LAPORAN HASIL WAWANCARA
LAPORAN HASIL WAWANCARA
TENTANG
"Orang Yang Sukses dan Tidak Sukses"
Disusun oleh:
-Yunita Wahyu Medyawati
XI IPA 7
SMA NEGERI 2 TAMBUN SELATAN
Tahun ajaran 2015/2016
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur kami panjatkan kehadirat ALLAH swt. yang senantiasa melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan hasil wawancara ini pada tanggal 17 Februari 2016.
Adapun maksud dan tujuan dari penyusunan laporan hasil wawancara ini adalah untuk menyelesaikan tugas Bahasa Sunda yaitu wawancara dengan orang yang sukses dan tidak sukses, membangun kerja sama yang baik antar kelompok, memahami dan menguasai kegiatan wawancara serta memperoleh informasi dari hasil wawancara. Laporan ini disusun berdasarkan wawancara yang saya lakukan terhadap seorang narasumber yang bernama Ibu Rina Sugiartina dan Arif.
Dalam kesempatan ini kami mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah membantu dalam membuat laporan hasil wawancara ini.
Satu harapan yang kami inginkan semoga karya tulis ini dapat berguna bagi pembaca dan kami juga berharap kritik dan saran dari pembaca atas segala kekurangan dalam laporan hasil wawancara ini.
Bekasi, 17 Februari 2016
Penyusun
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
B. Maksud dan Tujuan
C.Metode dan Teknis Penulisan
BAB II ISI PEMBAHASAN
A. Topik Wawancara
B.Waktu dan Tempat Kegiatan
C.Laporan Hasil Wawancara
BAB III PENUTUP
A.Kesimpulan
B. Saran
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kegiatan wawancara ini merupakan salah satu tugas di bidang mata pelajaran Bahasa Sunda yang bertujuan untuk memperoleh informasi dari narasumber dengan topik "Wawancara dengan orang sukses dan tidak sukses" oleh karena itu saya mewawancarai salah satu Guru Bahasa Indonesia di SMAN 2 Tambun Utara dan seorang pengamen cilik di lampu merah Bulak Kapal.
Dengan terlaksananya kegiatan wawancara ini, maka saya berharap telah memenuhi tugas Bahasa Sunda dan mendapatkan nilai yang baik. Serta bermamfaat bagi teman-teman sekalian.
B. Maksud Dan Tujuan
1. Memenuhi tugas Bahasa Sunda.
2. Memahami dan menguasai kegiatan wawancara.
3. Memperoleh informasi.
C. Metode Dan Teknik Penulisan
Metode dan Teknik penulisan dalam penyusunan makalah ini adalah dengan cara wawancara secara langsung terhadap narasumber.
BAB II
ISI PEMBAHASAN
A. Topik Wawancara
"Wawancara Dengan Orang Sukses dan Tidak Sukses"
B. Waktu dan Tempat Kegiatan
Acara ini dilaksanakan pada:
Hari / Tanggal : Rabu 17 Februari 2016.
Pukul : 14.30 WIB s/d selesai.
Tempat : SMAN 2 Tambun Utara dan Jalanan Lalu Lintas Bulak Kapal
C. Laporan Hasil Wawancara
Narasumber : Rina Sugiartina dan Arif
Pewawancara : Yunita Wahyu Medyawati
Hasil wawancara dengan orang Sukses
Ibu Rina Sugiartina adalah seorang Guru Bahasa Indonesia di SMAN 2 Tambun Utara, ia sudah bekerja sebagai guru Bahasa Indonesia dari tahun 2007. Berdasarkan sistem kurikulum baru yang ditetapkan pemerintah, jumlah murid disekolah tersebut masing-masing berjumlah 40 orang per kelas dan suasana pembelajaran dikelas tergolong kondusif ketika KBM berlangsung. Penerapan model-model pembelajaran yang ia lakukan dikelas bergantung pada materi yang ia ajarkan dan tentunya langkah-langkahnya pun bergantung pada model pembelajarannya. Langkah-langkahnya harus sesuai dengan modelnya. Misalnya model jigsaw, beliau pertama sekali membentuk dan membagi kelompok yang heterogen dulu yang mana nantinya ada kelompok ahli dan ada kelompok asal, ia mengkombinasikan antara siswa yang pandai, sedang dan kurang. Setelah itu ia berikan materi pelajaran bagi masing-masing kelompok untuk didiskusikan kemudian, masing-masing siswa dari kelompok asal ia gabungkan menjadi kelompok ahli yang akan menjelaskan materi yang mereka pelajari. Begitu seterusnya sampai semua siswa benar-benar mengerti materi yang diberikan oleh beliau.
Kesulitan yang sering beliau temui ada dari dua sisi. Yang pertama itu dari siswanya dan kemudian dari sarana dari sekolah yang kurang memadai. Dari sisi siswa misalnya masih ada beberapa siswa yang masih kurang percaya diri ketika mengikuti pembelajaran atau malu-malu kalau misalnya bergabung dengan teman-temannya yang lain, mungkin karena tidak terbiasa dengan diskusi diluar kelas sehingga ada beberapa siswa yang agak canggung dan kebingungan ketika saya menerapkan model pembelajaran tertentu. Pola pikir siswanya masih banyak yang terlalu monoton atau kurang cepat menangkap pelajaran sehingga kadang-kadang membutuhkan waktu lama untuk menerapkannya karena waktu pembelajarannya rata-rata hanya 2x45 menit, dengan kata lain,
waktu untuk menerapkan model itu ia rasa kurang karena memang membutuhkan waktu yang agak lama. Kalau dari segi sarana dan prasaran mungkin sudah terpenuhi. Misalnya , tersedianya infokus untuk menerapkan beberapa model pelajaran tertentu.
Kemampuan rata-rata siswa dalam menerima materi pembelajaran yang ia ajarkan masih tergolong biasa-biasa saja karena mungkin pola pikirnya belum luas dan kurang berkembang. Dan untungnya para murid murid di SMA N 2 Tambun Utara Tidak pernah mengeluh tentang penerapan model-model pembelajaran yang beliau terapkan. Begitu pula dengan rencana ibu Rina kedepannya ia akan terus berusaha untuk mengembangkan model-model pembelajaran yang cocok untuk siswa-siswanya. Beliau selalu memantau sampai sejauh mana keefektivan model-model pembelajaran yang telah ia terapkan. Dan tentunya akan ada inovasi yang akan ia terapkan kemudian yang ia kondisikan dengan siswa.
Hasil wawancara dengan orang tidak sukses
Saya pergi ke daerah Bulak kapal untuk melakukan wawancara terhadap anak jalanan. Di dalam pengamatan tersebut saya menjumpai beberapa anak kecil berjumlah kira-kira 6 anak dan berusia sekitar 8-11 tahun, yang berprofesi sebagai pengamen dan pengemis di jalan raya, kususnya di perempatan rambu lalu lintas. Tidak ada orangtua atau orang dewasa yang mendampingi mereka. Mereka sepertinya sudah terbiasa dan tidak takut lagi dengan bahaya lalu lintas yang padat. Saat lampu merah menyala, mereka dengan sigap menyerbu mobil-mobil yang tengah berhenti. Hanya berbekal gitar dan bernyanyi lagu-lagu jaman sekarang beberapa menit, koin bahkan lembaran kertas uang mereka dapatkan. Pengamen cilik yang saya wawancari bernama Arif, dia tinggal di daerah Kampung bulu. Dia masih memiliki ibu dirumahnya,ayah beliau sudah meninggal ketika dia berusia 1 tahun. Ayahnya meninggal karena penyakit kanker paru-paru yang dideritanya cukup lama.
Ibunya hanya bekerja menjadi pembantu rumah tangga,itupun tergantung kalau ada tetangga ada yang meminta bantuan seperti,mencuci pakaian,menggosok pakaian dan sebagainya. Arif menjadi pengamen sebenarnya tidak ada paksaan dari orang tua. Dulu saat ia masih kelas 2 SD ,ia sering diajak temannya untuk mengamen di daerah ini. Jadi walaupun ia tidak dipaksa, ia sudah terbiasa berada di jalan sebelumnya. Dalam sehari, Arif bisa dapat sekitar Rp 50.000, itu sudah diluar makan dan transport untuk pulang pergi.Uang itu ia pakai untuk beli beras di rumah, dan sisanya ia pakai sebagai uang saku. Jadi untuk jajan di sekolah ia sudah tidak minta lagi ke ibunya. Dengan menjadi pengamen, ia tidak merasa terganggu dengan aktivitas sekolahnya. Mungkin hanya capek sedikit dan saat pulang langsung istirahat, sehingga sering lupa dengan tugas atau PR dari sekolah. Dan akhirnya ia kerjakan di sekolah sebelum pelajaran.
Arif tidak merasa capek atau merasa takut berada di jalanan ramai lalu lintas karena memang sudah terbiasa dan sekalian jalan-jalan bersama teman temannya. Bagi arif, suka dan dukanya mengamen banyak sekali. Sukanya, saat ia dapat uang banyak dari orang-orang. Apalagi jika ketemu sama orang yang kaya, kadang diajak makan karena kasihan melihat mereka. Sedang dukanya, kalau ada orang yang tidak memberi uang malah marah-marah dan membentak. Saat hujan deras, mereka kadang hanya dapat uang sedikit karena jalanan cenderung sepi. Kalau rencana untuk berhenti, sekarang ini belum terpikirkan. Karena Arif begini juga untuk mengurangi beban ibunya.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
1.1 Dari hasil wawancara yang saya lakukan, maka dapat disimpulkan bahwa di pembelajaran di SMA Negeri 2 Tambun Utara, Kab. Bekasi Prov. Jawa Barat, sudah menerapkan model-model pembelajaran. Model-model pembelajaran yang dilakukan atau diterapkan disesuaikan dengan materi pelajaran yang diberikan oleh guru yang bersangkutan. Narasumber atau guru tersebut mengatakan bahwa pada dasarnya kemampuan siswa-siswi dalam menyerap dan mengikuti pembelajaran di SMA Negeri 2 Tambun Utara masih tergolong rendah karena kondisi lingkungan mungkin yang masih bersifat kedaerahan sehingga kemampuan berpikirnya masih jauh dari siswa-siswi yang bersekolah di pusat kota atau di kota. Dengan demikian penggunaan model-model pembelajaran yang sudah diusahakan semaksimal mungkin masih belum bisa mendongkrak prestasi belajar yang tinggi sebagaimana yang diharapkan oleh narasumber. Dalam penerapan model-model pembelajaran, kendala yang paling sering dan umum yang dialami oleh narasumber adalah siswanya yang masih malu-malu atau kurang percaya diri atau kaku ketika KBM berlangsung, sarana atau fasilitas dari sekolah yang kurang memadai atau bahkan tidak lengkap, dan waktunya yang kurang sehingga kadang-kadang tidak semua tujuan pembelajaran tercapai. Untuk kedepannya narasumber mengaku akan terus mengembangkan model-model pembelajaran sesuai dengan kondisi siswa yang diajarnya.
2.2 Anak jalanan yang menjadi pengemis, pengamen, pengasong, dan lain sebagainya sangat mudah dijumpai di kota besar seperti Bekasi. Begitu banyak faktor yang menjadikan mereka sebagai pekerja jalanan yang keras dan beresiko, terutama karena faktor ekonomi keluarga dan tuntutan kebutuhan hidup yang harusnya menjadi tanggungan orang tua. Seharusnya yang mereka lakukan adalah belajar dan bermain seperti layaknya anak-anak seumur mereka tanpa harus mencari uang untuk dapat tetap bertahan hidup. Masa depan Bangsa dan Negara Indonesia terletak di tangan generasi penerus. Kualitas Sumber Daya Manusia yang rendah sangat berpengaruh pada kondisi negara kita tercinta ini baik saat ini maupun di masa yang akan datang.
Salah satu hal kecil yang bisa kita lakukan untuk membantu anak-anak kecil yang bekerja sebagai pengamen cilik, pedagang asongan, pengemis, dan lain sebagainya di jalanan adalah dengan tidak memberi mereka uang serta memberi tahu orang lain untuk tidak memberi juga walaupun merasa sangat kasihan.
Apabila tidak ada satu orang pun yang memberi mereka uang, maka anak-anak jalanan tersebut tidak akan ada. Alangkah lebih baik jika uang tersebut kita kumpulkan untuk membantu biaya pendidikan mereka daripada kita membantu biaya foya-foya preman yang mempekerjapaksa anak di bawah umur, biaya hidup orangtua yang memaksa anaknya bekerja di jalan sedangkan mereka hanya melihat dari jauh, bahkan bersantai di rumah dan lain sebagainya. Jika mereka terbiasa mendapat uang mudah dari bekerja di jalan, maka mereka setelah besar / dewasa kelak akan tetap menjadi pekerja jalanan.
Saran
Dalam makalah ini tentang orang yang sukses dengan yang tidak sukses, kami memiliki beberapa saran:
* Generasi muda selayaknya bercermin kepada orang yang berhasil meraih cita-citanya dengan penuh perjuangan.
* Generasi muda selayaknya meningkatkan rasa sosial terhadap sesama manusia.
*Generasi muda seharusnya lebih giat belajar agar kelak menjadi orang yang sukses
* Pemerintah lebih memperhatikan keberadaan anak jalanan dan memberikan solusi untuk mereka.
* Masyarakat lebih peduli terhadap anak jalanan dan memberi dukungan positif.
* Memfasilitasi anak jalanan dalam hal-hal yang positif yang mereka lakukan.
* Perlu ditanamkan dasar agama kepada anak jalanan.