BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
Dalam perjalanan sejarah manusia, manusia, Islam Islam
menempati posisi yang yang sangat
penting. Sebagai sebuah agama yang terus berkembang, analisis historis untuk menghargai
konsep
umat
merupakan
faktor
penting
yang
menjelaskan
pertumbuhan dan perkembangan peradaban Islam. Dalam wacana kontemporer, umat dugunakan dugunakan sebagai
konsep analisis untuk menjelaskan kondisis kondisis sosial,
ekonomi, dan politik di negara Islam. Dalam hal tersebut menurut Hassan (2006), perkembangan agama Islam salah s alah satunya dapat dilihat melalui tingkat ti ngkat kesadaran umat Islam akan pluralisme budaya dan isu toleransi. Lebih lanjut
dikatakan bahwa, penyebab dari menculnya menculnya kesadaran umat
Islam akan pluralisme budaya budaya dan isu toleransi disebabkan oleh pesatnya arus informasi yang masuk. Arus informasi tersebut dapat berupa informasi digital digital yang membuka batas-batas geografis yang tidak dapat ditembus ratusan tahun lalu. Dengan adanya era informasi global ini, kepercayaan umat Islam yang yang meyatakan bahwa agama Islam tidak sekedar sebuah agama, namun juga pandangan hidup sedikit demi sedikit terhapuskan. jaringan komunikasi global yang ada
sekarang membuat kaum
Muslim
dan
non-Muslim
mengalami
realitas budaya Islam yang berbeda. Fakta kejadian semacam ini secara tidak langsung dapat berisikan pertukaran mengenai kesamaan ajaran antara agama Islam dengan non-Islam sekaligus berisikan pertukaran informasi mengenai perbedaan-perbedaan prinsip diantara keduanya. Salah satu akibat dari adanya permasalahan tersebut diatas adalah munculnya konsep pemahaman kemajemukan agama, atau sering disebut sebagai konsep pluralisme agama. Pluralisme adalah sifat kemajemukan yang keutamaan (keunikan) dan kekhasan. Pluralisme sebagaimana halnya halnya seluruh fenomena dan mazhab pemikiran, memiliki sifat pertengahan atau
adil. Hal Hal tersebut juga
dipertegas dalam kitab suci umat Islam (Al-Quran), bahwa salah satu kekhasan
umat Islam dan salah satu karakteristik agama Islam adalah bahwa islam merupakan agama yang moderat atau agama pertengahan. “Dan, demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu” (al-Baqarah: 143). Dalam kitab suci umat Islam (Al-Quran) juga dikatakan bahwa pluralitas atau keberagaman merupakan keniscayaan dari kebesaran Yang Kuasa Allah SWT. Dalam Firmannya yang tercantum dalam Al-Quran, menyebutkan bahwa: “Dan, diantara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan
berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya
pada yang
demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi orang yang mengetahui” (ar Rum: 22). Lebih lanjut, dalam bahasa agama, pluralisme atau kebinekaan merupakan sunnatullah (kepastian hukum Tuhan) yang bersifat abadi (perennial); argumen historis yang menunjukkan keniscayaan sejarah akan pluralisme agama ini, dikemukakan oleh Ismail Raji al-Faruqi bahwa kebinekaan atau pluralisme agama tersebut disebabkan oleh perbedaan tingkat perkembangan sejarah, peradaban dan lokasi umat yang menerimanya. Sejalan keniscayaan tersebut berkembang menjadi suatu agama historis atau tradisi agama yang spesifik dan beraneka plural. Untuk itu, Islam sebagai agama terakhir, harus menentukan sikapnya terhadap agama-agama yang datang mendahuluinya. Sesungguhnya Islam, dan agama lain adalah agama-agama yang saling berhubungan, yang perbedaan-perbedaan di antara ketiganya sangatlah kecil. 1.2 Rumusan Masalah
1. Bagaimana peran agama Islam sebagai Rahmatan Lilalamin? 2. Apa itu Ukhuwah islamiyah, insaniyah da wataniyah? 3. Bagaimana kebersamaan dalam pluralitas beragama?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui makna kerukunan dan toleransi umat beragama? 2. Mengetahui peran agama islam sebagai Rahmatan Lilalamin? 3. Mengetahui tujuan Ukhuwah islamiyah, insaniyah dan wataniyah?
BAB II PEMBAHASAN 2.1 Makna toleransi dan kerukunan antar umat beragama
Dalam Islam, pluralitas merupakan kecenderungan Individual dan perbedaan masing-masing pihak masuk dalam kategori fitrah yang telah digariskan oleh Tuhan umat Islam, yaitu Allah bagi seluruh umat manusia. Pluralitas atau keragaman merupakan ketentuan (sunnah) dari Allah SWT yang tidak dapat dirubah atau digantikan. Hal tersebut seperti yang dicantumkan dalam AL-Quran sebagagai berikut, “Jikalau Tuhanmu menghendaki, tentu Dia menjadikan manusia mat yang satu, tetapi mereka senantiasa berselisih pendapat, kecuali orang-orang yang diberi rahmat oleh Tuhanmu. Dan, untuk itulah Allah menciptakan mereka….” (Hud: 118-119). Berdasarkan pernyataan diatas, adalah sebuah keniscayaan jika Allah menciptakan manusia dalam bentuk yang beragam pula. Manusia diciptakan dari yang satu, yaitu Adam a.s. dan Istrinya Hawa, kemudian mereka memiliki keturunan. Hal tersebut tercantum dalam Al-Quran yang menyatakan bahwa, “Dan dari keduanya Allah memperkembangbiakkan laki-laki dan perempuan yang banyak. Dan, bertakwalah kepada Allah yang dengan mempergunakan nama Nya kamu saling meminta satu sama lain, dan periharalah hubungan silaturahmi”(an-Nisa: 1). Dalam kerangka kesatuan ini, terjadi pluralitas perbedaan antara ras, warna kulit, umat, bangsa, agama, dan lain sebagainya. Dalam Al-Quran yang merupakan kitab suci umat Islam dijelaskan pada al-Baqoroh: 62, bahwa: “Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani, dan orang-orang Shabiin, siapa saja mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian, dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala
dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” Makna ayat tersebut diatas sangat
jelas, menurut Sayyid Husseyn
Fadhullah dalam Rakhmat (2006), dijelaskan bahwa keselamatan pada hari akhirat akan dicapai oleh semua kelompok agama yang berbeda-beda dalam pemikiran danpandanganagama berkenaan dengan akidah dan kehidupan dengan satu syarat yaitu memenuhi kadiah keimanan kepada Allah. Terhadap pernyataan tersebut kemudian dapat diartikan bahwa hukum untuk menghormati umat beragama lain sangatlah diperlukan yang namanya toleransi. Hal tersebut juga sebenarnya telah tercantum dalam makna agama Islam itu sendiri. Hal tersebut dikarenakan Islam secara definisi adalah “damai”, “selamat” dan “menyerahkan diri”. Definisi Islam yang demikian sering dirumuskan dengan istilah “Islam agama rahmatal lil’alamin (agama yang mengayomi seluruh alam). Ini berarti bahwa Islam bukan untuk menghapus semua agama yang sudah ada. Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling menghormati. Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah. Lebih lanjut dikatakan bahwa toleransi beragama menurut Islam bukanlah untuk saling melebur dalam keyakinan. Bukan pula untuk saling bertukar keyakinan di antara kelompok-kelompok agama yang berbeda itu. Toleransi di sini adalah dalam pengertian mu’amalah (interaksi sosial). Jadi, ada batas-batas bersama yang boleh dan tak boleh dilanggar. Inilah esensi toleransi di mana masing-masing pihak untuk mengendalikan diri dan menyediakan ruang untuk saling menghormati keunikannya masing-masing tanpa merasa terancam keyakinan maupun hak-haknya. Dalam Islam, syari’ah telah menjamin bahwa tidak ada paksaan dalam agama. Karena pemaksaan kehendak kepada orang lain untuk mengikuti agama kita adalah sikap historis, yang tidak ada dasar dan contohnya di dalam sejarah Islam awal. Justru dengan sikap toleran yang amat indah inilah, sejarah peradaban
Islam telah menghasilkan kegemilangan sehingga dicatat dalam tinta emas oleh sejarah peradaban dunia hingga hari ini dan insyaallah di masa depan. Walaupun disebutkan diatas bahwa Islam memahami dan melegalkan toleransi antar umat dan mengakui pluralitas (keberagaman), namun islam tetap tidak membenarkan adanya pluralisme. Islam hanya mengakui adanya pluralitas agama dan keyakinan. Maknanya Islam hanya mengakui adanya agama dan keyakinan di luar agama islam, serta mengakui adanya identitas agama-agama selain Islam. Islam tidak memaksa pemeluk agama lain untuk masuk Islam. Mereka dibiarkan memeluk keyakinan dan agama mereka. Hanya saja, pengakuan Islam terhadap pluralitas agama tidak boleh dipahami bahwa Islam juga mengakui adanya kebenaran pada agama selain Islam. Islam tetap mengajarkan bahwa agama di luar Islam adalah kesesatan, meskipun diijinkan hidup berdampingan dengan Islam. Hal tersebbut dikarenakan Islam merupakan satu-satunya agama yang diridoi Allah. Hal tersebut diperkuat firman Allah dalam Al-Quran bahwa, “Sesungguhnya agama yang diridloi di sisi Allah hanyalah Islam.” (Ali Imron:19). dan juga firman Allah dalam Al-Quran yang berbunyi, “Barangsiapa mencari agama selain Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akherat termasuk orang-orang yang merugi.” (Ali Imron:85) 2.2 Agama Islam sebagai Agama Rohmatan Lil Alamin
Agama islam adalah agama ALLAH swt, demikian firman ALLAH swt dalam surat Ali Imron ayat 19: Artinya :“Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tiada berselisih orang-orang yang telah diberi Al Kitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka, karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Barang siapa yang kafir terhadap ayat-ayat Allah maka sesungguhnya Allah sangat cepat hisab- Nya”.
Agama islam adalah agama yang diajarkan oleh Allah SWT oleh nabi-nabi dan rosul-rosul Allah SWT, ajaran yang diajarkan oleh semua kitap-kitap Allah SWT yaitu Al-Quran. Agama islam tidak langsung turun dengan utuh ke bumi tetapi dengan bertahap. Dalam al-quran Allah SWT berfirman di surat Ghafir (Almu’min) ayat 78 : Artinya: “Dan sesungguhnya kami telah utus rosul-rosul sebelum engkau (muhammad)di antara mereka ada yang kami kisahkan atas engkau (dalam alquran) dan diantara mereka ada yang tidak kami kisahkan kepada engkau.” Ajaran yang diajarkan kepada nabi-nabi dan rosul-rosul sebelum Nabi Muhammad saw belum lengkap karena pada zaman itu keadaan manusia masih sangat terbelakang, belum pandai menulis maupun membaca. Kemudian setelah masyarakat kala itu sudah pandai membaca dan menulis, Allah SWT melengkapi nabi-nabi dan rosul-rosul itu dengan menurunkan kitab-kitab Allah SWT, tetapi pada waktu itu masyarakat ada yang berniat jahat maka kebanyakan kitab-kitab Allah SWT tidak terpelihara dan banyak yang di kurangi maupun di tambahi, bahkan ada sampai berubah sehingga tidak terjaga keasliannya lagi, karena terdapat perubahan-perubahan itulah di dalam masyarakat timbul perselisihan yang mengangkibatkan perpecahan di antara penganut agama islam, sampai pecah menjadi Yahudi dan Kristen, akan tetapi akhirnya Allah SWT mengutus nabi dan rosul penutup yang memberi petunjuk dan pedoman atas perselisihan yang timbul tersebut serta melengkapkan dan menyempurnakan semua ajaran yang diajakan oleh Allah SWT sehingga tidak perlu lagi mengutus nabi dan rosul yang baru. Islam adalah agama oyang terakhir dengan disempurnakan oleh nabi dan rosul yang terakhir. Dalam firman Allah SWT surat Al-maidah ayat 3 sudah dijelaskan : Artinya:”Hari ini Aku (ALLAH) telah sempurnakan agamamu, dan Aku telah lengkapkan nikmat-Ku atas kamu, dan aku ridho (puas,seang) islam menjadi agamamu.”
Kitab yang disempurkan oleh nabi Muhammad saw adalah Al-quran, Rosullah saw telah menyempurnakan Al-quran dan menghafalkan isi dari Alquran. Allah SWT telah berfirman dalam surat Al-baqoroh ayat 2 yang menjelaskan bahwa Al-quran harus dijaga dan dirawat keasliannya yaitu: Artinya:
“Hanya
kitab
itulah
(Al-quran)
yang
tidak
diragukan
(kebenarannya sebaga kalam illahi), menjadi petunjuk bagi orang-orang taqwa.” Agama islam merupakan agama rohmatan lil alamin yang maksudnya agama yang menghadirkan kedaiman bagi manusia dan alam semesta sert a dengan kitab yang telah disempurakan dan telah terjaga keasliannya. Dengan diturunkannya nabi muhammad saw bukan hanya sebagai penyempurna kitabkitap allah tetapi juga sebagai rahmat seluruh alam semesta dengan agama yang dibawanya yaitu islam maka Rosulullah saw menjadi rahmat seluruh umat manusia. Dalam firman Allah SWT telah menegaskan di surat Al -Anbiya ayat 107 Artinya:“Kami tidak mengutus engkau, Wahai Muhammad, melainkan sebagai rahmat bagi seluruh manusia” (QS. Al Anbiya: 107) Islam selalu mengedepankan sifat toleransi dan sifat kasih sayang kepada seluruh ciptaan Allah SWT di dunia ini. Sebagai agama yang rahmatan lil alamin islam juga tidak melupakan hak-hak setiap manusia. Kesewenangan, ketidakadilan, kekerasan yang tidak dibenarkan itu merupakan salah satu hal-hal yang dilarang oleh Allah SWT, sebaliknya islam adalah agama yang menganjurkan untuk saling menjaga dan salaing memelihara. Sebagai agama yang rohmatan lil alamin, Islam selalu memelihara kedaiman dan kasih sayang terhadap semua sesama ciptaan Allah SWT. Islam melarang merusak dan menebarkan permusuhan di antara ciptaan-Nya. Pesan kerahmatan islam benar benar tersebar di dalam kitab-kitab islam baik di al-quran maupun hadist, bahkan kata-kata rahmat dan rahim yang di ambil dari kata rahmat merupakan nama-nama Allah SWT di asmaul husna. Sebagaimana diketahui dalam syariat islam, ada dua bentuk hubungan, yaitu ibadah dan mu’amalah yang bersumber kepada al-quran dan sunnah Rosulullah.
Ibadah adalah seperangkat aktivitas dengan ketentuan-ketentuan dengan sairiat yang mengatur pola hubungan manusia dengan tuhanNya.
Sedangkan
mu’amalah ialah usaha atau pola daya hubungan anatara manusia yang satu dengan manusia yang lain sekaligus dengan lingkungan sekitar (alam). Hubungan antar sesama manusia disebut hablum minannas. Semua manusia diciptakan dari satu asal yang sama. Tidak ada kelebihan yang satu dari yang lainnya, kecuali yang
paling
baik
(bertakwa)
dalam
menunaikan
fungsinya
sebagai
pemimpin(khalifah) dimuka bumi sekaligus sebagai hamba Allah Swt. Atas prinsip persamaan itu, maka setiap orang mempunyai hak dan kewajiban yang sama. Islam tidak memberi hak-hak istimewa bagi seseorang atau golongan lainnya, baik dalam bidang kerohanian, maupun dalam bidang politik, sosial, ekonomi dan kebudayaan. Setiap orang mempunyai hak yang sama dalam kehidupan masyarakat, dan masyarakat mempunyai kewajiban bersama atas kesejahteraan tiap-tiap anggotanya. Islam menentang setiap bentuk diskriminasi, baik diskriminasi secara keturunan, maupun karena wana kulit, kesukuan, kebangsaan, kekayaan dan lain sebagainya.
Dari sinilah konsep ajaran Islam
dapat diketahui dan dipelajari. Persaudaraan manusia semakin dikembangkan, karena sesama manusia bukan hanya berasal dari satu bapak satu ibu (Adam dan Hawa) tetapi karena satu sama lain saling membutuhkan, saling menghargai dan saling menghormati. Pada akhirnya terciptalah kehidupan yang tenteram dan sejahtera. Itulah hakikat Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin.
2.3 Ukhuwah Islamiyah dan Ukhuwah Insaniyah
Manusia sebagai makhluk sosial tidak pernah dapat hidup sendiri, ia membutuhkan hubungan dengan orang lain. Agama Islam menekankan hubungan sesama muslim berdasarkan kesamaan iman. Karena iman merupakan dasar keyakinan yang berpengaruh pada seluruh perilaku seorang muslim. Rasulullah mengajarkan umatnya untuk saling memberikan perhatian dan kepedulian
terhadap sesama muslim, sehingga terwujud ukhuwwah islamiah yang penuh kasih sayang. 2.3.1
Definisi Ukhuwah Islamiyah Ukhuwah yang biasa diartikan sebagai “persaudaraan”, terambil dari akar
kata yang pada mulanya berarti “memperhatikan”. Makna asal ini memberi kesan bahwa persaudaraan mengharuskan adanya perhatian semua pihak yang merasa bersaudara. Ukhuwah atau persaudaraan lahir karena adanya persamaan-persamaan, semakin banyak persamaan semakin kuat persaudaraan itu. Ukhuwwah Islamiah didasarkan kepada persamaan pada persoalan yang paling mendasar dalam hidup, yaitu persamaan aqidah.[34] Persamaan ini melahirkan adanya perhatian dan keakraban, sehingga derita yang dialami satu pihak dirasakan oleh pihak yang lain (Al Hujurat: 10).
Artinya: “Sesungguhnya orang-orang mu’min adalah bersaudara karena itu damaikanlah antara kedua saudaramu dan bertaqwalah kepada Allah supaya kamu mendapat rahmat”(Al-Hujarat:10). Kasih sayang yang ikhlas terlahir dari kesamaan iman itu merupakan dasar utama pergaulan di kalangan umat islam. Kasih sayang tersebut akan memancar dan membentuk pola hubungan antar kaum muslimin yang memandang orang lain sebagaimana dirinya sendiri. Kasih sayang dalam ukhuwwah islamiah akan membentuk hubungan yang akrab, saling mengasihi, dan saling memberikan perhatian.
2.3.1.1 Macam-Macam Ukhuwah Islamiyah Ukhuwah Islamiah adalah ukhuwah yang bersifat Islami atau yang diajarkan oleh Islam. Di dalam Al-Qur’an banyak sekali ayat-ayat yang menyinggung masalah ukhuwah Islamiyah dan dapat kita simpulkan bahwa di dalam kitab suci ini memperkenalkan paling tidak empat macam persaudaraan yaitu, 1. Ukhuwwah
‘ubudiyyah
atau
saudara
kesemakhlukan
dan
kesetundukan kepada Allah; 2. Ukhuwwah insaniyyah (basyariyyah) dalam arti seluruh umat manusia adalah bersaudara, karena mereka semua berasal dari seorang
ayah
beliau,Jadilah semuanya
dan kalian
bersaudara;
ibu. Rasulullah Saw. juga menekankan lewat sabda hamba Allah 3.
yang bersaudara.Hamba-hamba
Ukhuwwah
wathaniyyah
wa
an-nasab,
Allah yaitu
persaudaraan dalam keturunan dan kebangsaan; 4. Ukhuwwah fi din Al-Islam, persaudaraan antar sesama Muslim. Rasulullah n yang datang sesudah (wafat)-ku.
2.3.1.2 Hal-hal yang Menguatkan Ukhuwah Islamiyah: 1. Memberitahukan kecintaan kepada yang kita cintai Hadits yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik bahwa Rasulullah bersabda: “ Ada seseorang berada di samping Rasulullah lalu salah seorang sahabat berlalu di depannya. Orang yang disamping Rasulullah tadi berkata: ‘Aku mencintai dia, ya Rasullah.’ Lalu Nabi menjawab: ‘Apakah kamu telah memberitahukan kepadanya?’ Orang tersebut menjawab: ‘Belum.’ Kemudian Rasulullah
bersabda:
‘Beritahukan
kepadanya.’
Lalu
orang
tersebut
memberitahukan kepadanya seraya berkata: ‘ Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.’ Kemudian orang yang dicintai itu menjawab: ‘Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karena- Nya.” Memohon didoakan bila berpisah“Tidak seorang hamba mukmin berdo’a untuk saudaranya dari kejauhan melainkan malaikat berkata: ‘Dan bagimu juga seperti itu” (H.R. Muslim).
Menunjukkan kegembiraan dan senyuman bila berjumpa“Janganlah engkau meremehkan kebaikan (apa saja yang dating dari saudaramu), dan jika kamu berjumpa dengan saudaramu maka berikan dia senyum kegembiraan.” (H.R. Muslim). 2. Berjabat tangan bila berjumpa (kecuali non muhrim)“Tidak ada dua orang mukmin yang berjumpa lalu berjabatan tangan melainkan keduanya diampuni dosanya sebelum berpisah.” (H.R Abu Daud dari Barra’). 3.
Sering bersilaturahmi (mengunjungi saudara).
4.
Memberikan hadiah pada waktu-waktu tertentu.
5.
Memperhatikan saudaranya dan membantu keperluannya.
6. Memenuhi hak ukhuwah saudaranya. 7. Mengucapkan selamat berkenaan dengan saat-saat keberhasilan.
2.3.1.3 Manfaat Ukhuwah Islamiyah Banyak persaudaraan lain yang bukan karena islam dan persaudaraan itu tidak akan kuat disebabkan mereka tidak memenuhi persyaratan ukhuwah, yaitu kurangnya mendekatkan diri kepada Allah dengan ibadah yang bersungguhsungguh.Betapa indah ukhuwah islamiyah yang diajarkan Allah SWT. Bila umat islam melakukannya, tentunya terasa lebih manis rasa iman di hati dan terasa indah hidup dalam kebersamaan. Ukhuwah Islamiyah merupakan hal yang pokok dan mendasar yang harus ditegakkan demi kelangsungan kejayaan umat Islam, maka dari Umat Islam harus selalu meningkatkan dakwah Islamiah dan Amar Makruf Nahi Mungkar, agar persatuan dan kesatuan dikalangan umat dapat ditegakkan. Sekaligus umat Islam harus senantiasa menyadari akan pentingnya Ukhuwah Islamiyah sebagai modal menuju kemenangan cita-cita Islam. Kemenangan itu tidak akan tercapai tanpa adanya kekuatan. Dan kekuatan tidak akan terwujud tanpa adanya persatuan. Sedangkan persatuan tidak akan mungkin tercapai tanpa adanya Ukhuwah Islamiyah.
2.3.2
Ukhuwah Insaniyah
2.3.2.1 Pengertian Ukhuwah Insaniah Persaudaraan dengan seluruh umat manusia (Ukhuwah Insaniyah) mengandung arti bahwa seluruh umat manusia adalah saudara karena mereka berasal dari seorang ayah dan ibu. Manusia mempunyai motivasi dalam menciptakan iklim persaudaraan hakiki yang tumbuh dan berkembang atas dasar rasa kemanusiaan yang bersifat universal. Seluruh manusia di dunia adalah saudara. Tata hubungan dalam Ukhuwah Insaniyah menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan martabat kemanusiaan untuk mencapai kehidupan yang sejahtera, adil dan damai. Ukhuwah Insaniyah bersifat solidaritas kemanusiaan. Semua umat manusia itu bersaudara. Allah SWT dalam Islam memang telah menegaskan bahwa di bumi ini telah diciptakan banyak kepentingan, perbedaaan warna kulit dan sebagainya. Kita simak firman Allah SWT berikut: “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah menciptakan langit dan bumi dan berlain-lainan bahasamu dan warna kulitmu. Sesungguhnya pada yang demikian
itu
benar-benar
terdapat
tanda-tanda
bagi
orang-orang
yang
mengetahui.” (ar -Rum:22). 2.3.2.2 Contoh Ukhuwah Insaniah 1. Menyantuni orang Non Muslim yang lemah. 2. Memaafkan orang Non Muslim yang berbuat kesalahan. 3. Bergaul dengan sesama manusia dengan baik. 4. Mengupayakan sikap perdamaian (rekonsiliasi) jika terjadi perselisihan. 5. Kadang-kadang harus bersikap tegas terhadap orang yang ingkar (kafir). 6. Memohonkan ampunan Allah untuk mereka di kala mereka masih hidup.
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN 3.1 Kesimpulan Islam menawarkan dialog dan toleransi dalam bentuk saling
menghormati.
Islam menyadari bahwa keragaman umat manusia dalam agama dan keyakinan adalah kehendak Allah. Namun didalam Al-Quran dijelaskan bahwa satu-satunya agama yang diridhoi adalah Agama Islam. Hakikat Islam sebagai agama rahmatan lil’alamin dibuktikan dengan rasa saling menghormati umat manusia. Dalam konteeks perbedaan agama, “Islam agama rahmatal lilalamin (agama yang mengayomi seluruh alam) memberikan dasar bahwa Islam mengakui dan tidak menghapus ajaran-ajaran Allah terdahulu. Ukhuwah Islamiah didasarkan kepada persamaan pada persoalan yang paling mendasar dalam hidup, yaitu persamaan aqidah. Sedangkan Ukhuwah Insaniyah adalah hubungan yang menyangkut hal-hal yang berkaitan dengan martabat kemanusiaan untuk mencapai kehidupan yang sejahtera, adil dan damai. Lebih lanjut dapat
dikatakan bahwa Ukhuwah Insaniyah bersifat
solidaritas
kemanusiaan. 3.2 saran Tugas makalah kelompok ini disadari belumlah sempurna dikarenakan keterbatasan waktu dan ilmu dari para pembuatnya. Untuk itu kegiatan diskusi dan jejak pendapat sangatlah diperlukan untuk meningkatkan pemahaman secara lebbih mendalam mengenai makalah ini.