PRINSIP PEMBUATAN MEDIA PEMBELAJARAN
MAKALAH PENGEMBANGAN MEDIA PEMBELAJARAN
untuk memenuhi tugas mata kuliah Media Pembelajaran yang dibimbing oleh Drs Triastono Imam Prasetyo, M.Pd
Oleh : Kelompok 7 Offering C Desta Ramadanty Prasutri
(160341606015) (160341606015)
Elsa Novia Fitri Dewi
(160341606011) (160341606011)
Elvira Harum Permata Sari
(160341606012) (160341606012)
UNIVERSITAS NEGERI MALANG FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM JURUSAN BIOLOGI Februari 2018
KATA PENGANTAR
Puji syukur alhamdulillah kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan karunia nikmat bagi umat-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “Prinsip Pembuatan Media Pembelajaran” dengan baik dan lancar. Ucapan terimakasih juga kami sampaikan kepada Bapak Triastono selaku dosen pembimbing mata kuliah Media Pembelajaran, dan semua pihak yang telah membantu pembuatan makalah ini, sehingga makalah ini selesai tepat pada waktunya. Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui bagaimana Prinsip dalam Pembuatan Media Pembelajaran. Sehingga membuat kita semakin memahami, ingin mempelajari dan mendalami studi Media Pembelajaran. Kami menyadari bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran, dan usulan demi perbaikan makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa saran yang membangun. Kami berharap makalah ini akan memberikan manfaat kepada pembacanya serta menambah pengetahuan khususnya mengenai Prinsip dalam Pembuatan Media Pembelajaran. Semoga makalah ini bermanfat bagi kita semua. Aamiin.
Malang, 5 Februari 2018
Penulis
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang
Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan ( message), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Bentuk-bentuk media pembelajaran digunakan untuk meningkatkan pengalaman belajar agar menjadi lebih konkrit. Pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran tidak hanya sekedar menggunakan katakata (symbol verbal). Dengan demikian, dapat kita harapkan hasil pengalaman belajar lebih berarti bagi siswa. Dalam hal ini Gagne dan Briggs (1979) menekankan pentingnya media pembelajaran sebagai alat untuk merangsang proses belajar. Pada dasarnya media pembelajaran sangat diperlukan dalam upaya mengaktifkan
kegiatan
belajar
siswa.
Namun
bukan
berarti
media
pembelajaran itu selalu harus bersifat canggih dan pengadaannya memerlukan dana yang cukup besar. Untuk itu, diperlukan kreatifitas guru dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia di lingkungan sekitarnya, meskipun tidak tersedia di sekolah tersebut. Di samping itu, jika suatu media pembelajaran perlu ada, guru pun dapat bekerja sama dengan siswa untuk pengadaannya, dengan memanfaatkan bahan-bahan yang sederhana yang tersedia
atau
dapat
dengan
mudah
didapatkan.
Penggunaan
media
pembelajaran (termasuk di dalamnya sumber belajar, dan alat-alat pelajaran) untuk membantu kegiatan belajar seharusnya disesuaikan dengan isi atau materi pembelajaran dan tujuan yang hendak dicapai. Media-media yang terdapat di lingkungan sekitar, ada yang berupa benda-benda atau peristiwa yang langsung dapat kita pergunakan sebagai sumber belajar. Selain itu, ada pula benda-benda tertentu yang harus kita buat terlebih dulu sebelum dapat kita pergunakan dalam pembelajaran. Media yang perlu
kita
buat
itu
biasanya
berupa
alat
peraga
sederhana
dengan menggunakan bahan-bahan yang terdapat di lingkungan kita.
Berdasarkan
paparan
di
atas,
maka
makalah
dengan
judul
“Prinsip/Prosedur Pembuatan Media Pembelajaran” perlu ditulis dan
dibahas lebih lanjut. 1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan di atas, berikut ini dipaparkan rumusan masalah dalam makalah. 1. Bagaimana prinsip-prinsip pembuatan media pembelajaran? 2. Bagaimana prosedur pembuatan media pembelajaran? 1.3. Tujuan
1.untuk mengetahui prinsip-prinsip pembuatan media pembelajaran 3.unutuk mengetahui prosedur pembuatan media pembelajaran
BAB II PEMBAHASAN
2.1 Prinsip-Prinsip Pembuatan Media Pembelajaran
Media pembelajaran diartikan sebagai segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan (message), merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong proses belajar. Bentuk-bentuk
media
pembelajaran
digunakan
untuk
meningkatkan
pengalaman belajar agar menjadi lebih konkrit. Pembelajaran dengan menggunakan media pembelajaran tidak hanya sekedar menggunakan kata-kata (symbol verbal). Dengan demikian, dapat kita harapkan hasil pengalaman belajar lebih berarti bagi siswa. Dalam hal ini Gagne dan Briggs (1979) menekankan pentingnya media pembelajaran sebagai alat untuk merangsang proses belajar. Usaha membuat pembelajaran lebih konkrit menggunakan media pembelajaran banyak dilakukan orang. Namun dalam penggunaan media pembelajaran harus memperhatikan hal-hal berikut ini: (Rahardjo,1986) 1. Sesuai dengan tujuan dan materi pembelajaran yang tercantum dalam garisgaris program
pembelajaran yang telah ditentukan dalam kurikulum yang
berlaku di sekolah. 2. Memberikan pengertian dan penjelasan tentang suatu konsep. 3. Mendorong kreativitas siswa, dan memberikan kesempatan siswa untuk bereksperimen dan bereksplorasi (menemukan sendiri). 4.Memenuhi unsur kebenaran dalam ukuran, bagian-bagian, proporsi tubuhnya, dan sebagainya hendaknya sesuai dengan keadaan yang sebenarnya. Oleh karena itu, seorang guru sebaiknya pintar menggambar. Namun jika tidak mahir menggambar bisa memanfaatkan gambar dari berbagai sumber lainnya yang dimodifikasi sendiri oleh guru sehingga menjadi suatu materi pembelajaran yang akan disampaikan kepada siswa. 5.Media pembelajaran harus aman dan tidak membahayakan siswa tau guru. Misalnya, tidak mengandung zat kimia yang berbahaya bagi kesehatan, atau bahan media pembelajaran tersebut tajam dan membahayakan. Begitu pula
dalam pembuatan media pembelajaran itu harus rapi agar tidak ada bagian yang membahayakan. 6. Media pembelajaran menarik, menyenangkan, dan tidak membosankan bagi siswa untuk menggunakannya. Oleh karena itu dalam penggunaan media pembelajaran hendaknya bervariasi atau beraneka ragam (multi media pembelajaran), karena setiap media pembelajaran tentu ada kelebihan dan kekurangannya. Kekuarangan satu media ditutupi oleh kelebihan media pembelajaran lainnya, begitu pula sebaliknya. Dengan demikian, tidak ada istilah media pembelajaran yang jelek atau yang baik. Kalau pun ada istilahnya adalah ketepatan penggunaan media pembelajaran dengan suatu materi pembelajaran yang disajikan. 7.Memenuhi unsur keindahan dalam bentuk, warna, dan kombinasinya, serta rapi pembuatannya 8. Mudah digunakan, baik oleh guru maupun oleh siswa. 9.Penggunaan media pembelajaran dalam suatu proses pembelajaran tidak sekaligus dipertunjukkan kepada siswa melainkan bergantian sesuai dengan materi pembelajaran yang dijelaskan. Jika ditunjukkan sekaligus, maka perhatian siswa bukan pada materi pembelajaran melainkan pada media pembelajarannya, sehingga pembelajaran tidak akan berhasil. 10. Media pembelajaran yang digunakan merupakan bagian dari materi pembelajaran yang dijelaskan bukan sebagai selingan atau alat hiburan. 11. Siswa
mempunyai
tanggung
jawab
dalam
menggunakan
media
pembelajaran, sehingga mereka akan merawat dan menyimpannya kembali dengan keadaan utuh pada tempat yang telah ditentukan. 12. Media pembelajaran lebih banyak berisikan materi pembelajaran yang mengandung pesan positif dibandingkan dengan yang negative. Misalnya media pembelajaran komik sebaiknya banyak gambar yang menunjukkan pesan positif, karena dengan pesan positif itu akan ditiru oleh siswa. Jika suatu media pembelajaran banyak pesan negatifnya, maka itupun akan ditiru oleh siswa, malahan hal negatif ini biasanya lebih cepat diterima siswa. Di sampingkesesuaian tersebut, factor-faktor yang perlu dipertimbangkan adalah: (Munadhi,2013)
1. Waktu tersedia dan yang dibutuhkan untuk belajar menggunakan media pembelajaran tersebut. Betapapun baiknya media pembelajaran yang tersedia dan dapat digunakan, jika penggunaannya memerlukan waktu yang tidak sesuai dengan waktu yang tersedia dapat mengganggu keberhasilan belajar. Oleh karena itu, perlu dipilih media pembelajaran yang dapat membantu proses pembelajaran, namun waktu yang dibutuhkan untuk menggunakannya sesuai dengan waktu yang tersedia. 2. Kecakapan guru maupun siswa menggunakan dan media pembelajaran. Setiap bentuk media pembelajaran menuntut kecakapan tertentu dalam menggunakannya. Sumber belajar dan media pembelajaran tersebut dapat bermanfaat
untuk
membantu
kegiatan
pembelajaran,
jika
yang
menggunakannya mempunyai kecakapan atau kemampuan. 3. Dana yang tersedia untuk pengadaan media pembelajaran yang diperlukan. Masalah dana seringkali mempengaruhi penyelenggaran pendidikan di sekolah pada umumnya, terutama memberi pengaruh terhadap pengadaan media pembelajaran yang diperlukan. Disadari, bahwa tidak semua yang dibutuhkan itu tersedia di sekolah. Untuk itu guru seringkali menghadapi masalah pengadaan media pembelajaran karena tidak adanya dana. Namun demikian kreativitas guru seringkali mengatasi pengadaan sumber belajar dan media pembelajaran, meskipun pengadaan itu bersifat sederhana namun dalam batas kemampuannya.
2.2 Prosedur Pembuatan Media Pembelajaran
Untuk menghasilkan suatu media pembelajaran yang baik dalam arti efektif meningkatkan mutu pembelajaran, diperlukan suatu perancangan yang baik. Media pembelajaran yang baik tidak bisa dibuat secara spontan atau asal jadi. Dalam menyusun rancangan, berbagai hal harus diperhitungkan, baik menyangkut materi (content ), pedagogig, tampilan dan aspek bahasa serta tujuan yang hendak dicapai dengan media tersebut. Agar media pendidikan yang dibuat dapat digunakan sebagai alat untuk mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan maka sangat diperlukan langkah-langkah pengembangan program media. Ada beberapa pakar yang
menyampaikan tentang langkah-langkah pembuatan media pembelajaran, dengan berbagai spesifikasinya masing-masing. Menurut Asyhar (2011), secara umum dalam menyusun rancangan media pembelajaran perlu memperhatikan beberapa prosedur berikut. 1.
Analisis kebutuhan dan karakteristik siswa Sebuah perencanaan bahan ajar didasarkan atas kebutuhan ( need ).
Kebutuhan dalam proses belajar mengajar adalah kesenjangan antara kompetensi (pengetahuan, keterampilan, dan sikap) yang diharapkan dengan apa yang dimiliki siswa sekarang. Contohnya yaitu ketika siswa diharapkan bisa membaca, menulis, dan berhitung, namun kenyataannya siswa hanya bisa membaca dan menulis saja. Kebutuhan tidak hanya berbentuk pengetahuan dan keterampilan, namun pada aspek sikap juga sering terjadi kesenjangan yang menyebabkan kebutuhan. Contohnya yaitu ketika siswa SD diharapkan sudah beriperilaku hidup sehat dengan rajin menggosok gigi, membuang sampah pada tempatnya, mandi dua kali sehari, selalu berpakaian rapi dan tidak jajan sembarangan. Namun pada kenyataaannya tidak sesuai dengan harapan, dengan demikian terjadi kebutuhan untuk meningkatkan sikap siswa untuk lebih hidup bersih. Kompetensi yang dimiliki peserta didik dapat diketahui melalui proses analisis karakteristik peserta didik, yaitu meliputi karakteristik khusus seperti; pengetahuan, keterampilan, dan sikap awal peserta didik, sedangkan untuk karakteristik umum; kelas berapa, jenis kelamin apa, latar belakang budaya apa, kebiasaan, dan sebagainya. Dari hasil analisis tersebut, akan diperoleh informasi tentang apa yang dibutuhkan dan berapa kebutuhannya dan inilah yang digunakan sebagai dasar dalam pengembangan media pembelajaran yang akan dibuat. 2.
Merumuskan tujuan pembelajaran Perumusan tujuan adalah tahap yang sangat penting dalam merencanakan
media pembelajaran, karena tujuan merupakan arah dan target kompetensi akhir yang ingin dicapai dari suatu proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran juga menjadi dasar bagi pendidik dalam memilih metode pembelajaran, bentuk dan
format media serta menyusun instrumen evaluasinya. Tujuan harus dinyatakan dengan kata kerja yang operasional, artinya kata kerja itu menunjukkan suatu perilaku/perbuatan yang dapat diamati atau diukur. Sebagai patokan, seb aiknya perumusan tujuan haruslah memiliki ketentuan sebagai berikut. a. Berorientasi pada Siswa ( Learner Oriented ) Dalam merumuskan tujuan, harus selalu berpatokan pada perilaku siswa, dan bukan perilaku guru sehingga dalam perumusannya, kata-kata siswa secara eksplisit dituliskan. Tujuan berorientasi pada hasil, sehingga secara kuantitas dapat diukur. Contohnya yaitu siswa dapat menyebutkan tiga jenis binatang yang tergolong omnivora.
b. Operational Perumusan tujuan harus dibuat secara spesifik dan operasional sehingga mudah untuk mengukur tingkat keberhasilannya. Tujuan yang spesifik ini terkait dengan penggunaan kata kerja. Tujuan pembelajaran yang ada pada bahan ajar tersebut harus spesifik dan operasional.
c. Menerapkan Rumus ABCD Untuk memudahkan merumuskan tujuan pembelajaran, Baker (1972) membuat formula teknik perumusan tujuan pembelajaran yang disingkat dengan ABCD ( Audience , Behavior , Condition, dan Degree). Audience adalah menyebutkan sasaran/ audien yang dijadikan sasaran pembelajaran, Behavior adalah menyatakan perilaku spesifik yang diharapkan atau yang dapat dilakukan setelah pembelajaran berlangsung, Condition adalah menyebutkan kondisi yang bagaimana atau di mana sasaran dapat mendemonstrasikan kemampuannya atau keter ampilannya, Degree adalah menyebutkan batasan tingkatan minimal yang diharapkan dapat dicapai.
3. Merumuskan butir-butir materi Materi
untuk
media
pembelajaran
harus
singkron
dengan
tujuan
pembelajaran. Untuk itu, perumusan butir materi harus didasarkan pada rumusan tujuan. Penyusunan rumusan butir-butir materi dilihat dari sub kemampuan atau keterampilan yang dijelaskan dalam tujuan khusus pembelajaran, sehingga materi yang disusun dapat mencapai tujuan yang diharapkan dari kegiatan proses belajar mengajar tersebut. Jika tujuan sudah dirumuskan dengan baik dan lengkap, maka teknik perumusan materi tidaklah sulit, tinggal kita mengganti kata kerjanya dengan kata benda atau sedikit modifikasi kata. Setelah daftar butir-butir materi dirinci maka langkah selanjutnya adalah mengurutkannya dari yang sederhana sampai kepada tingkatan yang lebih rumit, dan dari hal-hal yang konkret kepada yang abstrak. 4. Menyusun instrumen evaluasi
Langkah setelah butir materi dirumuskan adalah penyusunan instrumen evaluasi.
Instrumen
ini
dimaksudkan
untuk
mengukur
pencapaian
pembelajaran, apakah tujuan sudah tercapai atau tidak. Untuk itu, diperlukan alat pengukur proses dan hasil belajar berupa tes, penugasan, daftar cek perilaku dan lain-lain. Alat pengukur keberhasilan pembelajaran ini perlu dikembangkan dengan berpijak pada tujuan pembelajaran/kompetensi yang telah dirumuskan dan harus sesuai dengan materi yang sudah disiapkan. 5. Menyusun naskah/draft media Naskah media adalah bentuk penyajian materi pembelajaran melalui media rancangan yang merupakan penjabaran dari pokok-pokok materi yang telah disusun secara baik seperti yang telah dijelaskan di atas. Supaya materi pembelajaran itu dapat disampaikan melalui media, maka materi tersebut perlu dituangkan dalam tulisan atau gambar yang kita sebut naskah program media. Secara umum, dibedakan dua bentuk naskah media pembelajaran, yaitu naskah media audio dan audio visual dan naskah media berbasis cetakan. Pada media jenis audio dan audio visual, naskah dikatakan sebagai outline dari program media yang akan dibuat, naskah merupakan pedoman tertulis yang berisi informasi dalam bentuk visual, grafis dan audio yang dijadikan acuan dalam pembuatan media. Sementara, pada media berbasis cetakan, menulis naskah sesungguhnya merupakan kegiatan menyusun media/prototipe media i tu sendiri, misalnya modul, buku ajar dan sebagainya. 6.
Melakukan validasi ahli Setiap naskah dan prototipe media pembelajaran yang sudah selesai
disusun, sebaiknya divalidasi oleh tim ahli yang terdiri dari ahli materi dan ahli bahasa. Ahli materi mengkaji aspek sajian materi dan aspek pembelajaran. Dari aspek materi misalnya: kesesuaian materi dengan kurikullum (standar isi) kebenaran, kecukupan, dan ketepatan pemilihan aplikasi atau contohnya. Sedangkan ahli bahasa mengkaji kaidah dan pilihan kata sesuai dengan karakteristik sasaran serta aspek kebahasaan secara menyeluruh. Aspek ini meliputi: pilihan kata, penggunaan kalimat, hubungan antar paragraf, tanda
baca, ejaan, dsb. Khusus untuk naskah bagi pendidikan informal, misalnya berupa sinetron, kartun, dan sebagainya, perlu juga dikaji oleh ahli psikologi. 7.
Melakukan uji coba/test dan revisi Media atau prototipe media yang sudah selesai dibuat, selanjutnya
kemudian diuji cobakan dalam kegiatan pembelajaran. Uji coba ini dimaksudkan untuk melihat kesesuaian dan efektivitas media dalam pembelajaran. Hal ini diperlukan karena terkadang apa yang dikonsep oleh penulis dan para ahli belum tentu sesuai dengan kenyataan dilapangan. Hal ini terutama yang berkaitan dengan pemilihan aplikasi atau pene rapan konsep dan pilihan kata atau bahasa. Dalam uji coba diperlukan bantuan teman sejawat sebagai pengamat. Untuk itu perlu disiapkan instrumen penilaian berupa lembar observasi atau pengamatan yang akan diisi oleh pengamat yang ditunjuk. Begitu pula, pe rlu diminta tanggapan tentang persepsi siswa terhadap media yang digunakan, melalui lembar angket atau panduan wawancara. Sering kali, ketika menurut kita bahasa yang digunakan sudah termasuk mudah dipahami, tetapi ternyata saat dipraktikkan di lapangan siswa tidak bisa memahami apa yang kita maksudkan. Hasil dari uji coba lapangan ini dijadikan bahan perbaikan dan penyempurnaan media pembelajaran yang dibuat.
BAB III PENUTUP 3.1 Kesimpulan
Pada Bab II telah dipaparkan secara rinci penjelasan tentang (1) prinsip pembuatan media pembelajaran dan (2) prosedur pembuatan media pembelaj aran.
Berdasarkan
pembahasan
tersebut
dapat
dikemukakan
simpulan sebagai berikut.
Pada dasarnya media pembelajaran sangat diperlukan dalam upaya mengaktifkan kegiatan belajar siswa. Namun bukan berarti media pembelajaran itu selalu harus bersifat canggih. Untuk itu, diperlukan kreatifitas guru dalam memanfaatkan sumber daya yang tersedia di lingkungan sekitarnya.
Penggunaan media pembelajaran (termasuk di dalamnya sumber belajar, dan alat-alat pelajaran) untuk membantu kegiatan belajar seharusnya disesuaikan dengan isi atau materi pembelajaran dan tujuan yang hendak dicapai
Prosedur pembuatan media pembelajaran meliputi Analisis kebutuhan dan
karakteristik
Merumuskan
siswa,
butir-butir
Merumuskan
materi,
tujuan
Menyusun
pembelajaran,
instrumen
evaluasi,
Menyusun naskah/draft media, Melakukan validasi ahli dan Melakukan uji coba/test dan revisi 3.2 Saran
Berdasarkan pada simpulan yang telah dikemukakan di atas, ada beberapa saran yang ditujukan. Dengan diketahuinya prosedur pembuatan media pembelajaran maka untuk guru ataupun calon guru yang akan mengajar sangat disarankan untuk membuat media pembelajaran berdasarkan prosedur yang sudah dituliskan di makalah ini agar dalam pembuatan media tersebut dapat lebih baik dan lebih efektif.
DAFTAR RUJUKAN
Asyhar, Rayandra. 2011. Kreatif Mengembangkan Media Pembelajaran . Jakarta: Gaung Persada Press. Baker , R.J.S. 1972. Administrative Theory and Public Administration.
Munadi, Yudhi. 2013, Media Pembelajaran, Jakarta: Gp Press Group Rahardjo, R. 1986. “Media Pembelajaran”. Dalam Miarso, Yusufhadi dkk. 1986. Teknologi Komunikasi Pendidikan. Jakarta: Rajawali. Suyono dan Hariyanto. 2012. Belajar dan Pembelajaran, Bandung: PT Remaja Rosdakarya