MAKALAH DIAGNOSIS KESULITAN BELAJAR
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Bimbingan Konseling
Disusun oleh: 1. Dina Nur Adilah (K2311019) 2. Suci Novira Aditiani (K2311074) 3. (K23110)
PENDIDIKAN FISIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENGETAHUAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Di kehidupan sehari-hari tampak jelas bahwa siswa memiliki perbedaan dalam hal kemampuan intelektual, kemampuan fisik, latar belakang keluarga, kebiasaan dan pendekatan belajar yang terkadang sangat mencolok antara seorang siswa dengan siswa lainnya. Prestasi belajar yang memuaskan dapat diraih oleh setiap siswa jika mereka dapat belajar secara wajar, terhindar dari berbagai ancaman, hambatan dan gangguan. Namun ancaman, hambatan dan gangguan tersebut di alami oleh siswa tertentu sehingga mereka mengalami kesulitan dalam belajar. Hal tersebut dapat menyebabkan ketidakberhasilan siswa, dengan perwujudan perolehan nilai jelek untuk sebagian atau seluruh mata pelajaran, tidak naik kelas, putus sekolah (dropout), dan tidak lulus ujian akhir. Kegagalan dalam belajar sebagaimana contoh di atas berarti rugi waktu, tenaga, dan juga biaya. Dan tidak kalah penting adalah dampak kegagalan belajar pada rasa percaya diri. Oleh karena itu upaya mencegah atau setidak tidaknya meminimalkan, dan juga memecahkan kesulitan belajar melalui diagnosis kesulitan belajar siswa merupakan kegiatan yang perlu dilaksanakan. Dari paparan di atas, nampak bahwa diagnosis kesulitan belajar memiliki peranan yang cukup penting di dunia pendidikan. Didasarkan oleh hal te rsebut, maka makalah ini akan membahas lebih lanjut mengenai Diagnosis Kesulitan Belajar (DKB). B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Diagnosis Kesulitan Belajar (DKB)? 2. Bagaimanan prosedur pelaksanaan Diagnosis Kesulitan Belajar (DKB)?
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi dari Diagnosis Kesulitan Belajar (DKB)? 2. Mengetahui prosedur pelaksanaan DKB?
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Diagnosis Kesulitan Belajar
Dalam pengertian diagnosis kesulitan belajar terdapat dua istilah yang perlu dipahami terlebih dahulu yaitu istilah diagnosis dan kesulitan belajat belajar. Banyak para ahli mengemukakan pendapatnya mengenai pengertian diagnosis. 1. Menurut Thorndike dan Hagen (Abin S.M., 2002 : 307), diagnosis dapat diartikan sebagai : a. Upaya atau proses menemukan kelemahan atau penyakit (weakness, disease) apa yang dialami seseorang dengan melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya (symtoms). b. Studi yang seksama terhadap fakta tentang suatu hal untuk menemukan karakteristik atau kesalahan-kesalahan dan sebagainya yang esensial. c. Keputusan yang dicapai setelah dilakukan suatu studi yang saksama atas gejala-gejala atau fakta-fakta tentang suatu hal. 2. Menurut Webster, diagnosis diartikan sebagai proses menentukan hakikat kelainan atau ketidakmampuan dengan ujian, dan melalui ujian tersebut dilakukan suatu penelitian yang hati-hati terhadap fakta-fakta yang dijumpai, yang selanjutnya untuk menentukan permasalahan yang dihadapi. Dari beberapa pendapat diatas dapat diambil kesimpulan bahwa diagnosis adalah penentuan jenis masalah atau kelainan atau ketidakmampuan dengan meneliti latar belakang penyebabnya atau melalui pengujian dan studi yang seksama mengenai gejala-gejalanya. Selanjutnya pengertian kesulitan belajar. Kesulitan belajar adalah suatu gejala yang nampak pada peserta didik yang ditandai dengan adanya prestasi belajar yang rendah atau dibawah norma yang telah ditetapkan.
1. Blassic dan Jones mengatakan bahwa kesulitan belajar itu menunjukkan adanya suatu jarak antara pretasi akademik yang diharapkan dengan prestasi akademik yang dicapai oleh peserta didik (prestasi aktual). 2. Prayitno (1995/1996: 1-2), kesulitan belajar adalah suatu kondisi dalam proses belajar mengajar yang ditandai dengan adanya hambatan-hambatan tertentu untuk mencapai hasil belajar yang optimal. Jenis hambatan ini dapat bersifat psikologis, sosiologis dan fisiologis dalam keseluruhan proses belajar mengajar. Setelah kita memahami pengertian diagnosis dan kesulitan belajar, maka diagnosis kesulitan belajar dapat diartikan sebagai Proses menentukan masalah atau ketidakmampuan peserta didik dalam belajar dengan meneliti latar belakang penyebab dan atau dengan cara menganalisis gejala-gejala kesulitan atau hambatan belajar yang nampak. Syahril (1991 : 45) mengemukakan bahwa “ Diagnosis kesulitan belajar itu merupakan usaha untuk meneliti kasus, menemukan gejala, penyebab dan menemukan serta menetapkan kemungkinan bantuan yang akan diberikan terhadap siswa yang mengalami kesulitan belajar .”
B. Prosedur Pelaksanaan Disgnosis Kesulitan Belajar
Prosedur atau langkah-langkah melaksanakan diagnosis kesulitan belajar, sebagai berikut: 1. Mengidentifikasi Peserta Didik yang Diperkirakan Mengalami Kesulitan Belajar Beberapa
langkah-langkah
yang
dapat
ditempuh
dalam
mengidentifikasi siswa yang mengalami kesulitan sebagai beri kut: a. Menandai siswa dalam satu kelas atau dalam suatu kelompok yang diperkirakan mengalami kesulitan dalam belajar baik yang sifatnya umum maupun sifatnya lebih khusus dalam bidang studi tertentu. b. Teknik yang dapat ditempuh bermacam-macam antara lain dengan:
–
Meneliti nilai ujian
–
Menganalisis hasil ujian dengan melihat tipe kesalahan yang dibuatnya
–
Observasi pada saat siswa dalam proses belajar mengajar
–
Memeriksa buku catatan pribadi yang ada pada petugas bimbingan
–
Melaksanakan
sosiometris
untuk
melihat
hubungan
sosial
psikologis yang terdapat pada para siswa. Kesulitan belajar itu dapat kita deteksi dari observasi pada saat proses kegiatan belajar. Agar observasi dapat mendeteksi kasus kesulitan belajar secara tepat, maka pada observasi ini dilakukan kegiatan pencatatan hal-hal sebagai berikut: 1) Cepat
lambatnya
(berapa
lama)
menyelesaikan
pekerjaan
(tugasnya) 2) Ketekunan atau persistensi dalam mengikuti pelajaran (berapa kali tidak hadir; alpa, sakit, izin) 3) Partisipasi dan konstribusinya dalam pemecahan masalah atau mengerjakan tugas kelompok (bagan partisipasi) 4) Kemampuan kerjasama dan penyelesaian sosialnya (disenangi atau menyenangi orang lain secara sosiometris dapat diketahui) dan sebagainya. 2. Melokalisasi Letak Kesulitan Belajar Setelah kita menemukan kelas atau individu siswa yang diduga mengalami kesulitan belajar, maka pesoalan selanjutnya yang perlu kita telaah, ialah (1) dalam mata pelajaran (bidang studi) manakah kesulitan itu terjadi, (2) pada kawasan tujuan belajar (aspek prilaku) yang manakah ada kesulitan itu terjadi, (3) pada bagian (ruang lingkup bahan) yang manakah kesulitan itu terjadi, dan (4) dalam segi kesulitan belajar manakah kesulitan itu terjadi. Untuk itu dilakukan analisis letak kesulitan belajar siswa dengan cara sebagai berikut: a. Mendekati kesulitan belajar pada bidang studi tertentu. Dapat dilakukan dengan cara membandingkan angka nilai prestasi individu
siswa untuk semua bidang studi.untuk membuat jelas hal ini sebaiknya dibuat grafik yang berisi semua mata pelajaran/bidang studi lengkap dengan nilainya. b. Mendeteksi pada kawasan tujuan belajar dan bahagian ruang lingkup bahan pelajaran dimanakah kesulitan terjadi. Dapat dilakukan dengan menganalisis jawaban siswa terhadap soal-soal setiap mata pelajaran. Dari jawaban itu dapat diketahui pada bagiam mana siswa mendapat kesulitan. c. Analisis terhadap catatan mengenai proses belajar. Analisis yang dimaksud disini adalah analisis terhadap kemampuan menyelesaikan tugas-tugas, soal-soal saat proses belajar berlangsung, kehadiran atau ketidakhadiran saat proses belajar berlangsungsi untuk setiap mata pelajaran, penyesuaian diri dengan temannya. 3. Menentukan Faktor Penyebab Kesulitan Belajar Mengacu pada bahasan sebelumnya yaitu meneliti faktor internal dan faktor eksternal peserta didik. Faktor internal bersumber pada aspek fisik yaitu kesehatan ,atau kecacatan tubuh. Dan aspek psikologis yaitu, kecerdasan,
bakat,minat,
kemampuan,
kemauan,perhatian
maupun
dorongan,konsentrasi dll. Sedangkan faktor eksternal bersumber pada aspek lingkungan, yaitu lingkungan sosial dan non-sosial yang berupa alam, dan aspek instrumen atau fasilitas dan juga pengajar yang terkait. Untuk mengenal kesemua faktor diatas dapat dipergunakan berbagai cara dan alat, baik yang dapat dibuat oleh guru, maupun yang telah dikerjakan orang lain yang tersedia disekolah. Cara dan alat i tu antara lain:
–
Test kecerdasan
–
Test bakat khusus
–
Skala sikap baik yang sudah standar maupun yang secara sederhana bisa dibuat guru.
–
Inventory
–
Wawancara dengan siswa yang bersangkutan.
–
Mengadakan observasi yang intensif baik dalam maupun di luar kelas
–
Wawancara dengan guru dan wali kelas, dan dengan orang tua atau teman-teman bila dipandang perlu.
4. Memperkirakan Alternatif Bantuan Apabila kita telaah tentang letak kesulitan yang dialami siswa, jenis dan
sifat
kesulitan,
latar
belakangnya,
faktor-faktor
yang
menyebabkannya, maka kita akan dapat memperkirakan beberapa hal berikut: a. Apakah siswa tersebut masih mungkin ditolong untuk mengatasi kesulitannya atau tidak . b. Berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk mengatasi kesulitan yang dialami siswa tertentu. c. Kapan dan dimana pertolongan itu dapat di berikan. d. Siapa yang dapat memberikan pertolongan. e. Bagaimana cara menolong siswa agar dapat dilaksanakan secara efektif. f.
Siapa sajakah yang harus dilibatsertakan dalam menolong siswa tersebut.
5. Penetapan kemungkinan cara mengatasinya Langkah ini menentukan bantuan atau usaha penyembuhan apa yang diperlukan peserta didik. Perlu pula dikomunikasikan atau didiskusikan dengan berbagai pihak yang sekiranya akan terlibat dalam memberikan bantuan. Program bantuan misalnya remedial atau pengajaran perbaikan, layanan bimbingan dan konseling, program referral yaitu mengirimkan peserta didik kepada ahli yang lebih berkompeten dalam mengatasi kesulitan belajar. 6. Tindak Lanjut Kegiatan tindak lanjut adalah kegiatan melakukan bantuan, bimbingan, arahan atau pengajaran paling tepat dalam membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar, cara ini dapat berupa : a. Melaksanakan bantuan berupa melaksanakan pengajaran remidial pada mata pelajaran yang menjadi masalah bagi siswa tertentu. Remidial
dapat dilakukan oleh guru, atau pihak lain yang dianggap dapat menciptakan suasana belajar siswa yang penuh motivasi. b. Membagi tugas dan peranan kepada orang-orang tertentu dalam memberikan bantuan pada siswa. c. Senantiasa mencek dan ricek kemajuan terhadap siswa yang bermasalah baik pamahaman mereka terhadap bantuan yang diberikan berupa bahan, maupun mencek bahan tepat guna program remedial yang dilakukan untuk setiap saat diadakan revisi dan improvisasi. d. Mentransfer atau mengirim (roferral case) siswa yang menurut perkiraan tidak dapat ditangani oleh guru kepada orang atau lembaga lain (psikologi, psikiater, lembaga bimbingan, lembaga psikoligi dan sebagainya) yang diperkirakan akan lebih dapat dan lebih tepat membantu siswa tersebut.
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Abdurrahman Mulyono. 2003. Pendidikan bagi anak berkesulitan belajar . Jakarta: Rineka Cipta. Entang. 1983. Diagnosis Kesulitan Belajar dan Pengajaran Remedi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Kuntjojo, 2009. Psikologi Pendidikan. http://ebekunt.wordpress.com/2009/04/12/diagnosis-kesulitan-belajar/ di akses pada tanggal
Suriansyah Ahmad. 2001. Modul Pengetahuan Diagnosis Kesulitan Belajar dan remedial Teaching . Banjarmasin: Departemen Pendidikan Nasional Universitas Lambung Mangkurat FKIP Program PGSD.