MAKALAH KEPERAWATAN GERONTIK “PEMENUHAN KEBUTUHAN NUTRISI PADA LANSIA”
Dosen Pembimbing Pembimbing : Lola Illona E.K, S.Kep., Ns., Ns.,
Disusun oleh : Kelompok 1
Rezki Achmad S.
1610913410016
Syarif H.
1610913410017
Ageng Luhur C.
1610913410019
Evi Dewi P.
1610913420004
Dyci Marantika
1610913420006
Endang Ernawati
1619013420007
Fitria Puspasari
1610913420008
Herlina Sucianingsih
1610913420010
Nor Jannah
1610913420013
Nurul Aida F.
1610913420014
PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU 2017
HALAMAN PENGESAHAN
Yang bertanda tangan dibawah ini menyatakan bahwa: Judul Makalah
: Pemenuhan Kebutuhan Nutrisi Pada Lansia
Disusun oleh
: Kelompok 1 Rezki Achmad S.
1610913410016
Syarif H.
1610913410017
Ageng Luhur C.
1610913410019
Evi Dewi P.
1610913420004
Dyci Marantika
1610913420006
Endang Ernawati
1619013420007
Fitria Puspasari
1610913420008
Herlina Sucianingsih
1610913420010
Nor Jannah
1610913420013
Nurul Aida F.
1610913420014
Telah menyelesaikan tugas makalah mata kuliah Keperawatan Gerontik untuk memenuhi tugas kelompok di Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat Program Studi Ilmu Keperawatan. Banjarbaru, September 2017
Pembimbing,
Lola Illona E.K, S.Kep., Ns.,
DAFTAR ISI
Halaman
Halaman Judul .................................................. ...........................................
I
Halaman Pengesahan ................................................. ..................................
ii
Daftar Isi .................................................. ....................................................
iii
BAB I
BAB II
BAB III
PENDAHULUAN A. Latar Belakang ................................................... ................
1
B. Tujuan Penulisan ................................................. ................
1
TINJAUAN TEORI A. Pengertian lansia ................................................. ................
3
B. Faktor Mempengaruhi Kebutuhan Gizi Pada Lansia ..........
7
C. Masalah Gizi Pada Lansia ...................................................
7
D. Pemantauan Status Nutrisi Pada Lansia ..............................
9
E. Menu Seimbang Untuk Lanjut Usia ...................................
10
PENUTUP A. KESIMPULAN ................................................... ................
12
B. SARAN ............................................. ..................................
12
DAFTAR PUSTAKA
BAB I PENDAHULUAN A.
Latar Belakang
Menurut UU No. 13 Tahun 1998, lanjut usia adalah adalah seseorang yang mencakup usia 60 tahun keatas. Semu orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa tua merupakan masa hidup manusia yang terakhir, yang pada masa ini seseorang akan mengalami kemunduran fisik, mental dan sosial yang pada akhirnya akan kesulitan untuk memenuhi tugas dan kebutuhannya sehari-hari. Setiap mahluk hidup membutuhkan makanan untuk mempertahankan kehidupannya, karena didalam makanan terdapat zat-zat gizi yang dibutuhkan tubuh untuk melakukan kegiatan metabolismenya. Bagi lansia pemenuhan kebutuhan gizi yang diberikan dengan baik dapat membantu dalam proses beradaptasi atau menyesuaikan diri dengan perubahan perubahan yang dialaminya selain itu dapat menjaga kelangsungan pergantian sel-sel tubuh sehingga dapat memperpanjang usia. Peran perawat sebagai edukator juga dapat dilakukan dengan membantu klien dalam meningkatkan derajat pengetahuan kesehatan terhadap asupan nutrisi yang tepat kepada klien lanjut usia yang merupakan kelompok yang rentan terhadap perubahan gizi. Pada makalah ini akan dibahas tentang Pemenuhan kebutuhan nutrisi pada lansia B.
Tujuan Penulisan 1.
Tujuan Umum
Tujuan umum pembuatan makalah ini adalah mampu menganalisa pemenuhan kebutuhan nutrisi pada lansia. 2.
Tujuan Khusus
a. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi kebutuhan gizi pada lanisa. b. Mengetahui masalah gizi yang terjadi pada klien lanjut usia. c. Memahami perencanaan makanan untuk lansia. d. Memahami cara-cara pemberian makana untuk lansia.
BAB II TINJAUAN TEORI
A.
Pengertian
Lansia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun keatas. Pada usia lanjut akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau mengganti dan mempertahankan fungsi. Periode penutup dalam rentang kehidupan individu, yaitu suatu periode dimana individu telah ”beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih menyenangkan, atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat, yang dimulai pada usia 60-an. Hurlock (1999), membagi tahap terakhir dalam rentang kehidupan individu ini menjadi:
Lanjut usia dini, yang berkisar antara 60 sampai 70 tahun
Lanjut usia, yang dimulai pada usia 70 sampai akhir kehidupan individu Menurut Organisasi Kesehatan Dunia, lanjut usia meliputi: 1.
Lanjut usia (elderly) = antara 60 dan 74 tahun
2.
Lanjut usia tua (old age) = antara 75 dan 90 tahun
3.
Usia sangat tua (very old age) = di atas 90 tahun
Menurut Hurlock (1999), lanjut usia mengalami berbagai perubahan dalam hidup, yaitu: a.
Perubahan Fisik Sebagian besar perubahan kondisi fisik pada lanjut usia terjadi ke arah yang memburuk dimana proses dan kecepatannya sangat berbeda untuk masing-masing individu meskipun usia individu tersebut sama. Berbagai perubahan terbesar yang terjadi pada masa lanjut usia adalah sebagai b erikut (Hurlock, 1999):
Perubahan penampilan, yaitu perubahan pada daerah kepala (rambut menipis, mata kelihatan pudar, kulit berkerut dan kering, bentuk mulut berubah akibat hilangnya gigi), daerah tubuh (bahu membungkuk, perut membesar, pinggul
tampak mengendor, garis pinggang melebar, payudara bagi wanita menjadi kendur), dan daerah persendian (pangkal tangan menjadi kendor dan terasa berat, kaki menjadi kendor dan pembuluh darah balik menonjol, tangan menjadi kurus kering).
Perubahan bagian dalam tubuh, yaitu perubahan pada sistem syaraf (berat otak berkurang, bilik-bilik jantung melebar), isi perut (perubahan posisi jantung, perubahan elastisitas jaringan)
Perubahan pada fungsi fisiologis, yaitu memburuknya pengaturan organ-organ, menurunnya fungsi pembuluh darah pada kulit, perubahan pada pencernaan, ketahanan dan kemampuan bekerja menurun.
Perubahan panca indera, yaitu perubahan pada penglihatan (penurunan kemampuan mata untuk melihat, menurunnya sensitivitas terhadap warna), pendengaran (kehilangan kemampuan mendengar nada yang sangat tinggi), perasa (berhentinya pertumbuhan syaraf perasa), penciuman (daya penciuman kurang tajam), perabaan (indera perabaan di kulit semakin kurang peka), dan menurunnya sensitivitas terhadap rasa sakit.
b.
Perubahan Psikologis Lanjut usia mengalami berbagai perubahan secara psikologis, atau perubahan secara mental atau kejiwaan individu, yaitu: 1.
Perubahan Persepsi Kapasitas persepsi individu menurun secara bertahap, meskipun beberapa perubahan hanya sedikit dan dapat diatasi. Semakin besarnya kesulitan dalam persepsi bicara pada lanjut usia lebih disebabkan oleh masalah pada pendengaran daripada karena penurunan kognitif. Lanjut usia menjadi lebih sulit mengulang percakapan secara detail bila berada ditempat ramai (Siyelman & Rider, 2003).
2.
Kemampuan Motorik Lanjut usia mengalami penurunan kekuatan, kecepatan dalam bergerak, lebih lambat dalam belajar, cenderung menjadi canggung, yang menyebabkan
sesuatu yang dibawa dan dipegang tertumpah dan jatuh, melakukan sesuatu dengan tidak hati-hati dan dikerjakan secara tidak teratur (Hurlock, 1999). 3.
Kecerdasan Lanjut usia memang mengalami penurunan intelektual, meskipun sedikit, apalagi bila lanjut usia tersebut jarang melakukan latihan terhadap otak (Santrock, 2002).
4.
Belajar Lanjut usia lebih berhati-hati dalam belajar, memerlukan waktu yang lebih banyak untuk mengintegrasikan jawaban, kurang mampu mempelajari hal-hal baru yang tidak mudah diintegrasikan dengan pengalaman masa lalu, dan hasilnya kurang tepat dibanding individu yang masih muda (Hurlock, 1999).
5.
Daya Ingat Individu lanjut usia cenderung lemah dalam mengingat hal-hal yang baru dipelajari dan sebaliknya baik terhadap hal-hal yang telah lama dipelajari (Hurlock, 1999).
6.
Kreativitas Kapasitas atau keinginan yang diperlukan untuk berpikir kreatif bagi lanjut usia cenderung menurun (Hurlock, 1999).
7.
Kepribadian Lanjut usia cenderung lebih puas ketika gaya hidup pensiun lanjut usia sesuai dengan kepribadian dan kesenangan individu (Siyelman & Rider, 2003). Lanjut
usia
juga
menjadi
cenderung
meningkatkan
ketidak
setujuan,
mengalami penurunan keterbukaan terhadap dunia di luar dirinya (Papalia & Old, 2004). 8.
Rasa Humor Pendapat umum yang sudah klise tetapi banyak dipercaya, bahwa individu lanjut usia kehilangan rasa dan keinginannya terhadap hal-hal yang lucu (Hurlock, 1999).
9.
Perbendaharaan Kata
Perbendaharaan kata lanjut usia menurun sangat kecil karena individu secara konstan menggunakan sebagian besar kata yang pernah dipelajari sebelumnya (Hurlock, 1999). 10.
Mengenang Kecenderungan untuk mengenang sesuatu yang terjadi di masa lalu meningkat semakin tajam sejalan dengan bertambahnya usia (Hurlock, 1999).
c.
Perubahan Sosial Banyak individu lanjut usia menghadapi diskriminasi dari lingkungannya. Individu lanjut usia menjadi tidak dipekerjakan untuk pekerjaan-pekerjaan yang baru atau dikeluarkan dari pekerjaan lama karena dipandang terlalu kaku, lemah pikiran, atau karena efektivitas biaya. Lanjut usia ditolak secara sosial karena dipandang sudah pikun atau membosankan (Santrock, 2002). Sikap sosial terhadap individu lanjut usia yang tidak menyenangkan, mendorong individu untuk mengundurkan diri dari kegiatan sosial (Hurlock, 1999) Individu lanjut usia disingkirkan dari kehidupan keluarga lanjut usia tersebut oleh anak-anak yang melihat lanjut usia sebagai sosok yang sakit, jelek dan parasit. Singkatnya, individu lanjut usia dipandang tidak mampu berpikir jernih, mempelajari sesuatu yang baru, menikmati seks, memberi kontribusi terhadap komunitas, dan memegang
tanggung
jawab
pekerjaan.
Persepsi
tersebut
tentu
saja
tidak
berperikemanusiaan, tetapi seringkali terjadi secara nyata dan menyakitkan (Santrock, 2002).
Kebutuhan gizi lanjut usia perlu dipenuhi secara adekuat untuk kelangsungan proses pergantian sel dalam tubuh, mengatasi proses menua dan memperlambat terjadinya usia biologis. Kebutuhan kalori pada lansia berkurang karena berkurangnya kalori dasar dari kebutuhan fisik. Kalori dasar adalah kalori yang dibutuhkan untuk malakukan kegiatan tubuh dalam keadaan istirahat, misalnya: untuk jantung, usus, pernafasan dan ginjal. Kebutuhan kalori lanjut usia tidak melebihi 1700 kalori, sebaiknya disesuaikan dengan macam kegiatannya, kebutuhan protein normal usia lanjut adalah 1 gram/kgBB/hari. Berdasarkan kegunaannya bagi tubuh, zat gizi dibagi ke dalam tiga kelompok besar, yaitu:
1.
Kelompok zat energi, termasuk ke dalam kelompok ini adalah: a. Bahan makanan yang mengandung karbohidrat seperti beras, jagung, gandum, ubi, roti, singkong dll, selain itu dalam bentuk gula seperti gula, sirup, madu. b. Bahan makanan yang mengandung lemak seperti minyak, santan, mentega, margarine, susu dan hasil olahannya.
2.
Kelompok zat pembangun kelompok ini meliputi makanan – makanan yang banyak mengandung protein, baik protein hewani maupun nabati, seperti daging, ikan, susu, telur, kacang-kacangan dan olahannya.
3.
Kelompok zat pengatur kelompok ini meliputi bahan-bahan yang banyak mengandung vitamin dan mineral, seperti buah-buahan dan sayuran.
B.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Gizi pada Lansia
Menurut wirakusuma (2000) pedoman pola diet la nsia adalah sebagai berikut: 1.
Penerapan pola makan beragam dan bergizi seimbang
2.
Membatasi asupan energi dan lemak untuk mencegah penimbunan kalori dalam tubuh sehingga terhindar dari obesitas.
3.
Berkurangnya kemampuan mencerna makanan akibat kerusakan gigi atau ompong.
4.
Berkurangnya indera pengecapan mengakibatkan penurunan terhadap cita rasa manis, asin, asam, dan pahit.
C.
5.
Esophagus/kerongkongan mengalami pelebaran.
6.
Rasa lapar menurun, asam lambung menurun.
7.
Gerakan usus atau gerak peristaltic lemah dan biasan ya menimbulkan konstipasi.
8.
Penyerapan makanan di usus menurun.
Masalah Gizi pada Lansia
Makanan yang bergizi adalah makanan yang menggandung zat-zat nutrisi yang dibutuhkan oleh tubuh agar tubuh dapat melakukan fungsi-fungsinya dengan sebaik mungkin. Zat gizi memang penting sekali dan dibutuhkan oleh tubuh dalam pemeliharaan dan fungsi lainnya serta perbaikan jaringan-jaringannya sejak masa janin, bayi, remaja sampai masa dewasa dan lanjut usia.
Masalah gizi tidak hanya terjadi pada balita dan ibu hamil, tetapi ternyata sering kali menimpa lanjut usia. Hal yang perlu mendapat perhatian ialah gizi berlebih, gizi kurang, dan kekurangan vitamin 1.
Gizi berlebih Gizi berlebih pada lansia banyak terjadi di negara-negara barat dan kota-kota besar. Kebiasaan makan banyak pada waktu muda menyebabkan berat badan berlebih, apalagi pada lansia penggunaan kalori berkurang karena berkurangnya aktivitas fisik.Kebiasaan makan itu sulit untuk diubah walaupun disadari untuk mengurangi makan. Kegemukan merupakan salah satu pencetus berbagai penyakit, misalnya: penyakit jantung, kencing manis, dan darah tinggi.
2.
Gizi kurang Gizi kurang sering disebabkan oleh masalah-masalah sosial ekonomi dan juga karena gangguan penyakit. Bila konsumsi kalori terlalu rendah dari yang dibutuhkan menyebabkan berat badan kurang dari normal. Apabila hal ini disertai dengan kekurangan protein menyebabkan kerusakan-kerusakan sel yang tidak dapat diperbaiki, akibatnya rambut rontok, daya tahan terhadap penyakit menurun, kemungkinan akan mudah terkena infeksi.
3.
Kekurangan vitamin atau mineral Bila lanjut usia kurang mengonsumsi buah dan sayur, ditambah kekurangan protein dalam makanan, hal tersebut mengakibatkan nafsu makan berkurang, penglihatan mundur, kulit kering, lesu, lemah lunglai, dan tidak semangat sehingga fungsi-fungsi organ tubuh akan mengalami gangguan sesuai dengan defisiensi vitamin atau mineral yang dialami oleh lansia sehingga menyebabkan terjadinya malnutrisi. Faktor penyebab malnutrisi pada lanjut usia: 1. Penyabab akut dan kronis 2. Keterbatasan sumber/penghasilan 3. Faktor psikologis
4. Hilangnya gigi 5. Kesalahan dalam pola makan 6. Kurangnya energy untuk mempersiapkan makanan 7. Kurang pengetahuan tentang nutrisi yang tepat. D.
Pemantauan Status Nutrisi pada Lansia
Pemantauan status nutrisi pada lansia dapat dilaksankan salah satunya adalah dengan melakukan penimbangan berat badan secara berkala. Penimbangan berat badan dilakukan secara teratur minimal 1 minggu sekali, waspadai peningkatan berat badan atau penurunan berat badan lebih dari 0,5 kilogram/minggu. Peningkatan dan penurunan berat badan lebih dari 0,5 kilogram dalam 1 minggu menunjukkan gangguan nutrisi yang mungkin dialami oleh lansia. Pengukuran berat badan perlu diikuti dengan pengukuran lingkar perut. Pada beberapa kasus, peningkatan berat badan bisa disebabkan oleh penyakit sehingga cairan menumpuk pada rongga-rongga tubuh. Diantaranya penyakit pada gangguan ginjal dan hati. Menghitung berat badan ideal pada dewasa: Berat badan ideal = 0.9 x (Tinggi badan dalam cm – 100). Catatan untuk wanita dengan tinggi badan kurang dari 150 cm
dan pria dengan TB kurang dari 160 cm, digunakan rumus: Berat badan ideal = TB dalam cm – 100. Jika BB lebih dari ideal artinya gizi berlebih Jika BB kurang dari ideal
artinya gizi kurang. Pada saat malakukan pengukuran tinggi badan seorang lanjut usia, perlu diingat bahwa lanjut usia dapat mengalami pengurangan tinggi badan seiring dengan pertambahan usia, pengurangan tersebut dapat disebabkan oleh beberapa hal, antara lain: 1.
Komponen cairan tubuh berkurang
2.
Semakin tua cenderung semakin kifosis sehingga tinggi dan tegak lurusnya tulang punggung berkurang.
3.
Osteoporosis yang sering kali terjadi pada wanita lanjut usia akan mudah mengakibatkan fraktur vertebra sehingga tinggi badan berkurang.
4.
Penurunan tinggi badan tersebut akan memengaruhi hasil perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT)
E.
Menu Seimbang Untuk Lanjut Usia
Menu adalah susunan hidangan yang dipersiapkan atau disajikan pada waktu makan. Menu seimbang untuk lanjut usia adalah susunan makanan yang mengandung cukup semua unsur gizi yang dibutuhkan lanjut usia. Syarat menu seimbang untuk lanjut usia sehat: 1.
Makanan harus mengandung zat gizi dari makanan yang beraneka ragam, yang terdiri dari: zat tenaga, zat pembangun dan zat pengatur.
2.
Perlu diperhatikan porsi makanan, jangan terlalu kenyang. Porsi makan hendaknya diatur merata dalam satu hari sehingga dapat makan lebih sering dengan porsi yang kecil. Contoh menu: a.
Pagi: Bubur ayam
b.
Siang: Nasi, pindang telur, sup, pepaya
c.
Malam: Nasi, sayur bayam, tempe goreng, pepes ikan, pisang
d.
Diantara jadwal makan utama bisa diselipkan makanan selingan atau snack, susu, buah, dan sari buah.
3.
Banyak minum dan kurangi garam, dengan banyak minum dapat memperlancar pengeluaran sisa makanan, dan menghindari makanan yang terlalu asin akan memperingan kerja ginjal serta mencegah kemungkinan terjadinya darah tinggi.
4.
Batasi makanan yang manis-manis atau gula, minyak dan makanan yang berlemak seperti santan dan mentega.
5.
Bagi pasien lansia yang proses penuaannya sudah lebih lanjut perlu diperhatikan hal-hal sebagai berikut: a.
Makanlah makanan yang mudah dicerna
b.
Hindari makanan yang terlalu manis, gurih, dan goreng-gorengan
c.
Bila kesulitan mengunyah karena gigirusak atau gigi palsu kurang baik, makanan harus lunak/lembek atau dicincang
d. 6.
Makan dalam porsi kecil tetapi sering
Batasi minum kopi atau teh, boleh diberikan tetapi harus diencerkan sebab berguna pula untuk merangsang gerakan usus dan menambah nafsu makan.
7.
Makanan mengandung zat besi seperti: kacang-kacangan, hati, telur, daging rendah lemak, bayam, dan sayuran hijau.
8.
Lebih dianjurkan untuk mengolah makanan dengan cara dikukus, direbus, atau dipanggang kurangi makanan yang digoreng.
BAB III PENUTUP
A.
Kesimpulan
Memasuki usia senja tidak saja dapat diartikan sebagai mundurnya kemampuan organ-organ tubuh dalam menjalankan fungsinya, tetapi juga kemunduran aspek-aspek psikologisdari lansia itu sendiri. Kemunduran ini bisa bersifat alami atau karena adanya penyakit yang diderita. Status nutrisi yang b aik perlu dipertahankan pada klien dengan usia lanjut agar dapat menjaga kualitas hidupnya dalam tingkat yang optimal. Hal-hal yang perlu diperhatikan antara lain gizi lebih, gizi kurang, dan kurang vitamin atau mineral. Melakukan penimbangan berat badan dan lingkar perut menjadi suatu hal yang penting untuk mengetahui status nutrisi dari klien dengan usia lanjut.
B.
Saran
Makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, penulis berharap untuk makalah selanjutnya akan lebih baik lagi. Dari kesimpulan yang ada maka kita sebagai mahasiswakeperawatan harus terus meningkatkan kompetensi dirinya.Salah satunya melalui pendidikan keperawatangerontik yang berkelanjutan dan profesional agar dapat memberikan asuhan yang berkualitas kepada klien dengan usia lanjut.
DAFTAR PUSTAKA
Darmojo, RB. Buku Ajar Geriatri. Jakarta: Balai Penerbit FKUI, 1998. Buku Saku Gerontologi. Jakarta: EGC, 2002. Nugroho, W.2014. Keperawatan Gerontik dan Geriatrik . Jakarta: EGC. Potter & Perry.Buku Ajar Fundamental Keperawatan. Edisi 4.Jakarta:EGC, 2005. Santrock, J.W. (2002). Life-Span Development Perkembangan Masa Hidup jilid II. Edisi kelima.Jakarta:Erlangga. Hurlock, E.B. (1999). Psikologi Perkembangan: Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang Kehidupan.Edisikelima.Jakarta:Erlangga. Siyelman, C.K. & E.A. Rider. (2003). Life-Span Human Development. (4th Ed). United States of America: Wadswort Thomson Learning, Inc.