Tafsir Ahkam TENTANG AYAT-AYAT WASIAT
Disusun Guna Memenuhi Tugas Mata kuliah : Tafsir Ahkam
Dosen pembimbing : M. Arja Imroni, Dr, H
Disusun oleh: Kelompok XIII Hesti Yozevta Ardi : 082111073 Mutmainnah
: 082111089
M. Saddam Naghfir : 082111087
KONSENTRASI ILMU FALAK FAKULTAS SYARI’AH INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI WALISONGO SEMARANG 2010 TAFSIR AHKAM AYAT-AYAT WASIAT
Q.S al-Baqoroh : 180-182
“Diwajibkan “Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan (tanda-tanda) (tanda-tanda) maut, maut, jika jika ia meningga meninggalkan lkan harta yang banyak, Berwasiat Berwasiat 1 untuk untuk ibu-bapa ibu-bapakk dan karib karib kerabatnya secara ma'ruf 2 , (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa. Maka Barangsiapa yang mengubah wasiat itu, setelah ia mendengarnya, Maka Sesungguhnya dosa dosany nya a adal adalah ah bagi bagi oran orangg-or oran ang g yang yang me meng ngub ubah ahny nya. a. Sesu Sesung nggu guhn hnya ya Alla Allah h Maha Maha mendengar lagi Maha mengetahui 3. (akan tetapi) Barangsiapa khawatir terhadap orang yang Berwasiat itu, Berlaku berat sebelah atau berbuat dosa, lalu ia mendamaikan 4 antara mereka, Maka tidaklah ada dosa baginya. Sesungguhnya Sesungguhnya Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang”( Q.S Al-Baqoroh 180-182) 1
Yakni washiyat wajibah yang harus dilakukan oleh seseorang yang harus daintara kerabatnya, ada
yang tidak dapat menerima pusaka. Lihat Prof. TM. Hasbi AS-Shiddqey, Tafsir Bayan Tafsir Penjelas alQuranul Karim jil I, (Semarang: Pustaka Rizki Putra 2002)hal 238 2
Ma'ruf ialah adil dan baik. wasiat itu tidak melebihi sepertiga dari seluruh harta orang yang akan meninggal itu. Ayat ini dinasakhkan dengan ayat mewaris. Ayat ini dihadapkan kepada washi (orang yang bertindak sebagai pengurus wasiat) dan saksi supaya jangan mengubah wasiat dan kepada orang yang berwasiat dari antara kerabatnya jangan berwashiat untuk orang lain dan memebiarkan keluarga sendiri dalam kepapaan. Wasiat ini untuk kerabat-kerabat yang tidak dapat menerima pusaka lantaran suatu penghalang. Lihat Ibid TM. As-Siddqiey, hal 28 3
4
Mendam Mendamaik aikan an ialah ialah menyur menyuruh uh orang orang yang yang Berwas Berwasiat iat Berlak Berlaku u adil adil dalam dalam
Mewasiatkan sesuai dengan batas-batas yang ditentukan syara'.
Q.S al-Maidah : 106-108
“Hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang kamu menghadapi kematian, sedang Dia akan berwasiat, Maka hendaklah (wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil di antara kamu, atau dua orang yang berlainan agama dengan kamu 5 , jika kamu dalam 5
Ialah: mengambil orang lain yang tidak seagama dengan kamu sebagai saksi dibolehkan, bila tidak ada orang Islam yang akan dijadikan saksi.
perjalanan dimuka bumi lalu kamu ditimpa bahaya kematian. kamu tahan kedua saksi itu sesudah sembahyang (untuk bersumpah), lalu mereka keduanya bersumpah dengan nama Allah, jika kamu ragu-ragu: "(Demi Allah) Kami tidak akan membeli dengan sumpah ini harga yang sedikit (untuk kepentingan seseorang), walaupun Dia karib kerabat, dan tidak (pula) (pula) Kami Kami Menye Menyembu mbunyi nyikan kan persak persaksi sian an Alla Allah; h; Sesung Sesungguh guhnya nya Kami Kami kalau kalau demik demikia ian n tentulah tentulah Termasuk Termasuk orang-orang orang-orang yang berdosa". berdosa". Jika diketahu diketahuii bahwa bahwa kedua kedua (saksi (saksi itu) membuat dosa6 , Maka dua orang yang lain di antara ahli waris yang berhak yang lebih dekat kepada orang yang meninggal (memajukan tuntutan) untuk menggantikannya, lalu keduanya keduanya bersumpa bersumpah h dengan dengan nama Allah: Allah: "Sesungg "Sesungguhny uhnya a persaksi persaksian an Kami labih labih layak layak dite diteri rima ma dari daripa pada da pers persak aksi sian an kedu kedua a saks saksii itu, itu, dan dan Kami Kami tida tidakk me mela lang ngga garr bata batas, s, Sesung Sesungguh guhnya nya Kami Kami kalau kalau demik demikian ian tentul tentulah ah Terma Termasuk suk orang orang yang yang Mengan Menganiay iaya a diri diri sendiri sendiri".It ".Itu u lebih lebih dekat dekat untuk untuk (menjadi (menjadikan kan Para saksi) saksi) mengemuk mengemukakan akan persaks persaksiann iannya ya menurut apa yang sebenarnya, dan (lebih dekat untuk menjadikan mereka) merasa takut akan akan dikemb dikembal alik ikan an sumpa sumpahny hnya a (kepa (kepada da ahli ahli waris waris)) sesud sesudah ah merek mereka a bersu bersumpa mpah h 7 . dan dan bertakwalah kepada Allah dan dengarkanlah (perintah-Nya). Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik”. (Q.S. al-Maidah : 106-108) BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Latar Belak Belakang ang Sebagai makhluk Allah kita pasti menemui maut atau kematian. Dan hal yang selalu berhubungan dengan peristiwa kematian adalah harta peninggalan si mayat (orang yang meninggal) baik dari sisi pembagian pembagian ataupun ataupun siapa saja yang yang berhak menerima. menerima. Hal ini tidak jarang menimbulkan perselisihan antara orang-orang yang ditinggalkan (ahli waris). Banyak fenomena fenomena pembagia pembagiann harta waris diwarnai diwarnai dengan perbedaan perbedaan pendapat pendapat.. Seperti Seperti ada ahli waris yang berpendapat bahwa harta harus dibagikan kepada orang-orang sesuai permintaan si mayat sebelum meningalnya, dan ada juga yang berpendapat harus meniti hukum islam
6
Maksudnya: melakukan kecurangan dalam persaksiannya, persaksiannya, dan hal ini diketahui setelah ia melakukan
sumpah 7
Maksud sumpah itu dikembalikan, ialah saksi-saksi yang berlainan agama itu ditolak dengan bersumpahnya saksi-saksi yang terdiri dari karib kerabat, atau berarti orang-orang yang bersumpah itu akan mendapat Balasan di dunia dan akhirat, karena melakukan sumpah palsu.
yaitu dalam hal ini faraidh (hukum waris), sehingga pembagian harta waris tersebut berujung dengan perselisihan yang memanjang. Ditengah-tengah permasalahan ini hadir sebuah ketetapan hukum yang ini sebagai salah-satu solusi atas permasalahan diatas yaitu hukum wasiat. Yang mana wasiat ini harus dilaksanakan sebelum harta waris dibagikan kepada ahli waris dengan ketetapan maksimal 1/3 dari harta yang ditinggalkan oleh si mayat. Wasiat memperbolehkan setiap orang untuk memiliki permintaan atas harta yang ditinggalkan, dalam artian kepada siapa pemberian harta diutamakan. Akan tetapi wasiat juga tidak meniadakan bagian bagi ahli waris yang tidak meneri menerima ma wa wasia siat. t. Ha Hall ini dikare dikarenak nakan an keteta ketetapan pan harta harta yang yang boleh boleh diwasi diwasiatk atkan an sudah sudah ditetapkan oleh hukum agama. Keha Ke hadi dira rann sist sistem em wa wasi siat at dala dalam m huku hukum m Isla Islam m sang sangat at pent pentin ingg arti artiny nyaa seba sebaga gaii penangkal kericuan dalam keluarga. Karena ada di antara anggota keluarga yang tidak berhak menerima harta peninggalan dengan jalan warisan. Dengan demikian wasiat dapat diartikan sebagai hal peminimalisir atau bahkan penghapus fenomena yang sering terjadi dikalangan masyarajkata khusunya para muslim. Oleh karena itu, makalah ini akan membahas mengenai wasiat yang terdapat dalam al-quran serta bagaimana makna yang terkandung di dalamnya. BAB II PEMBAHASAN A. Makna Makna Mufro Mufrodat dat
Dalam suran al-Baqoroh ayat 180-182 maupun surat al-Maidah ayat 106-108 terdapat beberapa kata yang menjadi kata kunci dalam penafsiran dan memahami kandungan ayat tentang wasiat ini, yaitu : كُتب
Diwajibkan tanda-tanda kematian harta benda yang banyak berwasiat, sama dengan Isaha’, dan at-Taushiyyah . Artinya materi yang diwasia diwasiatkan tkan,, baik bend bendaa maupun maupun pekerjaan pekerjaan 8. Baris di depan sebagai naibul fa’il dari kutiba, dan tempat berkaitnya idza jika ia merupa merupakan kan zarfiy zarfiyah ah dan menun menunjuk jukkan kan huk hukum um wajibn wajibnya ya jika jika ia syartiy syartiyah ah dan dan merupa merupakan kan jawaba jawabann dari dari in artiny artinyaa hen hendak daklah lah ia berwasiat9.
dengan adil, tidak lebih dari 1/3. Sesuatu yang tidak ditolak oleh hli waris karena jumlahnya sedikit bila dibanding dengan hartanya, atau jangan sampai terlalu banyak sehingga akan menghabiskan bagian ahli ahli waris. waris. Banyak Banyak/se /sedik dikitn itnya ya wasiat wasiat ini tidak tidak bisa bisa diperk diperkira irakan kan berdasarkan kebiasaan yang berlaku. (barang siapa yang mengubahnya) mengubah wasiat, baik ia sebagai
: ا ل م و ً ا
ر
ي
الوصية
: خ
:
:
ف ل م ع ر دمنلم ه
:
:
ف خم
: mengetahui
ًً ج ن
: kesalahan atau dosa
Ahmad Mustofa Al-Maraghi Terjemaha Tafsir Al-Maraghi, 1992.CV. Toha Putra : Semarang. 78
8
Imam Jalaludin al Mahaly dan Imam Jalaludin as-Suyuthi yang diterjemahkan oleh Mahyudin Syaf dkk. Terjemah Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul juz 2 , cet I (Bandung : Sinar Baru, 1990) hal 94 9
Ibid, hal 95
10
ًإثمآ
: disini berarti sengaja berbuat curang atau aniaya. Misalnya dengan sengaja atau mengistimewakan orang kaya 11
ن ي ن ح ص
: (lalu (lalu did didam amai aika kann diant diantar araa mere mereka ka)) yakni yakni ant antar araa yang yang men menya yamp mpai aika kann dan dan yang diberi wasiat dengan menyeluruh menempati keadilan.
Al-Maidah : 106-10812
دالش
: Perkataan yang lahir dari pengetahuan yang diperoleh melalui persaksian mata atau akal
ضا ى ا تر
: berpergian atau mengadakan mengadakan perjalanan
مو و س
: meme memega gang ng kedu keduan anya ya dan dan menc menceg egah ahny nyaa agar agar tida tidakk perg pergii dan dan lari lari
تا ا
: kalian kalian ragu-r ragu-ragu agu terha terhadap dap keb kebena enaran ran kedua keduanya nya pad padaa apa yang yang mereka mereka tetapkan
ث م ي ا
: orang-orang yang bermaksiat
ا لش ئ ى ر
: bera berasa sall dari dari kata kata ر ال ع yait yaituu meng menget etah ahui ui sesu sesuat atuu tanp tanpaa terl terleb ebih ih dahu dahulu lu
menanyakannya ي ه را ا
: mem membe beri rita tahu huka kann kep kepad adan anya ya,, yan yangg hal hal itu itu tida tidakk din dinan anti ti-na -nant ntik ikan anny nyaa
B. Makn Makna a Ijm Ijmal alii
Pada ayat-ayat sebelumnya telah dikemukakan masalah hukum qisas di dalam pembunuhan. Qishash ini merupakan salah satu jalan menuju kematian. Karenanya tampak berurutan bila
jika sesudah ayat-ayat tersebut dibicarakan masalah wasiat bagi seseorang yang sudah di ambang ambang kematian. kematian. Khithab ayat ayat ini disamp disampaik aikan an secara secara umum, umum, hen hendak daknya nya seseo seseoran rangg mewasiatkan sebagian sebagian harta bendanya, bendanya, terutama jika tanda-tanda tanda-tanda kematian itu sudah sudah jelas. Dengan demikian, akhir dari amal perbuatannya adalah kebaikan. Secara singkat makna ijmali pada surat al Baqoroh ayat 180-181 adalah
Ibid 96
11
12
Op.cit. Ahmad Mustofa Al-Maraghi, hal 77. Lihat juga di Az-zahili,Wahib “ Tafsir Al-Munir” . Jil I. (Daarul Fikri: 2005)Juz I-II. Ed VIII.
1.
Wasi Wasiat at waji wajiba bahh haru haruss dilak dilakuk ukan an oleh oleh se seseor seoran angg terha terhada dapp kera keraba batn tnya ya yan yangg tidak tidak berhak menerima pusaka karena adanya penghalang seperti wasiat untuk cucu lantaran ayahnya lebih dahulu meninggal.
2.
Kepa Ke pada da wa washi shi (peng (pengur urus us was wasia iat) t) dan dan saks saksii supa supaya ya jan janga gann meng mengub ubah ah was wasia iatt dan dan kepada kep ada yang yang berwas berwasiat iat sendi sendiri ri agar agar tidak tidak membua membuatt wasiat wasiat untuk untuk orang orang lain lain dan dan mengabaikan keluarga sendiri.
3.
Aya Ayat ini ini berbic rbicar araa meng engena enai saks saksii bagi ora orang yang ang ingi inginn berw berwaasiat iat yait yaituu dua orang laki-laki yang adil dari kamu (orang mukmin) sebagai saksi atas wasiatnya serta bagi bagi orang orang yang yang berpe berpergi rgian an sedan sedangka gkann dalam dalam diriny dirinyaa sudah sudah terda terdapat pat tandatanda-tan tanda da kematian maka saksi bisa dari orang lain (selain muslim).
4.
Jika Jika ked kedua ua ora orang ng yan yangg dian diangk gkat at men menja jadi di sak saksi si ter terha hada dapp wasi wasiat at dan dan dis diser erah ahka kann kepadanya harta untuk disampaikan kepada para pewaris, sedangkan keduanya pun dipe diperc rcay ayai ai mere mereka ka deng dengan an idak idak bers bersum umpa pah, h, maka maka pers persoa oala lann wa wari riss tida tidakk perlu perlu diragukan. Tetapi jika ada keraguan, maka hendaklah kedua saksi tersebut ditahan agar tidak kemana sampai sembayang ashar kemuadian dilakukan sumpah.
5.
Jika kedua saksi yang telah bersu rsumpah itu dengan bersumpah curang dan berhi berhian anat at den dengan gan menye menyembu mbunyi nyikan kan sebagi sebagian an harta, harta, maka maka hen hendak daklah lahsum sumpah pah itu dikembalikan kepada para waris yaitu dua orang waris yang terdekat untuk disumpah.
Sedang Sedangka kann dalam dalam surat surat al- Maidah Maidah ayat ayat 106 106-10 -1088 secara secara singka singkatt menjel menjelas askan kan tentan tentangg kesaksian wasiat. Pada ayat pertama (106) desebutkan
Dijelaskan bahwa kesaksian yang disyari’atkan diantara kalian dalam hal itu adalah kesaksian dua orang laki-laki di antara kalian dari orang-orang adil dan istiqomah (lurus). Kedua saksi itu dimintai kesaksiannya kesaksiannya oleh orang yang berwasiat atas wasiatnya, sehingga kedua saksi itu akan memeberikan kesaksiannya pada waktu yang dibutuhkan. Kata-kata minkum berarti diantara kaum mukminin.
Secara ringkas, para ulama menyimpulkan beberapa faedah dan hukum dari kedua ayat ini, yang terpenting adalah 13: a) An Anju jura rann supa supaya ya berw berwas asia iatt dan dan tida tidakk mere merema mahk hkan anny nyaa baik baik di dala dalam m perja perjala lana nann maupun ketika bermukim b) Mengadakan persaksian persaksian terhadapnya untuk
menguatkan perkaranya dan harapan akan
pelaksanaannya. c) Penjelasa Penjelasann bahwa pokok mengenai mengenai dua orang saksi saksi atas wasiat itu adalah dua orang mukmin, yang keadilannya terpercaya d)
Kesaksian Kesaksian dua orang orang bukan muslim adalah adalah boleh menurut menurut syara’. syara’. Sebab maksud maksud syar’ syar’ii jika jika pelak pelaksan sanaa aanny nnyaa secara secara sempur sempurna na tidak tidak mungki mungkin, n, maka maka tidak tidak boleh boleh ditinggalkan sama sekali
e) Syari’at mengenai mengenai pemilihan waktu-waktu waktu-waktu tepat yang dapat menyentuh menyentuh hati para saksi saksi dan orang-orang yang bersumpah, agar mereka berlaku jujur dan benar di dalam melaksanakan melaksanakan kewajibannya. kewajibannya. f) Mene Meneka kann oran orangg yang yang bers bersum umpa pahh deng dengan an kata kata-ka -kata ta sump sumpah ah yang yang kera keras, s, sepe sepert rtii mengatakan di dalam sumpah itu kata-kata yang dapat menghindarkannya menghindarkannya dari dusta g) Yang
menjadi pokok di dalam berita-berita dan kesaksian manusia adalah benar dan
dapat diterima karena itu disyaratkan di dalam menyumpah dua orang saksi adanya kesangsian terhadap berita keduanya h) Disy Disyar ari’ i’at atka kann meny menyum umpa pahh para para saks saksi, i, jika jika para para haki hakim m dan dan lawa lawann bers bersen engk gket etaa meragukan kesaksian mereka. Hal ini dipraktekkan oleh kebanyakan bangsa pada masa sekarang. Bahkan perundang-undangan manusia telah mewajibkannya, karena banyaknya kesaksian palsu. i) Disyari’atkan mengembalikan mengembalikan sumpah kepad kepad aorang aorang yang terbukti kehilangan kehilangan haknya, haknya, melalui sumpah yang dengan sumpah itu orang yang bersumpah menjadi lawan sengketanya. j) Jika diperluka diperlukann turut campurnya campurnya sebagian sebagian ahli waris dalam dalam perkara perkara yang berkenan berkenan dengan harta pusaka, maka yang lebih berhak atas hal itu adalah orang yang paling dekat hubungnnya kepada orang yang meninggal. C. Asba Asbabu bun n Nuzu Nuzull
13
78
Ahmad Mustofa Al-Maraghi” Terjemah Tafsir Al-Maraghi”1992.CV. Toha Putra : Semarang. H 77-
Ada banyak riwayat yang dikemukakan oleh ahli asbabun nuzul tentang sebab turunnya ayat ini, walau walau berbed berbeda-bed a-bedaa tapi intinya intinya sama sama 14. Yaitu yang mengkisahkan pada suatu kali pergilah Budail Maula Amar ibn Ash membawa barang barang dagangan ke Madinah. Madinah. Di kota itu, ia berjumpa Tamim addary dan Adi, dua orang Nasrani yang tinggal di Mekkah, lalu mereka pun bersama-sama pergi ke Syam (Suriah). Di tengah perjalanan Budail menderita sakit, lalu dia menulis surat wasiat dan dia masukkan ke dalam barang-barang dagangan miliknya. Kepada kawan-kawannya dia berwasiat supaya menyampaikan menyampaikan barang dagangan miliknya kepada keluarganya. Budail pun meninggal dalam perjalanan. Sebelum barang diterima para ahli waris, Tamim dan Adi membuka ikatan barang-barang tersebut dan mengambil sebagiannya. Setelah itu barang dibungkus kembali dan kemudian diserahkan
kepada
keluarga
Budail,
yang
tentu
saja
tidak
utuh
lagi.
Keluarga Budail terkejut ketika bungkusan dibuka jumlah barang tidak sesuai dengan isi surat wasiat, yang juga diletakkan dalam bungkusan tanpa diketahui kawan almarhum yang dititipi. Para ahli waris pun kepada mereka yang menyerahkan barang titipan tersebut. Tetapi mereka yang dititipi mengatakan itulah barang-barang yang mereka terima. Mereka mengaku tidak tahu barang dalam bungkusan berkurang. Keluarga Budail mengatakan jumlah barang tidak sesuai dengan isi surat wasiat. Untuk menyelesaikan hal itu, akhirnya mereka mengadu kepada Nabi. maka turunlah ayat ini “hai orang-orang yang beriman, apabila salah seorang diantara kalian menghadapi kematian, sedang dia kan berwasiat , maka hendaklah ( wasiat itu) disaksikan oleh dua orang yang adil diantara kalian , atau dua orang yang berlainan agama dengan kalian .... Sesungguhnya Sesungguhnya kami kalau demikian tentulah termasuk orang-orang orang-orang yang yang berdosa”. berdosa”. Kemudian Kemudian Rasululla Rasulullah h SAW
menyuruh menyuruh dua teman almarhum almarhum atau saksi saksi
tersebut bersumpah dengan nama Allah setelah sembayang ashar yaitu “ Demi Allah yang tida tidakk ada ada tuha tuhan n sela selain in Dia, Dia, kami kami tida tidakk me meme mega gang ng sela selain in dari dari ini ini dan dan kami kami tida tidak k menyembunyikanny a.”15
Kemudian mereka tinggal sebagaimana yang dikehendaki Allah untuk tinggal. Sesudah itu tampa tampakk pada pada mereka mereka berdu berduaa ada ada sebua sebuahh bejana bejana dari dari perak perak yang yang diukir diukir denga dengann emas. emas. Keluarganya berkata ” ini sebagian dari barangnya ”. Mereka berdua berkata ,” benar, tetapi kami telah membelinya dari dia, dan kami lupa menyebutkannya ketika bersumpah. Kami M.Quraish Shihab “ Tafsir Al-Misbah ( Pesan,Kesan, Dan Keserasina Al-Qur’an )”. 2002. Jakarta : Lentera Hati. Lih 229 14
Al- Maidah : 106-108
15
tidak suka mendustai diri kami sendiri ”. Setelah mereka mengadukan perkara itu kepada
Nabi SAW. SAW. “ turunlah ayat : jika diketahui diketahui bahwa kedua saksi itu berbuat berbuat dosa........” dosa........” maka nabi SAW memerintahkan dua orang laki-laki dan keluarga pemilik untuk bersumpah atas apa yang mereka berdua sembunyikan dan miliki. Setelah kejadian ini, Tamim ad-Dari memeluk islam serta membaiatkan diri kepada Nabi. Ketika itulah dia merasa berdosa atas perbuatannya tesebut dan selanjutnya dia mengaku dengan terus terang telah mengambil bejana milik almarhum bersama kawannya. Kemudian setelah setelah mengakui perbuatannya, perbuatannya, Tamim menemui ahli waris badil beserta ‘Adi dan menyerahkan uang sebanyak lima ratus dirham dan sisanya masih sama temannya ( ‘Adi bin Bada’), kemudian berangkatlah ahli waris Badil dan ‘Adi menghadap Rasulullah SAW. Rasulu Rasululla llahh memin meminta ta buk bukti-b ti-bukt uktii tuduha tuduhann terha terhadap dap ‘Adi ‘Adi itu, itu, tetap tetapii mereka mereka tidak tidak dap dapat at memenuhi permintaan Rasulullah, kemudian Rasulullah menyuruh mereka menyumpah ‘Adi dan ia pun bersumpah. Maka seperti telah dijelaskan di depan tadi Allah menurunkan QS .5 al-Maidah al-Maidah :106-108 :106-10816. Pend Pendap apat at
ini ini juga juga selara selarass deng dengan an penda pendapa patt Ab Abuu Na Nadh dhar arla lahh
Muhammad bin Ishak yang dikutip oleh Ibnu Katsir, Tirmidzi yang mengatakan bahwa kisah ni dituturkan secara mursal bukan dari seorang tabi’in , diantaranya Akramah Muhammad bin Said Said Sirih, Sirih, dan Qatada Qatadah. h.17 Mereka menuturkan bahwa sumpah dilakukan setelah ashar, demikian yang diriwayatkan oleh ibnu Jarir.Kisah itu pun diceritakan secara mursal oleh Mujahid,al-Hasan,dan Mujahid,al-Hasan,dan Adk-dhahak. D. Muna Munasa saba bah h Aya Ayatt
Dalam ayat terdahulu Allah Ta’ala telah mengingatkan, bahwa tempat kembali sesudah mati adalah Dia, dan bahwa pada hari kiamat kelak akan ada penghisaban dannpembalasan semua amal amal perbua perbuatan tan .dan dalam dalam ayat ayat ini Allah memberi memberikan kan petunju petunjukk kep kepada ada kita agar kita berwasiat sebelum meninggal,dan harus diadakan persaksian atas wasiat tersebut, sehingga tidak hilang dari orang yang berhak menerimanya 18
KH .Q. Saleh , H.A.A Dahlan. Dkk.” Asbabul Nuzul (latar belakang historis turnnya ayat-ayat AlQur’an )” ed II. 2009. CV Penerbit Diponegoro: Bandung. Lih hal 210-212 16
M. Nasib Ar-Rifa’I “ Taisirul al-Aliyyul Qodir li Ikhtishori Tafsir Tafsir Ibnu Katsir”. Jil II. 1989. Jakarta: Gema Insani Press.lih hal 173 17
Ahmad Mustofa Al-Maraghi” terjemaha tafsir al-maraghi”1992.CV. Toha Putra : Semarang. H 7778. Lih juga “ Dr wahab adz-dzahili. adz-dzahili. Tafsir al-munir. al-munir. 2003 M / 1426 H. Lih juga //http://www.fikr.com // http://www.fikr.com 18
Salah satu munasabah dari ayat ini adalah terdapat dalam surat al-baqarah ayat 180-182. Dalam ayat sebelumnya telah dijelaskan mengenai wasiat wajibah kepada kerabat dekat yang tidak tidak mendap mendapat at harta harta warisa warisan, n, dan dan dilara dilarangn ngnya ya washi washi untuk untuk meruba merubahh isi wa wasia siatt serta serta diperb diperbole olehka hkann meruba merubahny hnyaa jika jika perub perubah ahan an itu membaw membawaa kepad kepadaa kebai kebaikan kan.. Selain Selain itu, itu, munasabah dari ayat ini terdapat dalam surat al-maidah ayat 106-108. Dalam ayat ini menjelaskan tentang perlunya dua orang saksi ketika seseorang ingin berwasiat, saksi bisa dari orang muslim atau bukan muslim jika dalam berpergian, dan jika saksi itu berlaku curang terhadap sumpah yang mereka lakukan, maka bisa dari kerabatnya diambil sumpah. Jadi munasabah munasabah atau korelasi dari dari kedua ayat ini adalah adalah pada surat Al-Baqaraoh ayat ayat 180182 telah telah dijela dijelaska skann masala masalahh wasiat wasiat wajiba wajibahh dan dan apabi apabila la seseo seseoran rangg memal memalsuk sukan an atau atau merubah wasiat dari sang mayit maka tidak alain adalah dosa baginya,dan bagi kita orang yang bertakwa hendaklah untuk mendamaikan dan memperjelas tentang wasiat itu dengan cara menyuruh sang penyampai wasit itu untuk bersumpah. Dan tentang bersumpah inilah yang terdapat dalam surat al-maidah ayat 106-108.
E. Mengurai Menguraikan kan Tafsir Tafsir Bil Ma’tsur Ma’tsur
F. Analisis Kandungan Hukum Ayat
Al-Maidah 106: ……
Kutipan Kutipan Ayat tersebut tersebut adalah adalah bagian bagian dari surat Al-Maidah. Al-Maidah. Surat Al-Maidah Al-Maidah sendiri diberi diberi nam yang bermacam-macam, yaitu, Al-Maidah yang berarti hidangan, yaitu hidangan yang diminta oleh Ahl Kitab (ayat 112-115), nama lainnya adalah surat Al-‘Uquud, artinya akad-
akad perjanjian, karena di awal surat ini, terdapat perintah kepada kaum beriman agara memenuhi memenuhi ketentua ketentuann aneka aneka akad yang dilakukan dilakukan,, termasuk termasuk dalam dalam akad-kad akad-kad itu adalah adalah Wasiat dan Persaksian, sebagaimana tertuang dalam Al-Maidah ayat 106-108, dalm surat ini terdapat berbagai jenis perjanjian, hubungan dengan orang ahl kitab ata orang non-islam lainnya. Dari ayat Al-Maidah ayat 106 di atas, dapat kita ambil kandungan hukumnya, yaitu: 1)
Menahan seseorang yang dituduh
2)
Bersumpah setelah shalat
Secara logika, setelah seseorang muslim melakukan sholat, yaitu setelah menghadap ke Yang Maha Kuasa, sehingga diharapkan dengan selesainya shalat beberapa saat sebelum persaksian, masih diliputi oleh rasa takut kepada Allah, dengan demikian diharapkan pula kesaksian yang disampaikan adalah kesaksian yang benar. Lafadh (ل (عد ال ), Ibnu Abbas menafsiri setelah sholat masing-masing agamanya. Ulama tafsir menafsirkan setelah shalat ashar, adapun alasannya adalah: a)
karena karena para para semua semua pemelu pemelukk agama agama sanga sangatt memul memuliak iakan an waktu waktu ashar ashar itu, itu, menye menyebut but nam tuhan tuhan mereka mereka pad padaa waktu waktu itu, itu, menjau menjauhi hi keboh kebohong ongan an dan sumpah sumpah palsu. Dan ahli kitab kitab beribadah beribadah pada saat terbit terbit dan terbenamnya terbenamnya matahari.
b)
Hadits shahih Nabi, diriwayatkan bahwasannya Nabi menyumpah Adi dan Tamim setelah sholat ashar di atas minbar, Nabi pun bersabda: “Barangsiapa bersumpah palsu setelah shalat ashar, maka Allah akan melemparnya dalam keadaan marah pada orang itu.”
c)
karena karena merupa merupakan kan kebia kebiasaa saann yang yang berla berlaku ku waktu waktu itu, itu, karen karenaa waktu waktu itu sebagian sebagian besar besar orang telah telah menyelesa menyelesaikan ikan berbagai berbagai macam macam pekerjaan pekerjaannya, nya, oleh oleh kare karena na itu itu wa wakt ktuu ini ini bias biasan anya ya dipe diperg rgun unak akan an oleh oleh Ha Haki kim m untu untuk k memutuskan berbagai persengketaan. .
3)
Kekuatan Sumpah
Al-Qurthub Al-Qurthubii berkata: berkata: ayat ini merupakan merupakan poko pokokk pembahas pembahasan an tentang tentang kesakrala kesakralann dalam bersumpah (baik itu bagi tertuduh maupun saksi), dalam hal ini ada empat macam, di antaranya 19: a)
Waktu, Waktu, seperti seperti (ر (رال رأ أ) Bulan-bul Bulan-bulan an yang diharamkan diharamkan untuk berperang, berperang, Setelah Ashar, dsb.
b) Tempat, Tempat, seperti seperti di dalam masjid masjid atau diatas diatas mimbar, mimbar, sedangka sedangkann Abu Hanifah Hanifah berbeda pendapat, dia mengatakan bahwa tempat tidak menjadi masalah. c)
Keadaan / Posisi Orangnya, yaitu harus menghadap kiblat dan dalam posisi duduk dud uk / berdir berdiri. i. Adapun Adapun ibnu ibnu arabi arabi berka berkata ta tidaka tidaka ada bed bedan anya ya antara antara persaksian seseorang ketika berdiri atau duduk.
d)
Penggunaan Lafadh, hendaknya seseorang yang kamu ragu-ragu kepadanya ( تا ا )اuntuk untuk dimint dimintai ai sumpah sumpahnya nya,, adapu adapunn jika jika kamu kamu tidak tidak ragu-ra ragu-ragu gu kepadanya, maka tidak perlu menggunakan sumpah, karena tujuan sumpah adalah untuk memperkuat persaksian. sebagian ulama berpendapat bahwa bersumpah hendaknya dengan nama Allah ( م يقسم). Rasulullah bersabda, baran barangsi gsiapa apa bersum bersumpa pahh henda hendakny knyaa bersu bersumpa mpahh den dengan gan Menyeb Menyebut ut Na Nama ma Allah, (atau jika tidak mau) maka lebih baik diam saja (م (ليسم أ أ)”. Mengenai lafadhnya ada yang mengatakan cukup dengan huruf qosam, ( , ,) , Imam Malik dan imam Abu Dawud berpendapat bahwa hendaknya bersumpah dengan menyebut tiada tuhan selain DIA, kebenaran yang ada padaku adalah milik-Nya, ini adalah sumpah untuk orang yang menuduh.
Lafal (ة (يةالوص راخي ر ر ا ا) lafal ini mengandung pengertian bahwa ketika seseorang dalam keadaan mendekati kematian, maka hendaklah dia meninggalkan wasiat. Lafadh (ا (ا) berarti bahwa kondisi seseorang yang meninggal dalam keadaan mempunyai harta banyak itu jarang.
Hukum WAsiat 20
19
Lihat M. Abdul Athi Buhairi. Nidaatur rohman liahlil iman. (diterjemahkan oleh Abdurrahman Kasdi dan Umma Farida). 2000. Jakarta: Sinar Grafika. Hal. 547-554. 547-554. 20
Lihat M. Idris Ramulyo. Perbandingan Pelaksanaan Kewarisan Islam Dengan Kewarisan Islam Dengan kewarisan menurut KUHPer (BW). Hal. 135-136.
1. Wajib Ketika wasiat itu ditujukan untuk memenuhi hak-hak Allah yang dilalaikan oleh pewasiat, seperti: zakat yang belum dibayar, kafaroh, nadzar, fidyah, puasa, haji, dll. 2. Sunnah Untuk orang-orang yang tidak menerima Warisan, atau untuk motif sosial dengan tujuan taqorrub (mendekat kepada Allah), contoh: Wasiat bagi fakir miskin, anak yatim, Lembaga Sosial, dll. 3. Haram Wasiat yang diperuntukkan untuk maksiat, misal untuk mendirikan tempat perjudian, pencurian, pelacuran, dsb. 4. Makruh Berwasiat untuk keperluan penyembuhan, dengan wasiat itu orang yang diberi wasiat akan sembuh dari penyakit hatinya / maksiatnya, misal: wasiat pada anak yang ketag ketagiha ihann narkot narkotika ika,, untuk untuk penye penyembu mbuhan hannya nya,, kemud kemudian ian anak anak itu sembuh sembuh dari dari maksiatnya. 5. Mubah Wasiat kepada kaum kerabat atau tetangga yang penghidupannya berkecukupan. Sedangkan wasiat yang diberikan kepada Ahli Waris, menurut Hazairin, hukumnya boleh boleh den dengan gan alasa alasann yang yang mendes mendesak ak karena karena perlu perlu biaya biaya pen pengob gobata atann yang yang besar, besar, pendidikan anak. Hadits diriwayatkan oleh Imam Bukhori dan Muslim: “Tidak ada seorang muslim yang mempunyai sesuatu yang pantas untuk dihasilkan sampai 2 malam, melainkan hendaknya wasiat tertulis di sisi kepalanya.” kepalanya.”
HUKUM WASIAT Wasiat wajib atas orang yang memiliki harta yang harus diwasiatkan. Allah swt berfirman: “Diwajibkan atas kamu, apabila seorang di antara kamu kedatangan kedatangan (tanda-tanda), maut, jika
ia meninggalkan harta yang banyak, berwasiat untuk ibu bapak dan karib kerabatnya secara ma’ruf, (ini adalah) kewajiban atas orang-orang yang bertakwa.” (QS al-Baqarah: 180). Dari Abdullah bin Umar ra bahwa Rasulullah saw bersabda, “Orang muslim yang memiliki harta yang akan diwasiatkan tidak berhak tidur dua malam, melainkan wasiatnya sudah tertulis di sisinya.” (Muttafaqun ’alaih: Fathul Bari V: 355 no: 2738, Muslim III: 1249 no: 1627, ’Aunul Ma’bud VIII: 63 no: 2845, Tirmidzi II: 224 no: 981, Ibnu Majah II: 901 no: 2699 dan Nasa’i VI: 238). KAPAN WASIAT MENJADI HAK MILIK PENUH Wasiat tidak akan menjadi hak milik penuh bagi si penerima wasiat, kecuali setelah meninggalnya si pemberi wasiat dan terlunasinya seluruh hutangnya. Jadi, manakala seluruh harta peninggalan habis untuk dibayarkan pada hutang-hutangnya, hutang-hutangnya, maka sang penerima wasiat tidak mendapatkan bagian apa-apa: Dari Ali ra, ia berkata: “Rasulullah saw biasa membayar hutang sebelum (dipenuhinya) (dipenuhinya) wasiat; dan kalian (sering) membaca ayat tentang wasiat, MINBA’DI WASHIYYATIN YUUSHAA BIHAA AU DAIN (Pembagian-pembagian (Pembagian-pembagian tersebut di atas) sesudah dipenuhi wasiat yang ia buat atau (dan) sesudah dibayar hutangnya).” (QS an-Nisaa’: 11) (Hasan: Shahih Ibnu Majah 2195, Irwa-ul Ghalil 1667, Ibnu Majah II: 906 no: 2715, Tirmidzi III: 294 no: 2205).
G. Penjelasan hikmah hukum hukum yang terdapat pada pada ayat
Adapun beberapa hikmah wasiat adalah: 1. Untuk memelih memelihara ara harta, harta, dari kekuasaa kekuasaann orang-oran orang-orangg yang dhalim dhalim dan tamak. tamak. 2.
Praktek ibadah untuk menunaikan amanat seseorang.
DAFTAR PUSTAKA
Ar-Rifa’I, M. Nasib Nasib , 1989Taisirul al-Aliyyul Qodir li Ikhtishori Tafsir Ibnu Katsir ”. ”. Jil II. Jakarta: Gema Insani Press.
Ash-Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, 2002, al -Bayan Tafsir Penjelas alQuranul Karim jil I, Semarang: Pustaka Rizki Putra
Az-Zahili,Wahib. 2005 “ Tafsir Al-Munir” . Jil I. Juz I-II. Ed VIII..Daarul Fikri. ----------, 2005”Tafsir Al-Munir” jil 4. Juz -8. Ed VIII. Daarul Fikr Bahreisy, Salim & Said Bahreisy, 1986 “Terjemah Singkat Tafsir Ibnu Katsir”. Jil III. PT Bina Ilmu: Surabaya Mahaly, Imam Jalaludin al dan Imam Jalaludin as-Suyuthi, as-Suyuthi, 1990 yang diterjemahkan diterjemahkan oleh Mahyudin Syaf dkk. Terjemah Tafsir Jalalain Berikut Asbabun Nuzul juz 2 , cet I Bandung : Sinar Baru, Mustafa, Ahmad Al-Maraghi, 1992. Terjemah Tafsir Al-Maraghi” juz 7. CV. Toha Putra : Semarang ------------, 1992 “Terjemah Tafsir Al-Maraghi” juz 2.. CV. Toha Putra : Semarang Shaleh Shaleh,, Dahlan Dahlan Ahmad Ahmad,, dkk. dkk. 200 20099 “ Asbab Asbabul ul Nuzul Nuzul ( Latar Latar Belak Belakang ang Histor Historii Turunnya Ayat-Ayat Al-Qur’an)” . Ed II. CV Penerbit Diponegoro: Bandung Shihab, M.Quraish , 2002 Tafsir Al-Misbah ( Pesan,Kesan, Dan Keserasina Al-Qur’an ). Jakarta : Lentera
Qutub, Sayyid, 2002. “ Fi Zhilalil Qur’an” . Darusy-Syuruq: Beirut http://www.fikr.com