MAKALAH KEPERAWATAN GAWAT DARURAT
MANAJEMEN KLIEN TENGGELAM
DI KOLAM RENANG
Nama : Onny Wulandari
NIM : P 17420713013
POLITEKHNIK KESEHATAN KEMENKES SEMARANG
PRODI DIV KEPERAWATAN MAGELANG
2015/2016
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Kecelakaan di kolam renang dapat terjadi pada semua orang, baik yang sudah bisa berenang apalagi yang belum bisa berenang. Salah satu jenis kecelakaan yang sering terjadi di kolam renang adalah tenggelam dan merupakan salah satu risiko terbesar dalam aktivitas renang. Berawal dari kegiatan berenang ini terjadi kemungkinan cedera, kram, tenggelam hingga sampai pada kematian. Namun demikian membekali diri dengan kemampuan pengetahuan keamanan dan penyelamatan merupakan sebuah tindakan bijaksana. Mengapa demikian, karena kecelakaan air seperti tenggelam dapat diatasi dengan standart minimal penyelamatan yang dimiliki oleh masing-masing individu.
Beberapa kasus menggambarkan kejadian tenggelam akibat pengawasan yang lemah, fasilitas yang kurang memadai, dan yang paling penting karena kegagalan dalam penanganan kasus darurat dalam kecelakaan di dalam air.
Ada banyak hal yang perlu dihindari ketika sedang berada di kolam renang antara lain :
a. Bersenda gurau saat berenang,
b.Berenang di tempat yang dalam padahal keterampilan berenangnya rendah, berenang di kolam dalam tanpa pengawasan dari pendamping.
Beberapa contoh lain tenggelam namun masih tertolong umumnya disebabkan waktu tenggelam yang tidak terlalu lama dan waktu pertolongan pertama yang sangat cepat dan tepat. Bagaimanapun tenggelam dalam waktu lebih dari 5 menit memiliki tingkat risiko kematian yang tinggi. Demikian pula dengan waktu pertolongan pertama yang cepat, akan sangat membantu proses pengeluaranair di dalam paru-paru dan dengan tepat diberi tindakan untuk merangsang kesadaran. Misalnya dengan memiringkan tubuh korban dan menepuk bagian punggung. Berdasarkan analisis situasi di atas dapat disimpulkan bahwa hampir setiap hari jumlah pengunjung selalu banyak.
DAFTAR MASALAH
Apa penyebab seseorang dapat tenggelam di kolam ?
Kapan dan mengapa seseorang dapat mengalami tenggelam ?
Siapa saja yang dapat melakukan pertolongan untuk korban tenggelam di kolam renang ?
Dimana seseorang dapat tenggelam ?
Apa yang harus dilakukan untuk menyelamatkan klien tenggelam ?
TUJUAN
Memenuhi tugas mata kuliah keperawatan gawat darurat
Agar tahu apa penyebab dan bagaimana menyelamatkan klien tenggelam.
MANFAAT
Menambah pengetahuan dasar pertolongan pertama pada klien tenggelam
BAB II
ISI
Kasus korban tenggelam di kolam sering terjadi dengan korban yang mungkin hanya satu orang sampai lebih. Sebelum memberikan pertolongan pertama terhadap korban tenggelam ada beberapa hal yang harus selalu diingat, diketahui dan dilaksanakan oleh seorang penolong,yaitu:
1. Penolong harus terlebih dahulu mengamankan diri sendiri sebelum memberikan pertolongan kepada korban. Mengapa hal itu harus dilakukan? Karena biasanya korban tenggelam akan mengalami kepanikan dan cenderung akan menggapai, memegang atau merangkul benda-benda di sekitarnya serta meronta-ronta guna menyelamatkan dirinya. Hal ini sangat berbahaya jika si penolong tidak siap dengan kondisi tesebut.
2. Penolong ketika menjumpai korban tenggelam sebaiknya segera mencari bantuan terdekat, sambil terus berusaha untuk mengamati kondisi korban.
3. Penolong tidak berusaha untuk memberikan pertolongan pertama di air, karena itu sangat berbahaya tapi memberikannya setelah sampai di tempat yang aman.
Nah ketika hal di atas telah menjadi panduan bagi penolong, maka penolong dapat melakukan tindakan untuk melakukan pertolongan. Dalam sejarah perkembangan olahraga renang, terdapat kemajuan pengetahuan tentang pertolongan pertama pada kecelakaan. Pada waktu dulu, banyak masyarakat yang sama sekali tidak tahu apa yang sebaiknya diperbuat terhadap seseorang yang mengalami musibah di kolam renang. Karena itu segeralah bertindak cepat dan tepat dalam memberikan pertolongan pertama pada kecelakaan di kolam renang.
Pertolongan tersebut diberikan pada korban yang mengalami hal-hal sebagai berikut:
Kram
Kram sering dialami oleh siswa yang sedang belajar renang, terjadi akibat gerak renang yang melelahkan otot. Kram juga dapat terjadi akibat suhu dingin dan kekurangan cairan garam di dalam tubuh. Yang paling parah bila terjadi kram perut, apabila terjadi kram perut pada siswa saat belajar renang tidak ada
alternatif lain segera dibawa ke dokter.
Pingsan dan kematian
Pingsan dapat terjadi karena kelelahan saat berenang atau karena mengidap penyakit lain seperti typhus atau penyakit ayan.
Tidak dapat berenang
Pertolongan pertama dapat dilakukan oleh :
Pengawas kolam renang baik kolam renang umum, hotel, tempat rekreasi, maupun kolam renang pribadi
Anggota PMI atau PMR yang kebetulan ada di lokasi
Instruktur/pelatih perkumpulan/klub renang,
Mahasiswa yang pernah mendapat pelatihan pertolongan pertama
Satpam penjaga kolam renang
Serta masyarakat sekitar yang mengetahui cara-cara pertolongan pertama pada korban tenggelam
Jangan sekali-kali memberikan pertolongan pada klien tanpa memiliki pelatihan khusus dan ketrampilan khusus atau setidaknya pernah mendapatkan pengajaran, karena bukanya membantu menyelamatkan, melainkan bisa sebaliknya.
Cara Menolong yang Efisien dan Efektif
Alat bantu yang dipergunakan ada 4 macam, yaitu:
(1) Tongkat,
(2) Tambang Plastik,
(3) Ban,
(4) Pelampung.
a)Tongkat
Alat bantu yang pertama yang harus selalu ada di samping anda saat mengajar renang adalah sebuah tongkat yang panjangnya 1 meter dan garis tengahnya 2 cm. Cara penggunannya apabila ada peristiwa mendadak dan siswa membutuhkan pertolongan, dimana posisinya dekat. Maka Anda tinggal menyodorkan tongkat tersebut supaya dipegang, Anda tidak usah cape-cape terjun dan membawa korban di dalam kolam.
b)Tambang Plastik
Alat bantu yang kedua adalah tambang plastik, yang panjangnya 5 meter dan besarnya sedang, digulung dan diikat dengan karet gelang, dikaitkan pada celana renang.
Cara penggunaannya apabila saat mengajar ada siswa yang membutuhkan pertolongan, segera tambang tersebut dibuka dan dilemparkan kepada korban, ujung tambang dipegang oleh Anda, apabila korban sudah memegangnya, tarik ke tepi kolam. Alat bantu tambang dipergunakan apabila jarak dengan korban sekitar 3-4 meter. Cara ini juga sangat efisien dan efektif.
c)Ban
Alat bantu yang ketiga adalah ban yang diikatkan pada tambang yang panjangnya
15 meter. Pada waktu melaksanakan pembelajaran renang, alat ini selalu berada di
samping Anda.
Cara penggunaannya apabila ada siswa yang membutuhkan pertolongan segera Anda melemparkan ban tersebut ke arah korban, beri petunjuk supaya masuk ke
dalam ban, kemudian tarik ke tepi kolam.
Alat bantuini sangat efektif karena dapat sekaligus menolong siswa 2-3 orang ditempat dalam,apabila lemparan Anda kurang tepat Anda harus segera terjun kedekat korban.
d)Pelampung
Alat bantu yang keempat ini berupa pelampung yang tipis atau yang bulat, diikat dengan tambang plastik yang kecil. Kemudian diikatkan pada celana renang bila akan dibawa untuk menolong korban.
Cara penggunaannya sangat populer dalam film bay watch oleh para life guard untuk menolong para pengunjung pantai yang mengalami musibah akan tenggelam saat berenang. Apabila pada waktu mengajar renang, tiba-tiba ada siswa yang perlu ditolong, segera megaitkan tali pelampung ke belakang celana renang, kemudian segera melompat ke arah korban. Pelampung diberikan supaya dipegang/dipeluk. Apabila korban sudah pingsan makapelampung disimpan di bawah leher korban
Cara Memegang dan Membawa Korban
Setidaknya ada tindakan preventif apabila terjadi kecelakan di air seperti tenggelam misalnya. Menurut Subagyo (2007: 52) terdapat beberapa sikap renang dari penolong yang selalu disesuaikan dengan cara memegang korban. Cara memegang korban pada saat menolong ada 4 macam antara lain:
(1) Pada rambut,
(2) Pada pelipis,
(3) Pada dagu,
(4) Pada dada.
a)Pegangan pada rambut
Pegangan pada rambut, dilakukan dengan satu tangan, apabila pegangan dilakukan dengan tangan kiri, maka si penolong berada di sebelah kiri korban. Dan membawanya ke tepi kolam dengan menggunakan gaya dada atau gaya bebas menyamping. Usahakan posisi korban tubuhnya terlentang, sehingga mulut dan hidungnya tetap berada di atas permukaan air, pegangan pada rambut sangat sulit dilakukan kecuali keadaan korban pingsan. Alat keadaan korban sangat sulit untuk dibawa ke pinggir.
b)Pegangan pada pelipis
Pegangan pada pelipis, dilakukan dengan pegangan dua tangan, apabila sudah berada di belakang korban, segera pegang pelipisnya dengan dua tangan, kemudian membawanya ke tepi kolam dengan menggunakan gaya dada dalam posisi terlentang. Usahakan mulut dan hidung korban selalu berada di atas permukaan air. Cara menolong dengan pegangan pada pelipis korban lebih efisien dan efektif dari pada pegangan pada rambut.
c)Pegangan pada dagu
Pegangan pada dagu, dilakukan dengan dua tangan apabila posisi badan sudah berada di belakang korban, maka usahakan tubunya menjadi terlentang, kemudian tangan memegang dagu korban dan segera dibawa ke tepi kolam dengan gerakan gaya dada terlentang. Cara menolong korban dengan pegangan pada dagu keuntungannya sama dengan seperti pada pegangan pelipis.
d)Pegangan pada dada
Pegangan pada dada, dilakukan dengan cara merangkul dada korban dengan satu
tangan. Apabila merangkul tangan kiri maka posisi tubuh Anda berada di sebelah kiri korban, kemudian bergerak mebawa korban ke tepi kolam dengan gerakan gaya dada menyamping, cara menolong ini kurang efisien karena banyak menghabiskan tenaga dan sangat sulit jika korbannya tidak tenang.
Adapun bentuk pertolongan yang bisa diberikan dibagi menjadi dua jenis,
yaitu:
A.KORBAN SADAR
1. Penolong tidak boleh langsung terjun ke air untuk melakukan pertolongan. Ingat bahwa korban dalam keadaan panik dan sangat berbahaya bagi penolong. Sedapat mungkin, penolong untuk selalu memberikan respon suara kepada korban dan sambil mencari kayu atau tali atau mungkin juga pelampung dan benda lain yang bisa mengapung di sekitar lokasi kejadian yang bisa digunakan untuk menarik korban ke tepian atau setidaknya membuat korban bisa bertahan di atas permukaanair.
2. Aktifkan sistem penanganan gawat darurat terpadu (SPGDT). Bersamaan dengan tindakan pertama di atas, penolong harus segera mengaktifkan SPGDT, untuk memperoleh bantuan atau bisa juga dengan mengajak orang-orang yang ada di sekitar tempat kejadian untuk memberikan pertolongan.
3. Jika memang di tempat kejadian ada peralatan atau sesuatu yang bisa menarik korban ke tepian dengan korban yang dalam keadaan sadar, maka segera berikan kepada korban, seperti kayu atau tali, dan usahakan menarik korban secepat mungkin sebelum terjadi hal yang lebih tidak diinginkan.
Setelah korban sampai di tepian segeralah lakukan pemeriksaan fisik dengan terus memperhatikan ABC untuk memeriksa apakah ada cedera atau hal lain yang dapat mengancam keselamatan jiwa korban dan segera lakukan pertolongan pertama kemudian kirim ke pusat kesehatan guna mendapat pertolongan lebih lanjut.
4. Jika tidak ada peralatan atau sesuatu yang bisa menarik korban, maka penolong bisa segera terjun ke air untuk menghampiri korban. Tapi harus diingat, penolong memiliki kemampuan berenang yang baik dan menghampiri korban dari posisi belakang
5. Jika korban masih dalam keadaan sadar dan bisa ditenangkan, maka segera tarik (evakuasi) korban dengan cara melingkarkan salah satu tangan penolong pada tubuh korban melewati kedua ketiak korban atau bisa juga dengan menarik kerah baju korban (tapi ingat, hal ini harus dilakukan hati-hati karena bisa membuat korban tercekik atau mengalami gangguan pernafasan) dan segera berenang mencapai tepian.
6. Jika Korban dalam keadaan tidak tenang dan terus berusaha menggapai atau memegang penolong, maka segera lumpuhkan korban. Hal ini dilakukan untuk mempermudah evakuasi, kemudian lakukan tindakan seperti no 5 dan kemudian no. 3 di atas.
B. Korban Tidak Sadar
Seperti halnya dalam memberikan pertolongan pertama untuk korban tenggelam dalam keadaan sadar, maka untuk korban tidak sadar si penolong juga harus memiliki kemampuan dan keahlian untuk melakukan evakuasi korban dari dalam air agar baik penolong maupun korban dapat selamat.
Adapun tindakan yang dilakukan adalah sebagai berikut:
1. Segera hampiri korban, namun tetap perhatikan keadaan sekitar untuk menghindari hal yang tidak diingin terhadap diri penolong. Lakukan evakuasi dengan melingkarkan tangan penolong di tubuh korban seperti yang dilakukan pada no. 3 untuk korban sadar.
2. Untuk korban yang dijumpai dengan kondisi wajah berada di bawah permukaan air (tertelungkup), maka segera balikkan badan korban dan tahan tubuh korban dengan salah satu tangan penolong. Jika penolong telah terlatih dan bisa melakukan pemeriksaan nadi dan nafas saat menemukan korban, maka segera periksa nafas dan nadi korban. Kalau nafas tidak ada maka segera buka jalan nafas dengan cara menggerakkan rahang korban dengan tetap menopang tubuh korban dan berikan nafas buatan dengan cara ini. Dan jika sudah ada nafas maka segera evakuasi korban ke darat dengan tetap memperhatikan nafas korban.
3. Ketika penolong dan korban telah sampai di tempat yang aman (di darat), maka segera lakukan penilaian dan pemeriksaan fisik yang selalu berpedoman pada ABC. Berikan respon kepada korban untuk menyadarkannya.
4. Ketika respon ada dan korban mulai sadar, maka segera lakukan pemeriksaan fisik lainnya untuk mengetahui apakah ada cedera lain yang dapat membahayakan nyawa korban. Jika tidak ada cedera dan korban kemudian sadar, berikan pertolongan sesuai dengan yang diperlukan korban, atau bisa juga dengan mengevakuasi korban ke fasilitas kesehatan terdekat untuk pemeriksaan secara medis.
5. Jika tidak ada respon dan tidak ada nafas, segera buka jalan nafas dengan cara ini atau ini, periksa jalan nafas dengan cara Lihat, Dengar dan Rasakan (LDR) selama 3-5 detik. Jika tidak ada nafas maka segera berikan bantuan pernafasan (bantuan hidup dasar) dengan cara ini lalu periksa nadi karotis. Apabila nadi ada, maka berikan bantuan nafas buatan sesuai dengan kelompok umur korban hingga adanya nafas spontan dari korban (biasanya nafas spontan ini disertai dengan keluarnya air yang mungkin menyumbat saluran pernafasan korban ketika tenggelam), lalu posisikan korban dengan posisi pemulihan. Terus awasi jalan nafas korban sambil penolong berupaya untuk menyadarkan seperti tindakan no. 4 di atas atau mencari bantuan lain untuk segera mengevakuasi korban.
6. Ketika tindakan no.5 tidak berhasil (tidak ada respon, tidak nafas dan tidak ada nadi), maka segera lakukan Resusitasi Jantung Paru.
Tindakan seperti di atas benar-benar akan berhasil dan terlaksana dengan baik, ketika penolong mempunyai keahlian untuk melakukan pertolongan pertama. Jika penolong tidak memiliki kemampuan dan keahlian tersebut sebaiknya segera menghubungi pihak berwenang seperti pelaku pertolongan pertama, paramedik atau tim penyelamat dan mentransportasikan korban (evakuasi) ke fasilitas kesehatan terdekat. Dan yang harus diingat, ketika proses EVAKUASI, JALAN NAFAS korban harus selalu terbuka.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
Tengelam merupakan hal yang sering terjadi pada kehidupan di masyarakat, baik di laut, di kolam, ataupun di sumur. Diharapkan dengan adanya pembelajaran tentang pertolongan pertama pada tenggelam, mampu mengakomodir dan mengatasi berbagai permasalahan dan fenomena tenggelam yang terjadi di masyarakat. Selanjutnya memberikan pembekalan kepada pengawas kolam renang ataupun masyarakat awam yang menyukai olahraga berenang, baik di kolam renang umum, kolam renang di tempat rekreasi, dan kolam renang di hotel-hotel agar menguasai teknik-teknik penyelamatan di kolam renang, sehingga tidak ada nyawa yang hilang sia-sia hanya karena tenggelam.
2. Saran-saran
Perlunya kegiatan pelatihan sejenis yang rutin dilakukan secara berkala dengan sasaran pengawas kolam renang, pelatih klub renang, guru pendidikan jasmani, dan mahasiswa secara umum yang memiliki ketertarikan dengan tindakan pertolongan pertama pada klien tenggelam.
DAFTAR PUSTAKA
American Academic of Pediatric Commite on Injury and Poison Prevention Drowning. (1993). Infant, Children, and Adolescents. Pediatrics. Hal 292-294.
American Red Cross. (1992). Water Safety Instructor's Manual, Infant Preschool aquatic Program. St Louis, MO:CV Mosby; 51-80
Clement A. (1997). Legal Responsibility in Aquatics. Aurora, OH: Sport and Law.
Ditjen Dikti. (2006). Panduan Pelaksanaan Penelitian dan Pengabdian Masyarakat oleh Perguruan Tinggi. Program Penerapan IPTEKS dan Vucer. Edisi VII. Jakarta: Departemen Pendidikan Tinggi Direktorat Pembinaan Penelitian dan Pengabdian Kepada Masyarakat
Hicks-Hughes D, Langendorfer S.(1986). Aquatics for the Young Child: a survey of Selected Program. Natl Aquatics J, 12-17
Hutchison JS. Near drowning. Dalam: Singh NC, Ed. Manual of Pediatric Critical Care. Philadelphia: WB Saunders Company, 1997: 232-9.
Palmer, Lynn. (2005). Safe Swimming. Parks & Recreation; Feb 2005; 40, 2; ProQuest Education Journals page. 64
Spengler, J.O. (2001). Planning for Emergencies in Aquatics. Journal of Physical Education, Recreation & Dance; Mar 2001; 72, 3; ProQuest Education Journals pg. 12.
LAMPIRAN