MAKALAH PSIK PSIKOLOGI OLOGI HUKUM "FORENSIK" BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Ket etik ika a ki kita ta me mend nden enga garr kat ata a "h "huk ukum um," ," ap apa a ya yang ng pe pert rtam ama a ka kali li terlintas dalam benak kita? Jarang sekali kita langsung membayangkan suatu perangkat yang terdiri dari benda, manusia dan lembaga. Tetapi karena kita terbiasa mengalami hal-hal yang berkaitan dengan hukum, maka kita kadang mengidentifkasikan atau mengartikan hukum sebagai polisi poli si,, pe penj njar ara, a, pe peng ngad adil ilan an,, at atau au ha hal-h l-hal al la lain in se sema maca camn mnya ya.. Ba Bahk hkan an sering ser ingka kali li per perasa asaan an yan yang g tim timbul bul dii diirin ringi gi ras rasa a tak takut ut dan kha khaat atir ir yan yang g berlebihan. !tu sebabnya banyak diantara kita yang sama sekali enggan berurusan dengan hal-hal yang menyangkut hukum. erasaan-perasaan seperti itu sangat ajar, kalau saja kita belum memahami sepenuhnya apa yang dimaksud dengan hukum itu sendiri. ada hak hakeka ekatnya tnya huk hukum um mer merupak upakan an pro produk duk dari perk perkemba embangan ngan masyarakat, di mana ketidak - teraturan dan keseenang - enangan juga kepentingan kepentingan-kepenting -kepentingan an dari sekelom sekelompok pok masyarak masyarakat at tertentu memb me mbut utuh uhka kan n da dan n me meng ngha hasi silk lkan an pr pros oses es te terrci cipt ptan anya ya se sera rang ngka kaia ian n ket eten entu tuan an-k -ket eten entu tuan an dan da n kes esep epak akat atan an-k -kes esep epak akat atan an.. Ket eten entu tuan an ketentuan yang disepakati itu kemu kemudian dian dalam perkem perkembangannya bangannya dikenal sebagai "hukum." #ehingga pada sebuah tubuh yang namanya hukum, dia mempunyai dua muka atau sisi$ sisi keadilan dan sisi kepentingan kepentingan.. %enururt &ahardjo '())*+ kompleksnya permasalahan hukum tidak hanya han ya sem semata ata per peram amasa asahan han huk hukum um saj saja a me melai laink nkan an ma masal salah ah per perila ilaku ku manusia. ukum dibuat manusia untuk mengatur perilaku manusia sangat tertib dan teratur teratur.. amun realitas menunjukkan seringkali hukum menjadi mainan/ manusia untuk meujudkan kepentingan. ukum dijadikan alat untuk untu k mecap mecapai ai tujua tujuan. n. #eseo #eseorang rang politi politiku kus, s, aka akan n meng menggunak gunakan an huk hukum um untuk untu k kep kepenting entingan an polit politiknya, iknya, seor seorang ang pengu pengusaha saha aka akan n meng menggunak gunakan an hukum untuk kepentingan bisnisnya dan sebagainya. emaknaan hukum berrda be dasa sark rkan an tu tuju juan an da dan n kep epen enti ting ngan an ma masi sing ng-m -mas asin ing g me menj njad adii su suat atu u dilema tersendiri dalam dunia peradilan. 0sas - asas keadilan cenderung diabai dia baika kan, n, dig digese eserr ole oleh h asa asa-as -asas as ke kepen pentin tingan gan ber bersi1 si1at at per person sonal al ata atau u kelompok. kelomp ok. %anusia menjadi aktor utama dalam proses penegakan hukum.
%asalahnya sekarang ini banyak perilaku-perilaku oknum cenderung menggunakan kelemahan hukum untuk mengambil suatu kesempatan dalam menggapai tujuan. 2ogikanya hukum menjadi suatu alat untuk memutar balikan 1akta bahkan menjadi suatu alat untuk menyerang orang lain. 3enomena telah banyak kita lihat sekarang ini. Berkaitan dengan perilaku manusia salah satu ilmu yang rele4an dengan tersebut adalah psikologi. sikologi adalah ilmu yang mempelajari perilaku dan proses mental manusia. 5alam perjalanannya psikologi banyak berinteraksi dengan ilmu-ilmu lainnya termasuk hukum, bagian dari psikologi yang menanganinya sering dikenal sebagai psikologi 1orensik. 6una dapat menjalankan peran sebagai psikolog 1orensik, seorang psikolog perlu menguasai pengetahuan psikologi dan hukum, serta memiliki ketrampilan sebagai psikolog 1orensik. sikologi 1orensik sebenarnya merupakan perpaduan dari psikologi klinis, psikologi perkembangan, psikologi sosial dan psikologi kogniti1. sikolog 1orensik memiliki keahlian yang lebih spesifk dibanding psikolog umum. ada penanganan pelaku7korban7saksi anak-anak dibutuhkan pemahaman psikologi perkembangan. 5alam menjelaskan relasi sosial antara hakim, pengacara, saksi, terdaka dibutuhkan kemampuan psikologi sosial. ada saat ini, banyak psikolog yang sudah terlibat sebagai psikolog 1orensik, namun tidak adanya standar yang jelas membuat psikolog yang terjun di kegiatan 1orensik menjalankan sesuai dengan pertimbangannya masing-masing. al ini berdampak pada penilaian pelaku hukum dan masyarakat yang menjadi bingung dan tidak memahami kinerja psikolog 1orensik yang beragam. B. Rumusan Masala 0dapun rumusan masalah dalam makalah ini 8. 0pa itu psikologi 1orensik ? (. 0pa itu pembunuhan berantai, ciri 9 cirinya dan proses profling? :. Bagaimana proses otopsi psikologis? !. u#uan 0dapun tujuan dari penulisan makalah ini diharapkan kita semua dapat $ 8. %enjelaaskaan secara rinci apa itu psikologi 1orensik (. %enjelaskan apa itu pembunuhan berantai , ciri 9 cirinya serat proses profling :. %emahami proses otopsi psikologis
BAB II PEMBAHASAN A. Pengert$an Ps$k%l%g$ F%rens$k
a. b.
8. (.
sikologi 3orensik , 3orensik berasal dari bahasa ;unani yaitu Forensis yang bermakna debat atau perdebatan. 3orensik adalah ilmu apapun yang digunakan untuk tujuan hukum dengan tidak memihak bukti ilmiah untuk digunakan dalam pengadilan hukum, dan dalam penyelidikan dan pengadilan pidana (Wijaya 2009). !ndi4idu yang berkecimpung pada psikologi 1orensik dapat dibedakan sebagai berikut $ Ilmuwan Psikologi Forensik. Tugasnya melakukan kajian7penelitian yang terkait dengan aspek-aspek perilaku manusia dalam proses hukum< Praktisi psikolog forensik . Tugasnya memberikan bantuan pro1esional berkaitan dengan permasalahan hukum Berikut ini merupakan beberapa tugas psikologi 1orensik $ Berhubungan dengan pelaku yakni membantu polisi dengan melakukan asesmen untuk memberikan gambaran tentang kondisi mental pelaku. Berhubungan dengan korban yakni membantu polisi dalam melakukan penggalian in1ormasi terhadap korban, misalnya kepada anak-anak atau
anita korban kekerasan. :. Berhubungan dengan saksi yakni melakukan teknik in4estigasi saksi yang tepat antara lain teknik hipnosis dan aancara kogniti1. =. Tugas di pengadilan yakni sebagai saksi ahli, bagi korban, dan bagi pelaku dengan permasalahan psikologis termasuk dapat bekerja untuk pengacara dalam memberikan masukan, terkait dengan jaaban-jaaban yang harus diberikan kliennya agar tampak meyakinkan. >. Tugas di lembaga pemasyarakatan yakni dalam rangka melakukan asesmen dan inter4ensi psikologis pada narapidana leh kalangan para psikolog 1orensik (dalam
sunberg
dkk
200) mengatakan baha yang menjadi eksplorasi psikologi 1orensik dikelompokkan menjadi empat bagian diantaranya$ Psy!"ology of !riminal !ondu!t# psy!"ology of !riminal be"a$iour# psy!"ologi!al study of !rime# !riminal psy!"ology. 8.
Forensi! !lini!al psy!"ology# !orre!tional psy!"ology# assesmnet dan penanganan atau re"abilitasi prilaku yang tidak diinginkan se!ara sosial. (.
%empelajarai tentang metode atau tek"nik yang digunakan ole" badan kepolisian antara lain poli!e psy!"ology# be"a$ioural s!ien!e# and :.
in$estigati$e psy!"ology. =.
&idang psy!"ology and law terutama difokuskan pada proses
persidangan "ukum dan sikap serta keyakinan partisipannya B. Pem&unuan Beranta$ %enurut defnisi sudut pandang kriminal, pembunuh berantai adalah seseorang yg membunuh satu orang atau lebih dengan rentang aktu tidak membunuh selama :) hari atau lebih di antaranya. %oti4asi pembunuh berantai umumnya murni dari dalam dirinya sendiri, bukan paksaan atau bujukan dari orang lain. ara pembunuh berantai sendiri umumnya adalah orang yg tersingkirkan atau sengaja menarik diri dari lingkungannya. Karena itu, pembunuh berantai sering diidentikkan dengan perilaku antisosial. 0kibat menarik diri dari lingkungan, mereka tumbuh menjadi pribadi yg egosentris @ tidak punya rasa empati pada orang lain. ada pembunuh berantai yang menjurus psikopat, ia berpikir baha nyaa hean tak ada bedanya dengan nyaa manusia, sehingga sering menunjukkan si1at tidak menyesal usai membunuh .
#ebagai masyarakat modern, kita dibombardir dengan gambar dan konsep tentang pembunuh berantai. 0pakah ada di flm, serial tele4isi, dan terburuk dari semua berita menampilkan pembunuhan berantai. Tak hanya di luar negeri saja maraknya pembunuhan berantai, di indonesia pembunuhan berantai sedang marak-maraknya. #ungguh menabjubkan seseorang dapat membunuh banyak orang tanpa rasa bersalah. Berbagai modus yang diungkap sehingga tersangka melakukan pembunuhan berantai. Aang, cinta hingga rasa sakit hati merupakan salah satu dari sekian banyak modus yang di gunakan tersangka untuk melakukan pembunuhan berantai. !$r$'($r$ Pem&unuan Beranta$ Tidak ada da1tar ciri yang menggambarkan semua pembunuh berantai. Tetapi, penelitian telah mengungkap beberapa pola berulang pada pembunuh-pembunuh berantai. Banyak diantara mereka yang menderita cedera otak, yang menggangu proses berpikir rasionalnya. #ebagian besar pernah mengalami penganiayaan fsik, seksual, dan atau psikologis tertentu di masa kanak-kanak , 'ickey, 8C+. %alajudsement 'gangguan enyusaian+ selama masa kanak-kanak mereka kadangkadang diekspresikan dalam bentuk tindakan kejam terhadap binatang. ampir semuanya adalah pria kulit putih dengan tingkat kecerdasan biasa-biasa saja. #ebagian besar berusaha mendominasi korban sebelum kemudian membunuhnya. %ereka cenderung tidak membunuhnya dengan senjata api dan lebih suka menggunakan metode-metode yang lebih intim seperti mencekik, menikam atau bahkan menyiksa.
#ebelum membunuh mereka seringkali meminum alkohol atau menggunakan obat bius , mungkin untuk mendesensisitasi dirinya sendiridan mengurangi hambatan untuk melaksanakan niatnya 'ickey, 8C+. %ereka cenderung memilih korban dengan tipe-tipe tertentu. %isalnya, hanya anita muda yang berkulit putih pucat . embunuh berantai sering memperlihatkan minat obsesi1 terhadap pornograf yang mengandung kekerasan dan pembunuhan berantai biasanya merupakan tindak kejahatan yang melibatkan seks. 3antasi seksual pembunuh mungkin semacam latihan sebelum melakukan tindak kejahatannya. Banyak pembunuh berantai yang memutar-ulang rekaman/ pembunuhan yang pernah terjadi sebelumnya di dalam pikirannya sebagai stimulasi seksualnya. #ebagian bahkan membuat rekaman 4ideo pembunuhannya sehingga ia dapat menontonnya berulang-ulang. Antuk memenuhi kebutuhan kehidupan 1antasinya, sebagian menyimpan tanda mata dari korbannya 'misalnya jepit rambutnya+ dan mengumpulkan klipping surat kabar yang membuat laporan tindak kejahatannya '3oD dan 2e4in,8E+. rofler kadang-kadang membedakan antara pembunuh yang terorganisasi dan yang tidak terorganisasi '&essler,Burgess, dan 5ouglas, 8EE+. embunuh yang terorganisasi memilih korbannya dengan cermat dan merancanakan dengan seksama apa yang akan mereka lakukan terhadap korbannya. %ereka menunjukkan kesabaran dan kontrol diri yang tinggi dengan menggunakan kesempatan yang tepat dan membersihkan bukti-bukti setelah selesai membunuh. %ereka juga cenderung menggunakan ritual yang lebih elaborati1 , yang melibatkan penyiksaan terhadap korban dan memotong-motong mayatnya.
#ebaliknya,
pembunuh
yang
tidak
terorganisasi
cenderung
bersikap
impulsi1,
membunuh akibat amarah yang muncul tiba-tiba atau mengikuti perintah untuk membunuh yang terdengar/ di kepalanya. embunuh yang tidak terorganisasi enderung menggunakan senjata apapun yang kebetulan ada di sana, meninggalkan senjatanya di TK, dan menggunakan mayat korbannya untuk memenuhi tujuan-tujuan seksualnya.
#kema klasifkasi yang lebih teridentifkasi dikemukan oleh &onald olmes. olmes mengelompokkan pembunuh berantai menjadi empat tipe $ 4isioner, berorientasi pada misi tertentu, hedonistik, dan berorientasi pada kekuasaan. Tipe-tipe 4isioner biasanya psikiotik. %ereka memiliki 4isi atau keyakinan baha mereka mendengar suara Tuhan atau suara arah yang memerintahkan kepada mereka untuk membunuh orang-orang dengan tipe tertentu. Tipe yang berorientasi pada misi tertentu tidak terlalu psikopatik tetapi dimoti4asi oleh keinginan untuk membunuh orang-orang yang mereka anggap jahat atau menjijikan. Tipe hedonistik membunuh untuk mendapatkan sensasi tertentu dan mendapatkan kenikmatan sensual secara sadistis dengan menyiksa korbannya. Tipe keempat yang berorientasi pada kekuasaan mendapatkan kepuasaan dengan menagkap dan mengontrol sebelum membunuh
Pr%ses Pr%)l$ng Teknik-teknik criminal profling 'profling kriminal+ dipelopori oleh unit profling and Beha4ioral
0ssesment 'profling dan engukuran erilaku + . 3B! yang dahulu disebut Beha4ior
#cience Anit 'Anit !lmu erilaku+ di Fuantico , Girginia. anya sekitar 8= profler yang bekerja
diunit 3B! tersebut. Teknik-teknik profling 'yang juga dikenal sebagai retroklasifkasi atau analisis in4estigasi kriminal+ yang digunkan oleh 3B! itu pernah diterapkan dengan sangat berhasil dan menjadi terkenal di dalam kasus-kasus yang melibatkan pembunuh berantai. Antuk membangun 1ondasi profling , agen-agen 3B! meaancara lebih dari =) pembunuh berantai yang dipenjara dan memasukkan si1at dan ciri-ciri tindak kejahatan mereka ke dalam basis data komputer. Antuk menyusun sebuah profl, para petugas penyidikan menganalisis TK, mengumpulkan in1ormasi tentang korban-korbannya, dan menelaah laporan polisi dan laporan hasil otopsi . in1ormasiin1ormasi dari sumber-sumber ini digunakan untuk membuat deskirpsi atau profl/.para profler yang pernah bekerja di 3B! menekankan tentang tentang pentingnya aspek signature/ dari tindak kejahatan yang dimaksud. 0spek #ignature/ adalah aspek pribadi dan khas dari tindak kejahatan tersebut yang diduga dapat mengungkapkan kepribadian si pembunuh.
!. Ot%*s$ Ps$k%l%g$ endekatan otopsi psikologi masih relati1 baru dalam lingkup peman1aatan psikologi sebab metode ini belum banyak dikenal dalam membantu proses pemecahan kasus kriminal. 5ikatakan relati1 baru dalam pengertian baha sejauh ini belum ada perhatian secara serius dalam psikologi sebagai bidang keilmuan. 5i samping itu, belum banyak pengguna yang mengetahui baha pendekatan ini dapat diman1aatkan dalam membantu proses pengungkapan kasus spesifk bagi lingkungan penegak hukum yang secara langsung bersentuhan dengan dunia kriminal. engertian otopsi psikologi, mengacu pada pengertian umum mengenai proses otopsi medis yang terkait dengan proses bedah mayat untuk mengetahui sebab-sebab kematian seseorang secara fsiologis 'medis+. 5alam pengertian yang spesifk, otopsi psikologi atau dikenal dengan sebutan retrospe!ti$e deat" assesment# e4aluasi rekonstrukti1 maupun analisis kematian eHui4ocal 'Katherine &amsland,())*+ pada dasarnya merupakan satu upaya untuk melakukan identifkasi
sebab-sebab
kematian
seseorang
yang
dianggap
masih
kabur7tidak
jelas
penyebabnya.lebih jauh, &amsland menyebut otopsi psikologi sebagai metode tertentu yang dipergunakan untuk meneliti secara cermat riayat perjalanan kehidupan seseorang sebelum kematiannya. 5alam kondisi 1aktor penyebab kematian tidak jelas , proses otopsi medis sangat diperlukan. #ekalipun demikian, boleh jadi setelah dilakukan proses otopsi medis sekalipun, 1aktor penyebab kematian tetap menjadi misteri . sebagai contoh, seseorang yang dinyatakan meninggal dunia 'secara medis+ karena luka benturan benda tumpul di kepala dapat saja disebabkan orang itu dianiaya dengan benda tumpul dikepala, tanpa sengaja kepalanya terbentur benda tumpul, atau korban sengaja membenturkan kepalanya pada benda tumpul. Tentu saja, dalam kasus khusus seperti ini, otopsi medis dapat saja dibantu dengan proses otopsi psikologis maupun analisis 1orensik lainnya. 6agasan dasar dari proses otopsi psikologi adalah mengungkap kondisi mental kepribadian dan kondisi pemikiran 'state o1 mind+ korban sebelum kematiannya, khususnya pada kasus-kasus adanya dugaan bunuh diri. %engacu pada pengertian tersebut proses otopsi psikologi tidak sama dengan proses otopsi medis, yaitu tidak melakukan proses pembedahan secara fsik tetapi pembedahan terhadap
riayat pada perjalanan hidup korban sampai saat-saat akhir kematiannya. Kegiatannya yang dilaksanakan dalam proses otopsi psikologi dilakukan melalui penelitian, pengungkapan data-data, dan riayat hidup korban melalui aancara terhadap orang-orang yang mempunyai hubungan dekat dengan dengan korban. #ecara spesifk dan lebih terperinci, #herry &ussel '())=+ menyatakan baha beberapa data yang diperlukan dalam proses otopsi psikologi adalah sebagai berikut $ a.
!n1ormasi pribadi 'personal in1ormation+
b.
&iayat status kesehatan mental7kejiaan
c.
&iayat keluarga '1amily history+
d.
Gisum edrepartum 'GI&+ kematian korban
e.
&iayat kematian dalam keluarga
1.
&iayat kesehatan medis 'medical record+
g.
&iayat adanya kondisi stress7depresi setidaknya dalam 8 tahun terakhir
h.
2aporan polisi7laporan kemajuan penyelidikan
i.
&eaksi keluarga7teman terhadap kabar kematian
j.
Bukti adanya tulisan yang ditinggalkan 'bila ada+
k.
&iayat penggunaan alkohol dan obat-obatan tertentu 'drugs+
l.
Barang bukti yang didapatkan yang di TK
m. &iayat sikap dan perilaku emosional, stress dan ketakutan tertentu n.
erubahan kebiasaan, sikap dan perilaku, hoby, pasangan seksual, dan kehidupan rutin Theodore . Blau '8=+ menambahkan baha dalam proses aancara terhadap keluarga 7teman7tetangga korban, beberapa hal yang harus didalami adalah sebagai berikut $
a.
Bukti-bukti adanya kondisi psikologis yang menyakitkan 'psychological pain+
b.
Bukti-bukti adanya kondisi 1rustasi
c.
0danya ancaman tertentu dari orang lain
d.
Bukti adanya perencanaan tertentu misalnya rencana bunuh diri
e.
Bukti adanya rasa ketidakberdayaan7tanpa harapan
1.
Kondisi ambi4alensi 'kebingungan7depresi+
g.
Kondisi pemikiran7ide yang menghantui
h.
0danya upaya-upaya untuk melakukan upaya bunuh diri sebelumnya #etelah data-data tersebut diperoleh melalui proses aancara dan penelitian yang mendalam,
selanjutnya
dilakukan
analisis untuk mencermati 1aktor-1aktor
dominan
yang
diperkirakan sebagai 1aktor penyebab kematian. 3akta-1akta mengenai kondisi mental psikologis, kondisi stress, depresi, 1rustasi, ketidakberdayaan dan sebagainya merupakan 1akta yang harus dianalisis secara psikologis, khususnya dikaitkan dengan kemungkinan kondisi tersebut mendorong seseorang untuk melakukan bunuh diri. Bilamana bukti-bukti psikologis tersebut tidak ditemukan dari korban, analisis dapat di1okuskan pada 1akta-1akta keberadaan orang lain,ancaman, atau kondisi lain yang diperkirakan memungkinkan orang tersebut menjadi korban pembunuhan atau korban kecelakaan. %eskipun
dalam kenyataan secara psikologis, korban kecelakaan dan korban bunuh diri sering sulit untuk dibedakan,
sangat dimungkinkan sebuah
kejadian
kecelakaan yang
sepintas seolah-olah
merupakan kelalaian yang menyebabkan meninggalnya korban, sebenarnya merupakan upaya bunuh diri secara tersamar.
asil dari proses otopsi psikologis, seperti yang telah ditegaskan oleh Blau '8=+ mengarah pada kesimpulan berupa skenario yang paling mendekati dari kematian korban. Kesimpulan ini secara spesifk memuat kemungkinan kejadian secara kronologis 'Kronilogical story+ yang menjelaskan proses kematian korban serta kemungkinan 1aktor penyebabnya
BAB III PENUUP Kes$m*ulan 8. 3isikologi 1orensik merupkan bagian dari ilmu psikologi yang berkaitan dengan hukum. +. embunuh berantai adalah seseorang yg membunuh satu orang atau lebih dengan rentang aktu tidak membunuh selama :) hari atau lebih di antaranya, dan moti4asi pembunuh berantai umumnya murni dari dalam dirinya sendiri, bukan paksaan atau bujukan dari orang lain dan umumnya adalah orang yang tersingkirkan atau sengaja menarik diri dari lingkungannya. :.
topsi psikologi atau dikenal dengan sebutan retrospe!ti$e deat" assesment merupakan e4aluasi rekonstrukti1 maupun analisis kematian eHui4ocal, pada dasarnya merupakan satu upaya untuk
melakukan identifkasi sebab-sebab kematian seseorang yang dianggap masih kabur7tidak jelas penyebabnya dan merupakan metode tertentu yang dipergunakan untuk meneliti secara cermat riayat perjalanan kehidupan seseorang sebelum kematiannya.
onstano %ark '())E+. 'plikasi Psikologi dalam istem ukum. ;ogyakarta $ ustaka elajar 0khdiat endra dan %arliani &osleni '()88+.Psikologi ukum. Bandung $ ustaka #etia