membuka kesadaran sains di mata masyarakat Indonesia. Agar menjadi masyarakat yang cinta ilmu, yang bisa banyak membaca dari alam sekitarnya, dari tingginya langit hingga dalamnya lautan.
Kita bisa mencotoh negara-negara maju seperti Badan Antariksa Nasional Amerika Serikat (NASA) ataupun Badan Antariksa Eropa (ESA), yang menyiapkan divisi khusus untuk pelayanan informasi Astronomi bagi publik. Mulai dari informasi informal hingga terprogram seperti pelatihan guru sekolah dan bantuan implementasi kurikulum ilmu pengetahuan alam. Memasukkan astronomi dalam kurikulum pelajaran siswa sekolah, mengapa tidak? Indonesia, yang terbentang dari Sabang sampai Merauke hanya memiliki sedikit sekali fasilitas astronomi. Hampir semua kegiatan astronomi terpusat di Observatorium Bosscha dan Planetarium Jakarta. Ide pembuatan observatorium di daerah-daerah terpencil sudah ada sejak dulu. Yang sudah mulai berjalan seperti Planetarium di Palembang dan Tenggarong, Kalimantan. Juga adanya rencana menjadikan Pulau Biak sebagai tempat peluncuran satelit. Para pecinta Astronomi dan masyarakat Indonesia pada umumnya, memiliki mimpi agar dapat dibangun lagi observatorium-observatroium di daerah-daerah ataupun pulau-pulau terpencil lainnya. Selain belum banyak terjamah manusia, hingga tingkat polusinya kecil dan memungkinkan untuk melihat langit sangat cerah, pembangunan fasilitas astronomi itu juga menjadi sebuah ajang penyebaran pendidikan sains yang tentunya dapat mengurangi tingkat kebodohan masyarakat Indonesia. Pemerintah Indonesia dan para pecinta Astronomi dapat bekerja sama dalam menyebarkan ilmu astronomi. Dengan tersedianya fasilitas media yang cukup banyak, keinginan adanya majalah atau tabloid astronomi tentunya mimpi yang harus diwujudkan. Kesediaan pemerintah untuk menyokong dana riset ataupun kegiatan keilmuan ini juga sangatlah diharapkan.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Dari penjelasan di atas dapat kami tarik sebuah kesimpulan bahwa ilmu astronomi sangat menarik perhatian manusia yang didasari atas rasa ingin tahu akan fenomena alam . Sehingga manusia selalu mengembangkan ilmu pengetahuanya terutama ilmu pengetahuan teknelogi untuk mengungkap fenomena alam tersebut. Dalam sejarah perkembangan astronomi modern, pendapat dan teori yang berkembang di Eropa sangat dipengaruhi oleh adanya pendapat yang telah dikemukakan dan penemuan-penemuan yang telah ditemukan oleh para cendekiawan muslim. Buah pikir dan hasil kerja keras para sarjana Islam di era tamadun diadopsi serta dikagumi para saintis Barat seperti Copernicus sebagai penemu ilmu astronomi modern dan tokoh-tokoh astronomi Eropa lainnya seperti Regiomantanus, Kepler dan Peubach tak mungkin mencapai sukses tanpa jasa AlBatani (salah satu Ilmuwan Astronomi Islam) Pada mulanya, manusia menganggap fenomena langit sebagai sesuatu yang magis. Seiring berputarnya waktu dan zaman, manusia pun memanfaatkan keteraturan benda-benda yang mereka amati di angkasa untuk memenuhi kebutuhan hidup seperti penanggalan. Bahkan pada zaman sekarang manusia sudah mulai meneliti akan adanya kehidupan diplanet selain bumi. Dengan mengembangkan ilmu pengetahuan teknologi manusia mampu menciptakan alat-alat teknologi canggih yang dipakai untuk mengobservasi fenomena alam sehingga ilmu astronomi semakin berkembang dengan temuan– temuan terbarunya dari zaman ke zaman.
3.2 Soal dan Jawaban 3.2.1 Soal 1) 2) 3) 4) 5)
Jelaskan pengertian astronomi secara etimologi! Sebutkan dan jelaskan cabang-cabang astronomi! Jelaskan subyek atau masalah pengklarifikasian dalam ilmu astronomi! Jelaskan secara singkat perkembangan astronomi pada tiap periode! Jelaskan perkembangan astronomi di Indonesia!
3.2.2 Jawaban 1) Secara etimologi astronomi berarti "ilmu bintang" adalah ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar. Astronomi secara etimologi berarti "ilmu bintang" (dari Yunani: άστρο, + νόμος), adalah ilmu yang melibatkan pengamatan dan penjelasan kejadian yang terjadi di luar Bumi dan atmosfernya. 2) Astronomi profesional terbagi menjadi dua cabang, yaitu : Astronomi observasional melibatkan pengumpulan data dari pengamatan atas benda-benda langit, yang kemudian akan dianalisis menggunakan prinsip-prinsip dasar fisika. Astronomi teoretis terpusat pada upaya pengembangan model-model komputer/analitis guna menjelaskan sifat-sifat benda-benda langit serta fenomena-fenomena alam lainnya. 3) Berdasarkan pada subyek atau masalah, ada beberapa pengklarifikasian dalam ilmu astronomi sebagai berikut : Astrometri: cabang ilmu Astronomi yang mempelajari hubungan geometris benda-benda angkasa, meliputi: kedudukan benda-benda angkasa, jarak benda angkasa yang satu dengan yang lain, ukuran benda angkasa, rotasi dan revolusinya.. Mendefinisikan sistem koordinat yang dipakai dan
kinematika dari benda-benda di galaksi kita. Kosmologi: penelitian alam semesta sebagai seluruh dan evolusinya. Fisika galaksi: penelitian struktur dan bagian galaksi kita dan galaksi lain. Astronomi ekstragalaksi: penelitian benda (sebagian besar galaksi) di luar
galaksi kita. Pembentukan galaksi dan evolusi: penelitian pembentukan galaksi, dan
evolusi mereka. Ilmu planet: penelitian planet dan tata surya. Fisika bintang: penelitian struktur bintang.
Evolusi bintang: penelitian evolusi bintang dari pembentukan mereka
sampai akhir mereka sebagai bintang sisa. Pembentukan bintang: penelitian kondisi dan proses yang menyebabkan pembentukan bintang di dalam awan gas, dan proses pembentukan itu sendiri 4) Perkembangan astronomis tiap prodi, yaitu: Periode 1 (Zaman Purbakala – 1500M) Perkembangan Astronomi sebenarnya sudah terdeteksi sekitar 1000 SM tepatnya zaman sumeria dan babilonia. Mereka mengamati berbagai keteraturan dan mampu meramalkan gerhana bulan, dan peredaran planet. Bangsa mesir sudah menemukan bahwa satu tahun terdiri dari 365 hari. Akan tetapi, pada zaman sumeria belum menemukan pengetahuannya dalam bentuk gambaran. Gambaran mengenai alam semesta memang ada namun masih bersifat spekulatif belaka. Mereka beranggapan bahwa bumi dan langit berbentuk cakram datar yang saling tumpang tindih. Periode II (Sekitar 1550 – 1800 M) Perkembangan ilmu astronomi pada periode II terjadi sangat pesat. Banyak sumbangan-sumbangan yang telah diberikan oleh para ahli dalam perkembangan astronomi. Selain itu, pada periode II ini terjadi perubahan sarana
pengamatan
yaitu
dari
pengamatan
benda
langit
yang
menggunakan mata telanjang menjadi pengamatan yang menggunakan teleskop. Periode III (1800M – 1890M) Pada periode ini diformulasikan konsep-konsep fisika yang mendasar yang sekarang kita kenal dengan sebutan Fisika Klasik Periode IV (1890 M – Sekarang) Pada periode ini, Pada akhir abad ke 19 ditemukan beberapa fenomena yang tidak bisa dijelaskan melalui fisika klasik. Hal ini menuntut pengembangan konsep fisika yang lebih mendasar lagi yang sekarang disebut Fisika Modern. para ahli astronomi melakukan pengamatan di observatorium dengan menggunakan teleskop untuk mengamati objek langit. Sejarah Perkembangan Astronomi Modern
Pada periode ini, Copernicus menemukan system yang baru tentang alam semesta menempatkan matahari sebagai pusat alam semesta, serta terdapat tiga jenis gerakan bumi. Tiga jenis gerakan bumi itu adalah gerak rotasi bumi (perputaran bumi pada porosnya), gerak revolusi (gerak bumi mengelilingi matahari) dan suatu girasi perputaran sumbu bumi yang mempertahankan waktu siang dan malam sama panjangnya. 5) Pada abad ke 18, perjalanan Astronomi Indonesia telah beranjak ke arah yang lebih empiris. Pada masa itu, masyarakat dunia belum tahu jarak BumiMatahari. Halley, yang telah menemukan cara untuk menentukan paralaks Matahari, membutuhkan pengamatan di tempat yang berbeda-beda. Dengan menggunakan hukum Kepler, ia telah menghitung akan terjadinya transit Venus pada tahun 1761 dan 1769. Dan pengamatan fenomenal itu dilakukan di Batavia (Jakarta), di sebuah Planetarium pribadi milik John Mauritz Mohr, seorang pendeta Belanda kelahiran Jerman. Selain Mohr, Astronom Perancis De Bougainvile juga melakukan pengamatan transit Venus pada tahun 1769. Dari hasil pengamatan diperoleh gambaran transit Venus yang kemudian dipublikasikan dalam Philosophical Transaction. Tahun 1920, berdirilah Nederlandch Indische Sterrenkundige Vereeniging (Perhimpunan Ilmu Astronomi Hindia Belanda) yang dipelopori oleh Karel Alber Rudolf Bosscha. Yang mencetuskan didirikannya sebuah observatorium untuk memajukan ilmu astronomi di Hindia Belanda. Butuh usaha yang tidak mudah untuk mendirikan observatorium yang sekarang terletak di daerah Lembang, arah utara Kota Bandung itu. Mulai dari penelitian lokasi yang tepat untuk pengamatan, hingga perjalanan teleskop “Meredian Circle” dan “Carl Zeiss Jena”. Pembangunan Observatorium dimulai pada tahun 1922 di atas tanah pemberian kakak beradik “Ursone” seluas 6 hektar. Hingga akhirnya teleskop besar Zeiss mulai berfungsi pada tahun 1928. Beberapa bulan
setelah
instalasi
teleskop,
K.A.R.
Bosscha
meninggal,
dan
observatorium itu dinamai Observatorium Bosscha. Kini, observatorium bersejarah itu sudah berusia hampir 80 tahun. Di usianya yang mulai senja, Observatorium Bosscha telah menorehkan banyak catatan ke-astronomian.
Sebagai contoh, penemuan planetary nebula di daerah langit selatan, 50% ditemukan di observatorium milik Indonesia ini. Ditambah dengan pengamatan-pengamatan lain seperti gerhana Matahari total pada tahun 1930, dimana Einstein duduk dalam komitenya untuk membuktikan Teori Relativitas Umum Einstein. Dan keikutsertaan Observatorium Bosscha dalam pendidikan ilmu pengetahuan alam, dengan mengadakan jurusan Astonomi di ITB pada tahun 1959.
Daftar Pustaka http://fisikauntuksurga.wordpress.com/2011/10/09/sejarah-fisika-astronomi/ http://delibrarian.blogspot.com/2011/03/perkembangan-astronomi-padaabad.html http://nary-junary.blogspot.com/2013/04/perkembangan-sains-kebumiandan.html
http://mutoha.blogspot.com/2007/02/ophiuchus-zodiak-ke-13.html http://www.dindasafau.blogsastronomi-dan-astrologi.html http://www.wikipedia.org/Astrologi http://www.dhibba.wordpress.com/category/pengetahuan/astronomi