MAKALAH DISKUSI KELOMPOK (Pemicu 1- 5) Diajukan untuk Memenuhi Tugas Modul Etika dan Empati
Disusun Oleh KELAS INTEGRASI C
KELOMPOK 1: HANI HANDAYANI IKHSAN BUDIARTO INDAH PRIHANDINI ISA NUR KHoLIFAH MARINA ULFA MUHAMMAD IKHWAN NOVIA ZULFA HANUM
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Tahun Akademik 2008/2009
2
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat-Nya lah makalah ini selesai tepat pada waktunya. Tak lupa ucapan terima kasih kami ucapkan kepada: 1. Seluru Seluruh h dosen dosen mata kuliah kuliah modul modul integras integrasii Etika dan Empati Empati,, yang telah memberikan pemahaman terkait topik. 2. Oran Orang g tua tua kami kami yang yang telah telah memb memberi erika kan n duku dukung ngan an yang yang bers bersif ifat at material maupun immaterial. 3. Semua Semua teman teman kami yang telah telah turut turut memberik memberikan an informa informasi si terkait terkait topik, yang tidak dapat disebutkan satu-persatu. Makalah ini disusun sebagai langkah untuk memahami etika dasar moral sebagai seorang tenaga kesehatan di dalam kehidupan terutama ketika menghadapi klien atau pasien. Harapan kami agar makalah ini dapat bermanfaat bagi kehidupan kita sehari-hari walaupun kami yakin, makalah ini memiliki banyak kekurangan, oleh oleh karena karena itu kami kami mengha mengharap rapkan kan kritik kritik dan saran dari dari para para pembac pembaca, a, agar agar pembuatan makalah di masa mendatang menjadi lebih baik.
Tim Penulis
3
Daftar Isi
Kata Pengantar
1
Daftar Isi
2
Pembahasan (Isi) I.
Pemicu 1 – Tolonglah aku…!!
II.
Pemicu 2 – Satu kamar, rame-rame
3 17
III. Pemicu 3 – Aku Aku tidak mau transfusi
27 IV. Pemicu 4 – Saya sarankan, Suami Ibu yang KB…!
36 V.
Pemicu 5 – Let Let me die…
43
4
PEMICU 1 Tolonglah Aku…!
5
BAB I Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Tn. H (51 tahun) tahun) didiag didiagnos nosis is mender menderita ita gagal gagal ginjal ginjal kronik kronik dan fungsi ginjal sudah tidak normal lagi. Pada saat ini beliau sangat tergantung sekali kepada alat pencuci darah (hemodialisa) dimana satu kali hemodialisa memerlukan dana sekitar Rp. 400.000,- dan harus dilakukan 2 kali dalam semi seming nggu gu.. Agar Agar beli beliau au dapa dapatt semb sembuh uh,, dokt dokter er meng mengan anju jurk rkan an untu untuk k melakukan cangkok ginjal. Cangkok ginjal dapat dilakukan pada ginjal yang berasal dari saudara kandung maupun orang lain, asalkan dengan syarat kondisi ginjal tersebut sehat. Bila harus “mencari ginjal dari orang lain” sangat sulit dan mahal. Tn. H meminta kepada adiknya ( Tn. L ) dan kakaknya ( Tn. M ) untuk meneyumbangkan ginjalnya untuk kesembuhan diriny dirinya. a. Kedua Kedua saudar saudaraa kandun kandung g Tn. H tersebu tersebutt sudah sudah berkel berkeluar uarga ga dan mempunyai anak. Baga Bagaim iman anaa pend pendap apatm atmu u tenta tentang ng kasu kasuss ters terseb ebut ut ? Beri Berika kan n bebe beberap rapaa alternative pemecahan dari berbagai segi / faktor.
1.2
Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dosen serta untuk memahami lebih lanjut tentang masalah yang telah diberikan kepada kami yang berhubungan langsung dengan materi kuliah Empati serta Etika moral pada modul Etika dan Empati. Serta untuk lebih mengembangkan ilmu dasar tentang empati dan dapat mengapresiasikan dalam kasus tersebut sehingga didapatkan solusi yang terbaik yang harus dilakukan oleh sang pasien. Tak hanya itu, penulisan makalah ini pun bermaksud agar kelak keti ketika ka kami kami calo calon n tena tenaga ga medi mediss terj terjun un lang langsu sung ng ke lapa lapang ngan an dan dan menghadapi kasus serupa atau lebih dari apa yang kami dapatkan saat ini,
6
maka kami sudah sudah sedikit sedikit terlatih terlatih untuk memecahkannya memecahkannya dan memeberikan memeberikan solusi yang terbaik. Sehingga terciptalah rasa naluri empati yang tinggi yang memang seharusnya dimiliki oleh para tenaga medis yang membuat kami sebaga sebagaii tenaga tenaga medis medis menjad menjadii orang orang – orang orang yang yang dapat dapat diharg dihargai ai dan dihormati di tengah – tengah masyarakat. Penuli Penulisan san ini pun bertuj bertujuan uan untuk untuk member memberika ikan n sediki sedikitt inform informasi asi terbaru sekaligus tukar pikiran (sharing) aplikasi teori yang telah diberikan oleh dosen kami sebagai pengajar dan pembimbing kepada teman – teman sekelas kami. Sehingga dengan begitu, mereka pun dapat memahami lebih dalam tentang teori yang telah diberikan dan di kemudian hari, mereka serta kami dapat mengapresiasika mengapresiasikannya nnya dalam kehidupan, kehidupan, yang nantinya akan mereka tularkan pula kepada sanak famili dan anak cucu mereka.
1.3
Manfaat Penulisan
Penulisan Penulisan ini bermanfaat bermanfaat untuk menambah menambah wawasan wawasan kita tentang sikap yang harus dilakukan ketika kita nantinya jikalau telah menjadi tenaga medi mediss kepa kepada da pasi pasien en atau atau mung mungki kin n oran orang g – oran orang g yang yang kita kita hada hadapi pi yangpa yangpada da saat saat itu dalam dalam keadaa keadaan n terpur terpuruk uk dan membut membutuhk uhkan an bantua bantuan n segera daru diri kita. Sehingga kita dapat bersikap sesuai dengan apa yang telah dipelajari dalam modul ini, tak hanya mantap dalam teori tapi mampu pula dalam hal tindakan langsung di lapangan.
1.2
Definisi ma masalah
1. Tn. H mengal mengalami ami gagal gagal ginjal ginjal kronik kronik,, dan fungsi fungsi ginjal ginjalnya nya tidak normal. 2. Tn. H harus melakukan melakukan cuci cuci darah darah dua dua kali seming seminggu gu dengan dengan biaya Rp 400.000,00 sekali cuci darah. 3. Tn. H dianjurkan dianjurkan melakukan melakukan cangkok cangkok ginjal sehat yang dapat berasal dari keluarga atau dari orang lain.
7
1.3
Hipotesis
Tn.H
aka akan
sembuh
dari
penyakitnya
dengan
melakukan
pencangkokan ginjal yang berasal dari keluarga.
1.4
Identifikasi ma masalah
1. Apa yang dimaksud dimaksud dengan dengan rasa rasa empati empati dan simpati simpati ? 2. Apa Apa perbeda perbedaan an antara antara Simp Simpati ati dan dan Empat Empati? i? 3. Bagaimana Bagaimana Aplika Aplikasi si Simpati Simpati dan dan Empati Empati dalam dalam Kasus Kasus Tn. H? 4. Bagaim Bagaimana anakah kah kond kondisi isi ginj ginjal al yang yang sehat sehat itu ? 5. Apakah Apakah garis garis keturunan keturunan dapat mempen mempengaruh garuhii fungsi fungsi ginjal ginjal yang yang dicangkok ? 6. Apa kelebihan kelebihan dan kekurangan kekurangan dari cangk cangkok ok ginjal ginjal?? 7. Apa Apa yang yang terj terjad adii jika jikala lau u sese seseor oran ang g tela telah h memb member erik ikan an sala salah h satu satu ginjalnya kepada orang lain ? 8. Apa kelebihan kelebihan dan kekurangan kekurangan dari Hemodialisa Hemodialisa?? 9. Apa dampak dampak positif positif dan dan negatif negatif apabila apabila dilakukan dilakukan pencang pencangkoka kokan n ginjal ginjal dari kakak, adik, dan orang lain? 10. Dimanakah rasa empati empati serta simpati tersebut tersebut dapat ditampilkan ? 11. Hak – hak apa saja yang dimiliki dimiliki oleh seorang seorang pasien pasien pada saat dia terdesak dengan kondisi kesehatannya ? 12. Bagaimana konsep ajaran islam menanggapi menanggapi kasus seperti ini ? 13. Bagaimana Bagaimana solusi solusi terbaiknya? terbaiknya?
8
Bab II Pembahasan
I.
Pen enge gert rtia ian n Emp Empa ati dan dan Si Simpati pati 1.1
Empati
Keadaan jiwa yang merasa iba melihat penderitaan orang lain dan terdorong terdorong dengan dengan kemampuan kemampuan sendiri sendiri untuk untuk menolongn menolongnya ya tanpa mempersoalkan persoalan perbedaan latar belakang agama, budaya, bahasa, bangsa, etnik, dan lain sebagainya (Abuddin Nata)
suatu kemampuan kemampuan seseorang seseorang untuk untuk mengerti mengerti perasaan,pi perasaan,pikiran kiran,dan ,dan keingi keinginan nan orang orang lain,t lain,tanp anpaa mempen mempengar garuhi uhi obyekt obyektivi ivitas tas dalam dalam menilai orang tersebut atau kemampuan menempatkan diri ke dalam diri diri orang orang lain lain untuk untuk memaha memahami mi pandan pandangan gan dan perasa perasaan an orang orang tersebut,sesuai
dengan
latar
belakang
pendidikan,sosial,budaya,agama,ekonomi,etnik,dan pendidikan,sosial,budaya,agama,ekonomi,etnik,dan lain-lain. lain- lain.
1.2 1.2 Simp Simpati ati
Simpati
adalah
kecenderungan
per peras asaa aan, n,pi piki kira ran, n,da dan n
kein keingi gina nan n
oran orang g
untuk lain lain
merasakan namu namun n
kare karena na
melibatkan perasaan,seringkali penilaiannya menjadi subyektif.
1.3 1.3
Pene Penera rapa pan n Dala Dalam m Kasu Kasuss
Simpati
keluarga keluarga merasakan merasakan penderitaan penderitaan Tn. H dan memberikan memberikan tanggapan tanggapan namun tidak memberikan respon berupa tindakan.
Empati
keluarga merasakan penderitaan Tn. H dan memberikan ginjal salah satu dari kakak atau adik sebagai salah satu solusi untuk Tn. H.
9
II. II.
Perb Perbed edaa aan n ant antar ara a Si Simpat mpatii dan dan Empat mpatii
SIMPATI
EMPATI
1. Memb Member erik ikan an perh perhati atian an
1. Memb Memberi erika kan n perh perhat atia ian n yang yang
terhadap perasaan sedih saja
sama terhadap perasaan duka
2. Laru Larutt dalam dalam berb berbag agai ai pera perasa saan an duka
dan suka 2. Tida Tidak k ter terlal lalu u laru larutt dal dalam am
3. Cend Cenderu erung ng memb member erik ikan an
perasaan dukanya
Pendapat
3. Memb Memberi erika kan n Pen Penda dapa patt dan dan
4. Bers Bersif ifat at Sub Subje jekt ktif if
lebih memahami keluhan yang berduka 4. Bers Bersif ifat at obje objekt ktif if
III. III.
Ginjal Ginjal dan Pencan Pencangko gkokan kannya nya Diliha Dilihatt dari dari Berbag Berbagai ai Segi Ginjal Ginjal adalah adalah salah salah satu satu organ organ tubuh tubuh yang yang patut patut disyuk disyukuri uri dan sayangi, perannya sangat penting dalam proses urinaria tubuh. Kerusakan ginjal dapat mengganggu sistem sekresi. Dalam tubuh, ginjal berfungsi sebagai filter untuk membersihkan darah atau cair cairan an lain lainny nya. a. Fung Fungsi si itu itu bert bertuj ujua uan n agar agar baha bahann-ba baha han n kimi kimiaa yang yang terkandung dalam darah atau cairan tubuh lainnya tidak terbawa kembali oleh darah dan beredar ke seluruh tubuh. Sebagian kotoran hasil penyaringan itu nantinya akan dikeluarkan melalui ginjal ginjal bersam bersamaa air seni. seni. Namun, Namun, sebagi sebagian an lagi lagi mungki mungkin n terting tertinggal gal dan mengen mengendap dap menjad menjadii batu batu ginjal. ginjal. Apabil Apabilaa endapa endapan n itu tidak tidak dikelu dikeluark arkan, an, akan menetap di ginjal atau berpindah ke kandung kemih. Pada penyakit gagal ginjal kronis yang terdapat pada kasus ini, memiliki gejala seperti lemas, nafsu makan, mual, pucat, kencing sedikit, sesak napas. Penyakit ginjal kronik biasanya tidak menimbulkan gejala awal yang jelas, sehingga seringkali terlambat diketahui dan ditangani dengan tepat. Jika penya penyakit kit ginjal ginjal menjad menjadii kronik kronik dan ginjal ginjal menjad menjadii tidak tidak berfun berfungsi gsi ada
10
beb beber erap apaa cara cara yang yang dapa dapart rt dila dilaku kuka kan n yait yaitu u deng dengan an cuci cuci dara darah h dan dan pencangkokan ginjal. Cuci darah adalah tindakan medis yang dilakukan menggunakan mesin cuci darah darah atau atau biasa biasa disebu disebutt hemodi hemodialis alisa. a. Mesin Mesin cuci cuci darah darah itu berfun berfungsi gsi menyaring racun-racun dalam tubuh dan mengeluarkannya. Proses tersebut biasanya dilakukan seminggu dua kali. Sementara itu, pencangkokan ginjal pada prinsipnya adalah memindahkan ginjal sehat ke penderita gagal ginjal. Ginjal baru akan diletakkan di rongga ileum ileum kemudi kemudian an menyam menyambun bungka gkan n pembul pembuluh uh darah darah ginjal ginjal baru baru dengan dengan pasien, baru kemudian dengan (saluran kencing) ureter. Berhasilnya pencangkokan ginjal baru ditandai dengan keluarnya air seni dari ginjal tersebut. Ginjal yang gagal biasanya tidak perlu diambil tapi bila menyebabkan infeksi maka ginjal tersebut perlu diangkat. Untuk operasi pen penga gang ngka kata tan n
ginj ginjal al
ters terseb ebut ut
dipe diperl rluk ukan an
wakt waktu u
2-3 2-3
jam. jam.
Oper Operas asii
pencangkokan ginjal sendiri membutuhkan waktu 2-3 jam. Pencan Pencangko gkokan kan ginjal ginjal merupa merupakan kan cara pengob pengobatan atan gagal gagal ginjal ginjal terbai terbaik k dimana dimana satu satu ginjal ginjal sehat sehat dapat dapat mengga mengganti ntikan kan 2 ginjal ginjal sakit sakit pada pada pasien pasien gagal ginjal. Ginjal hasil pencangkokan dapat bertahan selama 40 tahun bila dirawat deng dengan an baik baik.. Satu Satu oran orang g pend pender erit itaa gaga gagall ginj ginjal al dapa dapatt mela melaku kuka kan n pencangkokan ginjal maksimal 4 kali. Batas umur penerima donor ginjal pada pencangkokan bagi adalah 70-80 tahun. Setelah pencangkokan ginjal, pener penerima ima donor donor harus harus minum minum obat obat yang yang biasa biasa disebu disebutt anti anti tolak tolak untuk untuk jangka panjang. Obat ini berfungsi agar tubuh dapat menerima organ baru yang dicangkokkan. Kasu Kasuss ini ini sedi sediki kitt suli sulitt untu untuk k dipu diputu tusk skan an atau atau memp mempri riha hati tink nkan an.. Dibutuhkan Dibutuhkan pemikiran pemikiran yang matang untuk menyelesaikan menyelesaikan kasus Tn. H. Kasus ini harus diselesaikan secara visioner, maksudnya bahwa ajaran islam mengharusk mengharuskan an agar setiap manusia dapat melihat berbagai berbagai kemungkina kemungkinan n yang akan terjadi di masa yang akan datang, apakah ada dampak positif dan negatifnya apabila Tn. L atau Tn. M menyumbangkan satu ginjalnya untuk 11
Tn. H dan dampak bagi Tn. H. Serta apabi abila Tn. L atau Tn. M menyumbang menyumbangkan kan satu ginjalnya, ginjalnya, maka harus berdasarkan berdasarkan hati nurani nurani dan tentunya atas persetujuan dari seluruh keluarga Tn. L atau Tn. M. Sebe Sebena narn rnya ya sese seseor oran ang g mamp mampu u hidu hidup p secar secaraa norm normal al sepe sepert rtii bias biasan anya ya walaupun hanya dengan satu ginjalnya. Pada awalnya dua ginjal bekerja tidak secara penuh, sehinga jika salah satu ginjal seseorang diambil dengan maksud untuk didonorkan, maka kehidupannya pun tak akan berpengaruh. Lagipu Lagipula, la, ginjal ginjal yang yang diambi diambill bukanl bukanlah ah ginjal ginjalnya nya yang yang sehat, sehat, namun namun ginjalnya yang sakit. Hal ini karena tim medis tak ingin setelah proses penca pencangk ngkoka okan n ginjal, ginjal, sang sang pendon pendonor or jadi jadi sakit, sakit, syok syok atau atau bermas bermasala alah h dengan kesehatannya. Namun bagi sang pasien, setelah proses pencangkokan ginjal berhasil maka ia harus sering di monitori perkembangan kesehatannya dan harus sering
check check up ke dokter serta masih harus minum obat secara rutin. Semua dilakukan dilakukan karena tubuh sang pasien pasien telah menerima sesuatu yang baru dan bed bedaa sert sertaa asin asing, g, sehi sehing ngga ga tubu tubuh h sang sang pasi pasien en dikh dikhaw awat atir irka kan n akan akan meng mengel elua uark rkan an zat zat – zat antibody yang yang akan akan meny menyer eran ang g bend bendaa asin asing g tersebut. Oleh karena itulah, selama waktu kurang lebih 2 bulan sang pasien harus sering dimonitori agar tidak terjadi sesuatu yang buruk padanya. Dilihat dari sudut simpati serta empati, sebaiknya para keluarga Tn. H teru teruta tama ma yang yang menj menjad adii soro sorota tan n yait yaitu u Tn. Tn. L dan dan Tn. Tn. M tida tidak k hany hanyaa bersimpati dengan hanya menunjukkan rasa kasihan pada Tn. H melainkan jug jugaa haru haruss memi memili liki ki sara sara empa empati ti deng dengan an memb memberi erika kan n solu solusi si beru berupa pa sumbangan salah satu ginjalnya atau dengan cara lain berupa pemberian dana kepada Tn. H untuk membeli ginjal orang lain. Dilihat dari sudut pandang HAM, Tn. H sangatlah memiliki hak untuk hidup, dengan rasa empati yang seharusnya ditampilkan oleh Tn. L serta Tn. M, maka harapan untu untuk k hidu hidup p Tn. Tn. H pun pun akan akan sema semaki kin n besa besar. r. Deng Dengan an begi begitu tu Tn. Tn. H mendapatkan haknya, namun sebelumnya ia harus memberikan kewajiban berupa berupa rasa terima kasih yang diungkapkan diungkapkan dengan pemberian pemberian dana, paket untuk hidup seperti sandang, pangan atau papan dan lainnya. Sehingga ada check and balance di antara mereka. Hal lain berupa hak untuk menentukan
12
nasibnya sendiri yang diajukan oleh Tn. H, jadi Tn. H memiliki hak untu melakukan melakukan tindakan tindakan ingin meneruskan meneruskan hidupnya hidupnya dengan meminta meminta ginjal ginjal adik atau kakaknya. Sedangkan Sedangkan jikalau ditinjau dari segi agama, maka transplantasi transplantasi ginjal harus harus diliha dilihatt berdas berdasark arkan an bagaim bagaimana ana kondis kondisii sang sang pasien pasien ataupu ataupun n sang sang pendonor di masa yang akan datang (aspek visioner). Dalam hukum islam sendiri sendiri ada fatwa Nahdlatul Ulama yang mengatakan mengatakan bahwa Transplantasi Transplantasi Organ itu diperbolehkan, disamakan dengan diperbolehkannya menambal dengan tulang manusia, asalkan memenuhi 4 syarat: a. Karena dibutuhkan dan terdesak. b. Tidak ditemukan selain dari dari anggota anggota tubuh tubuh manusia. manusia. c. Keikhlasan sang pendonor untuk memberikan ginjalnya. d. Antara yang diambil dan yang menerima harus ada persamaan agama.
III. III.
Hemo He modi dial alis isa a dan Kar Karak akte teri rist stik ikny nya a Hemodialisa Hemodialisa adalah suatu suatu prosedur prosedur dimana darah dikeluarkan dikeluarkan dari tubuh penderita dan beredar dalam sebuah mesin diluar tubuh yang disebut
dialyzer .
Karakteristik Hemodialisa : •
Biaya mahal
•
Di lakukan secara rutin, 2 - 4 kali dalam seminggu
•
Sesak nafas
•
Penurunan Hb
•
Aktivitas penderita terbatas
•
Anemia
•
Demam,
•
Reaksi anafilaksis yg berakibat fatal (anafilaksis ),
•
Tekanan darah rendah,
13
•
Gangguan irama jantung,
•
Emboli udara,
•
Perdarahan usus, otak, mata atau perut.
IV. IV.
Damp Dampak ak Posit Positif if dan dan Neg Negati atiff Cang Cangko kok k Ginja Ginjall 1. Kakak •
Dampak Positif :
-Biaya Lebih Murah -Resiko Penolakan Imun lebih kecik -Waktu Pencangkokan dapat dipercepat •
Dampak negatif :
-Masih Mempunyai Tanggungan -Umur sudah Tua, fungsi organ tubuh menurun
2. Adik •
Dampak Positif :
-Biaya Lebih Murah -Resiko Penolakan Imun lebih kecil -Waktu Pencangkokan dapat dipercepat -Kadaan Ginjal Lebih bagus •
Dampak Negatif :
-Masih Banyak Tanggungan
3. Orang La Lain •
Dampak Positif:
-Praktis -Dampaknya tidak meluas •
Dampak Negatif:
-Harganya mahal -Sulit mencari donor yang sesuai 14
-Resiko Penolakan imun besar -waktu pencangkokan susah untuk disegerakan
15
Bab III Penutup
3. 1
Kesimpulan Empa Empati ti dan dan Simp Simpati ati sang sangat at dibu dibutu tuhk hkan an dala dalam m hubu hubung ngan an anta antar r manusia terutama dalam hubungan keluarga agar tercipta keharmonisan di dalamnya Transplantasi ginjal diperbolehkan jikalau memang dalam keadaan terdesak, dibutuhkan dan sudah tidak ada cara lain selain melakukan hal tersebut. Karena jika hanya hemodialisa saja, kemungkinan tubuhnya untuk tetap bertahan pun akan semakin kecil.
3. 2
Solusi
•
Member Memberika ikan n pemaha pemahaman man dan pengar pengaraha ahan n tentan tentang g empati empati kepada kepada pasien pasien dan keluar keluarga ga Sebaik Sebaiknya nya Tn. H melaku melakukan kan cangkok ginjal dari keluarga terdekat.
•
Jika keluarga tidak bersedia, sebaiknya keluarga bersamasama sama meng mengum umpu pulk lkan an dana dana untu untuk k memb membel elii ginj ginjal al dan dan melakukan cangkok ginjal dari orang lain.
•
Solusi yang tepat pun menjadi pilihan dari kelompok kami, yaitu dengan transplantasi ginjal dari sang adik ataupun sang kaka yang penting ada keikhlasan dari sang pendonor. Hal ini kami pilih karena ditinjau dari factor ekonomi dan kesehatan sang pasien juga jikalau dia harus cuci darah 2 – 3 kali dalam seminggu yang memakan biaya yang sangat besar.
16
3. 3
Saran Kami Kami seba sebaga gaii penu penuli liss meny menyara arank nkan an bagi bagi para para pemb pembaca aca untu untuk k mene menela laah ah lebih lebih dalam dalam lagi lagi jika jikala lau u ingi ingin n mela melaku kuka kan n tind tindak akan an.. Sert Sertaa memi memiki kirk rkan an aspe aspek k – aspe aspek k apa apa saja saja yang yang nant nantin inya ya akan akan terj terjad adii dan dan bagaimana cara penanganannya, agar sesuatu yang didapat bukan hanya mengun menguntun tungka gkan n satu satu pihak pihak saja saja tetapi tetapi pihak pihak lain lain yang yang tidak tidak ikut ikut terjun terjun langsung pun dapat merasakan kenikmatan dan ketenangan terhadap apa yang kita lakukan. Sehingga nantinya kita sebagai Tenaga Medis atau yang lainnya bisa menjadi seseorang yang dapat dikagumi oleh orang lain.
17
Daftar Pustaka
www.wikipedia.com
Abdul, Dr. Ebrahim. 2007. Fikih Fikih Kesehatan . Jakarta : Serambi
18
PEMICU 2 Satu kamar,ramerame
19
BAB I Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Seorang dokter kebidanan terkenal di Jakarta, mempunyai pasien ratarata 150 per hari. Beliau praktek dari jam 19.00 s.d 02.00 WIB di suatu rumah sakit swasta tekenal, 3 kali dalam seminggu. Karena pasiennya yang ban banya yak k,
sedan edang gkan kan jam jam prak raktek tek yang ang sin singkat gkat,, Dr. Dr. N mela melaku kuka kan n
pemeriksaaan sekaligus untuk 5 orang ibu hamil dalam satu ruangan yang berisi 5 tempat tidur sekaligus. Perawat yang membantu dokter tersebut meminta kepada pasien yang ada di ruangan untuk membuka sebagian baju untuk dilakukan pemeriksaan. Di dalam ruangan tersebut tidak ada pemisah antara setiap pasien. 1.2
Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dosen serta untuk memahami lebih lanjut tentang masalah yang telah diberikan kepada kami yang berhubungan langsung dengan materi kuliah Empati serta Etika moral pada modul Etika dan Empati. Serta untuk lebih mengembangkan ilmu dasar tentang empati dan dapat mengapresiasikan dalam kasus tersebut sehingga didapatkan solusi yang terbaik yang harus dilakukan oleh sang pasien. Tak hanya itu, penulisan makalah ini pun bermaksud agar kelak keti ketika ka kami kami calo calon n tena tenaga ga medi mediss terj terjun un lang langsu sung ng ke lapa lapang ngan an dan dan menghadapi kasus serupa atau lebih dari apa yang kami dapatkan saat ini, maka kami sudah sudah sedikit sedikit terlatih terlatih untuk memecahkannya memecahkannya dan memeberikan memeberikan solusi yang terbaik. Sehingga terciptalah rasa naluri empati yang tinggi yang memang seharusnya dimiliki oleh para tenaga medis yang membuat kami sebaga sebagaii tenaga tenaga medis medis menjad menjadii orang orang – orang orang yang yang dapat dapat diharg dihargai ai dan dihormati di tengah – tengah masyarakat. Penuli Penulisan san ini pun bertuj bertujuan uan untuk untuk member memberika ikan n sediki sedikitt inform informasi asi terbaru sekaligus tukar pikiran (sharing) aplikasi teori yang telah diberikan
20
oleh dosen kami sebagai pengajar dan pembimbing kepada teman – teman sekelas kami. Sehingga dengan begitu, mereka pun dapat memahami lebih dalam tentang teori yang telah diberikan dan di kemudian hari, mereka serta kami dapat mengapresiasika mengapresiasikannya nnya dalam kehidupan, kehidupan, yang nantinya akan mereka tularkan pula kepada sanak famili dan anak cucu mereka. 1.3
Manfaat Penulisan
Penulisan Penulisan ini bermanfaat bermanfaat untuk menambah menambah wawasan wawasan kita tentang sikap yang harus dilakukan ketika kita nantinya jikalau telah menjadi tenaga medi mediss kepa kepada da pasi pasien en atau atau mung mungki kin n oran orang g – oran orang g yang yang kita kita hada hadapi pi yangpa yangpada da saat saat itu dalam dalam keadaa keadaan n terpur terpuruk uk dan membut membutuhk uhkan an bantua bantuan n segera daru diri kita. Sehingga kita dapat bersikap sesuai dengan apa yang telah dipelajari dalam modul ini, tak hanya mantap dalam teori tapi mampu pula dalam hal tindakan langsung di lapangan.
1.2
Definisi ma masalah
Dokte Dokterr atau tenaga tenaga keseha kesehatan tan memeri memeriksa ksa pasien pasien berjum berjumlah lah 5 orang orang dalam 1 ruangan tanpa sekat.
1.4
Hipotesis
Dokter Dokter tersebu tersebutt tidak tidak profes professio sional nal dalam dalam menjal menjalank ankan an tugasn tugasnya ya sebagai dokter.
1.5
Identifikasi ma masalah
1.Apakah profesionalisme sebagai seorang dokter itu? 2. Apa hak dan kewajiban seorang dokter? 3. Apa hak dan kewajiban seorang pasien? 4. Apakah dokter tersebut berempati kepada pasiennya? 5. Bagaimana etika dasar moral yang terdapat dalam kasus tersebut? 6. Bagaimana solusinya?
21
BAB II Pembahasan
2.1 2.1
Prof Profes esio iona nali lism smee seor seoran ang g dok dokter ter Profesionalisme sering disebut dalam berbagai kaitan. Satu pendapat menyatakan profesionalisme yaitu suatu status, cara, karakteristik, standar yang
terkait
deng engan
suatu
profesi.
Pend endapat
lain ain
menyatakan
profesionalisme sebagai ajektif yang memiliki arti kualifikasi. Namun bila ditili ditilik k dari dari asal asal katany katanya, a, profes profesion ional al berasa berasall dari dari kata kata ”profe ”profess ssion ion”” dari dari bahasa Latin yang berarti a public declaration with the force of a promise, atau bila diartikan dalam bahasa Indonesia adalah sebuah deklarasi umum dengan kekuatan sebuah janji.
Ciri- ciri seorang profesional adalah: 1. Mempunyai Mempunyai kompetensi kompetensi dalam bidang pengetahuan pengetahuan dan keterampilan keterampilan tertentu. 2. Mempunyai Mempunyai tugas dan tanggung tanggung jawab tertentu tertentu baik terhadap individu individu dan masyarakat. 3. The right right to train, admit, discipli discipline ne and dismiss dismiss its members members for failure to sustain competences or observe the duties and responsibilities.
Sebagai seorang dokter yang professional, maka harus: 1. Fiducity/ trust/ confident 2. Berdasarkan etik.
Berdasarkan The Ameri American can Board Board of Inter Internal nal Medic Medicine ine (1995), profesiona profesionalisme lisme sebagai seorang seorang dokter dokter haruslah haruslah diajarkan diajarkan dan dibentuk dibentuk oleh seorang dosen atau tutor dan telah menjadi bagian dari sikap, perilaku dan keahlian dokter dalam menangani pasiennya yaitu: 1. Altruism: Seorang dokter wajib mendahulukan kebutuhan/urusan klien daripada urusannya sendiri, serta senantiasa memberi yang terbaik.
22
2. Accountability : Dokter Dokter bertan bertanggu ggung ng jawab jawab kepada kepada pasien pasien,, kepada kepada masyarakat di kesehatan masyarakat dan pada profesi mereka. 3. Excellence : seoran seorang g dokter dokter wajib wajib berkom berkomitm itmen en pada pada pembel pembelajar ajaran an jangka panjang. 4. Duty : seorang dokter harus bersedia dan cepat tanggap bila ”dipanggil” untuk melakukan pelayanan atau tindakan medis yang diperlukan. 5. Honor and integrity : Seorang dokter wajib berkomitmen untuk jujur, berterus terang dan adil dalam interaksinya dengan pasien dan profesi mereka. 6. Respect seorang g dokter dokter harus harus menunj menunjukk ukkan an rasa rasa hormat hormat Respect to others others : seoran (respect) pada pasien dan keluarganya, anggota timya dan dokter lain, mahasiswa kedokteran, residentnya dan pemagangnya.
Menu Menuru rutt aspe aspek k prof profes esio iona nali lism smee di atas atas,, dokt dokter er itu itu tida tidakl klah ah profesiona profesional, l, karena tidak memperhatik memperhatikan an hak-hak hak-hak pasien dan melanggar melanggar etika dasar moral.
2. 2
Hak dan ke kewajib jiban do dokter ter Hak-hak seorang dokter :
1. Hak beke bekerja rja menur menurut ut stand standar ar profe profesi si medik medik 2. Hak
menolak
melaksanakan
tindak
medik
yang
tidak
dapat
dipertanggungjawabkan secara profesional 3. Hak menola menolak k suatu tindak tindakan an medik medik yang menuru menurutt suara hatinya hatinya tidak tidak baik 4. Hak mengak mengakhiri hiri hubung hubungan an dengan dengan pasien, pasien, kecuali kecuali dalam dalam keadaan keadaan gawat gawat darurat 5. Hak atas privacy dokter 6. Hak Hak atas atas jas jasaa atau atau hono honora rari rium um 7. Hak atas atas itika itikad d baik baik dari dari pasien pasien..
23
Kewajiban- kewajiban dokter :
1. Kewajiban Kewajiban yang yang berhub berhubungan ungan dengan dengan standar standar profesi profesi medik 2. Kewajiban Kewajiban yang berhubung berhubungan an dengan dengan hak-hak hak-hak pasien 3. Kewaji Kewajiban ban yang berhubu berhubunga ngan n dengan dengan fungsi fungsi sosial sosial dari dari pemeli pemelihara haraan an kesehatan
2. 3
Hak dan ke kewajib jiban pa pasien Hak- hak seorang pasien:
1. Hak memili memilih h dokte dokterr dan dan rumah rumah sakit sakit 2. Hak mempe memperol roleh eh informa informasi si medis medis dan perset persetuju ujuan an 3. Hak Hak men menol olak ak peng pengob obata atan n 4. Hak Hak ata atass rah rahas asia ia diri diriny nyaa 5. Hak untuk untuk memutuska memutuskan n hubunga hubungan n antara antara dokter dokter dan dan pasien pasien 6. Hak Hak men meneri erima ma gant gantii rug rugii 7. Hak Hak ata atass ban bantu tuan an yur yurid idis is
Kewajiban-kewajiban seorang pasien:
1. Kewajiban Kewajiban memberi memberi informasi informasi yang yang sebenar sebenarnya nya kepada kepada dokter dokter 2. Kewajiban Kewajiban mematuhi mematuhi nasihat nasihat dokter dokter yang mengobati mengobati 3. Kewajiban Kewajiban menyimp menyimpan an rahasia rahasia pribadi pribadi dokter dokter yang yang mengobat mengobatinya inya 4. Kewajiban Kewajiban untuk untuk memberi memberikan kan imbalan imbalan atau atau honorariu honorarium m yang pantas pantas 5. Kewaji Kewajiban ban pasien pasien untuk untuk menaati menaati peratur peraturan an rumah sakit sakit dan melunas melunasii biaya rumah sakit
Berdasarkan penjelasan di atas, dokter telah melanggar hak pasien, diantaranya adalah hak atas kerahasiaan dirinya dan hak untuk mendapat pelayanan medis yang sesuai standar.
2. 4
Empati dokter 2.4. 2.4.1 1
Penge engert rtia ian n empa empati ti
Keadaan jiwa yang merasa iba melihat penderitaan orang lain dan
24
terd terdor oron ong g
deng dengan an
kema kemamp mpua uan n
send sendir irii
untu untuk k
meno menolo long ngny nyaa
tanp tanpaa
mempersoalkan persoalan perbedaan latar belakang agama, budaya, bahasa, bangsa, etnik, dan lain sebagainya (Abuddin Nata). Suatu Suatu kemamp kemampuan uan seseor seseorang ang untuk untuk menger mengerti ti perasa perasaan, an,pik pikiran iran,da ,dan n keinginan orang lain,tanpa mempengaruhi obyektivitas dalam menilai orang tersebut atau kemampuan menempatkan diri ke dalam diri orang lain untuk memaha memahami mi pandan pandangan gan dan perasa perasaan an orang orang tersebu tersebut,s t,sesu esuai ai dengan dengan latar latar belakang pendidikan,sosial,budaya,agama,ekonomi,etnik,dan pendidikan,sosial,budaya,agama,ekonomi,etnik,dan lain-lain. lain- lain.
2.4.2 Empati dokter dalam kasus ini
Pada kasus ini, dokter tidak berempati kepada pasiennya, karena dokter menyatukan 5 orang pasien dalam satu ruang periksa tanpa sekat. Bila dokter bere beremp mpat atii terha terhada dap p pasi pasien enny nya, a, beli beliau au past pastii mema memaha hami mi baga bagaim iman anaa tida tidak k nyamannya menceritakan hal-hal yang pribadi dalam kamar periksa bersama 4 orang lain yang mungkin bisa mendengar keluhannya mengenai hal-hal yang sangat pribadi, apalagi bila diminta membuka baju untuk pemeriksaan lebih lanjut.
2. 5
Etika dasar moral Etika dasar moral ada 4, yaitu: a. Menghormati
martabat
manusia
(respect
for
person/autonomy). Meng Mengho horm rmat atii marta martaba batt manu manusi sia. a.
Pertama Pertama,, setiap setiap indivi individu du (pasie (pasien) n) harus harus diperla diperlakuk kukan an seba sebaga gaii manu manusi siaa yang yang memi memili liki ki oton otonom omii (hak (hak untu untuk k mene menent ntuk ukan an nasi nasib b diri diri send sendir iri) i),, dan dan kedu kedua, a, seti setiap ap manusia yang otonominya berkurang atau hilang perlu mendapatkan perlindungan. b. Berbuat baik (beneficence). Selain Selain mengho menghorma rmati ti martab martabat at manusi manusia, a, dokter juga harus mengusahakan agar pasien yang dirawatnya terjaga keadaa keadaan n keseha kesehatan tannya nya ( patient Pengertia tian n ”berbu ”berbuat at baik” baik” patient welfare welfare). Penger diartikan bersikap ramah atau menolong, serta melakukan yang terbaik, lebih dari sekedar memenuhi kewajiban. 25
c. Tidak berbuat yang merugikan ( non-maleficence). Praktik Kedokteran haruslah memilih pengobatan yang paling kecil risikonya dan paling besar manfaatnya. Pernyataan kuno: first, do no harm , tetap berlaku dan harus diikuti. justice). Perbeda d. Keadilan ( justice Perbedaan an kedudu kedudukan kan sosia sosial, l, tingka tingkatt ekonom ekonomi, i,
panda pandanga ngan n politi politik, k, agama agama dan faham faham keperca kepercayaa yaan, n, kebang kebangsaa saan n dan kewarganegaraan, status perkawinan, serta perbedaan jender tidak boleh dan tidak dapat mengubah sikap dokter terhadap pasiennya. Tidak ada pertimbangan lain selain kesehatan pasien yang menjadi perhatian utama dokter. Berdasarkan uraian di atas, dapat kita ketahui bahwa dokter telah melanggar etika dasar moral, karena bila dokter dokter menempatkan menempatkan 5 pasien dalam satu kamar tanpa tanpa sekat, sekat, maka maka pasien pasien akan akan malu malu atau atau keberat keberatan an dalam dalam mengun mengungka gkapka pkan n keluhannya, bila keluhan-keluhan yang seharusnya dibicarakan itu dipendam, maka maka hal yang yang mungki mungkin n terjadi terjadi adalah adalah kesalah kesalah diagno diagnosis sis akibat akibat kurang kurangnya nya informsi dari pasien. Kesalahan diagnosis ini tentu tidak sesuai dengan prinsip etika dasar moral benefiecence dan non maleficience.
26
BAB III Penutup
3.1Kesimpulan 1. Dokter/tena Dokter/tenaga ga kesehatan kesehatan tidak tidak profesio profesional, nal, karena karena tidak tidak memperhatik memperhatikan an hak-hak pasien dan melanggar etika dasar moral. 2. Dokter/tenaga kesehatan kesehatan telah melanggar hak hak pasien, pasien, diantaranya adalah hak atas kerahasiaan kerahasiaan dirinya dan hak untuk mendapat pelayanan medis yang sesuai standar. 3. Dokte Dokter/t r/tenag enagaa keseha kesehatan tan tidak tidak beremp berempati ati kepada kepada pasien pasiennya nya,, karena karena menyatukan 5 orang pasien dalam satu ruang periksa tanpa sekat. 4. Dokte Dokter/t r/tenag enagaa keseha kesehatan tan telah telah melang melanggar gar etika etika dasar dasar moral, moral, karena karena dengan dengan menempat menempatkan kan 5 pasien pasien dalam dalam satu satu kamar kamar tanpa tanpa sekat sekat akan akan membuat membuat pasien malu menceritakan menceritakan riwayat riwayat kesehatann kesehatannya, ya, sehingga sehingga dokter/tenaga kesehatan tidak mendapatkan informasi yang seharusnya ia ketahui, ketahui, dan hal ini memungkin memungkinkan kan kesalahan kesalahan diagnosis. diagnosis. Kesalahan Kesalahan diag diagno nosi siss ini ini tent tentu u tida tidak k sesu sesuai ai deng dengan an prin prinsi sip p etik etikaa dasa dasarr moral moral benefiecence dan non maleficience.
3. 2
Solusi 1. Memp Memper erba baik ikii
fasi fasili lita tass
(inf (infra rast stru rukt ktur ur))
untu untuk k
kegi kegiat atan an
kesehatan seperti membuat sekat antar tempat tidur. 2. Menamb Menambah ah tenaga tenaga keseha kesehatan tan yang yang profesi profesiona onal. l. 3. Memb Membat atas asii juml jumlah ah pas pasie ien. n. 4. Membua Membuatt komitme komitmen/ n/ janji janji periksa periksa dengan dengan pasien pasien..
27
pela pelaya yana nan n
Daftar Pustaka
www.yusufalamromadhon.blogspot.com diakses pada tanggal 6 Januari 2009
Tim Penyusun. Modul Etika dan Empati. 2008. Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Nata, Abuddin. Perspektif Islam tentang Pendidikan Kedokteran. 2004. Jakarta : Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
28
PEMICU 3 Aku tidak mau transfusi
29
BAB I Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Tn. Tn. JW adal adalah ah seor seoran ang g pasi pasien en yang yang meng mengal alami ami anem anemia ia kare karena na pendarahan dari anus. Dokter mendiagnosis sebagai Hemoraid Interna. Tn. JW dibawa ke rumah sakit oleh keluarganya, karena tampak lemah dan pucat setelah keluar darah dari anus dan tidak berhenti. Sejak satu bulan terakhir ini Tn. JW mengalami sering mengalami pendarahan setelah buang air besar besar yang yang berwarn berwarnaa merah merah segar segar dan biasan biasanya ya langsu langsung ng berhen berhenti. ti. Pendarahan ini sering terjadi apabila buang air besar. Dan yang terakhir adalah tiga hari sebelum masuk ke rumah r umah sakit, pendarahan yang keluar dari anus anus sann sannga gatt bany banyak ak dan dan tida tidak k berh berhen enti ti.. Pada Pada peme pemeri riks ksaa aan n dara darah, h, did didapat apatk kan kad kadar Hb 5 g/d g/dl (no (normal rmal lak laki-la i-lak ki = 12 g/dl) /dl).. Dok Dokter ter menyarankan Tn, JW untuk dilakukan transfusi darah agar fungsi tubuh dapa mendekati normal dan Tn. JW tidak lemas lagi, sebelum dilakukan tindakan operasi. Tn. JW dengan dengan tegas tegas menola menolak k untuk untuk dilaku dilakukan kan transf transfusi usi darah darah karena tidak sesuai dengan keyakinan (kepercayaannya). Dan apabila nanti dia meninggal, sudah memang jalan hidupnya.
1.2
Tujuan penulisan
Agar dapat digunakan sebagai bahan pembelajaran mahasiswa. Agar mahasiswa dapat menjunjung tinggi profesionalisme, moral dan etika dalam mela melaks ksan anak akan an prak prakti tik k kedo kedokt kter eran an nant nantin inya ya..
Agar Agar maha mahasi sisw swaa dapa dapatt
menunjukkan perilaku ilmiah, berwawasan luas, peka terhadap perasaan dan pemik pemikira iran n orang orang lain. lain. Agar Agar mahasi mahasiswa swa mampu mampu bertin bertindak dak serasi serasi dengan dengan budaya masyarakat dan tidak merugikan masyarakat itu sendiri
30
1.3
Manfaat penulisan
Mahasiswa mampu menunjukkan sikap budi pekerti luhur, antara lain lain sopa sopan n sant santun un,, meng mengha harg rgai ai oran orang g lain lain seba sebaga gaii sesa sesama ma manu manusi sia, a, menunjukkan sikap kepedulian / empati sesuai dengan budaya dan kondisi yang dihadapi. Mahasiswa bisa menghargai pendapat orang lain.
1.4
Definisi ma masalah
Tn. JW tidak tidak mau di tranfu tranfusi si walaup walaupun un Hbnya Hbnya rendah rendah (5gr/d (5gr/dl) l) karena tidak sesuai dengan kepercayaannya.
1.5
Hipotesis
Tuan JW perlu diberikan transfusi darah agar Hbnya naik menjadi normal (12gr/dl).
1.6
Identifikasi ma masalah
1. Apa Apa tujua tujuan n trans transfu fusi si dara darah? h? 2. Apa syarat syarat untuk untuk menja menjadi di seoran seorang g pendono pendonor? r? 3. Apa hubu hubunga nganny nnyaa kasus kasus ini ini dengan dengan HAM? HAM? 4. Baga Bagaim iman anaa kas kasus ini ini jika jika dikai ikaitk tkan an denga engan n norm normaa autonomy, justice, beneficence, dan nonmaleficence? 5. Seba Sebaga gaii seor seoran ang g yang yang prof profes essi sion onal al,, tind tindak akan an apa apa yang yang harus dilakukan oleh dokter? 6. Apa solusi solusi yang dapat diberik diberikan an yang yang sesuai sesuai dengan dengan etika etika dasar moral?
31
Bab II Pembahasan
I.
Tujuan Transfusi Darah -
Meningkatkan kemampuan darah dalam mengangkut oksigen
II.
-
Memperbaiki volume darah tubuh
-
Memperbaiki kekebalan
-
Memperbaiki masalah pembekuan.
Syarat Me Menj nja adi Pe Pendonor Da Darah Untuk menjadi seorang pendonor darah terdapat berbagai sayarat atau kriteria, antara lain :
Umur 17 - 60 tahun
Berat badan minimum 45 kg
Temperatur tubuh : 36,6 - 37,5o C (oral)
Tekanan darah baik ,yaitu:
Sistole = 110 - 160 mm Hg Diastole = 70 - 100 mm Hg
Denyut nadi; Teratur 50 - 100 kali/ menit
Hemoglobin Wanita minimal = 12 gr % Pria minimal = 12,5 gr %
Jumlah penyumbangan pertahun paling banyak 5 kali, dengan jarak penyumbangan sekurang-kurangnya 3 bulan. Keadaan ini harus sesuai dengan keadaan umum donor.
32
III. III.
Kasu Kasuss Dihub Dihubun ungk gkan an de deng ngan an Hak Hak Asas Asasii Man Manus usia ia Bicara tentang HAM, tidak hanya hak asasi saja yang dilihat, namun jug jugaa kewaj kewajib iban an asas asasi. i.
Pada Pada kasu kasuss ini, ini, dokt dokter er berk berkew ewaji ajiba ban n untu untuk k
menyelamatkan jiwa si pasien, melakukan pengobatan terhadap pasien, dan yang paling penting adalah menghormati dan menghargai hak pasien. Disini pasien dengan tegas menolak dilakukannya transfuse darah, dan kalaupun dia mati, maka itu memang sudah menjadi takdirnya. Yang intinya disini si pasien pasrah terhadap nasibnya. Walaupun sebenarnya pasien mempunyai hak untuk tetap hidup dan mendapatkan pengobatan dari dokter. Dan di atur dalam the right of self determination determination , bahwa pasien berhak atas tubuhnya sendiri , hak menolak pengobatan / perawatan / tindakan medis tertentu. tertentu. Jadi, pada kasus ini dokter dokter tidak bias melakukan transfuse transfuse darah tanpa persetujuan dari pihak pasien itu sendiri.
IV.
Kasus Dihubungkan dengan Prinsip Autonomy, Beneficence, Nonmaleficence, dan Justice.
A.
Autonomy
Prinsip dari autonomy itu sendiri adalah menentukan yang terbaik untuk dirinya dirinya sendiri. Jika dikaitkan dikaitkan dengan kasus ini yang dimana Tn. Jw tidak mau melakukan transfuse darah sengan alasan tidak sesuai dengan keyakinann keyakinannya, ya, maka itu adalah keputusan Tn. Jw yang harus dihargai dihargai oleh pihak dokter. Pada prinsip ini, Tn. Jw free action ( bebas bertindak ), apakah dia mau dilakukan transfuse darah atau tidak . hal itu mutlak menjadi hak Tn. Tn. Jw , karen karenaa tida tidak k bert berten enta tang ngan an deng dengan an unda undang ng – unda undang ng sepe sepert rtii euthan euthanasi asia. a. Yang Yang jelas jelas disini disini dokter dokter harus harus melaku melakukan kan inform informed ed consen consentt terlebih dahulu, siapa tahu Tn. Jw bias berubah fikiran.
B.
Justice
Maksud dari prinsip ini adalah adil terhadap seseorang/ kelompok, baik baik berupa berupa jasa jasa atau atau apapun apapun . perlak perlakuan uan adil harus harus didasark didasarkan an pada pada : 33
kebutuhan, persamaan , kegunaan kebebasan dan ganti rugi. Pada kasus ini, dokter telah berlaku adil kepada Tn. Jw , sesuai dengan kebutuhan Tn. Jw saat saat itu, itu, yait yaitu u tran transf sfus usee dara darah. h. Berd Berdas asar arka kan n prin prinsi sip p ini, ini, haru haruss ada ada prosedurnya, yaitu harus diketahui orang. Jadi harus ada saksi atau bukti ber berup upaa pern pernya yata taan an Tn. Tn. Jw yang yang tida tidak k mau mau dila dilaku kuka kan n tran transf sfus usee dara darah h terhadap dirinya.
C.
Beneficence
Prinsip ini adalah menganggap penting menolong orang lain yang bertujuan baik. Kewajiban yang berakar pada prinsip ini: 1. melind melindung ungii dan memper mempertah tahank ankan an hak pasie pasien. n. 2. menceg mencegah ah bahaya bahaya yang yang terjad terjadii pada oran orang g lain. lain. 3. menyingki menyingkirkan rkan hal-hal hal-hal yang dapat membahayak membahayakan an orang orang lain. lain. 4. menolo menolong ng orang orang yang yang tida tidak k mampu mampu 5. menyel menyelama amatka tkan n orang orang yang yang dalam dalam baha bahaya. ya. Jika Jika dika dikait itka kan n deng dengan an kaus kaus ini, ini, disi disini ni dokt dokter er tela telah h meli melind ndun ungi gi dan dan mempertahankan hak Tn. Jw untuk tidak dilakukan transfuse darah terhadap diri diriny nya, a, dibu dibukt ktik ikan an deng dengan an dokt dokter er yang yang tida tidak k mela melaku kuka kan n pema pemaks ksaa aan n terhadap Tn. Jw .
D.
Nonmaleficence
Dasar dari prinsip ini adalah kewajiban kewajiban untuk untuk tidak dengan sengaja melakukan melakukan tindakan tindakan yang membahayakan. membahayakan. Kewajiban Kewajiban yang berakar ada prinsip ini: 1. Tida Tidak k bol boleh eh memb membun unuh uh 2. Tidak Tidak menimb menimbulk ulkan an sakit sakit dan pend penderi eritaan taan.. 3. Tidak Tidak membu membuat at orang orang lain lain tidak tidak berd berdaya aya.. 4. Tidak Tidak ikut ikut camp campur ur urusa urusan n orang orang lain. lain. 5. Tidak boleh menghambat menghambat hal-hal hal-hal yang baik baik pada pada hidup hidup orang orang lain. lain. Pada kasus ini dokter telah melakukan prinsip nonmaleficence karena tidak melakukan tindakan operasi sebelum kadar hemoglobin Tn. Jw kembali normal, karena malah akan membahayakan dan memperparah keadaan Tn. Jw.
34
Bab III Penutup
3. 1
Kesimpulan Dari Dari uraian uraian pada bab diatas diatas,, bisa bisa ditarik ditarik kesimpu kesimpulan lan bahwa Tn. Jw berha berhak k penuh penuh terhad terhadap ap diriny dirinya, a, dia berhak berhak menola menolak k perawa perawatan tan dari dari tim dokter untuk melakukan transfuse darah. Namun sebelumnya, dokter harus member memberika ikan n inform informed ed consen consentt atau atau keteran keterangan gan kepada kepada Tn. Jw terlebi terlebih h dahulu agar siapa tahu Tn. Jw bisa berubah fikiran. Namun jika Tn. Jw tetap tet ap pada keyakinannya untuk tidak melakukan transfuse darah, maka harus ada bukti pernyataan resmi dari Tn. Jw bahwa dirinya tidak mau dilakukan transfuse darah, agar dari pihak dokter tidak mendapat tuntutan jika nanti kedepannya terjadi sesuatu yang tidak diinginkan. Jadi dokter harus tetap menghargai dan menghormati keputusan Tn. Jw tersebut.
3. 2
Solusi Berd Berdas asar arka kan n penj penjela elasa san n di atas atas,, sika sikap p yang yang seha seharu rusn snya ya dokt dokter er lakukan adalah inform concent yaitu memberikan penjelasan pada pasien tentang kondisinya dan akibat dari tindakan, agar dokter tidak melanggar non non male malefic ficien ience. ce. Apab Apabil ilaa pasi pasien en masi masih h bers bersik ikera erass untu untuk k meno menola lak k ditransfusi, maka ada 2 pilihan solusi:
1. Melanggar Melanggar etika etika dasar dasar yaitu autonomy, autonomy, karena karena autonom autonomy y bisa dilang dilanggar gar dengan 3 alasan yaitu:
keadaan darurat
terjadi pada anak-anak
kondisi pasien pikun atau gila
2. Meng Mengho horm rmat atii hak hak oton otonom omii pasi pasien en,, teta tetapi pi agar agar dokt dokter er tida tidak k terj terjera eratt hukum karena tidak melakukan hal yang diwajibkan, maka pasien harus
35
memb membua uatt surat surat pern pernya yataa taan n yang yang meny menyat atak akan an bahw bahwaa dokt dokter er tida tidak k melakukan transfusi karena dia menolak sebab dianggap tidak sesuai dengan kepercayaannya.
Hak dan kewajiban secara etika maupun hukum dalam dunia medis menjadi bahan pertimbangan dalam pencapaian kemaslahatan
Sebagai seorang dokter yang professional, harus bias menyikapi hal ini ini deng dengan an bija bijaks ksan ana. a. Wa Wala laup upun un suda sudah h menj menjad adii kewa kewaji jiba bann nnya ya untu untuk k menolong Tn. Jw, namun adalah hak Tn. Jw untuk menolak perawatan dari dokter dokter karena karena tidak tidak sesuai sesuai dengan dengan keperca kepercayaa yaanny nnya. a. Disini Disini dokter dokter bias bias menj menjela elask skan an baga bagaim iman anaa trans transfu fuse se dara darah h itu itu send sendir irii dan dan pent pentin ingn gnya ya dilakukan pada dirinya agar bias dilakukan operasi. Namun jika Tn. Jw teap tidak berubah fikiran, maka lebih baik Tn. Jw diberikan obat yang dapat merangsang pembentukan sel darah merah, agar kadar hemoglobinnya bias normal normal kembali dan bias dilakukan dilakukan tindakan operasi, operasi, itupun jika Tn. Jw mengizinkannya.
36
Daftar Pustaka
www.wikipedia.com
Abdul, Dr. Ebrahim. 2007. Fikih Fikih Kesehatan . Jakarta : Serambi
37
PEMICU 4 Saya sarankan, Suami Ibu yang KB…!
38
BAB I Pendahuluan
1.1
Latar Belakang
Sepasang suami istri datang ke Klinik Kandungan di Jakarta. Ny. L datang ke klinik dengan keluhan pusing, badan lemas, dan pendarahan haid yang lebih dari 2 minggu. Ny. L mengatakan bahwa sebelum menggunakan pil pil KB, KB, dia dia tida tidak k pern pernah ah meng mengel eluh uh sepe sepert rtii ini. ini. Sete Setela lah h dila dilaku kuka kan n pemeriksaan oleh petugas kesehatan, didapatkan tekanan darah yang tinggi (170/100 mmHg). Menurut petugas kesehatan tersebut, karena adanya hipertensi maka Ny. L tidak dianjurkan untuk mengunakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon. Petugas kesehatan mengatakan, ”Saya menyarankan agar Suami Ibu saja yang KB,.....”
1.2
Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi tugas dosen serta untuk memahami lebih lanjut tentang masalah yang telah diberikan kepada kami yang berhubungan langsung dengan materi kuliah Empati serta Etika moral pada modul Etika dan Empati. Serta untuk lebih mengembangkan ilmu dasar tentang empati dan dapat mengapresiasikan dalam kasus tersebut sehingga didapatkan solusi yang terbaik yang harus dilakukan oleh sang pasien. Tak hanya itu, penulisan makalah ini pun bermaksud agar kelak keti ketika ka kami kami calo calon n tena tenaga ga medi mediss terj terjun un lang langsu sung ng ke lapa lapang ngan an dan dan menghadapi kasus serupa atau lebih dari apa yang kami dapatkan saat ini, maka kami sudah sudah sedikit sedikit terlatih terlatih untuk memecahkannya memecahkannya dan memeberikan memeberikan solusi yang terbaik. Sehingga terciptalah rasa naluri empati yang tinggi yang memang seharusnya dimiliki oleh para tenaga medis yang membuat kami sebaga sebagaii tenaga tenaga medis medis menjad menjadii orang orang – orang orang yang yang dapat dapat diharg dihargai ai dan dihormati di tengah – tengah masyarakat.
39
Penuli Penulisan san ini pun bertuj bertujuan uan untuk untuk member memberika ikan n sediki sedikitt inform informasi asi terbaru sekaligus tukar pikiran (sharing) aplikasi teori yang telah diberikan oleh dosen kami sebagai pengajar dan pembimbing kepada teman – teman sekelas kami. Sehingga dengan begitu, mereka pun dapat memahami lebih dalam tentang teori yang telah diberikan dan di kemudian hari, mereka serta kami dapat mengapresiasika mengapresiasikannya nnya dalam kehidupan, kehidupan, yang nantinya akan mereka tularkan pula kepada sanak famili dan anak cucu mereka.
1.3
Manfaat Penulisan
Penulisan Penulisan ini bermanfaat bermanfaat untuk menambah menambah wawasan wawasan kita tentang sikap yang harus dilakukan ketika kita nantinya jikalau telah menjadi tenaga medi mediss kepa kepada da pasi pasien en atau atau mung mungki kin n oran orang g – oran orang g yang yang kita kita hada hadapi pi yangpa yangpada da saat saat itu dalam dalam keadaa keadaan n terpur terpuruk uk dan membut membutuhk uhkan an bantua bantuan n segera daru diri kita. Sehingga kita dapat bersikap sesuai dengan apa yang telah dipelajari dalam modul ini, tak hanya mantap dalam teori tapi mampu pula dalam hal tindakan langsung di lapangan..
1.4
Hipotesis
Keputusan Keputusan yang diambil diambil oleh tenaga kesehatan kesehatan untuk untuk menyarankan menyarankan pemakaian pemakaian pil KB pada suami pasien, pasien, tidak berdasarkan berdasarkan prinsip-pri prinsip-prinsip nsip etika
1.5
Identifikasi ma masalah
1. Bagai agaima man na kasu kasuss ini ini jika jika dilih ilihat at dari ari segi segi prin rinsip sip Auto Autono nomy my,, beneficence, Nonmaleficence, dan Justice ? 2. Apa sajakah sajakah alat-alat alat-alat kontrase kontrasepsi psi baik baik homonal homonal amaupun amaupun non non hormonal? hormonal?
40
Bab II Pembahasan
I.
Kasu Kasuss dih dihub ubun ungk gkan an de deng ngan an Prin Prinsi sip p Aut Auton onom omy, y, Be Bene nefi fice cenc nce, e, Nonmaleficence, dan Justice
A.
Autonomy
Si Ibu dapat menent menentuka ukan n untuk untuk tidak tidak menggu menggunak nakan an pil KB karena karena jika jika si Ibu menggu menggunak nakann annya ya maka maka diriny dirinyaa akan akan merasa merasakan kan keluhan seperti pusing, badan lemas, dan pendarahan, yang merupakan kondisinya ketika datang ke klinik setelah mengkonsumsi pil KB. Tak hanya sang ibu saja yang memiliki hak autonomy, autonomy, para tenaga medis medis juga memilikinya yang berupa saran kepada sang ibu agar suaminya yang
menggunaka akan
pil
KB.
Suamipun
memil emiliiki
hak
untuk
menentukan nasibnya sendiri dengan langkah menggunakan atau tidak menggunakan alat KB.
B.
Beneficence
Hal lain yang menjadi kata kunci adalah prinsip beneficence, yaitu dengan adanya solusi yang diberikan diberikan oleh tenaga medis kepada kepada si ibu dengan cara menyarankan agar suaminya saja yang KB. Hal ini dimaksudkan untuk mencegah bahaya yang kemungkinan akan terjadi bila si ibu tetap mengkonsumsi pil KB. Tindakan tenaga medis ini juga bertujuan mencari jalan yang terbaik untuk menyelamatkan si Ibu.
C.
Nonmaleficence
Prins Prinsip ip ini ini terli terliha hatt dari dari tind tindak akan an tena tenaga ga medi mediss yang yang ingi ingin n menghi menghinda ndari ri hal-ha hal-hall berbah berbahaya aya yang yang kirany kiranyaa akan akan terjadi terjadi kembal kembalii bahkan lebih parah pada si ibu.
41
D.
Justice Dari segi ini bahwa penggunaan pil KB harus sesuai dengan
kebutuhan. Apakah pada saat itu si Ibu membutuhkan pil KB tersebut atau tidak? Sehingga ada keadilan atau rasa adil yang diberikan tenaga kesehatan atau dokter kepada si ibu. Jika tenaga medis menyarankan kepada si Ibu agar suaminya saja yang KB maka mereka harus mampu bertan bertanggu ggung ng jawab jawab dengan dengan apa yang yang akan akan terjadi terjadi pada pada suamin suaminya. ya. Disinilah prinsip justice akan terasa diterapkan atau tidak.
II.
Jenis – Jenis al alat Ko Kontra trasepsi A. Bers Bersifa ifatt horm hormon onal al :
-
Suntik
-
Pil
-
Implan
B. Bersifat Non Hormonal :
-
IUD
-
Tubektomi
-
Vasektomi
-
Kondom
42
Bab III Penutup
3.1
Kesimpulan
Tindakan yang diberikan dokter kepada pasien yang bersangkutan kurang kurang memper memperhati hatikan kan prinsi prinsip-p p-prin rinsip sip etika, etika, dianta diantaran ranya ya : autono autonomy, my, justice, beneficience, dan nonmaleficience.
3.2 3.2
Solu Solusi si Masal asalah ah Pada ada Kas Kasus us ini ini / Saran aran •
Menggunakan Alternatif terbaik setelah ada konfirmasi dengan pasien.
•
Memberikan Informed Consent kepada pasien, sehingga secara seksama bisa diputuskan apakah hal yang terbaik.
•
Penggu Penggunaa naan n alat alat kontra kontrasep sepsi si non hormon hormonal al ataupun ataupun hormon hormonal al pada pada suami suami pasien, pasien, merupakan merupakan salah satu alternatif yang diperbincangka diperbincangkan n terlebih dahulu.
43
Daftar Pustaka
www.wikipedia.com
44
PEMICU 5
45
Let Me die…
BAB I
Pendahuluan
1. 1
Latar Belakang
Siang itu, Tn.L menghadap dokter jaga diruang ICU suatu Rumah Sakit pemerintah di Jakarta, dan mengatakan bahwa Tn.L ingin agar semua peralatan peralatan yang dipasang dipasang pada istinya istinya dicabut. dicabut. Biarkan Biarkan istri saya meninggal. meninggal. Sudah 5 bulan Ny.Y terbaring di ruang ICU tanpa ada prubahan sama sekali. Kata Tn..L, “Saya sudah tidak sanggup lagi…..Dana lagi…..Dana sudah tidak ada, saya sudah tidak bekerja lagi karena harus mengurusi istri di Rumah Sakit. Anak-anak dititipkan ke saudara.”
1. 2
Definisi ma masalah
Tn.L. Tn.L. mengin mengingin ginkan kan agar agar perawat perawatan an yang yang dipasa dipasang ng pada pada istrin istrinya ya (Ny.Y) dicabut, karena dana yang tersedia sudah tidak ada dan dia sudah tidak bekerja lagi
1. 4
Hipotesis
Dokt Dokter er tida tidak k meng mengab abul ulka kan n perm permin inta taan an Tn. Tn. L untu untuk k mela melaku kuka kan n Euthanasia.
1. 5
Identifikasi ma masalah
1. Bagaimanakah termminologi dan klasifikasi dari Eutanasia? 2. Bagaimanakah sejarah Eutanasia? 3. Euthanasia menurut hukum di beberapa negara ? 4. Bagaimanakah Eutanasia menurut ajaran agama Islam? 5. Bagaimanakah kasus Eutanasia jika dihubungkan dengan etika dasar moral? 6. Adakah contoh kasus Eutanasia yang serupa dengan kasus Tn.L dan Ny. Y?
46
7. Hubungannya dengan informed consent?
47
Bab II Pembahasan
I. Terminologi 1.1
Euthanasia ditinjau dari sudut cara pelaksanaannya
Ditinjau dari sudut maknanya maka eutanasia dapat digolongkan menjadi tiga yaitu eutanasia pasif, eutanasia agresif dan eutanasia non agresif. •
Euthanasia Euthanasia agresif : atau atau suatu suatu tind tindak akan an eutanasia yaitu suatu suatu eutanasia aktif yaitu
tindakan secara sengaja yang dilakukan oleh dokter dokter atau atau tenaga kesehatan lain lain untuk untuk memper mempersin singka gkatt atau mengak mengakhir hirii hidup hidup si pasien pasien.. Misaln Misalnya ya deng dengan an memb memberi erika kan n obat obat-ob -obat atan an yang yang mema memati tika kan n sepe seperti rti misa misaln lnya ya pemberian pemberian tablet sianida atau menyuntikkan zat-zat yang mematikan ke dalam tubuh pasien. •
Euthan Euthanasia asia non agresif agresif : atau atau kada kadang ng juga juga dise disebu butt autoeuthanasia
(eutan (eutanasi asiaa otomat otomatis) is)yan yang g termasu termasuk k katego kategori ri eutanasia eutanasia negatif negatif yaitu dimana dimana seoran seorang g pasien pasien menola menolak k secara secara tegas tegas dan dengan dengan sadar sadar untuk untuk menerima perawatan medis dan sipasien mengetahui bahwa penolakannya ters terseb ebut ut akan akan memp memper erpe pend ndek ek atau atau meng mengak akhi hiri ri hidu hidupn pnya ya..
Deng Dengan an
pen penol olak akan an ters terseb ebut ut ia memb membua uatt sebu sebuah ah "codicil" (perny (pernyata ataan an tertuli tertuliss tangan). Autoeutanasia pada pada dasarn dasarnya ya adalah adalah suatu suatu prakte praktek k eutana eutanasia sia pasif atas permintaan. •
Euthanasia pasif : juga bisa dikategorikan sebagai tindakan eutanasia
dimana tidak dipergunakan dipergunakan alat-alat atau langkah-lan langkah-langkah gkah aktif negatif dimana untuk mengakhiri kehidupan si sakit. Tindakan pada eutanasia pasif ini adalah dengan secara sengaja tidak (lagi) memberikan bantuan medis yang dapat memperpanjang memperpanjang hidup hidup pasien. pasien. Misalnya Misalnya tidak memberikan memberikan bantuan bantuan oksigen bagi bagi pasien pasien yang yang mengal mengalami ami kesuli kesulitan tan dalam dalam pernap pernapasa asan n atau atau tidak memberikan antibiotika kepada penderita pneumonia berat ataupun meniad meniadaka akan n
tindak tindakan an
operasi
yang yang
sehar eharus usny nyaa
dila dilaku kuka kan n
guna guna
memp memper erpa panj njan ang g hidu hidup p pasi pasien en,, atau ataupu pun n deng dengan an cara cara pemb pember eria ian n obat obat 48
penghilan penghilang g rasa sakit seperti morfin walaupun disadari bahwa pemberian morfin morfin ini juga juga dapat dapat beraki berakibat bat ganda ganda yaitu yaitu mengak mengakiba ibatka tkan n kematia kematian. n. Euta Eutana nasi siaa
pasi pasiff
ini ini
seri sering ngka kali li seca secara ra ters tersel elub ubun ung g
dila dilaku kuka kan n
oleh oleh
kebanyakan rumah sakit. Penyalahgunaan eutanasia pasif bisa dilakukan oleh tenaga medis medis,, maupun pihak keluarga yang menghendaki kematian seseorang atau keputusasaan kelu keluar arga gan n
kare karena na
keti ketida dak k
sang sanggu gupa pan n
mena menang nggu gung ng
beba beban n
biay biayaa
pengobatan. Ini biasanya terjadi pada keluarga pasien yang tidak mungkin untu untuk k memb membay ayar ar biay biayaa peng pengob obat atan anny nya, a, dan dan piha pihak k ruma rumah h saki sakitt akan akan meminta meminta untuk untuk dibuat dibuat "pernyataan "pernyataan pulang paksa". paksa". Bila meninggal pun pasien diharapkan mati secara alamiah. Ini sebagai upaya defensif medis. 1.2 Euthanasia ditinjau dari sudut pemberian izin
Ditinjau dari sudut pemberian izin maka euthanasia dapat digolongkan menjadi tiga yaitu : •
Euthanasia diluar kemauan pasien: yaitu suatu tindakan eutanasia yang
berte bertenta ntanga ngan n dengan dengan keingi keinginan nan si pasien pasien untuk untuk tetap tetap hidup. hidup. Tindak Tindakan an eutanasia semacam ini dapat disamakan dengan pembunuhan dengan pembunuhan.. •
Euthanasia secara tidak sukarela: Eutanasia semacam ini adalah yang
seringkali menjadi bahan perdebatan dan dianggap sebagai suatu tindakan yang keliru oleh siapapun juga.Hal ini terjadi apabila seseorang yang tidak berk berkom ompe pete ten n atau atau tida tidak k berh berhak ak untu untuk k meng mengam ambi bill suat suatu u kepu keputu tusa san n misaln misalnya ya status statusnya nya hanyal hanyalah ah seoran seorang g wali wali dari dari si pasien pasien (seper (seperti ti pada pada kasus Ter Terri ri Sch Schiav iavo o). Kasu Kasuss ini ini menj menjad adii sang sangat at kont kontro rove vers rsia iall seba sebab b beberapa orang wali mengaku memiliki hak untuk mengambil keputusan bagi si pasien. •
Euthanasia secara sukarela : dilakukan atas persetujuan si pasien sendiri,
namun hal ini juga masih merupakan hal kontroversial.
1.3 Euthanasia ditinjau dari sudut tujuan
Beberapa tujuan pokok dari dilakukannya eutanasia antara lain yaitu :
49
•
Pembunuhan berdasarkan belas kasihan (mercy killing)
•
Eutanasia hewan
•
Eutanasia berdasarkan bantuan dokter, ini adalah bentuk lain daripada eutanasia agresif secara sukarela
II. Sejarah euthanasia 2.1 Asal-usul kata euthanasia
Euthanasia (Bahasa (Bahasa Yunani: Yunani: ευθανασία -ευ, eu yang artinya "baik", dan θάνατος, thanatos yang berarti kematian) adalah merupakan praktek pencabutan kehidupan manusia atau hewan melalui cara yang dianggap tidak menimbulkan rasa sakit atau menimbulkan rasa sakit yang minimal, biasanya dilakukan dengan cara memberikan suntikan yang mematikan. Aturan hukum mengenai mengenai masalah ini sangat berbeda-bed berbeda-bedaa di seluruh dunia dan seringkali berubah seiring dengan perubahan norma-norma norma-norma budaya budaya dan tersedianya perawatan atau tindakan medis medis.. Di beberapa negara, tindakan ini dianggap legal legal,, sedangkan di negara-negara lainnya dianggap melanggar hukum.. Karena sensitifnya isu ini, pembatasan dan prosedur yang ketat selalu hukum diterapkan tanpa memandang status hukumnya. 2.2 Praktek-praktek euthanasia zaman dahulu kala Prakte Praktek-p k-prak raktek tek Eutana Eutanasia sia yang yang dilapo dilaporka rkan n dalam dalam berbag berbagai ai tindak tindakan an masyarakat. •
Di India pernah dipraktekkan suatu kebiasaan untuk melemparkan orangorang tua ke dalam sungai Gangga.
•
Di Sardinia orang tua dipukul hingga mati oleh anak laki-laki tertuanya di zaman purba.
•
Uruguay mencantumk mencantumkan an kebebasan kebebasan praktek praktek Euthanasia Euthanasia dalam undangundangundang yang telah berlaku sejak tahun 1933 1933..
•
Di beberapa negara Eropa Eropa,, praktek eutanasia bukan lagi kejahatan kecuali di Norwegia yang yang sejak sejak 1902 memperlakuk memperlakukanny annyaa sebagai sebagai kejahatan kejahatan
50
khusus. •
Di Amerika Serikat, Serikat, khususnya di semua negara bagian mencantumkan eutanasia sebagai kejahatan. Bunuh diri atau membiarkan dirinya dibunuh adalah melanggar hukum di Amerika Serikat.
•
Satu-satunya negara yang dapat melakukan tindakan eutanasia bagi para anggot anggotany anyaa adalah adalah Belanda Belanda.. Angg Anggot otaa yang yang tela telah h dite diteri rima ma deng dengan an persyaratan tertentu dapat meminta tindakan eutanasia atas dirinya. Ada beberapa warga Amerika Serikat yang menjadi anggotanya. Dalam praktek medis, medis, biasan biasanya ya tidakl tidaklah ah pernah pernah dilaku dilakukan kan eutana eutanasia sia aktif, aktif, akan akan tetapi tetapi mungkin mungkin ada praktek-prak praktek-praktek tek medis yang dapat digolongkan digolongkan eutanasia eutanasia pasif.
III.Euthanasia III. Euthanasia Menurut Hukum di beberapa Negara 3.1 Belanda
Pada tanggal 10 April 2001 Belanda menerbitkan undang-undang yang mengizinkan eutanasia, undang-undang ini dinyatakan efektif berlaku sejak tanggal 1 April 2002 2002,, yang menjadikan Belanda menjadi negara pertama di dunia dunia yang melegalisas melegalisasii praktik praktik eutanasia. eutanasia. Pasien-pasie Pasien-pasien n yang mengalami saki sakitt mena menahu hun n dan dan tak tak ters tersem embu buhk hkan an,, dibe diberi ri hak hak untu untuk k meng mengak akhi hiri ri penderitaannya. Tetapi Tetapi perlu perlu diteka ditekanka nkan, n, bahwa bahwa dalam dalam Kitab Kitab Hukum Hukum Pidana Pidana Beland Belandaa secara secara formal formal euthan euthanasi asiaa dan bunuh bunuh diri diri berban berbantua tuan n masih masih diperta dipertahan hankan kan sebagai perbuatan kriminal kriminal.. Sebuah karangan berjudul " The Slippery Slope of Dutch Euthanasia " dalam majalah Human Life International Special Report Nomor 67, November 1998,, halaman 3 melaporkan bahwa sejak tahun 1994 setiap dokter di Belanda 1998 dimung dimungkin kinkan kan melaku melakukan kan eutana eutanasia sia dan tidak tidak akan akan ditunt dituntut ut di pengadilan asalkan mengikuti beberapa prosedur yang telah ditetapkan. Prosedur tersebut adalah adalah mengad mengadaka akan n konsul konsultas tasii dengan dengan rekan rekan sejawa sejawatt (tidak (tidak harus harus seoran seorang g spesialis) dan membuat laporan dengan menjawab sekitar 50 pertanyaan.
51
Sejak akhir tahun 1993 1993,, Belanda secara hukum mengatur kewajiban para dokter dokter untuk untuk melapo melaporr semua semua kasus kasus eutana eutanasia sia dan bunuh bunuh diri diri berban berbantua tuan. n. Instan Instansi si kehaki kehakiman man selalu selalu akan akan menila menilaii betul betul tidakn tidaknya ya prosed prosedurn urnya. ya. Pada Pada tahun 2002 2002,, sebuah konvensi yang berusia 20 tahun telah dikodifikasi oleh undang-un undang-undang dang belanda, belanda, dimana dimana seorang seorang dokter dokter yang melakukan melakukan eutanasia eutanasia pada suatu kasus tertentu tidak akan dihukum. 3.2 Indonesia
Berd Berdas asar arka kan n huku hukum m di Indo Indone nesi siaa maka maka euta eutana nasi siaa adal adalah ah sesu sesuat atu u perb perbua uata tan n yang yang mela melawa wan n huku hukum, m, hal hal ini ini dapa dapatt dili diliha hatt pada pada perat peratur uran an perundang-undangan yang ada yaitu pada Pasal 344 Kitab Undang-undang Hukum Pidana yang menyatakan bahwa ”Barang siapa menghilangkan nyawa orang lain atas permintaan orang itu sendiri, yang disebutkannya dengan nyata dan sunggu sungguh-s h-sung ungguh guh,, dihuku dihukum m penjara penjara selama selama-lam -lamany anyaa 12 tahun” tahun”.. Juga Juga demikian halnya nampak pada pengaturan pasal-pasal 338, 340, 345, dan 359 KUHP KUHP yang yang juga juga dapa dapatt dika dikata taka kan n meme memenu nuhi hi unsu unsur-u r-uns nsur ur deli delik k dalam dalam perbuatan eutanasia. Dengan demikian, secara formal hukum yang berlaku di negara kita memang tidak mengizinkan tindakan eutanasia oleh siapa pun. Ketua Ketua umum umum pengur pengurus us besar besar Ika Ikatan tan Dok Dokter ter Ind Indone onesia sia (IDI) (IDI) Farid Farid Anfas Anfasal al Moeloe Moeloek k dalam dalam suatu suatu pernya pernyataan taannya nya yang yang dimuat dimuat oleh oleh majalah majalah Temp Tempo o Sela Selasa sa 5 Okto Oktobe berr 2004 2004 meny menyat atak akan an bahw bahwaa : Euta Eutana nasi siaa atau atau "pembunuhan tanpa penderitaan" hingga saat ini belum dapat diterima dalam nilai dan norma yang berkembang dalam masyarakat Indonesia. "Euthanasia hing hingga ga saat saat ini ini tida tidak k sesu sesuai ai deng dengan an etik etikaa yang yang dian dianut ut oleh oleh bang bangsa sa dan dan melanggar hukum positif yang masih berlaku yakni KUHP. 3.3 Inggris
Pada Pada tangga tanggall 5 Novemb November er 2006 2006,, Kolese Kolese Kebida Kebidanan nan dan Kandun Kandungan gan Britania Raya ( Britain's Britain's Royal College of Obstetricians and Gynaecologists ) meng mengaj ajuk ukan an sebu sebuah ah prop propos osal al kepa kepada da Dewan Dewan Bioe Bioeti tik k Nuff Nuffiel ield d ( Nuffield agar dipe dipert rtim imba bang ngka kann nnya ya izin izin untu untuk k mela melaku kuka kan n Counci Councill on Bioet Bioethic hicss ) agar eutanasia terhadap bayi-bayi yang lahir cacat (disabled newborns ). Proposal tersebut bukanlah ditujukan untuk melegalisasi eutanasia di Inggris melainkan
52
semata guna memohon dipertimbangkannya secara saksama dari sisi faktor "kemungkinan hidup si bayi" sebagai suatu legitimasi praktek kedokteran praktek kedokteran.. Namun Namun hingga hingga saat saat ini eutana eutanasia sia masih masih merupa merupakan kan suatu suatu tindak tindakan an melawan hukum di kerajaan Inggris demikian juga di Eropa (selain daripada Belanda). Demikian pula kebijakan resmi dari Asosiasi Kedokteran Inggris ( British -BMA) yang yang secara secara tegas tegas menent menentang ang eutana eutanasia sia dalam dalam Medical Associati Association on -BMA) bentuk apapun juga.
IV.Euthanasia IV.Euthanasia Menurut Ajaran Agama Islam Sepert Sepertii dalam dalam agama-a agama-agam gamaa Ibrahim lainny lainnyaa (Yahudi dan Kristen Kristen), ), Islam mengakui hak seseorang untuk hidup dan mati, namun hak tersebut merupakan merupakan anugerah anugerah Allah kepa kepada da manu manusi sia. a. Hany Hanyaa Allah Allah yang yang dapa dapatt menentukan kapan seseorang lahir dan kapan ia mati (QS 22: 66; 2: 243). Oleh karena itu, bunuh diri diharamkan dalam hukum Islam meskipun tidak ada teks dalam Al Quran maupun Hadis yang secara eksplisit melarang bunuh diri. Kendat Kendatii demiki demikian, an, ada sebuah sebuah ayat ayat yang yang menyir menyiratk atkan an hal terseb tersebut, ut, "Dan "Dan belan belanjak jakanl anlah ah (hartam (hartamu) u) di jalan jalan Allah, Allah, dan jangan janganlah lah kamu kamu menjat menjatuhk uhkan an dirim irimu u
send endiri iri
ke
dala dalam m
kebin ebinas asaa aan n,
dan dan
berb erbuat uat
baik baikla lah h,
karen arenaa
sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik." (QS 2: 195), dan dan dalam dalam ayat ayat lain lain dise disebu butk tkan an,, "Jan "Janga ganl nlah ah engk engkau au memb membun unuh uh diri dirimu mu sendiri," (QS 4: 29), yang makna langsungnya adalah "Janganlah kamu saling berbunuh berbunuhan." an." Dengan Dengan demikian, demikian, seorang seorang Muslim (dokter ) yang membunuh seoran seorang g Muslim Muslim lainny lainnyaa (pasie (pasien) n) disetar disetaraka akan n dengan dengan membun membunuh uh diriny dirinyaa sendiri. Eutanasia dalam ajaran Islam disebut qatl ar-rahmah atau taisir al-maut (eutanasia), (eutanasia), yaitu suatu tindakan memudahkan memudahkan kematian kematian seseorang seseorang dengan seng sengaj ajaa tanp tanpaa mera merasa saka kan n saki sakit, t, kare karena na kasi kasih h saya sayang ng,, deng dengan an tuju tujuan an meringankan penderitaan si sakit, baik dengan cara positif maupun negatif. Pada Pada konfere konferensi nsi pertam pertamaa tentan tentang g kedokt kedokteran eran Islam Islam di Kuwait tahun 1981 1981,, diny dinyat atak akan an bahw bahwaa tida tidak k ada ada suat suatu u alas alasan an yang yang memb memben enar arka kan n
53
dilaku dilakukan kannya nya eutana eutanasia sia ataupu ataupun n pembun pembunuha uhan n berdas berdasark arkan an belas belas kasiha kasihan n (mercy killing ) dalam alasan apapun juga . Pandangan Syariah Islam
Syariah Islam merupakan syariah sempurna yang mampu mengatasi segala perso persoala alan n di segala segala waktu waktu dan tempat tempat.. Beriku Berikutt ini solusi solusi syaria syariah h terhad terhadap ap euthanasia, baik euthanasia aktif maupun euthanasia pasif. Eutanasia positif/Aktif
Yang dimaksud tafsir al-maut al-fa'al (eutanasia positif) ialah tindakan memudahkan kematian si sakit --karena kasih sayang-- yang dilakukan oleh dokter dengan mempergunakan instrumen (alat). Memuda Memudahka hkan n proses proses kematia kematian n secara secara aktif aktif (eutan (eutanasi asiaa posit positif) if) adalah adalah tidak diperkenanka diperkenankan n oleh syara'. Sebab dalam tindakan tindakan ini seorang dokter mela melaku kuka kan n suatu suatu tind tindak akan an akti aktiff deng dengan an tuju tujuan an memb membun unuh uh si saki sakitt dan dan mempercepat kematiannya melalui pemberian obat secara overdosis dan ini termasuk pembunuhan yang haram hukumnya, bahkan termasuk dosa besar yang membinasakan. Perbuatan demikian itu adalah termasuk dalam kategori pembunuhan meskipun yang mendorongnya itu rasa kasihan kepada si sakit dan untuk meringankan penderitaannya. Karena bagaimanapun si dokter tidaklah lebih pen penga gasi sih h dan dan peny penyay ayan ang g dari daripa pada da Yang Yang Menci Mencipt ptak akan anny nya. a. Kare Karena na itu itu serah serahka kanl nlah ah urus urusan an ters terseb ebut ut kepa kepada da Alla Allah h Ta'a Ta'ala la,, karen karenaa DiaDia-la lah h yang yang memberi kehidupan kepada manusia dan yang mencabutnya apabila telah tiba ajal
yang
telah
ditetapkan-Nya.
Syar Syariah iah Isla Islam m meng mengha haram ramka kan n euth euthan anas asia ia akti aktif, f, kare karena na terma termasu suk k dala dalam m kategori pembunuhan sengaja (al-qatlu al-‘amad), walaupun niatnya baik yaitu untuk meringankan penderitaan pasien. Hukumnya tetap haram, walaupun atas permintaan
pasien
sendiri
atau
keluarganya.
Dali Dalill-da dali lill dala dalam m masa masala lah h ini ini sang sangat atla lah h jela jelas, s, yait yaitu u dali dalill-da dali lill yang yang mengha mengharam ramkan kan pembun pembunuha uhan. n. Baik Baik pembun pembunuha uhan n jiwa jiwa orang orang lain, lain, maupun maupun membunuh diri sendiri. Misalnya firman Allah SWT :
54
“Dan “Dan jang jangan anla lah h kamu kamu memb membun unuh uh jiwa jiwa yang yang diha dihara ramk mkan an Alla Allah h (unt (untuk uk (QS S AlAlmembun membunuhn uhnya) ya) melain melainkan kan dengan dengan sesuat sesuatu u (sebab (sebab)) yang yang benar. benar.”” (Q An’aam : 151)
“Dan tidak layak bagi seorang mu`min membunuh seorang mu`min (yang lain), kecuali karena tersalah (tidak sengaja)…” (QS An-Nisaa` : 92) “Dan janganlah kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah adalah Maha Penyayang kepadamu.” (QS An-Nisaa` : 29). Dari dalil-dalil di atas, jelaslah bahwa haram hukumnya bagi dokter melakukan euthanasia aktif. Sebab tindakan itu termasuk ke dalam kategori pembu pembunuh nuhan an sengaj sengajaa (al-qat (al-qatlu lu al-‘ama al-‘amad) d) yang yang merupa merupakan kan tindak tindak pidana pidana (jarimah) dan dosa besar. Dokter yang melakukan euthanasia aktif, misalnya dengan memberikan suntikan mematikan, menurut hukum pidana Islam akan dijatuhi qishash (hukuman mati karena membunuh), oleh pemerintahan Islam (Khilafah), sesuai firman Allah : “Telah diwajibkan atas kamu qishash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh.” (QS Al-Baqarah : 178) Namun Namun jika jika keluar keluarga ga terbun terbunuh uh (waliy (waliyyul yul maqtuu maqtuul) l) menggu menggugur gurkan kan qishash (dengan memaafkan), qishash tidak dilaksanakan. Selanjutnya mereka mempunyai
dua
pilihan
lagi,
meminta
diyat
(tebusan),
atau
memaafkan/menyedekahkan. Firman Allah SWT : “Mak “Makaa bara barang ngsi siap apaa yang yang mend mendap apat at suat suatu u pema pemaafa afan n dari dari saud saudara arany nya, a, hend hendak akla lah h (yan (yang g mema memaaf afka kan) n) meng mengik ikut utii deng dengan an cara cara yang yang baik baik,, dan dan hendaklah (yang diberi maaf) membayar (diyat) kepada yang memberi maaf dengan cara yang baik (pula).” (QS Al-Baqarah : 178) Diyat untuk pembunuhan sengaja adalah 100 ekor unta di mana 40 ekor di antaranya dalam keadaan bunting, berdasarkan hadits Nabi riwayat An Nasa`i (Al-Maliki, 1990: 111). Jika dibayar dalam bentuk dinar (uang emas) atau dirham (uang perak), maka diyatnya adalah 1000 dinar, atau senilai 4250 gram emas (1 dinar = 4,25 gram emas), atau 12.000 dirham, atau senilai 35.700 gram perak (1 dirham = 2,975 gram perak) (Al-Maliki, 1990: 113).
55
Tidak dapat diterima, diterima, alasan euthanasia euthanasia aktif yang sering dikemukakan dikemukakan yaitu kasihan melihat penderitaan pasien sehingga kemudian dokter memudahkan kematiannya. Alasan ini hanya melihat aspek lahiriah (empiris), padahal di balik itu ada aspek-aspek lainnya yang tidak diketahui dan tidak dijangkau manusi manusia. a. Dengan Dengan memper mempercep cepat at kemati kematian an pasien pasien dengan dengan euthan euthanasi asiaa aktif, aktif, pasien tidak mendapatkan manfaat (hikmah) dari ujian sakit yang diberikan Allah
kepada-Ny -Nya,
yaitu
pengampunan
dosa.
Rasulullah
SAW
bersabda,”Tidaklah menimpa kepada seseorang muslim suatu musibah, baik kesulitan, sakit, kesedihan, kesusahan, maupun penyakit, bahkan duri yang menusukn menusuknya, ya, kecuali kecuali Allah menghapus menghapuskan kan kesalahan kesalahan atau dosanya dosanya dengan dengan musibah yang menimpanya itu.” (HR Bukhari dan Muslim). Eutanasia Negatif/Pasif
Eutana Eutanasia sia negatif negatif disebu disebutt dengan dengan taisir ada taisir al-maut al-maut al-munfa al-munfa'il 'il . Pada eutanasia negatif tidak dipergunakan alat-alat atau langkah-langkah aktif untuk meng mengak akhi hiri ri kehi kehidu dupa pan n si saki sakit, t, tetap tetapii ia hany hanyaa dibi dibiar arka kan n tanp tanpaa dibe diberi ri pen pengo goba batan tan untu untuk k memp memper erpa panj njan ang g haya hayatn tnya ya.. Hal Hal ini ini dida didasa sark rkan an pada pada keyakinan dokter bahwa pengobatan yang dilakukan itu tidak ada gunanya dan tidak memberikan harapan kepada si sakit, sesuai dengan sunnatullah (hukum Allah terhadap alam semesta) dan hukum sebab-akibat. Diantara masalah yang sudah terkenal di kalangan ulama syara' ialah bahwa mengobati atau berobat dari penyakit tidak wajib hukumnya menurut mazhab.. Bahkan menurut mereka, mengobati jumhur fuqaha dan imam-imam mazhab atau berobat ini hanya berkisar pada hukum mubah. Dalam hal ini hanya segolongan kecil yang mewajibkannya seperti yang dikatakan oleh sahabatsahabat Ima Imam m Sya Syafi' fi'ii dan Ima Imam m Ahm Ahmad ad sebagaiman sebagaimanaa dikemukak dikemukakan an oleh Syekhu Sye khull Isl Islam am Ibn Ibnu u Tai Taimiy miyah ah,, dan sebagi sebagian an ulama ulama lagi lagi mengan mengangga ggapny pnyaa
mustahab (sunnah).
V.
Euta Eu tana nasi sia a dih dihub ubun ungk gkan an de deng ngan an Et Etik ika a Das Dasar ar Mora Morall Sebaga Sebagaii perbua perbuatan tan moral, moral, eutana eutanasia sia aktif aktif langsu langsung ng tidak tidak pernah pernah dapat dapat
56
dibenarkan karena sama dengan pembunuhan, mengingat kematian menjadi tujuan dan dengan demikian sama dengan merampas hak untuk hidup. Dalam pada itu, eutanasia aktif tidak langsung masih dapat dibenarkan. Sedangkan yang pasif diperbolehkan dengan syarat : 1. Dari Dari segi segi medis medis ada ada kepa kepast stia ian n bahw bahwaa peny penyak akit it sudah sudah tida tidak k dapat disembuhkan lagi. 2. Harga obat dan dan biaya biaya tindakan tindakan medis sudah terlalu mahal. 3. Dibutuhkan Dibutuhkan usaha ekstra ekstra untuk untuk mendapat mendapatkan kan obat obat atau tindakan tindakan medis tersebut. Dalam kasus-kasus seperti inilah orang sudah tidak diwajibkan lagi untuk mengusahakan obat atau tindakan medis.
VI.
Beberapa Kasus Euthanasia yang Serupa dengan Kasus Tn. L 6.1 Kasus Hasan Kusuma - Indonesia
Sebuah Sebuah permohona permohonan n untuk melakukan melakukan eutanasia eutanasia pada tanggal 22 Oktober 2004 Oktober 2004 telah diajukan oleh seorang suami bernama Hassan Kusuma karena tidak tega menyaksikan istrinya yang bernama Agian Isna Nauli, 33 tahun, tergolek koma selama 2 bulan dan disamping itu ketidakmampuan untuk menanggung beban biaya perawatan merupakan suatu alasan pula. Permohonan untuk melakukan eutanasia ini diajukan ke Pengadilan Negeri Jakarta Pusat. Pusat. Kasus ini merupakan salah satu contoh bentuk eutanasia yang yang diluar diluar keingi keinginan nan pasien pasien.. Permoho Permohonan nan ini akhirn akhirnya ya ditola ditolak k oleh oleh Pengadilan Negeri Jakarta Pusat, dan setelah menjalani perawatan intensif maka kondisi terakhir pasien (7 Januari Januari 2005) 2005) telah mengalami mengalami kemajuan kemajuan dalam pemulihan kesehatannya.
[34]
6.2 Kasus Terri Schiavo
Terri Schia Schiavo vo (usia (usia 41 tahun tahun)) mening meninggal gal dunia dunia di negara negara bagian bagian Florida,, 13 hari Florida hari sete setela lah h Mahk Mahkam amah ah Agun Agung g Amerika member memberii izin izin mencabut pipa makanan (feeding tube) yang selama ini memungkinkan pasien dalam koma ini masih dapat hidup. Komanya mulai pada tahun
57
1990 saat Terri jatuh di rumahnya dan ditemukan oleh suaminya, Michael Schiav Schiavo, o, dalam dalam keadaa keadaan n gagal gagal jantung jantung.. Setel Setelah ah ambu ambulan lanss tim tim medi mediss langsung dipanggil, Terri dapat diresusitasi lagi, tetapi karena cukup lama ia tida tidak k bern bernap apas as,, ia meng mengala alami mi keru kerusa saka kan n otak yang yang berat, berat, akibat akibat kekurangan oksigen oksigen.. Menu Menuru rutt kala kalang ngan an medi medis, s, gaga gagall jantung itu disebabkan oleh ketidakseimbangan unsur potasium unsur potasium dalam tubuhnya. Oleh karena itu, dokternya kemudian dituduh malapraktek dan harus membayar ganti rugi cukup besar karena dinilai lalai dalam tidak menemukan kondisi yang membahayakan ini pada pasiennya. Setelah Terri Schiavo selama 8 tahun berada dalam keadaan koma, maka pada bulan Mei 1998 suaminya suaminya yang bernama Michael Schiavo Schiavo mengajukan permohonan ke pengadilan agar pipa alat bantu makanan pada istrinya istrinya bisa dicabut agar istrinya istrinya dapat meninggal meninggal dengan dengan tenang namun orang tua Terri Schiavo yaitu Robert dan Mary Schindler menyatakan keberatan dan menempuh langkah hukum guna menentang niat menantu mereka mereka terseb tersebut. ut. Dua Dua kali kali pipa pipa makana makanan n Terri Terri dilepa dilepaska skan n dengan dengan izin izin pengadilan,, tetapi pengadilan tetapi sesuda sesudah h beberap beberapaa hari hari harus harus dipasa dipasang ng kembal kembalii atas atas perintah hakim yang lebih tinggi. tinggi. Ketika Ketika akhirnya akhirnya hakim memutuskan memutuskan bahwa pipa makanan boleh dilepaskan maka para pendukung keluarga Schindler melakukan upaya-uupaya guna menggerakkan Senat Amerika Serikat agar membuat membuat undang-und undang-undang ang yang memerintahk memerintahkan an pengadilan pengadilan federal untuk untuk meninj meninjau au kembal kembalii keputu keputusan san hakim hakim tersebu tersebut. t. Undang Undang-undang ini langsung didukung oleh Dewan Perwakilan Amerika Serikat dan dan
dita ditand ndat atan angan ganii
oleh oleh Presi Preside den n
Geor Ge orge ge Wa Walk lker er
Bush Bu sh..
Teta Tetapi pi,,
berdasarkan hukum di Amerika kekuasaan kehakiman adalah independen, yang pada akhirnya ternyata hakim federal membenarkan keputusan hakim terdahulu.
VII. VII. Adan Adanya ya Inf Infor orme med d Cons Consen entt Ny. Ny. Y maup maupun un Tn L bese besert rtaa sana sanak k kelu keluar arga ga memi memilik likii hak hak untu untuk k mendap mendapatk atkan an penjela penjelasan san dari dari dokter dokter mengen mengenai ai tindak tindakan an medik medik yang yang akan akan dilakukan dilakukan selanjutnya selanjutnya untuk kemudian dijadikan dijadikan sebuah sebuah pertimbanga pertimbangan n dari
58
apa yang seharusny seharusnyaa dilakukan dilakukan selanjutnya selanjutnya untuk untuk Ny. Y dengan dengan persetujuan persetujuan semua pihak.
59
Bab III Penutup
3. 1
Kesimpulan
Dokter yang dimintai pasien bernama Tn L untuk mencabut segala tindakan medis dan obat dari Ny. Y –sang istri- dengan dalih permasalahan ekonom ekonomii dan melaku melakukan kannya nya bisa bisa dikatak dikatakan an benar benar jika, jika, optima optimalis lisasi asi jalan jalan keluar lain telah maksimal, adanya Informed Consent , Etika Dasar Moral telah diberlakuk diberlakukan, an, syarat syarat prasarana prasarana telah memenuhi, namun tidak memberikan memberikan pilihan lain selain euthanasia pasif.
3. 2
Solusi •
Etika dasar moral, informed consent, dan maksimalisasi jalan keluar lain.
•
Eutanasia pasif, empati dan dukungan moril untuk pasien maupun keluarga dari berbagai pihak.
•
Pemerintah memperbaiki status ekonomi.
60
Daftar Pustaka
www.wikipedia.com/eutanasia
www.multiply.com/mengatasi masalah masalah dengan syariah
Abdul, Dr. Ebrahim. 2007. Fikih Kesehatan. Jakarta : Serambi
61