MAKALAH D I S C OV OV E R I L E A R N I N G MODUL MATERNITAS 1
“Pengaruh Budaya dan Agama dalam Praktik Kesehatan Maternal di Indonesia (terkait dengan antropkes dan traskultural nursing)” nursing)”
DISUSUN OLEH : KELOMPOK 3
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8.
ZHIMHADHA MUTIARA MARTIN DEA PUTRI RAHMADANI CHOLISA ERLANI OBEY CINDY JANUAR FITRI PUGI WAHYUNI TUTY ALAWIYAH NURWASILAH
11161040000005 11161040000010 11161040000015 11161040000027 11161040000029 11161040000033 11161040000034 11161040000037
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA MEI 2018
KATA PENGANTAR Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Panyayang,
Kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah tentang Pengaruh Budaya dan Agama dalam Praktik Kesehatan Maternal di Indonesia (terkait dengan antropkes dan traskultural nursing). Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini. Terlepas dari semua itu, Kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Serta keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak kekurangan dalam makalah ini Oleh ,
karena itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar kami dapat memperbaiki makalah ini. Akhir kata kami berharap semoga makalah yang kami buat tentang teori belajar dapat memberikan manfaat maupun inspirasi untuk para pembaca.
Jakarta, 28 Mei 2018
penyusun
2
DAFTAR ISI ................................................................................................................................. 2 KATA PENGANTAR .................................................................................................................................. DAFTAR ISI……… .............................................................. .................................................................................................................................... ........................................................................3
............................................................................................................................ 4 BAB I PENDAHULUAN PENDAHULUAN. ............................................................................................................................ 1.1 Latar Belakang................................................................... ............................................................................................................................... ............................................................ 4 1.2 Rumusan Masalah............................................................ ......................................................................................................................... ............................................................. 4 1.3 Tujuan ................................................................... ......................................................................................................................................... ........................................................................ .. 4 BAB II PEMBAHASAN. ............................................................................................................................. ............................................................................................................................. 5
2.1 Definisi Agama .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. 5 2.2 Konsep Budaya.................................................................. .............................................................................................................................. ............................................................ 5 2.3 Aspek Budaya dalam Asuhan Keperawatan Maternitas ............................................................... ............................................................... 8 2.4 Ragam Budaya Indonesia Terkait Maternitas ............................................................... ............................................................................. .............. 18 2.5 Peran Agama dalam Keperawatan Keperawatan Maternitas ............................................................. ........................................................................... .............. 22 2.6 Kaidah dan Etika Agama yang Berhubungan dengan Kesehatan dan Keperawatan Keperawatan .................. 31 .................................................................................................................................. 35 BAB III PENUTUP. .................................................................................................................................. 3.1 Kesimpulan ................................................................................... .................................................................................................................................. ............................................... 35 3.2 Saran .................................................................................................................. ........................................................................................................................................... ......................... 35 DAFTAR PUATAKA
3
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Aspek budaya (adat istiadat) dan agama serta kondisi lingkungan (kondisi geografis)
berpengaruh terhadap kesehatan reproduksi. Situasi budaya dalam hal i ni adat istiadat saat ini memang tidak kondusif untuk help seeking behavior dalam masalah kesehatan reproduksi di Indonesia (Muhammad, 1996) hal ini dikemukakan berdasarkan realita, bahwa masyarakat Indonesia pada umumnya sudah terbiasa menganggap bahwa kehamilan merupakan suatu hal yang wajar dan tidak memerlukan antenatal care. Hal ini tentu berkaitan pula tentang pengetahuan
dan
pemahaman
masyarakat
tentang
pentingnya
antenatal
care
dan
pemeliharaan kesehatan reproduksi lainnya. Tingginya angka kematian bayi dan ibu bersalin serta faktor baik dari segi kesehatan/medis maupun diluar kesehatan mendorong penulis untuk membuat makalah tentang Pengaruh Budaya dan Agama dalam Praktik Kesehatan Maternal di Indonesia. 1.2 Rumusan Masalah 1) Apa definisi agama?
2) Bagaimana konsep budaya? 3) Apa saja aspek budaya dalam asuhan keperawatan maternitas? 4) Apa saja ragam budaya Indonesia terkait maternitas? 5) Apa peran agama dalam keperawatan maternitas?
6) Apa saja kaidah dan etika agama yang berhubungan dengan kesehatan dan keperawatan? 1.3 Tujuan 1) Untuk mengetahui definisi agama
2) Untuk mengetahui konsep budaya 3) Untuk mengetahui apa saja aspek budaya dalam asuhan keperawatan maternitas 4) Untuk mengetahui ragam budaya Indonesia terkait maternitas 5) Untuk mengetahui peran agama dalam keperawatan maternitas? 6) Untuk mengetahui kaidah dan etika agama yang berhubungan dengan kesehatan dan keperawatan 7)
4
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Definisi Agama Kata "agama" berasal dari bahasa Sanskerta, āgama yang berarti "tradisi" atau "A"
berarti tidak; "GAMA" berarti kacau. Sehingga agama berarti tidak kacau. Dapat juga diartikan suatu peraturan yang bertujuan untuk mencapai kehidupan manusia ke arah dan tujuan tertentu. Sedangkan kata lain untuk menyatakan konsep ini adalah religi yang berasal dari bahasa Latin religio dan berakar pada kata kerja re-ligare yang berarti "mengikat kembali". Maksudnya dengan bereligi, seseorang mengikat dirinya kepada Tuhan. Menurut Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Indonesia, Agama adalah sistem yang mengatur tata keimanan (kepercayaan) dan peribadatan kepada Tuhan Yang Mahakuasa serta tata kaidah yang berhubungan dengan pergaulan manusia dan manusia serta lingkungannya. Agama ialah percaya adanya tuhan Yang Maha Esa dan hukum-hukum-Nya. Hukumhukum tuhan tersebut diwahyukan kepada manusia melalui utusan-utusan-Nya; utusan-utusan itu adalah orang-orang yang dipilih secara khusus oleh tuhan sebagai pembawa agama. Agama dan semua peraturan serta hukum-hukum keagamaan diturunkan tuhan kepada manusia untuk kebahagiaan hidup manusia di dunia dan akhirat. Jadi, secara umum, agama adalah upaya manusia untuk mengenal dan menyembah Ilahi yang dipercayai dapat memberi keselamatan serta kesejahteraan hidup dan kehidupan kepada manusia; upaya tersebut dilakukan dengan berbagai ritus secara pribadi dan bersama yang ditujukan kepada Ilahi.
2.2 Konsep Budaya 1. Definisi Budaya dan Kebudayaan
Menurut Koentjaraningrat (2000: 181) kebudayaan dengan kata dasar budaya berasal dari bahasa sansakerta ”buddhayah”, yaitu bentuk jamak dari buddhi yang berarti “budi” atau “akal”. Jadi Koentjaraningrat mendefinisikan budaya sebagai “daya budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa, sedangkan kebudayaan adalah hasil dari cipta, karsa, dan rasa itu. Hawkins (2012) mengatakan bahwa budaya adalah suatu kompleks yang meliputi pengetahuan, keyakinan, seni, moral, adat-istiadat serta kemampuan dan kebiasaan lain yang dimiliki manusia sebagai bagian masyarakat.
5
Taylor dalam Liliweri (2002: 62) mendefinisikan kebudayaan tersusun oleh kategori-kategori kesamaan gejala umum yang disebut adat istiadat yang mencakup teknologi, pengetahuan, kepercayaan, kesenian, moral, hukum, estetika, rekreasional dan kemampuan-kemampuan serta kebiasaan-kebiasaan yang didapatkan manusia sebagai anggota masyarakat. Dengan kata lain, kebudayaan mencakup semua yang didapatkan atau dipelajari oleh manusia sebagai a nggota masyarakat.
2. Wujud kebudayaan a. Gagasan (Wujud ideal) Wujud ideal kebudayaan adalah kebudayaan yang berbentuk kumpulan ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma, peraturan, dan sebagainya yang sifatnya abstrak tidak dapat diraba atau disentuh. Wujud kebudayaan ini terletak dalam kepala-kepala atau dialam pemikiran warga masyarakat. Jika masyarakat tersebut menyatakan gagasan mereka itu dalam bentuk tulisan, maka lokasi dari kebudayaan ideal itu berada dalam karangan dan buku-buku hasil karya para penulis warga masyarakat tersebut. b. Aktivitas (tindakan) Aktivitas adalah wujud kebudayaan sebagai suatu tindakan berpola dari manusia dalam masyarakat itu. Wujud ini sering pula disebut dengan sistem sosial. Sistem sosial ini terdiri dari aktivitas-aktivitas manusia yang saling berinteraksi, mengadakan kontak, serta bergaul dengan manusia lainnya menurut pola-pola p ola-pola tertentu yang berdasarkan adat tata kelakuan. c. Artefak (karya) Artefak adalah wujud kebudayaan fisik yang berupa hasil dari aktivitas, perbuatan, dan karya semua manusia dalam masyarakat berupa benda-benda b enda-benda atau hal-hal yang dapat diraba, dilihat, dan didokumentasikan. Sifatnya paling konkret di antara ketiga wujud kebudayaan. Dalam kenyataan kehidupan bermasyarakat, antara wujud kebudayaan yang satu tidak bisa dipisahkan dari wujud kebudayaan yang lain. Sebagai contoh: wujud kebudayaan ideal mengatur dan memberi arah kepada tindakan (aktivitas) dan karya (artefak) manusia.
3. Nilai Budaya Nilai merupakan unsur penting dalam kebudayaan, kebudayaan, nilai membimbing manusia untuk menentukan sesuatu itu boleh dilakukan atau tidak, nilai bersifat abstrak dan 6
nilai membentuk sikap kita tentang sesuatu apakah itu bermoral dan tidak bermoral, baik atau buruk, benar atau salah, dan indah atau buruk. 4. Norma Budaya Nilai dapat dibedakan dari norma, nilai hanya meliputi mel iputi penilaian tentang baik buruknya objek, peristiwa, tindakan atau at au kondisi, sedangkan norma lebih merupakan standart prilaku. Norma merupakan nilai-nilai budaya yang merupakan standar kelompok, dasar dari kehidupan sebuah kelompok, jika nilai memperkenalkan kita bagaimana berperilaku sepantasnya maka norma secara khusus menggariskan kontrol terhadap perilaku. Sebuah norma adalah aturan yang mengatur tentang hukuman atau ganjaran dalam berbagai bentuk sesuai dengan variasi posisi sosial orang dalam relasi antar manusia. Semua tindakan manusia memiliki akibat tertentu dan norma secara khusus memberi akibat sosial bagi seseorang yang melangar aturan tersebut, Bentuk bentuk norma antara lain: a. Cara Merujuk pada suatu bentuk perbuatan, norma ini memeiliki kekuatan yang lemah, merupakan perbuatan yang diulang-ulang. Contohnya: Menghirup kopi panas dengan bunyi, jika dilakukan tidak ada saksi apa-apa. b. Kebiasaan Menurut Sumnner kebiasaan sebagai aturan adat istadat yang dapat dilihat dalam belbagai situasi, namun tidak cukup kuat mengatur kelompok. Misalnya: Bercakap-cakap sebelum rapat, hal ini juga tidak melangar apa-apa c. Tata Kelakuan Tata kelakuan berisi perintah dan larangan sehingga anggota masyarakat menyesuaikan perbuatannya dengan tata kelakuan tersebut. Contohnya: Perihal antara hubungan pria dan wanita d. Adat Istiadat Anggota masyarakat yang melangar adat istiadat akan menerima saksi yang keras. Contohnya : Perkawinan antar strata di Sumba dan Bali, akan mendapat sanksi yang keras misalnya dikeluarkan dari strata tersebut. Nilai dan norma diperlukan sebagai kontrol prilaku kehidupan manusia sehari-hari.
7
2.3 Aspek Budaya dalam Asuhan Keperawatan Maternitas Maternitas
A. Pengaruh Kultural dan Budaya dalam Keperawatan
Pengaruh kultur dan budaya dalam keperawatan, berkaitan erat dengan 2 permasalahan, yaitu:
1. Permasalah gender, di Indonesia laki-laki lebih dominan dalam mengambil keputusan, sehingga laki-laki nampak sebagai superior didalam keluarga. Sehingga bila suami sakit atau meninggal biasanya seorang istri sulit untuk mengambil keputusan.
2. permasalah bahasa dan komunikasi, bahasa dan komunikasi dapat mempengaruhi asimilasi positif maupun negative. Asimilasi bersifat positif, penyesuaian diri terhadap lingkungan baik fisik, social, psikis maupun keluarga sehingga dapat berasimilasi terhada diri sendiri maupun orang lain yang bersifat menyenangkan. Contoh: orang jawa lebih mdah bergaul, pernikahan, mendapatkan putra baru, dan lain-lain Asimilasi bersifat negative, penyesuaian diri yang tidak menyenangkan. Contoh: perpindahan penduduk, perpindahan kos, tempat kerja baru, dan lain-lajn, aktivitas social (hubungan interpersonal yang sering), kontak mata ketika berbicara dan perawat sering berbicara kasar. Orientasi terhadap ruang dan waktu, Ruang personal, area sekitar seseorang yang dianggap sebagai bagian dari orang tersebut. Berkaiatan dengan makan dan nutrisi meliputi: makan pantangan pada ibu hamil dan dan mempengaruhi kesehatan.
B. Aspek Budaya Dalam Asuhan Keperawatan Maternitas
Asuhan keperawatan maternitas sebagai wujud pelaksanaan asuhan keperawatan profesional yang holistik juga tidak terlepas dari aspek budaya dalam penerapannya. Latar belakang budaya sangat mempengaruhi sikap, nilai dan perilaku hidup sehat tiap individu. Kenyataan bahwa masyarakat Indonesia bersifat Plural (majemuk) di tambah sekarang memasuki era globalisasi dimana pasien tidak hanya bangsa Indonesia saja, melainkan juga orang-orang asing yang tentunya mempunyai latar belakang budaya yang sangat jauh berbeda dengan kebudayaan Indonesia. Kenyataan ini merupakan tantangan yang harus kita hadapi. Aspek budaya yang berpengaruh terhadap keperawatan maternitas yang terjadi pada budaya di Kalimantan Selatan seperti: 8
Sebelum usia kehamilan 28 minggu ibu hamil tidak diperbolehkan untuk menyiapkan perlengkapan bayinya dengan alasan persiapan sebelum waktu mandi-mandi dapat menyebabkan kematian bayi yang dikandung ibu. Kerugiannya bila bayi yang dilahirkan prematur (28 minggu kehamilan), maka tidak ada persiapan yang matang untuk memenuhi perlengkapan
bayi.
Oleh
sebab
perawat
keperawatan
maternitas
harus
mampu
mengidentifikasi budaya daerah masing-masing.
Usia kehamilan 28 minggu ibu hamil dianjurkan melakukan mandi-mandi/siraman dengan menggunakan air bunga dan mayang kelapa yang ditepuk-tepukkan ke seluruh badan ibu yang hamil dengan alasan agar bayi yang dilahirkan selamat dan terhindar dari gangguan roh gaib. Dan selama masa kehamilan ibu hamil maupun keluarganya tidak diperbolehkan untuk memakan ikan yang disembelih dan tidak boleh melihat hal-hal yang aneh/mengejek oranglain karena diyakinkan dapat memberikan dampak yang kurang baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin dan mereka berkeyakinan bayi yang akan dilahirkan akan menjadi cacat atau seperti binatang yang dilukai.
Bagi Ibu yang hamil dan bapak bayi b ayi tidak diperbolehkan mandi dengan menggunakan sarung atau kain panjang yang dililitkan ke le hernya, dengan alasan dapat membuat lilitan tali tal i pusat pada bayi sehingga mempersulit kelahiran. Perawat harus mengkaji budaya yang ada di masyarakatnya untuk memudahkan dalam menentukan penegakan diagnosa keperawatan maternitas. Pengkajian budaya dalam pemberian asuhan keperawatan maternitas akan sangat bermanfaat untuk menjaga mutu pelayanan kesehatan. Manfaat yang akan diperoleh seperti: 1. Dapat meningkatkan efektifitas pelayanan kesehatan, sehingga dapat mengatasi masalah kesehatan dengan tepat sesuai dengan kemajuan ilmu dan teknologi dan ataupun standar yang telah ditetapkan.
2. Dapat meningkatkan efisiensi pelayanan kesehatan, erat hubungannya dengan dapat dicegahnya pelayanan kesehatan yang di bawah standar dan ataupun berlebihan akibat efek samping atau komplikasi dari pelayanan kesehatan yang dibawah standar.
9
3. Dapat meningkatkan penerimaan masyarakat terhadap pelayanan kesehatan, erat hubungannya dengan kesesuaian pelayanan kesehatan dengan kebutuhan dan tuntutan pemakai jasa pelayanan.
4. Dapat melindungi penyelenggara pelayanan kesehatan dan kemungkinan timbulnya gugatan hukuman.
C. Pemeriksaan ibu hamil a. Anamnesa 1. Anamnesa tentang identitas: nama diri sendiri, suami, alamat,pekerjaan dan sebagainya. 2. Anamnesa obstetri: kehamilan ke berapa; apakah persalinan lahirspontan aterm, hidup atau dengan tindakan, usia anak terkecil;untuk primigravida lama kawin dan usia; tanggal haid terakhir. 3. Anamnesis tentang keluhan utama. b. Pemerikaan fisik 1. Pemeriksaan fisik umum a) Keadaan umum: kompos mentis, tampak sakit. b) Pemeriksaan tekanan darah, nadi, pernapasan dan suhu,berat badan. 2. Pemeriksaan khusus obstetri a) Inspeksi (tinggi fundus uteri, keadaan dinding abdomen, gerak janin yang tampak). b) Palpasi (menurut Kneble, Leopold, Buddin, Ahfeld). Teknik pemeriksaan leopold: 1) Leopold I
Kedua telapak tangan pada fundus uteri untukmenentukan tinggi fundus uteri, sehingga perkiraanusia kehamilan dapat disesuaikan dengan tanggal haid terakhir.
Bagian apa yang terletak di fundus uteri. Pada letak
membujur
sungsang, kepala bulat terasa keras dan melenting pada goyangan, pada letak kepala akan teraba bokong pada fundus: tidak keras tak melentingdan tidak bulat, pada letak lintang, fundus uteri tidakdiisi oleh bagian-bagian janin. 2) Leopold II 10
Kemudian kedua tangan diturunkan menelusuri tepi
uterus
untuk
menentukan bagian apa yang terletak dibagian samping.
Letak membujur dapat ditetapkan punggung anak, yang
teraba
rata
dengan tulang iga seperti papan cuci.
Pada letak lintang dapat ditetapkan dimana kepala janin.
3) Lepold III
Menentukan bagian apa yang terdapat diatas simpisis pubis.
Kepala akan teraba bulat dan keras sedangkan bokong
teraba
tidak
keras dan tidak bulat. Pada letak lintang simpisis pubis akan kosong. 4) Lepold IV
Pada pemeriksaan leopold IV, pemeriksa menghadap kearah kaki ibu untuk menetapkan bagian terendah janin yang masuk ke pintu atas panggul.
Bila bagian terendah
masuk PAP telah melampaui
lingkaran
terbesarnya, maka tangan yang melakukan pemeriksaan divergen, sedangkan bila lingkaran terbesarnya belum masuk PAP maka tanganpemeriksa konvergen. c) Perkusi (meteorisme, tanda cairan bebas). d) Auskultasi (bising usus, denyut jantung janin, gerak janinintrauterin, hal lain yang terdengar). e) Pemeriksaan dalam (pembukaan, perlunakan serviks,
ketuban,
penurunan
bagian terendah, penempatan kombinasi, tumor yang menyerupai bagian terendah, pelvimetri panggul). Indikasi pemeriksaan dalam:
Indikasi sosial untuk menentukan keadaan kehamilan atau
persalinan,
sebelum ditinggalkan oleh penolong.
f)
Jika ada pemeriksaan luar, kedudukan janin tidak dapat ditentukan.
Jika ada sangkaan kesempitan panggul dan CPD.
Jika karena sesuatu, persalinan tidak maju-maju.
Jika akan diambil tindakan obstetriboperatif.
Menentukan nilai skor pelvis.
Pemeriksaan tambahan (pemeriksaan laboratorium,
ultrasonografi,
tes
pemeriksaan air ketuban, tes pemeriksaan bakteriologis).
11
c. Jadwal pemeriksaan kehamilan 1. Trimester I dan II a. Setiap bulan sekali. b. Diambil data tentang laboratorium. c. Pemeriksaan ultrasonografi. d. Nasehat tentang diet 4 sehat 5 sempurna, tambahkan protein 0,5gram/kg 0,5gram/kg BB (1 telur/ hari) e. Observasi adanya penyakit yang mempengaruhi kehamilan,komplikasi kehamilan dan imunisasi tetanus 1. 2. Trimester III a. Setiap 2 minggu sekali sampai ada tanda kehamilan. b. Evaluasi data laboratorium untuk melihat hasil pengobatan. c. Diet 4 sehat 5 sempurna. d. Pemeriksaan ultrasonografi. e. Imunisasi tetanus 2. f. Observasi adanya penyakit yang menyertai kehamilan, komplikasihamil trimester ke-3. g. Rencana pengobatan. h. Nasihat tentang tanda inpartu, kemana harus datang untuk melahirkan.
D. Asuhan Keperawatan 1. Pengkajian a. Identitas Pasien Identitas berupa nama, umur, pendidikan, pekerjaan, agama,suku/bangsa, alamat dan status. b. Keluhan Utama : Klien mengatakan mual-mual dan muntah c. Riwayat Menstruasi : meliputi menarche usia, siklus, lamanya,banyaknya, HPHT, perkiraan persalinan, Flour Albus. d. Riwayat obstetri yang lalu : meliputi kehamilan keberapa, umurkehamilan, penyulit kehamilan, jenis persalinan, penolong, penolong, jeniskelamin anak dan masa nifas. e. Riwayat kontrasepsi : Meliputi jenis kontrasepsi yang digunakan, lamanya pemakaian dankeluhan yang dirasakan selama memakai alat kontrasepsi. f. Riwayat Penyakit Keluarga : Faktor-faktor situasi, seperti pekerjaan wanita dan pasangannya,pendidikan,
status perkawinan, latar
belakang
budaya
dan 12
etnik, serta
status
sosioekonomi,
ditetapkan
dalam
riwayat social.Riwayat
keluarga memberikan informasi tentang dekat pasien,termasuk orang tua, saudara kandung dan anak-anak. Hal ini membantu mengidentifikasi gangguan genetik atau familial dankondisi-kondisii yang dapat mempengaruhi status kesehatan wanitaatau janin. 2. Riwayat pemeriksaan ANC Data yang diikumpulkan tanggal pemeriksaan, TFU, letak anak,DJJ, oedema, reflex tungkai, TD, BB, keluhan UK (minggu) dan terapiyang didapat. 3. Kebutuhan Dasar Manusia a. Nutrisi
Frekuensi makan : 3 x sehari
Jenis makanan : nasi, lauk-pauk, sayur, dan buah-buahan.
Minum : 6-7 kali sehari
Nafsu makan : tidak nafsu, alasan : karena mual dan muntah.
b. Eliminasi BAK
Frekwensi : 6-7 kali sehari
Warna : kekuningan
Bau : tercium bau aseton
Keluhan : urin sedikit
c. BAB
Frekwensi : 3 kali seminggu
Warna : coklat
Bau : khas
Konsistensi : padat
Keluhan : sulit saat BAB
d. Istirahat Dan Tidur
Tidur siang :1-2 jam
Tidur malam : 7-8 jam
e. Personal Hygiene
Mandi 2 kali sehari.
Keramas 3 kali seminggu.
Sikat gigi 2 kali sehari tiap selesai mandi. 13
Mengganti pakaian 2 kali sehari tiap selesai mandi.
Mengganti pakaian dalam tiap kali lembab.
4. Pemeriksaan Fisik a. Keadaan Umum
Kepala
Mata
Leher
Kardiovaskuler
Pencernaan/abdomen
Ekstremitas
Sistem persyarafan
Genito urinaria
Pemeriksaan janin
Tinggi badan
Berat badan sebelum hamil
Berat badan sekarang
Tanda-tanda vital
b. Pemeriksaan penunjang
Hasil
pemeriksaan
laboratorium
selama
hamil
khususnyahematokrik
(menggambarkan anemia).
Waktu masuk ruang bersalin ulangi lagi pemeriksaan Ht,Urinalis untuk protein, glukosa dan keton. Contoh darah dar ah perludiambil untuk crossmatching untuk persiapan bila adatransfusi.
c. Pengkajian khusus fetal
DJJ, air ketuban dan penyusupan kepala janin.
DJJ : hasil periksa setiap 30 menit atau lebih sering jika adatanda-tanda gawat janin.
Warna dan adanya air ketuban : penilaian air ketuban setiapkali melakukan pemeriksaan dalam, dan nilai warna airketuban jika selaput ketuban pecah.
Molase atau Penyusupan tulang kepala janin. Penyusupanadalah indicator penting tentang seberapa jauh kepala bayidapat menyesuaikan diri terhadap bagian keras (tulang) panggul ibu.
5. Diagnosa 14
a. Ansietas b/d lingkungan yang tidak familier, nyeri, atau kurangpengetahuan tentang proses persalinan. b. Nyeri akut b/d agen cedera c. Konstipasi berhubungan dengan kehamilan d. Keletihan berhubungan dengan kehamilan 6. Perencanaan a. Ansietas berhubungan dengan perubahan dalam : status kesehatan
Goal: klien akan menurunkan tingkat kecemasan selama dalamperawatan.
Objective: klien dapat beradaptasi dengan status kesehatannya.
Outcomes: Dalam waktu 1 x 24 jam perawatan klien akan :
Tidak gelisah
Tidak mengekspresikan kekhawatiran karena perubahan dalam peristiwa hidup.
Ada kontak mata
Tidak ketakuatan
Wajah tidak tegang, tangan tidak tremor
Tidak ada peningkatan ketegangan
Tidak ada peningkatan keringat
Tekanan darah nadi dan frekuensi pernapasan dalam batas normal (TD: systole 100-130 mmHg, diastole 60-90 mmHg, Nadi : 60-100 X/menit, RR: 12-24 X/ menit)
Berkonsentrasi
Tidak ada blocking pikiran.
Intervensi dan rasional
Ajarkan kepada pasien teknik relaksasi untuk dilakukan sekurangkurangnya setiap 4 jam ketika terjaga. R/: Untuk memperbaiki keseimbangan fisik dan psikologi
Kurangi stressor (termasuk membatasi akses individu pada pasien jika sesuai) dan usahakan menuntut pasien R/: Seminimal mungkin jika memungkinkan untuk menciptakan iklim tenang dan teraupetik.
Berikan kesempatan kepada pasien untuk mendiskusikan
perasaanya
dengan orang lain yang memiliki masalah kesehatanyang sama
15
R/: Untuk menghilangkan keraguan dan meningkatkan dukungan
Secara seksama perhatiakan kebutuhan fisik pasien. Berikan
makanan
bergizi dan tingkatkan kualitas tidur disertai langkah-langkah yang memberikan rasa nyaman. R/: Untuk menciptakan kesejahteraan dan meyakinkan me yakinkan pasien bahwa kebutuhannya akan terpenuhi.
Pantau respon verbal dan dan non verbal yang yang menunjukan kecemasan kecemasan klien. R/: Klien mungkin tidak menunjukan keluhan secara langsung tetapi kecemasan dapat dinilai dari perilaku verbal dan non verbal yang dapat menunjukan adanya kegelisahan, kemarahan, penolakan dansebagainya.
Kolaborasi pemberian obat sesuai yang diresepkan. R/: Untuk membantu pasien rileks selama periode ansietas berat.
b. Nyeri akut berhubungan dengan dengan agen cedera (biologis) : kontraksi uterus
Goal: Klien akan terbebas dari nyeri akut.
Objective: Klien akan terhindar dari agen cedera biologis selama dalamperawatan
Outcomes: Dalam 1x24 jam perawatan, klien :
Melaporkan nyeri berkurang secara verbal
Tidak tampak meringis dan diaforesis
Tekanan darah, nadi dan pernapasan dalam batas normal (TD:systole 100-130 mmHg, diastole 60-90 mmHg, Nadi : 60- 100 X/menit,RR: 1224 X/ menit).
Intervensi dan rasional:
Kaji jenis dan tingkat nyeri pasien. R/: Untuk mengetahui jenis dan tingkatan nyeri klien akut atau kronis.Untuk menghindari interpretasi subjektif.
Bantu pasien untuk mendapatkan posisi yang nyaman dan gunakanbantal untuk membebat atau menyokong daerah yang sakit bil a diperlukan. R/: Untuk menurunkan ketegangan atau spasme otot dan untuk mendistribusikan kembali tekanan pada bagian tubuh.
Rencanakan aktivitas distraksi. R/: Membantu klien memfokuskan pada masalah yang tidakberhubungan dengan nyeri.
16
Pada saat tingkat nyeri klien tidak terlalu kentara, implementasikan teknik mengendalikan nyeri alternatif. R/: Teknik nonfarmakologis pengurangan nyeri akan efektif
bila
nyeri pasien berada pada tingkat yang dapat ditoleransi.
Berikan obat yang dianjurkan untuk mengurangi nyeri, bergantung pada gambaran nyeri pasien. R/ : Untuk menentukan keefektifan obat.
c. Keletihan berhubungan dengan kehamilan
Goal : klien mengalami keletihan selama perawatan
Objective : klien dapat beradaptasi dengan kehamilannya
Outcomes : dalam 1x24 jam perawatan, klien :
Tidak terjadi peningkatan keluhan fisik
Tidak terjadi kekurangan energi, letargi, letih. Lesu danlelah
Mampu memulihkan energy setelah tidurd) Mampu melakukan aktifitas fisik pada tingkat yangbiasa
Intervensi dan Rasional
Anjurkan pasien untuk makan makanan yang kaya zat besi danmineral, jika tidak dikontraindikasikan. R/: tindakan tersebut
dapat membantu menghindari anemia dan
demineralisasi.
Anjurkan pasien untuk tunda makan bila pasien mengalami keletihan. R/: agar kondisi pasien tidak memburuk
Anjurkan pasien untuk menyelingi aktivitas dengan periode istirahat. R/:
penjadwalan periode
istirahat
yang teratur dapat
membantu
menurunkan keletihan dan meningkatkan stamina.
Tetapkan pola tidur yang teratur. R/: tidur di malam hari 8 sam pai 10 jam dapat membantu mengurangi keletihan.
Hindari situasi yang penuh emosional. R/: situasi yang emosional dapat memperburuk keletihan pasien.
d. Konstipasi berhubungan dengan kehamilan
Goal : Klien tidak mengalami kopnstipasi
Outcome :
17
Klien dapat defekasi secara spontan dan lancar tanpa menggunakanobat
Konsistensifses lunak
Tidak teraba masa pada kolon ( scibala )
Bising usus normal ( 15-30 kali permenit )
Intervensi dan rasional
Berikan penjelasan pada klien dan keluarga tentang penyebab konstipasi. R/: Klien dan keluarga akan mengerti tentang penyebab obstipasi
Auskultasi bising usus. R/:Bising usu menandakan sifat aktivitas peristaltik.
Anjurkan pada klien untuk makan maknanan yang mengandung serat. R/ : Diet seimbang tinggi kandungan serat merangsang peristaltik daneliminasi reguler
Berikan intake cairan yang cukup (2 liter perhari) jika tidak ada kontraindikasi. R/ : Masukan cairan adekuat membantu mempertahankan konsistensi feses yang sesuai pada usus dan membantu eliminasi re gulere.
Lakukan mobilisasi sesuai dengan keadaan klien. R/:
Aktivitas
fisik
reguler
membantu
eliminasi
dengan
memperbaikitonus oto abdomen dan merangsang nafsu makan dan peristaltik
Kolaborasi dengan tim
dokter
dalam
pemberian pelunak feses
(laxatif,suppositoria, enema). R/: Pelunak feses meningkatkan efisiensi pembasahan air usus, yang melunakkan massa feses dan membantu eliminasi.
2.4 Ragam Budaya Indonesia Terkait Maternitas 1. Budaya Jawa
Pantangan Ibu hamil dan nifas Di pedesaan masyarakat jawa, ibu nifas tidak boleh makan yang amis-amis, misalnya: ikan, karena menurut kepercayaan akan membuat jahitan perineum sulit sembuh dan darah nifas
tidak
berhenti.
menurut
ilmu gizi
hal tersebut
18
tidak dibenarkan karena justru ikan
harus dikonsumsi karena mengandung mengandung protein protein
sehingga mempercepat pemulihan ibu nifas. Ada juga kebudayaan yang menganjurkan ibu menyusui untuk makan jagung goreng (di Jawa disebut marning ) untuk melancarkan air susu. Hal ini tidak bertentangan dengan kesehatan. bila ibu makan jagung jagung goreng maka maka dia akan mudah haus. Karena haus dia dia akan minum banyak. banyak minum inilah yang dapat melancarkan air susu. a.
Jawa Tengah
Pantangan Ibu hamil Di telur
Jawa
karena
Tengah,
akan
ada
kepercayaan
mempersulit
persalinan
bahwa dan
ibu
pantang
hamil
pantang
makan
makan daging karena akan
menyebabkan pendarahan yang banyak. Hal ini sebenarnya tidak perlu dilakukan karena berbahaya bagi kesehatan ibu dan dapat mengakibatkan ibu kekurangan asupan gizi akan protein. b.
Jawa Barat
Pantangan Ibu Hamil Di salah satu daerah di Jawa Barat, ibu ibu yang kehamilannya memasuki
6 -2
bulan sengaja harus mengurangi makannya agar bayi yang dikandun dikandun gnya kecil dan mudah dilahirkan. Pantangan lainnya : a) Tidak boleh keluar rumah sembarangan, terutama sore hari b) Banyak memakan sayuran,
dianggap baik, sedangkan ikan, daging, dan buah-
buahan dianggap tidak baik untuk bayi. c) Tidak boleh melilitkan anduk: kain di leher ibu hamil, agar bayi tidak terlilit tali pusat. d) Tidak boleh minum air terlalu banyak karena bila melahirkan nantinyaakan terlalu banyak air atau anak kembar e) Pantang makan gula merah : tebu serta nanas karena dapat membuat perut ibu hamil sakit. f) Dianjurkan minum air kelapa muda. g) Dianjurkan untuk minum minyak kelapa seiring se iring dengan semakin besarnya usia kehamilan, terutama usia 2 bulan. 19
h) Dilarang menucapkan beberapa kata-kata pantangan.
c.
Subang
Di daerah Subang, ibu hamil pantang makan dengan menggunakan piring yang besar karena khawatir bayinya bayinya akan besar sehingga sehingga akan mempersulit persalinan. Dan memang, selain ibunya kurang gizi, berat badan bayi yang dilahirkan juga rendah. Tentunya hal ini sangat mempengaruhi daya tahan dan kesehatan si bayi. 2. Budaya Sumatra Pantangan Ibu Nifas Di daerah Langkat, Sumatera Utara ada kebudayaan yang melarang ibu nifas untuk melakukan mobilisasi selama satu minggu sejak persalinan. Ibu nifas harus bedrest total selama seminggu karena dianggap dianggap masih lemah dan belum mampu beraktifitas sehunggan harus istirahat di tempat tidur. Mereka juga menganggap bahwa dengan ilmu pengetahuan saat ini bahwa dengan beraktivitas maka proses penyembuhan setelah persalinan akan terhambat.
Hal
ini
bertentangan
dengan
ilmu pengetahuan
saat ini
bahwa ibu
nifas harus melakukan mobilisasi mobilisasi dini agar cepat pulih kondisinya. kondisinya. Dengan Dengan mengetahui mengetahui kebudayaan didaerah
tersebut, petugas kesehatan dapat masuk perlahan-lahan untuk
memberi pengertian yang benar kepada masyarakat. 3.
Timur Tengah Selatan ( TTS )
Masyarakat
Timur
kebutuhan yang tentang
sangat dasar, yaitu makan dan minum. Sebagian lagi sudah berpikir
bagaimana
rumah yang
Tengah Selatan (TTS ) masih berkutat pada pemenuhan
melindungi
tubuh
dari
panas panas dan
hujan,serta
memiliki
layak huni. Pendidikan bukan menjadi prioritas utama bagi masyarakat
terutama kaum perempuan 4.
Budaya Melahirkan di Rumah Bulat
Dinding Rumah Bulat (umek bubu) melingkar dengan garis tengah antara tiga sampai
lima
meter.
dari rumput alang-alang. Dindingnya
terbuat
Atapnya
berbentuk
Ujung alang-alangnya dari
potongan
-
seperti hampir
potongan
kepala
jamur
merang
menyentuh permukaan kayu
dan
bambu.
terbuat tanah.
Pintunya
20
setengah
lonjong
dengan
ketinggian
kurang
satu
meter.
Untuk
masuk, orang
dewasa harus membungkukkan badan terlebih dahulu. Rumah bulat menjadi ciri khas adat dan budaya orang
Timor yang
masih
dipertahankan sampai saat ini, padahal sebetulnya ia juga sumber persoalan. Sulit menemukan rumah bulat berjendela. Lubang Lubang angin pun tidak menjadi menjadi pertimbangan dalam membangun rumah bulat. Udara dan sinar matahari hanya bisa menerobos dari lubanglubang kecil pada dinding-dinding bambu. Kebiasaan Kebiasaan masyarakat yang yang mengharuskan perempuan melahirkan di dalam rumah bulat yang penuh debu dari tungku dan asap akan menyebabkan bayi dan ibunya mudah terkena ISPA ( Infeksi Saluran Pernapasan Atas ). 5. Setelah Melahirkan Dipanggang dengan Bara Api dibawahnya Proses panggang di rumah bulat juga dipercaya masyarakat menjadi penangkal
dari
sakit berat terlebih wanita sehabis melahirkan. Ada pula ketakutan dari para orang tua, jika proses ini tak dilakukan , kondisi badan anak akan lembek dan tak kuat, bahkan akan menimbulkan kegilaan pada pada si ibu. Namun pada kenyataannya hal ini berakibat berakibat buruk. Bukan
hanya
kemungkinan akan
terbakarnya
tubuh
ibu
maupun
bayi,
namun
berpengaruh terhadap kesembuhan luka-luka pada tubuh ibu setelah melahirkan. 6. Tubuh Ibu dikompres dengar tubuh air panas Setelah seorang ibu melahirkan, ia kemudian dikompres menggunakan air mendidih atau air panas.
Dikompres
pula
dengan
cara menekan-nekan perut
dan bagian luka
yang ada setelah melahirkan. Seperti halnya dipanggang, hal ini bisa menimbulkan infeksi pada organ tubuh yang luka, terlebih organ yang sangat sensitif, daerah kemaluan sang ibu. Kesembuhan luka-lukanya menjadi butuh waktu yang relatif lama. Ini merupakan salah satu kekerasan fisik terhadap kaum ibu.
7. Tidak memberikan Asi pertama pada bayi Kolostrum adalah Asi berwarna kekuningan yang dihasilkan tiga hari pertama set elah
melahirkan,
sebaliknya
diberikan
sedini
mungkin
setelah
bayi lahir. Karena
warnanya yang kekuningan membuat masyarakat TTS terutama kaum ibu menyimpulkan bahwa ASI pertama, kolostrum
tersebut
merupakan AsI yang kotor atau mengandung
21
banyak kuman, sehingga ASI tersebut dibuang dan tidak diberikan kepada bayi yang baru lahir. Padahal manfaat kolostrum sangat besar antara lain: 1) Kolostrum berkhasiat khusus untuk bayi dan komposisinya mirip dengan nutrisi yang diterima bayi selama di dalam rahim. 2) Kolostrum
bermanfaat untuk
mengenyangkan bayi
pada hari-hari pertama
hidupnya 3) Seperti imunisasi, kolostrum memberi antibodi kepada bayi, perlindungan terhadap penyakit yang sudah pernah dialami sang ibu sebelumnya 4) Kolostrum juga mengandung sedikit efek pencahar untuk menyiapkan dan membersihkan sistem pencernaan bayi dari mekonium. 5) Kolostrum juga mengurangi konsentrasi bilirubin , yang
menyebabkan bayi
kuning, sehingga bayi lebih terhindar dari jaundis. 6) Kolostrum juga membantu membantu pembentukan bakteri bakteri yang bagus untuk untuk pencernaan Kolostrum adalah konsentrasi tinggi karbohidrat, protein, dan zat kebal tubuh. Eat kebal yang ada antara antara lain adalah, igA dan sel darah putih. Kolostrum amat rendah rendah lemak, karena bayi baru lahir memang tidak mudah mencerna mencerna lemak. Satu sendok teh kolostrum memiliki nilai gizi sesuai dengan kurang
lebih
30 cc susu
formula. Usus bayi
dapat menyerap & sendok teh kolostrum tanpa ada yang terbuang, sedangkan untuk 30 cc susu formula yang diisapnya, hanya satu sendok teh sajalah yang dapat diserap ususnya. Pada hari pertama mungkin hanya diperoleh 30 cc. Namun, dalam setiap se tiap tetesnya terdapat berjuta-juta satuan
zat antibodi. IgA adalah antibodi yang hanya terdapat dalam ASI.
Kandungan IgAdalam kolostrum pada hari pertama adalah 800 / gr 100 CC. Selanjutnya mulai berkurang menjadi 600 gr/ 100 cc pada hari kedua, 400 gr/ 100 cc pada hari ketiga, dan 200 gr/ 100 100 cc pada hari keempat. Maka dari itu, kolostrum memiliki fungsi fungsi yang sangat vital dalam 10 hari pertama kehidupan bayi.
2.5 Peran Agama dalam Keperawatan Maternitas A. Pandangan Islam tentang Kehamilan dan Persalinan
1. Kehamilan Allah SWT telah menciptakan manusia secara berpasangan. Ada laki-laki, ada juga perempuan. Dengan adanya pasangan tersebut manusia dapat berketurunan dan berkembang dari masa ke masa. Proses alami dari perkembangan manusia dalam 22
berketurunan adalah dengan cara berhubungan suami istri antara laki-laki dan perempuan dalam sebuah wadah mulia dan ikatan suci yaitu pernikahan. Dari hasil hubungan tersebut akan membuahkan janin dalam rahim sang istri. Proses kehamilan ini merupakan suatu yang alami dan paling mudah dalam melahirkan keturunan. Bahkan secara naluri semua makhluk hidup juga mengetahui hal tersebut. Allah SWT berfirman: Artinya: “Dialah “Dialah yang telah menciptakan kamu dari jiwa yang satu, lalu dijadikan darinya pasangannya, lalu melahirkan dari keduanya banyak laki-laki dan perempuan …”(QS. Ar-rum: …”(QS. Ar-rum: 30) Kelahiran anak yang melewati proses kehamilan juga faktor yang dapat meningkatkan rasa kasih sayang orang tua terutama ibu kepada anaknya. Kelahiran anak melewati proses yang panjang-lebih kurang 9 bulan. Sang ibu menunggu kelahiran buah hatinya dengan penuh harap dan bahagia. Proses keibuan pun tumbuh secara alami di samping harus aktifitas sehari-hari. Secara tak langsung memapah calon anak yang ada dalam kandungannya selama proses kehamilan berlangsung. Kasih sayang orang tua terutama ibu kepada anaknya, tonggak awal dari keharmonisan rumah tangga. Anak tumbuh sehat dan penuh perhatian dari kedua orang tuanya. Kasih sayang itulah kunci dari keharmonisan rumah tangga. Menjadikan sebuah keluarga kokoh dan bahagia. Selain itu, kasih sayang itu sendiri merupakan anugerah Sang Pencipta. Allah SWT berfirman: Artinya:” Artinya:” Di
antara
tanda-tanda
kebesaran
Allah
adalah
dijadikan
bagimu pasangan dari golongan golongan kamu sendiri, supaya kamu merasa tentram kepadanya, dan Dia menjadikan di antara kamu rasa kasih dan sayang.” sayang.” (QS. Ar Rum:……..) Kasih sayang itu pulalah yang membuat anak tidak dapat melupakan kedua orang tuanya. Bahkan ketika mereka meninggal dunia sekalipun. Sebagai rasa bakti anak kepada orang tua Islam menganjurkan mereka untuk selalu berdoa: Artinya: “ Ya Allah, ampunilah dosa ku dan dosa kedua orang tuaku, sebagaimana mereka telah mendidikku di waktu kecil.”
23
a) Memberikan Perhatian sepenuhnya saat istri hamil Seorang suami wajib memberikan perhatian yang lebih terhadap istrinya yang mulai menunjukkan kehamilannya. Ayat allah SWT: Artinya: “Dialah yang menciptakan kamu dari jiwa yang satu (Adam) dan daripadanya dia menciptakan
pasangannya,
agar
dia
merasa
senang
kepadanya.
Maka
setelah
dicampurinya, (istrinya) mengandung kandungan yang ringan, dan teruslah dia merasa ringan (beberapa waktu). Kemudian ketika dia merasa berat, keduanya (suami istri) bermohon kepada allah, tuhan mereka (seraya berkata), “Jika engkau memberi anak kami yang shaleh, tentunya kami akan selalu bersyukur.” (surah AlAl -A’raf : 189) b) Wanita Hamil Berhak Mendapat Perlindungan dari Suami Wanita berhak mendapatkan mendapatkan jaminan keselamatan dan kesehatan yang berkaitan berkaitan dengan fungsi reproduksinya. Hak ini mutlak mengingat resiko yang sangat besar bagi kaum ibu dalam menjalankan fungsi reproduksinya. Mulai dari menstruasi, berhubungan seks, mengandung, melahirkan maupun menyusui. Seorang wanita ketika sedang mengandung atau hamil, berhak mendapatkan berbagai perlindungan dari suaminya. Islam telah menempatkan laki-laki (suami) sebagai pemimpin dan pelindng dalam dalam rumah tangga: Ayat Allah SWT: Artinya: “Laki-laki “Laki-laki (suami) itu pelindung bagi perempuan (istri), karena Allah telah melebihkan sebagian mereka (laki-laki) atas sebagian yang lain (perempuan), dan karena mereka (laki-laki) telah memberikan nafkah dan hartanya. Maka perempuan yang shaleh adalah mereka yang taat (kepada Allah SWt) dan menjaga diri ketika (suaminya) tidak ada, karena allah telah menjaga (mereka) (QS:An-Nisa : 34) Sebagai pemimpin tentu saja seorang suami harus bertanggung jawab atas keselamatan istrinya. Terutama ketika wanita dalam masa kehamilan yang menyebabkan dirinya lemah dan semakin lemah secara fisik. Ayat Allah SWt:
24
Artinya: …………… Ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah-tambah, bertambah-tambah, dan menyapihnya dalam usia dua tahun……… (S.Luqman;14) Perlindungan yang diberikan suami kepada istrinya meliputi berbagai aspek. Perlindungan dari kekerasan dalam rumah tangga dengan tidak memperlakukan istri dengan cara kasar. Perlindungan dari kelaparan, perlindungan dari penyakit dan lain-lain. c) Wanita Hamil Berhak Atas Nafkah yang Memadai (Memenuhi Syarat Kesehatan dan Gizi). Masa kehamilan adalah masa dimana seorang wanita membutuhkan makanan dengan gizi yang cukup.Bahkan dianjurkan seorang ibu hamil untuk makan dua kali lebih banyak dari biasanya. Dalam hal ini Islam telah mewajibkan sang suami untuk memberikan nafkah yang layak dan memnuhi standar gizi sesuai dengan kemampuan suami itu sendiri. Ayat Allah SWT: Artinya: “ Hendaklah orang yang mempunyai keluasan memberi nafkah menurut kemampuannya, dan orang yang terbatas rezekinya, hendaklah memberi dari harta yang diberikan Allah kepadanya…………..(QS:At-Talaq: kepadanya………….. (QS:At-Talaq: 7) Bagi suami yang memiliki kemampuan secara ekonomi tidak boleh berlaku pelit atas istrinya. Allah swt telah menegaskan supaya mereka mereka memberikan nafkah sesuai dengan kemampuannya.. 2. Persalinan
Dalam rahim seorang ibu akan lahir generasi penerus yang akan menjaga kelestarian manusia dalam membangun peradaban. Mengingat persalinan dan masa nifas sangatlah penting, maka ketersediaan layanan berkualitas dan terjangkau bagi seluruh lapisan masyarakat merupakan kebutuhan mendasar yang harus dipenuhi. Pelayanan dasar dan lanjutan merupakan cakupan dari pelayanan kehamilan, persalinan, dan masa nifas. Pelayanan dasar yang ditunjukkan untuk menangani kasus-kasus normal, sedangkan pelayanan lanjutan atau rujukan diberikan kepada mereka yang mengalami kasus-kasus beresiko, gawat darurat, dan komplikasi yang memerlukan sarana dan prasarana yang lebih lengkap seperti di rumah sakit. Kedua pelayanan tersebut harus tersedia dan terjangkau oleh seluruh lapisan masyarakat, baik dari aspek finansial maupun teknis terkait dengan jarak dan sarana transportasi.
25
Di Indonesia manajemen pelayanan kesehatan terkait persalinan masih sangat buruk dibandingkan dengan negara ASEAN lainnya. Angka Kematian Ibu (AKI) saat ini 228 per 100.000 kelahiran hidup hidup sedangkan angka kematian bayi bayi (AKB) sebesar 34 per 1000 kelahiran hidup. Menurut survei kesehatan dan rumah tangga 2001 penyebab langsung kematian ibu diantaranya: 90% terjadi pada saat persalinan dan segera setelah persalinan yaitu pendarahan (28%), eklamsia (24%), infeksi (11%), komplikasi peuperium (8%), partus macet (5%), abortus (5%), dan lain-lain. Oleh karena itu pelayanan ibu dan perjuangan ibu dalam proses kehamilan dan persalinan sangatlah berharga. Dalam surat Lukman ayat 14 Al Quran mengabdikan perjuangan ibu selama kehamilan, “ibunya telah mengandungnya mengandungnya dalam keadaan yang lemah dan bertambah-tambah....”. bertambah-tambah....”. Allah memberikan kemuliaan kepada ibu melahirkan melalui sabda Rasulullah SAW yang artinya, “..... wanita yang meninggal kare na melahirkan adalah syahid....”(H.R. Ahmad). Ahmad). Islam membebankan terpenuhinya kebutuhan tersebut pada khalifah sebagai pemimpin umat. Negara wajib menyelenggarakan pelayan bersalin (atenatal, bersalin dan nifas) berkualitas bagi semua ibu bersalin secara gratis. Bila keuangan negara tidak cukup, maka khalifah akan menarik sejumlah uang dari orang-orang kaya saja sesuai kebutuhan. Strategi penyelenggaraan layanan bersalin mengacu pada 3 prinsip dasar: 1) Kesederhanaan aturan 2) Kecepatan pelayanan 3) Standar layanan bersalin berkualitas sesuai syariat. Negara wajib menyediakan semua sarana dan prasarana yang berkualitas termasuk tenaga medis baik dokter spesialis kebidanan dan kandungan maupun bidan secara merata diseluruh wilayah negara baik pada pelayanan dasar (puskesmas) maupun lanjutan (rumah sakit). Dalam ranah fiqih, menjadi tenaga medis (dokter kandungan, bidan, dan perawat) adalah fardhu kifayah. Sehingga harus ada sebagian kaum muslimin yang memilih profesi tersebut. Karena itu negara akan memudahkan penyediaan fasilitas pendidikan untuk menghasilkan tenaga medis yang berkualitas dan memiliki integritas yang kuat. Dalam sejarah masa keemasan Islam layanan bersalin yang memadai dari banyaknya rumah sakit. Hampir semua kota besar memiliki rumah sakit yang disertai dengan lembaga pendidikan dokter. Rumah sakit tersebut memiliki ruang pemeriksaan pemer iksaan kandungan dan ruang untuk bersalin. Belum lagi adanya rumah sakit keliling yang disediakan oleh negara yang
26
menelusuri pelosok negeri, sehingga layanan bersalin bagi semua itu benar-benar direalisasikan secara nyata. Salah satu fakta di Baghdad, masa khalifah Harun Al Rasyid (170-193 H), disamping didirikan rumah sakit terbesar dikota Baghdad, dan beberapa rumah sakit kecil, juga didirikan rumah sakit bersalin terbesar yang disampingnya didirikan sekolah pendidikan kebidanan. Kedua sarana tersebut berdiri atas perintah Khalifah Harun Al Rasyid kepada Al Musawih yang menjabat menteri kesehatan dan dokter kekhalifahan. Begitulah cara Islam dalam masa keemasannya dulu untuk menjawab proses (permasalahan) persalinan yang kurang memadai dewasa ini. Oleh karena itu, untuk menyelesaikam problem ini dibutuhkan solusi yang komprehensif dari segala aspek yang terkait, baik medis maupun non medis, dan termasuk ketersediaan SDM berkualitas secara merata.
B. Tradisi Keagamaan dan Kepercayaan yang Berhubungan dengan Peningkatan Kesehatan
1. Hubungan antara Manusia, Agama, dan Transkultural Keperawatan Psikologi Agama merupakan salah satu bukti adanya perhatian khusus para ahli psikologi terhadap peran agama dalam kehidupan kejiwaan manusia. Manusia lari kepada agama karena rasa ketidakberdayaannya menghadapi bencana. Dengan demikian segala bentuk prilaku keagamaan merupakan ciptaan manusia yang timbul dari dorongan agar dirinya terhindar dari bahaya dan dapat memberikan rasa aman. Untuk mengatasi masalah ini manusia menghadirkan tuhan dalam dirinya sebagai pelindung mereka tatkala mereka merasa terancam dan memerlukan perlindunganterhadap segala macam bentuk ancaman terhadap dirinya. Menurut Abraham Maslow manusia membutuhkan kebutuhan yang paling dasar hingga yang paling puncak, yaitu :
Fisiologis
Rasa aman dan nyaman
Cinta dan kasih sayang
Harga diri, dan
Aktulitas diri
27
Makna hidup merupakan segala hal yang mampu memberikan nilai khusus bagi seseorang yang bila dipenuhi akan menjadikan hidupnya berharga dan akhirnya akan menimbulkan penghayatan bahagian dalam dirinya.(Perry AG dan Potter PA, 2009)
2. Terapi Keagamaan Seseorang yang tidak merasa aman, tenang, serta tentram dalam hatinya adalah orang yang sakit rohani atau mentalnya. Setiap manusia mempunyai kebutuhan-kebutuhan dasar yang diperlukan untuk melangsungkan kehidupan mereka secara lancar. Kebutuhan tersebut dapat berupa kebutuhan jasmani dan kebutuhan kebutuhan rohaniatau
juga kebutuhan social. Jika
kebutuhan tersebut tidak terpenuhi, maka manusia akan menyesuaikan diri dengan kenyataan yang ada bahwa mereka harus berusaha lebih keras lagi untuk memenuhi kekurangan dari kebutuhan mereka. Sehingga segala macam cara mereka lakukan guna terpenuhinya kebutuhan tersebut. Dalam kehidupan sehari-hari tak jarang dijumpai bahwa seseorang tidak mampuumenahan keinginan bagi seseorang yang ingin memenuhi kebutuhan dirinya atau ketika seseorang terhimpit oleh persoalan ekonomi, maka dalam diri mereka akanterjadi adanya konflik dalam batin mereka yang memerlukan pengobatan atau penyelesaian dengan cepat. Ketika konflik yang dihadapinya tidak segera diselesaikan, maka batin akan merasa berat
untuk menanggungnya sehingga akan
bertambah parah
permasalahan
yang
ditanggungnya. Pertengkaran ini akan menimbulkan ketidak seimbangan dalam kehidupan Rohani
yang
dalam
kesehatan
mental
dikenal
dengan
kekuatan
Rohani.
Usaha
penanggulangan kekusutan rohani atau mental ini i ni sebenarnya dapat dilakukan sejak dini oleh penderita. Dengan mencari cara yang tepat untuk menyesuaikan men yesuaikan ini dengan memilih memil ih normanorma moral, maka kekusutan mentalajaran dari agama.(Perry AG dan Potter PA,2009)
3. Peran Agama Dalam Transkultural Nursing Adapun peran agama dalam transkultural nursing adalah sebagai berikut : 1) Memberikan pandangan dari penanganan kesehatan. 2) Budaya
akan
memengaruhi
bagaimana
orang
menyebutkan
danmengkomunikasikan masalahnya. 3) Mempersepsikan pelayanan kesehatan jiwa. 4) Menggunakan atau merespon penanganan kesehatan jiwa. 5) Mengatasi masalah bahasa dan menciptakan dialog yangsensitive budaya. 6) Mengatasi masalah-masalah kesehatan mental. (Perry AG dan Potter PA,2009) 28
4. Masalah Religi Masalah religi klien dapat mempengaruhi spiritualitas klien. Praktik kebiasaan keagamaan, jika terganggu atau berubah, dapat mempengaruhi struktur atau dukungan agama terhadap rasa sejahtera seseorang. Turner et al. (2008) menuliskan bahwa intensifikasi praktik keagamaan secara sukarela dapat menyebabkan masalah ketika seseorang tidak merasa bebas atau tidak mengetahui bagaimana harus membicarakan tentang aspek keagamaan atas perubahan. Seseorang sering mengintensifikasi praktik keagamaan dalam menghadapi rasa bersalah atau untuk menghadapi trauma yang sulit atau kehilangan. Menjadi lebih terlibat dalam praktik keagamaan atau mengekspresikan keyakinan lebih dalam mungkin merupakan suatu cara dalam menemukan makna peristiwa yang menyulitkan atau untuk menguji perkembangan spritual seseorang. Kepercayaan didefenisikan oleh Studzinki (1986) sebagai lebih dari sekedar sekumpulan kesehatan. Kepercayan adalah cara menunjukkan diri seseorang, komunitas seseorang, dan kakuatan yang lebih tinggi dan cara mengintegrasikan masa lalu kita, masa kini dan masa mendatang dengan kekuatan yang lebih sebagai pusat. Seseorang sering menemukan cara untuk mengekspresikan kepercayaannya melalui praktik keagamaan. Kepercayaan berkambang sepanjang waktu, sejalan dengan pertumbuhan spiritual seseorang. Seseorang yang berada pada tahap awal perkembangan kepercayaan mereka atau menemukan kepercayaan mereka tertantang oleh kejadian hidup yang penting, dapat menjadi rentan terhadap kehilangan atau keraguan tentang kepercayaan mereka (Turner et al, 2008). Hal ini dapat terjadi ketika seseorang dijauhi oleh komunitas keagamaannya (mis. Seorang penganut Saksi Yehova yang memilih untuk menjalani transplantasi jantung dan membutuhkan transfusi darah) atau ketika seseorang secara serius mempertanyakan tempat penting denominasi keagamaannya keagamaannya pada masalah publik (mis. Aborsi atau euthanasia). Kehilangan atau meragukan kepercayaan dapat menyebabkan rasa bersalah serius dan bahkan rasa kesepian.
5. Spiritualitas dan Religi Spiritualitas sangat sulit untuk didefenisikan. Kata-kata yang digunakan untuk menjabarkan spiritualitas termasuk makna, transenden, harapan, cinta, kualitas, hubungan dan eksistensi menyarankan bahwa defenisi spiritualitas, atau dimensi spiritual, akan unik bagi setiap
individu.
Definisi
individual
tentang
spiritualitas
dipengaruhi
oleh
kultur,
perkembangan, pengalaman hidup dan ide-ide mereka sendiri tentang hidup. Meskipun spiritualitas sulit untuk didefenisikan, terdapat dua karakteristik penting tentang spiritualitas : 29
1)
spiritualitas adalah kesatuan tema dalam kehidupan kita
2)
spiritualitas merupakan keaadan hidup menggunakan defenisi fungsional spiritualitas “komitmen tertinggi individu, yang merupakan prihsip yang paling konfrehensip dari perintah atau nilai final yaitu argumen yang sangat kuat yang diberikan untuk pilihan yang dibuat dalam hidup kita”.
Young (2008) mendefenisikan intuisi klinik sebagai suatu proses di mana perawat mengetahui sesuatu tentang klien yang tidak dapat diungkapkan dengan kata-kata, yang diungkapkan dengan kesulitan, atau yang sumber pengetahuannya pengetahuannya tidak diketahui. diketahui. Intuisi adlah suatu aspek dari berpikir kritis,yang mencakup manganalisis dan merasakan isarat yang berbeda,ingatan,dan perasaan untuk membantu perawat memiliki kesadaran lebih baik terhadap kebutuhan klien.
6. Keyakinan Keagamaan tentang Kesehatan Agama dan kepercayaan spiritual sangat mempengaruhi pandangan klien tentang kesehatan dan penyakit. Rasa nyeri dan penderitaan serta kehidupan dan kematian. Banyak budaya tidak membedakan antara agama dan spiritual, tetapi sebagian lain membedakan dengan jelas konsep spiritualitas. Perawat harus memahami perspektif perspektif kliennya. (Perry AG AG dan Potter PA,2009) Aspek agama dan budaya yang berpengaruh terhadap keperawatan maternitas yang terjadi pada budaya di Kalimantan Selatan seperti: 1. Sebelum usia kehamilan 28 minggu ibu hamil tidak diperbolehkan untuk menyiapkan perlengkapan bayinya dengan alasan persiapan sebelum waktu mandi-mandi dapat menyebabkan kematian bayi yang dikandung ibu. Kerugiannya bila bayi yang dilahirkan prematur (28 minggu kehamilan), maka tidak ada persiapan yang matang untuk memenuhi perlengkapan bayi. Oleh sebab perawat keperawatan maternitas harus mampu mengidentifikasi budaya daerah masing-masing. 2. Usia kehamilan 28 minggu ibu hamil dianjurkan melakukan mandi-mandi/siraman dengan menggunakan air bunga dan mayang kelapa yang ditepuk-tepukkan ke seluruh badan ibu yang hamil dengan alasan agar bayi yang dilahirkan selamat dan terhindar dari gangguan roh gaib. 3. Dan selama masa kehamilan ibu hamil maupun keluarganya tidak diperbolehkan untuk memakan ikan yang disembelih dan tidak boleh melihat hal-hal yang aneh/mengejek oranglain karena diyakinkan dapat memberikan dampak yang kurang 30
baik terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin dan mereka berkeyakinan bayi yang akan dilahirkan akan menjadi cacat atau seperti binatang yang dilukai. 4. Bagi Ibu yang hamil dan bapak bayi tidak diperbolehkan mandi dengan menggunakan sarung atau kain panjang yang dililitkan ke lehernya, dengan alasan dapat membuat lilitan
tali
pusat
pada
bayi
sehingga
mempersulit
kelahiran.
Perawat harus mengkaji budaya yang ada di masyarakatnya untuk memudahkan dalam menentukan penegakan diagnosa keperawatan maternitas.
2.6 Kaidah dan Etika Agama yang Berhubungan dengan Kesehatan dan Keperawatan a. Islam
Hassan Hanafi yang menjelaskan, bahwa peradaban Barat yang kini berdiri kokoh memiliki dua sumber kesadaran yang disembunyikannya dan tak terekspos. Salah satu penyebab disembunyikannya sumber-sumber tak terekspos adalah rasia lisme yang terpendam dalam kesadaran Barat. Rasialisme inilah yang menjadikan Barat enggan mengakui eksistensi orang lain. Barat diklaim sebagai pusat dan menempati puncak kekuatan serta menjadi pioner di dunia. Sikap rasial ini terlihat jelas dalam ideologi yang diusung oleh Barat beberapa dasawarsa yang lalu seperti nasionalisme, nazisme, fasisme, dan zionisme. Namun demikian, terungkaplah bahwa sumber-sumber kesadaran Barat berasal dari Cina (Nedham), India (Nakamura), Islam (Garaudy), dan Timur Lama (Toynbee) (Hassan Hanafi, 2000).Selama seribu tahun, peradaban Islam telah membentang dari Andalusia, Spanyol hingga ke Selatan Cina. Dari abad ke-7 dan seterusnya, para sarjana telah membangun ilmu pengetahuan dari tradisi-tradisi umat manusia sebelumnya. Pergulatan mereka dengan pengetahuan kuno orang Mesir, Yunani dan Roma, pada gilirannya membuat terobosan besar yang membuka jalan bagi gerakan Renaissance di Barat pada abad selanjutnya. Selain pasien mendapatkan obatobatan secara gratis dan diperlakukan dengan baik. Di rumah sakit Ahmad ibn Thulun ini didirikan pula sebuah perpustakaan medis besar yang lengkap, sarana kebersihan seperti kamar mandi dibuat secara terpisah antara laki-laki dan wanita. Begitu pula dengan pasien yang mengalami gangguan mental (gila) ditempatkan dalam ruang yang terpisah dari pasien lainnya, dimana hal ini menunjukkan bahwa pada saat itu para sarjana muslim telah menaruh perhatian yang cukup besar pada perkembangan ilmu jiwa.
31
Selama ini pula perawat Indonesia khususnya lebih mengenal Florence Nightingale sebagai tokoh keperawatan, yang mungkin saja lebih dikarenakan konsep keperawatan modern yang mengadopsi litelature barat. Sejarah islam juga mencatat beberapa nama yang bekerja bersama Rufaidah seperti : Ummu Ammara, Aminah, Ummu Ayman, Safiyat, Ummu Sulaiman, dan Hindun. Beberapa wanita muslim yang terkenal sebagai perawat adalah : Ku'ayibat, Aminah binti Abi Qays Al Ghifari, Ummu Atiyah Al Ansariyat dan Nusaibat binti Ka'ab Al Maziniyat 6). Litelatur lain menyebutkan beberapa nama yang terkenal menjadi perawat saat masa Nabi Muhammad SAW saat perang dan damai adalah : Rufaidah binti Sa'ad Al Aslamiyyat, Aminah binti Qays al Ghifariyat, Ummu Atiyah Al Anasaiyat, Nusaibat binti Ka'ab Al Amziniyat, Zainab dari kaum Bani Awad yang ahli dalam penyakit dan bedah mata.Tugas seorang perawat, menurut H. Afif, menekankan pasien agar tidak berputus asa apalagi menyatakan kepada pasiennya tidak memiliki harapan hidup lagi. "Pernyataan tidak memiliki harapan hidup untuk seorang muslim tidak dapat dibenarkan. Meski secara medis tidak lagi bisa menanganinya, tapi kalau Allah bisa saja menyembuhkannya dengan mengabaikan hukum sebab akibat," katanya. Perawat juga memandu pasiennya untuk mendekatkan diri kepada Allah SWT hingga kondisinya semakin saleh yang bisa mendatangkan "manjurnya" doa.Kita tidak bisa lagi memisahkan agama dari ilmu politik, pendidikan atau seni. Semoga muslim menyadari bahwa tidak ada gunanya mempertentangkan ilmu dengan agama. Demikian juga dengan ilmu-ilmu keperawatan. Kesehatan dari sudut pandang islam (Islamic health belief), dan nilai-nilai profesional yang diperoleh dari pendidikan keperawatan. Tidak seperti pandangan keperawatan di negara barat, keyakinan ke yakinan akan spiritual islam tercermin dalam dal am budaya mereka.Di Indonesia mungkin hal serupa juga terjadi, tinggal bagaimana keperawatan dan islam dapat berkembang sejalan dalam
harmoni
percepatan
tuntutan
asuhan
keperawatan,
kompleksitas
penyakit,
perkembangan tehnologi kesehatan dan informatika kesehatan. Agar tetap mengenang dan menteladani sejarah perkembangan keperawatan yang di mulai oleh Rufaida binti Sa'ad. b. Kristen Protestan dan Katolik Kaidah dan etika agama yang berhubungan dengan kesehatan pada prinsipnya memiliki persamaan walaupun agama yang dijadikan dij adikan kepercayaan tersebut memiliki perbedaan. Pada hakikatnya setiap agama akan mendapatkan asuhan keperawatan dan pelayanan yang sama. Kesehatan merupakan bagian terpenting dalam hidup manusia. Tanpa kesehatan,manusia 32
tidak dapat melakukan aktivitasnya dengan optimal. Karena menyadari akan pentingnya kesehatan, sejak dulu gereja telah secara aktif mengambil bagian dalam pelayanan kesehatan bagi masyarakat. Dari situ kemudian muncul lah keinginan untuk membentuk suatu forum yang dapat menyatukan langkah bersama. Setelah melalui tiga pertemuan pimpinan lembaga pelayanan kesehatan Kristen, pada tahun 1983, terbentuklah Persekutuan Pelayanan Kristen untuk Kesehatan di Indonesia (PELKESI) di Balige, Sumatera Utara. Untuk saat ini, Sekretariat PELKESI berada di RS PGI Cikini, Jakarta. PELKESI memiliki visi mewujudkan pelayanan kesehatan di Indonesia yang mendatangkan damai sejahtera Allah bagi semua orang. Sedangkan misinya, melaksanakan pelayanan kesehatan yang utuh dan menyeluruh (holistik). Pelayananan secara holistik meliputi fisik, sosial, ekonomi dan spiritual. c. Hindu Menurut Prof. Dr. IGN Nala, pakar pengobatan tradisional, dalam tulisannya pernah menyampaikan bahwa kitab-kitab umat Hindu memuat berbagai macam jenis penyakit dan teknik pengobatan. Dicontohkan penyakit kencing Manis (diabetes mellitius). Penyakit ini, menurut Nala, sudah ditemukan sekitar 3.000 tahun yang lalu. Ini dibuktikan dengan disebutkannya penyakit ini dalam kitab Ayur Veda. Kitab Ini merupakan bagian dari kelompok kitab Upa Veda. Sementara kitab Upa Veda ini sendiri termasuk dalam kitab suci umat Hindu, yakni kitab Veda Smerti. Kitab Ayur Veda, kata Nala, sering dikelirukan dengan kitab suci Yajur Veda, salah satu dari kitab suci Catur Veda Sruti. Padahal, lanjut Nala, isi dari kitab Ayur Veda hampir tidak ada hubungannya dengan kitab Yajur Veda yang mengupas masalah yadnya atau upacara serta upakara keagamaan.Sementara itu, menurut Gede Suwindia, dosen STAHN Denpasar, dalam agama Hindu dikenal adanya konsep keseimbangan. Karena itulah, dalam Upanisad disebutkan bahwa keberadaan berbagai tanaman yang ada di dunia ini memiliki guna dan fungsi yang sangat vital bagi manusia. Ada banyak tanaman di muka bumi ini yang memiliki kegunaan bagi manusia, terutama dalam penyembuhan penyakit. ''Di sini diwajibkan bagi manusia untuk menghargai alam terutama tumbuh-tumbuhan,'' kata Suwindia.
33
d. Budha Buddhis menjadi suatu pedoman yang disebut dengan jalan utama beruas delapan, yang merupakan terapi penolong dan terapi yang sebenarnya, terapi ini mencakup prilaku setiap hari dari disiplin mental serta pengenalan terhadap teori filsafat Buddha Dharma, terapi yang sebenarnya adalah adalah Meditasi (Dhyana) dalam terapi Buddhis dalam melenyapkan kekacuaan mental memiliki beberapa kesamaan seperti test wawancara dan diskusi, meditasi mirip dengan teknik terapi perilaku karena bagaimanapun terdapat beberapa aspek meditasi yang merupakan keunggulan dalam terapi Buddhis, hal yang penting dalam meditasi adalah perhatian, sempurna dalam perilaku, suci dalam cara hidup, sempurna dalam sila, terjaga pintu indriya, memiliki perhatian murni dan pengertian yang jelas. Terapi Buddhis mengatakan bahwa penyebab tubuh ini menjadi sakit dan sehat adalah karena adanya melalui perasaan jasmani (rasa sakit) dan keadaan pikiran (emosi-emosi) yang mempengaruhinya. e. Kong Hu Cu Secara teori ajaran agama untuk kesehatan bersumber pada : Inti Taoisme “pencapaian hidup abadi/bersatu dengan alam semesta”. Inti Konfusianisme/Konghucu : moralisme, menjaga hubungan antar manusia serta manusia dengan langit. Kalau ditanya mengapa ada patung Buddha di sana selain yang disebutkan oleh saudara Jingkhe mungkin disebabkan karena inti dari konfusianisme itu sendiri yaitu menjaga hubungan antar sesama (dengan agama lain) dan dengan langit (Buddha). Pada abad ke-10 sampai ke-12 masayarakat China sendiri berpendapat 3 ajaran adalah satu adanya maka sering terdapat Buddha, Lao zi, dan Konghucu dalam 1 gambar. Dan klenteng dianggap sebagai tempat ibadah umat Tridharma tersebut. Agama Khonghucu di Indonesia: Mengangkat Konfusius sebagai salah satu nabi .
34
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan Faktor-faktor pengaruh agama-budaya mempunyai peranan penting dalam praktik
kesehatan maternal di Indonesia Indonesia untuk memahami sikap dan prilaku menanggapi kehamilan dan kelahiran.Sebagian pandangan budaya mengenai hal-hal tersebut telah diwariskan turuntemurun dalam kebudayaan masyarakat yang bersangkutan.Oleh karna itu, meskipun petugas kesehatan mungkin menemukan suatu bentuk prilaku atau sikap yang terbukti kurang menguntungkan bagi kesehatan,seringkali tidak mudah bagi mereka untuk mengadakan perubahan terhadapnya,akibat telah tertanamnya terta namnya keyakinan yang melandasi sikap dan prilaku itu secara mendalam pada kebudayaan warga komuniti tersebut. Kajian antropologi mengenai kehamilan dan kelahiran bagi wanita dengan segala konsekuensi baik dan buruknya terhadap kesehatan ini perlu dijadikan bahan pertimbangan bagi para personil kesehatan di indonesia dalam upaya meningkatkan keberhasilan pela yanan kesehatan yang mereka terapkan bagi ibu.Khususnya,pemahaman yang menyeluruh dan utuh terhadap berbagai pandangan,sikap dan prilaku kehamilan dan kelahiran dalam konteks agama dan budaya masyarakat yang bersangkutan,sangat diperlukan bagi pembentukan strategi-strategi yang lebih tepat dalam melakukan mela kukan perubahan yang diinginkan. diinginkan. Perawat sebagai salah seorang anggota tim kesehatan yang terdekat dengan masyarakat, mempunyai peran yang sangat penting dalam meningkatkan status kesehatan masyarakat, khususnya kesehatan ibu dan anak.
3.2 Saran 1. Perawat perlu mempelajari Agama-budaya masyarakat wilayah kerjanya, yang
meliputi tingkat pengetahuan penduduk, struktur pemerintahan, adat istiadat dan kebiasaan sehari-hari, pandangan norma dan nilai, agama, bahasa, kesenian, dan halhal lain yang berkaitan dengan wilayah tersebut. 2. Dengan terselesaikannya makalah yang kami buat ini, maka kami sebagai penulis menyadari bahwa banyaknya kekurangan dalam pembuatan makalah ini. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik serta saran yang membangun agar dalam pembuatan makalah kami selanjutnya dapat lebih baik dari sebelumnya. sebelumnya.
35
DAFTAR PUATAKA 1. A.W. Widjaja. 2009. Manusia Indonesia, Individu, Keluarga dan Masyarakat. Jakarta:
Akademika Pressindo 2. Carpenito-Moyet,
L.J.2013.Nursing
Diagnosis
Application
to
Clinical
Practice.Ed.Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins. 3. F.Swasono,Meutia.2010.Kehamilan,Kelahiran, Perawatan Ibu Dan Bayi Dalam konteks Budaya. Jakarta:Salemba 4. 4. J. Van Baal.2011. Teori Antropologi Budaya. Jakarta: Gramedia 5. Prawirohardjo.2006. Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Yayasan Bina Pustaka. 6. Sarwono Prawirohardjo.Jakarta.Taylor, C.M.2010.Diagnosis Keperawatan Dengan Rencana Asuhan,Edisi10. Jakarta: EGC. 7. PPNI.2016.Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia: Definisi dan Indikator Diagnostik, Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI. 8. Wilkinson Judith M.2016.Diagnosis Keperawatan: Diagnosis NANDA-I,Intervensi NIC,Hasil NOC,Edisi 10. Jakarta : EGC
36