MAKALAH PATOLOGI
TUBERCULOSIS PARU
Disusun Oleh:
Adela Mayang Sari
(13003)
Eka Fitri Susanti
(13022)
Laras Ajeng
(13043)
Rara Suryani
(13060)
Verawati Fajar
(13084)
AKADEMI KEPERAWATAN FATMAWATI
JAKARTA
2014
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Mata Patologi dengan judul "TUBERCULOSIS PARU" dengan tepat waktu. Adapun tujuan dari pembuatan makalah adalah untuk memenuhi salah satu tugas dalam rangkaian seminar mata ajar Patologi.
Keberhasilan penyusunan makalah merupakan kerja keras semua anggota kelompok yang tentunya tidak lepas dari dukungan dan bantuan yang berupa moril maupun materil dari berbagai pihak. Untuk itu kami selaku penyusun mengucapkan terima kasih kepada :
Ns. DWS Dewi Arga, SKM, M. Kep.,Sp Kep.MB selaku Direktur Akademi Keperawatan Fatmawati Jakarta.
Ns. Lisnawati Nur Farida S. Kep selaku wali kelas Angkatan XVI Akademi Keperawatan Fatmawati Jakarta.
Ns. Lisnawati Nur Farida S. Kep selaku Penanggung Jawab Mata Ajar patologi
Ns.Ayuda Nia Agustina,S.Kep selaku dosen pembimbing mata ajar patologi
Orangtua yang selalu mendukung kami, serta rekan mahasiswa/i , serta pihak-pihak lain yang tidak bisa disebutkan satu persatu.
Kelompok menyadari bahwa makalah ini belum sempurna karna keterbatasan pengetahuan dan keterampilan, untuk itu kelompok mengharapkan saran yang bersifat membangun agar pembuatan makalah selanjutnya menjadi lebih baik. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membacanya.
Jakarta, Juni 2014
Kelompok 2
BAB 1
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Tuberkulosis (TB) merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. (Somantri, 2007). Penyakit TB biasanya menular melalui udara yang tercemar dengan bakteri Mycobacterium tuberculosis yang dilepaskan pada saat penderita TB batuk. Sedangkan pada anak-anak sumber infeksi umumnya berasal dari penderita TB dewasa. Bakteri ini sering masuk dan berkumpul di dalam paru-paru dan berkembang biak menjadi banyak (terutama pada orang yang dengan daya tahan tubuh rendah), dan dapat menyebar melalui pembuluh darah atau kelenjar getah bening (Castillo, 2004).
Penderita tuberkulosis di kawasan Asia terus bertambah. Sejauh ini, Asia termasuk kawasan dengan penyebaran tuberkulosis (TB) tertinggi di dunia. Hampir 10 tahun Indonesia menempati urutan ke-3 dalam hal jumlah penderita tuberkulosis (TB). Laporan WHO pada tahun 2009, peringkat Indonesia menurun ke posisi lima dengan jumlah penderita TBC sebesar 429 ribu orang. Lima negara dengan jumlah terbesar kasus insiden pada tahun 2009 adalah India, Cina, Afrika Selatan, Nigeria, dan Indonesia (WHO Global Tuberculosis Control, 2010). Di Indonesia, angka kematian akibat TB mencapai 140.000 orang per tahun atau 8 persen dari korban meninggal di seluruh dunia. Setiap tahun, terdapat lebih dari 500.000 kasus baru TB., dan 75 persen penderita termasuk kelompok usia produktif (Kompas, 2007).
Meningkatnya penularan infeksi TB banyak dihubungkan dengan memburuknya kondisi sosial ekonomi, belum optimalnya fasilitas pelayanan kesehatan masyarakat, meningkatnya jumlah penduduk yang tidak mempunyai tempat, tinggal, dan adanya epidemic dari infeksi HIV. Disamping itu daya tahan tubuh yang lemah atau turun, jumlah kuman memegang peranan penting dalam terjadinya infeksi TB (Depkes RI, 2006). Penyakit ini ditandai dengan pembentukan granuloma pada jaringan yang terinfeksi. Komplikasi penyakit TB paru bila tidak ditangani dengan benar akan menimbulkan komplikasi seperti: pleuritis, efusi pleura, empisema, laryngitis dan TB usus.
Upaya perawat adalah perawat selain sebagai care provider, tapi juga sebagai edukator. Sebagai pihak yang memberi pendidikan kesehatan pada klien. Dalam kasus Tuberculosis ada beberapa hal yang harus disampaikan pada penderita mengenai penyakit ini sehingga perawat bisa menjalankan perannya sebagai edukator yaitu sifat
Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum:
Untuk mengetahui gejala patologis dari Tuberculosis paru.
1.2.2 Tujuan Khusus:
Mahasiswa/i mengetahui definisi tuberculosis paru
Mahasiswa/i mengetahui etiologi penyakit tuberculosis paru
Mahasiswa/i mengetahui patofisiologi penyakit tuberculosis paru
Mahasiswa/i mengetahui manifestasi klinis penyakit tuberculosis paru
Mahasiswa/i mengetahui cara penularan penyakit tuberculosis paru
Mahasiswa/i mengetahui komplikasi penyakit tuberculosis paru
Mahasiswa/i mengetahui cara penanggulangan atau pencegahan penyakit tuberculosis paru.
Metode Penulisan
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menggunakan metode studi kepustakaan yaitu dengan mempelajari literature yang ada untuk mendapatkan bahan dalam pembuatan makalah dan sebagian mengambil dari media elektronik yaitu internet.
Sistematika Penulisan
Sistematika penulsan dalam makalah ini meliputi Bab 1 Pendahuluan, yang berisi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan serta sistematika penulisan. Bab II tinjauan teori, dan Bab III penutup yang berisi kesimpulan dan saran dari hasil akhir dari makalah ini.
BAB 2
Tinjauan Teori
2.1 Anatomi Fisiologi
Hidung
Hidung merupakan saluran udara yang pertam, mempunyai 2 lubang ( kavum nasi) dipisahkan oleh sekat hidung (septum nasi 89) didalamnya tedapat bulu bulu yang berguna sebagai menyaring udara debu dan kotor kotaran yang masuk kedalam hidung.
Bagian luar dinding terdiri dari kulitt
Lapisan tengah terdiri dari otot otot otot dan lubang rawan
Lapisan dalam terdiri dari selaput lendir yang berlipat lipat yang dinamakan karang hidung (konka nasalis ) yang berjumlah 3 buah :
Konka nasalis inferior
Konka nasalis media
Konka nasalis superior
Tekak (faring)
Merupakan tempat persimpangan antara jalan pernafasan dan jalan makanan. Terdapat dibawah dasar tengkorak di belakang rongga hidung dan mulut , sebelah depan ruas tulang leher. Hubungan faring dengan organ organ lain : keatas berhubungan dengan rongga hidung , dengan perantara lubang hidung dengan perantara lubang lubang yang bernama koana. Dapat berhubungan dengan rongga mulut, tempat ubungan ini istmus fausim, rongga tekak dibagi dalam 3 bagian :
Bagian setelah atas yg sama tingginya dengan koara yang disebut nasofaring
Bagian tengah yg sama tingginya dengan istmus fausim disebut orofaring
Bagian bawah dinamakan laringofaring
Pangkal tenggorok (laring)
Merupakan saluran udara dan bertindak sebagai pembentuk suara, terletak didepan bagian faring sampai ketinggian pangkal tenggorokan itu dapat dituup oleh. Lempeng tenggorok yang disebut epiglotis, yang terdiri dari tulang tulang rawan yang berfungsi pada waktu kata menelan makanan menutupi laring.
Batang tenggorok (trakea)
Merupakan lanjutan dari laring yang dibentuk 16 sd 20 cicin yang terdiri dari tulang tulang rawan yang berbentuk seperti kuku kuda (huruf c) sebelah dalam diliputi oleh selaput lendir yang berbulugetar disebut sel ersilia, hanya bergerak kearah luar panjang trakea 9 – 11 cm dan dibelakang terdiri dari jaringan ika yang dilapisi oleh otot polos sedangkan tebalnya 2,5 cm
Cabang tenggorokan (bronkus)
Merupakan lanjutan dari trakea ada 2 buah yang terdapat pada ketinggian vertebra torakalis ke IV dan ke V mempunyai struktur serupa dengan trakea dan dilapisi oleh jenis sel yang sama bronkus kiri lebih panjang dan lebih ramping dari yang kanan, cang yang lebih kecil disbut bronkiolus. Pada bronkioli tak terdapat cicin lagi dan ujung bronkioli teradapat gelembung paru / gelembung hawa atau alveoli
Paru paru
Merupakan sebuah alat tubuh yang sebagian besar terdiri Dari gelembung gelembung. Gelembung gelembung alveoli ini terdiri dari sel sel epitel dan endotel.
Pada lapisan ini terjadi pertukaran udara , O2 masuk kedalam darah dan CO2 dikeluarkan
Dari darah. Pada paru paru kana terdiri dari 3 lobus sedangkan yang kiri terdiri dari 2 lobus, letak paru paru pada rongga dada datarnya menghadap ke tengah rongga dada karum mediastinum
2.2 Definisi Tuberculosis Paru
Tuberculosis (TB) adalah penyakit infeksi menular yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Kuman batang aerobik dan tahan asam ini, dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Basil tuberkel ini berukuran 0,3x2 sampai 4 mm, ukuran ini lebih kecil daripada sel darah merah (Sylvia&Mary,2005).
Tuberculosis paru-paru merupakan penyakit infeksi yang menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Mycobacterium tuberculosis. Penyakit ini juga dapat menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limpe. (Sumantri, 2007).
2.2 Etiologi Tuberculosis Paru
Mycobacterium tuberculosis merupakan jenis kuman berbentuk batang berukuran panjang 104 mm dengan tebal 0,3-0,6 mm. Sebagian besar komponen M. Tuberculosis adalah berupa lemak atau lipid sehingga kuman mampu tahan terhadap zat kimia dan faktor fisik. Mikroorganisme ini adalah bersifat aerob yakni menyukai daerah yang banyak oksigen. Oleh karena itu, M. Tuberculosis senang tinggal di daerah apeks paru-paru yang kandungan oksigennya tinggi. Daerah tersebut menjadi tempat yang kondusif untuk penyakit tuberkulosis.
2.3 Patofisiologi Tuberculosis
Infeksi diawali karena seseorang menghirup basil M. Tuberculosis melalui udara ke paru-paru. Bakteri menyebar melalui jalan napas, menempel pada bronkus atau alveolus untuk memperbanyak diri. Perkembangan M. Tuberculosis juga dapat menjangkau sampai ke area lain dari paru-paru (lobus atas). Basil juga menyebar melalui sistem limfe dan aliran darah kebagian tubuh lain (ginjal, tulang, dan korteks serebri) dan area lain dari paru-paru (lobus atas). Selanjutnya, sistem kekebalan tubuh memberikan respon dengan melakukan rekasi inflamasi. Neutrofil dan makrofag melakukan aksi fagositosis (menelan bakteri). Sementara limfosit spesifik-tuberkulosis menghancurkan (melisiskan) basil dan jaringan normal. Reaksi ini mengakibatkan peningkatan metabolisme tubuh yang menyebabkan suhu tubuh meningkat (demam), terakumulasinya eksudat dalam alveoli yang menyebabkan bronkopneumonia, dan produksi sputum yang menyebabkan akumulasi jalan napas terganggu. Infeksi awal biasanya timbul dalam waktu 2-10 minggu setelah terpapar bakteri.
Interaksi antara M. Tuberculosis dan sistem kekebalan tubuh pada masa awal infeksi membentuk sebuah massa jaringan baru yang disebut granuloma. Granuloma terdiri atas gumpalan basil hidup dan mati yang dikekelingi oleh makrofag seperti dinding. Granuloma selanjutnya berubah bentuk menjadi massa jaringan fibrosa. Bagian tengah dari massa tersebut disebut ghon tubercle. Materi yang terdiri atas magrofag dan bakteri menjadi nekrotik yang selanjutnya membentuk materi yang penampakannya seperti keju (necrotizing caseosa). Hal ini akan menjadi klasifikasi dan akhirnya membentuk jaringan kolagen, kemudian bakteri menjadi non-aktif.
Setelah infeksi awal, jika respon system imun tidak adekuat maka penyakit akan menjadi lebih parah. Penyakit yang kian parah dapat timbul akibat infeksi ulang atau bakteri yang sebelumnya tidak aktif menjadi aktif. Pada kasus ini, ghon tubercle mengalami ulserasi sehingga menghasilkan necrotizing caseosa di dalam bronkus. Tuberkel yang ulserasi selanjutnya menjadi sembuh dan membentuk jaringan parut. Paru-paru yang terinfeksi kemudian meradang, mengakibatkan timbulnya bronkopneumonia, membentuk tuberkel, dan seterusnya. Pneumonia seluler ini dapat sembuh dengan sendirinya. Proses ini berjalan terus dan basil terus di fagosit atau berkembang biak di dalam sel. Magrofag yang mengadakan infiltrasi menjadi lebih panjang dan sebagian bersatu membentuk sel tuberkel epiteloid yang dikelilingi oleh limfosit (membutuhkan 10-20 hari). Daerah yang mengalami nekrosis dan jaringan granulasi yang dikelilingi sel epiteloid dan fibroblast akan menimbulkan respon berbeda, kemudian pada akhirnya akan membentuk suatu kapsul yang dikelilingi oleh tuberkel.
Skema Patofisiologi Penyakit TB Paru
2.4 Manifestasi Klinis Tuberculosis Paru
a. Awitan tersembunyi.
b. Dimulai dengan demam rendah, keletihan, anoreksia, penurunan berat badan, keringat malam, nyeri dada, dan batuk menetap.
c. Batuk, non-produktif pada awalnya, dapat berlanjut sampai sputum mukopuluren dengan hemoptisis.
2.5 Cara Penularan Tuberculosis
Mereka yang paling berisiko terpajan dengan basil adalah mereka yang tinggal berdekatan dengan orang yang terinfeksi aktif. Kelompok ini antara lain tunawisma yang tinggal di tempat penampungan yang terdapat kasus tuberculosis, serta anggota keluarga pasien. Anak-anak merupakan kelompok yang sangat rentan. Tenaga kesehatan yang merawat pasien tuberculosis, dan mereka yang menggunakan fasilitas klinik perawatan atau rumah sakit yang juga digunakan oleh penderita tuberculosis juga berisiko terpajan dan terjangkit penyakit TB. Di antara mereka yang terpajan basil, individu yang sistem imunnya tidak adekuat, seperti mereka yang kekurangan gizi, individu lanjut usia atau bayi dan anak-anak, individu yang mendapat obat imunosupresan, dan mereka yang mengidap virus imunodefisiensi manusia (HIV) kemungkinan besar akan terinfeksi..
2.6 Komplikasi Penyakit Tuberculosis
Penyakit TB paru apabila tidak ditangani dengan benar, akan menimbulkan komplikasi. Komplikasi dibagi menjadi komplikasi dini dan komplikasi lanjut.
Komplikasi dini
Pleuritis
Yaitu terjadinya inflamasi pada kedua lapisan pleura
Efusi pleura
Memecahnya kavitas TB dan keluarnya udara atau cairan yang masuk kedalam antara paru dan dinding dada
Emfisema
Pengumpulan cairan puluren (pus) dalam kavitas pleura, cairan yang dibentuk akibat penyakit paru pada orang dengan usia lebih lanjut
Laringitis
Terjadinya inflamasi pada laring yang disebabkan melalui peredaran darah
Terjadinya penyebaran infeksi ke organ lain seperti usus, tulang dan otak
Komplikasi lanjut
Hemoptisis (perdarahan dari saluran nafas dalam) yang dapat mengakibatkan kematian karena syok hipovolemik atau tersumbatnya jalan nafas.
Kolaps dari lobus akibat retraksi bronchial
Bronkiectasis dan fibrosis pada paru yang disebabkan oleh karena tekanan balik akibat kerusakan paru
Pneumotoraks spontan karena adanya kerusakan pada jaringan paru
Penyebaran infeksi ke organ lain seperti otak, tulang, persendian, ginjal dan sebagainya
Insufisiensi kardio pulmoner
2.7 Cara Pencegahan Tuberculosis
1. Pemeriksaan kontak, yaitu pemeriksaan terhadap individu yang berdekatan erat dengan penderita tuberculosis paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi test tuberkulin, klinis dan radiologis. Bila test tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negatif diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi konversi hasil test tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.
2. Mass Chest X-ray, yaitu pemeriksaan massal terhadap kelompok-kelompok populasi tertentu misalnya:
a. Karyawan rumah sakit/puskesmas/balai pengobatan.
b. Penghuni rumah tahanan.
c. Siswa-siswi pesantren.
3. Vaksinasi BCG.
4. Kemoprofilaksis dengan menggunakan INH 5 mg/kgBB selama 6-12 bulan dengan tujuan menghancurkan atau mengurangi populasi bakteri yang masih sedikit. Indikasi kemoprofilaksis primer atau utama ialah bayi yang menyusu pada ibu dengan BTA positif, sedangkan kemoprofilaksis sekunder diperlukan bagi kelompok berikut:
a. Bayi di bawah 5 tahun dengan hasil test tuberkulin positif karena risiko timbulnya TB milier dan meningitis TB.
b. Anak dan remaja di bawah 20 tahun dengan hasil test tuberkulin positif yang berdekatan erat dengan penderita TB yang menular.
c. Individu yang menunjukkan konversi hasil test tuberkulin dari negatif menjadi positif.
d. Penderita yang menerima pengobatan steroid atau obat imunosupresif jangka panjang.
e. Penderita diabetes melitus.
5. Komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) tentang penyakit tuberculosis kepada masyarakat di tingkat Puskesmas maupun di tingkat rumah sakit oleh petugas pemerintah maupun petugas LSM (misalnya Perkumpulan Pemberantasan Tuberculosis Paru Indonesia- PPTI).
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Tuberculosis paru merupakan penyakit infeksi menular yang menyerang parenkim paru-paru yang disebabkan oleh Myobacterium Tuberculosis. . Kuman batang aerobik dan tahan asam ini, dapat merupakan organisme patogen maupun saprofit. Basil tuberkel ini berukuran 0,3x2 sampai 4 mm, ukuran ini lebih kecil daripada sel darah merah. . Penyakit ini juga dapat menyebar ke bagian tubuh lain seperti meningen, ginjal, tulang, dan nodus limpe. Gejalanya dimulai dengan demam rendah, keletihan, anoreksia, penurunan berat badan, keringat malam, nyeri dada, dan batuk menetap, batuk non-produktif pada awalnya, dapat berlanjut sampai sputum mukopuluren dengan hemoptisis. Pencegahan penyakit tuberculosis paru yaitu dengan pemeriksaan terhadap individu yang berdekatan erat dengan penderita tuberculosis paru BTA positif. Pemeriksaan meliputi test tuberkulin, klinis dan radiologis. Bila test tuberkulin positif, maka pemeriksaan radiologis foto thoraks diulang pada 6 dan 12 bulan mendatang. Bila masih negatif diberikan BCG vaksinasi. Bila positif, berarti terjadi konversi hasil test tuberkulin dan diberikan kemoprofilaksis.
3.2 Saran
Adapun saran yang dapat kami berikan setelah mengetahui penyakit tuberculosis paru adalah kita sebagai tenaga keperawatan dapat lebih menjaga kesehatan kita yaitu dengan selalu menjaga kebersihan lingkungan dan menjaga kesehatan. Selain itu, pendidikan atau penyuluhan kesehatan perlu di tingkatkan dan dilaksanakan secara intensif kepada individu, keluarga, kelompok masyarakat, tentang cara penularan dan cara pencegahan tuberculosis paru. Mengingat penyakit ini adalah penyakit menular yang sangat berbahaya dan angka kematian cukup tinggi.