BAB I PENDAHULUAN 2.1 Latar Latar Belakan Belakang g
Pasi Pasien en kriti kritiss deng dengan an peraw perawata atan n di ruan ruang g ICU ICU ( Intensive Care Unit ) memiliki memiliki morbiditas morbiditas dan mortalitas mortalitas yang tinggi.Mengen tinggi.Mengenali ali ciri-ciri ciri-ciri dengan dengan cepat dan penatalaksanaan dini yang sesuai pada pasien beresiko kritis atau pasien yang berada dalam keadaan kritis dapat membantu mencegah perburukan lebih lanjut dan dan mema memaksi ksima malk lkan an pelu peluan ang g untu untuk k sembu sembuh. h. Comprehe Comprehensive nsive Critical Critical Care Care Department of Health-Ingg Health-Inggris ris merekomend merekomendasikan asikan untuk untuk memberikan memberikan perawatan perawatan kritis sesuai ilosoi perawatan kritis tanpa batas (critical (critical care without wall )! )! yaitu kebutuhan pasien kritis harus dipenuhi di manapun pasien tersebut secara isik berada di dalam rumah sakit. "al ini dipersepsikan sama oleh tim pelayanan keseh sehata atan
bahwa
pasie sien
kritis
memer emerllukan
pencat catata atan
medis
yang ang
berkesinambungan dan monitoring penilaian setiap tindakan yang dilakukan. #engan #engan demiki demikian an pasien pasien kritis kritis erat kaitan kaitanny nyaa dengan dengan perawa perawatan tan intensi intensi oleh oleh karena karena dengan dengan cepat cepat dapat dapat dipant dipantau au peruba perubahan han isiolo isiologis gis yang yang terjadi terjadi atau terjadinya penurunan ungsi organ-organ tubuh lainnya.
2.2 Rumusan Rumusan Masalah Masalah $. %pakah %pakah perb perbeda edaan an mati mati klinis klinis dan biol biologi ogis& s& '. %pak %pakah ah dei deini nisi si end of life care& care& . agaim agaimana anakah kah prinsip prinsip-pri -prinsi nsip p end of life care& care& *. %pa %pa saja sajak kah isu isu end of life care& care& +. agai agaiam amana anaka kah h kons konsep ep #, #, ( Do Do Not Resuscitation)& Resuscitation)& . agai agaima mana naka kah h konsep konsep das dasar ar Withholding/Withdrawing Treatment? 2.3 Tu Tujuan juan Penulsan 2.3. .3.1 Tujuan uan umum mum
Mengetahui gambaran isu end o lie dalam keperawatan kritis.
1
2.3. .3.2 $. '. . *. +. .
Tujuan uan khus khusu us Mengeta Mengetahui hui perb perbedaa edaan n mati klini kliniss dan biolog biologis. is. Meng Mengeta etahu huii dein deinis isii end of life care. care. Mengeta Mengetahui hui prinsi prinsip-p p-prin rinsip sip end of life care Meng Menget etah ahui ui isu isu end of life care Meng Mengeta etahu huii kon konsep sep #, #, ( Do Do Not Resuscitation). Resuscitation). Meng Mengeta etahu huii kons konsep ep das dasar ar Withholding/Withdrawing Treatment
BAB II TIN!AUAN PU"TA#A 2.1 Per$e%aan Mat #lns %an %an Mat B&l&gs B&l&gs Mati klinis ditandai dengan henti naas dan jantung (sirkulasi) serta
berhentinya akti/itas otak tetapi tidak irre/ersibel dalam arti masih dapat
dilakukan resusitasi jantung paru dan kemudian dapat diikuti dengan pemulihan semua ungsi. (0oenarjo et al! '1$) Mati biologis merupakan kelanjutan mati klinis apabila pada saat mati klinis tidak dilakukan resusitasi jantung paru. Mati biologis berarti tiap organ tubuh secara biologis akan mati dengan urutan 2 otak! jantung! ginjal! paru paru! dan hati. "al ini disebabkan karena daya tahan hidup tiap organ berbeda-beda! sehingga kematian seluler pada tiap organ terjadi secara tidak bersamaan. (0oenarjo et al! '1$)
Per$e%aan
3anda
5ungsi 6rgan
6rgan dalam tubuh 0iat Pemerikasaan 0uhu 3ubuh
4riteria
Mat #lns ()ln*al Death+ erhentinya detak jantung! denyut nadi dan pernaasan. eberapa organ seperti mata dan ginjal akan tetap hidup saat terjadi mati klinis. 6rgan dalam tubuh dapat digunakan sebagai transplantasi. e/ersibel 7 dapat kembali Pemeriksaan keadaan klinis "ipertermia (8 oC) dan terkadang ditemui "ipotermia 1) erhentinya detak jantung 2) erhentinya denyut nadi 3) erhentinya pernaasan spontan.
Mat B&l&gs (B&l&g*al Death+ 4ematian yang terjadi akibat degenerasi jaringan di otak dan organ lainnya. eberapa organ akan mati (tidak dapat berungsi kembali) setelah mati biologis.
6rgan dalam tubuh tidak dapat digunakan untuk transplantasi. Ire/ersibel7 tidak dapat kembali Pemeriksaan keadaan klinis dan Pemeriksaan ,eurologis "ipotermia (9 oC)
1) #ilatasi bilateral dan i:a:i 2) 3) 4) 5)
2.2 De'ns End Of Life Care
3
pupil erhentinya semua relek erhentinya respirasi tanpa bantuan erhentinya akti/itas cardiao/askuler ;ambaran gelombang otak datar
!nd of life care merupakan salah satu tindakan yang membantu meningkatkan kenyamanan seseorang yang mendekati akhir hidup (Ichikyo! '1$). !nd of life care adalah perawatan yang diberikan kepada orang-orang yang berada di bulan atau tahun terakhir kehidupan mereka (,"0 Choice! '1$+). !nd of life care akan membantu pasien meninggal dengan bermartabat. Pasien yang berada dalam ase tersebut biasanya menginginkan perawatan yang maksimal dan dapat meningkatkan kenyamanan pasien tersebut. !nd of life care merupakan bagian penting dari keperawatan paliati yang diperuntukkan bagi pasien yang mendekati akhir kehidupan. !nd of life care bertujuan untuk membantu orang hidup dengan sebaik-baiknya dan meninggal dengan bermartabat (Curie! '1$*). !nd of life care adalah salah satu kegiatan membantu memberikan dukungan psikososial dan spiritual (Putranto! '1$+).
2.3 Prns, - Prns, End Of Life Care Menurut ,0= "ealth ('11+) Prinsip >nd 6 ?ie Care antara lain 2 a Menghargai kehidupan dan perawatan dalam kematian 3ujuan utama dari perawatan adalah menpertahankan kehidupan! namun
ketika hidup tidak dapat dipertahankan! tugas perawatan adalah untuk memberikan kenyamanan dan martabat kepada pasien yang sekarat! dan untuk mendukung orang lain dalam melakukannya.
b
"ak untuk mengetahui dan memilih 0emua orang yang menerima perawatan kesehatan memiliki hak untuk diberitahu
tentang
kondisi
mereka
dan
pilihan
pengobatan
mereka.Mereka memiliki hak untuk menerima atau menolak pengobatan dalam memperpanjang hidup.Pemberi perawatan memiliki kewajiban etika dan hukum untuk mengakui dan menghormati pilihan-pilihan sesuai
c
dengan pedoman. Menahan dan menghentikan pengobatan dalam mempertahankan hidup Perawatan end o lie yang tepat harus bertujuan untuk memberikan pengobatan yang terbaik untuk indi/idu. Ini berarti bahwa tujuan utama perawatan
untuk
mengakomodasi kenyamanan dan martabat! maka
menahan atau menarik inter/ensi untuk mempertahankan hidup mungkin
d
diperbolehkan dalam kepentingan terbaik dari pasien yang sekarat. 0ebuah pendekatan kolaborati dalam perawatan 4eluarga dan tenaga kesehatan memiliki kewajiban untuk bekerja sama untuk membuat keputusan bagi pasien yang kurang bisa dalam
pengambilan keputusan! dengan mempertimbangkan keinginan pasien. e 3ransparansi dan akuntabilitas #alam rangka menjaga kepercayaan dari penerima perawatan! dan untuk memastikan
bahwa
keputusan
yang
tepat
dibuat!
maka proses
pengambilan keputusan dan hasilnya harus dijelaskan kepada para pasien
dan akurat didokumentasikan. Perawatan non diskriminati 4eputusan pengobatan pada akhir hidup harus non-diskriminati dan harus bergantung hanya pada aktor-aktor yang rele/an dengan kondisi
g
medis! nilai-nilai dan keinginan pasien. "ak dan kewajiban tenaga kesehatan 3enaga kesehatan tidak berkewajiban untuk memberikan perawatan yang tidak rasional! khususnya! pengobatan yang tidak bermanaat bagi pasien.Pasien memiliki hak untuk menerima perawatan yang sesuai! dan
5
tenaga
kesehatan
memiliki
tanggung
jawab
untuk
memberikan
pengobatan yang sesuai dengan norma-norma proesional dan standar
h
hukum. Perbaikan terus-menerus 3enaga kesehatan memiliki
kewajiban
untuk
berusaha
dalam
memperbaiki inter/ensi yang diberikan pada standar perawatan end o lie baik kepada pasien maupun kepada keluarga. 2. Isu End Of Life %alam #e,era/atan #rts 2..1 DNR #o ,ot esuscitation atau jangan lakukan resusitasi merupakan
sebuah perintah tidak melakukan resusitasi yang ditulis oleh seorang dokter dalam konsultasi dengan pasien atau pengambil keputusan pengganti yang menunjukkan apakah pasien akan menerima atau tidak tindakan CP ( Cardiopulmonary esuscitation) (raddock @ Clark! '1$*). #, merupakan
keputusan
untuk
mengabaikan
CP
dan
secara
resmi
diperkenalkan sebagai alternati/e untuk end of life care pada awal tahun $AB1 (5allahi et al! '1$). Do Not Resuscitate (#,) atau
atau kondisi medis
serius
tidak akan menerima
cardiopulmonary resuscitation (CP) ketika jantung atau naasnya terhenti. 5orm #, ditulis oleh dokter setelah membahas akibat dan manaat dari CP dengan pasien atau pembuat keputusan dalam keluarga pasien (Cle/eland Clinic! '1$1). #merican Heart #ssociation (%"%) mengganti istilah #, ( Do Not Resuscitate) dengan istilah #,% ( Do Not #ttempt Resuscitate) yang artinya adalah suatu perintah untuk tidak melakukan resusitasi terhadap pasien dengan kondisi tertentu! atau tidak mencoba usaha resusitasi jika memang tidak perlu dilakukan! sehingga pasien dapat menghadapi kematian secara alamiah! sedangkan istilah #, ( Do Not Resuscitate) mengisyaratkan bahwa resusitasi yang dilakukan akan berhasil jika kita berusaha (rewer! '11). #i %merika 0erikat dan Inggris telah merekomendasikan penggunaan #,
dan
secara
teratur
diperbaiki
berbeda
dengan
di
0witDerland.Penggunaan dan implikasi perintah #, di rumah sakit tidak pernah menarik perhatian media dan masyarakat.0wiss %cademi o Medical tidak menyebutkan #, sampai tahun $AA dan tidak pernah mendeinisikan secara spesiik mengenai penggunaan dan implikasi perintah #, (Perron! '11'). Pengambilan keputusan #, cenderung meningkat setiap tahunnya. 5enomena ini disampaikan oleh 0acDynski! et al ('1$') melalui penelitiannya bahwa dari total pasien yang berjumlah *$' pasien antara tahun '11$ hingga '11B di semua pusat kesehatan di Massachusetts! total pasien yang mendapatkan tindakan #, adalah sebanyak $1+$ pasien. #o ,ot esusitation pada studi mayoritas digambarkan di rumah sakit telah dilakukan pada pasien bedah! Unit perawatan intensi (ICU)! pasien stroke hemoragik! dan populasi medicare. 0ementara itu! penelitian yang meneliti #, dalam
7
penatalaksanaan trauma! termasuk cedera otak traumatis (3I)! pasien dirawat di ICU! dan terluka parah pasien yang membutuhkan transusi segera.0tudi-studi sebelumnya pada pasien dengan trauma melaporkan kematian yang tinggi dengan #, (*'-AA E)! pasien bedah ('-BE)! stroke (*1-* E)! dan ICU (+$-E).Pasien dengan trauma ditemukan lebih rendah dilakukan #, sekitar +-BE! di bandingkan dengan bedah umum (*-+E)! stroke (''-*$E)! dan ICU (A-$E). Mengidentiikasi karakteristik awal yang dapat menyebabkan #, sangat penting untuk lebih dimanaatkan .karena kurangnya studi #, dalam pengaturan trauma! kami mengusulkan untuk memeriksa perubahan dalam #, dari waktu ke waktu (0alottolo! '1$+). 4eputusan penolakan resusitasi (#,%) menurut rewer ('11) melibatkan tiga prinsip moral yang dapat dikaji oleh perawat! yaitu autonom"! $eneficience! dan nonmalefecience! ketiga prinsip tersebut merupakan dilema etik yang menuntut perawat berpikir kritis! karena terdapat dua perbedaan nilai terhadap proesionalisme dalam memberikan asuhan keperawatan! secara proesional perawat ingin memberikan pelayanan secara optimal! tetapi disatu sisi terdapat pendapat yang mengharuskan penghentian tindakan. $. 3ahapan #, 0ebelum menulis orm #,! dokter harus mendiskusikannya dengan pasien atau seseorang yang berperan sebagai pengambil keputusan dalam keluarga pasien. 0emua hal yang didiskusikan harus didokumentasikan dalam rekam medis! siapa saja yang mengikuti diskusi! dan yang terlibat dalam proses pengambilan keputusan! isi diskusi serta rincian perselisihan apapun dalam diskusi tersebut. #okter merupakan orang yang paling eekti dalam membimbing diskusi dengan mengatasi kemungkinan manaat langsung dari resusitasi cardiopulmonary dalam konteks harapan keseluruhan dan tujuan
bagi pasien. 0ebuah perintah #, bukan berarti tidak memperlakukan! sebaliknya itu hanya berarti pasien tidak akan dilakukan tindakan CP. Pengobatan lain ( misalnya terapi antibiotic! transuse! dialysis! atau penggunaan /entilator ) yang memungkinkan memperpanjang hidup masih diberikan.5ormulir #, harus ditandatangani oleh pasien atau oleh pembuatan keputusahan yang diakui atau dipercaya oleh pasien jika pasien tidak dapat membuat atau berkomunikasi kepada petugas kesahatan.Pembuat keputusan yang dipercaya oleh pasien dan diakui secara hukum mewakili pasien seperti agen perawat kesehatan yang ditetapkan dalam srata kuasa untuk perawatan kesehatan! konser/ator! atau pasangan 7 anggota keluarga lainnya. #okter dan pasien harus menandatangani ormulir tersebut! menegaskan bahwa pasien akan diakui secara hukum keputusan perawatan kesehatannya ketika telah memberikan persetujuan instruksi #, ( >M0%). eberapa standar yang harus dilakukan pada saat diskusi menentukan keputusan #,% yaitu! dokter harus menentukan penyakit7kondisi pasien! menyampaikan tujuan! memutuskan prognosa! potensi manaat dan kerugian dari resusitasi (CP)! memberikan rekomendasi berdasarkan penilaian medis tentang manaat7kerugian CP! dokter penanggung jawab harus hadir dalam diskusi! mendokumentasikan isi diskusi! dan alasan pasien7keluarga dalam pengambilan keputusan ( reault '1$$). '. Peran perawat dana pelaksanaan #, Peran perawat dalam #o ,ot esuscitation adalah membantu dokter dalam memutuskan #, sesuai dengan hasil
pemeriksaan
kondisi
pasien.0etelah rencana diagnosa #, diambil maka sesegera mungkin keluarga diberikan inormasi mengenai kondisi pasien dan rencana diagnosa #,. Perawat juga dapat berperan dalam pemberian inormasi bersama-
9
sama dengan dokter ( %mestiasih! '1$+). Perawat sebagai care gi/er dituntut untuk tetap memberikan perawatan pada pasien #, tidak berbeda dengan pasien lain pada umumnya! perawat harus tetap memberikan pelayanan sesuai dengan ad/ice dan kebutuhan pasien tanpa mengurangi kualitasnya. !nd of life care yang perawat lakukan dengan baik diharapkan dapat memberikan peacefull end of life bagi pasien! seperti yang digambarkan dalam teori keperawatan peaceull end o lie oleh ulland and Moore yang meliputi terhindar dari rasa sakit! merasakan kenyamanan! penghormatan! kedamaian! dan mendapatkan kesempatan untuk dekat dengan seseorang yang dapat merawatnya (%mestiasih! '1$+). Perawat sebagai ad/okat pasien! menerima dan menghargai keputusan pasien7keluarganya sekalipun keputusan tersebut tidak sesuai dengan harapan perawat! karena perawat tidak dibenarkan membuat keputusan untuk pasien7keluarganya dan mereka bebas untuk membuat keputusan (4oDier et al% '1$1). Pemahaman tentang peran perawat sebagai pendukung dan ad/okasi pasien dapat bertindak sebagai penghubung dan juru bicara atas nama pasien7keluarganya kepada tim medis. Menurut %,% ('11*) Perawat sebaiknya memperhatikan dan berperan akti terhadap perkembangan kebijakan #,% di institusi tempat mereka bekerja! dan diharapkan dapat berkerja sama dengan dokter selaku penanggung jawab masalah #,%. Perawat berperan sebagai pemberi edukasi kepada pasien dan keluarga tentang keputusan yang mereka ambil dan memberikan inormasi yang rele/an terkait perannya sebagai ad/okat bagi pasien dalam memutuskan cara mereka untuk menghadapi kematian. . Prinsip etik pelaksanaan #,
4eputusan keluarga7pasien untuk tidak melakukan resusitasi pada penyakit kronis adalah merupakan keputusan yang dipandang sulit bagi dokter dan perawat! karena ketidakpastian prognosis dan pada saat keluarga menghendaki untuk tidak lagi dipasang alat pendukung kehidupan. 4eputusan sulit tersebut disebabkan karena kurangnya kejelasan dalam peran tenaga proesional dalam melakukan tindakan7bantuan pada saat kondisi kritis! meskipun dukungan perawat terhadap keluarga pada proses menjelang kematian adalah sangat penting (%dams! ailey
atau
henti
jantung!
tim
medis
tidak
akan
melakukan
resusitasi7esusitasi
11
melalui inormed consent! pasien dan keluarga telah menentukan pilihan menerima7menolak tindakan medis! termasuk resusitasi! meskipun umumnya pasien7keluarga tidak memiliki rencana terhadap akhir kehidupannya. Pada prinsip etik otonomy! perawat memberikan edukasi tentang proses tersebut dengan cara-cara yang baik dan tidak menghakimi pasien7keluarga dengan menerima saran7masukan! tetapi mendukung keputusan yang mereka tetapkan (%"%! '11+ dalam asbeth dan 0ampurna! '11A). Prinsip
etik beneicence pada
penerimaan7penolakan
tindakan
resusitasi mengandung arti bahwa pasien memilih apa yang menurut mereka terbaik berdasarkan keterangan-keterangan yang diberikan perawat. Pada etik ini! perawat memberikan inormasi akurat mengenai keberhasilan resusitasi! manaat dan kerugiannya! serta angka harapan hidup pasca resusitasi! termasuk eek samping7komplikasi yang terjadi! lama masa perawatan! serta penggunaan alat bantu pendukung kehidupan yang memerlukan biaya cukup besar. #ata-data dan inormasi yang diberikan dapat menjadi acuan pasien7keluarganya dalam menentukan keputusan (asbeth dan 0ampurna! '11A). Prinsip etik nonmaleecience berkaitan dengan pelaksanaan tindakan
tidak
membahayakan7merugikan
pasien7keluarganya.
Menurut
"ilberman! 4utner
dikatakan tidak merusak jika keuntungan yang didapatkan lebih besar.Pada etik ini! perawat membantu dokter dalam mempertimbangkan apakah
13
#i Indonesia! kebijakan #, sudah lama diterapkan namun masih menjadi dilema bagi tenaga medis termasuk perawat. 0esuai dengan Peraturan
Menteri
4esehatan
+$A7Menkes7Per7Iii7'1$$ tentang
epublik
Pedoman
Indonesia
Penyelenggaraan
,omor Pelayanan
%nestesiologi dan 3erapi Intensi di umah 0akit! disebutkan didalamnya bahwa prosedur pemberian atau penghentian bantuan hidup ditetapkan berdasarkan klasiikasi setiap pasien di ICU dan "CU yaitu semua bantuan kecuali
memperlambat
waktu
kematian
dan
bukan
memperpanjang
kehidupan.Untuk pasien ini dapat dilakukan penghentian atau penundaan bantuan hidup.0edangkan pasien yang masih sadar dan tanpa harapan! hanya dilakukan tindakan terapeutik7paliati agar pasien merasa nyaman dan bebas nyeri (#epkes! '1$$). 4eputusan #, dapat menimbulkan dilema psikis pada perawat dikarenakan timbulnya penolakan dari hati nurani perawat terhadap label #, dan kondisi dilema itu sendiri. 3imbulnya dilema psikis ini juga dapat dipengaruhi oleh masih belum adekuatnya sumber inormasi tentang #, yang dimiliki oleh perawat.Perawat tidak dapat terhindar dari perasaan dilema. Merawat pasien setiap hari! melihat perkembangan kondisi pasien! membuat rencana #, seperti dua sisi mata uang bagi perawat! disatu sisi harus menerima bahwa pemberian tindakan CP sudah tidak lagi eekti
untuk pasien namun di sisi lain muncul perasaan iba dan melihat pasien seolah-olah keluarganya. #ua hal tersebut dapat menjadikan perawat merasa dilemma (%mestiasih! '1$+).Perasaan empati juga dapat dirasakan oleh perawat karena #,.Perasan empati ini dapat disebabkan pula oleh keputusan #, yang ada dan tidak adekuatnya sumber inormasi #, yang dimiliki perawat. Perasaan empati yang muncul juga dapat menjadi dampak dari tingginya intensitas pertemuan antara perawat dengan pasien (>lpern! et al. '11+). 2..2 Withholding 0th%ra/ng Treatment Pengelolaan akhir kehidupan meliputi penghentian bantuan hidup &withdrawing life support' dan penundaan bantuan hidup (withholding lie support). 4eputusan withdrawing atau withholding dilakukan pada pasien yang dirawat di ruang rawat intensi (ICU dan "CU). 4eputusan penghentian atau penundaan bantuan hidup adalah keputusan medis dan etis. 4eputusan untuk penghentian atau penundaan bantuan hidup dilakukan oleh (tiga) dokter yaitu dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi dan ' (dua) orang dokter lain yang ditunjuk oleh komite medis rumah sakit. Prosedur
pemberian
atau
penghentian
bantuan
hidup
ditetapkan
berdasarkan klasiikasi setiap pasien di ICU atau "CU! yaitu2 a. antuan total dilakukan pada pasien sakit atau cedera kritis yang diharapkan tetap dapat hidup tanpa kegagalan otak berat yang menetap. =alaupun sistem organ /ital juga terpengaruh! tetapi kerusakannya masih re/ersibel. 0emua usaha yang memungkinkan harus dilakukan untuk mengurangi morbiditas dan mortalitas.
15
b. 0emua bantuan kecuali
diterapi
hanya
memperlambat
waktu
kematian
dan
bukan
memperpanjang kehidupan. Untuk pasien ini dapat dilakukan penghentian atau penundaan bantuan hidup. Pasien yang masih sadar tapi tanpa harapan! hanya dilakukan tindakan terapeutik7paliati agar pasien merasa nyaman dan bebas nyeri. d. 0emua bantuan hidup dihentikan pada pasien dengan kerusakan ungsi batang otak yang ire/ersibel. 0etelah kriteria Mati atang 6tak (M6) yang ada terpenuhi! pasien ditentukan meninggal dan disertiikasi M6 serta semua terapi dihentikan.
BAB III PENUTUP
3.1 "m,ulan #o ,ot esuscitation atau jangan lakukan resusitasi merupakan
sebuah perintah tidak melakukan resusitasi yang ditulis oleh seorang dokter dalam konsultasi dengan pasien atau pengambil keputusan pengganti yang menunjukkan apakah pasien akan menerima atau tidak tindakan CP (Cardiopulmonary esuscitation). #, diindikasikan jika seorang dengan penyakit terminal
atau kondisi medis
serius
tidak akan menerima
cardiopulmonary resuscitation (CP) ketika jantung atau naasnya terhenti. 0ebelum menulis orm #,! dokter harus mendiskusikannya dengan pasien atau seseorang yang berperan sebagai pengambil keputusan dalam keluarga pasien. Peran perawat dalam #o ,ot esuscitation adalah membantu dokter dalam memutuskan #, sesuai dengan hasil
pemeriksaan
kondisi
pasien.Perawat berperan sebagai care gi/er dituntut untuk tetap memberikan perawatan pada pasien #, tidak berbeda dengan pasien lain pada umumnya! perawat harus tetap memberikan pelayanan sesuai dengan ad/ice dan kebutuhan pasien tanpa mengurangi kualitasnya.Perawat sebagai ad/okat pasien! menerima dan menghargai keputusan pasien7keluarganya! pemahaman tentang peran perawat sebagai pendukung dan ad/okasi pasien dapat bertindak sebagai penghubung dan juru bicara atas nama pasien7keluarganya kepada tim medis.
3.2 "aran
agi mahasiswa! sebelum terjun ke lapangan diharapkan mencari dan memahami dengan dalam mengenai tindakan
17
memahami mengenai prinsip #, (pasien yang dilakukan #, dan syarat dilakukan
#,).
"al
tersebut
dapat
membantu
mahasiswa
ketika
menghadapi keadaan darurat sehingga mahasiswa dapat membantu dalam berkomunikasi dengan keluarga pasien mengenai kondisi pasien dan menyarankan keluarga membuat keputusan yang berdampak baik untuk pasien.0elain itu! mahasiswa juga dapat mengidentiikasi suatu keluarga terkait cara komunikasi yang baik ketika terdapat kondisi kegawatdaruratan. agi praktisi kesehatan! saran yang dapat diberikan yakni adanya kegiatan terus-menerus untuk memperdalam reerensi terkait isu mengenai #, dan pedoman yang baku mengenai #,. "al tersebut dapat dijadikan modal bagi perawat ketika terdapat perintah #,! perawat dapat membantu dokter dalam pengambilan keputusan sesuai dengan kondisi pasien.0etelah rencana diagnosa #, diambil maka perawat dapat membantu dalam memberikan keluarga inormasi sesegera mungkin mengenai kondisi pasien dan rencana diagnosa #,.
DATAR PU"TA#A
%%;I. '11A. #o ,ot %ttempt esuscitation (#,%) #ecisions in the Perioperati/e Period. ?ondon. 3he %ssociation o %naesthetists o ;reat ritain and Ireland %dams! .! %nderson! uth %.! @#ocherty! 0haron ?. ('1$$).G,ursing oles and 0trategies in >nd-o-?ie #ecision Making in
%cute Care2 % 0ystematic e/iew o the ?iterature.G Nursing Research and (ractice Holume '1$$. http277d:.doi.org7$1.$$++7'1$$7+'B* diakses pada $A september '1$. %mestiasih! 3ia.! atnawati! etty.! 0etyo ini! Ika. ('1$+). )tudi *enomenologi+ (engalaman (erawat dalam ,erawat (asien dengan Do Not Resuscitate &DNR' di Ruang ICU R)U( Dr )oerad-i Tirtonegoro .laten% M0%. >M>;>,CL M>#IC%? 0>HIC>0 P>"60PI3%? #6 ,63 >0U0CI3%3> (#,) 56M. etrie/ed rom http277www.emsa.ca.go/7media7deault7pd7dnrorm.pd >wanchuk! Mark.! rindley! Peter ;. ('11). !thics review+ (erioperative do8not8 resuscitate orders 9 doing :nothing; when :something; can $e done! Critical Care
19
5allahi et al. ('1$).The Iranian (h"sicians #ttitude Toward The Do NotResuscitate 6rder% thics "anlon! 0.! Connor! M.! Peters! C.! Connor! M. ('1$). ,urses attitudes towards do not attempt resuscitation orders! Clinical Nursing )tudies! Hol $! ($)! *-+1. Ichikyo! 4. '1$. !nd of 7ife+ Helping With Comfort and Care. ,ational Institute on %ging thics 4oDier! arbara.! >rb! ;lenora.!erman! %udrey.! @0nyder! 0hirlee. <.! ('1$1)!G5undamental o nursing2 concept! process! and practiceG. B th >dition. %lih ahasa. >d2 =idiarti! #ewi.!Mardella!>ka.%nisa.!0ubekti! udhi. ,ike.!"elena! ?eni.! ;C.