BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tingkat kesadaran masyarakat untuk hidup sehat masih sangat rendah. Tingginya angka kematian itu menunjukkan kesadaran masyarakat dalam menjaga kesehatan masih kurang. Hal itu juga menunjukkan pelayanan kesehatan di Indonesia kurang maksimal. Radang atau infeksi pada alat-alat genitaldapat timbul secara akut dengan akibat meninggalnya penderita atau penyakit bisa sembuh sama sekali tanpa bekas atau dapat meninggalkan bekas seperti penutupan lumen tuba. Penyakit ini bisa juga menahun atau dari permulaan sudah menahun. Salah satu dari infeksi tersebut adalah penyakit radang panggul. Sebagian besar wanita tidak menyadari bahwa dirinya menderita penyakit tersebut. t ersebut. Biasanya sebagian besar wanita menyadari apabila infeksi telah menyebar dan menimbulkan berbagai gejala yang mengganggu. Keterlambatan wanita memeriksakan dirinya menyebabkan infeksi ini menyebar lebih luas dan akan sulit dalam penanganannya. Penyakit Inflamasi pelvis atau Pelvic Inflammatory Disease Disease (PID) salah satu penyakit yang terjadi pada alat reproduksi wanita seperti rahim, tuba fallopi ( salpingitis ( salpingitis)) dan ovarium (ooforitis (ooforitis). ). Dan tertinggi pada wanita muda yang aktif secara seksual, biasanya disebabkan oleh bakteri tetapi disebabkan oleh virus, jamur, atau parasit. Organisme klamidia dan gonorea adalah penyebab yang paling mungkin dan kondisi ini dapat menyebabkan kehamilan ektopik, infertilitas, nyeri pelvis kambuhan. Tidak terdapat data yang spesifik terkait insidensi PID secara global. Namun, pada tahun 2005 WHO memperkirakan terdapat 448 juta kasus ka sus IMS baru tiap tahunnya yang terjadi pada perempuan usia 15-49 tahun. Di Amerika Serikat, kurang lebih 750.000 kasus PID didiagnosis setiap tahunnya. Angka ini cenderung konstan setelah sejak tahun 1985 mengalami penurunan sampai tahun 2001. Secara umum, angka kejadian PID di negara
1
dengan penghasilan tinggi adalah 10-20 per 1.000 perempuan. Sementara itu, di negara-negara berpenghasilan rendah seperti di Kawasan Sub-Sahara Afrika dan Asia Tenggara, kasus PID mengalami peningkatan angka kejadian komplikasi. Secara epidemiologi, di Indonesia insidensi PID diperkirakan lebih dari 850.000 kasus baru setiap tahun dan paling sering ditemukan pada peremp uan umur 16 sampai 25 tahun. Di sisi lain kurang lebih 150 wanita meninggal per tahun sehingga cukup beralasan untuk memperhatikan gangguan medis ini secara lebih serius. Namun, ada pula kekhawatiran lainnya: Serangan infeksi ini diketahui sangat meningkatkan resiko seorang wanita untuk menjadi mandul. Saat ini di Indonesia, insidensi PID mengalami kenaikan dibandingkan dengan 2 sampai 3 dekade sebelumnya. Hal ini disebabkan antara lain karena budaya sosial yang lebih bebas dan liberal serta peningkatan penggunaan penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim. Pembuluh yang tertutup juga menyebabkan sukarnya sperma yang sedang bergerak melakukan kontak dengan sel telur yang turun. Akibatnya adalah perkiraan yang mengkhawatirkan berikut ini: Setelah satu episode infeksi ini, resiko seorang wanita untuk menjadi mandul adalah 10%. Setelah infeksi kedua resikonya menjadi dua kali lipat yaitu 20%. Jika wanita ini mendapatkan infeksi untuk ketiga kalinya, resikonya akan melambung menjadi 55%. Secara keseluruhan, demikian Dr. Benrubi memperkirakan, penyakit radang pelvis menyebabkan kurang lebih antara 125.000 hingga 500.000 kasus baru setiap tahun. Oleh karena itu untuk mengurangi angka kejadian infeksi pelvis setiap tahunnya maka perlu di informasikan kepada masyarakat tentang pentingnya mengetahui penyakit infeksi pelvis tersebut.
B. Rumusan Masalah
a.
Apa definisi,etiologi, tanda dan gejala, serta patofisiologi penyakit radang panggul ?
b.
Apa saja jenis dan klasifikasi penyakit radang panggul ?
c.
Bagaimana penatalaksanaan berbagai penyakit radang panggul ?
2
d.
Bagaimana Asuhan Keperawatan pada pasien dengan berbagai keluhan penyakit radang panggul ?
C. Tujuan
1. Tujuan Umum Setelah
dilakukan
pembuatan
makalah
ini,
mahasiswa
mampu
memahami asuhan keperawatan yang dapat diberikan pada pasien dengan berbagai keluhan penyakit radang panggul. panggul. 2. Tujuan Khusus a.
Mengetahui definisi, etiologi, tanda dan gejala, serta patofisiologi penyakit radang panggul
b.
Mengetahui jenis dan klasifikasi penyakit radang panggul
c.
Mengetahui penatalaksanaan berbagai penyakit radang panggul
d.
Mengetahui Asuhan Keperawatan keluhan penyakit radang panggul.
3
pada pasien dengan berbagai
BAB II TINJAUAN TEORI
A. Definisi
Penyakit radang panggul adalah peradangan akibat infeksi pada saluran reproduksi wanita bagian atas (endometrium, saluran tuba, ovarium, atau peritoneum pelvis). Penyakit ini memiliki berbagai manifestasi klinis.Infeksi menyebar dari vagina atau leher rahim ke saluran genital atas, dengan endometritis sebagai tahap peralihan dalam patogenesis penyakit.Tanda diagnosisnya adalah nyeri pelvis yang dikombinasikan dengan lammasi saluran genital bawah, wanita dengan penyakit radang panggul sering memiliki gejala dan tanda yang sangat halus. Banyak wanita secara klinis membungkam penyebaran infeksi ke saluran genital atas, yang berakibat pada penyakit peradangan panggul panggul subklinis. (Roberth Brunham, 2015) 2015) Pelvic Inflammatory Disease (PID) (PID) adalah suatu kumpulan radang pada saluran genital bagian atas oleh berbagai organisme, yang dapat menyerang endometrium,
tuba
fallopi,
ovarium
maupun
miometrium
secara
perkontinuitatum maupun secara hematogen ataupun ataupun sebagai akibat hubungan seksual. (Widyastuti, Rahmawati & Purnamaningrum, P urnamaningrum, 2009) Infeksi pelvis merupakan suatu istilah umum yang biasanya digunakan untuk menggambarkan keadaan atau kondisi dimana organ-organ pelvis (uters, tuba fallopi atau ovarium) diserang oleh mikroorganisme pathogen. Organism-organisme ini biasanya bakteri,mereka melakukan multiplikasi dan menghasilkan suatu reaksi peradangan. (Ben-zion Taber, 1994). Penyakit radang panggul adalah infeksi saluran reproduksi bagian atas. Penyakit tersebut dapat mempengaruhi endometrium (selaput dalam rahim), saluran tuba, indung telur, miometrum (otot rahim), parametrium dan rngga panggul. Penyakit radang panggul merupakan komplikasi umum dari penyakit menular seksual (PMS). Saat ini hampir 1 juta wanita mengalami penyakit radang panggul yang merupakan infeksi serius pada wanita berusia 16-25 tahun.Penyakit radang pelvis adalah suatu istilah umum bagi infeksi
4
genital yang telah menyebar kedalam bagian-bagian yang lebih dalam dari alat reproduksi wanita, seperti rahim, tuba fallopi dan/atau ovarium. Penyakit radang panggul (PRP) adalah peradangan infeksius organorgan di saluran genitalia atas wanita, termasuk uterus, tuba fallopii (salpingitis), atau ovarium (ooforitis). Agens infeksius biasanya adalah bakteri dan sering didapat melalui hubungan kelamin. Berbagai kuman dapat menjadi penyebab, termasuk Neisseria gonorrhoeae, Chlamydia trachomatis, dan Escherichia coll. Pada kasus-kasus yang parah, seluruh rongga peritoneum dapat terkena. Jadi Penyakit Radang Panggul (Salpingitis, PID, Pelvic Inflammatory Disease) merupakan suatu peradangan pada tuba falopii (saluran menghubungkan indung telur dengan rahim). Peradangan tuba f alopii terutama terjadi pada wanita yang secara seksual aktif. Resiko terutama ditemukan pada wanita yang memakai IUD. Bisasanya peradangan menyerang kedua kedua tuba.
Infeksi bisa menyebar ke rongga perut dan
menyebabkan peritonitis. (Caroline Mitchel, 2013) Penyakit radang panggul yang memerlukan pengobatan radikal dengan biaya yang cukup mahal dan pengobatan yang lama. Penyakit radang panggul merupakan penyakit alat genitalia tingkat akhir yang memerlukan perhatian sehingga kerusakan jaringan dapat dihindari. Penyakit hubungan seksual yang dibawa ke rumah ada kemungkinan berasal dari wanita tunasusila (WTS). Penyakit radang panggul dapat diartikan pula sebagai pretty international disease atau prostitute international disease. Komplikasi lanjut penyakit radang panggul dapat terjadi karena: 1.
Penyakit
menahun
dengan
keluhan
ketidaknyamanan
di
daerah
kemaluan, gangguan menstruasi, nyeri saat menstruasi (dismenorea), nyeri saat hubungan seks (dispareunia), clan keputihan (leukorea) yang sulit sembuh. 2.
Adanya infeksi penyakit hubungan seks atau melakukan gugur kandung yang kurang legeartis (sesuai prosedur).
3.
Pengobatan penyakit hubungan seksual yang gagal, yang mengakibatkan gangguan fungsi alat genitalia bagian dalam.
5
Penyakit
radang
panggul
yang
untuk
pertama
kali
diderita
menyebabkan kemandulan (infertilitas) sebanyak 20-25%, untuk kedua kali menjadi 30-35%, bila untuk ketiga kalinya akan mengalami infertilitas sebesar 60-75%. Dengan demikian pengobatan untuk penyakit hubungan seksual remaja perlu seoptimal mungkin. Penyakit peradangan panggul merupakan masalah utama karena dapat menyebabkan cacat reproduksi jangka panjang, termasuk infertilitas, kehamilan ektopik, dan nyeri panggul kronis. Setelah diperkenalkannya laparoskopi pada tahun 1960an, penelitian tentang penyakit peradangan pelvis berkembang biak sampai tahun 1970an, 1980an, dan 1990an, yang menyebabkan terobosan besar dalam memahami penyebab mikroba penyakit dan hubungannya dengan kecacatan reproduksi, dan juga memungkinkan standardisasi pengobatan antimikroba. Menurut perkiraan nasional, pada tahun 2001 lebih dari750.000 kasus penyakit peradangan panggul terjadi di Amerika Serikat.5 Selama dua dekade terakhir, tingkat dan tingkat keparahan penyakit peradangan panggul telah menurun di Amerika Utara dan Eropa barat.6-9 Penurunan ini terjadi terkait dengan kesehatan masyarakat. upaya untuk
mengendalikan
infeksi
Chlamydia
trachomatis
dan
Neisseria
gonorrhoeae.6,10,11 Meskipun terjadi kemajuan, bagaimanapun, penyakit peradangan pelvis tetap menjadi masalah karena hasil reproduksi di antara pasien yang diobati masih kurang optimal, penyakit infark pelvis subklinis tetap tidak terkontrol dengan baik, dan program yang ditujukan untuk pencegahan penyakit radang panggul tidak layak dilakukan di sebagian besar negara berkembang.
B.
Etiologi
Mekanisme infeksi menjalar saat, menstruasi, persalinan dan abortus, operasi ginekologi, disebabkan oleh bakteri : 1.
GO (Gonorhoe)
2.
Kuman-kuman lain streptococcus, aerob, maupun yang anaerob stapylococus.
6
3.
Chlamydia,
mycoplasma,
ureaplasma,
virus,
jamur
dan
parasit.
(Widyastuti, Rahmawati & Purnamaningrum, 2009) Faktor Resiko : 1.
Sering berganti pasangan
2.
Aktivitas seksual masa remaja
3.
Pernah menderita PID
4.
Pernah menderita penyakit menular seksual
Penyakit radang panggul terjadi apabila terdapat infeksi pada saluran genital bagian bawah, yang menyebar keatas melalui leher rahim. Butuh waktu dalam hitungan hari atau minggu untuk seorang wania menderita penyakit radang panggul. Bakteri penyebab tersering adalah Neisseria Gonorhoeae dan Chlamydia trachomatis yang menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan sehingga menyebabkan berbagai bakteri dari leher rahim maupun vagina menginfeksi daerah tersebut. Kedua bakteri ini adalah kuman penyebab PMS. Proses menstruasi dapat memudahkan terjadinya infeksi karena hilangnya lapisan endometrium yang menyebabkan berkurangnya pertahanan dari rahim, serta umenyediakan medium yang baik untuk pertumbuhan bakteri
(darah menstruasi).
(Widyastuti,
Rahmawati
&
Purnamaningrum, 2009) dr. Yelsi Khairani dalam jurnalnya mengenai Pendahuluan Penyakit radang Panggul, 2016 juga menjelaskan bahwa mikroorganisme patogen penyebab PID tersering adalah C.trachomatis dan N.Gonorrhoeae. Keduanya termasuk bakteri penyebab infeksi menular seksual (IMS). Namun, ternyata bukan hanya bakteri penyebab IMS yang dapat menyebabkan PID, melainkan bakteri yang tergolong flora vaginalis juga dapat berperan. Mikroorganisme, selain C.trachomatis dan N.Gonorrhoeae, yang dapat menyebabkan PID adalah sebagai berikut: 1.
Gardnerella vaginalis
2. Mycoplasma hominis 3. Mycoplasma genitalium
7
4.
Ureaplasma urealyticum
5. Herpes simplex virus 2 (HSV-2) 6.
Trchomonas vaginalis
7.
Cytomegalovirus (CMV)
8. Haemophilus influenza 9.
Streptococcus agalactiae
10. Batang gram negatif (mis. Eschericia coli) 11. Enterococcus 12. Peptococcus 13. Bakteri anaerob.
8
C. Patofisiologi
Streptococcus aerob, Stapylococcus anaerob
Clamydia
Gonorhoe
Perubahan Hormonal saat ovulasi dan menstruasi Aktivitas seksual berisiko Penurunan sistem immunologi vagina
Infeksi asendens
Radang Panggul Endometritis
Salpingitis
Gejala inflamasi
Dolor
Kalor
Tumor
Nyeri Akut
Hipertermi
Ruptur
Kardiogenic Shock
Anafilaktic Shock
Perdarahan
Rubor
Fungsio Laesa
Malfungsi
Infertil Leukhorea
Ketidak Nyamanan Abdomen
Mual dan Muntah Ansietas Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang Dari Kebutuhan Tubuh
Gambar 2.1 Pathway Penyakit Radang Panggul
9
Disfungsi seksual
Patofisiologi PID dimulai dari infeksi di vagina atau serviks yang didapatkan dari infeksi menular seksual (IMS), biasanya disebabkan oleh C. trachomatis atau N. gonorrhoeae. Selanjutnya, bakteri tersebut naik ke saluran genitalia yang lebih atas. Mekanisme penyebab kenaikan ini diduga bersifat multifaktorial. Lendir
serviks
merupakan
salah
satu
penghalang
naiknya
mikroorganisme patogen ke saluran genitalia yang lebih atas. Namun, pada kondisi infeksi yang menyebabkan inflamasi pada vagina atau serviks, efektvitas perlindungan lendir serviks ini menjadi berkurang. Begitu juga pada saat ovulasi dan menstruasi, efektivitas perlindungan serviks menjadi berkurang diakibatkan perubahan hormonal. Selain itu, aliran darah menstruasi merupakan medium biakan yang baik untuk bakteri. Faktor lain yang mungkin berperan adalah senggama. Diperkirakan saat orgasme, kontraksi uterus yang ritmik turut memfasilitasi naiknya bakteri ke saluran genitalia atas. Bakteri juga dapat terbawa oleh sperma ke dalam uterus dan tuba falopii. Infeksi pada tuba falopii ini awalnya hanya mengenai mukosa, tetapi selanjutnya inflamasi dapat cepat menyebar ke transmural. Inflamasi ini dapat terus berlanjut ke struktur parametrial termasuk usus. Melalui tumpahan cairan purulen dari tuba falopii atau penyebaran limfatik, infeksi dapat berlanjut sampai melewati pelvis yang menyebabkan peritonitis akut dan perihepatitis akut (Sindrom Fitz-Hugh – Curtis). Faktor lain yang diduga turut terlibat dalam mekanisme terjadinya PID adalah faktor genetik. Polimorfisme pada gen Toll-Like Receptor (TLR) yang merupakan komponen penting pada sistem kekebalan tubuh bawaan diketahui meningkatkan risiko dari infeksi saluran genitalia atas. Varian gen ini juga berhubungan dengan progresivitas infeksi C.trachomatis pada PID. Secara garis besar Yelsi Khairani dalam jurnal Pendahuluan Penyakit Radang Panggul, 2013 menjelaskan bahwa patofisologi penyakit ini dipengaruhi beberapa factor yang memegang peranan, yaitu :
10
1.
Tergangunya barier fisiologik. Secara fisiologik penyebaran kuman ke atas ke dalam genetalia interna, akan mengalami hambatan : a.
Di ostium uteri eksternum.
b.
Di kornu tuba.
c.
Pada waktu haid, akibat adanya deskuamasi endometrium maka kuman-kuman pada endometrium turut terbuang. Pada ostium uteri eksternum, penyebaran asenden kuman-kuman dihambat secara : mekanik, biokemik dan imunologik. Pada keadaan tertentu barier fisiologik ini dapat terganggu, misalnya pada saat persalinan, abortus, instrumentasi pada kanalis servikalis dan insersi alat kontrasepsi dalam.
2. Adanya organisme yang berperan sebagai vektor. Trikomonas vaginalis dapat menembus barier fisiologik dan bergerak sampai tuba falopii. Kuman-kuman sebagai penyebab infeksi dapat melekat pada trikomonas vaginalis yang berfungsi sebagai vektor dan terbawa sampai tuba Falopii dan menimbulkan peradangan ditempat tersebut. Sepermatozoa juga terbukti berperan sebagai vector untuk kuman-kuman N.gonore, Ureaplasma ureoltik , C.trakomatis dan banyak kuman-kuman aerobik dan anaerobik lainnya. 3.
Aktivitas seksual. Pada waktu koitus, bila wanita orgasme, maka akan terjadi kontraksi uterus yang dapat menarik spermatozoa dan kuman-kuman memasuki kanilis servikalis.
4.
Peristiwa haid. Radang panggul akibat N. gonore mempunyai hubungan dengan siklus haid. Peristiwa haid yang siklik, berperan penting dalam terjadinya radang panggul gonore. Periode yang paling rawan terjadinya radang panggul adalah pada minggu pertama setelah haid. Cairan haid dan jaringan nekrotik merupakan media yang sangat baik untuk tumbuhannya kuman-kuman N. gonore. Pada saat itu penderita akan mengalami gejala-
11
gejala salpingitis akut disertai panas badan. Oleh karena itu gejala ini sering juga disebut sebagai “ Febrile Menses ”.
D. Tanda dan Gejala
Gejala biasanya muncul segera setelah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual dan muntah. Biasanya infeksi akan menyumbat tuba fallopi. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur da kemandulan. Infeksi menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan parut dan perlengketan fibrosa yang abnormal dan diantara organorgan perut serta menyebabkn nyeri menahun. Di dalam tuba, ovarium maupun panggul bisa terbentuk abses (penimbunan nanah). Jika abses pecah dan nanah masuk ke rongga panggul, gejalanya segera memburuk dan penderita bisa mengalami syok. Lebih jauh lagi bisa terjadi penyebaran infeksi kedalam darah sehingga terjadi sepsis. (Nugroho & Utama, 2014) Berikut secara terperinci kami tampilkan 13 tanda khas penyakit radang panggul : 1.
Perut Bagian Bawah Terasa Nyeri Perut bagian bawah yang rasanya tiba-tiba sakit memang bisa jadi adalah rasa nyeri yang biasanya dirasakan ketika memasuki masa datang bulan. Tapi ketika rasa sakit ini berkelanjutan dan dapat muncul meski sudah lewat dari masa menstruasi, klien perlu curiga. Rasa sakit tersebut dapat diartikan sebagai gejala radang panggul sehingga sebaiknya segera memeriksakan diri ke dokter.
2.
Nyeri Panggul Ketika terjadi peradangan atau inflamasi di bagian panggul, maka tak heran kalau salah satu gejalanya adalah ada rasa nyeri di bagian panggul. Saat panggul mulai sakit, mungkin klien akan mengabaikannya bila hal tersebut hanya sementara dan beberapa hari saja. Tapi saat sudah
12
berkelanjutan, klien perlu curiga dan temui dokter untuk mendiagnosa apakah ada yang tidak beres pada kesehatan panggul klien. 3.
Terasa Sakit saat Buang Air Kecil Ada banyak kondisi penyakit yang ditandai dengan rasa sakit muncul ketika melakukan buang air kecil. Hal tersebut dapat menandakan adanya masalah prostat pada pria, atau bisa juga ini diakibatkan oleh kurangnya asupan serat yang diserap tubuh. Kebiasaan menahan buang air kecil terlalu sering juga dapat menjadi pemicu utama rasa nyeri tersebut. Infeksi saluran kencing juga, batu ginjal serta infeksi kandung kemih adalah kondisi gangguan kesehatan lainnya yang memiliki gejala sakit saat buang air kecil. Jadi jika rasa sakit tersebut selalu muncul terusmenerus, klien wajib memastikan apa yang tengah terjadi, khususnya bila klien tak merasa sering menahan buang air kecil. Dengan diagnosa,klien akan tahu apakah ini ada kaitannya dengan radang panggul.
4.
Terasa Sakit saat Berhubungan Intim Berhubungan intim dengan suami dan terasa sakit di area kewanitaan Anda dapat menandakan ada yang tak beres pada bagian panggul Anda. Kemungkinan adanya kondisi penyakit lain pun cukup besar, namun saat gejala ini timbul bersama beberapa gejala lain yang sudah disebutkan, Anda patut mewaspadainya sebagai radang panggul.
5.
Demam Tinggi Demam tak hanya terjadi bagi yang sedang mengalami penyakit flu, batuk, maupun panas dalam atau masuk angin. Ada banyak penyakit yang dapat ditandai dengan adanya kondisi demam ini, namun ketika rasa sakit di area panggul kerap muncul ditambah dengan demam ini, bisa jadi radang panggul adalah masalahnya. Demam ini juga biasanya disertai dengan menggigil.
6.
Perubahan Warna saat Keputihan Saat seorang wanita mengalami keputihan yang tidak biasa, ini pun harus dicurigai, apalagi bila terjadi perubahan warna. Kalau keputihan biasanya keluar lendir berwarna putih, pada penderita gejala radang panggul akan
13
keluar lendir yang warnanya kuning atau hijau. Jangan abaikan bila sudah mengalami tahap ini. Keputihan yang warnanya sudah berubah kemungkinan besar adalah tanda infeksi mulai menyerang organ reproduksi. Dengan adanya ciri tersebut, hendaknya para wanita lebih waspada dan segera memeriksakan diri supaya jelas penyakit apa yang diderita. Penanganan pun lebih cepat serta tepat apabila dari awal gejala muncul langsung diperiksa. 7.
Mual dan Muntah Rasa mual pun terjadi dan sangat membuat penderitanya tidak nyaman. Biasanya ini bakal terjadi ketika penderita mengalami demam, dan kemungkinan besar akan selalu diikuti dengan muntah-muntah. Jika gejala ini muncul cukup lama dan berjangka panjang, jangan lagi abaikan karena ini pasti berbeda dari gejala masuk angin biasa.
8.
Datang Bulan Sangat Lama Kalau normalnya datang bulan yang dialami wanita paling lama adalah sekitar 5 hari sampai 1 minggu, datang bulan sebagai gejala radang panggul bisa terjadi sangat lama. Masa menstruasi bakal lebih panjang dari biasanya sehingga Anda perlu memeriksakannya karena ini termasuk tak normal. Mendapatkan diagnosa yang tepat dari dokter adalah keputusan paling tepat untuk dilakukan.
9.
Rasa Nyeri Berlebih ketika Datang Bulan Selain menstruasi waktunya jauh lebih panjang, klien juga akan merasakan ada yang tak beres pada bagian perut klien dimana rasa sakit atau nyerinya begitu tak nyaman. Rasa sakitnya jauh lebih menyiksa ketimbang saat menstruasi di hari-hari biasa dan normalnya. Saat ini terjadi, klien juga bisa mencurigainya dan akan jauh lebih aman kalau klien ke dokter untuk memperoleh diagnosa yang benar. Ini perlu dilakukan agar klien bisa mendapatkan penanganan yang tepat bila benar terjadi apa-apa.
14
10. Pendarahan Lebih Banyak saat Datang Bulan Selain masa menstruasi lebih lama dan rasa sakit berlebihan, pendarahan atau proses keluarnya darah di masa tersebut pun terbilang tak normal. Jika pendarahan lebih banyak dari hari-hari biasanya klien mengalami datang bulan, ini bisa jadi adalah tanda adanya masalah di bagian panggul. Ketika panggul sudah merasa tak nyaman juga, periksakan supaya tidak terlambat. Bahkan pendarahan ini bisa saja tidak berhenti dan terus berlanjut di antara periode datang bulan. Kalau seharusnya klien tahu bahwa masa datang bulan sudah selesai tapi justru pendarahan masih terjadi, klien perlu mengkhawatirkan hal ini. Anjurkan klien untuk segera mencar i cara mengatasi nyeri haid yang berlebihan juga. 11. Cepat Lelah Rasa kelelahan yang begitu cepat kemungkinan disebabkan oleh pendarahan yang terjadi atau efek dari rasa nyeri yang terus-terusan dirasakan. Ketika banyak darah yang keluar, tubuh pun otomatis menjadi lebih lemah dari biasanya sehingga ini berpengaruh juga terhadap mudahnya tubuh kelelahan. Menemui dokter di saat gejala ini timbul disertai gejala lainnya akan sangat menolong klien. 12. Cairan Keputihan Berbau Tak Sedap Klien juga perlu lebih peka terhadap apa yang terjadi selama keputihan. Mengalami keputihan dengan perubahan warna ternyata bukanlah satusatunya yang menandakan adanya masalah pada panggul klien. Radang panggul juga kerap ditandai dengan adanya cairan keputihan dengan bau yang tak biasa pada umumnya, baunya begitu tak sedap. 13. Pingsan Wanita yang pingsan walau tak memiliki penyakit anemia atau darah rendah bisa juga dicurigai mengalami penyakit radang panggul. Radang panggul juga mampu menjadi salah satu penyebab pingsan mendadak. Jika hal ini terjadi pada klien, ini artinya gejala yang dialami sudah
15
termasuk dalam kategori serius sehingga jangan tunda lagi untuk memperoleh bantuan medis tahap lanjut.
E. Klasifikasi PID
Berdasarkan rekomendasi “Infectious Disease Society for Obstetrics & Gynecology”, USA, Hager membagi derajat radang panggul menjadi : Derajat I
: Radang panggul tanpa penyulit (terbatas pada tuba dan ovarium), dengan atau tanpa pelvio – peritonitis.
Derajat II
: Radang panggul dengan penyulit (didapatkan masa radang, atau abses pada kedua tuba ovarium) dengan atau tanpa pelvio – peritonitis.
Derajat III
: Radang panggul dengan penyebaran diluar organ-or gan pelvik, misal adanya abses tubo ovarial.
1.
Endometritis a.
Definisi
Endometritis adalah suatu peradangan endometrium yang biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri pada jaringan. (Taber, B., 1994). Endometritis adalah infeksi pada endometrium (lapisan dalam dari rahim). (Manuaba, I. B. G., 1998). Endometritis adalah suatu infeksi yag terjadi di endometrium, merupakan komplikasi pascapartum, biasanya terjadi 48 sampai 72 jam setelah melahirkan. Endometritis adalah peradangan pada dinding uterus yang umumnya disebabkan oleh partus. Dengan kata lain endometritis didefinisikan sebagai inflamasi dari endometrium Derajat efeknya terhadap fertilitas bervariasi dalam hal keparahan radang , waktu yang diperlukan untuk penyembuhan lesi endometrium, dan tingkat perubahan permanen yang merusak fungsi dari glandula endometrium dan atau merubah lingkungan uterus dan oviduk. Organisme nonspesifik primer
16
yang dikaitkan dengan patologi endometrial adalah Corynebacterium pyogenes dan gram negatif anaerob.
b.
Etiologi
Endometritis sering ditemukan pada wanita setelah seksio sesarea terutama bila sebelumnya ada riwayat koriomnionitis, partus lama, pecah ketuban yang lama. Penyebab lainnya dari endometritis adalah adanya tanda jaringan plasenta yang tertahan setelah abortus dan melahirkan. (Taber, B. 1994). Menurut Varney, H. (2001), hal-hal yang dapat menyebabkan infeksi pada wanita adalah: 1)
Waktu persalinan lama, terutama disertai pecahnya ketuban.
2)
Pecahnya ketuban berlangsung lama.
3)
Adanya pemeriksaan vagina selama persalinan dan disertai pecahnya ketuban.
c.
4)
Teknik aseptik tidak dipatuhi.
5)
Manipulasi intrauterus (pengangkatan plasenta secara manual).
6)
Trauma jaringan yang luas/luka terbuka.
7)
Kelahiran secara bedah.
8)
Retensi fragmen plasenta/membran amnion.
Klasifikasi
Menurut Wiknjosastro (2002) 1). Endometritis akut
Terutama terjadi pada masa post partum / post abortum.Pada endometritis post partum regenerasi endometrium selesai pada hari ke-9, sehingga endometritis post partum pada umumnya terjadi sebelum hari ke-9. Endometritis post abortum terutama terjadi pada abortus
provokatus.Pada
endometritis
akuta,
endometrium
mengalami edema dan hiperemi, dan pada pemeriksaan mikroskopik
17
terdapat hiperemi, edema dan infiltrasi leukosit berinti polimorf yang banyak, serta perdarahan-perdarahan interstisial. Sebab yang paling penting ialah infeksi gonorea dan infeksi pada abortus dan partus. Infeksi gonorea mulai sebagai servisitis akut, dan radang menjalar ke atas dan menyebabkan endometritis akut. Infeksi gonorea akan dibahas secara khusus. Pada abortus septik dan sepsis puerperalis infeksi cepat meluas ke miometrium dan melalui pembuluh-pembuluh darah limfe dapat menjalar ke parametrium, ketuban dan ovarium, dan ke peritoneum sekitarnya. Gejala-gejala endometritis akut dalam hal ini diselubungi oleh gejala-gejala penyakit dalam keseluruhannya. Penderita panas tinggi, kelihatan sakit keras, keluar leukorea yang bernanah, dan uterus serta daerah sekitarnya nyeri pada perabaan.Sebab lain endometritis akut ialah tindakan yang dilakukan dalam uterus di luar partus atau abortus, seperti kerokan, memasukan radium ke dalam uterus, memasukan IUD (intra uterine device) ke dalam uterus, dan sebagainya, tergantung dari virulensi kuman yang dimasukkan dalam uterus, apakah endometritis akut tetap berbatas pada endometrium, atau menjalar ke jaringan di sekitarnya.Endometritis akut yang disebabkan oleh kuman-kuman yang tidak seberapa patogen pada umumnya dapat diatasi atas kekuatan jaringan sendiri, dibantu dengan pelepasan lapisan fungsional dari endometrium pada waktu haid. Dalam pengobatan endometritis akuta yang paling penting adalah berusaha mencegah, agar infeksi tidak menjalar. a). Gejala : i. ii.
Demam Lochea berbau : pada endometritis post abortum kadangkadang keluar flour yang purulent.
iii.
Lochea lama berdarah malahan terjadi metrorrhagi.
18
b). Terapi : i. ii.
Uterotonika. Istirahat, letak fowler.
iii.
Antibiotika.
iv.
Endometritis senilis perlu dikuret untuk menyampingkan corpus carsinoma. Dapat diberi estrogen.
2). Endometritis kronik
Endometritis kronika tidak seberapa sering terdapat, oleh karena itu infeksi yang tidak dalam masuknya pada miometrium, tidak dapat mempertahankan diri, karena pelepasan lapisan fungsional darn endometrium pada waktu haid. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan banyak sel-sel plasma dan limfosit. Penemuan limfosit saja tidak besar artinya karena sel itu juga ditemukan dalam keadaan normal dalam endometrium. a). Gejala : Gejala-gejala klinis endometritis kronik adalah leukorea dan menorargia. b). Terapi : Pengobatan tergantung dari penyebabnya. c). Endometritis kronis ditemukan: a.
Pada tuberkulosis.
b.
Jika tertinggal sisa-sisa abortus atau partus.
c.
Jika terdapat korpus alineum di kavum uteri.
d.
Pada polip uterus dengan infeksi.
e.
Pada tumor ganas uterus.
f.
Pada salpingo – oofaritis dan selulitis pelvik.
Endometritis tuberkulosa terdapat pada hampir setengah kasuskasus TB genital. Pada pemeriksaan mikroskopik ditemukan tuberkel pada tengah-tengah endometrium yang meradang menahun.
19
Pada abortus inkomplitus dengan sisa-sisa tertinggal dalam uterus terdapat desidua dan vili korealis di tengah-tengah radang menahun endometrium. Pada partus dengan sisa plasenta masih tertinggal dalam uterus, terdapat peradangan dan organisasi dari jaringan tersebut disertai gumpalan darah, dan terbentuklah apa yang dinamakan polip plasenta. Endometritis kronika yang lain umumnya akibat ineksi terusmenerus karena adanya benda asing atau polip/tumor dengan infeksi di dalam kavum uteri.
d.
Patofisiologi
Kuman-kuman masuk endometrium, biasanya pada luka bekas insersio plasenta, dan waktu singkat mengikut sertakan seluruh endometrium. Pada infeksi dengan kuman yang tidak seberapa patogen, radang terbatas pada endometrium. Jaringan desidua bersama-sama dengan bekuan darah menjadi nekrosis serta cairan. Pada batas antara daerah yang meradang dan daerah sehat terdapat lapisan terdiri atas lekosit-lekosit. Pada infeksi yang lebih berat batas endometrium dapat dilampaui dan terjadilah penjalaran. Infeksi endometrium, atau decidua, biasanya hasil dari penyebaran infeksi dari saluran kelamin yang lebih rendah. Dari perspektif patologis, endometritis dapat diklasifikasikan sebagai akut dan kronis. Endometritis akut dicirikan oleh kehadiran neutrofil dalam kelenjar endometrium. Endometritis kronis dicirikan oleh kehadiran plasma sel dan limfosit dalam stroma endometrium. Dalam populasi nonobstetric, penyakit inflammatory panggul dan prosedur invasive adalah predisposisi yang paling umum untuk endometritis akut. Dalam populasi obstetri, infeksi setelah bersalin adalah penyebab paling umum.
20
e.
Manifestasi Klinis
Gambaran klinis dari endometritis tergantung pada jenis dan virulensi kuman, daya tahan penderita dan derajat trauma pada jalan lahir. Kadang-kadang lokhea tertahan oleh darah, sisa-sisa plasenta dan selaput ketuban. Keadaan ini dinamakan lokiometra dan dapat menyebabkan kenaikan suhu yang segera hilang setelah rintangan dibatasi. Uterus pada endometrium agak membesar, serta nyeri pada perabaan, dan lembek. Pada endometritis yang tidak meluas penderita pada hari-hari pertama merasa kurang sehat dan perut nyeri, mulai hari ke 3 suhu meningkat, nadi menjadi cepat, akan tetapi dalam beberapa hari suhu dan nadi menurun, dan dalam kurang lebih satu minggu keadaan sudah normal kembali, lokhea pada endometritis, biasanya bertambah dan kadang-kadang berbau. Hal yang terakhir ini tidak boleh menimbulkan anggapan bahwa infeksinya berat. Malahan infeksi berat kadang-kadang disertai oleh lokhea yang sedikit dan tidak berbau. Gambaran klinik dari endometritis: 1) Nyeri abdomen bagian bawah. 2)
Mengeluarkan keputihan (leukorea).
3)
Kadang terjadi pendarahan.
4)
Dapat terjadi penyebaran.
Menurut (Manuaba, I. B. G., 1998) tanda dan gejala endometritis meliputi : 1)
Miometritis (pada otot rahim).
2)
Parametritis (sekitar rahim).
3)
Salpingitis (saluran otot).
4)
Ooforitis (indung telur).
5)
Pembentukan penahanan sehingga terjadi abses.
21
Menurut Varney, H (2001), tanda dan gejala endometritis meliputi: 1)
Takikardi 100-140 bpm.
2)
Suhu 30 – 40 derajat celcius.
3)
Menggigil.
4) Nyeri tekan uterus yang meluas secara lateral. 5)
Peningkatan nyeri setelah melahirkan.
6)
Sub involusi.
7)
Distensi abdomen.
8)
Lokea sedikit dan tidak berbau/banyak, berbau busuk, mengandung darah seropurulen.
9)
Awitan 3-5 hari pasca partum, kecuali jika disertai infeksi streptococcus.
10) Jumlah sel darah putih meningkat.
f.
g.
Komplikasi
1)
Wound infection
2)
Peritonitis
3)
Adnexal infection.
4)
Parametrial phlegmon
5)
Abses pelvis
6)
Septic pelvic thrombophlebitis.
Penatalaksanaan
1)
Antibiotika ditambah drainase yang memadai merupakan pojok sasaran terpi. Evaluasi klinis daan organisme yang terlihat pada pewarnaan gram, seperti juga pengetahuan bakteri yang diisolasi dari infeksi serupa sebelumnya, memberikan petunjuk untuk terapi antibiotik.
2)
Cairan intravena dan elektrolit merupakan terapi pengganti untuk dehidrasi ditambah terapi pemeliharaan untuk pasien-pasien yang tidak mampu mentoleransi makanan lewat mulut. Secepat mungkin
22
pasien diberikan diit per oral untuk memberikan nutrisi yang memadai. 3)
Pengganti darah dapat diindikasikan untuk anemia berat dengan post abortus atau post partum.
4)
Tirah baring dan analgesia merupakan terapi pendukung yang banyak manfaatnya.
5)
Tindakan bedah: endometritis post partum sering disertai dengan jaringan plasenta yang tertahan atau obstruksi serviks. Drainase lokia yang memadai sangat penting. Jaringan plasenta yang tertinggal dikeluarkan
dengan
kuretase
perlahan-lahan
dan
hati-hati.
Histerektomi dan salpingo – oofaringektomi bilateral mungkin ditemukan bila klostridia teah meluas melampaui endometrium dan ditemukan bukti adanya sepsis sistemik klostridia (syok, hemolisis, gagal ginjal).
h.
Pemeriksaan Diagnostik
1)
Jumlah sel darah putih: normal/tinggi.
2)
Laju sedimentasi darah dan jumlah sel darah merah: sangat meningkat pada adanya infeksi.
3)
Hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht): penurunan pada adanya anemia.
4)
Kultur
(aerobik/anaerobik)
dari
bahan
intrauterus/intraservikal
drainase luka/pewarnaan gram dari lokhia servik dan uterus: mengidentifikasi organisme penyebab. 5)
Urinalisis dan kultur: mengesampingkan infeksi saluran kemih.
6)
Ultrasonografi: menentukan adanya fragmen-fragmen plasenta yang tertahan, melokalisasi abses peritoneum.
7)
Pemeriksaan
bimanual:
menentukan
sifat
dan
lokasi
nyeri
pelvis,massa, pembentukan abses atau adanya vena-vena dengan trombosis. 8)
Bakteriologi:
spesimen
darah,
urin
dikirim
ke
laboratorium
bakteriologi untuk pewarnaan gram, biakan dan pemeriksaan
23
sensitifitas antibiotik. Organisme yang sering diisolasi dari darah pasien
dengan
peptokokus,
endometritis
enterokokus,
setelah clostridium,
seksio
sesarea
bakterioles
adalah fragilis,
Escherechia coli, Streptococcus beta hemilitikus, stafilokokus koagulase-positif, mikrokokus, proteus, klebsiela dan streptokokus viridans (Di Zerega). 9)
Kecepatan sedimentasi eritrosit:
10) Nilai dari tes ini sangat terbatas karena derajat sedimentasi cenderung meningkat selama kehamilan maupun selama infeksi. 11) Foto abdomen 12) Udara di dalam jaringan pelvis memberi kesan adanya mionekrosis klostridia.
i.
1.
Asuhan Keperawatan Endometritis
Pengkajian a.
b.
Aktifitas/istirahat 1)
Malaise, letargi.
2)
Kelelahan/keletihan yang terus menerus.
Sirkulasi Takikardi.
c.
d.
Eliminasi 1)
Diare mungkin ada.
2)
Bising usus mungkin tidak ada jika terjadi paralitik ileus.
Integritas ego Ansietas jelas (poritunitis).
e.
f.
Makanan atau cairan 1)
Anoreksia, mual/muntah.
2)
Haus, membran mukosa kering.
3)
Distensi abdomen, kekakuan, nyeri lepas (peritonitis).
Neurosensori Sakit kepala.
24
g. Nyeri/ketidaknyamanan. 1) Nyeri lokal, disuria, ketidaknyamanan abdomen. 2) Nyeri abdomen bawah/uterus serta nyeri tekan. 3) Nyeri/kekakuan abdomen. h.
Pernapasan Pernapasan cepat/dangkal (berat/pernapasan sistemik).
i.
Keamanan 1)
Suhu 38 derajat celcius atau lebih terjadi jika terus-menerus, di luar 24 jam pascapartum.
j.
k.
2)
Demam ringan.
3)
Menggigil.
4)
Infeksi sebelumnya.
5)
Pemajanan lingkungan.
Seksualitas 1)
Pecah ketuban dini/lama, persalinan lama.
2)
Hemorargi pascapartum.
3)
Tepi insisi: kemerahan, edema, keras, nyeri tekan, drainase purulen.
4)
Subinvolusi uterus mungkin ada.
5)
Lokhia mungkin bau busuk/tidak bau, banyak/berlebihan.
Interaksi sosial Status sosio ekonomi rendah.
2.
Diagnosis Keperawatan a. Nyeri akut berhubungan dengan respon tubuh dan sifat infeksi b.
Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan mual dan muntah.
c.
Ansietas berhubungan dengan gejala terkait penyakit (Leukhorea)
25
No.
1
Diagnosis Keperawatan
Nyeri
akut
Tujuan dan Kriteria Hasil
berhubungan Setelah
dilakukan
Intervensi
tindakan
a. Kaji secara komprehensif terhadap
dengan respon tubuh dan keperawatan selama 3 x 24 jam,
nyeri
sifat infeksi
Nyeri akut pada pasien dapat
karakteristik,
Batasan karakteristik :
berkurang bahkan hilang dengan
kualitas, intensitas nyeri dan faktor
a. Perubahan
tekanan kriteria hasil :
darah b. Perubahan
a. Mampu frekuensi
jantung c. Perubahan pernafasan
lokasi,
durasi,
frekuensi,
mengontrol
nyeri
b. Observasi reaksi ketidaknyaman
(tahu penyebab nyeri, mampu tekhnik
farmakologi
secara nonverbal
non c. Gunakan
strategi
komunikasi
terapeutik untuk mengungkapkan
d. Laporan isyarat
bantuan)
pengalaman nyeri dan penerimaan
e. Prilaku distraksi
b. Melaporkan
Mengekspresikan
berkurang
prilaku
menggunakan
(Gelisah,
menangis, merengek ) g. Masker wajah ( Mata kurang
bercahaya,
tampak kacau, gerakan
mengetahui
tingkat
pasien
untuk
bahwa
b. Untuk
ketidaknyamanan dirasakan oleh
mengurangi nyeri, mencari
f.
pasien
presipitasi
menggunakan frekwensi
termasuk
a. Untuk mengetahui tingkat nyeri
nyeri
c. Untuk mengalihkan perhatian pasien dari rasa nyeri
klien terhadap respon nyeri
dengan
d. Tentukan pengaruh pengalaman
managemen
nyeri c. Mampu mengenali nyeri (
nyeri
terhadap
(nafsu
makan,
kualitas tidur,
hidup
aktivitas,
mood, hubungan sosial)
skala, intensitas, frekwensi
e. Tentukan
dan tanda nyeri )
faktor
memperburuk
26
yang
dirasakan
berpengaruh
terhadap
klien yang
lainnya
yang
nyeri.
d. Untuk mengetahui apakah nyeri
dapat
e. Untuk mengurangi factor yang
Lakukan
dapat memperburuk nyeri yang
mata
berpencar
atau
tetap pada satu focus
d. Menyatakan
rasa
nyaman
evaluasi dengan klien dan tim
setelah nyeri berkurang
kesehatan
meringis )
pengontrolan
h. Sikap melindungi area
Fokus
f. menyempit
yang
telah
Berikan informasi tentang nyeri
f. Mengetahui
apakah
terjadi
termasuk penyebab nyeri, berapa
pengurangan rasa nyeri atau
persepsi
lama nyeri akan hilang, antisipasi
nyeri
nyeri, hambatan proses
terhadap
bertambah.
berfikir,
prosedur
penurunan
interaksi dengan orang
Indikasi
nyeri
ketidaknyamanan
dari
g. Control lingkungan yang dapat
dan lingkungan )
mempengaruhi yang
ketidaknyamanan
dapat diamati
respon klien
dirasakan
mengurangi
ketidaknyamanan
(suhu
h. Hilangkan faktor presipitasi yang
menghindari nyeri
dapat meningkatkan pengalaman
Dilatasi pupil
nyeri
m. Melaporkan
g. Untuk
yang
klien
tingkat yang
dirasakan klien.
ruangan, cahaya dan suara)
k. Perubahan posisi untuk
l.
nyeri
ukuran
(
Gangguan
j.
tentang
dilakukan
nyeri i.
lain
dirasakan klien
nyeri
klien
(ketakutan,
h. Agar nyeri yang dirasakan klien tidak bertambah.
kurang
pengetahuan)
secara verbal
i.
Ajarkan cara penggunaan terapi non farmakologi (distraksi, guide
27
i.
Agar
klien
menggunakan
mampu teknik
imagery, relaksasi)
nonfarmakologi
dalam
memanagement
nyeri
yang
dirasakan. j.
Kolaborasi
dalam
pemberian
analgesic
2
Perubahan dari
nutrisi
kurang Setelah
kebutuhan
dilakukan
berhubungan dengan mual Kebutuhan dan muntah.
c.
d.
a. Adanya
Kram Abdomen
b. Nyeri
pada
panggul
peningkatan
sesuai
kebutuhan
Berat badan 20% atau
parenteral atau per oral
pasien
d. Menunjukkan fungsi
intervensi
yang
bersih
dapat
diberikan. b. Jaga kebersihan mulut, anjurkan untuk
selalu
melalukan
oral
c. Delegatif pemberian nutrisi yang
peningkatan
pengecapan
dapat
b. Mulut
yang
meningkatkan nafsu makan
hygiene.
berat badan ideal pada
sehingga
menentukan
secara
c. Nafsu makan klien meningkat
makanan
untuk mengetahui status nutrisi
berat
lebih di bawah rentang
minat
dapat
a. Pengkajian penting dilakukan
klien
b. Klien dapat mentoleransi diet
sekitar abdomen
Kurang
a. Kaji status nutrisi pasien
badan sesuai dengan tujuan dan
analgetik
Nutrition management
terpenuhi dengan kriteria hasil :
Batasan Karakteristik : a.
nutrisi
Pemberian
mengurangi rasa nyeri pasien
tindakan Nutrition management
tubuh keperawatan selama 5 x 24 jam,
j.
dari
menelan
membantu
sesuai dengan kebutuhan pasien :
kebutuhan
diet pasien diabetes mellitus.
dibutuhkan pasien.
d. Berian
28
c. Untuk
informasi
yang
tepat
memenuhi
nutrisi
yang
d. Informasi yang diberikan dapat
e.
Mual
terhadap pasien tentang kebutuhan
memotivasi
nutrisi yang tepat dan sesuai.
meningkatkan intake nutrisi.
e. Anjurkan
pasien
pasien
untuk
untuk
e. Zat besi dapat membantu tubuh
mengkonsumsi makanan tinggi zat
sebagai zat penambah darah
besi seperti sayuran hijau
sehingga mencegah terjadinya anemia atau kekurangan darah
Nausea management
Nausea management
a. Kaji frekuensi mual, durasi, tingkat keparahan, presipitasi
faktor yang
a. Penting
untuk
mengetahui
frekuensi,
karakteristik mual dan faktor-
menyebabkan
faktor yang menyebabkan mual.
mual.
Apabila karakteristik mual dan faktor penyebab mual diketahui maka
dapat
menetukan
intervensi yang diberikan. b. Anjurkan pasien makan sedikit demi sedikit tapi sering.
b. Makan dapat nutrisi.
29
sedikit
demi
meningkatkn
sedikit intake
c. Anjurkan
pasien
untuk
makan
selagi hangat
c. Makanan dalam kondisi hangat dapat menurunkan rasa mual sehingga intake nutrisi dapat ditingkatkan.
d. Delegatif
pemberian
terapi
d. Antiemetik
dapat
terapi
digunakan
antiemetik :
sebagai
farmakologis
Ondansentron 2×4 (k/p)
dalam manajemen mual dengan menghamabat
sekres
asam
lambung. Weight management
a. Diskusikan dengan keluarga dan
Weight management
a. Membantu memilih alternatif
pasien pentingnya intake nutrisi
pemenuhan
dan hal-hal yang menyebabkan
adekuat.
nutrisi
yang
penurunan berat badan. b. Timbang berat badan pasien jika memungkinan dengan teratur.
b. Dengan menimbang berat badan dapat memantau peningkatan dan penrunan status gizi.
30
3
Gangguan
rasa
nyaman NOC
Anxiety Reduction
Anxiety Reduction
berhubungan dengan gejala
a. Ansiety
terkait penyakit (Leukhorea)
b. Fear Level
kecemasan klien dengan penuh
penyebab
Batasan karakteristik :
c. Comfort
perhatian
sehingga
a.
Ansietas
Setelah
b.
Takut
keperawatan selama 3 x 24 jam,
klien
c.
Merintih
Gangguan rasa nyaman
intervensi
d.
Melaporkan
perasaan
tidak nyaman
dilakukan
Melaporkan rasa gatal
f.
Melaporkan
kurang
senang dangan situasi
Mendengarkan
penyebab
a.
tindakan
klien
kenyamanan
Klien
dapat
mengungkapkan kecemasannya perawat
dapat
menentukan tingkat kecemasan
teratasi dengan kriteria hasil : a. Status
e.
a.
dan
menentukan untuk
klien
selanjutnya. b.
meningkat
Observasi tanda verbal dan non
b.
verbal dari kecemasan klien
Mengobservasi tanda verbal dan non verbal dari kecemasan klien
b. Dapat mengontrol ketakutan
dapat
mengetahui
tingkat
c. Dapat mengontrol gejala
kecemasan yang klien alami.
tersebut g.
Gelisah
Calming Technique a.
Menganjurkan
Calming Technique
keluarga
tetap mendampingi klien
untuk
a.
Dukungan
keluarga
memperkuat mekanisme koping klien
sehingga
ansietasnya berkurang
31
dapat
tingkat
b.
Mengurangi atau menghilangkan rangsangan
yang
b.
menyebabkan
Pengurangan atau penghilangan rangsang penyebab kecemasan
kecemasan pada klien
dapat meningkatkan ketenangan pada
klien
dan
mengurangi
tingkat kecemasannya
Coping enhancement a.
Coping enhancement
Meningkatkan pengetahuan klien
a.
mengenai glaucoma.
Peningkatan
pengetahuan
tentang penyakit yang dialami klien
dapat
mekanisme terhadap
membangun koping
klien
kecemasan
yang
relaksasi
yang
dialaminya b.
Menginstruksikan
klien
untuk
menggunakan tekhnik relaksasi
b.
Tekhnik diberikan
pada
klien
mengurangi ansietas
32
dapat
2.
Salpingitis a.
Definisi
Salpingitis adalah terjadinya inflamasi pada tuba fallopi.Tuba fallopi perpanjangan dari uterus, salpingitis adalah salah satu penyebab umum terjadinya infertilitas pada wanita. Apabila salpingitis tidak ditangani dengan segera, maka infeksi ini akan menyebabkan kerusakan pada tuba fallopi secara permanen sehingga sel telur yang dikeluarkan dari ovarium tidak dapat bertemu dengan sperma. Tanpa penanganan yang cepat infeksi bisa terjadi secara permanen merusak tuba fallopi sehingga sel telur yang dikeluarkan pada proses menstruasi tidak bisa bertemu dengan sperma (Prawirohardjo, 2007). Ada dua jenis dari salpingitis : 1)
Salpingitis akut : pada salpingitis akut, tuba fallopi menjadi merah dan bengkak, dan keluar cairan berlebih sehingga bagian dalam dinding tuba sering menempel secara menyeluruh. Tuba bisa juga menempel pada bagian intestinal yang terdekat. Kadang-kadang tuba fallopi penuh dengan pus. Hal yang jarang terjadi, tuba rupture dan menyebabkan infeksi yang sangat berbahaya pada kavum abdominal (Peritonitis).
2)
Salpingitis Kronis : Biasanya mengikuti gejala akut. Infeksi terjadi ringan, dalam waktu yang panjang dan tidak menunjukan banyak tanda dan gejala. (Prawirohardjo, 2007).
Salpingitis atau radang tuba fallopi merupakan bagian dari penyakit radang panggul atau pelviksitis. Sejarah salpingitis (radang tuba fallopi) adalah yang tertinggi terkait dengan relatif risiko ketidaksuburan. Kirakira
satu
sampai
tiga
perempuan
menunjukkan
hasil
evaluasi
ketidaksuburan yang memperlihatkan tanda-tanda dan gejala bahwa masalah itu disebabkan berkenaan dgn kandungan atau tuba fallopi yang abnormal. Tuba fallopi yang mengalami penyumbatan atau menjadi rusak
33
dapat mengurangi kesuburan dengan mencegah sperma mencapai telur atau mencegah telur mencapai rahim. Ketidaksuburan pada tuba fallopi juga dapat timbul setelah terjadinya infeksi keguguran, infeksi pada saat melahirkan anak, radang selaput perut atau operasi. Kemandulan yang disebabkan oleh beberapa faktor-faktor ini sebagian dapat dicegah. Ketidaksuburan pada tuba fallopi kadang-kadang dapat ditindak dengan melakukan operasi, tetapi jika hal ini tidak memungkinkan, atau jika operasi ini gagal, IVF (In Vitro Fertilisation) atau program bayi tabung mungkin merupakan sebuah solusi. Operasi tuba fallopi merupakan prosedur yang melibatkan anestesi secara umum dan seringkali berlangsung selama beberapa jam. Operasi biasanya dilakukan dengan bantuan mikroskop. Keberhasilan dari operasi sekitar 45% kalau masalahnya ada pada akhir saluran tuba, tetapi hanya 20-25% bila masalahnya pada penyumbatan fimbrial di ujung saluran tuba fallopi, dekat dengan ovaries. Salpingitis akut dapat segera didiagnosis jika semua tanda dan gejala objektif terdapat dan sesuai. Tetapi, sejumlah keadaan lain dapat menyerupai keseluruhan atau sebagian spektrum manifestasi yang biasa ditemui. Adalah kesalahan serius mendiagnosis selpingitis pada wanita yang sebenarnya tidak menderitanya. Hal ini tidak hanya menempatkan wanita pada regimen terapi antibiotik yang lama dengan resiko dan biayanya, terapi memperlambat penemuan diagnosis yang sebenarnya dan penatalaksanaanya. Selain itu, dokter cenderung menganggap tiap gangguan pelvis di masa mendatang disebabkan karena infeksi ini. Carilah riwayat pemaparan penyakit menular seksual yang terjadi sekarang atau di masa lampau terutama infeksi gonokokus atau klamidia, penyakit peradangan pelvis yang tercatat baik, penggunaan alat kontrasepsi dalam rahim atau infeksi pasca abortus atau pasca persalinan.
34
b.
Insidensi
Lebih dari satu juta kasus salpingitis akut dilaporkan setiap tahun di AS, namun jumlah insiden ini mungkin lebih besar, karena metode pelaporan tidak lengkap dan terlalu dini dan bahwa banyak kasus dilaporkan pertama ketika penyakit itu telah pergi begitu jauh bahwa mereka telah mengembangkan kronis komplikasi. Bagi wanita berusia 16-25,
salpingitis
adalah
infeksi
serius
yang
paling
umum.Ini
mempengaruhi sekitar 11% dari wanita usia reproduktif. Salpingitis memiliki insiden yang lebih tinggi di antara anggota kelas-kelas sosial ekonomi rendah. Namun, hal ini dianggap sebagai akibat dari debut seks sebelumnya, beberapa mitra dan kemampuan rendah untuk menerima perawatan kesehatan yang layak bukan karena faktor resiko independen untuk salpingitis. Sebagai akibat dari peningkatan risiko karena beberapa mitra, prevalensi salpingitis tertinggi untuk orang yang berusia 15-24 tahun. Penurunan kesadaran gejala dan kurang kemauan untuk menggunakan alat kontrasepsi juga umum dalam kelompok ini, meningkatkan terjadinya salpingitis. Organisasi Kesehatan Dunia telah menerbitkan data tentang jumlah kasus tentang gonore dan klamidia di seluruh dunia tahun 1995. Pada tahun itu, sekitar 31 juta kasus infeksi gonore dan 22,5 juta kasus infeksi clamydia, merupakan organism penyebab utama salpingitis dan terjadi pada wanita di seluruh dunia. Secara geografis sebagian besar kasus ini berada di Negara berkembang. Prevalensi tertinggi berada di sub-Sahara Afrika dan Asia Tenggara, dengan terendah di Asia Timur dan Pasifik. Selain itu, komplikasi penyakit menular seksual, termasuk salpingitis lebih umum di Negara-negara dengan sumber daya yang lebih miskin.
c.
Etiologi
Kondisi ini tidak diketahui, kemungkinan penyebabnya adalah karena seperti proses pasca-inflamasi distorsi dan adenomiosis (Green, 1989). Pemeriksaan mikroskopis menunjukkan nodul tersebar kelenjar
35
epitel tuba dikelilingi oleh area - area muskularis (Benjamin, 1989). Pada hysterosalpingography,
diagnosis
mungkin
bingung
dengan
endometriosis tuba, bagaimanapun, adanya epitel tuba yang melapisi kelenjar pada aturan pemeriksaan histopatologi yang keluar adalah endometriosis
(McComb,
1989).
Majumdar
(1983)
mengatakan
hiperplasia endometrium kompleks terlihat pada kasus dapat yang dikaitkan
dengan
pengobatan
hormonal
yang
digunakan
untuk
infertilitas. Komplikasi salpingitis isthmica nodosa adalah infertilitas dan berulang kehamilan ektopik dan karenanya, salpingitis isthmica nodosa merupakan penyebab penting untuk dikesampingkan dalam kasus tersebut (Chawla, 2009). Salpingitis disebabkan oleh bakteri penginfeksi. Jenis-jenis bakteri yang biasanya menyebabkan Salpingitis : Mycoplasma, staphylococcus, dansteptococus. Selain itu salpingitis bisa juga disebabkan penyakit menular seksual seperti gonorrhea, Chlamydia, infeksi puerperal danpost abortum.
Kira-kira
10%
infeksi
disebabkan
oleh
tuberculosis.
Selanjutnya biasa timbul radang adneksa sebagai akibat tindakan (keroksn, laparatomi, pemasangan IUD, dan sebagainya) dan perluasan radang
dari
alat
yang
letaknya
tidak
jauh
seperti
appendiks
(Prawirohardjo, 2007).
d.
Faktor Resiko
1)
Usia Angka usia spesifik lebih tinggi pada remaja wanita anatar usia 15 sampai 19 tahun.
2)
Jumlah pasangan seksual Wanita dengan banyak pasangan 4,6 kali cenderung lebih banyak terkena PID.
3)
Pasien PID sebelumnya. Pasien dengan PID 2,5 kali cenderung lebih banyak memiliki riwayat PID sebelumnya dari pasien tanpa PID.
36
4)
Remaja Melakukan hubungan seksual pada usia muda
5)
Gonore pria Pria yang tidak diobati merupakan sumber infeksi berulang dan infeksi baru.
6)
e.
Faktor sosioekonomi yang rendah
Komplikasi
Di antara sebab-sebab yang paling banyak terdapat ialah infeksi gonorea dan infeksi puerperal dan post abortum. Kira-kira 10% infeksi disebabkan oleh teberkulosis. Selanjutnya bias timbul radang adneksa sebagai akibat tindakan (kerokan, laparatomi, pemasangan IUD, dan sebagainya) dan perluasan radang dari alat yang letaknya tidak jauh seperti appendiks. Penanganan yang tidak serius, salpingitis bisa menyebabkan beberapa komplikasi meliputi : 1)
Kehamilan ektopik.
2)
Infeksi yang terjadi didaerah terdekat dengan tuba fallopi, seperti ovarium atau uterus.
f.
3)
Infertilitas.
4)
Menginfeksi orang yang diajak berhubungan seksual.
Patofisiologi
Infeksi biasanya berawal pada bagian vagina, dan menyebar ke bagian tuba fallopi. Infeksi dapat menyebar melalui pembuluh getah bening, infeksi pada salah satu tuba fallopi biasanya menyebabkan infeksi yang lain. Pada beberapa kasus, salpingitis disebabkan oleh infeksi bakteri seperti Mycoplasma, Staphylococcus, dan Streptococcus. Selain itu salpingitis dapat disebabkan oleh penyakit menular seksual seperti gonore dan kalmidia (Prawirohardjo, 2007).
37
g.
Tanda dan Gejala
Ada pun tanda dan gejala dari salpingitis adalah : 1) Nyeri pada kedua sisi perut 2)
Demam
3)
Mual muntah
4)
Kelainan pada vagina seperti perubahan warna yang tidak seperti orang normal atau berbau.
5) Nyeri selama ovulasi. 6)
Sering kencing
7)
Lower backpain.
8)
Disminorhoe
9) Nyeri Abdomen : nyeri andomen bagian bawah merupakan gejala yang paling dapat dipercaya dari infeksi pelvis akut. Pada mulanya rasa nyeri unilateral, bilateral, atau suprapubik, dan sering berkembang sewaktu atau segera setelah suatu periode menstruasi. Keparahan meningkat secara bertahap setelah beberapa jam sampai beberapa hari, rasa nyeri cenderung menetap, bilateral pada abdomen bagian bawah, dan semakin berat dengan adanya pergerakan 10) Perdarahan pervaginan atau sekret vagina : perdarahan antar menstruasi atau meningkatnya aliran menstruasi atau kedua-duanya dapat merupakan akibat langsung dari endometritis atau pengaruh tidak langsung dari perubahan – perubahan hormonal yang berkaitan dengan ooforitis. Sekret vagina dapat disebabkan oleh servitis. 11) Gejala – gejala penyerta : menggigil dan demam lazim ditemukan. Anoreksia, nausea dan vomitus berkaitan dengan iritasi peritoneum. Disuria dan sering kencing menunjukkan adanya keterkaitan dengan uretritis dan sistitis. Nyeri bahu atau nyeri kuadrak kanan atas mungkin merupakan gejala dari peripheral gonokokus. 12) Riwayat menstruasi : menstruasi dapat meningkat dalam jumlah dan lamanya, salpingitis dapat menjadi simptomatik pada hari keempat atau kelima dari siklus menstruasi. (Prawirohardjo, 2007).
38
h.
Tes Diagnostik
1). Pemeriksaan umum a)
Suhu biasanya meningkat
b)
Tekanan darah normal
c)
Denyut nadi cepat
2). Pemeriksaan abdomen a) Nyeri perut bawah b) Nyeri lepas c)
Rigiditas otot
d)
4.Bising usus menurun
e)
Distensi abdomen
3). Pemeriksaan inspekulo Tampak sekret purulen di ostium serviks 4). Pemeriksaan laboratorium Leukosit cenderung meningkat.
Pemeriksaan fisik harus dilakukan secara cermat untuk membantu membedakan diantara beberapa keadaan yang berbeda yang diwakili oleh gambaran klinis. Tentukan dengan pemeriksaan abdomen apakah terdapat tanda-tanda peritonitis, termasuk difans muskular (infoluntary guarding), nyeri langsung, nyeri alih, dan nyeri lepas, tanda psoas yang positif, dan nyeri pada sudut kostovertebral. Lakukan pemeriksaan pelvis yang cermat dan hati-hati, termasuk pemeriksaan bimanual palpasi rektal dan vaginal, carilah informasi untuk mendapatkan lokasi yang tepat dan sifat proses penyakit, catatlah adanya rasa sakit pada palpasi juga dengan menggerakkam serviks ke satu sisi atau sisi lainnya. Tentukan adanya massa atau penebalan adneksa. Jika ditemukan massa dan konfirmasikan melalui pemeriksaan ultrasonografi, pasien harus diperiksa untuk abses tubo-ovarium dan ditangani dengan tepat.
39
Lakukan usaha untuk menunjukkan penyebab nyeri pelvis tentukan apakah polanya rekuren, progresif dan berhubungan dengan menstruasi, misalnya, sebagai kemungkinan tanda endometriosis, atau akut, intermiten dan disertai dengan nyeri pinggang dan disuria, yang menggambarkan
pielitis,
atau
urolitiasis.
Mungkin
sulit
untuk
membedakan pielonefritis dari salpingitis karena dapat terjadi iritasi uriter jika tuba yang mengalami inflamasi terletak (atau menempel) pada tepi posterior ligamentum latum dimana menyilang uriter. Carilah penjelasan laboratories dengan melakukan sekurangnya hitung darah lengkap, hitung diferensial, laju endap darah, dan urinalisis. Ingatlah bahwa beberapa proses peradangan noninfeksius, seperti nekrosis jaringan avaskular yang berhubungan dengan torsio atau infark adneksa, dapat menyebabkan efek sistemik yang diketahui dari likositosis, pergeseran hitung diferensial, dan peningkatan laju endap darah. Ingatlah juga bahwa petanda laboratorium untuk infeksi dapat timbul lebih lambat pada kasus salpingitis; petanda tersebut dapat timbul beberapa jam setelah gejala klinis (bahkan beberapa hari), sehingga memberikan banyak keraguan. Konsentrasi serum C-protein fase akut seringkali sangat menolong dalam keadaan ini. Perubahan menstruasi, tanda-tanda yang mengarahkan pada kehamilan, nyeri bahu, atau tenesmus memerlukan pertimbangan yang serius adanya kehamilan ektopik. Lakukan tes kehamilan, lebih disukai pengukuran human chronic gonadotropin (hCG) subunit-beta, dan pemeriksaan ultrasonografi jelas diperlukan pada keadaan ini.
i.
Pengobatan
Perawatan penyakit salpingitis dilakukan dengan pemberian antibiotic (sesering mungkin sampai beberapa minggu). Antibiotik dipilih sesuai dengan mikroorganismenya yang menginfeksi. Pasangan yang diajak hubungan seksual harus dievaluasi, disekrining dan bila perlu dirawat, untuk mencegah komplikasi sebaiknya tidak melakukan
40
hubungan seksual selama masih menjalani perawatan untuk mencegah terjadinya infeksi kembali. Perawatan dapat dilakukan dengan beberapa cara yaitu : 1)
Antibiotik untuk menghilangkan infeksi, dengan tingkat keberhasilan 85% dari kasus.
2)
Perawatan di rumah sakit memberikan obat antibiotic melalui intravena (infuse).
3)
Pembedahan
dilakukan
jika
pengobatan
dengan
antibiotic
menyebabkan terjadinya resistan pada bakteri (Prawirohardjo, 2007). 4)
Berobat jalan Jika keadaan umum baik, tidak demam. Berikan antibiotic : Cefotaksitim 2 gr IM atau amoksisilin 3 gr peroral atau ampisilin 3,5 per os atau prokain ampisilin G dalam aqua 4,8 juta unit IM pada 2 tempat. Masing-masing disertai dengan pemberian probenesid 1gr per os, diikuti dengan dekoksisiklin 100 mg per os dua kali sehari selama 10-14 hari serta tetrasiklin 500 mg per os 4 kali sehari (dekoksisilin dan tetrasiklin tidak digunakan untuk ibu hamil).
5)
Tirah baring
6)
Kunjungan ulang 2-3 hari atau jika keadaan memburuk.
7)
Rawat inap : Jika terdapat keadaan-keadaan yang mengancam jiwa ibu.
8)
Untuk menekan kerusakan permanen pada anatomi dan fungsi tuba, pasien dengan salpingitis akut harus diterapi secepat mungkin dan agresif dengan regimen antibiotika yang sesuai. Lakukan kultur terlebih dahulu, tetapi ketahuilah terdapat korelasi yang buruk antara organisme yang ditemukan dari kultur serviks dan yang terdapat serta aktif di dalam tuba. Salpingitis seringkali ditemukan berkaitan dengan organisme polimikroba aerobik dan anaerobik, kemungkinan sebagai patogen sekunder. Pemilihan antibiotik harus melihat hal tersebut. Diskusikan kemungkinan masalah yang terjadi di masa mendatang seperti infertilitas, kehamilan ektopik, nyeri pelvis
41
kronis,
rekurensi,
dan
pembentukan
abses
dengan
tujuan
memberitahukan pasien bahwa ia sangat berperan mengenai keadaannya dan prognosisnya. Dengan cara ini, pasien dapat melakukan tindakan untuk menghindarkan infeksi ulang dan mengetahui serta sadar tentang kemungkinan komplikasi. 9)
Pasien yang menderita salpingitis periodik akhirnya akan timbul kerusakan juga yang tidak dapat diperbaiki lagi dengan penutupan bagian
distal
dan
proksimalnya,
sehingga
menyebabkan
hidrosalping, piosalping, atau abses tubo-ovarium. Pasien perlu diberitahu mengenai keuntungan abstinensia seksual sebagai cara untuk membantu mengoptimalkan penyembuhan atau penggunaan kontrasepsi barier untuk menekan resiko infeksi ulang. Nyeri pelvis yang kronis terutama jika disertai dengan piosalping rekuren, memerlukan intervensi bedah untuk mengangkat organ yang rusak. Waktu yang terbaik untuk pembedahan adalah saat proses inflamasi menghilang secara maksimal di antara rekurensi.
j.
Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian Keperawatan a)
Pemeriksaan Fisik 1)
Pemeriksaan Umum : suhu biasanya meningkat, sering sampai 120 0 F atau 1030 F. tekanan darah biasanya normal. Walaupun denyut nadi seringkali cepat. Pada saat itu, pasien berjalan kedalam ruang gawat darurat dengan postur tubuh membungkuk.
2)
Pemeriksaan Abdomen : nyeri maksimum pada kedua kuadran bawah. Nyeri lepas, ragiditas otot, defance muscular, bising usus menurun dan distensi merupakan tanda peradangan peritoneura. Nyeri tekan pada hepar dapat diamati pada 30% pasien.
3)
Pemeriksaan Pelvis : sering sulit dan tidak memuaskan karena pasien merasa tidak nyaman dan rigiditas abdomen. Pada pemeriksaan dengan speculum, sekret purulen akan terlihat keluar dari ostium
42
oretri. Serviks sangat nyeri bila digerakkan. Uterus ukurannya normal, nyeri (terutama bila digerakkan) dan sering terfiksir pada posisinya. Adneksa bilateral sangat nyeri. Masa definitis jarang terpalpasi kecuali telah terbentuk piosalping atau abses tubaovarium b) Tes Laboraturium 1)
Hitung darah lengkap dan apusan darah : hitung leukosit cenderung meningkat dan dapat sampai 20.000 dengan penignkatan leukosit polimorfonuklear dan peningkatan rasio bentuk batang dengan segmen. Kadar hemoglobin dan hemokrit biasanya dalam batas – batas normal. Peningkatan kadarnya berkaitan dengan dehidrasis.
2)
Urinalisis biasanya normal
3)
Data diagnosis tambahan yang dapat dilakukan Pewarnaan gram endoserviks dan biakan : diplokokus gram-negatif intraseluler pada asupan pewarnaan gram baik dari cairan serviks ataupun suatu AKDR sengan pasien dengan salpingitis simptomatok merupakan penyokokng adanya infeksi neisseria yang memerlukan pengobatan. Biakan bakteriologi diperlukan untuk identifikasi positif neisseria
gonorrhoeae.
Laparoskopi
untuk
melihat
langsung
gambaran tuba fallopi. Pemeriksaan ini invasive sehingga bukan merupakan pemeriksaan rutin. Untuk mendiagnosis penyakit infeksi pelvis, bila antibiotic yang diberikan selama 48 jam tak member respon, maka dapat digunakan sebagai tindakan operatif.
2.
Diagnosis Keperawatan Berdasarkan Doengoes, Marilyn. E. 2001 dalam Rencana Keperawatan diagnosis keperawatan pada pasien dengan selpangitis adalah : a.
Hipertermia
b/d
efek
langsung
dari
sirkulasi
endotoksin
pada
hipotalamus, perubahan pada reagulasi temperatur. b. Nyeri akut berhubungan dengan respon tubuh dan sifat infeksi c.
Disfungsi seksual b/d kerentanan dan perubahan kesehatan seksual akibat anomaly proses penyakit.
43
No.
1
Diagnosis Keperawatan
Hipertermia langsung
dari
endotoksin hipotalamus, pada
b/d
efek
Tujuan dan Kriteria Hasil
Thermoregulation
a. Sesuaikan
dan
pantau
faktor
a. Suhu
kamar
mungkin
sirkulasi
Setelah dilakukan tindakan
lingkungan seperti suhu kamar dan
terbiasa dengan suhu tubuh
pada
keperawatan selama 3 x 24
seprei seperti yang ditunjukkan.
normal dan selimut dan linen
perubahan jam, Klien tidak mengalami
bisa disesuaikan seperti yang
reagulasi peningkatan suhu tubuh di
ditunjukkan untuk mengatur
temperatur.
atas kisaran normal (36,5 o
Batasan karakteristik :
37,5 C) dengan kriteria hasil
a. Peningkatan
:
suhu
a. Suhu tubuh dalam rentang
normal (36,5 - 37,5oC)
normal (36,5 - 37,5oC)
b. Takikardia c. Kulit teraba hangat
suhu pasien. b. Hilangkan kelebihan pakaian dan selimut.
tubuh di atas kisaran
d. Takipnea
Intervensi
c. Tidak ada perubahan pada
di
udara
kehangatan meningkatkan
b. Nadi dan respirasi dalam rentang normal
b. Mengekspos kulit ke udara mengurangi dan pendinginan
evaporatif. c. Berikan obat antipiretik sesuai yang ditentukan.
c. Obat antipiretik menurunkan suhu
tubuh
dengan
warna kulit dan tidak ada
menghalangi
sintesis
pusing
prostaglandin yang bekerja di hipotalamus. d. Terapi oksigen siap untuk kasus ekstrim.
44
d. Hiperthermia meningkatkan permintaan
metabolisme
oksigen e. Dorong asupan cairan secukupnya
e. Jika
melalui mulut.
pasien
mengalami
dehidrasi atau diaphoretic, kehilangan
cairan
berkontribusi
terhadap
demam. f. Modifikasi
tindakan
pendinginan
berdasarkan respons fisik pasien.
f.
Pendinginan
terlalu
dapat
menyebabkan
menggigil,
yang
meningkatkan kalori
cepat
penggunaan
energi
meningkatkan metabolisme
dan laju untuk
menghasilkan panas g. Berikan makanan kalori tinggi atau seperti dokter.
45
yang
ditunjukkan
oleh
g. Diet yang tepat diperlukan untuk memenuhi kebutuhan metabolik pasien
h. Mendidik
pasien
dan
anggota
h. Memberikan
ajaran
keluarga tentang tanda dan gejala
kesehatan kepada pasien dan
hipertermia dan membantu dalam
keluarga
mengidentifikasi faktor-faktor yang
kondisi penyakit dan dapat
terkait dengan terjadinya demam;
membantu
diskusikan pentingnya asupan cairan
komplikasi lebih lanjut dari
yang meningkat untuk menghindari
hipertermia
untuk
mengatasi
mencegah
dehidrasi. i.
Bahas
pentingnya
menginformasikan penyedia layanan kesehatan masa depan tentang risiko hipertermia; gelang
i.
Obat atau metode anestetik alternatif dapat digunakan untuk pasien ini
merekomendasikan
peringatan
medis
atau
identifikasi serupa.
2.
Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan
a. Kaji secara komprehensif terhadap
dengan respon tubuh dan keperawatan selama 3 x 24
nyeri termasuk lokasi, karakteristik,
sifat infeksi
jam, Nyeri akut pada pasien
durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
Batasan karakteristik :
dapat
nyeri dan faktor presipitasi
berkurang
bahkan
46
a. Untuk
mengetahui
nyeri pasien
tingkat
a. Perubahan
tekanan hilang dengan kriteria hasil :
darah
e. Mampu
b. Perubahan frekuensi jantung c. Perubahan frekwensi pernafasan
nyeri
mengontrol (tahu
b. Observasi
reaksi
ketidaknyaman
secara nonverbal
penyebab
nyeri,
mampu
menggunakan
tekhnik
c. Gunakan terapeutik
strategi untuk
komunikasi
mengurangi
klien terhadap respon nyeri
e. Prilaku distraksi
mencari bantuan)
prilaku
(Gelisah,
menagis, merengek ) g. Mesker wajah ( Mata kurang
bercahaya,
tampak
kacau,
gerakan
mata
berpencar atau tetap pada
satu
focus
meringis ) h. Sikap
d. Tentukan pengaruh pengalaman nyeri
f. Melaporkan bahwa nyeri berkurang
dengan
menggunakan
skala,
frekwensi
intensitas, dan
tanda
nyeri ) h. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang
melindungi
d. Untuk
mengetahui
apakah
terhadap kualitas hidup (nafsu makan,
nyeri yang dirasakan klien
tidur,
berpengaruh
aktivitas,
mood,
hubungan
faktor
memperburuk evaluasi
terhadap
yang
lainnya
e. Tentukan
g. Mampu mengenali nyeri (
pasien dari rasa nyeri
sosial)
managemen nyeri
dirasakan
c. Untuk mengalihkan perhatian
mengungkapkan
d. Laporan isyarat
Mengekspresikan
tingkat
oleh pasien
pengalaman nyeri dan penerimaan
nyeri,
mengetahui
ketidaknyamanan
non farmakologi untuk
f.
b. Untuk
nyeri.
dengan
kesehatan
lain
pengontrolan
yang
klien
dapat
e. Untuk mengurangi factor yang
Lakukan
dapat memperburuk nyeri yang
dan
tentang
nyeri
tim
dirasakan klien
ukuran
yang
telah
tentang
nyeri
dilakukan f. Berikan
informasi
termasuk penyebab nyeri, berapa lama
47
f.
Mengetahui
apakah
terjadi
pengurangan rasa nyeri atau
i.
area nyeri
nyeri akan hilang, antisipasi terhadap
nyeri yang dirasakan klien
Fokus menyempit (
ketidaknyamanan dari prosedur
bertambah.
Gangguan
g. Control
yang
hambatan
proses
berfikir,
ketidaknyamanan
penurunan
interaksi
ruangan, cahaya dan suara)
orang
dan
mempengaruhi
h. Hilangkan
faktor
klien
meningkatkan
Indikasi nyeri yang
nyeri
klien
dapat diamati
pengetahuan)
untuk
i.
menghindari
nyeri
g. Untuk
(suhu
ketidaknyamanan
secara verbal
tingkat yang
yang
pengalaman
(ketakutan,
h. Agar nyeri yang dirasakan
kurang
Ajarkan cara penggunaan terapi non
klien tidak bertambah.
i.
Agar
klien
mampu
farmakologi (distraksi, guide imagery,
menggunakan
teknik
relaksasi)
nonfarmakologi
dalam
Dilatasi pupil
m. Melaporkan
mengurangi
dirasakan klien.
presipitasi
dapat
posisi
dapat respon
lingkungan )
k. Perubahan
l.
lingkungan
nyeri,
dengan
j.
persepsi
memanagement nyeri
nyeri
yang
dirasakan. j.
Kolaborasi analgesic
48
dalam
pemberian
j.
Pemberian
analgetik
dapat
mengurangi rasa nyeri pasien
3.
Disfungsi
seksual
b/d Setelah dilakukan tindakan
a. Sediakan lingkungan yang tidak
kerentanan dan perubahan keperawatan selama 3 x 24
mengancam
pasien
untuk bertanya hal khusus
kesehatan seksual akibat jam,
dalam
untuk bertanya tentang seksualitas
yang berkaitan keadaan saat
akibat
pribadi
ini
perubahan
anomaly proses penyakit.
persepsi
Batasan Karakteristik :
keterbatasan
a. Keterbatasan
actual
minat
terhadap diri sendiri. e. Ketidakmampuan kepuasan
yang diharapkan Persepsi pada seksual
masalah
perubahan rangsangan
mengungkapkan dalam
perasaan lingkungan
komunikasi dan pemahaman
yang
diantara pasien dan pemberi
tidak mengancam
khusus
b. Tindakan ini meningkatkan
cecara
c. Berikan jadwal untuk pertanyaan
dalam b. Fungsi seksual : integrasi
d. Perubahan
f.
a. Mengetahui
dorong
b. Berikan kesempatan Pasien untuk
terbuka
reproduksi
persepsi seks
mencapai
akibat
dengan kriteria hasil :
akibat terapi c. Perubahan
actual
actual penyakit pada klien terpenuhi
akibat penyakit b. Keterbatasan
seks
dan
a. Memberi kesempatan klien
asuhan keperawatan c. Tindakan
ini
membantu
pasien memfokuskan pada
aspek fisik, sosio emosi,
masalah
khusus
dan intelektual ekspresi
Mengklarifikasi
kesalah
dan performa seksual
pahaman dan membangun
c. Menunjukkan beradaptasi
dapat dengan
ketidakmampuan fisik d. Mampu
kepercayaan kepada pemberi asuhan d. Berikan waktu untuk privasi
mengontrol
pasien, memberikan waktu
kecemasan e. Menujukkan
d. Menunjukan respek kepada
untuk keinginan
intropeksi
dan
memberikan pasien kontrol
49
g. Persepsi
definisi
hasrat seksual h. Persepsi keterbatasan akibat penyakit
untuk
mendiskusikan
waktu
perubahan fungsi seksual f. Mengungkapakan secara
e. Anjurkan
kepada
pasien
mendiskusikan
tentang
pembatasan
suami / istri atau pasangan sediakan waktu
dibutuhkan
tentang
perubahan fungsi seksual
dan
keluhan
untuk
pemahaman
g. Meminta informasi yang
berintraksi
kepada orang lain.
verbal
indikasi medis
untuk
lingkungan
e. Untuk berbagai keluhan dan
dengan
memperkuat hubungan.
yang
kondusif untuk komunikasi pasien dan suami / istri / pasangan f. Berikan dukungan untuk suami / istri atau pasangan
f.
Klien
mampu
mengkomunikasikan keluhan,
perhatian,
dan
penerimaan g. Berikan Edukasi kepada pasien dan
g. Edukasi
mengenai
suami / istri atau pasangan tentang
keterbatasan akibat penyakit
keterbatasan akibat kondisi fisik saat
yang
ini.
berdampak kepada aktivitas seksual pasien
diderita
dapat
yang
membantu menhindari
komplikasi atau cidera
50
h. Sarankan
konselor
h. memberikan sumber -sumber
seksual atau frofesi lainnya untuk
penunjang kelanjutan terapi
mendapatkan panduan selanjutnya
bagi klien
51
rujukan
ke
Evaluasi Keperawatan
a. Klien dapat meningkatkan kesehatan di buktikan dengan bertambahnya kemampuan dan pemahaman klien dalam berperilaku hidup bersih dan sehat. b. Klien mengatakan nyeri berkurang atau hilang. c. Klien memperoleh pengetahuan dan ketrampilan dalam menigkatkan kemampuannya dalam memelihara kesehatan.
F.
Penatalaksanaan
Berdasar derajat radang panggul, Secara umum pengobatan dibagi menjadi : 1.
Terapi Klien dengan penyakit akut yang menderita abses dalam panggul atau tuba-ovarium, seringkali membutuhkan perawatan duduk rendam dengan
air
hangat
dapat
menurunkan
nyeri
dan
meningkatkan
kenyamanan serta penyembuhan. Klien sebaiknya ditidurkan pada posisi semi
Fowler
untuk
memungkinkan
pengeluaran
cairan
rambas
mukopurulen. 2.
Pengobatan rawat jalan. Pengobatan rawat inap dilakukan kepada penderita radang panggul derajat I. Obat yang diberikan ialah : a.
Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik. Ampisilin 3.5 g/sekali p.o/ sehari selama 1 hari dan Probenesid 1 g sekali p.o/sehari selama 1 hari. Dilanjutkan Ampisilin 4 x 500 mg/hari selama 7-10 hari, atau
b. Amoksilin 3 g p.o sekali/hari selama 1 hari dan Probenesid 1 g p.o sekali sehari selama 1 hari. Dilanjutkan Amoxilin 3 x 500 mg/hari p.o selama 7 hari, atau Tiamfenikol 3,5 g/sekali sehari p.o selama 1 hari. Dilanjutkan 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau 1)
Tetrasiklin 4 x 500 mg/hari p.o selam 7-10 hari, atau
2) Doksisiklin 2 x 100 mg/hari p.o selama 7-10 hari, atau 3) Eritromisin 4 x 500 mg/hari p.o selama 7-10 hari.
52
c.
Analgesik dan antipiretik. 1) Parasetamol 3 x 500 mg/hari atau 2) Metampiron 3 x 500 mg/hari.
3.
Pengobatan rawat inap. Pengobatan rawat inap dilakukan kepada penderita radang panggul derajat II dan III. Obat yang diberikan ialah : Antibiotik : sesuai dengan Buku Pedoman Penggunaan Antibiotik. a.
Ampisilin 1g im/iv 4 x sehari selama 5-7 hari dan Gentamisin 1,5 mg – 2,5 mg/kg BB im/iv, 2 x sehari slama 5-7 hari dan Metronidazol 1 g rek. Sup, 2 x sehari selama 5-7 hari atau, Sefalosporin generasi III 1 gr/iv, 2-3 ghx sehari selama 5-7 hari dan Metronidazol 1 g rek. Sup 2 x sehari selama 5-7 hari.
b.
Analgesik dan antipiretik.
G. Komplikasi
Peritonitis pelvis atau peritonitis merata, abses, strikur , obstruksi tuba fallopi dapat terjadi. Obstruksi dapat menyebabkan kehamilan ektopik dimasa mendatang jika telur yang dibuahi tidak dapat melewati tuba yang mengalami trikur. Perlekatan umum sering menyebabkan nyeri pelvis kronis yang akhirnya memerlukan pengangkatan uterus , tuba fallopi, dan ovarium. Komplikasi
lainnya
termasuk
bakterimia
disertai
syok
septik
dan
tromboflebitis dengan kemungkinan embolisasi. (Brunner & Suddarth, 2002) Komplikasi radang panggul terjadi ketika penyakit tidak segera ditangani atau penderita tidak menyelesaikan periode pengobatan yang diwajibkan. Jenis komplikasi yang bisa timbul adalah sakit panggul jangka panjang, munculnya abses, berulangnya penyakit radang panggul pada penderita, infertilitas, dan terjadinya kehamilan ektopik. Radang panggul yang kembali dan menginfeksi area yang sama membuat kondisi organ reproduksi tersebut rentan terhadap bakteri. Inilah kenapa penderita radang panggul harus menyelesaikan masa pengobatannya hingga tuntas demi mengurangi risiko terjadi infertilitas dan sakit panggul
53
yang sangat mengganggu aktivitas. Infeksi berulang khususnya pada tuba fallopi dapat mengakibatkan terjadinya kehamilan ektopik. Infeksi ini menyebabkan luka dan menyempitnya tuba fallopi hingga sel telur menjadi tersangkut kemudian berkembang di dalam tuba fallopi. Jika hal ini terus berlanjut, dapat terjadi
pendarahan dalam yang mengancam nyawa
penderitanya sehingga tindakan operasi harus segera dilakukan. Setelah menilik sedikit apa saja yang menjadi gejala radang panggul, tentu bisa dianggap sebagai penyakit yang cukup membahayakan. Setiap wanita harap lebih waspada dan cepat dalam menangani gejala-gejala tersebut karena ada sejumlah komplikasi yang mengancam, seperti: 1. Infertilitas 2. Kehamilan ektopik. 3. Radang panggul yang terus berulang. 4. Abses 5. Sakit panggul dalam jangka waktu lama. Kondisi-kondisi
itulah
yang
mengintai
apabila
penderita
tak
menyelesaikan masa perawatan dan pengobatannya hingga benar-benar total. Radang panggul adalah jenis kondisi penyakit yang mampu datang kembali lagi dan lagi. Ketika radang tersebut kembali, area yang sama bakal terinfeksi sehingga memicu kondisi organ reproduksi lebih gampang terserang bakteri. Infeksi bisa memicu luka dan menyebabkan tuba fallopi menyempit sampai-sampai sel telur harus tersangkut dan malah berkembang pada organ tuba fallopi itu. Pendarahan pun tak akan dapat terhindarkan sehingga ini bisa lebih mengancam jiwa si penderita. Jadi, segera ke dokter dan lakukan pengobatan sampai tuntas agar peradangan tak mudah kembali.
54
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan
Penyakit radang Panggul adalah keadaan terjadinya infeksi pada genetalia
interna,
yang
disebabkan
berbagai
mikroorganisme
dapat
menyerang endometrium, tuba, ovarium parametrium, dan peritoneum panggul, baik secara perkontinuinatum dan organ sekitarnya, secara homogen, ataupun akibat penularan secara hubungan seksual. Peradangan biasanya disebabkan oleh infeksi bakteri, dimana bakteri masuk melalui vagina dan bergerak ke dalam rahim lalu ke tuba fallopi 90 – 95 % kasus PID disebabkan oleh bakteri yang juga menyebanbkan terjadinya penyakit menular seksual
(misalnya
klamidia,
gonare, mikroplasma,
stafilokokous, streptokus). Gejala muncul segera setalah siklus menstruasi. Penderita merasakan nyeri pada perut bagian bawah yang semakin memburuk dan disertai oleh mual atau muntah. Infeksi akan menyumbat tuba fallopi. Tuba yang tersumbat bisa membengkak dan terisi cairan. Sebagai akibatnya bisa terjadi nyeri menahun, perdarahan menstruasi yang tidak teratur dan kemandulan, infeksi bisa menyebar ke struktur di sekitarnya, menyebabkan terbentuknya jaringan perut dan perlengketan fibrosa yang abnormal diantara organ – organ perut serta menyebabkan nyeri menahun. B. Saran
Jauhi seks bebas karena itu sangat berpotensi pada PMS. Jadi lindungi diri kita sendiri karena masa depan yang cerah sedang menanti kita semua.
55