MAKALAH NUTRISI TERNAK VITAMIN
Oleh : Kelas : D Kelompok 7 Etya Nurrimas G
200110130333 200110130333
Risa Gunawan
200110130334 200110130334
Dina Rachdayanti
200110130335 200110130335
Eko Rustianto
200110130336 200110130336
FAKULTAS PETERNAKAN UNIVERSITAS PADJADJARAN JATINANGOR 2014
KATA PENGANTAR Aku ga bisa bikin giniaaaaaan maapin
I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Ini juga sama bingung mau kopasnya hehe
1.2
Rumusan Masalah
Apa itu vitamin?
Apa saja jenis vitamin?
Bagaimana cara penentuan vitamin?
Apa itu antivitamin?
Bagaimana hubungan antar zat-zat vitamin?
1.3
Tujuan Penulisan
Mengetahui definisi vitamin.
Mengetahui berbagai jenis vitamin.
Mengetahui cara penentuan vitamin.
Mengetahui apa itu antivitamin.
Mengetahui hubungan antar zat-zat vitamin.
II PEMBAHASAN 2.1
Definisi Vitamin
Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang diperlukan tubuh dalam jumlah sangat kecil dan pada umunya tidak dapat dibentuk oleh tubuh tetapi penting untuk melakukan fungsi metabolisme. Oleh karena itu, harus didatangkan dari makanan. Vitamin termasuk kelompok zat pengatur pertumbuhan dan pemeliharan kehidupan. Tiap vitamin mempunyai tugas spesifik di dalam tubuh. Karena vitamin adalah zat organik maka vitamin dapat rusak karena penyimpanan dan pengolahan. Manusia dan hewan memerlukan hampir semua vitamin dari makanan karena tubuh tidak dapat membuat sendiri. Vitamin adalah senyawa organik dalam jumlah mikro yang sangat esensial dalam fungsi kebanyakan bentuk tubuh, tetapi tidak dapat disintesa oleh beberapa organisme dan harus di peroleh dari luar tubuh. (Lehninger, 1998) Nama Vitamin sendiri berasal dari gabungan kata bahasa Latin yaitu vita yang artinya “hidup” dan amina (amine) yang mengacu pada suatu gugus organik yang memiliki atom nitrogen (N), karena pada awalnya vitamin dianggap demikian. Kelak diketahui bahwa banyak vitamin yang sama sekali tidak memiliki atom N. Dipandang dari sisi enzimologi (ilmu tentang enzim), vitamin adalah kofaktor dalam reaksi kimia yang dikatalisasi oleh enzim. Pada dasarnya, senyawa vitamin ini digunakan tubuh untuk dapat bertumbuh dan berkembang secara normal. Untuk bisa mendapatkan asupan vitamin tidaklah sulit, bisa dikatakan kebanyakan makanan yang kita konsumsi setiap hari telah mengandung vitamin hanya saja mungkin kita tidak menyadari besar kecilnya kandungan vitamin yang kita konsumsi setiap hari. Vitamin dikelompokkan menjadi 2 golongan utama yaitu vitamin yang larut dalam lemak yaitu vitamin A, D, E, dan K serta vitamin yang larut dalam air
yaitu vitamin B1, B2, B3, B6, B11, B12, dan vitamin C. Fungsi khusus vitamin adalah sebagai kofaktor (elemen pembantu) untuk reaksi enzimatik. Vitamin juga berperan dalam berbagai macam fungsi tubuh lainnya, termasuk regenerasi kulit, penglihatan, sistem susunan syaraf dan sistem kekebalan tubuh dan pembekuan darah. Tubuh membutuhkan jumlah yang berbeda untuk setiap vitamin. Setiap orang punya kebutuhan vitamin yang berbeda. Anak-anak, orang tua, orang yang menderita penyakit atau wanita hamil membutuhkan jumlah yang lebih tinggi akan beberapa vitamin dalam makanan mereka sehari-hari. Jika manusia, hewan dan ataupun makhluk hidup lain tanpa asupan vitamin tidak akan dapat melakukan aktivitas hidup dengan baik, kekurangan vitamin menyebabkan tubuh kita mudah terkena penyakit. 2.2
Jenis Vitamin
Vitamin pada mulanya digolongkan dalam: (1) vitamin yang larut dalam lemak dan (2) vitamin yang larut dalam air, karena yang pertama dapat diekstrasi dari bahan makanan dengan pelarut lemak dan yang terakhir dengan air. Vitamin yang larut dalam lemak, termasuk vitamin A, D, E, dan K dan mengandung hanya karbon, hydrogen, dan oksigen. Yang larut dalam air terdiri dari: asam askorbat (C) dan B-kompleks (B₁ sampai B₁₂). Zat-zat tersebut mengandung karbon, hydrogen, dan oksigen; dapat pula mengandung nitrogen, sulfur, atau kobalt. 2.2.1
Vitamin yang Larut dalam Lemak
Vitamin-vitamin yang larut dalam lemak mengandung karbon, hidrogen dan oksigen. Karena larut dalam lemak, maka kelebihan dari yang dibutuhkan akan didepositokan dijaringkan lemak. Sebelum ditemukannya vitamin yang larut dalam lemak, orang menyangka bahwa lemak hanya berfungsi sebagai sumber energy untuk hewan. Oleh karena itu, pemakaian vitamin-vitamin yang larut dalam lemak ini harus benar-benar sesuai dengan yang dibutuhkan, jangan sampai berlebih dan tentu jangan kurang. Vitamin yang larut dalam lemak biasanya
ditimbun dalam tubuh dan karenanya tidak perlu disediakan tiap hari dalam ransum. Vitamin-vitamin dalam kelompok ini adalah : 2.2.1.1 Vitamin A
Semua ternak memerlukan vitamin A, vitamin tersebut tidak terdapat dalam bahan makanan nabati secara aktif akan tetapi dalam bentuk provitamin (karoten) yang dapat dirubah menjadi bentuk aktif di dalam tubuh. Dikenal dalam kimia sebagai retinol. Vitamin A berwarna kuning pucat, Kristal padat, tidak larut dalam air tetapi larut dalam lemak. Vitamin ini segera teroksidasi bila kena cahaya dan udara maka aktivitasnya rusak. Vitamin A dikenal sebagai vitamin pertama yang dihubungkan dengan gejala-gejala defisiensi. Vitamin A merupakan vitamin yang larut dalam lemak terpenting bagi unggas dan broiler. Vitamin ini juga diberi nama retinol, retina dan asam retionik. Vitamin A esensial untuk pertumbuhan. Merupakan zat yang penting dalam membuat tubuh tahan terhadap infeksi. Memelihara jaringan epitel dan mencegah terjadinya buta malam. Vitamin A terdapat dalam tubuh tumbuhan sebagai karoten (prekursor vitamin A). Vitamin A dan Karoten diserap dari usus kecil dan disimpan terutama (lebih kurang 80 sampai 90 persen) di dalam hati. Vitamin A esensial untuk pertumbuhan; merupakan zat yang penting dalam membuat tubuh tahan terhadap infeksi; memelihara jaringan epitel; dan mencegah terjadinya buta malam. Vitamin A terdapat dalam tumbuh-tumbuhan sebagai karotein (precursor vitamin A). vitamin A dan karoten diserap dari usus kecil dan disimpan terutama didalam hati. Gejala Defisiensi Vitamin A
a.
Pertumbuhan
terganggu,
karena
vitamin
A
adalah
esensial
dalam
pertumbuhan sel-sel baru. b.
Pertandukan jaringan epithel. Jaringan yang berubah menjadi keratin dalam berbagai saluran dalam tubuh menurunkan ketahanan jaringan epithel
bersangkutan terhadap infeksi organisme, Pneumonia diare, batu ginjal, dan batu kantung air kencing; juga efisiensi reproduksi banyak menurun c.
Buta malam (hemeralopia)
d.
Pertumbuhan bulu kasar.
Sumber Vitamin A
Sumber vitamin A adalah minyak hati ikan, mentega (lemak susu), kuning telur, keju, hati, hijauan, dan zat-zat sintesis. Warna hijau tumbuh-tumbuhan merupakan petunjuk yang baik tinggi kadar karoten. Vitamin A yang berasal dari minyak ikan sebagian besar ada dalam bentuk ester. Kadar retinol sumber-sumber alam terpenting dari provitamin A yaitu karotenoid. Sifat-sifat Vitamin A
Tumbuh-tumbuhan tidak mensitesis vitamin A akan tetapi hewan mempunyai enzim didalam mukosa usu yang sanggup mengubah karotenoid provitamin A menjadi vitamin A. Tiga senyawa vitamin A mempunyai aktivitas vitamin A untuk ayam dan hewan lainnya adalah vitamin A alcohol (retinol), vitamin A aldehida (retinal), dan asam vitamin A (asam retinoat), serta beberapa stereoisomernya. Vitamin A ikut dalam berbagai proses tubuh: a.
Stereoisomer retinal yang disebut retinen, memainkan peranan penting dalam penglihatan.
b.
Dibutuhkan untu pencegahan ataxia yang parah pada anak ayam
c.
Pertumbuhan
d.
Pemeliharaan kesempurnaan selaput mukosa
e.
Reproduksi
f.
Pertumbuhan tulang rawan yang baik
g.
Tekanan cairan serebrospinal yang normal Retinol dan retinal mudah dirusak oleh oksidasi terutama dalam keadaan
panas dan lembab dan bila berhubungan dengan mineral mikro atau dengan lemak
atau minyak yang tengik. Retinol tidak akan berubah dalam gelap dan daalam keadaan langka oksigen dan dapat disimpan dalam ampul-ampul ditempat gelap pada suhu dibawah nol. Retinol juga tidak akan berubah dalam minyak ikan yang disimpan dalam tempat-tempat yang tertutup rapat, teruama dengan adanya antioksidan yang cocok. Ester-ester seperti asetas atau palmitat lebih stabil terhadap oksidasi daipada bentuk alcohol atau aldehida vitamin. Vitamin E dan antioksidan alami lainnya esensial untuk melindungi vitamin A dalam bahan makanan. Leuguminosa tertentu terutama kacang kedele dan alfalfa, mengandung suatu enzim yaitu lipoksigenase yang merusak karoten dan zantofil dan mungkin pula merusak vitamin A melalui serangkaian oksidasi dengan asam lemak tidak jenuh. Pemanasan yang sempurna dari kacang kedele dan pengeringan alfalfa akan merusak enzim tersebut. Pentingnya vitamin A
Vitamin A dibutuhkan oleh semua hewan termasuk unggas. Ransum yang diberikan pada hewan sering kali difisien akan vitamin A. vitamin A esensial untuk pemeliharaan hewan dewasa. Untuk pertumbuhan, reproduksi, dan produksi susu diperlukan jumlah yang lebih besar lagi. Pada bahan makanan asal tumbuh-tumbuhan, vitamin tersebut tidak terdapat sebagai vitamin. Hijau-hijauan mengandung zat yang dgolongkan dengan istilah karoten yang dapat diubah menjadi vitamin A dalam tubuh hewan. Nilai vitamin A dari suatu bahan makanan atau ransum maksudnya adalah jumlah potensi vitamin A, tidak peduli apakah hal tersebut disuplai oleh vitamin A atau karoten. Untuk semua jenis hewan ternak kecuali ungags, kebutuhan vitamin tersebut dinyatakan dalam karoten, karena hewan-hewan tersebut biasanya mendapat vitamin A dalam bentuk Karoten.
2.2.1.2 Vitamin D
Alam hanya menyediakan sedikit vitamin D dalam bahan makanan. Sinar ultraviolet dari matahari bekerja sebagai sumber energy yang dibutuhkan untuk mengubah 7-dehidrokolesterol (sterol hewan yang disimpan dibawah permukaan kulit)
menjadi
vitamin
D3 aktif.
Ergosterol
(sterol
tumbuh-tumbuhan)
menghasilkan kalsiferol (vitamin D 2) setelah penyinaran. Ada kurang lebih 10 derivat sterl yang mempunyai aktivitas vitamin. Akan tetapi ergesterol dan 7dehidrokolesterol merupakan provitamin D utama yang enghasilan berturut-turut D2 dan D3. Vitamin D2 (bentuk tumbuh-tumbuhan dari vitamin) dan vitamin D 3 (bentuk hewan) mempunyai nilai antirachitis yang sama untuk anjing, babi, tikus, ruminansia, dan manusia, sedangkan D 3 lebih bermanfaat daripada D2 untuk unggas. Vitamin D adalah istilah umum yang digunakan terhadap derivet-derivat sterol yang larut dalam lemak, yang akti dalam pencegahan rachitis pada hewan. Diukur dari kesanggupannya untuk melindungi atau menyembuhkan rachitis pada tikus atau hewan mamalia lainnya, maka terdapat sejumlah bentuk kimiawi yang berainan dengan vitamin D. akan tetapi hanya satu bentuk yang mempunyai pengaruh yang nyata terhadap pencegahan rachitis pada ayam yaitu kolekalsiferol (vitamin D3). Kolekalsiferol diperoleh dari penyinaran 7-dehidrokolesterol dengan sinar ultraviolet dari matahari maupun dari sumber buatan. Kolekalsiferol disintesis didalam tubuh dan mengalir ke permukaan kulit melalui folikel-folikel rambut atau kuku dan dari akar-akar sisik. Menurut Koch dan Koch (1941) kulit kaki dan jari-jari ayam mengandung kurang lebih 8 kali lebih banyak 7-dehidrokolesterol (provitamin D3) daripada kulit tubuhnya.
Kolekalsiferol yang dibentuk dari penyinaran 7-dehidrokolesterol pada kuliat diresap melalui kulit dan dibawa darah kelipida ke seluruh tubuh. Berlawanan dengan spesies air yang menyimpan jumlah vitamin D yang cukup dihati, ayam, dan hewan darat lainnya tidak menyimpan jumah yang cukup dari vitamin tersebut. Minyak hati ikan yang tadinya merupakan sumber utama dari vitamin D, pada saat ini penggunaannya telah diganti dengan preparat vitamin D, yang tinggi potensinya, dibuat dari penyiaran sterol hewan. Ergokalsiferol (vitamin D2) efektif untuk sebagian besar hewan mamalia tetapi bukan vitamin antirachitis yang memuaskan untuk mengandung capuran sterol-sterol antiarchitis. Oleh sebab itu minyak-minyak tersebut biasanya tidak seefektif untuk ayam seperti halnya vitamin D 3 murni bila diukur alam dsis yang ekuivalen darii vitamin D yang aktif bagi tikus. Peranan Vitamin D
Vitamin D dibutuhkan untuk kalsifikasi yang normal dari tulang yang sedang tumbuh. Vitamin tersebut memainkan peranan penting dalam metabolisme kalsium dan fosfor dalam tubuh selama hidupnya terutama dalam pertumbuhan, reproduksi, dan laktasi. Vitamin D mempertinggi absorpsi kalsium dan fosfor pada usus halus dan membant menjaga kadar darah yang normal dari zat-zat mineral tersebut. Terlalu banyak vitamin D berbahaya karena dapat memindahkan kalsium dan fosfor dari jaringan tulang. Zat-zat mineral tersebut diletakkan kembali dalam jaringan lunak terutama dalam dinding pembuluh darah tetapi juga dalam tubuli ginjal, bronchi, dan jantung. Gejala Defisiensi Vitamin D
a. Rachitis, suatu kelainan dari tulang akibat kekurangan kalsium dan/atau fosfor. Terjadi terutama pada hewan muda atau bayi. Hanya mamalia dan burung yang dapat terserang rachitis.
b.
Osteomalasi, suatu keadaan ditandai dengan dekalsifikasi sebagian tulang yang mengakibatkan tulang menjadi lunak dan rapuh. Terjadi saat dewasa dan hewan yang tulang-tulangnya tumbuh sempurna, akan tetapi yang ransumnya difisien vitamin D atau kalsium dan fosfor.
c.
Konsentrasi fosfor serum darah rendah
d.
Penebalan dan pembengkakan persendian.
Sumber Vitamin D
Sumber vitamin D mencangkup minyak hati dari berbagai ikan, susu, mentega, kuing telur, sterol hewan, dan tumbuh-tumbuhan yang telah disi nari, dan preparat-preparat komersial. Sifat-sifat Vitamin D
Kolekalsiferol tidak larut dalam air, larut dalam larutan organic dan minyak tumbuh-tumbuhan. Dengan cairan aseton memberikan Kristal sebagai jarum halus putih. Kolekalsiferol dirusak oleh sinar ultraviolet yang berlebihan dan oleh peroksida dengan adanya asam lemak tidak jenuh yang tengik. Sebagian besar bahan makanan campuran mengandung cukup vitamin E dan antioksidan lainnya untuk melindungi rusaknya Kolekalsiferol. Antioksidan buatan digunakan pula untuk melindungi potensi vitamin D dari bahan makanan. Penyerapan dan Pengangkutan Vitamin D
Kolekalsiferol yang telah masuk tubuh diserap melalui alat pencernaan terutama dalam duodenum. Penyerapannya, seperti halnya vitamin A, dipermudah dengan adanya lemak dan garam-garam empedu. Jadi penyerapan vitamin D rupanya berbarengan dengan pembentukan sel. Vitamin D masuk ke dalam peredaran darah dan disebar ke seluruh tubuh. Pada unggas yang mendapat vitamin D 3 radioaktif melalui mulut maka radioaktif tersebut tersebar ke sebagian besar jaringan tubuh dalam 24jam dengan
konsentrasi tertinggi di dalam usus, hati, ginjal, limpa, kantung empedu, dan serum. Vitamin D diangkut dalam bentuk yang tidak diubah melalui selaput sel. Jenis vitamin D yang diberikan adalah jenis vitamin D yang dikeluarkan. Jadi ergokalsiferol atau Kolekalsiferol akan terdapat di dalam susu atau di dalam telur, sesuai dengan bentuk yang dberikan kepada hewan. 2.2.1.3 Vitamin E
Vitamin E ditemukan pada tahun 1924 dan disebut tokoferol. Defisiensi vitamin E mengakibatkan sterilitas pada tikus dan kerusakan urat daging pada anjing, marmot, kelinci, dan spesies tertentu lainnya. Suatu tanda permulaan kekurangan vitamin E pada tikus jantan adalh hilangnya pergerakan spermatozoa. Kebuntingan dapat terjadi pada tikus betina, tetapi pertumbuhan embrio terganggu dan sering mengakibatkan penyerapan fetus. Isomer tokoferol merupakan antioksidan kuat. Vitamin tersebut terdapat luas di seluruh tubuh disimpan dalam lemak, karenanya tidak merupakan kebutuhan sehari-hari dalam ransum. Gejala Defisiensi Vitamin E
Defisiensi vitamin E dapat menimbulkan: a.
Hilangnya fertilitas pada marmot, tikus, dan mungkin juga pada babi
b.
Warna kecoklatan dari uterus tikus dan jaringan lemak
c.
Kerusakan urat daging kerangka pada marmot, domba, kelinci, dan tikus
d. Nutritional encephalomalacia pada unggas, disebut juga penyakit gila ayam; gejalanya terdiri dari hilangnya koordinasi, kepala ditarik ke belakang dan anggota badan yang menjadi kaku e. Nekrosis hai pada tikus dan degenerasi hati dan urat daging pada babi. Sumber Vitamin E
Sumber-sumber yang kaya akan vitamin E adalah minyak tumbuhtumbuhan, butiran-butiran, dan telur. Kolostrum manusia dan sapi mengandung
vitamin E sepuluh kali lebih tinggi daripasa susunya. Minyak jagung, minyak biji kapas, dan minyak lembaga gandum mengandung tokoferol seban yak 0,01-0,05%. Vitamin E dapat pula dibuat sintesis. Fungsi Metabolik Vitamin E
Dalam tubuh hewan vitamin E mempunyai berbagai fungsi metabolic: a.
Sebagai antioksidan biologis
b.
Dalam pernafasan jaringan normal, membantu fungsi dari sistem sitokrom oksidase atau untuk melindungi susuna lipida didalam mitokondria dari kerusakan oksidasi
c.
Dalam reaksi fosforilasi normal terutama dari ikatan energy fosfat seperti keratin fosfat dan adenosine trifosfat.
d.
Dalam metabolisme asam nukleat
e.
Dalam sintesis asam askorbat
f.
Dalam metabolism asam amino sulfur.
Penghambat Vitamin E, Antagonis dan Faktor-faktor yang dapat Merusak Vitamin E
a.
Minyak tidak jenuh seperti minyak hati ikan cod , minyak jagung, minyak kacag kedele, minyak biji bunga matahari, semuanya mempertinggi kebutuhan vitamin E. Pengaruh tersebut dapat dicegah dengan penambahan vitamin E dan antioksidan aktif, missal etoksikuin.
b.
Bila bahan makanan dibuat dari pellet, kerusakan vitamin E dan vitamin A dapat terjadi bila ransum tidak cukup mengandung antioksidan untuk mencegah terjadinya oksidasi vitamin-vitamin tersebut karena pengaruh kelembaba dan temperature yang tinggi makin lama makin cepat.
c.
Pengaruh garam-garam besi, missal feriklorida, terutama dalam larutan eter, merusak vitamin E. kalium ferisianida juga mengoksidasi tokoferol.
d. Nitrogen kloida dan klor dioksida pada konsentrasi yang biasanya digunakan untuk memutihkan tepung aan merusak sebagian besar tokoferol yang terdapat dalam tepung. e.
Tri-o-kresil fosfat, asetat, suksinat, dan karbon tetraklorida tampaknya bekerja sebagai antagonis vitamin E.
2.2.1.4 Vitamin K
Vitamin K merupakan vitamin esensial untuk pembentukan protombin oleh hati. Pembentukan darah terdiri dari 2 tahap: (1) protrombin (dengan adanya tromboplastin, kalsium, dan factor-faktor lainnya) diubah menjadi thrombin dan (2) fibrinogen diubah menjadi gumpalan fibrin. Vitamin K ditemukan di Denmark (1934), pada waktu anak ayam yang diberi makan ransum bebas lemak memperlihatan gejala hemorhagia. Penyakit hemorhagia pada bayi umumnya dapat dicegah dengan memberikan vitamin K pada ibunya sebelum bayi dilahirkan. Pemberian antibiotika secara oral dapat merusak organisme yang mensitesis vitamin K dalam alat pencernaan. Defisiensi vitamin K menyebabkan waktu pembekuan darah diperpanjang sedemikian rupa sehinga hewan yang menderita defisiensi dapat mati karena perdarahan akiabt memat yang enteng atau luka-luka lainnya. Gejala Defisiensi Vitamin K
Defisiensi vitamin K menimbulkan gejala-gejala: a. Hipoprotrmbinemia, suatu defisiensi protrombin dalam darah. b.
Pendarahan subkutan dan intramuscular, terutama pada unggas
Sumber-sumber Vitamin K
Dua sumber alam utama vitamin K adalah (1) filokuinon (vitamin K 1) terdapat dalam bahan makanan tumbuh-tumbuhan, terutama hijauan yang banyak daunnya; (2) menakuinon (vitamin K 2) yang dihasilkan oleh bakteri flora pada
hewan. Menakuinon terutama penting dalam menyediakan kebutuhan vitamin K untuk manusia dan sebagian besar mamalia. Ayam tidak cukup mendapat vitamin K dari sintesis microbial usus. Saat ini telah dapat dibuat vitamin K sintesis secara komersial dan vitamin sintesis tersebut merupakan bentuk utama dari pelengkap vitamin K dalam bahan makanan unggas. Sebagian besar vitamin K dalam hati diubah menjadi menakuinon-4 (vitamin K 2) yang merupakan bentuk metabolic aktif vitamin K pada hewan. Vitamin K yang terdapat di alam larut dalam lemak, akan tetapi beberapa preparat sintesis larut dalam air. 2-Metil-1, 4-naftokuinon, disebut menadion, adalah suatu produk sintesis yang lebih aktif daripada vitamin K 1. Penyerapan Vitamin K
Untuk penyerapan filokuinon, menakumon, dan menadion yang optimum pada traktus intestinalis, dibutuhkan adanya lemak dan garam-garam empedu. 2.2.2
Vitamin yang Larut Dalam Air
Vitamin yang larut dalam air, diantaranya asam askorbat (vitamin C) yang rupanya hanya dibutuhkan dalam makanan manusia, monyet, dan marmot serta vitamin B-Kompleks yang hanya diperlukan dalam ransum hewan monogastrik. Vitamin B dapat dibagi dalam 2 golongan: (1) vitamin B yang ada hubungannya dengan pelepasan energy dari bahan makanan (tiamin-B ₁, riboflafin-b₂, nikotinamida, asam pantotenat, dan biotin) dan (2) vitamin hematopoietic atau vitamin yang ada hubungannya dengan pembentukan sel darah merah (asam folat dan B ₁₂, yang ada kalanya disebut kobalamin). Piridoksin-B 6 berfungsi sedemikian rupa sehingga vitamin tersebut dapat dimasukkan dalam kategori vitamin pelepas energy dan vitamin hematopoietic.
2.2.2.1 Vitamin C (Asam Askorbat)
Vitamin C membantu dalam penyerapan besi dari makanan. Hasil penelitian
dengan
memperlihatkan
besi
bahwa
radoaktif
yang
dimasukkan
penyerapan
asam
askorbat
dan
kedalam makanan
ransum yang
mengandung adam askorbat mempertinggi absorbs besi. Jadi asam askorbat secara tidak langsung berguna dalam pencegahan anemia akibat defisiensi besi. Gejala Defisiensi Vitamin C
Scorbut hanya terjadi pada manusia, monyet, dan marmot. Mamalia yang lainnya sanggup membuat asam askorbat untuk kebutuhan makanannya. Scorbut ditandai oleh peredaran di seluruh tubuh, gusi yang membengkak dan berdarah, anemia. Sumber Vitamin C
Sumber vitamin C diantaranya jeruk limau, jeruk manis, anggur, dan tomat. Sayuran dan buah-buahan mengandung pula sejumlah vitamin C. vitamin tersebut dapat dibuat secara sintesis. Asam askorbat diserap dari usus halus dan dikeluarkan melalui urin. Vitamin tersebut dirusak oleh oksidasi pada waktu bahan makanan dipanaskan, atau dengan adanya udara, dan pada waktu pengeringan hijauan. Biji masak dan hasil ikutannya, demikian pula rumput kering dan hijauan lainnya yang dikeringkan tidak mempunyai vitamin C. Silase dapat mengandung jumlah citamin C cukup. Vitamin tersebut dibentuk pada waktu biji tumbuh oleh karenanya biji yang sedang berkecambah kaya akan vitamin C. Beberapa dari asam askorbat pada bahan makanan terdapat dalam bentuk teroksidasi, disebut asam dehidroaskorbat. Vitamin tersebut potensinya sama dengan vitamin C, akan tetapi mudah dioksidasi lebih lanjut menjadi ikatan yang tidak aktif. Asam askorbat larut dalam air, dengan demikian mempertinggi
hilangnya vitamin tersebut pada waktu dimasak, terutama bila air bekas lalu dibuang. Memberikan vitamin C pada hewan ruminansia tidak akan mempertinggi kadarnya dalam tubuh karena vitamin tersebut dihancurkan atau sebagian besar dihancurkan oleh proses fermentasi dalam rumen. Akan tetapi pembentukan asam askorbat
dalam
jaringan
tubuh
dapat
dipertinggi
dengan
memberikan
klorobutanol. Vitamin C adalah suatu antioksidan. Sifat tersebut digunakan dalam pengalengan buah-buahan tertentu dengan cara menambahkannya dengan maksud menghalang-halangi perubahan oksidasi yang dapat menyebabkan warna kehitamhitaman. Asam glikoaskorbat bekerja sebagai anti metabolit ter hadap vitamin C. 2.2.2.2 Tiamin (Vitamin B1)
Tiamin esensial dalam metabolisme karbohidrat. Peranan utama tiamin adalah sebagai bagian koenzim dalam dekarboksilat oksidatif asam alfa-keto. Gejala defisiensi, seperti yang secara spotan terjadi pada manusia disebut beri beri. Penyakit tersebut ditandai dengan penimbunan asam piruvat dan asam laktat, terutama dalam darah dan otak dan suatu kerusakan dari susunan kardiovaskular, syaraf, dan alat pencernaan. Ikan mentah ternyata mengandung enzim tiaminase yang membuat tiamin tidak bekerja. Defisiensi tiamin dapat terjadi pada rubah yang makan ikan mentah. Akibatnya adalah kelumpuhan. Tiamin disintesis oleh bakteri dalam alat pencernaan hewan ruminansia. Bakteri mensintesis tiamin dalam caecum kuda, tetapi ternyata tidak cukup untuk memenuhi kebutuhannya sehari-hari. Tiamin diperlukan dalam metabolism seluruh spesies hewan dan juga metabolism tumbuh-tumbuhan. pada semua hewan, tiamin diperoleh dari makanannya, kecuali bias zat tersebut disintesis oleh mikroorganisme didalam tractus digestivus seperti halnya pada hewan ruminansia. Pada tumbuhan, tiamin dapat dibuat oleh sendiri.
Didalam tubuh, tiamin diserap dari usus kecil dan usus besar. Selanjutnya dibawa
kedalam
hati,
disini
menjalani
fosforilasi
untuk
membentuk
kokarboksilase. Meskipun penyerapan tiamin yang tinggi ditandai dengan kadarnya dalam darah yang meningkat, penyimpanan zat tersebut dalam tubuh sedikit. Penyerapan yang melibihi kebutuhan dengan cepat akan dikeluarkan kedalam urin. Hal ini berarti tubuh memerlukan persediaan tiamin yang teratur dan bahwa penyerapan yang melebihi keperluan tubuh akan dibuang percuma. Babi merupakan suatu kelainan karena jaringan tubuhnya mengandung beberapa kali lebih banyak tiamin dibandingkan dengan spesies lainnya. Dengan demikian hewan tersebut mendapat ransum yang defisien tiamin. Tiamin terdiri dari suatu molekul pirimidin dan suatu molekul tiazol. Kokarbksilase adalah pirofosfat dari tiamin yang disintesis dalam tubuh dari tiamin dan adenosine trifosfat (ATP). Susunan enzim yang mengandung tiamin terdiri dari protein difosfo-tiamin dan magnesium. Tiamin larut dalam alcohol 70% dan larut pula dalam air dan dapat rusak oleh panas terutama dengan adanya alkali. Dalam keadaan kering vitamin tersebut stabil pada suhu 100 0C selama beberapa jam. Kelembaban akan mempercepat kerusakannya. Hal ini berarti bahwa pada makanan yang segar zat tersebut akan kurang stabil terhadap panas bila dibandingkan dengan makanan kering. Antivitamin Terhadap Tiamin
Dalam hal-hal tertentu bahan makanan dapat mengandung suatu zat yang menghalang-halangi bekerjanya suatu vitamin dan dapat merusaknya. Zat seperti itu disebut antivitamin atau antimetabolite untuk vitamin tersebut. Pada ransum untuk tikus putih dengan kadar tiamin cukup, penambahan piritiamin yang mempunyai struktur formula yang sama dengan tiamin, kecuali bahwa at om sulfur dari vitamin tersebut diganti dengan gugusan – CH=CH – , akan menimbulkan gejala defisiensi vitamin tersebut. Gejala yang timbul dapat diatasi dengan
menambahkan lebih banyak tiamin. Ion-ion bisulfit dangat merusak tiamin dengan cara memecah molekul tiamin ke dalam bagian pirimidin dan tiazol. Gejala Defisiensi Tiamin
Defisiensi tiamin akan menyimbulkan: a.
Beri-beri
b.
Udema, terutama pada kaki (disebut juga beri-beri basah)
c. Polyneuritis pada tikus dan burung d.
Kehilangan nafsu makan, pertumbuhan terganggu, urat daging melemah, tak ada koordinasi.
e. Denyut
jantung
lambat,
jantung
membesar
dan
gangguan-gangguan
gastrointestinal. Sumber Tiamin
Sumber tiamin mencakup susu, kuning telur, daging (terutama daging babi dan jeroan seperti hati, butiran, leguminosa kering). Di Eropa dan Amerika Serikat yang bahan makanannya diperkaya dengan banyak tiamin, jarang terlihat adanya beri-beri kecuali pada alkoholisme (Penyakit Wernicke). Pencernaan, Penyerapan, Pengangkutan dan Penyimpanan Tiamin
Tiamin mudah dicerna dan dibebaskan dari sumber-sumber alam. Meskipun mudah diserap dan diangkut ke sel di seluruh tubuh, zat tersebut tidak di simpan dalam jumlah besar. Jumlah yang terlalu besar akan dikeluarkan melalui urine. Oksitiamin merupakan antagonis thiamin. Bila zat tersebut terdapat dalam ransum maka diperlukan lebih banyak thiamin untuk mencegah timbulnya gejala defisiensi. Banyak bahan makanan alam seperti kacang-kacangan mengandung ikatan aktif anti-tiamin. Amprolium, suatu koksidiostat, bekerja dengan jalan mencampuri metabolisme thiamin dari koksidia, sedangkan pada kadar yang semestinya, koksidiostat tersebut tidak mengganggu metabolisme
thiamin pada ayam. Berlebihan amprolium pada ransum dan air minum menyebabkan defisiensi tiamin. 2.2.2.3 Riboflavin (Vitamin B2)
Riboflavin
mula-mula
dilaporkan
dalam
susu
yang
menyebutnya
laktokrom. Riboflavin berfungsi sebagai koenzim dan esensial dalam pemindahan energi di tubuli. Juga penting dalam metabolisme protein. Vitamin ini lebih sensitif terhadap cahaya dan dapat rusak dalam alkali.
Gejala Defisiensi Riboflavin
Banyak jaringan tubuh yang menderita akibat defisiensi riboflavin. Dari jaringan-jaringan tersebut yang paling parah mengalami defisiensi adalah jaringan epitel dan sarung mielin dari beberapa batang urat syaraf utama. Perubahan perubahan dalam urat syaraf pangkal paha menimbulkan curled toe paralysis pada anak
ayam
yang
sedang
tumbuh.
Pada
manusia,
defisiensi
riboflavin
menimbulkan gejala-gejala pada mata, keriput di sekitar mulut, kulit kasar dan dermatitis. Sumber Riboflavin
Termasuk pada susu, dan hasil dari susu, daging, telur, leguminosa dan hijauan. Riboflavin disintesisi oleh hijauan, ragi, jamur, dan bakteri autotrofik. Riboflavin tidak disintesisi oleh hewan apapun, akan tetapi mikroorganisme yang mendiami tractus dapat memberikan sumbangan yang penting bagi kebutuhan hewan. 2.2.2.4 Asam Pantotenat
Seperti halnya vitamin B lainnya asam pentotenat adalah bagian dari suatu enzim, koenzim A. Merupakan bagian dari semua bahan makanan dalam jumlah yang berbeda-beda. Kemungkinan sama dengan vitamin B3.
Gejala Defisiensi Asam Pantotenat
Defisiensi asam pantotenat menimbulkan gejala-gejala : 1.
Pertumbuhan terganggu, rambut memutih, degenerasi testis ulkus duodenum, dan fetus yang abnormal
2.
pada unggas gejala yang paling utama adalah dermatitis, pertumbuhan bulu terganggu dan bentuknya kasar.
3.
pada babi defisiensi asam pentotenat menimbulkan gejala jalan tidak normal yang disebut goose stepping. Juga dapat menimbulkan ulkus gastrointestinalis
Sumber Asam Pentotenat
Di antaranya pada hati, kuning telur, susu, kentang dan kubis. Asam pantotenat tersebar secara umum pada semua sel hidup. Vitamin tersebut stabil pada bahan makanan yang disimpan lama. Kehilangan yang sangat banyak akan terjadi bila mengalami pemanasan yang lama. 2.2.2.5 Niasin (Nikotinamid, Asam Nikotinat)
Vitamin tersebut sebelumnya dinamakan vitamin B5. Ada hubungannya dengan penyakit pelagra. Vitamin ini sangat stabil, tidak mudah rusak ole panas, asam, alkali atau oksidasi. Di bahan makanan alami juga stabil, tetapi sayang vitamin ini sangat sedikit kandungannya di banyak bahan makanan alami. Gejala Defisiensi Niasin
Gejala defisiensi Niasin akan menimbulkan : 1.
Dermatitis,
dementia, diare, kehilangan nafsu makan dan berat badan,
muntah-muntah dan anemia. 2.
Pertumbuhan terganggu
Sumber Niasin
Susu, daging, hijauan, butiran (kecuali jagung), dan bungkil kacang tanah merupakan sumber niasin yang baik. Asam nikotinat tersebar luas pada butir butiran dan hasil ikutannya dan dalam pelengkap protein. Akan tetapi jumlah yang terdapat tidaklah begitu tinggi dan banyak dari vitamin tersebut tidak dapat digunakan. 2.2.2.6 Piridoksin (Vitamin B6)
Piridoksin berfungsi dalam perubahan triptofan menjadi niasin dan dalam penggunaan asam lemak (metabolisme protein). Gejala Defisiensi Piridoksin
1.
Serangan kekejangan (tikus, unggas, anjing dan babi)
2.
Luka pada arteri (monyet)
3.
anemia
4.
dermatitis dari kaki dan hidung (tikus)
5.
pertumbuhan terganggu (semua hewan muda).
Sumber Piridoksin
Vitamin ini terdapat pada sebagian besar bahan makanan sebagai protein kompleks dari piridoksal dan piridoksamina fosfat. Vitamin B6 tersebar luas, urat daging, hati, hijauan yang banyak daunnya, dan butir-butiran merupakan sumbersumber yang baik. Sumber terkaya adalah madu tawon. Sebagian besar vitamin B6 dalam bahan makanan asal hewan terdapat dalam bentuk pridoksal dan piridoksamina fosfat. Pada tumbuh-tumbuhan dan biji-bijian biasanya dalam bentuk piridoksal. Kehilangan vitamin B6 terjadi pada waktu mengolah bahan makanan.
2.2.2.7 Biotin
Biotin merupakan vitamin yang pertama ditemukan sebagai vitamin yang bermanfaat untuk mengatasi kekurangan vitamin. Biotin sebagai kelompok prostetik
berperan
pada
beberapa
enzim
yang
memantapkan
katalis
karbondioksida ke dalam jaringan organik. Biotin disintesisi dalam usus manusia, ayam, anjing, tikus dan hewan ruminansia. Gejala Defisiensi Biotin
1.
Pertumbuhan terganggu, dermatitis, rambut rontok, gangguan urat syaraf
2.
Pada ayam, biotin merupakan zat pencegah perosis, seperti halnya mangan, kolin dan asam folat.
Sumber Biotin
Sumber utama biotin adalah hati, ragi, molase, kacang tanah, dan telur. Sebagian besar hijauan yang berdaun banyak merupakan sumber yang baik. Jagung, gandum, butiran-butiran lainnya, daging, dan ikan relatif miskin biotin. Pada bahan makanan alam, biotin terdapat dalam bentuk ikatan maupun bentuk bebas. Yang dalam bentuk ikatan kebanyakan tidak berguna bagi hewan. 2.2.2.8 Asam Folat (Folasin)
Diperlukan untuk membentuk sel darah merah. Peranan utama dari asam folat adalah dalam sintesis nukleoprotein. Terutama penting pada mamalia pada waktu mitosis (dibutuhkan untuk melangsungkan metafase ke anafase). Gejala Defisiensi Asam Folat
1.
Gangguan pertumbuhan
2.
Sel darah yang abnormal (merah dan putih)
3.
Pertumbuhan bulu terganggu pada ayam
4.
Pigmentasi terganggu pada bulu yang berwarna
Sumber Asam Folat
Asam folat tersebar luas di alam, terdapat pada hewan, tumbuh-tumbuhan dan mikroorganisme. Sumber asam ini diantaranya hati, sayuran berwarna hijau tua, dan butiran-butiran. Susu mengandung vitamin tersebut dalam jumlah terbatas. 2.2.2.9 Vitamin B12
Vitamin tersebut dinamakan pula kobalamina dan seperti halnya asam folat ikut dalam sintesis asam nukleat. Dalam fungsinya, vitamin B12 erat hubungannya dengan asam folat. Rupanya, tiga vitamin ada sangkut pautnya dengan pembentukan darah yaitu : vitamin B12, asam folat, dan asam askorbat. Unsur kobalt merupakan zat esensial dalam pembentukan vitamin B12. Gejala Defisiensi Vitamin B12
1.
pertumbuhan lambat
2.
anemia
3.
efisiensi penggunaan makanan menurun
4.
mortalitas
5.
daya teras telur turun
6.
vitalitas rendah
Sumber Vitamin B12
Sumber utama vitamin B12 di alam adalah sintesis mikrobial. Belum ada bukti yang meyakinkan bahwa vitamin B 12 dibuat di dalam jaringan tumbuhtumbuhan tingkat tinggi atau jaringan hewan. Vitamin B 12 dibuat oleh banyak jenis bakteri dan aktinomisetes, akan tetapi rupanya tidak dibuat oleh ragi atau jamur. Vitamin B12 tersebar luas dalam bahan makanan asal hewan seperti daging, susu, telur, dan ikan. Adanya vitamin tersebut di dalam jaringan hewan
disebabkan penyerapan vitamin tersebut dari bahan makanan asal hewan atau sintesis usus atau rumen. Sumber utama untuk makanan hewan adalah hasil-hasil fermentasi khusus yang dinormalisis yang menjamin votensi vitamin B 12. Ginjal dan
hati
merupakan
sumber-sumber
utama.
Alat-alat
tubuh
ruminasia
mengandung lebih kaya vitamin B 12 daripada alat-alat tubuh sebagian besar non ruminasia. Bahan makanan asal tumbuh-tumbuhan praktis tidak mengandung vitamin B12. Vitamin B12 yang terdapat dalam tumbuh-tumbuhan tingkat tinggi dalam jumlah sedikit, berasal dari sintesis mikroorganisme tanah yang kemudian diserap oleh tumbuh-tumbuhan tersebut. Spesies tertentu dari rumput laut (algae) diketahui mengandung sejumlah Vitamin B 12 (sampai 1 µg/g bahan padat). Jumlah tersebut sebesar jumlah yang terdapat dalam sumber-sumber asal hewan. Ericson dan Lewis menerangkan bahwa rumput laut tersebut tidak mensintesis Vitamin B12 akan tetapi citamin tersebut dibuat oleh bakteri-bakteri yang bersekutu dengan rumput laut dan kemudian mengumpul pada rumput laut. Sifat-sifat Vitamin B 12
Vitamin B12 merupakan kristal higroskopis berwarna merah tua. Bila didiamkan diudara, menyerap air sampai 12%. Sianokobalamina tidak meleleh akan tetapi mulai berwarna tua pada suhu 210 0c. Vitamin tersebut sangat larut dalam air dan etanol akan tetapi tidak larut dalam aseton, lemak dan larutan lemak. Vitamin B12 di rusak pula oleh aldehida, asam askorbat, garam-garam besi, vanilin, dan akasia. Vitamin B12 dan Faktor Protein Hewan
Hasil penelitian yang dilakukan para ahli memperlihatkan bahwa anakanak ayam yang mendapat ransum tanpa bahan makanan asal hewan, tidak akan tumbuh dengan sempurna. Penelitian dengan tikus dan anak-anak ayam memperlihatkan pula bahwa bagaimanapun sempurnanya susunan asam-asam
amino dari suatu ransum yang terdiri dari bahan-bahan makanan yang berasal dari tanaman-tanaman, maka ransum yang mengandung bahan-bahan makanan yang berasal dari hewan akan menyukai pengaruh yang lebih baik lagi terhadap hewan. Oleh sebab itu harus ada faktor lain selain pola asam-asam amino dari protein. Maka dicarilah faktor-faktor yang menyebabkan mengapa pada kadar yang sama dari berbagai-bagai asam-asam amino, ransum yang mengandung protein hewan lebih bernilai daripada ransum yang tersusun atas bahan-bahan makanan berasal dari tanaman- tanaman. Faktor atau faktor-faktor yang belum dikenal tadi disebut faktor protein hewan. Bahan-bahan makanan yang banyak mengandung faktor protein hewan diantaranya adalah teput ikan, cairan ekstrak dari i kan, susu, dan tepung hati. Faktor protein hewan sebetulnya bukanlah suatu protein akan tetapi suatu zat yang mengandung suatu vitamin atau kombinasi vitamin-vitamin, satu diantaranya adalah Vitamin B12. Berdasarkan anggapan atas adanya faktor protein hewan tadi, yang menurut penelitian para ahli dapat merangsang pertumbuhan anak-anak ayam dan anak-anak babi, maka para ahli mengadakan penelitian lebih lanjut untuk mengetahui lebih banyak lagi mengenai faktor tersebut. Antara dekat kandang memperlihatkan pertumbuhan badan yang baik. Kemudian para peneliti mengemukakan hasil penelitiannya bahwa manure sapi juga mengandung faktor protein hewan yang dapat merangsang pertumbuhan anak ayam dan anak babi. Faktor yang terdapat dalam manure sapi tersebut kemudian diketahui identik dengan Vitamin B12. Penelitian lain membuktikan bahwa faktor protein hewan terdapat pula dalam manure ayam. Vitamin B12 kemungkinan diperlukan oleh sebagian besar hewan, akan tetapi vitamin tersebut dalam jumlah banyak disintesis dalam fermentasi bakteri yang terjadi dalam rumen hewan ruminansia. Sejumlah tertentu vitamin tersebut dibuat pula dalam saluran pencernaan hewan lainnya akan tetapi jumlahnya tidak
mencukupi untuk keperluan unggas dan babi. Oleh sebab itu hewan-hewan tersebut membutuhkan tambahan dalam ransumnya. Vitamin B12 mengandung 4% kobalt sebagai bagian yang esensial. Sebab utama defisiensi kobalt pada hewan ruminansia adalah kurangynya Vitamin B 12, yaitu disebabkan menurunya sintesis Vitamin B 12 dalam rumen, bila ransum yang dimakannya kekurangan kobalt. 2.2.2.10 Kolin
Sebenernya zat tersebut tidak dapat digolongkan vitamin karena dapat dibuat dalam tubuh dari metionin dan merupakan bagian dari lemak dan jaringan urat syaraf. Terdapat dalam bahan makanan yang mengandung lemak. Sebagian bagian fosfolipida, kolin esensial dalam pembentukan dan pemeliharaan struktur sel. Kolin mencegah penimbunan lemak dalam hati; disebut faktor lipotropik, yang artinya bahwa zat tersebut mempertinggi penimbunan lemak tubuh (tetapi tidak dalam hati). Kolin erat hubungannya dengan asam amino metionin dan dapat menghasilkan gugusan metil (CH 3) untuk kemudian bergabung dengan homostein membentuk metionin. Kolin juga erat hubungannya dengan biotin dan asam folat karena defisiensi salah satu dari ketiga zat tersebut dapat menimbulkan perosis pada anak ayam. Gejala Defisiensi Kolin
Selain pertumbuhan yang terganggu, gejala penting pada defisiensi kolin adalah perosis pada anak ayam dan anak kalkun. Meskipun defisiensi kolin cepat timbul pada anak ayam yang mendapat ransum berkadar kolin rendah, suatu defisiensi pada ayam petelur sulit didapat. Telur mengandung kurang lebih 12-13 mg kolin yang seluruhnya hampir terdapat dalam fosfolipida. Jadi rupanya untuk pembuatan telur nampaknya dibutuhkan sejumlah besar kolin. Meskipun demikian banyak peneliti yang tidak berhasil mengadakan defisiensi kolin yang
nyata pada ayam petelur bila ayam petelur tersebut diberi ransum murni yang tidak ada kolinnya dalam jangka waktu lama. Kadar kolin telur tidak menjadi rendah dengan ransum yang defisiensi akan kolin. Para peneliti tersebut mengambil kesimpulan bahwa ayam petelur dapat mensintesis kolin dalam jumlah banyak. Penelitian yang dilakukan Nesheim dan kawan-kawannya di Universitas Cornell memperlihatkan bahwa kebutuhan kolin setelah berumur 8 minggu rupanya sanggup membuat seluruh kolin yang diperlukan. Defisiensi kolin pada umumnya lebih sulit didapat pada spesies selain ayam dan kalkun. Tikus tidak membutuhkan sumber kolin dalam ransumnya bila metionin cukup diberikan untuk menjamin gugus metil yang dibutuhkan untuk sintesis kolin. Sama halnya, babi muda tidak memerlukan sumber kolin, bila kadar metionin dari ransum cukup tinggi. Untuk menghasilkan defisiensi kolin pada tikus diperlukan ransum yang kadar protein dan metioninnya rendah. Dalam keadaan demikian defisiensi kolin pada tikus mengasilkan penambahan lemak dalam hati dam perbarahan pada ginjal. Senyawa-senyawa seperti kolin, metionin, dan betain yang mencegah terjadinya sindroma hati berlemak pada tikus disebut senyawa lipotropik. Biosintesis Kolin
Tidak seperti vitamin-vitamin lainnya, kolin dapat dibuat oleh berbagai hewan, meskipun dalam banyak hal tidak dalam jumlah yang cukup untuk memenuhi semua kebutuhan vitamin tersebut. Kolin disintesis dalam tikus. Senyawa metil untuk sintesis kolin rupanya semuanya dipindahkan dari Sadenosil metionin. Dan boleh jadi dua enzim metil transferase ikut dalam sintesis kolin, yaitu satu untuk metilasi permulaan dari fosfatidil etanolamina dan yang satunya untuk kedua gugus metil lainnya guna menyelesaikan sintesis tersebut. Bagian etanolamina dari molekul kolin berasal dari serin. Laju sintesis kolin pada ayam makin meningkat dengan bertambahnya umur ayam karena belum pernah ada yang berhasil untuk membuat defisiensi
kolin pada ayam yang sedang tumbuh setelah berumur 8 minggu dan karena ayam petelur rupanya mempunyai kesanggupan mensintesis kolin. Sumber Kolin
Bahan makanan yang kaya akan kolin diantaranya adalah hati dan tepung kelenjar, tepung ikan, ragi, dan bungkil kacang kedele. Asam Folat dan Vitamin B12
Karena pentingnya asam folat dan Vitamin B 12 dalam sintesis dan metabolisme kolin dan pemindahan ikatan metil, maka kebutuhan akan kolin sebagian besar tergantung pada pemberian asam folat dan Vitamin B 12. Kebutuhan kolin yang meningkat terlihat pada defisiensi asam folat dan/atam Vitamin B12. Metionin
Kadar metionin dalam ransum penting dalam hubungannya dengan kebutuhan kolin sebagai donor metil dan sebaliknya. Kolin dapat menghemat metionin yang biasanya digunawan untuk tujuan transmetilasi akan tetai tidak akan menghemat kebutuhan dasar metionin untuk sintesis protein kecuali bila ransum mengandung homosistin. Arsenokolin, trietilkolin dan sulfokolin, semuanya menghemat kolin untuk sintesis fosfolipida dan pengaruh lipotropik. Penelitian dengan senyama radioaktif memperlihatkan bahwa pada batas-batas tertentu senyawa-senyawa tersebut dapat disatukan kedalam fosfolipida sebagai pengganti kolin. 2.2.2.11 Inositol
Inositol erat hubungannya dengan vitamin B-kompleks. Inositol merupakan bagian sel pada hampir semua jaringan hewan; terdapat terutama dalam konsentrasi tinggi di banyak jaringan alat tubuh (jantung, ginjal, limpa,
tiroid, dan testis). Zat tersebut tidak merupakan suatu kebutuhan dalam makanan bagi manusia dan dalam ransum sebagian besar hewan ternak (ada kemungkinan untuk ayam). Inositol terdapat dalam hasil tumbuh-tumbuhan sebagai zat fosfor organik fitin. Sedangkan dalam tubuh hewan merupakan bagian dari sefalinsefalin tertentu. Zat tersebut dapat mencegah dan mengobati alopecia pada tikus ; mempunya daya kerja lipotropik dalam beberapa ransum tikus yang tidak dipunyai oleh vitamin-vitamin lainnya. Terdapat luas dalam bahan makanan sehingga kadar dalam ransum umumnya cukup memenuhi kebutuhan. Gejala Defisiensi Inositol
Pertumbuhan terganggu dan alopecia pada tikus. Gejala alopecia sama dengan gejala alopecia yang ditimbulkan oleh defisiensi Vitamin B 6 atau asam pantotenat. 2.2.2.12 Asam Paraaminoenzoat
Vitamin tersebut merupakan bagian molekular dari asam folat. Asam paraaminobenzoat menetralisir pengaruh bakteriostatik sulfonamida. Pada waktu ini diketahui bahwa asam paraaminobenzoat mempertinggi potensi faali insulin dan penisilin dan dapat menghalangi produksi hormon tiroid. Mengenai kebutuhannya dalam makanan belum ada ketentuan bagi manusia maupun hewan. Asam paraaminobenzoat mula-mula diketemukan sebagai zat yang esensial bagi pertumbuhan mikroorganisme. Zat tersebut kemudian digolongkan kedalam vitamin berdasarkan pengaruh pertumbuhannya pada anak ayam dan pengaruh laktasi pada tikus. Senyawa ini merupakan gugusan esensial dalam asam folat, jadi dalam ransum yang tidak ada asam folatnya, asam paraaminobenzoat dapat menyediakan suatu zat esensial untuk sintesis asam folat bagi bakteri usus.
Karena sifat esensialnya untuk pertumbuhan mikroorganisme tertentu, maka vitamin tersebut dapat mempertinggi sintesis faktor-faktor B lainnya didalam usus. Sehubungan dengan hal ini maka suatu hal yang menarik ialah bahwa asam paraaminobenzoat mempunyai kesanggupan untuk mentralisir pengaruh bakteriostatk sulfonamida. 2.3
Penentuan Vitamin
Penentuan Biologis
Cara yang kuno dan yang masih sering digunakan untuk menentukan potensi vitamin dari bahan makanan adalah penentuan secara biologis. Biasanya hewan dibuat defisien terhadap vitamin. Kemudian sejumlah tertentu vitamin murni diberikan pada segolongan hewan tersebut. Dari laju pertumbuhannya dibuatlah suatu kurva standar. Cara tersebut terbatas karena mahalnya buruh, peralatan, hewan dan makanan. Penentuan Mikrobiologis
Cara
penentuan
kedua
untuk
potensi
vitamin
adalah
penentuan
mikrobiologis yang menggunakan mikroorganisme sebagai subyek penelitian. Cara tersebut lebih cepat dan murah. Akan tetapi kerugiannya ialah bahwa vitamin harus disari terlebih dahulu dari bahan makanan sebelum vitamin tersebut ditambahkan kedalam medium penentuan. Penentuan Kimiawi
Cara tersebut cepat akan tetapi perlu ditetapkan dengan bioassay untuk dapat yakin bahwa zat tersebut mempunyai aktivitas vitamin dalam tubuh. Penentuan Vitamin A dan D secara Kuantitatif
Potensi vitamin A dari bahan makanan ditentukan dalam International Unit (IU) atau U.S. Pharmacopeia unit (USP). Satu IU didefinisikan sebagai
0,334 mikrogram vitamun Aalkohol kristal. Beta-karoten digunakan sebagai standar untuk provitamin A; 0,6 mikrogram seharga aktivitasnya dengan 0,3 mikrogram vitamin A. Dalam penentuanya digunakan tikus. Beta-karoten secara kimiawi dipecah untuk menghasilkan dua molekul vitamin A. Pada manusia satu IU karoten hanyalah lebih kurang setengah nilai satu IU vitamin A; tergantung daripada sumber bahan makanannya. Suatu IU (USP) vitamin D didefinisikan sebagai aktivitas antirachitis dari 0,025 mikrogram Vitamin D 3 kristal. Potensi vitamin D dinyatakan dalam satuan tikus per gram, kecuali pada unggas, yaitu digunawan International Chick Unit (ICU) untuk menyatakan aktivitas yang dihasilkan pada unggas oleh 0,025 mikrogram vitamin D3 kristal. 2.4
Antivitamin
Vitamin memiliki peranan spesifik di dalam tubuh dan dapat pula memberikan manfaat kesehatan. Bila kadar senyawa ini tidak mencukupi, tubuh dapat mengalami suatu penyakit. Tubuh hanya memerlukan vitamin dalam jumlah sedikit, tetapi jika kebutuhan ini diabaikan maka metabolisme di dalam tubuh kita akan terganggu karena fungsinya tidak dapat digantikan oleh senyawa lain. Di samping itu, asupan vitamin juga tidak boleh berlebihan karena dapat menyebabkan gangguan metabolisme pada tubuh. Dalam beberapa hal bahan makanan dapat mengandung suatu zat yang menghalang-halangi bekerjanya suatu vitamin atau malah merusaknya. Zat semacam itu disebut antivitamin atau antimetabolit. Suatu contoh dari kejadian tersebut adalah timbulnya gejala kelumpuhan pada rubah yang diternakkan untuk kulit bulunya. Kelumpuhan tersebut disebabkan oleh antivitamin dalam ikan mentah tertentu yang merusak tiamin.
2.5
Hubungan antara zat-zat vitamin
Penelitian-penilitan mutakhir yang terutama dilakukan pada anak ayam memperlihatkan bahwa jumlah dari vitamin-vitamin tertentu yang diperlukan tubuh dapat dipengaruhi oleh adanya vitamin lain atau zat makanan esensial lainnya. Kenyataan bahwa niasin dapat dibentuk dalam tubuh dari asam amino triptofan telah diketahui bahwa sebagian dari fungsi kolin dapat dibentuk oleh betain atau metionin. Kedua zat tersebut seperti halnya kolin, menyediakan gugus metil yang siap tersedia bila diperlukan dalam sintesis tertentu dalam tubuh. Pada anak ayam kebutuhan kolin berkurang bila Vitamin B 12 dan asam folat cukup tersedia, karena vitamin-vitamin tersebut ada sangkut-pautnya dalam sintesis gugus metil dalam tubuh. Kadar lemak yang tinggi dalam ransum mempertinggi kebutuhan kolin karena kolin merupakan bagian dari lesitin, lesitin adalah suatu fosfolipida yang ada sangkut pautnya dalam pengangkutan lemak dalam tubuh. Kebutuhan vitamin D akan meningkat bila dalam ransum tidak cukup terdapat fosfor atau kalsium atau bila terdapat imbangan yang tidak tepat antara jumlah kalsium dan fosfor. Dalam beberapa penelitian penambahan makanan pelengkap, ternyata antibiotika dalam ransum untuk anak ayam, mengurangi kebutuhan vitamin Bkompleks. Kebalikannya kebutuhan terhadap vitamin K akan meningkat bila diberikan obat-obat tertentu dalam kadar yang tinggi. Hubungan semacam tersebut memperlihatkan bahwa bila suatu zat makanan esensial kurang atau berlebihan, kebutuhan zat makanan lainnya dapat dipengaruhi.
III KESIMPULAN
1.
Vitamin adalah zat-zat organik kompleks yang diperlukan tubuh dalam jumlah sangat kecil dan pada umunya tidak dapat dibentuk oleh tubuh tetapi penting untuk melakukan fungsi metabolisme.
2.
Secara garis besar vitamin dapat dikelompokkan menjadi 2 kelompok besar, yaitu vitamin yang larut dalam lemak (Vitamin A, D, E, K) dan vitamin yang larut dalam air (Vitamin C, dan B kompleks). Vitamin yang larut dalam lemak akan disimpan di dalam jaringan adiposa (lemak) dan di dalam hati.vitamin larut dalam air hanya dapat disimpan dalam jumlah sedikit dan biasanya akan segera hilang bersama aliran makanan.
3.
4.
Vitamin dapat ditentukan dengan beberapa cara, diantaranya:
Penentuan Biologis
Penentuan Mikrobiologis
Penentuan Kimiawi
Penentuan Vitamin A dan D secara Kuantitatif
Antivitamin adalah zat dalam makanan yang dapat menghalangi bekerjanya suatu vitamin atau merusak vitamin.
5.
Kelebihan atau kekurangan zat makanan esensial dapat mempengaruhi kebutuhan zat lain dan akan terganggu keefektifannya. Kekurangan vitamin dapat mengganggu kelancaran reaksi – reaksi biokimia di dalam tubuh.