Alimandan. Status Sosial Ekonomi. (Jakarta: Mitra Utama, 1995), h. 34
Ibid, 35
Ibid, h. 36
Wahana, Jaka dan Kirbrandoko, , Pengantar Mikro Ekonomi Jilid I, Terjemahan Cetakan pertama, (Binarupa Aksara, Jakarta, 1995), h. 45
Winarto Herimanto. Ilmu Sosial dan Budaya Dasar. (Jakarta : PT Bumi Aksara. 2011), h. 45
Budiyanto. Pendidikan Kewarganegaraan. (Jakarta:Erlangga, 2008), h. 54
Ibid, h. 55
Ibid, h. 56
KERAGAMAN EKONOMI, KERAGAMAN ETNIS
DAN KERAGAMAN AGAMA
MAKALAH
Memenuhi Tugas Mata Kuliah IPS Dasar
Dosen Pembimbing:
Sri Deswika Putri, M.Pd
Disusun Oleh:
Laila Fitri 1714070102
Laras Gustri Chairas 1714070093
Nazila Maulidati 1714070113
Miftahul Husni 1714070091
Zamia Nuralian 1714070090
Wandri Ramadhan 1714070121
Yetri Maidia Depi 1714070110
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH (PGMI-C)
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
IMAM BONJOL PADANG
1439 H/2017 M
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang Masalah
Indonesia merupakan Negara kepulauan dengan kebudayaan yang beragam. Struktur masyarakat Indonesia ditandai dengan keragaman suku bangsa, ras, agama dan budaya. Namun keragaman ini menimbulkan konflik dimana-mana. Keadaan seperti ini menggambarkan bahwa unsur-unsur yang ada di Indonesia belum berfungsi secara satu kesatuan.
Keragaman atau kemajemukan merupakan kenyataan sekaligus keniscayaan dalam kehidupan di masyarakat. Keragaman merupakan salah satu realitas utama yang dialami masyarakat dan kebudayaan di masa silam, kini dan di waktu-waktu mendatang. Sebagai fakta, keragaman sering disikapi secara berbeda. Di satu sisi diterima sebagai fakta yang dapat memperkaya kehidupan bersama, tetapi di sisi lain dianggap sebagai faktor penyulit. Kemajemukan bisa mendatangkan manfaat yang besar, namun juga bisa menjadi pemicu konflik yang dapat merugikan masyarakat sendiri jika tidak dikelola dengan baik.
Setiap manusia dilahirkan setara, meskipun dengan keragaman identitas yang disandang. Kesetaraan merupakan hal yang inheren yang dimiliki manusia sejak lahir. Setiap individu memiliki hak-hak dasar yang sama yang melekat pada dirinya sejak dilahirkan atau yang disebut dengan hak asasi manusia.
Rumusan Masalah
Bagaimana bentuk keragaman Ekonomi?
Bagaimana bentuk keragaman Etnis?
Bagaimana bentuk keragaman Agama?
BAB II
PEMBAHASAN
Keragaman disini memiliki makna sebagai suatu kondisi dalam masyarakat dimana terdapat perbedaan-perbedaan dalam berbagai bidang, terutama suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideology, adat kesopanan, serta situasi ekonomi. Sedangkan kesederajatan memiliki makna sebagai suatu kondisi dimana dalam perbedaan dan keragaman yang ada manusia tetap memiliki satu kedudukan yang sama dan satu tingkatan hierarki.
Di Indonesia unsur keragamannya dapat dilihat dalam suku bangsa dan ras, agama dan keyakinan, ideologi dan politik, tata karma, kesenjangan ekonomi, dan kesenjangan sosial. Semua unsur tersebut merupakan hal yang harus dipelajari agar keragaman hal tersebut tidak membawa dampak yang buruk bagi kehidupan bermasyarakat di Indonesia.
Keragaman Ekonomi
Keragaman Ekonomi dipengaruhi Iklim
Pertanian merupakan salah satu Keragaman yang banyak dipengaruhi oleh keadaan iklim setempat. Dalam melakukan aktivitasnya, petani sangat tergantung pada keadaan iklim (curah hujan), seperti dalam penentuan waktu tanam dan panennya. Curah hujan yang kurang atau berlebihan pada saat menanam padi misalnya, akan membawa dampak yang kurang baik terhadap produksinya. Begitu pula jika saat panen tidak diperhitungkan, misalnya panen saat musim hujan, ini pun akan menyulitkan pengeringan padi. Oleh karena itu, petani juga harus memiliki pengetahuan tentang cuaca dan iklim.
Keragaman Ekonomi dipengaruhi Letak Wilayah
Letak Indonesia yang berada pada posisi silang lalu lintas perdagangan dunia, secara otomatis menyebabkan Indonesia terlibat dalam aktivitas perdagangan dunia tersebut. Secara langsung atau tidak, hal ini membawa pengaruh terhadap Keragaman perkonomian kita, seperti lahirnya Keragaman ekspor impor dengan negara lain.
Selain itu, Indonesia yang secara geologis terletak pada pertemuan jalur pegunungan muda dunia, yaitu Sirkum Pasifik dan Sirkum Mediterania, menyebabkan banyak memiliki gunung api yang masih aktif. Akibatnya, negara kita memiliki banyak tanah vulkanik yang subur. Oleh karena itu, sebagian besar masyarakat Indonesia bermata pencaharian di bidang pertanian.
Keragaman Ekonomi Penduduk dipengaruhi Topografi Wilayah
Keragaman Ekonomi Penduduk di Dataran Rendah dan Dataran Rendah Pantai
Banyaknya dataran rendah pantai sebagai akibat dari bentuk wilayah Indonesia yang berupa kepulauan, mengakibatkan Indonesia memiliki garis pantai, yang sangat panjang. Kondisi ini mendorong masyarakat Indonesia, terutama yang tinggal di sekitar pantai, untuk memanfaatkan kekayaan lautnya dengan bermata pencaharian sebagai nelayan, pekerja tambak ikan, pembuat garam, atau bahkan peternak telur penyu. Jika di daerah pantai tersebut dikembangkan Keragaman pariwisata, maka akan mendorong munculnya berbagai Keragaman-Keragaman ekonomi lainnya, seperti perdagangan, jasa, pemandu wisata, atau penyewaan tempat penginapan (hotel).
Keragaman Ekonomi Penduduk di Dataran Tinggi
Dataran tinggi merupakan lahan datar dengan ketinggian antara 200–1500 meter di atas permukaan air laut. Karena kondisi daerahnya yang datar dengan iklim yang sejuk, menyebabkan dataran tinggi banyak dihuni oleh penduduk. Aktivitas ekonomi di daerah ini pun beragam, apalagi ditambah dengan suhu yang sejuk, mendukung untuk Keragaman perkebunan. Daerah perkebunan yang memiliki daya tarik tersendiri, banyak yang dikembangkan untuk Keragaman wisata (agrowisata).
Keragaman Ekonomi Penduduk di Daerah Pegunungan
Pegunungan merupakan rangkaian dari gunung-gunung yang memanjang dengan ketinggian lebih dari 1500 meter di atas permukaan air laut. Relief yang terjal dengan sumber air yang dalam menyebabkan daerah pegunungan jarang penduduknya. Untuk memenuhi kebutuhan hidupnya sehari-hari, biasanya penduduk di daerah pegunungan memanfaatkan hasil hutan, atau berkebun.
Di Indonesia terdapat beberapa tingkatan ekonomi:
Masyarakat tingkat bawah,
Masyarakat ini masih hidup dengan keterbataan biaya hidup,masyarakat tingkat bawah hanya mementingkan biaya untuk makan. Mereka tidak terlalu memikirkan gaya hidup yang bermewah-mewahan. Karena pendapatan mereka tidak cukup untuk bermewah-mewahan. Contoh dari masyarakat tingkat bawah adalah: Gepeng,gembel,pemulung dsb.Mereka hidup bergelandangan,berpindah dari satu tempat ke tempat lain. Dan inilah yang menjadi tolak ukur apakah negara tersebut maju atau masih berkembang.
Di Indonesia masih terdapat banyak para gepeng,itu menunjukan bahwa negara Indonesia adalah negara berkembang
Masyarakat tingkat menengah
Masyarakat ini sudah bisa mencukupi kebutuhan hidupnya,dan sudah mulai bisa membeli barang-barang yang bersifat elite.Lain halnya dengan masyarakat pada level bawah yang hanya mendapat uang untuk makan saja.
Masyarakat tingkat atas
Masyarakat ini sudah bisa mendapat semua yang diinginkannya. Mereka sudah termasuk orang-orang yang tergolong Elite. Kehidupannya pun jauh berbeda dengan masyarakat tingkat bawah maupun tingkat menengah.
Keragaman Etnis
Suku bangsa (etnis) adalah golongan manusia yang terikat oleh kesadaran dan identitas akan kesatuan kebudayaan. Orang-orang yang tergolong dalam satu suku bangsa tertentu, pastilah mempunyai kesadaran dan identitas diri terhadap kebudayaan suku bangsanya, misalnya dalam penggunaan bahasa daerah serta mencintai kesenian dan adat istiadat.
Suku – suku bangsa yang tersebar di Indonesia merupakan warisan sejarah bangsa, persebaran suku bangsa dipengaruhi oleh factor geografis, perdagangan laut, dan kedatangan para penjajah di Indonesia. Keragaman suku bangsa satu dengan suku bangsa yang lain di suatu daerah dapat terlihat dari ciri-ciri berikut:
Tipe fisik, seperti warna kulit, rambut, dan lain-lain.
Bahasa yang dipergunakan, misalnya Bahasa Batak, Bahasa Jawa, Bahasa Madura, Bahasa Minang dan lain-lain.
Adat istiadat, misalnya pakaian adat, upacara perkawinan, dan upacara kematian.
Kesenian daerah, misalnya Tari Janger, Randai, Tari Serimpi, Tari Cakalele, dan Tari Saudati.
Kekerabatan, misalnya patrilineal (sistem keturunan menurut garis ayah) dan matrilineal (sistem keturunan menurut garis ibu).
Batasan fisik lingkungan, misalnya Badui dalam dan Badui luar.
Keragaman Agama
Bangsa Indonesia percaya dan taqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa sesuai dengan agama dan kepercayaannya. Agama yang berkembang yaitu Islam, Kristen, Katolik, Hindu, Budha, dan Konghu Cu. Di samping itu juga berkembang kepercayaan, dimana organisasi kepercayaan di Indonesia diperkirakan ada sekitar 200.
Agama Hindu tiba di kepulauan Indonesia pada abad pertama (awal tarikh Masehi), dibawa oleh para musafir (pedagang) dari India yaitu Maha Resi Agastya, yang di jawa terkenal dengan sebutan Batara Guru atau Dwipayana.
Kedatangan agama Budha dimulai dengan aktivitas perdagangan pada awal abad pertama, saat dimulainya perdagangan melalui jalur laut yaitu kedatangan para pedagang dan peziarah dari India (Gunawarman) atau pun dari China (Fa-Hien dan I-Tsing) yang melewati Selat Malaka.
Menurut para sejarawan, pada abad ke-13 M agama Islam masuk ke nusantara yang dibawa oleh para pedagang muslim dari Arab, Gujarat dan Persia. Kristen Katolik tiba di Indonesia saat kedatangan bangsa Portugis. Orang Portugis tertarik dengan kekayaan rempah-rempah di Kepulauan Maluku dan memiliki tujuan untuk menyebarkan agama Katolik Roma di Indonesia (missionaris).
Kristen Protestan pertama kali diperkenalkan oleh bangsa Belanda pada abad ke-16 M dengan pengaruh ajaran Calvinis dan Lutheran. Wilayah penganut animisme di wilayah Indonesia bagian Timur, dan bagian lain, merupakan tujuan utama orang-orang Belanda, termasuk Maluku, Nusa Tenggara, Papua dan Kalimantan. Kemudian, Kristen menyebar melalui pelabuhan pantai Borneo, kaum misionarispun tiba di Toraja, Sulawesi. Wilayah Sumatera juga menjadi target para misionaris ketika itu, khususnya adalah orang-orang Batak, dimana banyak saat ini yang menjadi pemeluk Protestan. Keberadaan umat beragama Konghu Cu beserta lembaga-lembaga keagamaannya di Nusantara ini sudah ada sejak berabad-abad yang lalu, bersamaan dengan kedatangan perantau atau pedagang-pedagang Tionghoa ke tanah air.
Mungkin banyak di kalangan masyarakat Indonesia sudah tidak lagi mengetahui bahwa sebelum agama-agama "resmi" (agama yang diakui); Islam, Kristen Katolik, Kristen Protestan, Hindu dan Buddha, Konghu Cu, masuk ke Nusantara, di setiap daerah telah ada agama-agama atau kepercayaan asli (Data Kementrian Kebudayaan dan Pariwisata tahun 2003 mengungkapkan, dari 245 aliran kepercayaan yang terdaftar, sementara keseluruhan penghayat mencapai 400 ribu jiwa lebih), seperti: Sunda Wiwitan yang dipeluk oleh masyarakat Sunda di Kanekes, Lebak, Banten, Sunda Wiwitan aliran Madrais, juga dikenal sebagai agama Cigugur (dan ada beberapa penamaan lain) di Cigugur, Kuningan, Jawa Barat; Buhun di Jawa Barat; Kejawen di Jawa Tengah dan Jawa Timur; Parmalim, agama asli Batak; Kaharingan di Kalimantan; Tonaas Walian di Minahasa, Sulawesi Utara; Tolottang di Sulawesi Selatan; Aluk Todolo agama asli orang Toraja (Tana Toraja, Toraja Utara, dan Mamasa); Wetu Telu di Lombok; dan Naurus di Pulau Seram, Provinsi Maluku. Negara Republik Indonesia mendegradasi agama-agama asli tersebut sebagai ajaran animisme atau hanya sebagai aliran kepercayaan.
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Fakta menunjukkan Indonesia mempunyai penduduk yang terdiri dari banyak ras, suku bangsa (etnik), serta agama berbeda yang tersebar di hamparan kepulauan dari Sabang sampai Merauke. Ras menyangkut ciri-ciri jasmani pada manusia yang diwariskan secara turun temurun. Secara rasial penduduk Indonesia terdiri dari ras Paleomongolid, merupakan campuran Mongolid asli dan Weddid yang hitam, mereka merupakan keturunan dari tiga ras sekaligus, yaitu hitam, kuning, dan putih.
Masyarakat Indonesia terdiri dari berbagai etnik, seperti Papua, Maluku, Toraja, Bugis, Makasar, Dayak, Madura, Jawa, Sunda, Betawi, Batak, Aceh, Minang, Bali, Sasak, Bima, Timor, Flores, dan sebagainya. Beberapa faktor yang menyebabkan terbentuknya kemajemukan masyarakat di Indonesia antara lain yaitu yang pertama, faktor bentuk fisik wilayah Indonesia yang berbentuk kepulauan, yang kedua Indonesia terletak di antara Samudera Hindia dan Samudera Pasifik, dan yang ketiga Kondisi iklim yang berbeda-beda dan struktur tanah yang tidak sama di antara berbagai daerah di kepulauan Nusantara. Masing-masing etnik memiliki sistem budaya, sistem sosial, dan kebudayaan fisik yang tidak sama.
Saran
Demikian makalah yang kami susun, semoga dapat memberikan manfaat bagi penyusun khususnya dan bagi pembaca umumnya. Penyusun menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan, maka dari itu kami mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi kesempurnaan makalah kami.
DAFTAR PUSTAKA
Alimandan. 1995. Status Sosial Ekonomi. Jakarta: Mitra Utama
Budiyanto. 2008. Pendidikan Kewarganegaraan. Jakarta:Erlangga.
Herimanto, Winarto. 2011. ilmu sosial dan budaya dasar. Jakarta : PT Bumi Aksara.
Wahana, Jaka dan Kirbrandoko, 1995, Pengantar Mikro Ekonomi Jilid I, Terjemahan Cetakan pertama, Binarupa Aksara, Jakarta
2