MAKALAH
"SUKU BATAK"
Disusun oleh :
Kelompok 4
Elsie Liestiani /9
Lionel R /19
Felix Armando /12
Louis Mayco /20
Leonhard N /18
Visakha /36
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa sehingga kelompok kami dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca dalam mengetahui beragam informasi tentang suku Batak
Harapan kami semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, sehingga kami dapat memperbaiki bentuk maupun isi makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.
Makalah ini kami akui masih banyak kekurangan karena pengalaman yang kami miliki sangat kurang. Oleh kerena itu kami harapkan kepada para pembaca untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan makalah ini.
Jakarta , Febuari 2018
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR……………………………………….i
DAFTAR ISI………………………………………………...ii
PENDAHULUAN…...……………………………………...iii
Sejarah suku Batak………………………………………….…1
Kesenian suku Batak………………………………..................2
Seni Bangunan………………………………................. 2
Seni Tari………………………………..............................2
Seni Musik………………………………...........................3
Seni Kerajinan……………………………….....................3
Kekerabatan………………………………..................................4
Makanan Khas Batak………………………………....................4
Religi………………………………............................................8
Stratifikasi Sosial suku Batak ……………………………………8
Perkawinan………………………………......................................9
Bahasa suku Batak………………………………..........................10
Pengetahuan………………………………...................................11
Teknologi………………………………........................................11
Mata Pencaharian………………………………..............................12
Adat Istiadat………………………………...
Masalah Kependudukan………………………………...
Pendahuluan
Latar Belakang
Makalah ini saya tujukan khususnya untuk kalangan remaja, pelajar dan generasi muda yang tidak lain adalah sebagai generasi penerus bangsa agar kita semua mengenal kebudayaan salah satu suku di Indonesia , yaitu suku Batak. Seiring perkembangan informasi yang begitu pesat yang selain bersifat positif tentu saja ada sisi negatif yang jika tidak ada filter dari informasi yang sampai ke tengah-tengah masyarakat terutama kalangan remaja dan generasi muda.
Salah satu sisi negatif dari perkembangan informasi tadi adalah semakin ditinggalakannya budaya-budaya dan tradisi-tradisi suku yang bersifat kedaerahan. Indonesia sendiri teridir dari beragam suku dan budaya yang tersebar ditiap pulau-pulaunya, dan dari tradisi dan budaya tersebutlah terbentuk sifat dan keunikan tiap-tiap masyarakat Indonesia.
Tujuan Penulisan
Sebagai media untuk memperkenalkan suku Batak
Sumber Data
Internet
Sejarah Suku Batak
Banyak versi yang menyebutkan asal-usul bangsa Batak. Ada yang mengatakan bangsa Batak berasal dari Thailand, keturunan dari bangsa Proto Malayan. Proto Malayan ini pernah dijajah oleh bangsa Mongoloid. Lalu mereka berpencar ke berbagai wilayah dan negara, Sementara Suku Batak mendarat di pantai Barat pulau Sumatera. Di situ suku bangsa Batak terpecah menjadi beberapa gelombang. Gelombang pertama berlayar terus dan mendarat di pulau-pulau Simular, Nias, Batu, Mentawai, Siberut sampai ke Enggano di Sumatera Selatan.
Ada lagi versi yang mengatakan, Suku Batak berasal dari India melalui Barus berkelana ke Selatan hingga bermukim di pinggir Danau Toba pada abad ke-6. Barus merupakan wilayah yang ada di Tapanuli Tengah Sumatera Utara. Orang-orang yang dari India tadi berdagang dan mendirikan di kota dagang Barus. Nama Barus sendiri merupakan barang dagangan yang mereka perdagangkan, yakni kapur Barus
Kesenian Suku Batak
Seni Bangunan
Rumah adat Batak disebut ruma/jabu (bahasa Toba) merupakan kombinasi seni pahat ular serta kerajinan. Ruma akronim Ririt di Uhum Adat yang artinya sumber hukum adat dan sumber pendidikan masyarakat Batak. Ruma berbentuk panggung yang terdiri atas tiang rumah yang berupa kayu bulat, tiang yang paling besar disebut tiang persuhi. Tiang-tiang tersebut berdiri di tiap sudut di atas batu sebagai pondasi yang disebut batu persuhi. Bagian badan terbuat dari papan tebal, sebagai dinding muka belang, kanan dan kiri, dinding muka belakang penuh ukiran cicak. Atap sebelah barat dan timur menjulang ke atas dan dipasang tanduk kerbau sebagai lambang pengharapan.
Seni Tari
Tari yang terkenal dari Batak, yaitu tor-tor. Tari tor-tor terdiri atas beberapa jenis. Beberapa jenis tari tor-tor sebagai berikut.
a) Pangurdot, anggota badan yang bergerak hanya kaki, tumit, hingga bahu.
b) Pangeal, anggota badan yang bergerak hanya pinggang, tulang punggung, dan bahu.
c) Pandenggal, anggota badan yang bergerak hanya lengan, telapak tangan hingga jari tengah.
d) Siangkupna, anggota badan yang bergerak hanya leher.
e) Hapunana, anggota badan yang bergerak hanya wajah.
Seni Musik
Seni musik suku bangsa Batak adalah ogung sabangunan. Peralatan yang digunakan adalah empat gendang dan lima taganing (sejenis gamelan Batak). Nama-nama gendang ogung, yaitu oloan, ihutan, doal, dan jeret. Macam-macam tari tor-tor yang diiringi ogung sabangunan sebagai berikut.
a) Tor-tor/gondang mula-mula, dilakukan dengan menyembah berputar ke arah mata angin.
b) Tor-tor/gondang mangido pasu-pasu, dilakukan dengan tangan menari artinya petuah, nasihat, dan amanat orang tua.
c) Tor-tor/gondang liat-liat, dilakukan dengan menari berkeliling artinya keluarga mendapat kebahagiaan.
d) Tor-tor/gondang hasahatan, dilakukan dengan menari di tempat artinya petuah/rahmat Tuhan YME.
Seni Kerajinan
Kerajinan suku bangsa Batak yang terkenal adalah kain ulos. Peranan ulos bagi masyarakat Batak sejak lahir hingga meninggal sangat tinggi. Macam-macam ulos dan fungsinya dalam suatu acara, meliputi:
a) ulos lobu-lobu adalah ulos yang diberikan ayah kepada putra dan menantu saat pernikahan;
b) ulos hela adalah ulos yang diberikan orang tua pengantin perempuan;
c) ulos tondi adalah ulos yang diberikan orang tua kepada putrinya saat hamil tua;
d) ulos tujung adalah ulos yang diberikan kepada janda atau duda.
e) ulos saput adalah ulos penutup jenazah yang diberikan paman almarhum jika yang meninggal laki-laki;
Kekerabatan
Perkawinan pada masyarakat Batak merupakan suatu pranata yang tidak hanya mengikat seorang laki-laki dengan seorang perempuan. Perkawinan juga mengikat kaum kerabat laki-laki (paranak dalam bahasa Toba, si pempokan dalam bahasa Karo) dengan kaum kerabat si perempuan (parboru dalam bahasa Toba, sinereh dalam bahasa Karo). Menurut adat lama pada masyarakat Batak, seorang laki-laki tidak bebas dalam memilih jodoh. Perkawinan antara orang-orang rimpal (marpariban dalam bahasa Toba) yakni perkawinan dengan anak perempuan dari saudara laki-laki ibunya (cross cousin) dianggap perkawinan ideal.
Sistem kekerabatan masyarakat Batak adalah patrilineal, dengan dasar satu ayah, satu kakek atau satu nenek moyang. Dalam masyarakat Batak hubungan berdasarkan satu ayah disebut sada bapa (bahasa Karo) atau saama (bahasa Toba). Adapun kelompok kekerabatan terkecil adalah keluarga batih (keluarga inti, terdiri atas ayah, ibu, dan anak-anak) yang disebut jabu, dan ripe dipakai untuk keluarga luas yang virilokal (tinggal di rumah keluarga pihak laki-laki). Dalam masyarakat Batak, banyak pasangan yang sudah kawin tetap tinggal bersama orang tuanya. Adapun perhitungan hubungan berdasarkan satu kakek atau satu nenek moyang disebut sada nini (pada masyarakat Karo) dan saompu (pada masyarakat Toba). Keluarga sada nini atau saompu merupakan klen kecil. Adapun klen besar dalam masyarakat Batak adalah merga (dalam bahasa Karo) atau marga (dalam bahasa Toba).
Perkawinan pada masyarakat Batak tidak hanya mengikat seorang laki-laki dan perempuan. Perkawinan juga mengikat kaum kerabat laki-laki dan kaum kerabat si perempuan.
Makanan Khas Batak
Arsik
Arsik adalah salah satu masakan khas Batak yang paling banyak digunakan pada saat acara adat. Arsik ini sendiri berbahan dasar ikan seperti ikan mas, nila dan ikan mujahir. Biasanya ikan ini ditangkap langsung dari Danau Toba
Naniura
Nanuira bisa dikatakan seperti sushinya orang Batak. Naniura tidak dimasak, digoreng ataupun direbus. Makanan ini berbahan dasar ikan mas, ikan nila atau pun ikan mujahir.
Manuk (ayam) Napinadar
Ciri khas makanan ini adalah ayam dan andaliman. Manuk Napinadar menjadi salah satu makanan favoriteku. Ayam dibakar dan kemudian dibumbui dan dicampurkan dengan darah segar ayam itu sendiri dengan proses kematangan yang pas.
Saksang
Saksang berbahan dasar daging babi(B2) atau pun daging anjing (B1). Saksang dimasak dengan bumbu khusus yang hampir mirip dengan bumbu napinadar dan proses memasaknya pun bisa dicampur dengan darah daging itu sendiri.
Mie gomak
Mie ini terkenal sebagai makanan khas daerah tanah Batak Toba. Mie gomak juga sering disebut dengan spageti Batak karena bentuknya yang mirip. Mie gomak bisa dibuat mie goreng dan mie rebus. Rasanya akan semakin mantap apabila ditambah dengan bumbu andaliman.
Dali Ni Horbo (Susu Kerbau) Khas Batak
Dali Ni Horbo adalah susu kerbau yang diolah secara tradisional dan cukup banyak ditemukan di daerah Batak.
Tango - tango
Mirip dengan saksang, tanggo-tanggo biasanya berbahan dasar B1 dan B2, bedanya hanya pada ukuran. Masakan tanggo-tanggo dipotong lebih besar kira-kira sebesar kepalan tangan. Tanggo-tanggo biasanya menggunakan hewan yang lebih muda untuk menciptakan tekstur masakan yang tidak terlalu keras, sehingga bumbu meresap dan daging lebih empuk.
Daun Ubi Tumbuk
Daun Ubi Tumbuk menjadi sayur favorite yang sering ada rumah makan Batak.
Daun ubi menjadi sayur yang paling mudah untuk didapatkan karena hanya meletakkan kayunya saja akan muncul tunas-tunas daun ubi.
Lapet
Lapet adalah jajanan tradisional khas Batak yang terbuat dari tepung beras, kelapa parut yang tidak terlalu tua dan gula merah. Kue ini dibungkus menggunakan daun pisang dan diolah dengan cara dikukus.
Itak Gurgur
Kue tradisional khas Batak ini biasanya digunakan pada acara adat tertentu. Bahan yang digunakan sama seperti bahan yang digunakan pada kue lapet. Yang membedakan adalah proses pembuatannya. Semua bahan dicampur, dicetak dan tidak dikukus. Namun itak gurgur juga dapat dikukus setelah dicetak
.
Religi
Bangsa Batak memiliki sistem kepercayaannya sendiri, terutama di daerah pedesaan masih mempertahankan sistem religi atau kepercayaan tersbeut.
Orang batak memiliki konsepsi, bahwa alam semesta beserta isinya diciptakan oleh Debeta Mula Jadi Na Balon. Ia bertempat tinggal di atas langit dan mempunyai nama-nama sesuai dengan tugas dan kedudukannya.
Namun, saat ini agama yang mendominasi bangsa Batak adalah Islam dan Kristen. Tetapi agama Kristen merupakan agama mayoritas suku Batak saat ini.
Stratifikasi Sosial Suku Batak
Stratifikasi sosial orang Batak didasarkan pada empat prinsip, yaitu perbedaan tigkat umur, perbedaan pangkat dan jabatan, perbedaan sifat keaslian, dan status kawin.
Kelompok kekerabatan suku bangsa Batak berdiam di daerah pedesaan yang disebut Huta atau Kuta menurut istilah Karo.
Biasanya satu Huta didiami oleh keluarga dari satu marga.
Ada pula kelompok kerabat yang disebut marga taneh yaitu kelompok pariteral keturunan pendiri dari Kuta. Marga tersebut terikat oleh simbol-simbol tertentu misalnya nama marga
Perkawinan
Dalam persoalan perkawinan, dalam tradisi suku Batak seseorang hanya bisa menikah dengan orang Batak yang berbeda klan. Maka dari itu, jika ada yang menikah harus mencari pasangan hidup dari marga lain.
Apabila yang menikah adalah seseorang yang bukan dari suku Batak, maka dia harus diadopsi oleh salah satu marga Batak (berbeda klan).
Acara tersebut dilanjutkan dengan prosesi perkawinan yang dilakukan di gereja bila agama yang dianutnya adalah Kristen.
Bahasa Suku Batak
Bahasa yang digunakan oleh orang Batak adalah bahasa Batak. Tapi sebagian juga ada yang menggunakan bahasa Melayu.
Setiap puak memiliki logat yang berbeda-beda. Orang Karo menggunakan Logat Karo, sementara logat Pakpak dipakai oleh Batak Pakpak, logat Simalungun dipakai oleh Batak Simalungun, dan logat Toba dipakai oleh orang Batak Toba, Angkola dan Mandailing
Pengetahuan
Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal bercocok tanam. Dalam bahasa Karo aktivitas itu disebut Raron, sedangkan dalam bahasa Toba hal itu disebut Marsiurupan.
Sekelompok orang tetangga atau kerabat dekat bersama-sama mengerjakan tanah dan masing-masing anggota secara bergiliran. Raron itu merupakan satu pranata yang keanggotaannya sangat sukarela dan lamanya berdiri tergantung kepada persetujuan pesertanya.
Teknologi – Peralatan
Masyarakat Batak telah mengenal dan mempergunakan alat-alat sederhana yang dipergunakan untuk bercocok tanam dalam kehidupannya. Seperti cangkul, bajak (tenggala dalam bahasa Karo), tongkat tunggal (engkol dalam bahasa Karo), sabit (sabi-sabi) atau ani-ani.
Masyarakat Batak juga memiliki senjata tradisional, yaitu piso surit (sejenis belati), piso gajah dompak (sebilah keris yang panjang), hujur (sejenis tombak), podang (sejenis pedang panjang). Unsur teknologi lainnya yaitu alat tenun untuk menenun kain ulos.
Mata Pencaharian
Pada umumnya, mata pencaharian masyarakat Batak adalah bercocok tanam padi di sawah dan ladang. Lahan didapat dari pembagian yang didasarkan marga. Setiap kelurga mandapatkan tanah tadi tetapi tidak boleh menjualnya. Selain tanah ulayat adapun tanah yang dimiliki perseorangan.
Selain pertanian, perternakan juga salah satu mata pencaharian suku batak. Hewan yang diternakan antara lain kerbau, sapi, babi, kambing, ayam, dan bebek.
Masyarakat yang tinggal di sekitar danau Toba sebagian bermata pencaharian menangkap ikan. Selain itu juga, mereka berprofesi pada sektor kerajinan. Hasil kerajinannya antara lain tenun, anyaman rotan, ukiran kayu, tembikar, dan lainnya yang ada kaitan dengan pariwisata.
Adat Istiadat
Batak merupakan salah satu suku bangsa di Indonesia. Nama ini merupakan sebuah tema kolektif untuk mengidentifikasikan beberapa suku bangsa yang bermukim dan berasal dari Tapanuli dan Sumatera Timur, di Sumatera Utara. Suku bangsa yang dikategorikan sebagai Batak adalah:Batak Toba, Batak Karo, Batak Pakpak, Batak Simalungun, Batak Angkola, dan Batak Mandailing.
Saat ini pada umumnya orang Batak menganut agama Kristen Protestan, Kristen Katolik, dan Islam Sunni. Tetapi ada pula yang menganut kepercayaan tadisional yakni: tradisi Malim dan juga menganut kepercayaan animisme (disebut Sipelebegu atau Parbegu), walaupun kini jumlah penganut kedua ajaran ini sudah semakin berkurang.
Orang Batak sendiri secara tradisional memiliki konsepsi bahwa alam ini beserta isinya diciptakan oleh Debata Mulajadi Na Bolon (Debata Kaci-kaci dalam bahasa Batak Karo).
Debata Mulajadi Na Bolon adalah Tuhan Yang Maha Esa yang memiliki kekuasaan di atas langit dan pancaran kekuasaan-Nya terwujud dalam Debata Natolu, yaitu Siloan Nabolon (Toba) atau Tuan Padukah ni Aji (Karo).
Menyangkut jiwa dan roh, orang Batak mengenal tiga konsep yaitu sebagai berikut.
Tondi, adalah jiwa atau roh seseorang yang sekaligus merupakan kekuatannya.
Sahala, adalah jiwa atau roh kekuatan yang dimiliki seseorang.
Begu, adalah tondi yang sudah meninggal.
Dalam kehidupan masyarakat Batak, ada suatu hubungan kekerabatan yang mantap. Hubungan kekerabatan itu terjadi dalam kelompok kerabat seseorang, antara kelompok kerabat tempat istrinya berasal dengan kelompok kerabat suami saudara perempuannya.
Tiap-tiap kelompok kekerabatan tersebut memiliki nama sebagai berikut.
Hula-hula; orang tua dari pihak istri, anak kelompok pemberi gadis.
Anak boru; suami dan saudara (hahaanggi) perempuan kelompok penerima gadis.
Dongan tubu; saudara laki-laki seayah, senenek moyang, semarga, berdasarkan patrilineal.
Pada masyarakat Batak, sistem kepemimpinan terdiri atas tiga bidang.
Bidang adat. Kepemimpinan pada bidang adat ini tidak berada dalam tangan seorang tokoh, tetapi berupa musyawarah Dalihan Na Tolu (Toba), Sangkep Sitelu (Karo). Dalam pelaksanaannya, sidang musyawarah adat ini dipimpin oleh suhut (orang yang mengundang para pihak kerabat dongan sabutuha, hula-hula, dan boru dalam Dalihan Na Tolu).
Bidang agama. Agama Islam dipegang oleh kyai atau ustadz, sedangkan pada agama Kristen Katolik dan Protestan dipegang oleh pendeta dan pastor.
Bidang pemerintahan. Kepemimpinan di bidang pemerintahan ditentukan melalui pemilihan.
Masalah Kependudukan
Salah satu masalah kependudukan masyarkat suku Batak adalah bahwa banyak orang dari suku Batak yang merantau ke kota-kota besar seperti Jakarta, Pontianak, Jogjakarta, dsb untuk mencari mata pencaharian. Sehingga orang-orang batak yang tersisa di kampong halaman mereka secara tidak langsung akan berkurang. Tidak hanya itu, masyarakat Batak yang merantau tersebut akan terpengaruh oleh budaya kota-kota besar tersebut, sehingga pikiran mereka semakin terbuka. Sebagai contoh sebagai budaya patrilineal dan budaya turun warisan batak yang mewariskan hanya pada laki-laki, sudah mulai ditinggalkan karena sudah banyak orang Batak yang berpendidikan. Dan untuk kedepanya diperkirakan akan semakin banyak orang Batak yang pergi merantau ke kota-kota untuk mencari mata pencaharian. Hal positif dari hal ini adalah bahwa semakin banyak orang Batak yang berpendidikan dan berpikiran terbuka. Hal negatifnya adalah bahwa budaya Batak yang perlahan mulai luntur.
PENUTUP
Demikianlah yang dapat kami sampaikan mengenai materi yang menjadi bahasan dalam makalah ini, tentunya banyak kekurangan dan kelemahan kerena terbatasnya pengetahuan kurangnya rujukan atau referensi yang kami peroleh hubungannya dengan makalah ini Penulis banyak berharap kepada para pembaca yang budiman memberikan kritik saran yang membangun kepada kami demi sempurnanya makalah ini. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis para pembaca khusus pada penulis