BAB I PENDAHULUAN
A.
Latar Belakang
Filsafat dalam Islam berkembang melalui beberapa fase. Pada fase pertama yang dilakukan ialah penerjemahan bagian-bagian yang menarik dari filsafat Yunani ke dalam bahasa Arab. Penerjemahan buku-buku ke bahasa Arab secara sistematis terjadi pada fase kedua dan berkembang pada masa (813-833 Masehi). Khalifah Al-Ma’mun Al-Ma’mun (813-833
1
Pada fase ketiga muncullah filsuf-filsuf seperti berikut ini : 1) Al-Kindi (801-873 Masehi) dengan teori perdamaiannya antara wahyu dan akal dan antara agama dan filsafat. 2) Al-Farabi (870-950 Masehi) dengan teori penciptaan alam oleh Tuhan melalui emanasi dan teori kenabiannya. 3) Ibnu Sina (980-1073 Masehi) dengan teori ruh yang perlu bersatu dengan tubuh manusia untuk mencapai kesempurnaan. 4) Al-Ghazali (1058-1111 Masehi) dengan kritik pedasnya terhadap kaum filsuf seperti diuraikan dalam Tahafut al-Falasifah. 5) Ibnu Miskawaih (wafat 1030 Masehi) dengan filsafat akhlaknya.
1
Abuhasan Asy’ari, Ibnu Rusyd, (Jakarta : Dian Rakyat, 2008), hal. 12-13.
2
6) Ibnu Bajjah (wafat 1138 Masehi) dengan teorinya bahwa manusia dengan menyendiri dan meditasi dapat sampai pada kebenaran seperti dijelaskan dalam buku Tadbir al-Mutawahhid. 7) Ibnu Thufail (wafat 1185 Masehi) yang menggambar dan menjelaskan teori Ibnu Bajjah dalam Hayy bin Yaqzhan. 8) Ibnu Rusyd (1126 – (1126 – 1198 1198 Masehi) dengan pembelaannya terhadap kaum filsuf dengan membawa argumen-argumen Al- Qur’an seperti diuraikan dalam Tahafut al-Tahafut.
2
Keberadaan filsafat dalam khasanah pemikiran Islam tidak dapat dipungkiri dan diragukan lagi. Semenjak dunia Islam bersentuhan dengan ilmu pengetahuan Yunani, pemikiran filsafat tumbuh subur dan mengalami perkembangan yang cukup kreatif dan signifikan.
3
Periode renaisans modern dalam Islam ditandai dengan munculnya perjuangan-perjuangan politis untuk melepaskan diri dari dominasi asing dalam kehidupan maupun pemikiran. Para filosof pada masa ini bukanlah sekedar filosof, melainkan juga pemimpin politik, pembaharu sosial dan eksekutif. Tidak sampai seperempat abad meninggalnya ahli sufi, Imam al-Ghazali 505 H/1111 M. lahirlah pula sarjana politik yang ke empat yaitu Ibnu Rusyd pada 4
tahun 520 H/1126 M. Ibnu Rusyd di dalam kehidupannya telah membuktikan 2
Dr. Harun Nasution, Teologi Islam, Aliran-Aliran Sejarah Analisa Perbandingan, (Jakarta : UI-Press, 1986), hal. 314. 3 Imam Khanafi> al-Jauhari>, Hermeneutika Islam: Membangun Peradaban Tuh an di Pentas Global (Cet.I; Jogyakarta: ITTAQA Press, 1999), h. 100. 2 Ibid , h. 53. 4 Zainal Abidin Ahmad, Riwayat Hidup Ibnu Ruysd (EVERROUS) Filosof Islam Terbesar di Barat (Cet.I; Jakarta: Bulan Bintang, 1975), h. 6. Lihat juga, Amirullah Kandu, Ensiklopedi Dunia Islam. ( Cet. I; Bandung: Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010), h. 642.
3
sifat demokrasi Islam yang seluas-luasnya dan sifat internasionalitas yang tidak membedakan antara bangsa-bangsa. Dalam sejarah filsafat Islam, al-Ghazali dikenal sebagai seorang yang gencar mengecam filosof, seperti al-Farabi, Ibnu Sina, murid dan komentator Aristoteles. Sementara masalah-masalah kefilsafatan yang menjadi sasaran kritikan beliau terbatas pada hal-hal yang dianggapnya membahayakan umat Islam. Dalam kritiknya, Ibnu Rusyd berpendapat bahwa al-Ghazali terlalu memperlakukan Allah seperti purnamanusia. Tentu saja, al-Ghazali akan menolak konsep seperti itu sebagai konsepnya. Hanya bantahan Ibnu Rusyd tidak tertuju pada konsep itu sebagai konsep al-Ghazali, tetapi buntut tak terelakkan dari penjelasan al-Ghazali mengenai sifat bertindak dan mengetahui Allah. Adapun yang akan dibahas dalam tulisan ini adalah tentang riwayat hidup Ibnu Rusyd, pembelaan Ibnu Rusyd terhadap filosof dan sanggahannya terhadap al-Ghazali, averroisme dan renaisans di Eropa)
B.
Rumusan Masalah
Dari uraian-uraian diatas, maka pokok pembahasan yang berkaitan dengan makalah ini adalah sebagai berikut: 1. Bagaimana Riwayat Hidup Ibnu Rusyd ? 2. bagaimana Pemikiran dan Kritik Ibnu Rusyd Terhadap al-Ghazali ? 3. bagaiman Averroisme, Renaisans dan pengaruhnya di Eropa ?
4
BAB II PEMBAHASAN
A.
Riwayat Hidup Ibnu Rusyd
Ibnu Rusyd adalah seorang filosof Islam yang cukup masyhur. Ia adalah Abu al-Wali>d Muhammad Ibnu Muhammad Ibnu Rusyd, kelahiran Cordova tahun 520 H/1126 M.
5
Ia lahir sekitar sekitar 15 tahun setelah
wafatnya al-Ghazali. Ia lebih popular dengan sebutan Ibnu Rusyd. Orang barat menyebutnya dengan nama Averrois. Keluarganya mempunyai kedudukan yang tinggi di mata masyarakat Andalusia, bahkan umumnya terdiri dari orang-orang besar yang terkenal di dalam dunia pengetahuan.
6
Kakek dan ayahnya adalah mantan hakim di
Andalusia dan ia sendiri pada tahun 565 H/1169 M diangkat pula menjadi hakim di Sevilla dan Cordova. Karena prestasinya yang luar biasa dalam ilmu hukum, pada tahun 1173 ia dipromosikan menjadi ketua Mahkamah Agung, Qadhi al-Qudha>t di Cordova.
7
Ibnu Rusyd tumbuh dan hidup dalam keluarga yang besar sekali perhatiannnya pada ilmu pengetahuan. Hal ini merupakan salah satu faktor yang ikut melempangkan jalan baginya menjadi Ilmuan. Faktor lain bagi keberhasilannya adalah ketajaman berfikir dan kejeniusan otaknya. Oleh karena itu, tidaklah mengherankan jika ia dapat mewarisi sepenuhnya intelektualitas 5
Ibnu Rusyd, Taha>fut al-Taha>fut , Sulaiman Dunya (Cairo: Dar el-Ma’arif, 1964), h. 9. Lihat juga Sudarsono, Filsafat Islam (Cet. I; Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997), h. 93 6 Zainal Abidin Ahmad, op. cit ., h. 26. 7 Sirajuddin Zar, Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya (Cet. I; Jakarta: PT Raja Grafindo, 2004), h. 221. Lihat juga, Taufik Abdullah,…(et al.). Ensiklopedi Tematis Dunia Islam ( Jilid. I; Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Houve, 2002), h. 241.
5
keluarganya dan berhasil menjadi seorang sarjana yang mampu menguasai berbagai disiplin ilmu, seperti hukum, filsafat, kedoktran, astronomi, sastra arab dan lainnya. Semenjak muda, Ibnu Rusyd tekun dan giat belajar mendalami ilmuilmu pengetahuan dengan ayahnya. Setelah menguasai dengan baik ilmu fiqih, ilmu kalam, sastra arab, ia menekuni pula matematika, fisika, astronomi, kedokteran, logika dan filsafat. Ia berhasil menjadi ulama atau filosof yang sulit ditandingi.
8
Setelah menyelesaikan pelajaran di rumah dibawah bimbingan ayahnya, Ibnu Rusyd
melanjutkan pendidikannya ke Universitas Cordova.
Dengan mengantongi ijazah dari Universitas Cordova. Ia menjadi seorang sarjana yang sungguh-sungguh matang pendidikan agamanya, juga pelajaran ilmu-ilmu umumnya. Ia dipandang sebagai pemikir yang sangat menonjol pada periode perkembangan filsafat Islam mencapai puncaknya. Keunggulannya terletak pada kekuatan dan ketajaman filsafatnya yang luas serta pengaruhnya yang besar terhadap perkembangan pemikiran di Barat. Filsafatnya merembes dari Andalusia ke seluruh negeri-negeri Eropa, yang pada akhirnya menjadi pokok pangkal kebangkitan bangsa-bangsa Barat. Taha>fut adalah reaksi atas buku alGhazali Taha>ful al-Fala>sifah . Dalam bukunya itu, Ibnu Rusyd membela kembali pendapat-pendapat ahli filsafat Yunani dan Islam yang telah diserang habis-habisan oleh al-Ghazali. 8
9
Usma>n Abdul Mu’thi Alla>m, Muha>dara>t Falsafiyyah (Kairo: Matbaah Ja>miah alAzha>r, 2000), h. 197. 9 Sudarsono, op. cit ., h. 94.
6
Di dunia Islam, filsafat Ibnu Rusyd tidak berpengaruh besar. Oleh sebab itu namanya tidak seharum nama al-Ghazali. Malah, karena isi filsafatnya yang diangap sangat bertentangan dengan pelajaran agama Islam yang umum. Ibnu Rusyd dianggap orang zindi}k. Kendati demikian, sampai hari ini karya tulis Ibnu Rusyd yang masih dapat ditemukan adalah sebagai berikut: 1.
Faslu al-Maqa>l fi ma> baina al-Hikmah wa al-Syari>ah min al Ittisha>l (berisikan tentang kolerasi antar agama dan filsafat).
2.
Al- Kasyf’an Mana>hij al - Adilla>t fi Aqa>’id al -Milla>t (ilmu kalam).
Buku ini dimaksudkan untuk menunjukkan adanya persesuaian antara filsafat dengan syariat. 3.
Taha>fut al-Taha>fut (berisikan kritikan terhadap karya al-Ghazali yang
berjudul Taha>ful al-Fala>sifah). 4.
Bida>yah
al-Mujtahi}d
wa
Niha>yah
al-Muqtasi}d
(berisikan
perbandingan aliran-aliran dalam bidang fiqih).
Ibnu Rusyd adalah seorang ulama besar dan pengulas yang dalam terhadap filsafat Aristoteles. Kegemarannya terhadap ilmu pengetahuan sukar dicari bandingannya, karena menurut riwayat, sejak kecil sampai tuanya tidak pernah terputus membaca dan menelaah kitab, kecuali pada malam ayahnya meninggal dan dalam perkawinan dirinya.
10
Selanjutnya pada tahun 1182 ia bertugas sebagai dokter khalifah di istana al-Muwahhidi>n Maroko, mengggantikan Ibnu Thufa>il. Sebagai filosof dan ahli dalam hukum, ia mempunyai pengaruh besar di kalangan istana, 10
Usman Abdul Mu’thi Alla>m, op. cit ,. h. 197. Lihat juga Hasyimsyah Nasution, Filsafat Islam (cet. II; Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), h. 113.
7
terutama di zaman Sultan Abu Yusuf Ya’ku>b al-Mansu>r. Tetapi sebagai seorang filosof, pengaruhnya di kalangan istana tidak disenangi oleh kaum ulama dan fuqaha. Bahkan ia dituduh membawa filsafat yang menyeleweng dari ajaran-ajaran Islam, Sebagai akibatnya, ia ditangkap dan diasingkan ke suatu tempat bernama Lucena derah Cordova.
11
Tindakan kaum ulama dan fuqaha tidak hanya sampai disitu, bahkan membawa pengaruh yang menyebabkan kaum filosof tidak lagi disenangi. Dan buku-bukunya tentang filsafat dibakar. Pada saat itu Ibnu Rusyd di pindahkan ke Maraques Maroko, tetapi tidak lama setelah itu ia wafat di kota tersebut dalam usia 72 pada bulan Desember tahun 1198 M. Setelah tiga bulan berlalu jenazahnya keluarganya.
dipindahkan 12
ke
Cordova untuk
dikebumikan
dipekuburan
Kematian Ibnu Rusyd adalah kehilangan yang sangat besar bagi
kerajaan dan umat Islam di Spanyol. Dalam dunia Islam sendiri, Ibnu Rusyd lebih terkenal sebagai seorang filosof yang menentang al-Ghazali. Bukunya yang khusus menentang filsafat al-Ghazali Taha>fut al-Taha>ful adalah reaksi atas buku al-Ghazali, Taha>fut al-Fala>sifah.
B.
Pemikiran dan Kritik Ibnu Rusyd Terhadap Al-Ghazali
1.
Pemikiran Ibnu Rusyd Pemikiran Ibnu Rusyd yang paling menonjol adalah aspek falsafaty (estetika logika dan filsafat) yang terbentang hampir di setiap
11
Harun Nasution, Filsafat dan Mistisme Dalam Islam (Cet. II; Jakarta: Bulan Bintang, 1978),
h. 47. 12
Hasyimsyah Nasution, op. cit ., h. 114.
8
karyanya. Menurutnya, nilai filsafat dan logika itu sangat penting, khususnya dalam mentakwilkan dan menafsirkan al- Qur’a>n sebagai kitab teks yang selalu membutuhkan artikulasi makna dan perlu interpretasi kontekstual. Oleh karena itu, ia mempunyai pendapat sendiri tentang beberapa masalah filsafat, antara lain: a.
Kemampuan manusia dalam mencari kebenaran. Ibnu Rusyd membagi kecerdasan manusia dalam tiga bagian: 1)
Golongan
manusia
yang
13
memahami
dalil
Burhani
(al-
Burha>niyyu>n), yaitu suatu qiyas burhani yang bersandar diatas
mukaddimah-mukaddimah (premis-premis) yang benar-benar telah teruji kebenarannya dengan menyakinkan. Golongan ini hanyalah golongan filosof saja. 2)
Golongan manusia yang memahami qiyas jada>li (Ahlu al-Jidal) , yaitu qiyas yang muqaddimahnya berupa ungkapan kalimat yang belum sampai pada taraf
yakin benar. Qiyas macam ini biasanya
digunakan dalam perdebatan-perdebatan para mutakallimin (teolog) dan ahli fikih. 3)
Golongan yang pemakai qiyas Khita>bi (al-Khita>biyyu>n) , yaitu qiyas yang seringkali dipakai dalam pidato yang kadang-kadang sama sekali salah apabila direnungkan sebab hanya menggunakan perasaan dan emosi belaka. Qiyas macam ini biasanya dipakai dan lebih mudah diterima oleh kaum awam.
13
Syauqi Ibra>hi}}>m, Al-Falsafah Al-Islamiyyah (Kairo: Matbaah Ja>miah al_Azha>r, 2006), h. 156.
9
Golongan yang pertama adalah minoritas di antara manusia, itulah filosof yang memiliki ilmu yang tinggi yang dapat secara menyakinkan mengantar
manusia
ke
arah
keyakinan
sedalam-dalamnya
tentang
kebenaran. Sedang golongan terakhir (awam) adalah mayoritas diantara manusia. Selain itu, Ibnu Rusyd juga dihargai karena pemikirannya yang 14
dikenal sebagai”Teori Dua Kebenaran” , hal ini mengandung pengertian bahwa terdapat dua kebenaran dalam ajarannya, yakni sebuah untuk kebenaran filsafat, dan satunya adalah kebenaran agama. Bahkan bagi Ibnu Rusyd, kebenaran yang tertinggi berada pada wahyu dan formulasi teologi.
b.
Dalil tentang adanya Tuhan Berkaitan dengan penciptaan alam, Ibnu Rusyd yang menganut teori kausalitas (hukum sebab akibat), berpendapat bahwa memahami alam harus dengan dalil-dalil tertentu agar dapat sampai kepada hakikat dan eksistensi alam. Oleh sebab itu, Ibni Rusyd mencari bukti-bukti burha>ni yang akan sampai kepada keyakinan adanya Tuhan. Dalam hal ini Ibnu Rusyd mengemukakan tiga dalil yakni : 1)
15
Dalil Ina>yah Yakni mengemukakan bahwa alam dan seluruh kejadian yang ada di dalamnya, seperti siang dan malam, matahari dan bulan, semuanya menunjukkan adanya penciptaan yang teratur dan rapi yang
14
GYril Glasse, Ensiklopedi Islam, Ringkas (Cet. II; PT. Raja Grafindo Persada, 1999), h. 154. Ibnu Rusyd, Taha>fut al-Taha>fut , h. 29. Lihat juga Mahmu>d Qa>sim, Al-Kaysfu an’ Mana>hij al-Adillah li Ibni Ru>syd (Cet. II; Kairo: Anglo al-Misriyyah, 1964), h. 150. 15
10
didasarkan atas ilmu dan kebijaksanaan. Dalil-dalil ini mendorong orang untuk melakukan penyelidikan dan penggalian yang terus menerus sesuai dengan pandangan akal pikirannya. Dalil ini pula yang akan membawa kepada pengetahuan yang benar sesuai dengan ketentuan al-Qur’a>n. 2)
Dalil Ikhtira’ (keanekaragaman) Bahwa segala kejadian dan setiap jenis serta macam-macam makhluk di dunia ini terdapat gejala yang berbeda-beda satu dengan yang lainnya. Namun semuanya berfungsi sebagaimana mestinya. Semakin tinggi tingkatan sesuatu maka semakin tinggi pula daya kemampuan serta tugasnya. Hal ini mendorong manusia untuk menyelidiki
rahasia-rahasia
yang
terkandung
di
dalamnya.
Sebagaimana tersurat dalam al- Qur’>an antara lain: surah al-Thari}q ayat 5-6
Terjemahannya : 5.
Maka hendaklah manusia memperhatikan dari apakah dia diciptakan?
6. Dia diciptakan dari air yang dipancarkan, ke semua macam ragam yang ada dalam alam semesta ini bukanlah
terjadi
secara
kebetulan,
tetapi
menciptakan dan menganturnya yakni Tuhan.
memang
ada
yang
11
3)
Dalil Muharrik (penggerak) Disamping kedua dalil tersebut diatas, yaitu dalil ina>yah dan dalil
ikhtira’, Ibnu Rusyd mengemukakan dalil lain, yaitu dalil gerak atau dalil penggerak pertama.
16
Ini jelas sekali adanya pengaruh dari Aristoteles yaitu
”penggerak pertama”. Al-Muharrik al-Awwal, yang dipandang sebagai penyebab pertama adanya gerak, baik itu gerak perubahan maupun gerak penciptaan. Menurut Ibnu Rusyd, alam ini bergerak secara teratur, terus menerus dengan suatu gerakan abadi. Gerakan ini menunjukkan adanya penggerak, sebab suatu hal yang mustahil bahwa sesuatu bergerak dengan sendirinya. Penggerak itulah yang namanya Tuhan.
c.
Tentang kebebasan manusia dan takdir Tuhan Manusia mempunyai kebebasan dalam berbuat dan mampu pula menciptakan perbuatannya. Namun demikian, tidak seluruh kehendaknya bisa dilakukannya, karena adanya faktor lain yang bisa membantu ataupun menanggalkan kehendaknya di dalam usahanya. Faktor lain ini merupakan kadar Tuhan yang dituangkan dalam bentuk undang-undang alam yaitu sunnatullah yang merupakan “hukum sebab musabab” (kausalitas) yang berlaku terus menerus tanpa henti, baik terhadap manusia maupun terhadap alam semesta ini. Faham ini seolah-olah bermakna bahwa kebebasan manusia ini dibatasi dengan adanya hukum alam yang langsung diciptakan oleh Tuhan.
16
Ahmad Hanafi, op. cit ., h. 172.
12
Sehingga Tuhan seperti tidak langsung mengawasi segala tingkah laku dan kegiatan alam semesta ini. Oleh sebab itu, Ibnu Rusyd berpendapat bahwa filsafat dengan para filosofnya bisa sampai kepada pemahaman dan mengenal maksudmaksud agama yang hakiki. Filsafat adalah penyempurnaan agama dan bukan sebaliknya. Maka apabila ada orang yang mengkafirkan filosof dan menentang filsafat sebagaimana dilakukan al-Ghazali, maka hanyalah salah faham saja, yang menilai pemikiran-pemikiran filsafat dari kecamata ilmu kalam (teologi). Oleh sebab itu, bagi para filosof yang mengenal ilmu burha>ni yang dapat mencari makna yang hakiki, tidak boleh memegangi
ayat dengan dhahirnya saja. Namun apabila ternyata manqu>l (nash) bertentangan dengan ma’qu>l (akal) maka ayat itu harus dita’wilkan agar dapat diterima akal.
2.
17
Ibnu Rusyd dalam Membela Filsafat dan Mengkritik Al-Ghazali Dalam upaya pembelaan terhadap filsafat dan para filosof muslim dari serangan ulama terutama al-Ghazali yang mengatakan bahwa “filsafat musuh agama” , maka Ibnu Rusyd antara lain menegaskan bahwa antara 18
islam (agama) dengan filsafat tidak ada pertentangan .Tugas filsafat tidak lain dari berfikir tentang wujud untuk mengetahui pencipta segala yang ada ini. Ketika al-Ghazali mengatakan bahwa filsafat dapat menjadikan orang
17
Ahmad Fua>d el- Ahwa>ny, A History Of Muslim Philosofhy, Suntingan M. M Syarif dengan Judul: Para Filosof Muslim (Cet. III, Bandung: Mizan, 1999),h. 204. 18
Taufik Abdullah,…(et al.)., Ensiklopedi Tematis Dunia Islam ( Jilid. 4; Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Houve, 2002), h. 210.
13
berbuat bid’ah dan kufur, maka berdasarkan hukum Islam harus dihukum mati, tetapi Ibnu Rusyd berpendapat bahwa filsafat tidaklah bertentangan dengan Islam, bahkan orang Islam diwajibkan atau paling tidak dianjurkan untuk mempelajarinya (wajib atau sunnah). Pemikiran Ibnu Rusyd itu dilandasi dengan ayat-ayat yang terdapat dalam al-Qur’a>n, bahwa tanda-tanda bagi orang yang berfikir sering diungkapkan dalam ayat al- Qur’an dengan kata-kata, apakah mereka tidak merenung, apakah mereka tidak melihat, perhatikanlah, dan lain sebagainya yang menyuruh manusia supaya berfikir tentang wujud dan alam sekitarnya untuk mengetahui Tuhan. Ibnu Rusyd menjelaskan bahwa setiap muslim mesti percaya pada tiga dasar keagamaan, yaitu: adanya Tuhan, adanya Rasul, adanya Pembangkitan. Hanya orang yang tidak percaya pada salah satu dari ke tiga 19
dasar inilah yang boleh dicap orang kafir. pernyataan ini dapat dijadikan indikasi bahwa ia tidak pernah meninggalkan wahyu. Lebih lanjut lagi, Ibnu Rusyd menegaskan bahwa setiap Nabi adalah filosof, tetapi tidak semua filosof adalah Nabi, filosof adalah pewaris Nabi. berarti peringkat filosof filosof
20
Pernyataan ini
di bawah peringkat Nabi dan kesempurnaan
tentu tidak mungkin sama dengan kesempurnaan Nabi. Posisi
filosof sebagai pewaris Nabi dapat diartikan bahwa ia harus mengikuti ketentuan yang sudah digariskan Nabi. Dalam mengkritik al-Ghazali, Ibnu Rusyd menjelaskan bahwa dalam pandangan Islam, segala-galanya dalam alam ini berlaku menurut 19
Harun Nasution, op. cit ., h. 48. Ibnu Rusyd, Taha>fut, op. cit ., h. 869.
20
14
hukum alam, yaitu menurut sebab musabab atau causality. al-Ghazali sendiri tidak percaya
pada adanya hubungan kausalitas antara sebab
musabab. Api membakar bukan karena api mempunyai sifat membakar, tetapi karena kehendak mutlak Tuhan supaya api membakar. Kalau Tuhan tidak menghendaki supaya api membakar, api tidak akan membakar. Ibnu Rusyd, sebaliknya berpendapat bahwa segala-galanya di alam ini berlaku menurut peraturan-peraturan yang tertentu lagi sempurna, menurut sebab musabab. Kalau api sifatnya membakar, maka mesti selama-lamanya membakar dan bukan hanya terkadang; maka itu mesti ada sebabnya. Serangan al-Ghazali yang menyatakan filsafat bid’ah bahkan mengkafirkan para filosof, dalam tiga persoalan yakni: 1.
Tentang kadimnya alam Pendapat para filosof bahwa alam kekal dalam arti tidak bermula tidak dapat diterima kalangan teologi Islam, sebab menurut konsep teologi Islam, Tuhan adalah pencipta. Yang dimaksud pencipta ialah mengadakan sesuatu dari tiada (creato ex nihilio). Kalau alam dikatakan tidak bermula, beararti alam bukanlah diciptakan, dengan demikian, Tuhan bukanlah pencipta. Pendapat seperti ini membawa kekufuran. Demikian gugatan al21
Ghazali dalam kitabnya Taha>fut al-Fala>sifah .
Kadimnya alam,
dimana alam ini selalu ada bersama-sama wujudnya Tuhan, tanpa ada perselangan waktu sedikitpun antara wujudnya dengan wujud Tuhan. Seperti antara matahari dan sinarnya.
22
21
Hasyimsyah Nasution, op. cit ., h. 120.
22
Ahmad Hanafi, Antara Imam Al-Ghazali dengan Imam Ibnu Rusyd dalam Tiga Persoalan Alam Metafisika (Edisi. I; Jakarta: Pustaka Husna, 1981), h. 17.
15
Menurut Ibnu Rusyd, pendapat kaum teolog ini tidak mempunyai dasar syari’ah yang kuat. Tidak ada ayat yang menyatakan bahwa Tuhan pada mulanya berwujud sendiri, yaitu tidak ada wujud selain dari dirinya sendiri, kemudian dijadikan alam. Ini hanyalah merupakan pendapat dan interpretasi kaum teolog.
23
Tentang kadimnya alam, Ibnu Rusyd menyatakan bahwa para filosof meyakini alam ini kadim, kadim yang dimaksudkan di sini adalah sesuatu yang dalam kejadian terus-menerus ( ma> huwa f}>i hudu>s da>’im), maksudnya tidak mempunyai permulaan dalam waktu.
24
Pendapat Ibnu Rusyd didukung oleh beberapa ayat al- Qur’a>n yang mengandung pengertian bahwa Tuhan menciptakan sesuatu yang telah ada, seperti ayat dalam surah Hu>d ayat 7
23
Harun Nasution, op. cit . Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, Ensiklopedi Islam (Cet. III, Jilid. 2; Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994), h. 165. 24
16
terjemahannya : 7. Dan Dia-lah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu Berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata". dan surah al-Anbiya>’ ayat 30.
25
terjemahannya : 30. Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, Kemudian kami pisahkan antara keduanya. dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman? Dari ayat-ayat itu dapat ditarik kesimpulan bahwa sebelum bumi dan langit dijadikan, telah ada benda lain yang berupa air dan
25
Syauqi Ibrahi}m, op.cit ., h. 121.
17
uap. Dengan kata lain bumi dan langit dijadikan dari uap dan air, bukan dijadikan dari tiada. Alam bersifat kekal, sebagaimana yang disimpulkan dari alQur’a>n surah Ibrahim ayat 47-48,
terjemahannya : 47.
Karena itu janganlah sekali-kali kamu mengira Allah akan
menyalahi janji-Nya kepada rasul-raaul-Nya; Sesungguhnya Allah Maha Perkasa, lagi mempunyai pembalasan. 48. (yaitu) pada hari (ketika) bumi diganti dengan bumi yang lain dan (demikian pula) langit, dan meraka semuanya (di padang Mahsyar) berkumpul menghadap ke hadirat Allah yang Maha Esa lagi Maha Perkasa. bahwa bumi dan langit akan ditukar dengan bumi dan langit lain, dipertegas oleh Ibnu Rusyd bahwa ini betul diwujudkan, tetapi diwujudkan terus menerus, artinya alam adalah kekal. 2.
Tentang Tuhan tidak mengetahui perincian yang ada dalam alam
18
Ibnu Rusyd mengatakan bahwa al-Ghazali salah faham karena kaum filosof tidak pernah mengatakan demikian. Yang dikatakan oleh filosof ialah, bahwa pengetahuan Tuhan tentang perincian yang terjadi di alam tidak sama dengan pengetahuan manusia tentang perincian itu.
26
Pengetahan manusia dalam hal ini mengambil bentuk efek, sedang pengetahuan Tuhan merupakan sebab, yaitu sebab bagi wujudnya perincian tersebut.
Selanjutnya,
pengetahuan
manusia
bersifat
baharu
dan
pengetahuan Tuhan bersifat kadi}m yaitu semenjak azali, Tuhan mengetahui segala hal-hal yang terjadi di alam, sungguh betapapun kecilnya. Dalam hal ini, Tuhan mengetahui segala sesuatu tetapi dangan cara yang berbeda dengan manusia. Mengetahui yang mana pada mulanya manusia tidak memiliki pengetahuan, tetapi secara berangsur-ansur, ia memperoleh pengetahuan melalui pengamatan alam semesta.
3.
Tidak ada kebangkitan jasmani Menurut Ibnu Rusyd, sanggahan al-Ghazali terhadap para filosof muslim, tentang kebangkitan jasmani di akhirat tidak ada, adalah tidak benar. Mereka tidak mengatakan demikian.
27
Yang dimaksud oleh filosof
adalah tidak adanya pembangkitan jasmani, pandangan ini berangkat dari filsafat mereka tentang jiwa karena yang penting bagi manusia itu adalah jiwanya, bukan jasmaninya.
26
Ibid ., h. 189. Lihat juga, Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, op. cit ., h. 166. Ibnu Rusyd, op. cit ., h. 864.
27
19
Diakhirat hanya ada kesenangan jiwa, sehingga jasmani tidak dapat dibangkitkan, walaupun begitu, filosof tidak mengingkari adanya ayat-ayat yang menggambarkan kesenangan jasmani di akhirat. Bagi mereka, ayat-ayat itu adalah konsumsi orang awam. Sebenarnya, kata Ibnu Rusyd, al-Ghazali juga menyakini bahwa pembangkitan itu hanya bersifat rohaniah.
28
Semua agama, tegas Ibnu Rusyd, mengakui adanya hidup kedua di akhirat, tetapi mereka berbeda interpretasi terhadap bentuknya. Namun yang jelas, kehidupan di akhirat tidak sama dengan kehidupan di dunia ini. Hal ini sesuai hadits Nabi: “Di sana akan dijumpai apa yang tak pernah dilihat oleh mata, tidak pernah didengar telinga dan tak pernah terlintas dalam pikiran”. Dan ucapan Ibnu Abbas ” Tidak akan dijumpai di akhirat hal-hal yang bersifat 29
keduaniaan kecuali nama saja”.
Hidup di akhirat tentu saja lebih tinggi
dari pada hidup di dunia. Namun
demikian,
menurut
Harun
Nasution,
Ibnu
Rusyd
menyadari bahwa bagi orang awam soal kebangkitan itu perlu digambarkan dalam bentuk jasmani dan rohani. Karena kebangkitan jasmani bagi orang awam lebih mendorong mereka untuk melakukan pekerjaan atau amalan yang baik dan menjauhkan pekerjaan atau amalan yang buruk.
C.
Averroisme dan pengaruhnya di Eropa 28
Dewan Redaksi Ensiklopedi Islam, op. cit ., h. 166.
29
Ibid ., h. 866. Harun Nasution, op. cit., h. 47.
30
30
20
Sebagai seorang anak kelahiran Cardova di zaman jayanya, Ibnu Rusyd telah tampil ke tengah medan ilmu pengetahuan, sehingga ia jadi juara di segala bidang ilmu. Dia menanamkan paham ketuhanan (tegasnya Islam) yang bersifat timur ditengah masyarakat Barat, memancarkan sinar baru yang bernama “fikiran merdeka” di tengah benua Eropa yang gelap gulita.
31
Ibnu Rusyd merupakan satu-satunya filosof muslim yang paling besar pengaruhnya di Barat. Pokok pikiran Ibnu Rusyd yang paling istimewa ialah menghubungkan antara agama (wahyu) dengan filsafat (akal). Dengan pandangan-pandangan filosofnya, Ibnu Rusyd kelihatannya sangat menekankan kebebasan berfikir dan superioritas akal. Hal ini sekaligus menandai supremasi Ibnu Rusyd di bidang filsafat sehingga pemikiran filosofisnya berkembang luas di Eropa yang mencerminkan ekspresi dari revolusi akal dalam dunia filsafat.
32
Di tengah umat bangsanya, ummat Islam Andalus, dia pernah dikucilkan, tetapi kemudian diterima kembali. Sayang sekali usainya sudah lanjut yang tidak memungkinkan lagi meneruskan karirnya yang tinggi itu. Tetapi sebaliknya di Eropa, alirannya yang telah membukakan zaman baru telah ditentang pada mulanya oleh gereja karena dianggap sebagai ajaran-ajaran “murtad”, tetapi kemudian untuk masa berabad-abad lamanya ia menjadi maharaja yang menguasai jalannya sejarah Eropa. Pemikiran
Ibnu
Rusyd
merembes
ke
Eropa
melalui
berbagai
penerjemahan dan penerbitan. Penerjemahan dilakuan oleh murid-muridnya yang datang dari berbagai pelosok Eropa dan oleh orang-orang Yahudi. Di saat 31
Zainal Abidin Ahmad, op. cit , h. 16. Sirajuddin Zar, op.cit ., h. 255.
32
21
akhir hayatnya, seorang Archibishop, Raimond I melakukan penerjemahan besar-besaran di Teledo sehingga Teledo menjadi pusat penerjemahan di Eropa. Di antara penerjemah yang terkenal ialah Michael Scot dari Scotlandia, Herman dari Jerman, dan Clunimus ben Clunimkus (yahudi). Terjemahan ini diterbitkan berkali-kali di Venesia, Napoli, Bolokna, Paris, Iyons, Strasboug, dan Jenewa.
33
Di samping itu buku-buku itu menjadi pelajaran wajib di berbagai perguruan tinggi Eropa”. Betapapun kuatnya dunia Kristen menolak ajarannya, tetapi ajaran Ibnu Rusyd yang dinamakan “Averroisme” yang berpangkal pada “fikiran merdeka” telah memasuki segala Universitas Eropa untuk berabad-abad lamanya. Doktrinnya dipelajari dan diajarkan dengan mendalam, sehingga menimbulkan “Zaman Renaisance” di benua Eropa itu.
34
Berkembangnya faham Ibnu Rusyd
sungguh sangat menggemparkan di Eropa. Setelah memasuki segala lapangan pengetahuan, maka faham Ibnu Rusyd
mempengaruhi
jalan
fikiran
sarjana-sarjana
Eropa.
Dia,
telah
menaklukkan faham “Augustunisme” yang berbau dogmatis Kristen, dan menimbulkan aliran baru yang dinamakan “Rasionalisme”. Karena hebatnya pengaruh Ibnu Rusyd di dalam dunia pengetahuan, termasuk juga ilmu teologi, maka Gereja telah mengambil perhatian yang sangat besar terhadapnya. Beberapa Gereja telah bersidang untuk mengambil tindakan yang tegas terhadap aliran Ibnu Rusyd yang dianggap mengandung unsure-unsur anti agama dan anti Tuhan itu.
33
S. I. Poeradisasatra, Sumbangan Islam Kepada Ilmu dan Kebudayaan (Jakarta: Giramukti Pustaka, 1981), h. 61. 34 Zainal Abidin Ahmad, op.cit ., h. 16.
22
Demikian sidang tentang aliran Ibnu Rusyd telah beberapa kali diadakan dengan
mengeluarkan
keputusan-keputusan
larangan
untuk
membaca
komentar-komentarnya dan berusaha menghilangkan pengaruh Aristoteles dalam buku-buku bacaan dan menolak pula tiga puluh dalil-dalil dari Ibnu Rusyd serta berbagai tuduhan yang dilancarkan kepada Ibnu Rusyd.
35
Berbeda dengan Islam, agama Kristen semua ajarannya bersifat dogmatis sehingga ajarannya tidak bisa disandingkankan dengan filsafat. Atas dasar inilah, ketika Averriosme mengembangkan pemikiran rasional Ibnu Rusyd di Eropa, dimana antara agama dan filsafat dapat direkonsiliasikan, pada mulanya mendapat kesulitan. Pemikiran filsafat yang dikembangkan Ibnu Rusyd dalam Islam adalah suatu kebenaran. Kebenaran yang dibawa oleh agama tidak akan bertentangan dengan kebenaran yang dibawa filsafat. Jika dirasa ada pertentangan, diambil arti metapora wahyu (takwi}l). Dengan demikian, kebenaran ganda (doble truth), kebenaran yang dibawa agama adalah benar dan kebenaran yang dibawa filsafat juga benar
36
,
yang dikembangkan oleh Averroisme bukanlah berasal dari Ibnu Rusyd. Kebenaran tersebut merupakan penyimpangan dari pemikiran asli Ibnu Rusyd. Penyimpangan yang lebih ekstrim dari Averroisme, menurut Harun Nasution,
adalah
pendapat
mereka
yang,
mengatakan
bahwa
filsafat
mengandung kebenaran, sedangkan agama membawa hal-hal yang tidak benar.
35
37
Oleh karena itu, tuduhan pemuka gereja terhadap Ibnu Rusyd adalah
Ibid ., h. 172. Harun Nasution , Islam Rasional ( Cet. III; Bandung: Mizan, 1995), h. 301. 37 Harun Nasution, Islam Ditinjau dari Berbagai Asfek ( Jilid. II; Jakarta: Universitas Indonesia, 1986),h. 56. 36
23
seorang atheis tidak tepat dan salah alamat yang semestinya dilontarkan kepada Averroisme. Perjuangan Ibnu Rusyd yang dahsyat antara Gereja dan Averroisme telah berlaku di Eropa, yang kemudian telah menjadi perjuangan antara Gereja dengan akal merdeka. Bahkan akhirnya di kalangan Gereja timbul permusuhanpermusuhan antar satu aliran dengan aliran yang lainnya, karena pendapat yang semakin meruncing. Penerimaan pemikiran Ibnu Rusyd di Eropa terbagi kepada dua kelompok, yaitu kelompok yang menentang pemikiran-pemikiran Ibnu Rusyd, dalam hal ini golongan Gereja. Sementara golongan yang mendukung pemikiran Ibnu Rusyd, dipelopori oleh para ilmuan. Pertentangan antara kedua kelompok tersebut berlangsung tajam hal itu tampak dari tuduhan kelompok pertama terhadap kelompok kedua sebagai kelompok atheis. Dan pada tahun 1215 M Gereja mengeluarkan perintah mengharamkan membaca buku-buku Aristoteles serta buku-buku ringkasan dan komentar Ibnu Rusyd.
38
Para Gerejawan berusaha membendung pengaruh rasional Averroisme ini dengan berbagai cara. Cara yang paling tragis adalah dengan menggunakan ancaman bunuh dan penjara. Pemburuan inilah yan g dinamakan “Inquisition”, yang meminta korban yang sangat banyak dengan hukuman-hukuman yang maha dahsyat dan mengerikan. Akibat dari pengekangan ini, banyak ilmuan yang menjadi korban, seperti Copernicus, Galiliei Galileo, Geodarno, Bruno, dan lain-lain.
39
hukuman yang di lakukan dapat di nilai sebagai hukuman yang biadab. 38
Hasyimsyah Nasution, op. cit ., h.127. S. I Poeradisastra, op. cit ., h. 11.
39
Bahkan,
24
Pada akhirnya gereja Katolik tak kuasa lagi membendung pemikiran rasional yang dikembangkan Averroisme. Pemikiran inilah yang mendorong timbulnya renaisans di Eropa yang kemudian membuat kamajuan dan peradaban Barat pada masa sekarang. Berdasarkan uraian diatas ditegaskan bahwa sejak meninggalnya Ibnu Rusyd, menjadi bukti yang nyata atas kemunduran pemikiran umat Islam selama kurang lebih delapan abad. Sebaliknya, pikiran- pikiran Ibnu Rusyd merupakan sebuah hadiah yang secara tidak langsung diberikan kepada peradaban Eropa, dalam kedudukannya sebagai pemikir Islam yang paling banyak jasanya terhadap perkembangan pemikiran di sana.
40
Sungguhpun Eropa menghadapi pengajaran ( inquisi) berabad-abad lamanya, dibelakang Ibnu Rusyd dan segala pengikutnya yang berpegang teguh akan faham “akal merdeka” diburu dan dikejar -kejar, datanglah angkatan baru Eropa yang memutuskan segala belengguh dan rantai yang mengkungkung itu. Maka lahirlah zaman Renaisance pada abad ke 14 atau 15, akibatnya muncul faham “rasionalisme” yang meninggalkan ajaran-ajaran agama serta lahirnya paham “sekularisme” yang membelakangi soal-soal kerohanian dan soal-soal akhirat.
40
Husain Ahmad Am}>in, Mi}’ah al - A’zam fi> Ta>ri}kh al-Isla>m, diterjemahkan oleh, Bahruddin Fanni, Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam (Cet. III; Kairo: Maktabah Madbouli,1999), h. 195.
25
BAB III KESIMPULAN
Dari uraian-uaraian diatas, maka dapat ditarik kesimpulan antara lain: 1.
Ibnu Rusyd adalah seorang filosof yang menguasai berbagai bidang ilmu pengetahuan. Dan sangat berpengaruh dilingkungan istana pada masa pemerintahan Sultan Abu> Yu>suf Ya’ku>b al-Mansu>r.
2.
Ibnu Ruysd dikenal di dunia Barat sebagai komentator Aristoteles, juga dikenal sebagai orang yang membela filsafat dari serangan-serangan kaum teolog, terutama al-Ghazali. Ibnu Ruysd menganggap bahwa filsafat tidaklah bertentangan dengan agama. Oleh sebab itu filsafat Ibnu
26
Rusyd merupakan produk era keemasan filosof yang akhirnya dijadikan simbol produk rasionalis Islam. 3.
Ibnu Rusyd dikenal di dunia Barat dengan nama “Averrois” dan Averroisme melahirkan gerakan Renaissans pada abad pertengahan yang mengguncangkan sendi-sendi kepercayaan Kristen. Bahkan Averroisme berkembang dengan pesat sehingga menimbulkan revolusi pemikiran yang sangat hebat dan mempengaruhi abad dibelakangnnya.
DAFTAR PUSTAKA
Abdullah, Taufik,…(et al.). Ensiklopedi Tematis Dunia Islam, Jilid 1, Akar dan Awal; Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 2002. Al-Jauhari, Imam Khanafi. Hermeneutika Islam: Membangun Peradaban Tuhan di Pentas Global, Cet. I; Yogyakarta:ITTAQA Press, 1999.
Ahmad, Zainal Abidin. Riwayat Hidup Ibnu Rusyd (AVERROES) Filosof Islam Terbesar di Barat, Cet. I; Jakarta: Bulan Bintang, 1975.
Ahwany, Ahmad Fuad . A History of Muslim Philosophy , suntingan M. M Syarif (Ed) dengan judul Para Filosof Muslim . Cet. III; Bandung: Mizan, 1999.
27
Amin, Husain Ahmad, Mi}>’ah al - A’zam fi}> Ta>ri}kh al -Isla>m , diterjemahkan oleh, Bahruddin Fanni, Seratus Tokoh Dalam Sejarah Islam . Cet. III; Kairo: Maktabah Madbouli,1999. Glasse, GYric. Ensiklopedi islam, Ringkas, Cet. II, Jilid. 2: Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada, 1999. Hanafi, Ahmad. Pengantar filsafat Islam , Cet. VI; Jakarta: PT Bulan Bintang, 1996. Ibnu Rusyd, Taha>fut al-Taha>ful , Sulaiman Dunya. Cairo: Da>r al-Ma’a>rif, 1964. Ibra>h}im, Syauqi. Al-Falsafah Al-Islamiyyah . Kairo: Matbaah Ja>miah al-Azha>r, 2006. Kandu, Amirullah. Ensiklopedi Dunia Islam. Cet. I; Bandung: CV. Pustaka Setia, 2010. Mu’thi, Usma>n Abdul Alla>m, Muha>dara>t Falsafiyyah. Kairo: Matbaah Jamiah al-Azhar, 2000. Nasution, Hasyimansyah. Filsafat Islam . Cet. II; Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001.
Nasution, Harun. Filsafat dan Mistisme Dalam Islam . Cet. II; Jakarta: Bulan Bintang, 1978. Peoradisastra, Sumbangan Islam Kepada Ilmu dan Kebudayaan Modern . Jakarta: Giramukti Pestaka, 1981. Redaksi, Dewan Ensiklopedi Islam. Ensiklopedi Islam. Cet. III, Jilid 2: Jakarta: PT. Ichtiar Baru Van Hoeve, 1994. Qasim, Mahmud. Al- Kaysf an’Mana>hi}j al -Adillah li Ibni Rus>yd. Cet. II; Kairo: Anglo al-Misriyyah, 1964. Sudarsono, Filsafat Islam . Cet. I; Jakarta: PT Rineka Cipta, 1997.
28
Zur, Sirajuddin. Filsafat Islam Filosof dan Filsafatnya . Cet. I; Jakarta: PT. Raja Grafindo, 2004.