MAKALAH KEPERAWATAN KELUARGA “
Masalah Kesehatan pada Keluarga Anak Remaja
Dosen Pembimbing : Ns. Andika Herlina, M. Kep Oleh Kelompok 2
Nama Anggota : 1. Abdul Aziz 2. Indah Wulan Yuli 3. Lindung Triyuni Oetary 4. Monalisa Anggraini 5. Nopi Irhamni 6. Reza Mailani Putri
STIKES SYEDZA SAINTIKA PADANG TAHUN AJARAN 2016 / 2017
”
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt. Yang telah memberikan rahmat dan karunianya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah mengenai “Masalah Kesehatan Pada Keluarga Anak Remaja”. Makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas yang diberikan kepada kami sebagai bahan diskusi dalam mata kuliah KEPERAWATAN KELUARGA Semoga dengan terselesaikannya makalah ini dapat menjadi pembelajaran yang lebih baik bagi kami dalam pembuatan makalah yang berikutnya. Makalah ini dibuat dengan sebagaimana mestinya, dan kami berharap makalah ini dapat memberikan wawasan baru bagi kami maupun bagi anda yang membacanya.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ......................................... .......................................................... i DAFTAR ISI ................................................ ................................................................. ii BAB I PENDAHULUAN .............................................. ............................................... 1 A. Latar Belakang ................................................................................................... 1 B.
Rumusan Masalah ............................................... ............................................... 1
C.
Tujuan ............................................... ................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN ........................................................ ...................................... 3 A. Defenisi Remaja .................................................. ............................................... 3 B.
Ciri-ciri atau Karakteristik Psikologi Remaja ................................................. ... 3
C.
Peran Orang Tua yang Memiliki Anak Berusia Remaja.................................... 7
D. Pola Asuh Orang Tua pada Remaja ............................................... .................... 8 E.
Konflik-konflik Keluarga pada Remaja ................................................... ........ 10
F.
Faktor- Faktor terjadinya Kenakalan Remaja ................................................. . 10
BAB III STUDI KASUS ................................................ ............................................. 11 A. Contoh Kasus ................................................................................................... 11 B.
Asuhan Keperawatan ................................................... .................................... 11
BAB IV PENUTUP ........................................................ ............................................ 12 A. KESIMPULAN ................................................... ............................................. 12 B.
SARAN ............................................. ............................................................... 12
DAFTAR PUSTAKA .............................................................. ................................... 13
ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Akhir-akhir ini banyak orang tua maupun pendidik yang merasa khawatir bahwa anak-anak mereka terutama remaja mengalami degradasi moral. Sementara remaja sendiri juga sering dihadapkan pada dilema-dilema moral sehingga remaja merasa bingung terhadap keputusan-keputusan moral yang harus diambilnya. Walaupun di dalam keluarga mereka sudah ditanamkan nilainilai, tetapi remaja akan merasa bingung ketika menghadapi kenyataan ternyata nilai-nilai tersebut sangat berbeda dengan nilai-nilai yang dihadapi bersama teman-temannya maupun di lingkungan yang berbeda. Pengawasan terhadap tingkah laku oleh orang dewasa sudah sulit dilakukan terhadap remaja karena lingkungan remaja sudah sangat luas. Bagaimana tindakan sebuah keluarga dalam mendidik anak yang berusia remaja, dikarenakan remaja adalah remaja (adolescene) yang diartikan sebagai masa perkembangan transisi antara masa anak dan masa dewasa yang mencakup perubahan biologis, kognitif, dan sosial-emosional.
B. Rumusan Masalah
1. Jelaskan definisi Remaja ? 2. Jelaskan Ciri-ciri atau Karakteristik Psikologi Remaja ? 3. Bagaianan Peran orang tua yang memiliki anak berusia remaja ? 4. Jelaskan Pola Asuh Orang Tua pada Remaja ? 5. Bagaimana Konflik-konflik Keluarga pada Remaja ? 6. Jelaskan Faktor-faktor Terjadinya Kenakalan Remaja ?
1
C. Tujuan
1. Mengetahui definisi Remaja 2. Mengetahui Ciri-ciri atau Karakteristik Psikologi Remaja 3. Mengetahui Peran orang tua yang memiliki anak berusia remaja 4. Mengetahui Pola Asuh Orang Tua pada Remaja 5. Mengetahui Konflik-konflik Keluarga pada Remaja 6. Mengetahui Faktor-faktor terjadinya Kenakalan Remaja
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Defenisi Remaja
Menurut Hurlock (1981) remaja adalah mereka yang berada pada usia 1218 tahun.1[1] Monks, dkk (2000) memberi batasan usia remaja adalah 12-21 tahun.2[2] Menurut Stanley Hall (dalam Santrock, 2003) usia remaja berada pada rentang 12-23 tahun.3[3] Berdasarkan batasan-batasan yang diberikan para ahli, bisa dilihat bahwa mulainya masa remaja relatif sama, tetapi berakhirnya masa remaja sangat bervariasi. Bahkan ada yang dikenal juga dengan istilah remaja yang diperpanjang, dan remaja yang diperpendek. Remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. Statemen ini sudah dikemukakan jauh pada masa lalu yaitu di awal abad ke-20 oleh Bapak Psikologi Remaja yaitu Stanley Hall. Pendapat Stanley Hall pada saat itu yaitu bahwa masa remaja merupakan masa badai dan tekanan (storm and stress) sampai sekarang masih banyak dikutip orang.
B. Ciri-ciri atau Karakteristik Psikologi Remaja 1.
Perkembangan Fisik Psikologi Remaja
Fase remaja adalah periode kehidupan manusia yang sangat strategis, penting dan berdampak luas bagi perkembangan berikutnya. Pada remaja awal,
3
4
pertumbuhan fisiknya sangat pesat tetapi tidak proporsional, misalnya pada hidung, tangan, dan kaki. Pada remaja akhir,proporsi tubuhmencapai ukuran tubuh orang dewasa dalam semua bagiannya (Syamsu Yusuf :2005).
Berkaitan dengan perkembangan fisik ini, perkembangan terpenting adalah aspek seksualitas ini dapat dipilah menjadi dua bagian, yakni : a.
Ciri-ciri Seks Primer Perkembangan psikologi remaja pria mengalami pertumbuhan pesat
pada organ testis, pembuluh yang memproduksi sperma dan kelenjar prostat. Kematangan organ-organ seksualitas ini memungkinkan remaja pria, sekitar usia 14 – 15 tahun, mengalami “mimpi basah”, keluar sperma. Pada remaja wanita, terjadi pertumbuhan cepat pada organ rahim dan ovarium yang memproduksi ovum (sel telur) dan hormon untuk kehamilan. Akibatnya terjadilah siklus “menarche” (menstruasi pertama). Siklus awal menstruasi sering diiringi dengan sakit kepala, sakit pinggang, kelelahan, depresi, dan mudah tersinggung. b.
Ciri-ciri Seks Sekunder Perkembangan psikologi remaja pada seksualitas sekunder adalah
pertumbuhan yang melengkapi kematangan individu sehingga tampak sebagai lelaki atau perempuan. Remaja pria mengalami pertumbuhan bulu-bulu pada kumis, jambang, janggut, tangan, kaki, ketiak, dan kelaminnya. Pada pria telah tumbuh jakun dan suara remaja pria berubah menjadi parau dan rendah. Kulit berubah menjadi kasar. Pada remaja wanita juga mengalami pertumbuhan bulu-bulu secara lebih terbatas, yakni pada ketiak dan kelamin. Pertumbuhan juga terjadi pada kelenjar yang bakal memproduksi air susu di buah dada, serta pertumbuhan pada pinggul sehingga menjadi wanita dewasa secara proporsional. 2.
Perkembangan Kognitif Psikologi Remaja
5
Pertumbuhan otak mencapai kesempurnaan pada usia 12 – 20 thn secara fungsional, perkembangan kognitif (kemampuan berfikir) remaja dapat digambarkan sebagai berikut : 1. Secara intelektual remaja mulai dapat berfikir logis tentang gagasan abstrak 2. Berfungsinya kegiatan kognitif tingkat tinggi yaitu membuat rencana, strategi, membuat keputusan-keputusan, serta memecahkan masalah 3. Sudah mampu menggunakan abstraksi-abstraksi, membedakan yang konkrit dengan yang abstrak 4. Munculnya kemampuan nalar secara ilmiah, belajar menguji hipotesis 5. Memikirkan masa depan, perencanaan, dan mengeksplorasi alternatif untuk mencapainya 6. Mulai menyadari proses berfikir efisien dan belajar berinstropeksi 7. Wawasan berfikirnya semakin meluas, bisa meliputi agama, keadilan, moralitas, dan identitas (jati diri) 3.
Perkembangan Emosi Psikologi Remaja
Remaja mengalami puncak emosionalitasnya, perkembangan emosi tingkat tinggi. Perkembangan emosi remaja awal menunjukkan sifat sensitif, reaktif yang kuat, emosinya bersifat negatif dan temperamental (mudah tersinggung, marah, sedih, dan murung). Sedangkan remaja akhir sudah mulai mampu mengendalikannya. Remaja yangberkembang di lingkungan yang kurang
kondusif,
kematangan
emosionalnyaterhambat.
Sehingga
sering
mengalami akibat negatif berupa tingkah laku “salah suai”, misalnya : 1. Agresif : melawan, keras kepala, berkelahi, suka menggangu dan lainlainnya 2. Lari dari kenyataan (regresif ) : suka melamun, pendiam, senang menyendiri, mengkonsumsi obat penenang, minuman keras, atau obat terlarang 3. Sedangkan remaja yang tinggal di lingkungan yang kondusif dan harmonis dapat membantu kematangan emosi remaja menjadi :
6
4. Adekuasi (ketepatan) emosi : cinta, kasih sayang, simpati, altruis (senang menolong), respek (sikap hormat dan menghormati orang lain), ramah, dan lain-lainnya 5. Mengendalikan emosi : tidak mudah tersinggung, tidak agresif, wajar, optimistik, tidak meledak-ledak, menghadapi kegagalan secara sehat dan bijak 4.
Pekembangan Moral Psikologi Remaja
Remaja sudah mampu berperilaku yang tidak hanya mengejar kepuasan fisik saja, tetapi meningkat pada tatanan psikologis (rasa diterima, dihargai, dan penilaian positif dari orang lain). 5.
Perkembangan Sosial Psikologi Remaja
Remaja telah mengalami perkembangan kemampuan untuk memahami orang lain ( social cognition) dan menjalin persahabatan. Remaja memilih teman yang memiliki sifat dan kualitas psikologis yang relatif sama dengan dirinya, misalnya sama hobi, minat, sikap, nilai-nilai, dan kepribadiannya. Perkembangan sikap yang cukup rawan pada remaja adalah sikap comformity yaitu kecenderungan untuk menyerah dan mengikuti bagaimana teman sebayanya berbuat. Misalnya dalam hal pendapat, pikiran, nilai-nilai, gaya hidup, kebiasaan, kegemaran, keinginan, dan lain-lainnya. 6.
Perkembangan Kepribadian Psikologi Remaja
Isu sentral pada remaja adalah masa berkembangnya identitas diri (jati diri) yang bakal menjadi dasar bagi masa dewasa. Remaja mulai sibuk dan heboh dengan problem “siapa saya?” (Who am I ?). Terkait dengan hal tersebut remaja juga risau mencari idola-idola dalam hidupnya yang dijadikan tokoh panutan dan kebanggaan. Faktor-faktor penting dalam perkembangan integritas pribadi remaja ( psikologi remaja) adalah : 1. Pertumbuhan fisik semakin dewasa, membawa konsekuensi untuk berperilaku dewasa pula 2. Kematangan seksual berimplikasi kepada dorongan dan emosi-emosi baru
7
3. Munculnya kesadaran terhadap diri dan mengevaluasi kembali obsesi dan cita-citanya 4. Kebutuhan interaksi dan persahabatan lebih luas dengan teman sejenis dan lawan jenis 5. Munculnya konflik-konflik sebagai akibat masa transisi dari masa anak menuju
dewasa.
Remaja
akhir
sudah
mulai
dapat
memahami,
mengarahkan, mengembangkan, dan memelihara identitas diri Tindakan antisipasi remaja akhir adalah: 1. Berusaha bersikap hati-hati dalam berperilaku dan menyikapi kelebihan dirinya 2. Mengkaji tujuan dan keputusan untuk menjadi model manusia yang diidamkan 3. Memperhatikan etika masyarakat, kehendak orang tua, dan sikap temantemannya 4. Mengembangkan sikap-sikap pribadinya 7.
Perkembangan Kesadaran Beragama
Iman dan hati adalah penentu perilaku dan perbuatan seseorang. Bagaimana perkembangan spiritual ini terjadi pada psikologi remaja? Sesuai dengan
perkembangannya
kemampuan
kritis psikologi
remaja hingga
menyoroti nilai-nilai agama dengan cermat. Mereka mulai membawa nilai-nilai agama ke dalam kalbu dan kehidupannya. Tetapi mereka juga mengamati secara kritis kepincangan-kepincangan di masyarakat yang gaya hidupnya kurang memedulikan nilai agama, bersifat munafik, tidak jujur, dan perilaku amoral lainnya. Di sinilah idealisme keimanan dan spiritual remaja mengalami benturan-benturan dan ujian.
C. Peran Orang Tua yang Memiliki Anak Berusia Remaja
Untuk itu sebagai orangtua, dalam mengahadapi remaja harus tetap bersikap tenang dan bertahan, mengingat bahwa ini adalah masa pemberontakan
8
mereka sebagai remaja. Namun Tidak berarti mereka boleh bersikap seenaknya, tetapi sebagai orang tua sekali lagi ketenangan dalam menyikapi mereka yang sekarang ini INGIN DIDENGAR suaranya, orang tua mendengarkan apa yang mereka inginkan atau mereka maksud. Jadikan dialog dan diskusi bagian dari keluarga. Dengan demikian mereka tahu bahwa orang tua selalu ada untuk mereka saat mereka butuh. Upayakan mendorong aturan keluarga, habiskan waktu bersama dengan kualitas yang baik, fokuskan perhatian orang tua pada kebutuhan mereka dan beri pujian pada perilaku yang positif. saat ini mereka sedang tidak ingin banyak mendengar tetapi mereka ingin didengar, jadi berikan waktu, perhatian dan pikiran anda untuk anak anda baik sebagai orang tua yg tetap harus memberi arahan atau sebagai teman dimana mereka bisa bertanya dan berdiskusi.
D. Pola Asuh Orang Tua pada Remaja Menurut Baumrind (1967), terdapat 4 macam pola asuh orang tua: 1.
Pola asuh Demokratis
Pola asuh demokratis adalah pola asuh yang memprioritaskan kepentingan anak, akan tetapi tidak ragu-ragu mengendalikan mereka. Orang tua dengan pola asuh ini bersikap rasional, selalu mendasari tindakannya pada rasio atau pemikiran-pemikiran. Orang tua tipe ini juga bersikap realistis terhadap kemampuan anak, tidak berharap yang berlebihan yang melampaui kemampuan anak. Orang tua tipe ini juga memberikan kebebasan kepada anak untuk memilih dan melakukan suatu tindakan, dan pendekatannya kepada anak bersifat hangat. 2.
Pola asuh Otoriter
Pola asuh ini cenderung menetapkan standar yang mutlak harus dituruti, biasanya dibarengi dengan ancaman-ancaman. Orang tua tipe ini cenderung memaksa, memerintah, menghukum. Apabila anak tidak mau melakukan apa yang dikatakan oleh orang tua, maka orang tua tipe ini tidak segan menghukum anak. Orang tua tipe ini juga tidak mengenal kompromi dan dalam komunikasi biasanya bersifat satu arah. Orang tua tipe ini tidak memerlukan umpan balik dari
9
anaknya untuk mengerti mengenai anaknya.
3.
Pola asuh Permisif
Pola asuh ini memberikan pengawasan yang sangat longgar. Memberikan kesempatan pada anaknya untuk melakukan sesuatu tanpa pengawasan yang cukup darinya. Mereka cenderung tidak menegur atau memperingatkan anak apabila anak sedang dalam bahaya, dan sangat sedikit bimbingan yang diberikan oleh mereka. Namun orang tua tipe ini biasanya bersifat hangat, sehingga seringkali disukai oleh anak. 4.
Pola asuh Penelantar
Orang tua tipe ini pada umumnya memberikan waktu dan biaya yang sangat minim pada anak-anaknya. Waktu mereka banyak digunakan untuk keperluan pribadi mereka, seperti bekerja, dan juga kadangkala biaya pun dihemat-hemat untuk anak mereka. Termasuk dalam tipe ini adalah perilaku penelantar secara fisik dan psikis pada ibu yang depresi. Ibu yang depresi pada umumnya tidak mampu memberikan perhatian fisik maupun psikis pada anakanaknya. Menurut Diane Baumrind dalam Djiwandono (1989: 23-24) pola asuh orang tua dapat diidentifikasikan menjadi 3, yaitu: 1.
Pola asuh Demokratis
Pola asuh orang tua yang demokratis pada umumnya ditandai dengan adanya sikap terbuka antara orang tua dan anak. Mereka membuat semacam aturan-aturan yang disepakati bersama. Orang tua yang demokratis ini yaitu orang tua yang mencoba menghargai kemampuan anak secara langsung. 2.
Pola asuh Otoriter
Pola asuh otoriter ditandai dengan orang tua yang melarang anaknya dengan mengorbankan otonomi anak. Menurut Danny (1986: 96), pola asuh otoriter mempunyai aturan-aturan yang kaku dari orang tua. 3.
Pola asuh Permisif
Pola asuh permisif ditandai dengan adanya kebebasan tanpa batas kepada
10
anak untuk berbuat dan berperilaku sesuai dengan keinginan anak. Moesono (1993: 18) menjelaskan bahwa pelaksanaanpola asuh permisif atau dikenal pula dengan pola asuh serba membiarkan adalah orang tua yang bersikap mengalah, menuruti semua keinginan, melindungi secara berlebihan, serta memberikan atau memenuhi semua keinginan anak secara berlebihan.
E. Konflik-konflik Keluarga pada Remaja (Dariyo, 2004)
1. Konflik Pemilihan Teman atau pacar. a. Bila remaja wanita ; anaknya diharapkan dapat menjaga diri agar jangan sampai terlibat dalam pergaulan bebas (free-sex, narkoba) b. Bila remaja laki-laki; anaknya diharapkan selalu waspada 2. Konflik pemilihan jurusan atau program studi 3. Konflik dengan saudara kandung (Biasa terjadi pertengkaran, percekcokan atau konflik antara anak yang satu dengan yang lain)
F.
Faktor- Faktor terjadinya Kenakalan Remaja
1. Kondisi keluarga yang berantakan ( Broken Home) 2. Kurangnya perhatian dan kasih sayang dari orang tua 3. Status sosial ekonomi orang tua rendah 4. Penerapan disiplin keluarga yang tidak tepat
BAB III STUDI KASUS A. Contoh Kasus B. Asuhan Keperawatan
11
BAB IV PENUTUP
A. KESIMPULAN
keluarga dalam mendidik anak yang berusia remaja itu sangatlah berhatihati, karena remaja adalah masa yang penuh dengan permasalahan. masa terjadinya krisis identitas atau pencarian identitas diri. Karakteristik remaja yang sedang berproses untuk mencari identitas diri ini juga sering menimbulkan masalah pada diri remaja. Untuk itu timbul kecemasan-kecemasan pada orang tua dalam mendidik anak yang berusia remaja. Namun kadang kehawatiran ini akan menimbulkan petaka bagi orang tua tersebut jika ia tidak pandai-pandai dalam memahami itu semua. Untuk itu sebagai orangtua, dalam mengahadapi remaja harus tetap bersikap tenang dan bertahan, mengingat bahwa ini adalah masa pemberontakan mereka sebagai remaja. Namun Tidak berarti mereka boleh bersikap seenaknya, tetapi sebagai orang tua sekali lagi ketenangan dalam menyikapi mereka yang sekarang ini ingin didengar suaranya, orang tua mendengarkan apa yang mereka inginkan atau mereka maksud. Jadikan dialog dan diskusi bagian dari keluarga. Dengan demikian mereka tahu bahwa orang tua selalu ada untuk mereka saat mereka butuh.
B. SARAN
12
DAFTAR PUSTAKA
Gunarsa, S. D. Psikologi Perkembangan: Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia,1989. Hurlock, E.B. Psikolgi Perkembangan Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan (Terjemahan oleh Istiwidayanti dan Soedjarwo). Jakarta : Erlangga, 1991. Mongks,
F.
J.dkk. Perkembangan:
Pengantar
dalam
berbagai
bagiannya.
Yogyakarta: Gadjah Mada University Press, 2000. Santrok, J. W. Adolescence (Perkembangan Remaja). Terjemahan. Jakarta: Penerbit Erlangga, 2003. Setiono, L.H. Beberapa Permasalahan Remaja. Diakses dari www.e-psikologi.com pada tanggal 22 juni 2014, 2002 http://organisasi.org/jenis-macam-tipe-pola-asuh-orangtua-pada-anak-cara-mendidikmengasuh-anak-yang-baik
13