BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Proses sueding atau emerising bertujuan untuk menciptakan kembali suede alami dengan menggunakan bahan lain, membuatnya ideal untuk aplikasi pakaian tertentu seperti bra wanita , sepatu dan pakaian anak-anak. Prosesnya melibatkan juga digunakan untuk membuat jok, penutup meja dan dinding dengan suede terasa suede terasa untuk menciptakan efek yang sangat mewah bagi homeware terpilih. Kain yang diperlakukan dengan cara ini akan meningkatkan ketahanan cairan, penghancur dan noda, dan cenderung menarik konsumen yang menyukai produk non-hewani.
1.2. Rumusan Masalah
1. Apa yang disebut pengampelasan atau sueding ? 2. Faktor apa saja yang mempengaruhi proses sueding proses sueding ? 3. Bagaimana proses dan mekanisme kerja mesin sueding mesin sueding ? 4. Apa kelebihan dari proses sueding proses sueding ?
1.3. Tujuan
1. Memahami proses dari penyempurnaan sueding. penyempurnaan sueding. 2. Mengetahui faktor yang berpengaruh pada proses sueding . 3. Mengetahui hasil proses penyempurnaan sueding penyempurnaan sueding . 4. Memahami mekasnisme kerja dari mesin sueding mesin sueding .
1
BAB II LANDASAN TEORI
2.1 Pengampelasan (Sueding)
Pengampelasan bahan tekstil atau emerizing dimaksudkan untuk mendapatkan bahan yang lembut, menyerupai wol, pegangan (langsai) yang baik, memberikan efek tebal pada kain flannel, dan juga menimbulkan efek peachskin. Proses penyempurnaan ini diutamakan untuk bahan yang terbuat dari serat mikro (halus) atau microfiber maupun serat-serat alam seperti kapas dan wol untuk memperbaiki sufat-sifatnya (Gustami, 2011). Dari jumlah rolnya mesin pengampelas terbagi menjadi dua jenis, yaitu mesin rol tunggal (single roll) dan rol banyak (multi rolls). Masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangannya masing-masing. Pengampelasan dapat menghasilkan efek beludru dengan bulu-bulu yang sangat halus pada permukaan kain yang berasal dari serat-serat yang menonjol yang terampelas. Bergantung pada ukuran butiran efek yang dihasilkan bisa halus, lembut ataupun kasar. Umumnya pengampelasan dilakukan mula-mula dengan rol pengampelas yang relative kasar dan dilanjutkan dengan yang lebih halus. Untuk bahan-bahan microfiber didapatkan bahwa pengampelasan dengan arah berlawanan memberikan hasil yang lebih baik. Operasi ini, yang biasanya disebut sebagai sueding atau pengamplasan, secara konvensional dilakukan oleh mesin sueding kain khusus dimana kain dilewati di bawah tekanan yang cukup besar di atas satu atau lebih gulungan nisi yang ditutup dengan amplas atau bahan abrasif yang juga diputar dengan cepat di arah yang sama seperti kain bergerak. Sementara operasi sueding secara konvensional menghasilkan hasil kain yang satis dalam menghasilkan produk, cara dilengkapi dengan peralatan sueding konvensional, beberapa kelemahan penting dari peralatan sueding konvensional yakni mengurangi keinginan dan hargannya mahal. (Nielsen, 1993) Sueding, bagaimanapun, menyajikan beberapa kelemahan, termasuk fakta penting bahwa terjadi sejumlah kerugian secara bersamaan. Partikel grit melibatkan permukaan kain sasaran dan pasti menariknya dari bodi kain sehingga menghasilkan tumpukan yang relatif panjang. (Dischler, 1999) Namun dalam perspektif lain produk yang dihasilkan memiliki beberapa kelebihan, yakni membentuk kain dengan lapisan temporer, dilapisi oleh perlakuan kasar pada permukaan kain, dan kemudian pengangkatan lapisan sementara, kain karakteristik estetika
2
dan praktis yang unik diperoleh. Produk yang dihasilkan dari proses ini salah satunya adalah jenis kulit suede. Suede adalah jenis kulit dengan permukaan halus, seperti beludru. Istilah ini awalnya berasal dari bahasa Perancis “Gants de Suède,” digunakan untuk menunjukkan jenis sarung tangan lembut yang diimpor dari Swedia. Seiring waktu, kata suede mengacu pada setiap bahan kulit yang halus seperti beludru, yang umumnya dibuat dari kulit sapi, kambing, domba, dan rusa. Proses pengolahannya, setelah kulit diambil dari hewan, kulit yang berwarna kecoklatan diolah untuk menghasilkan bahan yang lentur dan tahan lama, yang digunakan untuk sejumlah aplikasi, seperti manufaktur pakaian dan upholstering furnitur. Kulit yang belum diampelas atau split dengan cara apapun dikenal sebagai “ full- grain leather.” Full-grain leather biasanya dibuat hanya dari bagian yang terbaik. Ini adalah bagian kulit yang paling mahal serta yang paling tahan lama. Seorang sueder kadang disebut sander karena mesin terdiri dari satu atau lebih gulungan yang ditutupi dengan kertas pasir sebagai abrasif. Kain yang bepergian di atas gulungan ini mengembangkan tumpukan yang sangat rendah dan permukaan materialnya bisa dibuat untuk dirasakan seperti kulit suede.
(Sumber : Blume, Joaquin. 2003. Manufacturing programme Shearing machines Raising machines Sueding machines. Torres – Maquinaria Textil sa.)
2.2 Faktor – Faktor Yang Mempengaruhi Hasil Pengampelasan
Faktor-faktor yang mempengaruhi hasil pengampelasan antara lain : 1) Pengikisan dan Ukuran Butiran Harus disadari bahwa mesin pengampelasan adalah alat “pemotong”. Dengan butiran yang kasar, yaitu 80-120, benang pakan akan lebih terangkat. Hasil yang diperoleh dari proses pengampelasan adalah bulu-bulu yang padat dan panjang. Bahan pakaian luar wanita yang ringan hingga yang berat dengan berat permeter persegi 100180 normalnya memiliki bulu-bulu pendek dan tebal. Ukuran butiran 280-320 telah 3
terbukti ideal untuk bahan seperti itu. Benag polyester yang halus dan microfiber diampelas dengan butiran berukuran 400/500/600. Butiran yag halus sekitar 600-800 tidak umum dipakai karena efeknya lebih melicinkan daripada mengampelas. 2) Tegangan Tegangan ini harus disesuaikan dengan kain. Tegangan saat pengaturan awal harus dijaga konstan dan pengaturan secara otomatis harus dipastikan kain dalam keadaan tegang. 3) Perlengkapan Pembantu Perlengkapan pembantu dapat meningkatkan mutu efek pengampelasan. Proses pelembaban dengan uap dan pengeringan pada kain secara efektif mempersiapkan kain untuk efek pengampelasan. Kekusutan dapat dihilangkan dan kain lebih mudah diampelas. Setelah melewati pengampelasan kain mengalami persiapan pemukulan atau penyikatan yang dihubungkan dengan system penghisap debu sehingga kain keluar dari mesin dalam keadaan bersih. 4) Pengendali Otomatis Sudut Kontak Untuk menghindari kesalahan penyetelan, praktisnya sering dilakukan sebagai berikut : untuk penyetelan pola pertama tiap rol dilepaska / dibuat bebas. Dengan menekan rol pengampelas maka didapat sudut kontak kain dengan rol pengampelas. Prosedur penyetelan tersebut diteruskan sampai rol hanya dapat ditekan menggunakan tekanan. Jika sudut kontak terlalu besar maka terlalu banyak serat yang akan dicabut (lain halnya jika itu diharuskan sebagai kebutuhan) dan mengakibatkan penuruna kekuatan tarik yang besar. 5) Pengampelasan Basah Pengampelasan Basah (wet sueding) adalah proses pengampelasan yang dilakukan pada permukaan kain yag basah dan akan memberikan efek pe rmukaan yang rata. Dibandingkan dengan proses kering, yang biasa dilakukan untuk memperoleh efek permukaan berbulu halus, maka proses basah memberikan efek yang berbeda, misalnya pegangan lembut seperti velvet (beludru) atau efek permukaan yang lebih berkialu tapi warnanya pudar. Faktor-faktor yang menentukan hasil pengampelasan adalah jenis mesin yang digunakan, bentuk rol pengampelasan, ukuran butiran pengampelasan, tegangan kain, besar-kecilnya sudut kontak antara permukaan kain dan rol pengampelasan, serta perlengkapan pembantu. Masing-masing factor tersebut saling berkaitan satu sama lain dan tidak dapat berdiri sendiri dalam menentukan hasil yang dicapai. Pengampelasan dapat 4
menghasilkan efek beludru dengan bulu-bulu yang sangat halus pada permukaan kain yang berasal dari serat-serat yang menonjol yang terampelas. Bergantung pada ukuran butiran efek yang dihasilkan bisa halus, lembut ataupun kasar. Umumnya pengampelasan dilakukan mula-mula dengan rol pengampelas yang relative kasar dan dilanjutkan dengan yang lebih halus. Untuk bahan-bahan microfiber didapatkan bahwa pengampelasan dengan arah berlawanan memberikan hasil yang lebih baik.
2.3 Proses dan Mekanisme Kerja Mesin Sueding
Sueding adalah proses finishing mekanis dimana kain dilipat pada satu atau kedua sisi untuk menaikkan atau menciptakan permukaan berserat. Operasi ini sering dilakukan sebelum proses pengangkatan untuk mengurangi gesekan antara serat yang membentuk kain dan akibatnya untuk memudahkan ekstraksi serat akhir. Proses pengampelasan dilakukan di kedua sisi kain dan memodifikasi penampilan dan tangan terakhir dari kain; Saat disentuh itu memberikan sensasi lembut dan halus yang mirip dengan yang diberikan oleh permukaan persik. Mesin sueding terdiri dari beberapa rol berputar yang dilapisi kertas abrasif, yang memunculkan kain dan menghasilkan efek yang kurang lebih ditandai tergantung pada tekanan yang diberikan pada kain oleh rol abrasif. Kertas abrasif yang digunakan dapat bervariasi sesuai dengan tingkat sueding yangdiinginkan dan harus diganti setelah jumlah jam operasi tertentu, atau bila tidak sesuai dengan fungsi sueding yang sesuai. Dalam beberapa kasus, dimungkinkan juga untuk menggunakan rol logam dengan permukaan yang dilapisi dengan penggilingan kasar dan kasar yang tidak rata atau penggiling batu apung yang melakukan tindakan pengawetan yang sangat baik pada kain kering atau basah.Untuk pelarangan yang sangat dangkal, kekuatan abrasif alami batu apung bisa diaplikasikan dengan hasil yang berhasil.
2.4 Kelebihan Sueding
1.
Permukaan lebih halus sehingga nyaman untuk dipakai.
2.
Kekuatan tarik yang tinggi dikarenakan adanya tegangan mekanis yang rendah.
3.
Hasilnya sangat baik, sehingga menunjukkan perbedaan antara kain yang di sueding dan tidak.
4.
Perubahan bentuk serat dapat diminimalisir, ini dikarenakan rol yang digunakan digerakan dengan rol motor.
5
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Dari penjelasan diatas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa proses sueding atau emerising bertujuan untuk menciptakan kembali suede alami dengan menggunakan bahan lain, dengan cara ini akan meningkatkan ketahanan cairan, penghancur dan noda, dan cenderung menarik konsumen yang menyukai produk non-hewani.
3.2 Saran
Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih focus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber-sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.
6
DAFTAR PUSTAKA
Blume, Joaquin. 2003. Manufacturing programme Shearing machines Raising machines Sueding machines. Torres – Maquinaria Textil sa.
7
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas kehendak Nyalah makalah Teknologi Penyempurnaan 2 dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Substansi yang terdapat dalam makalah ini disusun dari sumber cetak seperti buku dan Internet. Semoga dengan adanya makalah ini dapat menambah ilmu pengetahuan para pembaca baik mahasiswa, dosen dan sebagainya serta sebagai bahan pembanding dengan makalah lain yang memiliki kesamaan materi. Penyusun mohon maaf apabila dalam pembuatan makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan penyusun berharap diberikan kritikan dan saran yang membangun demi terciptanya makalah yang lebih baik. Dan pada akhirnya kepada Allah jualah penyusun mohon taufik dan hidayah, semoga usaha ini mendapat manfaat yang baik, serta mendapat ridho Allah SWT, Amin ya rabbal alamin.
Bandung, September 2017
Penyusun
8i
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR .................................................................................................... i DAFTAR ISI ................................................................................................................... ii BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang .................................................................................................... 1 1.2 Rumusan Masalah ............................................................................................... 1 1.3 Tujuan Makalah .................................................................................................. 1 BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengampelasan (Sueding ) ................................................................................... 2 2.2 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Pengampelasan.................................. 3 2.3 Proses dan Mekanisme Kerja Mesin Sueding ..................................................... 5 2.4 Kelebihan Sueding .............................................................................................. 5 BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan ......................................................................................................... 6 3.2 Saran ................................................................................................................... 6 Daftar Pustaka ................................................................................................................. 7
ii 9
MAKALAH TEKNOLOGI PENYEMPURNAAN II PENGAMPELASAN (SUEDING) Kelompok 4
Disusun oleh
: Ade Vera
(15020091)
Gadis Rahayu H.
(15020100)
Ghina Ayu M.
(15020102)
Gugun Sumaryadi
(15020)
Ibrahim
(15020)
Restu Aditya
(15020)
Yani Nuryani
(15020119)
Grup
: 3K4
Dosen
: M. Widodo, AT, M.Tech.,P.hD.
PROGRAM STUDI KIMIA TEKSTIL POLITEKNIK SEKOLAH TINGGI TEKNOLOGI TEKSTIL BANDUNG 2017-2018 10