PERAN GENDER
DI SUSUN OLEH:
KELOMPOK 4 1. Agung Setiawan 2. Paradise 3. Pebriansyah Pebriansyah K. 4. Robi Andanu
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SRIWIJAYA TAHUN 2013
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya kepada kami sehingga bisa menyusun makalah ini. Kami sebagai penyusun makalah ini menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna.oleh karena itu,kritik dan saran yang ada relevansinya dengan penyempurnaan makalah ini sangat kami harapkan dari pembaca. Kritik dan saran sekecil apapun akan kami perhatikan dan pertimbangkan guna perbaikan di masa datang. Pada kesempatan ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada seluruh pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini. Semoga makalah ini mampu memberikan manfaat dan mampu memberikan nilai tambah kepada para pemakainya.
ii
DAFTAR ISI
Halaman Judul......................................... Judul............................................................... .............................................. .......................... ..
i
Kata Pengantar...................... Pengantar............................................ ............................................ ............................................ ......................
ii
Daftar Isi.......................................... Isi................................................................ .............................................. ................................. .........
iii
PENDAHULUAN 1. Latarbelakang.......................................................................
1
2. Tujuan...................................................................................
1
1. Pengertian Gender............................................ Gender................................................................ ....................
2
2. Teori Psikologi Tentang Gender......................................... Gender...........................................
3
3. Tipe-tipe Gender........................................... Gender.................................................................. .......................
3
4. Hal-hal yang Mempengaruhi Perkembangan Gender..........
4
5. Bentuk-bentuk Ketidakadilan Gender................................. Gender.................................
5
ISI
PENUTUP Kesimpulan................................................................................
10
DAFTAR PUSTAKA.................................... PUSTAKA........................................................... ........................................ .................
11
iii
PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang masalah Ketimpangan perempuan dan laki-laki hamper terjadi dalam berbagai bidang. Ketimpangan tersebut terjadi dalam bidang pendidikan, pekerjaan, politik dan sebagainya. Maslah ini merupakan masalah yang selalu terjadi di negaranegara yang masih memegang teguh struktur social patriarkhis. Patriarkhi secara harafiah berarti kekuasaan bapak atau patriach yang pada mulanya berkembang dalam keluarga yang dibawahperlindungan sang bapak ( Suyanto,2000 ). Lakilaki mempunyai kedudukan tertinggi pada saat seluruh kehidupan serta kegiatan anggota kelompok ditentukan oleh si pemimpin yang laki-laki tersebut. Laki-laki dianggap orang yang patut memimpin. Akibatnya, terjadi subordinasi terhadap perempuan. Meskipun secara formal dalam UUD 1945 hak laki-laki dan perempuan tidak dibedakan tetapi dalam kenyataannya sangat berbeda. Berbagai studi yang pernah dilakukan menjelaskan bagaimana ketimpangan dalam berbagai aspek selalu dialami kaum perempuan Indonesia. Wawasan gender hingga saat ini masih menjadi isu penting dalam kehidupan masyarakat di berbagai negara, termasuk Indonesia. Terjadinya ketimpangan dan ketidakadilan gender merupakan salah satu pemicu munculnya gagasan kesetaraan gender di semua aspek kehidupan, baik di ranah domestik maupun publik.
1.2 Tujuan Adapun tujuan dari pembuatan makalah ini yaitu agar mahasiswa dapat memahami pengrtian dari gender, tipe-tipe gender, hal-hal yang mempengaruhi perkembangan gender, bentuk ketidakadilan gender, gender menurut pandangan pandangan islam, serta peran gender dalam berbagai bidang.
1
ISI
1. Pengertian Gender Kata Gender berasal dari bahasa Inggris yang berarti jenis kelamin (John M. echols dan Hassan Sadhily, Sa dhily, 1983: 256). Gender berbeda dengan jenis kelamin, perbedaannya : o
Jenis kelamin : perbedaan organ biologis khususnya pada bagian reproduksi
o
Gender : perbedaan peran, fungsi dan tanggung jawab antara lakilaki dan perempuan
Dalam Women Studies Ensiklopedia dijelaskan bahwa Gender adalah suatu konsep kultural, berupaya membuat perbedaan (distinction) dalam hal peran, perilaku, mentalitas, dan karakteristik emosional antara laki-laki dan perempuan yang berkembang dalam masyarakat. Gender
adalah sifat-sifat yang melekat yang yang dimiliki seseorang, seseorang, baik
secara psikologis maupun sosiokultural, sebagai pembeda antara laki-laki dan perempuan. Secara umum, pengertian Gender adalah perbedaan yang tampak antara laki-laki dan perempuan apabila dilihat dari nilai dan tingkah laku.
•
Identitas gender atau perasaan sebagai laki-laki atau perempuan biasanya dicapai ketika anak menginjak usia 3 tahun.
•
Aturan - aturan yang berlaku dalam masyarakat sosial dimana menggambarkan dan menegaskan bagaimana seharusnya laki-laki dan perempuan bertindak, berfikir dan merasa disebut sebagai PERAN GENDER.
2
2. TEORI PSIKOLOGI TENTANG GENDER
1. Teori Psikoanalisa Teori psikoanalisa menyatakan bahwa anak dalam usia prasekolah cenderung mengalami ketertarikan pada orang tua yang berbeda jenis kelamin dengannya. Namun pada usia 5-6 tahun, anak tidak lagi tertarik pada orang tua yang berlawanan, sebaliknya ia akan mengidentifaksikan dirinya dengan orang tua yang berjenis kelamin sama. Sehingga secara tidak sadar, ia akan memilki perilaku gender yang sama dengan orang tua yang berjenis kelamin sama tersebut.
2. Teori Kognitif Social Teori kognitif social menjelaskan bahwa perkembangan gender didapatkan anak dari hasil observasi dan imitasi dari perilagu gender yang dilihatnya. Namun, peran reward dan punishment tidak boleh lepas dari perkembangan gender anak, sehingga anak dapat mengerti dan menentukan mana perilaku gender yang pantas untuk jenis kelaminnya.
3. TIPE-TIPE GENDER
1. TIPE MASKULIN Yaitu manusia yang sifat kelaki-lakiannya di atas rata-rata, dan sifat kewanitaannya di bawah rata-rata. 2. TIPE FEMININ Yaitu manusia yang sifat kewanitaannya di atas rata-rata, dan sifat kelakilakiannya di bawah rata-rata. 3. TIPE ANDROGINI Yaitu manusia yang sifat kelaki-lakiannya maupun kewanitaannya di atas rata-rata.
3
4. TIPE TIDAK TERGOLONGKAN Yaitu manusia yang sifat kelaki-lakiannya maupun kewanitaannya di bawah rata-rata.
4. HAL-HAL YANG MEMPENGARUHI PERKEMBANGAN GENDER Gaya pengasuhan yang berbeda terhadap anak perempuan dan anak laki-laki juga akan mempengaruhi perkembangan self-esteem mereka. Kedekatan emosional seperti persetujuan, penerimaan penerimaan dan dukungan dukungan dari orang tua akan akan memperkuat memperkuat self-esteem self-esteem anak perempuan. Sedangkan yang akan memperkuat sef-esteem anak laki-laki adalah kemandirian, seperti tinggi rendahnya pemberian control dan otonomy yang diberikan orang tua.
Konsep budaya, norma, dan moral, konsep-konsep tentang gender serta bagaimana tugas-tugas perkembangan perkembangan anak natinya hendaknya dijelaskan dan dilatih dengan praktek-praktek praktek-praktek yang mendukung mendukung sejak anak anak masih kecil. kecil. Permainan-permainan Permainan-permainan yang yang diberikan oleh orang tua juga termasuk sarana pembelajaran gender. Biasanya ibu cenderung memberikan permainan-permainan yang bersifat mendidik pada anak, sedangkan ayah cenderung memberikan memberikan permainan yang bersifat fisik. Selain itu untuk meningkatkan pemahaman gender, orang tua cenderung memberikan anak laki-laki peralatan olahraga, olahraga, peralatan, peralatan, dan kendaraan, kendaraan, sedangkan sedangkan untuk anak anak perempuan perempuan diberikan alat bermain boneka dan miniatur makanan serta miniatur peralatan rumah tangga.
Pengawasan Pengawasan orang tua sangat diperlukan terhadap pergaulan anak agar anak tidak terlalu terpengaruh oleh peer. Pengawasan orang tua, terutama keikutsertaan fihur ayah, ini sangat mempengaruhi tingkat agresi dan kenakalan anak terutama anak laki-laki. Pengetahuan orang tua yang kurang akan membuat pengawasan perilaku anak menjadi sulit, contohnya orang tua tunggal, karir ganda, dll.
4
Pada masa remaja, peran gender akan sangat dipengaruhi oleh kehadiran teman sebaya. Dimana anak akan lebih banyak menghabiskan waktu dengan teman-teman sebayanya daripada dengan orang tua. Anak lelaki akan saling bertukar keahlian yang berkaitan dengan maskulinitas dengan teman-temannya. teman-temannya. Begitu juga dengan anak perempuan, perempuan, mereka akan saling bertukar pengalaman pengalaman yang berhubungan dengan kefeminiman dengan teman sebayanya.
5. Bentuk-Bentuk Ketidakadilan Gender Perbedaan peran dan fungsi antara laki-laki dan perempuan atau yang lebih tinggi dikenal dengan perbedaan gender yang terjadi di masyarakat tidak menjadi suatu permasalahan sepanjang perbedaan tersebut tidakmengakibatkan diskriminasi atau ketidak adilan. Patokan atau ukuran sederhana yang dapat digunakan untuk mengukur apakah perbedaan gender itu menimbulkan ketidakadilan atau tidak adalah sebagai berikut:
a. Sterotype
Semua bentuk ketidakadilan gender diatas sebenarnya berpangkal pada satu sumber kekeliruan yang sama, yaitu stereotype gender laki-laki dan perempuan. Stereotype itu sendiri berarti pemberian citra baku atau label/cap kepada seseorang atau kelompok yang didasarkan pada suatu anggapan yang salah atau sesat. Pelabelan umumnya dilakukan dalam dua hubungan atau lebih dan seringkali digunakan sebagai alasan untuk membenarkan suatu tindakan dari satu kelompok atas kelompok lainnya. Pelabelan juga menunjukkan adanya relasi kekuasaan yang timpang atau tidak seimbang yang bertujuan untuk untuk menaklukkan atau menguasai pihak lain. Pelabelan negative juga dapat dilakukan atas dasar anggapan gender. Namun seringkali pelabelan negative ditimpakan kepada perempuan. 5
Contoh :
Perempuan dianggap cengeng, suka digoda.
Perempuan tidak rasional, emosional.
Perempuan tidak bisa mengambil keputusan penting.
Perempuan sebagai ibu rumah tangga dan pencari nafkah tambahan.
Laki-laki sebagai pencari nafkah utama. b. Kekerasan
Kekerasan (violence ) artinya tindak kekerasan, baik fisik maupun non fisik yang dilakukan oleh salah satu jenis kelamin atau sebuah institusi keluarga, masyarakat atau negara terhadap jenis kelamin lainnya. Peran gender telah membedakan karakter perempuan dan laki-laki. Perempuan dianggap feminism dan laki-laki maskulin. Karakter ini kemudian mewujud dalam ciri-ciri psikologis, seperti laki-laki dianggap gagah, kuat, berani dan sebagainya. Sebaliknya perempuan dianggap lembut, lemah, penurut dan sebagainya. Sebenarnya tidak ada yang salah dengan pembedaan itu. Namun ternyata pembedaan karakter tersebut melahirkan tindakan kekerasan. Dengan anggapan bahwa perempuan itu lemah, itu diartikan sebagai alasan untuk diperlakukan semena-mena, berupa tindakan kekerasan. Contoh :
Kekerasan fisik maupun non fisik yang dilakukan oleh suami terhadap isterinya di dalam rumah tangga.
Pemukulan, penyiksaan dan perkosaan yang mengakibatkan perasaan tersiksa dan tertekan. 6
Pelecehan seksual.
Eksploitasi seks terhadap perempuan dan pornografi. c. Beban ganda (double burden)
Beban ganda ( double
burden)
artinya beban pekerjaan yang diterima salah
satu jenis kelamin lebih banyak dibandingkan jenis kelamin lainnya. Peran reproduksi perempuan seringkali dianggap peran yang statis dan permanen. Walaupun sudah ada peningkatan jumlah perempuan yang bekerja diwilayah public, namun tidak diiringi dengan berkurangnya beban mereka di wilayah
domestic.
Upaya
maksimal
yang
dilakukan
mereka
adalah
mensubstitusikan pekerjaan tersebut kepada perempuan lain, seperti pembantu rumah tangga atau anggota keluarga perempuan lainnya. Namun demikian, tanggung jawabnya masih tetap berada di pundak perempuan. Akibatnya mereka mengalami beban yang berlipat ganda.
d. Marjinalisasi
Marjinalisasi adalah suatu proses peminggiran akibat perbedaan jenis kelamin yang mengakibatkan kemiskinan. Banyak cara yang dapat digunakan untuk memarjinalkan seseorang atau kelompok. Salah satunya adalah dengan menggunakan asumsi gender. Misalnya dengan anggapan bahwa perempuan berfungsi sebagai pencari nafkah tambahan, maka ketika mereka bekerja diluar rumah (sector public), seringkali dinilai dengan anggapan tersebut. Jika hal tersebut terjadi, maka sebenarnya telah berlangsung proses pemiskinan dengan dengan alasan gender.
7
Contoh :
Guru TK, perawat, pekerja konveksi, buruh pabrik, pembantu rumah tangga dinilai sebagai pekerja rendah, sehingga berpengaruh pada tingkat gaji/upah yang diterima.
Masih banyaknya pekerja perempuan dipabrik yang rentan terhadap PHK dikarenakan tidak mempunyai ikatan formal dari perusahaan tempat bekerja karena alasan-alasan gender, seperti sebagai pencari nafkah tambahan, pekerja sambilan dan juga alasan factor reproduksinya, seperti menstruasi, hamil, melahirkan dan menyusui.
Perubahan dari sistem pertanian tradisional kepada sistem pertanian modern dengan
menggunakan
mesin-mesin
traktor
telah
memarjinalkan
pekerja
perempuan,
e. Subordinasi
Subordinasi Artinya : suatu penilaian atau anggapan bahwa suatu peran yang dilakukan oleh satu jenis kelamin lebih rendah dari yang lain. Telah diketahui, nilai-nilai yang berlaku di masyarakat, telah memisahkan dan memilah-milah peran-peran gender, laki-laki dan perempuan. Perempuan dianggap bertanggung jawab dan memiliki peran dalam urusan domestik atau reproduksi, sementara laki-laki dalam urusan public atau produksi. Pertanyaannya adalah, apakah peran dan fungsi dalam urusan domestic dan reproduksi mendapat penghargaan yang sama dengan peran publik dan produksi? Jika jawabannya “tidak sama”, sama ”, maka itu berarti peran dan fungsi public laki-laki. Sepanjang penghargaan social terhadap peran domestic dan reproduksi berbeda dengan peran publik dan reproduksi, sepanjang itu pula ketidakadilan masih berlangsung. 8
Contoh :
Masih sedikitnya jumlah perempuan yang bekerja pada posisi atau peran pengambil keputusan atau penentu kebijakan disbanding laki-laki.
Dalam pengupahan, perempuan yang menikah dianggap sebagai lajang, karena mendapat nafkah dari suami dan terkadang terkena potongan pajak.
Masih sedikitnya jumlah keterwakilan perempuan dalam dunia politik (anggota legislative dan eksekutif )
9
KESIMPULAN Gender adalah perbedaan sifat, peran, nilai dan tingkah laku antara lakilaki dan perempuan yang perkembangannya dipengaruhi oleh pola asuh orangtua dan kehadiran teman sebaya, sehingga terbentuklah manusia dengan berbagai tipe gender dan mempengaruhi perkembangan psikologis seseorang.
10
Daftar Pustaka
http://akhwatsejati08.multiply.com/journal/item/3/Kesetaraan-Gender-MenurutPandangan-Islam?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem http://edukasi.kompasiana.com/2012/05/19/kesetaraan-gender-diterapkan-dalampendidikan-464068.html http://syafridayani-psikologi-pendidikan.blogspot.com/2011/02/bias-gender-dalamdunia-pendidikan.html http://www.menegpp.go.id/aplikasidata/index.php?option=com_content&view=catego ry&layout=blog&id=52&Itemid=117
11